PARTISIPASI SISWA SMA BOPKRI I YOGYAKARTA KELAS XI IPA...
Transcript of PARTISIPASI SISWA SMA BOPKRI I YOGYAKARTA KELAS XI IPA...
PARTISIPASI SISWA SMA BOPKRI I YOGYAKARTA KELAS XI IPA
TAHUN PELAJARAN 2008-2009
DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH
DEMI PERKEMBANGAN DIRI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Nama: A. F. Titiari
NIM: 021114059
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
”Keberhasilan bukanlah hanya mendapatkan sesuatu. Namun
proses untuk mendapatkan sesuatu, merupakan hal terpenting
demi keberhasilan”
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini dipersembahkan untuk kakek, nenek, bapak Syter, ibu Henywati,
kakak Wiwin dan Sinta, Anggun, serta seluruh keluarga.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak memuat
karya atau bagian skripsi orang lain, kecuali yang telah dinyatakan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juli 2009
Peneliti
A. F. Titiari
vi
ABSTRAK
PARTISIPASI SISWA SMA BOPKRI I YOGYAKARTA KELAS XI IPA TAHUN PELAJARAN 2008-2009
DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH DEMI PERKEMBANGAN DIRI
A. F. TitiariNIM: 021114059
Universitas Sanata DharmaYogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan manfaat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bagi perkembangan diri mereka.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009, yang berjumlah 80 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan perkembangan diri. Data hasil penelitian dianalisis secara teknik statistik deskriptif.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa (1) Sebanyak 62,5 % siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah, (2) Kegiatan ekstrakurikuler yang banyak diikuti oleh siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 diantaranya adalah tari atau karawitan, bahasa Mandarin, karya ilmiah remaja, dan TOEIC (Tes Of English For International Comunication), (3) Kegiatan ekstrakurikuler di SMA BOPKRI I Yogyakarta dapat menunjang sembilan aspek perkembangan diri siswa, (4) Kecendrungan minat siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 mengarah pada pengembangan minat seni, bahasa, dan karya ilmiah. Sedangkankegiatan ekstrakurikuler keagamaan cenderung tidak diminati, (5) dari keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler para siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (6) Kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan kegiatan wajib, tetapi tidak diikuti oleh seluruh siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009.
vii
ABSTRACT
THE PARTICIPATION OF ELEVENTH GRADE NATURAL SCIENCE STUDENTS OF SMA BOPKRI I YOGYAKARTA
IN ACADEMIC YEAR 2008-2009 IN EXTRACURRICULAR ACTIVITIES FOR SELF DEVELOPMENT
A.F.TitiariStudent Number 021114059Sanata Dharma University
Yogyakarta2009
The aim of the research was to find out the participation of eleventh gradenatural science students of SMA BOPKRI I Yogyakarta in academic year 2008-2009 in extracurricular activities dan benefits of their participation in the extracurricular activities for their self development.
This was a descriptive research using survey method. The population of the research was all of the students (80 students). The research instrument used in the research was a questionnaire on participation in extracurricular activities and its benefits for self development. Data gained in the research was analyzed using descriptive statistic technique.
The result showed portraits of the students participation bellow (1) 62.5% of the students participated in extracurricular activities, (2) The extracurricular activities where the most students predicated in were Javanese traditional dance and karawitan, mandarin language course, juvenile research activity, and TOEIC (Test of English for International Communication) preparation course, (3) The extracurricular activities could support nine aspect of students’ self development, (4) The students tended to be interested into certain extracurricular activities such as art, language, and research activities. Otherwise, religious extracurricular activities tended to be not interesting for them, (5) Based on the students participation in extracurricular activities they were considered to gain knowledge and skill, physical and mental health, strong and autonomous personality, sense of responsibility toward society and nation, (6) Boy scout was an obliged extracurricular activity for all students, but very few students participated in the activity.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : A. F. Titiari
Nomor Mahasiswa : 021114059
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PARTISIPASI SISWA SMA BOPKRI I YOGYAKARTA KELAS XI IPA TAHUN PELAJARAN 2008-2009 DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH DEMI PERKEMBANGAN DIRI
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 Agustus 2009
Yang menyatakan
( A. F. Titiari )
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunia dan
bimbingan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
di program studi Bimbingan dan Konseling.
Diucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus
memberikan bantuan dan dukungan selama penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M. Hum., dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, dukungan, dan bimbingan dalam membantu peneliti hingga dapat
menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Drs. Wens Tanlain M. Pd, dan Fajar Santoadi, S.Pd, dosen penelitian yang
memberikan saran berguna selama melakukan pengolahan data hasil penelitian.
4. Ibu A. Setyandari, S.Pd., Psi., MA, sekretaris prodi Bimbingan dan Konseling
yang membantu kelancaran proses pengujian penelitian.
5. Para Dosen program studi Bimbingan dan Konseling, yang memberikan ilmu.
6. Para staf dan karyawan Universitas Sanata Dharma, yang banyak membantu
peneliti selama menempuh kuliah.
7. Dra. Tyas Rahwinarni beserta staf Bimbingan dan Konseling SMA Bopkri I
Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.
ix
8. Siswa SMA Bopkri I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008–2009, yang
telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian.
9. Bapak M. S. Syter Lapin dan ibu Henywati, orang tua peneliti yang selalu
memberikan kasih sayang dan pengetahuan.
10. Florina Wiwin dan Yasinta Lisa, kakak yang selalu memberi motivasi dan cinta.
11. Seluruh keluarga besar di Menjalin Kalimantan Barat, yang dengan sabar
memberikan dukungan moral dan spiritual.
12. Anggun Gita Sari beserta seluruh keluarga besar di Jawa, yang dengan tulus
memberikan waktu dan perhatian selama peneliti menempuh kuliah.
13. Donal Sinaga, Agung, dan seluruh mahasiswa program studi Bimbingan dan
Konseling, atas kebersamaan selama menempuh kuliah.
14. Teman-teman UKPM Natas, yang selalu berbagi pengalaman dan keceriaan.
15. Aryono, Marci, Morris, Evan, Andre dan teman-teman 8A United, atas
dukungannya.
16. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun peneliti
berharap, skripsi ini tetap berguna bagi siapa saja yang berkecimpung dalam dunia
Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta, Juli 2009
Peneliti
A. F. Titiari
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v
ABSTRAK............................................................................................................ vi
ABSTRACT........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
E. Definisi Operasional ............................................................................. 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 10
A. Partisipasi............................................................................................. 10
1. Pengertian Partisipasi...................................................................... 10
2. Tahap-tahap Partisipasi ................................................................... 11
3. Macam-macam Partisipasi .............................................................. 13
B. Kegiatan Ekstrakurikuler ...................................................................... 25
1. Hakikat dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler................................. 25
2. Kegiatan Ekstrakurikuler SMA BOPKRI I Yogyakarta................... 26
C. Siswa Sebagai Remaja.......................................................................... 34
1. Pengertian Siswa Sebagai Remaja................................................... 34
2. Ciri-ciri Siswa Sebagai Remaja....................................................... 36
3. Perkembangan Diri Remaja ............................................................ 37
xi
4. Siswa Jurusan IPA .......................................................................... 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 39
A. Jenis Penelitian..................................................................................... 39
B. Subjek Penelitian.................................................................................. 39
C. Instrumen Penelitian ............................................................................. 41
D. Prosedur Pengumpulan Data................................................................. 46
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 48
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 48
B. Pembahasan.......................................................................................... 61
BAB V. PENUTUP .............................................................................................. 64
A. Kesimpulan .......................................................................................... 64
B. Saran .................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rincian Anggota Populasi Siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta Kelas
XI IPA Tahun Pelajaran 2008-2009 ...................................................... 40
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Kegiatan Ekstrakurikuler SMA BOPKRI I
Yogyakarta Kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2008-2009 ......................... 43
Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Aspek-aspek Perkembangan Diri ........................... 44
Tabel 4 Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian................................ 46
Tabel 5 Siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta Kelas XI IPA Tahun Pelajaran
2008-2009 yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler ........................... 48
Tabel 6 Kegiatan Ekstrakurikuler yang Diikuti Siswa SMA BOPKRI I
Yogyakarta Kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2008-2009 ......................... 49
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Permohonan Ijin Penelitian Kepada Walikota Yogyakarta ....... 70
Lampiran 2 : Ijin Penelitian dari Walikota Yogyakarta ................................. 71
Lampiran 3 : Ijin Penelitian Kepada SMA BOPKRI I Yogyakarta ................ 72
Lampiran 4 : Kuesioner ................................................................................ 73
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dipaparkan latar belakang pengambilan topik, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi oprasional.
A. LATAR BELAKANG
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan remaja yang berada
pada masa mencari identitas diri. Erickson mengatakan identitas diri yang dicari
remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam
masyarakat (Hurlock, 1997: 206).
Siswa SMA kelas XI berusia sekitar 15-18 tahun. Pada usia ini, siswa
berada pada masa remaja pertengahan. Dalam masa tersebut, siswa berada pada
masa remaja yang mengalami perkembangan sangat pesat, baik fisik maupun
psikis (Rahayu, 2006: 288). Seiring dengan perkembangan tersebut, pemahaman
dan pengetahuan siswa semakin bertambah sehingga siswa mulai memahami
potensi-potensi, bakat, dan minat yang dimiliki siswa.
Siswa SMA kelas XI IPA merupakan siswa yang mempelajari
pelajaran IPA (Kimia, Fisika, dan Biologi). Kegiatan siswa yang mempelajari
pelajaran IPA mencakup bertanya jawab, berdiskusi, bekerja dalam kelompok
membaca, mencatat, berlatih mengerjakan soal-soal latihan, melakukan
demonstrasi, melakukan eksperimen, melakukan penemuan, menggunakan
perpustakaan, mengulang bahan pelajaran, membuat ringkasan, dan
mempersiapkan menempuh ujian (Risnawati, 2005: 10-14). Kegiatan siswa kelas
2
IPA membutuhkan waktu yang cukup dan penjadwalan yang tepat agar siswa
kelas IPA dapat mempersiapkan kegiatannya dengan baik. Pada situasi ini, akan
dilihat kesediaan siswa kelas IPA untuk tetap mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
demi penyaluran potensi-potensi, bakat dan minat dalam bidang selain akademik.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan yang sangat
menentukan dalam rangka peningkatan potensi, bakat dan minat, terutama pada
perkembangan diri siswa sebagai remaja. Ali (2005) mengungkapkan bahwa
perkembangan diri siswa sebagai remaja nampak pada perubahan aspek jasmani
atau fisik dan rohani atau psikis siswa. Gejala-gejala perkembangan diri siswa
sebagai remaja nampak pada perkembangan dan pertumbuhan fisik,
perkembangan intelektual, perkembangan kreativitas, perkembangan emosi,
perkembangan bakat khusus, perkembangan hubungan sosial, perkembangan
kemandirian, perkembangan bahasa, dan perkembangan nilai.
Sekolah Menengah Atas sebagai lembaga pendidikan harus dapat
betul-betul memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan remaja
(Van Der Linden & Roeders dalam Rahayu, 2006: 288). Pada umumnya
pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa
mengembangkan potensi, bakat, dan kemampuannya secara optimal sehingga
siswa mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan
kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat (Munandar, 2002: 4). Setiap
individu mempunyai potensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, siswa
membutuhkan layanan pendidikan yang berbeda pula. Pendidikan bertanggung
3
jawab untuk membina dan mengembangkan potensi-potensi, bakat, dan minat
siswa.
Dalam upaya mengembangkan potensi-potensi, bakat, dan minat
siswa, keputusan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Rencana
Strategis (Renstra) Depdiknas tahun 2005–2009 menekankan bahwa pelaksanaan
pembelajaran di sekolah saat ini harus bertujuan mengembangkan diri siswa
melalui: (1) Olah hati untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan,
meningkatkan akhlak mulia, budi pekerti atau moral, membentuk kepribadian
unggul, dan membangun kepemimpinan; (2) Olah pikir untuk membangun
kompetensi dan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) Olah rasa untuk
meningkatkan sensitifitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan
budaya; dan (4) Olahraga untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan,
dan kesiapan fisik serta keterampilan kinestetis (Renstra Depdiknas Tahun 2005 -
2009, 2005: 15).
Pada hakekatnya, siswa selalu ingin mengetahui dan mengembangkan
potensi, bakat, dan minatnya. Dalam konteks pendidikan, pengembangan potensi,
bakat, dan minat siswa diupayakan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan di sekolah, pada jam pelajaran, di mana mata pelajaran yang
diajarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kegiatan Kokurikuler adalah
kegiatan yang ditentukan oleh guru dan dilakukan di luar jam pelajaran
intrakurikuler, bisa dilakukan di lingkungan sekolah, ataupun di luar sekolah, dan
pada dasarnya bertujuan agar siswa menghayati dan lebih mengalami apa yang
4
dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
di luar jam pelajaran intrakurikuler dengan tujuan memperdalam dan memperluas
pengetahuan siswa, menyalurkan bakat minat, serta melengkapi pembinaan
manusia seutuhnya (Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1990: 2)
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan
institusi sekolah. Berbeda dari pengaturan kegiatan intrakurikuler yang secara
jelas disiapkan dalam perangkat kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler lebih
mengandalkan inisiatif sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan
dalam beragam cara dan isi. Penyelenggaraan kegiatan yang memberikan
kesempatan luas kepada pihak sekolah, selanjutnya menuntut pimpinan sekolah,
guru, siswa, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk secara kreatif
merancang sejumlah kegiatan sebagai muatan kegiatan ekstrakurikuler. Sejalan
dengan visi dan misi sekolah untuk mengembangkan potensi, bakat, dan minat
siswa, SMA BOPKRI I Yogyakarta merancang kegiatan ekstrakurikuler yang
menitikberatkan pada perkembangan diri siswa. Muatan-muatan kegiatan
ekstrakurikuler SMA BOPKRI I Yogyakarta, yaitu program keagamaan, pelatihan
profesional, organisasi siswa, olahraga, rekreasi dan waktu luang, kegiatan seni
dan budaya, perkemahan, dan live in exposure.
Program keagamaan, bermanfaat bagi peningkatan kesadaran moral
beragama peserta didik. Pelatihan profesional, ditujukan pada pengembangan
kemampuan nilai tertentu dan bermanfaat bagi siswa dalam pengembangan
keahlian khusus. Organisasi siswa, menyediakan sejumlah program dan tanggung
jawab yang dapat mengarahkan siswa pada pembiasaan hidup berorganisasi.
5
Olahraga, bermanfaat untuk mengembangkan bakat olahraga dan pengembangan
fisik siswa. Rekreasi dan waktu luang, dapat membimbing siswa untuk
penyadaran nilai kehidupan manusia, alam, bahkan Tuhan. Kegiatan seni dan
budaya, berhubungan dengan penyadaran peserta didik terhadap nilai-nilai
budaya. Program perkemahan, mendekatkan peserta didik dengan alam. Program
live in exposure, dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengetahui nilai-nilai yang berkembang di masyarakat.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di luar jam pelajaran,
selain membantu siswa dalam pengembangan minatnya, juga membantu siswa
agar mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan
tanggung jawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tertera rumusan tentang kegiatan
ekstrakurikuler, sebagai berikut:
“Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, moral, belajar, dan pengembangan karir peserta didik”.
Hurlock (1997: 209) juga menegaskan bahwa:
”Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan intelektual dan konsep yang penting pada kecakapan sosial, namun hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan ketrampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler menguasai praktek ini. Namun mereka yang tidak aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, tidak memperoleh kesempatan ini”.
Berdasarkan dua rumusan mengenai kegiatan ekstrakurikuler di atas,
dapat diketahui bahwa perkembangan diri siswa sebagai remaja difasilitasi dan
6
dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan ekstrakurikuler
dikembangkan pengalaman-pengalaman yang bersifat nyata yang dapat membawa
siswa pada kematangan jasmani dan rohani. Dengan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, siswa lebih dapat mengembangkan diri dari pada siswa yang tidak
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari
siswa.
Partisipasi merupakan proses aktif untuk terlibat secara mental dan
emosional berdasarkan inisiatif sendiri untuk melaksanakan tujuan dan tanggung
jawab dalam kelompok. Kematangan perkembangan diri siswa sebagai remaja
melalui kegiatan ekstrakurikuler tidak akan terlaksana tanpa ada partisipasi dari
siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Keinginan untuk mengetahui
bagaimana partisipasi siswa SMA dalam kegiatan ekstrakurikuler merupakan hal
yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti topik mengenai partisipasi siswa
SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 dalam
kegiatan ekstrakurikuler demi perkembangan diri. Apabila siswa berpartisipasi
dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sehingga aspek perkembangan
diri terbina, maka hal ini akan terus didukung; apabila siswa tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, maka perlu ada kegiatan bimbingan kepada
siswa.
7
B. RUMUSAN MASALAH
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui :
1. Bagaimana partisipasi siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA
tahun pelajaran 2008-2009 dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah demi
perkembangan diri?
2. Apa saja manfaat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menurut siswa SMA
BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan
1. Partisipasi siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran
2008-2009 dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah demi perkembangan
diri.
2. Manfaat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menurut siswa SMA BOPKRI I
Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009
D. MANFAAT PENELITIAN
1. SMA BOPKRI I Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi sekolah mengenai
kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi siswa kelas XI IPA dalam kegiatan
ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah. Kemudian menjadi
8
dasar untuk menentukan kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler.
2. Siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman pada siswa SMA
BOPKRI I Yogyakarta tentang pentingnya mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah, karena dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa
dapat menyalurkan potensi, bakat dan minatnya.
3. Peneliti
Dengan mengetahui partisipasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler, maka jika kelak
menjadi guru pembimbing, peneliti termotivasi untuk mendukung
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Partisipasi siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun
pelajaran 2008-2009 dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah demi
perkembangan diri adalah keikutsertaan siswa SMA BOPKRI I
Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 dalam kegiatan
pendidikan sekolah.
2. Manfaat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah adalah
perkembangan dan pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual,
perkembangan kreativitas, perkembangan emosi, perkembangan bakat
khusus, perkembangan hubungan sosial, perkembangan kemandirian,
perkembangan bahasa, dan perkembangan nilai.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PARTISIPASI
1. Pengertian Partisipasi
Nasdian (2004) memaknai partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif
yang diambil oleh individu sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses dimana mereka dapat
menegaskan kontrol secara efektif.
Partisipasi menurut Huneryager dan Heckman (1992: 30) adalah
keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang
mendorongnya memberi sumbangan tujuan kelompok serta membagi
tanggung jawab bersama mereka.
Suharsono (2005) mengartikan partisipasi sebagai hal atau usaha
ikut berperan serta dalam suatu kegiatan, sedangkan partisipan adalah orang
yang ikut berperan serta dalam kegiatan tersebut.
Dari tiga definisi partisipasi diatas, dapat disimpulkan bahwa
partisipasi merupakan proses aktif untuk terlibat dan berperan serta secara
mental dan emosional berdasarkan inisiatif sendiri untuk melaksanakan tujuan
dan tanggung jawab dalam kelompok.
10
2. Tahap-tahap Partisipasi
Cohen dan Uphoff dalam Intania (2003) membagi partisipasi ke
dalam beberapa tahapan, yaitu:
a. Tahap pengambilan keputusan (perencanaan) yang diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam pertemuan kelompok.
b. Tahap pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa:
1) Partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran
2) Partisipasi dalam bentuk sumbangan materi
3) Partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota kelompok.
c. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan
partisipasi pada tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Selain itu,
dengan adanya peran langsung dalam kegiatan, maka semakin bermanfaat
kegiatan yang dirasakan berarti kegiatan tersebut sesuai kebutuhan.
d. Tahap evaluasi, dianggap penting karena partisipasi pada tahap ini
dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi
perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
3. Macam-macam Partisipasi
Menurut Effendi (2002: 5) partisipasi terbagi atas dua macam,
yaitu:
a. Partisipasi vertikal, terjadi dalam kondisi tertentu bahwa satu pihak
mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, berperan sebagai
bawahan atau pengikut.
11
b. Partisipasi horizontal, terjadi dalam bentuk usaha bersama, melakukan
kegiatan atas dasar kerjasama antara satu pihak dengan pihak lain.
B. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
1. Hakikat dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Hakikat Kegiatan Ekstrakurikuler
Direktorat Pendidikan Kesiswaan (1990: 2), mendefinisikan
kegitan ekstrakurikuler sebagai berikut:
“Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran intrakurikuler dengan tujuan memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, menyalurkan bakat minat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya.”
Sedangkan Hastuti (2004: 575), merumuskan kegiatan
ekstrakurikuler sebagai berikut:
”Kegiatan ekstrakurikuler terbagi atas kegiatan yang diatur dalam kegiatan pendidikan di sekolah, kegiatan yang berhubungan dengan rekreasi, kebudayaan, olahraga, dan pelayanan sosial. Semua kegiatan dapat dilakukan di dalam dan di luar sekolah.”
Berdasarkan dua rumusan mengenai kegiatan ekstrakurikuler di
atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian
dari pengembangan institusi sekolah. Berbeda dari pengaturan kegiatan
intrakurikuler yang secara jelas disiapkan dalam perangkat kurikulum,
kegiatan ekstrakurikuler lebih mengandalkan inisiatif sekolah untuk
memperdalam dan memperluas serta mengembangkan potensi,
pengetahuan maupun kemampuan siswa berdasarkan bakat dan minatnya.
12
b. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Tujuan ekstrakurikuler dengan sendirinya harus sejalan dengan
tujuan pendidikan. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler juga bermuara pada pembentukan manusia seutuhnya,
seperti tercakup dalam rumusan tujuan pendidikan nasional. Kegiatan
ekstrakurikuler mempunyai tujuan sebagai berikut (SK Dirjen Dikdasmen
No. 226/C/Kep/1992):
1) Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan,
menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya dalam arti, sebagai berikut
a) Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b) Berbudi pekerti luhur
c) Memiliki pengetahuan dan keterampilan
d) Sehat jasmani dan rohani
e) Berkepribadian yang mantap dan mandiri
f) Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
2) Siswa dapat lebih memantapkan kepribadian dan lebih mampu
menarik hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dalam
program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
13
Berdasarkan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di
sekolah, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler
adalah:
1) Untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan, meningkatkan
akhlak mulia, budi pekerti, atau moral, membentuk kepribadian
unggul, dan membangun kepemimpinan.
2) Untuk membangun kompetensi dan kemandirian ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3) Untuk meningkatkan sensitifitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta
daya ekspresi seni dan budaya.
4) Untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan, dan
kesiapan fisik serta ketrampilan kinestetis.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler SMA BOPKRI I Yogyakarta
a. SMA BOPKRI I Yogyakarta
SMA BOPKRI I Yogyakarta di kalangan masyarakat lebih di kenal
dengan nama SMA BOSA, beralamat di jalan Wardhani 2 Yogyakarta.
Berdiri pada awal Agustus 1946 di bawah naungan Yayasan BOPKRI
(Badan Oesaha Pendidikan Kristen Repoeblik Indonesia). SMA BOPKRI I
Yogyakarta menempati gedung bekas Christelijke MULO School yang
pada masa kemerdekaan ditempati oleh Militer Akademi Yogyakarta (Mei
1946-Desember 1948).
14
SMA BOPKRI I Yogyakarta selalu berupaya mengembangkan
pendidikan dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan di segala
bidang agar pelayanan pendidikan di SMA BOPKRI I Yogyakarta
semakin berkualitas dan diminati masyarakat. Untuk menuntun
pengembangan pendidikan, SMA BOPKRI I Yogyakarta memiliki visi
dan misi yang dijadikan pedoman untuk meningkatkan kualitas
pendidikannya. Visi SMA BOPKRI I Yogyakarta yaitu ”Menuju mutu
pendidikan dengan dasar kasih serta didukung tenaga kependidikan
profesional yang mampu melayani setiap peserta didik untuk menjadi
manusia kritis dan humanis”. Sedangkan misi SMA BOPKRI I
Yogyakarta sebagai berikut:
1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien
2) Memberi kesempatan bagi setiap warga sekolah untuk saling
mengenali potensi diri dan mengembangkannya secara optimal
3) Membentuk manusia berbudi luhur dan memiliki kompetensi
tinggi
4) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri, mampu
menanggapi dan menjawab setiap perubahan kini dan masa depan
5) Saling memberikan yang terbaik pada sesama
b. Program Kegiatan Ekstrakurikuler SMA BOPKRI I Yogyakarta
Kegiatan ekstrakurikuler terbagi atas kegiatan yang diatur dalam
kegiatan pendidikan di sekolah, kegiatan yang berhubungan dengan
15
rekreasi, kebudayaan, olahraga, dan pelayanan sosial. Semua kegiatan
dapat dilakukan di dalam dan di luar sekolah (Winkel, 2004: 575).
Kegiatan ekstrakurikuler SMA BOPKRI I Yogyakarta yang telah
disusun berdasarkan beberapa program, disajikan pada siswa berdasarkan
tiga kategori: ekstrakurikuler wajib, ekstrakurikuler pilihan, dan
ekstrakurikuler keagamaan. Pembagian kegiatan ekstrakurikuler SMA
BOPKRI I Yogyakarta terinci sebagai berikut (Program pendidikan di
SMA BOPKRI I Yogyakarta, 2008):
1) Ekstrakurikuler wajib
a) Pramuka
Kegiatan ini dapat menyediakan sejumlah program dan tanggung
jawab yang dapat mengarahkan siswa untuk menjadi manusia yang
berkepribadian dan berwatak luhur dan kuat keyakinan
beragamanya, tinggi kecerdasan dan keterampilannya, kuat dan
sehat fisiknya, warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila,
setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sehingga menjadi angota masyarakat yang baik dan berguna, yang
sanggup dan mampu menyelanggarakan pembangunan bangsa dan
negara. Pelatihan kegiatan ini setiap satu kali dalam seminggu,
yaitu pada hari Sabtu.
b) Student Research
Kegiatan ini melatih siswa untuk dapat meneliti, mengevaluasi
sesuatu berdasarkan kemampuannya berbahasa inggris. Pelatihan
16
kegiatan ini setiap satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari Jumat.
Peneliti tidak akan meneliti kegiatan ini, karena kegiatan ini hanya
untuk kelas khusus Rintisan Sekolah Berbasis International
(RSBI).
c) English Experience Day
Kegiatan ini merupakan wadah bagi siswa yang berminat dan ingin
mengembangkan kemampuan berbahasa ingris. Pelatihan kegiatan
ini setiap satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari Sabtu.
Pelatihan kegiatan ini setiap satu kali dalam seminggu, yaitu pada
hari Jumat. Peneliti tidak akan meneliti kegiatan ini, karena
kegiatan ini hanya untuk kelas khusus Rintisan Sekolah Berbasis
International (RSBI).
2) Ekstrakurikuler pilihan
a) Paduan Suara
Kegiatan ini merupakan kelompok seni olah vokal sebagai wadah
bagi siswa yang berminat dan ingin mengembangkan daya
apresiasi dalam bidang seni suara Pelatihan kegiatan ini
dilaksanakan dua kali seminggu, yaitu pada hari Senin dan Rabu.
b) Musik
Kegiatan ini merupakan wadah bagi siswa yang berminat dan ingin
mengembangkan daya apresiasi dalam seni musik maupun band.
Pelatihan kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu.
17
c) Tari / Karawitan
Kegiatan ini merupakan wadah bagi siswa yang berminat dan ingin
mengembangkan daya apresiasi dalam seni tari tradisional.
Kegiatan ini juga berguna untuk mengisi kegiatan seni di sekolah.
Pelatihan kegiatan ini dilaksanakan dua kali seminggu, yaitu pada
hari Rabu dan Kamis.
d) Bahasa Mandarin
Kegiatan ini merupakan wadah bagi siswa yang berminat dan ingin
mengembangkan kemampuan berbahasa Mandarin. Pelatihan
kegiatan ini setiap satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari Jumat.
e) Bahasa Jepang
Kegiatan ini merupakan wadah bagi siswa yang berminat dan ingin
mengembangkan kemampuan berbahasa Jepang. Pelatihan
kegiatan ini setiap satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari Jumat.
f) Basket
Kegiatan ini merupakan wadah bagi siswa yang berminat dan ingin
mengembangkan daya apresiasi dalam bidang olah raga basket.
Pelatihan kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis
untuk tim inti serta pada hari Selasa dan Jumat untuk anggota
umum.
g) Volley
Kegiatan ini merupakan wadah bagi siswa yang berminat dan ingin
mengembangkan daya apresiasi dalam bidang olah raga bola
18
volley. Pelatihan kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Kamis dan
Sabtu.
h) Futsal
Kegiatan ini merupakan wadah bagi siswa yang berminat dan ingin
mengembangkan daya apresiasi dalam bidang olah raga futsal.
Pelatihan kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Senin untuk tim inti
dan setiap hari Selasa dan Jumat untuk anggota umum.
i) Tae Kwon Do
Kegiatan ini merupakan wadah bagi siswa yang berminat dan ingin
mengembangkan bakat dalam bidang bela diri, khususnya bela diri
yang menggunakan kaki sebagai andalannya. Kegiatan ini juga
berguna untuk mengembangkan mental dari para anggotanya.
Pelatihan kegiatan ini dilaksanakan dua kali seminggu, yaitu pada
hari Rabu dan Minggu.
j) Jurnalistik
Kegiatan ini merupakan wadah pengembangan minat dan
kreativitas siswa dalam bidang jurnalistik dengan menerbitkan
majalah BOSA sebagai media jurnalistik di sekolah. Pelatihan
kegiatan ini setiap satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari Jumat.
k) Fotografi
Kegiatan ini menjadi wadah untuk membina dan melatih kepekaan
siswa dalam seni khususnya seni fotografi. Kegiatan ini juga
berguna untuk melatih siswa menjadi terampil dalam
19
pendokumentasian yang diawali dengan mengabadikan dan
mendokumentasikan kegiatan yang dilaksanakan sekolah.
Pelatihan kegiatan ini setiap satu kali dalam seminggu, yaitu pada
hari Jumat.
l) PMR (Palang Merah Remaja)
Kegiatan ini merupakan kegiatan siswa yang bersifat sosial.
Kegiatan PMR melatih siswa untuk tanggap memberikan
pertolongan pada orang lain yang mengalami penderitaan.
Kegiatan ini juga mengembangkan semangat sukarela dan tanpa
pamrih. Pelatihan kegiatan ini setiap satu kali dalam seminggu,
yaitu pada hari Rabu.
m) DMSC (Pecinta Alam)
Kegiatan ini mendekatkan siswa dengan alam. Karena itu, agar
kegiatan ini tidak hanya sekedar hiburan atau menginap di alam
terbuka, sejumlah kegiatan seperti perlombaan olahraga, kegiatan
intelektual, uji ketahanan, uji keberanian, dan penyadaran spiritual
merupakan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan dalam
kegiatan ini. Pelatihan kegiatan ini setiap satu kali dalam
seminggu, yaitu pada hari Rabu.
n) Karya Ilmiah Remaja
Kegiatan ini sengaja dirancang untuk memberikan kesempatan
kepada siswa menyingkap suatu hal yang berkembang di
masyarakat. Siswa aktif mengamati dan meneliti, dan kemudian
20
menganalisis hal tersebut dalam kaitannya dengan kehidupan di
sekolah.
o) TOEIC (Tes Of English For International Comunication)
Kegiatan ini dirancang untuk mempersiapkan siswa untuk
mengikuti TOEIC dan kemudian ingin mengikuti pendidikan
internasional di luar negeri. Kegiatan ini menuntut kemampuan
menggunakan komunikasi dengan bahasa Inggris. Pelatihan
kegiatan ini setiap satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari Sabtu.
3) Ekstrakurikuler keagamaan
Program ini bermanfaat bagi peningkatan kesadaran moral
beragama siswa. Program ekstrakurikuler keagamaan terintegrasi
dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:
(a) Persekutuan Anak BOSA
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu pelaksanaan kegiatan
keagamaan di sekolah, misalnya persekutuan doa, kegiatan doa
harian, dan seminar keagamaan.
(b) Katekisasi
Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa dalam
mendalami keimanan dan persiapan untuk menuju pengalaman
iman dan baptis.
Semua kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah dalam
rangka pengembangan potensi-potensi siswa demi pembinaan manusia
seutuhnya, ditanggapi oleh siswa berdasarkan minatnya.
21
C. SISWA SEBAGAI REMAJA
1. Pengertian Siswa Sebagai Remaja
Siswa adalah individu yang berada pada usia remaja. Ada banyak
buku yang berusaha membahas secara jelas pengertian “Remaja”. Remaja atau
adolescence berasal dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti tumbuh
menjadi dewasa (Hurlock, 1997: 206). Piaget menjelaskan bahwa istilah
adolescence adalah individu yang sedang tumbuh menjadi dewasa, baik secara
mental, emosional, dan fisik. Secara psikologis, remaja berusaha masuk ke
dalam lingkungan orang dewasa (Hurlock, 1997: 206). Jadi, remaja adalah
individu yang berkembang menuju kedewasaan. Remaja merupakan periode
transisi ketika individu berubah secara fisik dan psikologis dari kanak-kanak
menuju dewasa (Rahayu, 2006: 262).
Siswa SMA merupakan remaja yang berusia sekitar 15-18 tahun.
Sesuai dengan usia perkembangan, masa remaja berada diantara umur 12–21
tahun. Dengan pembagian 12–15 tahun merupakan masa remaja awal, 15–18
tahun merupakan masa remaja pertengahan, 18–21 tahun merupakan remaja
akhir (Rahayu, 2006: 262). Berdasarkan usia siswa, dapat disimpulkan bahwa
mereka berada pada masa remaja pertengahan. Pada masa remaja pertengahan,
siswa tersebut mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik fisik maupun
psikis. Seiring dengan perkembangan tersebut, siswa memiliki karakteristik
tertentu sebagai ciri-ciri perkembangan remaja.
22
2. Ciri-ciri Siswa Sebagai Remaja
Masa remaja berada diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa
(Rahayu, 2006: 259). Seperti halnya dengan semua periode yang penting
selama rentang kehidupan, masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 1997:
207). Ciri-ciri khas remaja dapat menjadi gambaran mengenai pola perilaku
dan minat remaja terhadap sesuatu, khususnya minat remaja terhadap kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah. Ciri-ciri khas masa remaja diantaranya adalah:
a. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Masa remaja sebagai periode yang penting karena pada
periode ini terjadi perubahan pada sikap dan perilaku. Perubahan
tersebut terjadi karena adanya perkembangan fisik dan mental.
Perkembangan ini menuntut penyesuaian mental dan perlunya
membentuk sikap, nilai, dan minat yang baru.
b. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
Masa remaja menunjukkan sifat-sifat masa transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi
tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Masa peralihan harus di
pelajari remaja agar mampu memikul tanggung jawabnya nanti dalam
masa dewasa. Masa peralihan ini memberi keuntungan pada remaja
untuk dapat mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku yang paling sesuai dengan dirinya.
23
c. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Pada masa remaja, terjadi percepatan perkembangan fisik
yang memepengaruhi perkembangan sosial, emosi, intelektual,
perubahan pada minat, pola perilaku, dan nilai-nilai sosial. Apa yang
dianggap penting pada masa kanak-kanak, pada masa remaja sudah
dianggap tidak penting lagi.
d. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Menurut Erikson (Hurlock, 1997 : 208), identitas yang
dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa
peranannya dalam masyarakat. Remaja menunjukkan identitas dirinya
melalui simbol-simbol status untuk mencari perhatian agar dipandang
sebagai individu yang memiliki identitas tertentu pada kelompok
sebaya.
e. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan dengan melihat
dirinya dan orang lain berdasarkan apa yang remaja inginkan dan
bukan seperti yang terjadi sebenarnya. Pada masa ini remaja cenderung
memiliki cita-cita yang tidak realistik. Cita-cita remaja ini cenderung
sulit diterima orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja menjadi
kecewa apabila cita-cita yang telah ditetapkan tidak tercapai.
f. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
Dengan semakin dekatnya usia dewasa, remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan anggapan-anggapan negatif pada masa
24
remaja. Remaja berusaha menunjukkan pola perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, berupa merokok, minum minuman
keras, dan terlibat dalam perbuatan seks. Remaja menganggap bahwa
perilaku ini akan memberikan citra dewasa yang mereka inginkan.
Ciri-ciri remaja menunjukkan perubahan yang terjadi pada diri
remaja sebagai gejala khas untuk membedakan masa remaja dari masa
sebelum masa remaja yaitu masa kanak-kanak dan sesudah masa remaja yaitu
masa dewasa. Ciri-ciri remaja tersebut diatas, merupakan gambaran perubahan
menuju kematangan. Proses kematangan ditunjukkan dengan terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan pada diri remaja.
3. Perkembangan Diri Remaja
a. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan
fisiologis yang bersifat progresif dan terus-menerus serta berlangsung
dalam proses tertentu (Ali, 2005: 11). Pertumbuhan menimbulkan
bertambahnya berat badan, panjang atau tinggi badan, tulang dan otot
menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar, dan organ tubuh
menjadi lebih sempurna.
Perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang bersifat
progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik
psikis yang baru (Ali, 2005: 11). Perkembangan antara lain dipengaruhi
25
oleh perubahan struktur biologis. Perubahan kemampuan dan karakteristik
psikis sebagai hasil dari perubahan dan kesiapan struktur biologis sering
dikenal dengan istilah kematangan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling
berkaitan dan keduanya merupakan perubahan yang berasal dari dalam
diri. Pertumbuhan dan perkembangan di pengaruhi oleh lingkungan dan
proses belajar, sedangkan proses belajar hanya mungkin berhasil jika ada
kematangan. Untuk mencapai kematangan, perubahan aspek dalam diri
remaja menimbulkan gejala-gejala yang menjadi ciri-ciri perkembangan
remaja.
b. Ciri-ciri Perkembangan Remaja
1) Perkembangan dan pertumbuhan fisik
Siswa yang berada pada masa remaja mengalami
perkembangan fisik yang cukup pesat sehingga ciri-ciri sebagai
remaja putra dan putri tampak jelas. Perubahan terutama menyangkut
pertumbuhan tinggi badan, berat badan, dan diikuti perubahan bagian
tubuh yang lain, terutama pada bagian tangan, tungkai, dan pinggul
(Soekanto, 1989: 14). Pertumbuhan fisik remaja yang sangat pesat,
seringkali menimbulkan gangguan pada perilaku dan bahkan
menimbulkan rasa asing dengan diri sendiri (Ali, 2005: 24). Untuk
itu, perlu adanya kegiatan-kegiatan olahraga sebagai tempat
penyaluran energi lebih yang dimiliki remaja supaya tidak disalurkan
pada perilaku-perilaku yang negatif.
26
Gejala yang tampak pada aspek fisik sebagai perwujudan dari
adanya perkembangan dalam diri remaja, antara lain (Ali, 2005: 3):
a) Pertumbuhan payudara pada wanita.
b) Pertumbuhan jakun pada pria.
c) Kulit yang semakin halus pada wanita.
d) Otot yang semakin kasar, kuat, dan kekar pada pria.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik
(Ali, 2005: 21-22), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri remaja,
berupa sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tua dan
pertumbuhan fisik remaja yang terjadi karena pengaruh kematangan.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari
luar diri remaja, mencakup kesehatan, gizi yang diperoleh melalui
makanan, dan stimulasi lingkungan berupa pelatihan untuk
meningkatkan percepatan pertumbuhan fisik.
2) Perkembangan intelektual
Menurut Mahfudin Shalahudin (Ali, 2005: 26), intelek adalah
akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan
hubungan dari proses berpikir. Perkembangan intelektual remaja
merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses
memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan.
Remaja mulai dapat berpikir logis, menimbang, mengamati,
mengingat, menganalisa, mengevaluasi, dan memecahkan
27
permasalahan yang berlangsung melalui interaksi dengan
lingkungan.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan
intelektual, yaitu (Ali, 2005: 34):
a) Faktor hereditas
Semenjak dalam kandungan, remaja telah memiliki sifat-sifat
yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial
remaja telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi
kemampuan berpikir setaraf normal, di atas normal, atau di
bawah normal.
b) Faktor lingkungan
Potensi yang ada dalam diri remaja tidak akan berkembang atau
terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi
kesempatan untuk berkembang. Lingkungan penentu
berkembangnya potensi remaja yaitu keluarga dan sekolah.
3) Perkembangan kreativitas
Drevdahl (Hurlock, 1978: 325) mendefinisikan kreativitas
sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi,
produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan
sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas dapat berbentuk
seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural
atau metodologis. Perkembangan kreativitas remaja tampak pada
kemampuan remaja untuk mewujudkan suatu keseluruhan dalam
28
pekerjaan yang merupakan hasil dari berkembangnya aspek
perasaan, moral, dan berpikir logis (Ali, 2005: 49).
Karakteristik kreativitas, antara lain (Torrance dalam Ali,
2005: 53):
a) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
b) Tekun dan tidak mudah bosan.
c) Percaya diri dan mandiri.
d) Merasa tertantang oleh perbedaan.
e) Berani mengambil resiko.
f) Berpikir logis.
Utami Munandar (Ali, 2005: 53) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kretivitas adalah usia, tingkat
pendidikan orang tua, tersedianya fasilitas, dan penggunaan waktu
luang.
4) Perkembangan emosi
Emosi merupakan suatu perasaan dan pikiran yang khas,
keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan
untuk bertindak (Daniel Goleman dalam Ali, 2005: 62). Bentuk-
bentuk emosi yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta,
terkejut, jengkel, dan malu. Kematangan emosi remaja nampak dari
kemampuan remaja untuk menilai situasi secara kritis terlebih dahulu
sebelum bereaksi secara emosional, tidak bereaksi tanpa berpikir
sebelumnya seperti kanak-kanak atau orang yang tidak matang
29
(Hurlock, 1997: 213). Untuk mencapai kematangan emosi, remaja
harus belajar memperoleh gambaran mengenai situasi-situasi yang
dapat menimbulkan reaksi emosional. Remaja juga dapat mencapai
kematangan emosi melalui katarsis emosi untuk menyalurkan
emosinya, berupa latihan fisik, bermain dan bekerja.
Gejala-gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek
emosi, antara lain (Ali, 2005: 3):
a) Ketidakstabilan emosi pada remaja.
Misalnya mudah menunjukkan sikap emosi yang meluap-luap
seperti mudah menangis, mudah marah, dan mudah tertawa.
b) Remaja semakin mampu mengendalikan diri.
Perkembangan emosi remaja nampak jelas pada perubahan
tingkah lakunya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi remaja, yaitu perubahan jasmani, perubahan
pola interaksi dengan orang tua, perubahan interaksi dengan teman
sebaya, perubahan pandangan terhadap dunia luar, dan perubahan
interaksi dengan sekolah.
5) Perkembangan bakat khusus
Bakat khusus atau talenta adalah kemampuan bawaan berupa
potensi yang bersifat khusus dan jika memperoleh kesempatan
berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuan tertentu
sesuai potensinya (Ali, 2005: 78). Menurut Conny Semiawan dan
Utami Munandar (dalam Ali, 2005: 79) jenis-jenis bakat khusus
30
dapat diklasifikasikan, baik yang masih berupa potensi maupun yang
sudah terwujud menjadi lima bidang, yaitu:
a) Bakat akademik khusus, merupakan bakat untuk bekerja dalam
angka-angka, logika bahasa, dan dalam kegiatan akademik
lainnya.
b) Bakat kreatif produktif, merupakan bakat untuk menciptakan
sesuatu yang baru.
c) Bakat seni, merupakan bakat khusus dalam bidang seni.
d) Bakat kinestetik, berupa bakat sepak bola, bulu tangkis, tenis,
tari, dan keterampilan teknik.
e) Bakat sosial, merupakan bakat yang menimbulkan kemahiran
dalam berkomunikasi, negosiasi, menawarkan produk, menjalin
hubungan dengan rang lain, dan memiliki sifat kepemimpinan.
Dengan bakat, individu dapat mencapai prestasi dalam
bidang tertentu. Untuk mewujudkan bakat ke dalam suatu prestasi
diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan motivasi.
Secara garis besar, terdapat dua faktor yang mempengaruhi
perkembangan bakat khusus, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu, yaitu minat, motif berprestasi, keberanian mengambil
resiko, keuletan dalam mengambil tantangan, dan kegigihan atau
daya juang dalam menghadapi kesulitan yang terjadi. Faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan individu
31
tumbuh dan berkembang. Faktor eksternal meliputi kesempatan
maksimal untuk mengembangkan diri, sarana dan prasarana,
dukungan orang tua atau keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan
pola asuh orang tua.
6) Perkembangan hubungan sosial
Ana Alisyahbana (Ali, 2005: 85) mendefinisikan hubungan
sosial sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di
sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya.
Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi, remaja harus banyak
membuat penyesuaian baru.
Menurut Monks (Rahayu, 2006: 276), perkembangan sosial
remaja dapat dilihat dari adanya dua macam gerakan, yaitu
memisahkan diri dari orangtua dan bergerak menuju kearah teman-
teman sebaya. Karena remaja lebih banyak bersama teman-teman
sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman-teman sebaya pada
sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari
pada pengaruh keluarga. Remaja juga mengalami perubahan dalam
pola hubungan dan pergaulan dengan teman-teman sebaya. Apabila
sebelumnya remaja hanya berteman dengan teman-teman sejenis
saja, sekarang remaja lebih senang berteman dengan teman-teman
lawan jenisnya (Hurlock, 1997: 213).
Dalam proses perkembangan sosial, remaja juga dengan
sendirinya memepelajari proses penyesuaian diri dengan
32
lingkungannya, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
maupun di lingkungan masyarakat (Ali, 2005: 93).
7) Perkembangan kemandirian
Kemandirian merupakan keberanian mengambil keputusan
yang dilandasi oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari
tindakan (Ali, 2005: 110). Kemandirian yang sehat adalah yang
sesuai dengan hakekat manusia paling dasar, yaitu memelihara
eksistensi diri.
Tingkat kemandirian remaja pada umumnya bervariasi dan
menyebar pada tingkatan sadar diri, seksama, individualistik, dan
mandiri (Ali, 2005:116). Sebagai individu yang mandiri, remaja
cenderung mampu berpikir alternatif, bertindak berdasarkan dasar
nilai dalam diri, menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang
lain, dan menghargai kemandirian orang lain
Kemandirian bukanlah potensi yang berkembang hanya
berdasarkan pembawaan sejak lahir, tetapi perkembangannya juga
dipengaruhi oleh lingkungan (Ali, 2005:118). Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan kemandirian, yaitu gen atau
keturunan, pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah, dan
sistem kehidupan di masyarakat.
8) Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa merupakan kemampuan individu
dalam menguasai kosakata, ucapan gramatikal, dan etika
33
pengucapannya dalam kurun waktu tertentu (Ali, 2005: 122).
Perkembangan bahasa dipengaruhi perkembangan kognitif.
Kemampuan berpikir formal dan berpikir ilmiah membantu remaja
untuk dapat menyusun hubungan secara teratur, membandingkan
secara kritis dan mengkomunikasikan suatu bahasa.
Sesuai dengan perkembangan psikis remaja yang sedang
berada pada fase mencari jati diri dan identitas, remaja seringkali
membangun dan memiliki bahasa khas remaja. Perkembangan
bahasa remaja sering disebut sebagai bahasa gaul. Gejala-gejala yang
tampak sebagai perkembangan pada aspek bahasa, antara lain (Ali,
2005: 4):
a) Bertambahnya perbendaharaan kata.
b) Kemahiran dan kelancaran dalam menggunakan bahasa dengan
memilih kata-kata secara tepat dan penggunaan tekanan kalimat
dengan tepat.
c) Remaja dapat menyusun bahasa secara baik dan benar untuk
menjabarkan suatu ide atau konsep.
d) Remaja dapat menyusun bahasa secara baik dan benar untuk
meringkas ide dalam deskripsi singkat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa yaitu kemampuan berpikir, pola komunikasi dalam keluarga,
jumlah anggota keluarga, posisi urutan kelahiran, dan kedwibahasaan
atau penggunaan bahasa lebih dari satu dalam keluarga.
34
9) Perkembangan nilai
Horrocks (Ali, 2005: 134) mendefinisikan nilai sebagai
sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial
membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai
sesuatu yang ingin dicapai. Nilai merupakan suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh remaja untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.
Remaja yang berada pada masa mancari jati diri mulai
menyadari pentingnya nilai dan mulai mengembangkan nilai-nilai
baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman, pegangan, atau
petunjuk dalam mencari jalan sendiri untuk menumbuhkan identitas
diri menuju kepribadian yang semakin matang. Gejala-gejala yang
ada pada perkembangan nilai, antara lain (Ali, 2005: 4):
a) Terbentuk pandangan hidup yang semakin jelas dan tegas.
b) Berkembangnya pemahaman tentang apa yang baik dan
seharusnya dilakukan serta apa yang dianggap tidak baik dan
tidak boleh dilakukan.
c) Berkembang sikap menghargai nilai-nilai dan menaati norma-
norma yang berlaku serta mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Nilai merupakan aspek yang berkembang dalam diri remaja
melalui interaksi antara aktivitas internal dan pengaruh stimulus
eksternal. Pada awalnya remaja belum memiliki nilai yang dianggap
35
baik oleh kelompok sosial, setelah berinteraksi dengan lingkungan
remaja akan mulai belajar akan nilai-nilai tertentu yang dianggap
penting oleh kelompok sosial. Faktor lingkungan yang berpengaruh
pada perkembangan nilai mencakup aspek psikologis, sosial, budaya,
dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat (Ali, 2005: 146).
Pengembangan potensi-potensi, bakat, dan minat yang berguna
untuk perkembangan diri siswa dapat difasilitasi oleh sekolah melalui proses
pendidikan. Pendidikan di sekolah diantaranya terwujud dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
4. Siswa Jurusan IPA
Siswa SMA jurusan IPA merupakan siswa yang mempelajari
pelajaran IPA (Kimia, Fisika, Matematika dan Biologi). Mata pelajaran IPA
merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga mata pelajaran IPA bukan hanya kumpulan
penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip tetapi merupakan suatu proses penemuan. Tujuan dari pelajaran IPA
adalah sebagai wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
kehidupan sehari-hari dan diarahkan ”untuk mencari” dan ”berbuat” sehingga
36
dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar (Depdiknas, 2003: 6).
Risnawati (2005: 10-14) mengklasifikasikan kegiatan belajar siswa
jurusan IPA dalam mempelajari tiap mata pelajaran, yaitu:
a. Siswa bertanya jawab
Siswa bertanya bertanya pada guru mengenai kesulitan-kesulitan di
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru atau soal-
soal latihan yang dikerjakan sendiri.
b. Siswa berdiskusi
Siswa berdiskusi untuk mengerjakan tugas belajarnya,
memecahkan suatu topik bahasan yang diberikan oleh guru atau
persoalan yang ditemukan sendiri.
c. Siswa bekerja kelompok
Siswa bekerja bersama-sama dengan teman dan membentuk
kelompok untuk melakukan tugas-tugas atau latihan-latihan yang
diberikan oleh guru maupun yang dikerjakan sendiri.
d. Siswa membaca
Siswa membaca pelajaran dalam tiap mata pelajaran IPA (Kimia,
Fisika, Matematika dan Biologi), pada intinya untuk memahami
atau menangkap isi gagasan dari bacaan secara efektif dan efisien.
e. Siswa mencatat
Siswa mencatat hal-hal penting dari bacaan yang dibacanya untuk
membantu siswa dalam mempelajari tiap bahan pelajaran.
37
f. Siswa berlatih mengerjakan soal-soal latihan
Siswa mengerjakan soal-soal latihan Kimia, Fisika, Matematika
dan Biologi untuk melatih diri dalam memecahkan masalah-
masalah.
g. Siswa melakukan demonstrasi
Siswa dapat menerangkan atau menunjukkan kebenaran bahan
pelajaran yang sedang dipelajari dan melatih siswa dalam
mengembangkan ketrampilan psikomotorik. Siswa memeragakan
dalam sebuah tindakan disertai dangan penjelasan ilustrasi.
h. Siswa melakukan eksperimen
Siswa melakukan percobaan untuk mencoba sesuatu untuk
mengamati proses dari hasil percobaan itu. Tujuan melakukan
eksperimen adalah untuk melatih siswa merancang,
mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan serta
melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui
percobaan.
i. Siswa melakukan penemuan
Siswa berlatih menemukan hal yang dianggapnya baru dengan cara
memanipulasi objek pada saat melakukan eksperimen sebelum
penarikan kesimpulan.
38
j. Siswa menggunakan perpustakaan
Siswa mengunjungi perpustakaan untuk mencari buku-buku
pelajaran yang belum dimiliki dan juga dapat menambah
pengetahuan siswa.
k. Siswa melakukan pengulangan bahan pelajaran
Siswa memperhatikan dengan sungguh pada saat penjelasan
pelajaran, memahami bahan pelajaran dengan baik. Tiap-tiap bahan
pelajaran yang telah dipelajari dipahami dengan baik dan disimpan
dalam ingatan kemudian dilakukan pengulangan tiap-tiap bahan
pelajaran dengan baik dalam ingatan jangka panjang.
l. Siswa membuat ringkasan
Siswa membuat ringkasan dari tiap mata pelajaran yang dipelajari,
yang kemudian membantu siswa mengingat bahan pelajaran atau
akan membantu siswa mencari kembali materi-materi yang telah
dipelajari.
m. Siswa melakukan persiapan menempuh ujian.
Siswa mempersiapkan diri sebaik-baiknya, seperti mempelajari
bahan pelajaran, membuat ringkasan, dan mengatur waktu belajar
sebelum menempuh ujian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian,
instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan variabel atau
kondisi nyata dalam suatu situasi (Furchan, 2005: 447). Penelitian deskriptif
dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian
dilakukan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian metode survei karena penelitian
ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel tertentu dan data
yang dikumpulkan relatif terbatas dari kasus yang relatif besar jumlahnya.
B. SUBJEK PENELITIAN
Menurut Hadjar (1996: 133), subjek penelitian merupakan individu yang
ikut serta dalam penelitian sebagai sumber data. Subjek penelitian ini yaitu siswa
SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 dengan jumlah
82 siswa. Namun pada pelaksanaan penelitian, subjek yang hadir sebanyak 80 siswa.
Adapun lasan peneliti memilih siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta sebagai subjek
penelitian adalah sebagai berikut:
40
1. Program kegiatan ekstrakurikuler di SMA BOPKRI I Yogyakarta tertata rapi,
hal ini memudahkan peneliti dalam mencari data dan melaksanakan
penelitian.
2. Di SMA BOPKRI I Yogyakarta belum pernah ada penelitian yang berkaitan
dengan kegiatan ekstrakurikuler, sehingga peneliti bertujuan menyumbangkan
penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi SMA BOPKRI I Yogyakarta
dalam menyusun program kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
3. Peneliti membatasi penelitian pada kelas XI dengan alasan kelas XI sudah
mengalami kegiatan ekstrakurikuler di SMA BOPKRI I Yogyakarta selama
lebih dari satu tahun sedangkan kelas XII tidak lagi diwajibkan mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler.
Rincian subjek populasi disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Rincian Anggota Populasi Siswa SMA BOPKRI I YogyakartaKelas XI IPA Tahun Pelajaran 2008-2009
Kelas Jumlah Siswa
XI IPA 1 19
XI IPA 2 22
XI IPA 3 20
XI IPA 4 19
Total Siswa 80
Dari tabel 1, diketahui bahwa populasi penelitian adalah seluruh siswa
SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009.
41
C. INSTRUMEN PENELITIAN
Peneliti menggunakan instrumen ”Kuesioner Kegiatan Ekstrakurikuler di
Sekolah dan Perkembangan Diri” yang disusun peneliti berdasarkan kegiatan
ekstrakurikuler di SMA BOPKRI I Yogyakarta. Berikut ini peneliti menjelaskan
beberapa hal yang berkaitan dengan kuesioner:
1. Dalam kuesioner ini, responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang
positif terhadap suatu objek. Dalam hal ini, objek kuesioner adalah kegiatan
ekstrakurikuler yang terdapat di SMA BOPKRI I Yogyakarta dan aspek-
aspek perkembangan diri apa saja yang berkembang selama siswa SMA
BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Alternatif jawaban untuk mengetahui
kegiatan ekstrakurikuler yang diminati siswa dinyatakan dalam dua
kategori, yaitu ya dan tidak.
2. Butir-butir pernyataan dalam kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu:
a) Kegiatan ekstrakurikuler SMA BOPKRI I Yogyakarta,
1) Pramuka
2) Paduan Suara
3) Musik
4) Tari / Karawitan
5) Bahasa Mandarin
6) Bahasa Jepang
7) Basket
42
8) Volley
9) Futsal
10) Tae Kwon Do
11) Jurnalistik
12) Fotografi
13) PMR (Palang Merah Remaja)
14) DMSC (Pecinta Alam)
15) Karya Ilmiah Remaja
16) TOEIC (Tes Of English For International Comunication)
17) Persekutuan Doa Anak BOSA
18) Katekisasi
b) Aspek-aspek perkembangan diri,
1) Perkembangan dan pertumbuhan fisik
2) Perkembangan intelektual
3) Perkembangan kreativitas
4) Perkembangan emosi
5) Perkembangan bakat khusus
6) Perkembangan hubungan sosial
7) Perkembangan kemandirian
8) Perkembangan bahasa
9) Perkembangan nilai
43
Kisi-kisi kuesioner penelitian dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3:
Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Kegiatan Ekstrakurikuler SMA BOPKRI I Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008-2009
No Kegiatan Ekstrakurikuler Nomor Item
(Semua Positif)
Jumlah
Item
1. Pramuka 1 1
2. Paduan Suara 2 1
3. Musik 3 1
4. Tari / Karawitan 4 1
5. Bahasa Mandarin 5 1
6. Bahasa Jepang 6 1
7. Basket 7 1
8. Volley 8 1
9. Futsal 9 1
10. Tae Kwon Do 10 1
11. Jurnalistik 11 1
12. Fotografi 12 1
13. PMR (Palang Merah Remaja) 13 1
14. DMSC (Pecinta Alam) 14 1
15. Karya Ilmiah Remaja 15 1
16. TOEIC 16 1
17. Persekutuan Doa Anak BOSA 17 1
18. Katekisasi 18 1
Total Item 18
Dari tabel 2, diketahui bahwa setiap kegiatan ekstrakurikuler di SMA
BOPKRI I Yogyakarta menjadi item-item pertanyaan instrumen penelitian.
44
Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Aspek-aspek Perkembangan Diri
No Aspek-aspek
Perkembangan Diri
Pilihan Pernyataan Jumlah
Item
1. Perkembangan dan pertumbuhan fisik
Pertumbuhan dan kekuatan fisik
1
2. Perkembangan intelektual Pengetahuan makin bertambah
1
3. Perkembangan kreativitas Mampu menciptakan hal baru / kreatif
1
4. Perkembangan emosi Mampu mengendalikan emosi
1
5. Perkembangan bakat khusus
Meningkatkan bakat 1
6. Perkembangan hubungan sosial
Mampu bersosialisasi 1
7. Perkembangan kemandirian
Mampu mandiri 1
8. Perkembangan bahasa Menguasai bahasa asing 1
9. Perkembangan nilai Mampu melakukan hal baik yang saya yakini
1
Dari tabel 3, diketahui bahwa aspek-aspek perkembangan diri
mendapat pengaruh positif dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
3. Validitas dan reliabilitas kuesioner.
a. Validitas
Validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Jenis validitas instrumen
penelitian ini adalah validitas isi, yaitu validitas yang menunjukkan
sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur
45
(Azwar, 2007: 45). Validitas isi pada umumnya tidak melibatkan
perhitungan statistik melainkan hanya analisis rasional, yaitu pada
penilaian subjektif. Selanjutnya, validitas isi terbagi menjadi dua tipe
yaitu validitas muka dan validitas logik. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan validitas muka. Validitas muka adalah penilaian terhadap
format penampilan alat ukur, apabila penampilan alat ukur telah
meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang
hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah
terpenuhi.
Adapun upaya yang dilakukan peneliti untuk mengusahakan
validitas isi dari alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan
mengkonsultasikan kuesioner kepada dosen pembimbing, dosen
penelitian BK, dan guru BK di SMA BOPKRI I Yogyakarta untuk
memperhatikan bahasa dan kejelasan isi kuesioner ini.
b. Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes adalah taraf di mana tes mampu
menunjukkan konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang
mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 1999:83).
Kuesioner penelitian ini merupakan instrumen untuk mengetahui sesuatu
yang sudah pasti yaitu keikutsertaan siswa pada kegiatan ekstrakurikuler
di sekolah, sehingga dianggap tidak memerlukan penghitungan koefisien
realibilitas secara statistik.
46
D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data penelitian sesuai dengan jam Bimbingan dan Konseling
di SMA BOPKRI I Yogyakarta, agar tidak mengganggu mata pelajaran lain. Pada
tabel 4, disajikan jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian di setiap kelas.
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian
Tanggal Kelas Waktu Jumlah
Siswa dan Siswi
12 November 2008 XI IPA 1 11.15 19
13 November 2008 XI IPA 3 10.30 22
15 November 2008 XI IPA 4 10.10 20
17 November 2008 XI IPA 2 11.15 19
Total Siswa 80
Dari tabel 4, diketahui bahwa pelaksanaan pengumpulan data
disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan oleh SMA BOPKRI I
Yogyakarta.
Sebelum kuesioner dibagikan, peneliti memberikan penjelasan tentang
maksud dan tujuan pengisian kuesioner. Peneliti membagikan kuesioner, kemudian
memberikan penjelasan mengenai petunjuk pegerjaan kuesioner kegiatan
ekstrakurikuler. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
kuesioner dan memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-
hal yang belum dimengerti.
47
Sewaktu mengerjakan kuesioner kegiatan ekstrakurikuler, suasana
masing-masing kelas cukup tenang dan siswa sungguh-sungguh mengerjakan dengan
serius. Setelah siswa selesai mengerjakan, peneliti meminta siswa untuk memeriksa
kembali jawaban yang terlewati atau tidak terisi. Setelah seluruh kuesioner kegiatan
ekstrakurikuler terkumpul kembali, peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan
para siswa untuk mengerjakan kuesioner kegiatan ekstrakurikuler.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Langkah-langkah yang digunakan untuk analisis data adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung persentase keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah.
2. Mengelompokkan manfaat yang diperoleh dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler menurut siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti memaparkan hasil penelitian beserta
pembahasannya. Hasil penelitian merupakan jawaban atas masalah yang
dikemukakan.
A. HASIL PENELITIAN
1. Partisipasi siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran
2008-2009 dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Pada penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mengikuti
ekstrakurikuler, namun diitemukan juga sebagian kecil siswa tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler. Rincian siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta Kelas XI IPATahun Pelajaran 2008-2009 yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Siswa yang Mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler
Siswa yang Tidak Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler
Populasi
Siswa % Siswa %
80 50 62,5 30 37,5
Dari tabel 5, diketahui bahwa para siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah sebanyak 50 siswa, yaitu 62,5 % dari seluruh siswa
49
SMA BOPKRI I Yogyakarta Kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2008-2009.
Rincian kegiatan ekstrakurikuler yang dikuti, disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Kegiatan Ekstrakurikuler yang Diikuti Siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta Kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2008-2009*
No. Kegiatan Ekstrakurikuler SMA BOPKRI I Yogyakarta
Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti
Banyaknya Siswa yang Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler
1. Pramuka Pramuka 72. Paduan Suara Paduan Suara 43. Musik Musik 34. Tari / Karawitan Tari / Karawitan 175. Bahasa Mandarin Bahasa Mandarin 166. Basket Basket 57. Volley Volley 38. Futsal Futsal 79. Tae Kwon Do Tae Kwon Do 510. Jurnalistik Jurnalistik 611. Fotografi Fotografi 912. PMR (Palang Merah
Remaja)PMR (Palang Merah Remaja)
4
13. DMSC (Pecinta Alam) DMSC (Pecinta Alam) 714. Karya Ilmiah Remaja Karya Ilmiah Remaja 1815. TOEIC TOEIC 1716. Persekutuan Doa Anak
BOSAPersekutuan Doa Anak BOSA
4
17. Bahasa Jepang -18. Katekisasi -
*Siswa dapat mengikuti lebih dari satu kegiatan ekstrakurikuler
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa:
a. Dari 18 kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah,
terdapat 16 kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih dan diikuti oleh
siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran
2008-2009.
50
b. Kegiatan ekstrakurikuler yang tidak diikuti oleh siswa SMA BOPKRI
I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 adalah
ekstrakurikuler bahasa Jepang dan katekisasi.
c. Pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib tetapi tidak diikuti
oleh semua siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun
pelajaran 2008-2009
2. Manfaat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMA BOPKRI I Yogyakarta,
yaitu:
a. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan intelektual, karena kegiatan pramuka berisi kegiatan
yang mengandung pendidikan. Dengan mengikuti kegiatan pramuka,
siswa dapat mengetahui kecakapan-kecakapan kepramukaan,
diantaranya berupa baris-berbaris, penggunaan tali-temali,
semaphore, dan mencari jejak.
2) Perkembangan hubungan sosial, karena dalam kegiatan pramuka,
siswa dididik dan dituntut agar mampu berkerjasama dalam sebuah
kelompok. Kelompok dalam kegiatan pramuka mengembangkan
sikap saling menghargai antara satu sama lain dan bergotong-royong
dengan tanggung jawab melaksanakan tujuan kelompok.
51
3) Perkembangan kemandirian, karena dengan mengikuti kegiatan
halang rintang dan mencari jejak dalam kepramukaan, siswa dituntut
untuk dapat berani dan berdasarkan kemampuan sendiri dapat
memecahkan permasalahan yang ada.
4) Perkembangan nilai, karena tujuan kegiatan pramuka berupaya
menciptakan semangat patriotisme dan memiliki nilai-nilai
Pancasila.
b. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler paduan suara, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan kreativitas, karena kegiatan paduan suara melatih
siswa untuk dapat mengembangkan keahlian dalam membaca not
lagu dan nada. Siswa juga dilatih untuk dapat berkreasi dengan
kemampuan olah vokal.
2) Perkembangan bakat khusus, karena bakat atau talenta siswa yang
berkaitan dengan olah vokal dapat dilatih dan dikembangkan.
3) Perkembangan hubungan sosial, karena pelatihan dalam kegiatan
paduan suara berbentuk latihan kelompok dan tentu saja kegiatan
paduan suara melatih kemampuan olah vokal dalam bentuk sebuah
kolaborasi dari kelompok vokal yang biasa disebut koor.
c. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler musik atau band,
maka perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan
adalah:
52
1) Perkembangan kreativitas, karena kegiatan ekstrakurikuler musik
atau band melatih siswa untuk mampu berkreasi dengan alat-alat
musik yang ada dan mengembangkan aliran-aliran musik yang
sesuai dengan minat siswa.
2) Perkembangan bakat khusus, karena bakat maupun talenta,
khususnya bakat musik siswa dilatih dan dikembangkan dengan
mengikuti kegiatan musik atau band ini.
3) Perkembangan hubungan sosial, karena kegiatan ekstrakurikuler
musik atau band dilatih berdasarkan kelompok, berupa kolaborasi
dari penggunaan beberapa alat musik. Kelompok-kelompok musik
atau grup musik ini menuntut kerjasama dan adanya sikap saling
memahami.
d. Apabila siswa mengikuti kegiatan tari atau karawitan, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan fisik, karena kegiatan ekstrakurikuler tari atau
karawitan merupakan kegiatan fisik dalam bentuk gerakan tari yang
melibatkan aktivitas anggota tubuh
2) Perkembangan emosi, karena kepuasan dalam mengikuti suatu
kegiatan seni dan keuletan dalam berlatih merupakan salah satu
pemenuhan dimensi emosional.
3) Perkembangan kreativitas, karena kegiatan ekstrakurikuler tari atau
karawitan melatih siswa dalam kemampuan menari dan menciptakan
53
kreasi gerakan untuk menciptakan bentuk-bentuk tarian yang baru
dan menarik.
4) Perkembangan bakat khusus, karena siswa yang memiliki bakat
menari semakin terdorong untuk melatih dan mengembangkan bakat
khusus tersebut.
5) Perkembangan hubungan sosial, karena kerjasama sangat dituntut
pada saat menari dan menciptakan paduan gerak dalam pelatihan tari
dan karawitan.
e. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bahasa Mandarin,
maka perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan
adalah:
1) Perkembangan intelektual, karena kegiatan ekstrakurikuler bahasa
Mandarin memberikan pengetahuan baru bagi siswa mengenai adat-
istiadat, budaya, pola pikir, tatanan negara, teknologi dan segala hal
yang berkaitan dengan negara Cina.
2) Perkembangan bahasa, karena kegiatan ekstrakurikuler bahasa
Mandarin melatih siswa untuk dapat menggunakan dan
berkomunikasi dengan bahasa Mandarin.
f. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bahasa Jepang, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan intelektual, karena kegiatan ekstrakurikuler bahasa
Jepang memberikan pengetahuan baru bagi siswa mengenai tentang
54
adat-istiadat, budaya, pola pikir, tatanan negara, teknologi dan segala
hal yang berkaitan dengan negara Jepang.
2) Perkembangan bahasa, karena kegiatan ekstrakurikuler bahasa
Jepang melatih siswa untuk dapat menggunakan dan berkomunikasi
dengan bahasa Jepang.
g. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan fisik, karena kegiatan ekstrakurikuler basket
merupakan kegiatan olahraga yang berbentuk kegiatan jasmani
untuk merangsang aktivitas organ-organ tubuh
2) Perkembangan emosi, karena kepuasan dalam mengikuti suatu
pertandingan adalah salah satu pemenuhan dimensi emosional.
3) Perkembangan bakat khusus, karena pelatihan kegiatan
ekstrakurikuler basket berupaya menyalurkan dan mengembangkan
bakat dan kemampuan bermain basket.
4) Perkembangan hubungan sosial, karena olahraga basket merupakan
kegiatan dalam bentuk kelompok atau tim. Kebersamaan,
kepedulian, dan solidaritas dalam sebuah tim sangat dituntut.
h. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola volley, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan fisik, karena kegiatan ekstrakurikuler bola volley
merupakan kegiatan olah fisik.
55
2) Perkembangan emosi, karena dengan melakukan suatu kegiatan
yang sesuai kebutuhan dan keinginan, menghadapi situasi kalah
ataupun menang dalam sebuah pertandingan memberikan kepuasan
tersendiri.
3) Perkembangan bakat khusus, karena pelatihan kegiatan
ekstrakurikuler volley berupaya menyalurkan dan mengembangkan
bakat dan kemampuan bermain bola volley.
4) Perkembangan hubungan sosial, karena volley merupakan olahraga
kelompok atau tim. kebersamaan, kepedulian, dan solidaritas dalam
sebuah tim.
i. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler futsal, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan fisik, karena kegiatan ekstrakurikuler futsal
merupakan kegiatan olahraga yang berbentuk kegiatan jasmani
untuk merangsang aktivitas organ-organ tubuh.
2) Perkembangan emosi, karena katarsis emosi melalui kegiatan
olahraga juga dapat membantu stabilitas emosi siswa.
3) Perkembangan bakat khusus, karena kegiatan ekstrakurikuler futsal
menyalurkan dan mengembangkan bakat dan kemampuan bermain
futsal.
56
4) Perkembangan hubungan sosial, karena kebersamaan, kepedulian,
dan solidaritas dalam sebuah tim dibutuhkan untuk memainkan pola
permainan futsal.
j. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tae kwon do, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan fisik, karena kegiatan ekstrakurikuler taekwondo
merupakan kegiatan yang berbentuk kegiatan olah fisik untuk
menciptakan gerakan beladiri.
2) Perkembangan emosi, karena pelatihan kegiatan tae kwon do tidak
hanya melatih kemampuan bertarung, melainkan juga membantu
siswa semakin mampu mengendalikan emosi.
3) Perkembangan bakat khusus, karena kegiatan ekstrakurikuler
taekwondo menyalurkan dan mengembangkan bakat dan
kemampuan tae kwon do.
4) Perkembangan hubungan sosial, karena pelatihan kegiatan tae kwon
do juga mengajarkan sikap hormat dan menghargai orang lain.
k. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan intelektual, karena dengan mengikuti kegiatan
jurnalistik, siswa dapat mengetahui tata penulisan berdasarkan ejaan
yang tepat, metode menulis berita, dan kemampuan jurnalistik
lainnya.
57
2) Perkembangan kreativitas, karena kegiatan jurnalistik menuntut
kemampuan dan kreasi menulis dari para siswa yang menjadi
reporter.
3) Perkembangan bakat khusus, karena kegiatan ekstrakurikuler
jurnalistik menyalurkan dan mengembangkan bakat dan kemampuan
menulis siswa.
4) Perkembangan bahasa, karena pelatihan kegiatan jurnalistik
membuat siswa mampu menyusun hubungan kosakata maupun
kalimat secara teratur, membandingkan secara kritis, dan
mengkomunikasikan dalam sebuah informasi.
l. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler fotografi, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan intelektual, karena kegiatan fotografi melatih siswa
untuk bisa menggunakan kamera dan mengetahui tata foto yang
baik.
2) Perkembangan kreativitas, karena siswa dapat dengan leluasa
mengembangkan ide dan kemampuan diri dalam mencari sebuah
hasil foto yang baik.
3) Perkembangan bakat khusus, karena kegiatan ekstrakurikuler
fotografi menyalurkan dan mengembangkan bakat dan kemampuan
mendokumentasikan suatu hal, kejadian, dan kegiatan dalam bentuk
foto.
58
m. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan hubungan sosial, karena kegiatan PMR merupakan
pelaksanaan kegiatan sosial. Kegiatan yang menekankan kepedulian
terhadap sesama yang membutuhkan akan menumbuhkan rasa
solidaritas antarsesama dan menumbuhkan kepekaan siswa terhadap
sesama yang menderita.
2) Perkembangan nilai, karena kegiatan PMR membuat siswa memiliki
nilai empatisitas, tanggung jawab terhadap kewajiban, dan sikap rela
berkorban.
n. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler DMSC (pecinta
alam), maka perkembangan diri remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan fisik, karena kegiatan DMSC atau pecinta alam
merupakan kegiatan yang membutuhkan kekuatan dan ketahanan
fisik untuk dapat mempertahankan diri menghadapi situasi alam
ataupun perubahan cuaca.
2) Perkembangan hubungan sosial, karena kegiatan ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan sesama melalui
aktivitas yang merangsang partisipasi dan kerjasama.
3) Perkembangan kemandirian, karena kegiatan DMSC atau pecinta
alam tidak hanya melatih siswa berkerjasama dan berkelompok, tapi
juga melatih siswa untuk tidak selalu bergantung pada orang lain.
59
Siswa dilatih untuk berani, percaya akan kemampuan diri, serta
menuntut keberanian mengambil keputusan dalam situasi apapun.
o. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karya ilmiah remaja,
maka perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan
adalah:
1) Perkembangan intelektual, karena dengan mengikuti kegiatan karya
ilmiah remaja, siswa dilatih untuk mengetahui, menilai, meneliti,
membandingkan dan mengevaluasi serta merepresentasikan suatu
ide atau situasi sosial dalam bentuk karangan ilmiah.
2) Perkembangan kreativitas, karena egiatan ini dirancang untuk
meningkatkan kreativitas siswa dalam menghasilkan komposisi,
produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru melalui
karya tulis ilmiah mengenai hal yang berkembang di masyarakat.
3) Perkembangan bahasa, karena dalam pembuatan karya ilmiah, siswa
dituntut untuk mampu membuat tata bahasa formal dan ilmiah dalam
menganalisis maupun mempresentasikan suatu hal yang menjadi
topik penelitian siswa.
4) Perkembangan nilai, karena dalam membuat dan meracang sebuah
karya ilmiah, siswa selalu akan dituntut pada pedoman nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat.
p. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler TOEIC, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
60
1) Perkembangan intelektual, karena kegiatan ekstrakurikuler TOEIC
memberikan pengetahuan baru bagi siswa mengenai negara Inggris.
Siswa juga menjadi tahu tentang adat-istiadat, budaya, pola pikir,
tatanan negara, teknologi dan segala hal yang berkaitan dengan
negara Inggris.
2) Perkembangan bahasa, karena kegiatan ekstrakurikuler TOEIC
melatih siswa untuk dapat menggunakan dan berkomunikasi dengan
bahasa Inggris.
q. Apabila siswa mengikuti kegiatan persekutuan doa anak BOSA, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan hubungan sosial, karena kegiatan persekutuan doa
merupakan perkumpulan siswa yang bertugas mempersiapkan
kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah. Kerjasama siswa untuk
mempersiapkan setiap kegiatan agar berjalan dengan lancar dapat
mengembangkan kecakapan sosial siswa.
2) Perkembangan nilai, karena persekutuan doa merupakan kegiatan
yang didasari nilai-nilai kerohanian dan religiusitas.
r. Apabila siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler katekisasi, maka
perkembangan diri siswa sebagai remaja yang dikembangkan adalah:
1) Perkembangan intelektual, karena kegiatan katekisasi memberikan
pelatihan pada siswa yang beragama Katholik untuk dapat
61
mempersiapkan diri menuju pengalaman iman atau persiapan
sakramen.
2) Perkembangan nilai, karena pelatihan katekisasi melatih dasar-dasar
menuju pengalaman sakramen, sehingga nili-nilai yang
dikembangkan yaitu nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan.
B. PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian di bawah ini berdasarkan pada kajian
teoritis. Pembahasan penelitian kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan
perkembangan diri adalah sebagai berikut:
1. Sebanyak 62,5 % dari seluruh siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI
IPA tahun pelajaran 2008-2009 mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan di sekolah. Serta sekurangnya 37,5 % siswa SMA BOPKRI I
Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Dapat diketahui bahwa terdapat 37,5 %
siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009
tidak mengalami proses belajar yang memungkinkan siswa mengembangkan
perkembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler
2. Kegiatan ekstrakurikuler yang banyak diikuti oleh siswa SMA BOPKRI I
Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 yaitu:
a. Tari atau karawitan, diikuti oleh 17 siswa dari 50 siswa SMA BOPKRI I
Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009.
62
b. Bahasa Mandarin, diikuti oleh 16 siswa dari 50 siswa SMA BOPKRI I
Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009.
c. Karya ilmiah remaja, diikuti oleh 18 siswa dari 50 siswa SMA BOPKRI
I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009.
d. TOEIC (Tes Of English For International Comunication), diikuti oleh 17
siswa dari 50 siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun
pelajaran 2008-2009.
3. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta
kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 meberikan manfaat pada aspek-
aspek perkembangan diri. Berdasarkan ekstrakurikuler yang banyak diikuti
oleh siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-
2009, dapat diketahui bahwa perkembangan diri yang terbina antara lain
perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembangan kreativitas,
perkembangan bakat khusus, perkembangan hubungan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan bahasa, dan perkembangan nilai.
4. Kecendrungan minat siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun
pelajaran 2008-2009 mengarah pada kegiatan ekstrakurikuler yang
mengembangkan minat seni, bahasa, dan karya ilmiah. Sementara kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan cenderung tidak diminati oleh kebanyakan siswa
SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009.
5. Kegiatan ekstrakurikuler dengan sendirinya sejalan dengan tujuan
pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler yang bermuara pada pembentukan
63
manusia seutuhnya, sebagaimana tercakup dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional. Kegiatan ekstrakurikuler yang banyak diikuti oleh
siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009
dengan SK Dirjen Dikdasmen No. 226/C/Kep/1992 membantu siswa
memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
6. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan kegiatan wajib, tetapi tidak
diikuti oleh seluruh siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun
pelajaran 2008-2009.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, peneliti menyajikan ringkasan, kesimpulan, dan saran.
Bagian ringkasan memuat secara ringkas rumusan masalah, jenis penelitian,
subjek penelitian, instrumen penelitian, dan hasil penelitian. Bagian kesimpulan
memuat kesimpulan dari masalah yang diteliti. Kemudian, disajikan beberapa
saran bagi beberapa pihak.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Sebanyak 62,5 % siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun
pelajaran 2008-2009 mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan sekolah.
2. Siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-
2009 lebih banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dapat
mengembangkan minat seni, bahasa, dan karya ilmiah.
3. Kegiatan ekstrakurikuler di SMA BOPKRI I Yogyakarta dapat menunjang
perkembangan diri siswa. Perkembangan diri yang dialami, yaitu:
perkembangan intelektual, perkembangan kreativitas, perkembangan
bahasa, perkembangan dan pertumbuhan fisik, perkembangan emosi,
perkembangan bakat khusus, perkembangan hubungan sosial,
perkembangan nilai, dan perkembangan kemandirian.
65
4. Berdasarkan tujuan pendidikan, siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas
XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, rkepribadian yang mantap dan
mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
5. Berdasarkan penelitian ini, siswa kelas IPA tetap bersedia mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah meskipun kegiatan
belajar di kelas IPA cukup padat.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian ini, peneliti mengemukakan berapa saran:
1. Untuk pihak sekolah SMA BOPKRI I Yogyakarta
a. Bagi pihak sekolah khususnya Kepala Sekolah dan Wakil Kepala
Sekolah agar memberikan perhatian lebih pada kegiatan
ekstrakurikuler pramuka yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler
wajib tetapi tidak banyak dikuti oleh siswa SMA BOPKRI I
Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009.
b. Berupaya untuk lebih mengembangkan program yang banyak diikuti
oleh siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran
2008-2009. Kegiatan ekstrakurikuler yang banyak diikuti diantaranya
kegiatan ekstrakurikuler tari atau karawitan, bahasa Mandarin, karya
ilmiah remaja, dan TOEIC. Sehingga pengembangan seni, bahasa, dan
karya ilmiah yang terkandung dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut
semakin dapat mengembangkan potensi, bakat, dan minat siswa.
66
c. Sebaiknya lebih mengembangkan program kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan yang kurang diminati supaya diikuti oleh siswa SMA
BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009,
karena pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler katekisasi dan
persekutuan anak bosa dapat mengembangkan moral dan keimanan
kepada Tuhan.
2. Untuk Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan
Pelayanan bidang kesiswaan sebaiknya lebih ditingkatkan, sehingga
sebagian kecil siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun
pelajaran 2008-2009 yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah tetap mendapat pembinaan untuk mengembangkan perkembangan
diri mereka.
3. Untuk Tenaga Bimbingan di SMA BOPKRI I Yogyakarta
Tenaga bimbingan membantu memberikan masukan serta membantu
menyusun program kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat
siswa. Turut serta merealisasikan program tersebut dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Selain itu, pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan
untuk memotivasi siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler demi
perkembangan diri siswa.
4. Siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta
Para siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta diharapkan ikut berpartisipasi
secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler karena dengan
67
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, perkembangan diri siswa terbina
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. dan Asrori, M. 2005. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, S. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________ 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdikbud. 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 - 2009. Jakarta.
________ Dirjen Dikdasmen. Direktorat Pembinaan Kesiswaan. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan. Jakarta
________ Dirjen Dikdasmen. Direktorat Pembinaan Kesiswaan. 1992. Pola Pengembangan dan Pembinaan Kesiswaan. Jakarta
Depdiknas. 2003. Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas.
________ 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Depdiknas.
Effendi, I. 2002. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasiona Gunung Leuser di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Thesis Program Pasca Sarjana. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Furchan, A. 2005. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-dasar Metodologi Pendidikan Kuantitatif dalam Pendidikan. Bandung: Raja Grafindo persada.
Hurlock, E. B. 1978. Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
___________. 1997. Psikologi Perkembangan: Suatu Penekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
69
Intania, Ogi I. 2003. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian IPB.
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Munandar, Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nasdian, Fredian Tonny. 2004. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
Program Pendidikan di SMA Bopkri I Yogyakarta. 2008. Yogyakarta: SMA Bopkri I Yogyakarta.
Rahayu, Siti dkk. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Risnawati, Kristina Nidya. 2005. Hubungan Kebiasaan Belajar dan Hasil Akademis dalam Mata Pelajaran IPA . Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Rosari, E. Trevi Asti. 2003. Survei jenis-jenis kegiatan yang diminati siswa-siswi kelas I dan II SMU Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2002/2003 sebagai masukan penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler dan bimbingan kegiatan ekstrakurikuler. Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Soekanto, S. 1989. Remaja dan Masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Suharsono, Drs. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: CV. Widya Karya
Winkel, W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Winkel, W. S. dan Hastuti, M. M. Sri. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
LAMPIRAN
Lampiran 1 70
Lampiran 2 71
Lampiran 3 72
Lam
piran
473
74