Partai Politik Islam di Indonesia: Pembuktian Konsepsi Demokrasi Islam (Rangga K.)-PusakaPolitik2015
-
Upload
kasospol-update -
Category
Documents
-
view
221 -
download
4
description
Transcript of Partai Politik Islam di Indonesia: Pembuktian Konsepsi Demokrasi Islam (Rangga K.)-PusakaPolitik2015
![Page 1: Partai Politik Islam di Indonesia: Pembuktian Konsepsi Demokrasi Islam (Rangga K.)-PusakaPolitik2015](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020223/579071651a28ab6874a1e862/html5/thumbnails/1.jpg)
Partai Politik Islam di Indonesia: Sebuah Pembuktian Konsepsi
Demokrasi dan Islam mampu compat ib le Diterapkan di Indonesia
Oleh: Rangga Kusumo
Fakta menunjukkan sampai saat ini Indonesia masih dinobatkan sebagai negara
dengan populasi muslim terbesar di dunia. Berdasarkan data yang dihimpun dari The Global
Religious Landscape pada September 2013 tentang pemetaan 10 negara dengan populasi
muslim terbesar di dunia, ternyata Indonesia masih ditempatkan diperingkat pertama dengan
jumlah populasi sebanyak 209.000.000 juta jiwa.1 Di sisi lain, sebagai bagian dari masyarakat
dunia, Indonesia tentu tidak bisa terlepas dari pengaruh globalisasi yang telah melanda
hampir seluruh negara di dunia saat ini. Salah satu produk globalisasi, khususnya dibidang
politik yang saat ini menjadi trend global dunia adalah konsepsi mengenai demokrasi sebagai
sebuah sistem yang dianggap paling ideal diterapkan oleh negara-negara di dunia.
Indonesia dalam hal ini, semenjak mampu keluar dari rezim pemerintahan otoriter
Orde Baru benar-benar berusaha untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sebagai negara
yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia mampu untuk merapkan sistem
demokrasi. Menjadi sebuah pertanyaan kritis kemudian, apa sebenarnya yang
melatarbelakangi Indonesia yang berpenduduk muslim terbesar di dunia ini mampu
menerima dan menerapkan demokrasi di era reformasi ini? Bukankah konsepsi mengenai
demokrasi berasal dari Barat? Kelompok Islam manakah yang sebenarnya menerima
Demokrasi? Tulisan ini akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan analisa yang
komprehensif. Khususnya akan menganalisis prinsip-prinsip yang ada dalam demokrasi dan
Islam itu sendiri, lalu mencoba mempertemukan apakah keduanya compatible, dalam konteks
Indonesia.
1Top Ten Countries with Largest Muslim Population, http://www.mapsofworld.com/world-‐top-‐ten/world-‐top-‐ten-‐countries-‐with-‐largest-‐muslim-‐populations-‐map.html, diakses pada Rabu, 20 Mei 2015 pukul 23.00 WIB.
![Page 2: Partai Politik Islam di Indonesia: Pembuktian Konsepsi Demokrasi Islam (Rangga K.)-PusakaPolitik2015](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020223/579071651a28ab6874a1e862/html5/thumbnails/2.jpg)
Keberagaman Kelompok Islam di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman dalam budaya, bahasa dan
agama. Khusus pada aspek agama, di dalamnya terdapat satu agama yang menjadi mayoritas,
yaitu Islam. Islam di Indonesia saat ini telah berkembang pesat dan membentuk berbagai
macam kelompok-kelompok. Kita mengenal ada kelompok Islam Muhammadiyah, Nahdatul
Ulama, Persis, hingga kelompok-kelompok Islam era baru seperti Jamaah Tabligh, Hizbut
Tahrir Indonesia atau Jamaah Tarbiyah.
Kelompok Islam pun mulai mencoba untuk memperluaskan geraknya untuk terlibat
dalam perpolitikan nasional dengan membentuk partai politik. Sejak masa pemilu awal di
Indonesia tahun 1955, kita telah mengenal ada partai Masyumi, NU dan partai Islam lainnya.
Hingga kini, di era reformasi masih terdapat beberapa partai politik yang berasaskan Islam
yang masih eksis seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Kelompok Islam Moderat, Menerima Demokrasi
Menganalisis mengenai latar belakang mengapa Indonesia yang berpenduduk muslim
terbesar di dunia ini mampu menerima dan menerapkan demokrasi, akan coba dimulai
dengan melihat pola gerakan-gerakan Islam di Indonesia itu sendiri. Penulis berpendapat
bahwa penerimaan demokrasi sebagai sebuah sistem oleh umat Islam di Indonesia, memang
pada akhirnya akan memunculkan pertanyaan umat Islam yang mana? Karena keberagaman
gerakan Islam di Indonesia itu sendiri. Dan jawaban penulis adalah penerimaan demorkasi
hanya dibeberapa kelompok-kelompok Islam tertentu saja.
Kelompok atau gerakan-gerakan Islam Indonesia yang memiliki corak lebih terbuka
terhadap dunia Barat, khususnya terhadap demorkasi dapat dikategorikan termasuk kalangan
Islam moderat. Istilah “moderat” ini sering dimunculkan dan dipopulerkan oleh beberapa
![Page 3: Partai Politik Islam di Indonesia: Pembuktian Konsepsi Demokrasi Islam (Rangga K.)-PusakaPolitik2015](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020223/579071651a28ab6874a1e862/html5/thumbnails/3.jpg)
kalangan, baik cendikiawan, pemerintah Muslim atau tokoh-tokoh agama, khususnya orang-
orang Barat. Islam moderat sering disamakan dengan istilah “wasathiyah” (sederhana). Dr.
Muhammad Imarah dalam bukunya “Ma’rakah al-Mushthalahat bayna al-Gharb wa al-Islam” (Di
Indonesiakan oleh Musthalah Maufur MA dengan judul “Perang Terminologi Islam versus Barat”)
membahas panjang lebar menganai konsep “wasathiyah”. Istilah “al-wasathiyah” dalam
pengertian Islam menjelaskan mengenai karakter atau jatidiri yang khusus yang dimiliki oleh
manhaj (jalan/pegangan) Islam dalam pemikiran dan kehidupan; dalam pandangan,
pelaksanaan, dan penerapannya.2 Pada intinya, kalangan Islam “wasathiyah” ini menolak
terhadap sikap ekstrimis dalam bentuk kezaliman, kekerasan dan kebathilan. Mereka lebih
terbuka terhadap konsep-konsep yang ada, sekalipun berasal diluar Islam. Merekalah ummat
yang pada akhirnya memilih untuk menempuh jalan tengah, menerima kenyataan atau realitas
yang ada di sekitar mereka. Namun, satu hal yang tetap ditekankan, mereka tetap berpihak
kepada kebenaran dengan landasan Al-Quran dan Sunnah, bukan berarti tidak memiliki
pendirian untuk menentukan yang mana benar dan mana yang salah. Al-Wasathiyyah juga
tidak bermakna sikap ‘plin-plan’, dengan mengorbankan kebenaran demi untuk mencapai
tujuan keduniawian.
Partai-Partai Islam, Contoh Kelompok Islam yang Menerima Demorkasi
Dalam konteks Indonesia, prinsip-prinsip dalam memahami Islam seperti yang
dikemukakan oleh Dr. Muhammad Imarah tersebut kemudian menjadi prinsip beberapa
kelompok Islam di Indonesia, khususnya dalam merespon sistem demokrasi. Kelompok-
kelompok Islam tersebut berbentuk partai-partai Islam seperti Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Partai Keadilan Selahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Keseluruhan dari mereka secara umum memiliki argumen bahwa demokrasi hanyalah
dijadikan sebagai kendaraan untuk bisa mencapai tujuan masing-masing.
PKB merupakan partai berbasis Islam yang memandang baik sistem demokrasi yang
ada. Hal tersebut tercantum di dalam Mabda Siyasi Partai Kebangkitan Bangsa yang
2 Dr. Muhammad Imarah, Perang Terminologi Islam Versus Bara, terj. Musthalah Maufur MA (Jakarta: Robbani Press, 1998), hal. 93.
![Page 4: Partai Politik Islam di Indonesia: Pembuktian Konsepsi Demokrasi Islam (Rangga K.)-PusakaPolitik2015](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020223/579071651a28ab6874a1e862/html5/thumbnails/4.jpg)
menyebutkan bahwa PKB menempatkan demokrasi sebagai pilar utama untuk mencapai
cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesaia. PKB juga memandang persamaan
kedudukan setiap warga negara di depan hukum (al-musawa) merupakan prinsip dasar yang
harus ditegakkan.3 Selain itu, sebagai sebuah penguat, ketua umum PKB Muhaimin Iskandar
dalam memandang demokrasi juga mengatakan bahwa demokrasi sesuai dengan konsep dan
asas Islam. Demokrasi di Indonesia tidak diterapkan secara mentah tanpa ada penyaringan
dan penyesuaian dengan nilai lokal Indonesia.4
Selanjutnya adalah pandangan demokrasi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dalam pandangan politik PKS mengenai demokrasi, PKS memandang bahwa demokrasi
bukanlah sebuah ancaman. Demokrasi justru memberikan ruang atau kesempatan bagi partai
politik untuk mencapai tujuan politiknya. PKS juga yakin bahwa prinsip yang ada dalam
demokrasi dapat ditemukan juga dalam Islam.5 Dengan pola yang seperti itu, penulis dapat
menyimpukan bahwa dengan terlibat langsung dalam perpolitikan nasional, dengan
menempatkan orang-orangnya untuk menjadi wakil di pemerintahan maka lambat laun
mereka akan mampu mencapai tujuan yang mereka inginkan, yaitu menegakkan nilai-nilai
Islam dalam pemerintahan.
Terakhir, contoh kelompok Islam dalam bentuk oganisasi partai yang bisa dijadikan
contoh dalam memandang demokrasi adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PPP
memandang pengejawantahan nilai demorkasi adalah ketika etika politik mampu untuk
ditegakkan, hak-hak politik rakyat dijamin oleh UUD 1945 serta penyaluran aspirasi rakyat
perlu dihargai dan dilindung. Lebih lanjut, PPP berkeyakinan bahwa untuk mewujudkan itu
3 “Mabda Siyasi”, http://www.dpp.pkb.or.id/mabda-‐siyasi, diakases pada Kamis, 10 September 2015 pukul 12.59 WIB. 4 Achmad Riyanto, “Konsep Demokrasi di Indonesia dalam Pemikiran Akbar Tandjung dan A Muhaimin Iskandar” (Skripsi Sarjana, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010), hal. 100-‐102 5 Ahmad Ali Nurdin, “PKS’ Democratic Experiences In Recruiting Members and Leaders”, Al-‐Jami'ah : Journal of Islamic Studies, Vol. 49, No. 2 (Bandung, 2011), hal. 1-‐2.
![Page 5: Partai Politik Islam di Indonesia: Pembuktian Konsepsi Demokrasi Islam (Rangga K.)-PusakaPolitik2015](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020223/579071651a28ab6874a1e862/html5/thumbnails/5.jpg)
semua, maka sistem demokrasi yang ada harus ditopang kuat juga oleh penegakan dasar
negara hukum (rechstaat) bukan atas dasar negara kekuasaan (machstaat).6
Prinsip Demokrasi dan Prinsip Islam
Di kalangan Islam Indonesia khususnya, pihak yang menerima konsep demokrasi
adalah pihak yang meyakini terdapat persamaan-persamaan prinsip antara demokrasi dan
Islam. Pada demorkasi, hubungan antara individu masyarakat dan negara dijalankan atas
dasar persamaan dimana masyarakat bebas untuk berpartisipasi dalam membuat undang-
undang dan kebijakan lainnya. Argumen mereka kalangan Islam yang menerima demorkasi,
adalah bahwa dalam implementasi kehidupan bernegara pada aspek membangun hukum,
kewenangan atas persetujuan umat atau masyarakat dengan memperhatikan pandangan
mayoritas, mengawasi dan meminta pertanggungjawaban terhadap penguasa sebagai sebuah
hak umat atau rakyat kesemuannya merupakan aspek persamaan antara prinsip Islam dan
demorkasi Barat.7 Argumen lain adalah pada Islam sendiri keterkaitan dengan demokrasi ada
pada prinsip musyawarah atau syura yang di dalamnya mengandung prinsip persamaan,
bahwa setiap orang berhak untuk mengeluarkan pendapatnya. Oleh karena itu, konsepsi
musyawarah dalam Islam kemudian dianggap tidak berlawanan dengan prinsip persamaan
yang ada dalam demorkasi.
Kesimpulan
Benar adanya bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar
di dunia. Namun, kondisi tersebut tidaklah menjadikan Indonesia menutup dirinya terhadap
arus globalisasi yang terjadi dewasa ini, khususnya persebaran sistem politik demokrasi yang
telah menjadi trend dunia. Namun, keberagaman kelompok Islam di Indonesia menjadikan
hanya kelompok Islam tertentu saja yang mampu untuk terbuka menerima demokrasi.
Merujuk pada pemikiran dari Dr. Muhammad Imarah dalam bukunya “Ma’rakah al-
6 “Cita-‐CIta dan Visi Partai”, http://ppp.or.id/page/jati-‐diri-‐ppp/index/, diakses pad Kamis, 10 September 2015 pukul 13.55 WIB. 7 Imarah., Ibid, hal. 114.
![Page 6: Partai Politik Islam di Indonesia: Pembuktian Konsepsi Demokrasi Islam (Rangga K.)-PusakaPolitik2015](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020223/579071651a28ab6874a1e862/html5/thumbnails/6.jpg)
Mushthalahat bayna al-Gharb wa al-Islam” bahwa kelompok Islam yang mampu menerima
demokrasi adalah yang tergolong “wasathiyah” atau moderat.
Tiga partai politik Islam yang saat ini masih memiliki pengaruh dan kekuatan, baik di
legislatif maupun eksekutif Indonesia, yaitu PPP, PKB dan PKS merupakan beberapa partai
yang mampu membuktikan bahwa antara Islam dan Demokrasi mampu berjalan beriringan.
Ketiga partar yang berasas Islam tersebut sama-sama memandang bahwa demokrasi tidaklah
semenakutkan yang dibayangkan, karena berasal dari Barat. Melainkan sebuah peluang atau
kesempatan bagi partai-partai Islam untuk mencapai tujuan politiknya.
Daftar Pustaka
Imarah, Dr. Muhammad. Perang Terminologi Islam Versus Bara, terj. Musthalah Maufur MA.
Jakarta: Robbani Press, 1998.
Riyanto, Achmad. “Konsep Demokrasi di Indonesia dalam Pemikiran Akbar Tandjung dan
A Muhaimin Iskandar”. Skripsi Sarjana, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010.
Nurdin, Ahmad Ali. “PKS’ Democratic Experiences In Recruiting Members and Leaders”,
Al-Jami'ah : Journal of Islamic Studies, Vol. 49, No. 2 (Bandung, 2011), hal. 1-2.
Top Ten Countries with Largest Muslim Population, http://www.mapsofworld.com/world-top-
ten/world-top-ten-countries-with-largest-muslim-populations-map.html, diakses pada
Rabu, 20 Mei 2015 pukul 23.00 WIB.
“Mabda Siyasi”, http://www.dpp.pkb.or.id/mabda-siyasi, diakases pada Kamis, 10
September 2015 pukul 12.59 WIB.
![Page 7: Partai Politik Islam di Indonesia: Pembuktian Konsepsi Demokrasi Islam (Rangga K.)-PusakaPolitik2015](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020223/579071651a28ab6874a1e862/html5/thumbnails/7.jpg)
“Cita-CIta dan Visi Partai”, http://ppp.or.id/page/jati-diri-ppp/index/, diakses pad Kamis,
10 September 2015 pukul 13.55 WIB