Paper Sosio Selayar
-
Upload
ayo-belanja -
Category
Documents
-
view
144 -
download
12
description
Transcript of Paper Sosio Selayar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Memiliki 17,504 pulau dengan
luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2, dan panjang pantai 95,181 km. Juga merupakan
negara nomor empat terpanjang pantainya dan 75 % wilayahnya adalah lautan. Oleh karena itu,
sektor kelautan dan perikanan sangat dibutuhkan perannya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu kepulauan yang terdapat di Indonesia.
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan daerah yang cukup kaya akan potensi baik sosial
ekonomi maupun budaya.
Keistimewaan lain Kabupaten Kepulau Selayar yaitu hampir semua suku, etnik, agama dan
budaya yang ada di sulawesi ada di pulau ini. Suku Makassar, Bugis, Mandar, yang merupakan
suku besar yang mendiami hampir seluruh daratan sulawesi juga ada disini. Bahkan dalam
perkembangannnya telah terjadi evolusi budaya yang kemudian menjadikan satu adat istiadat ini
menjadi adat Selayar. hal lain adalah dari segi bahasa, Bahasa Selayar bukan bahasa makassar,
bukan juga bahasa Bugis, ataupun Mandar akan tetapi jika kemudian dicermati bahwa bahasa
selayar adalah gabungan dari bahasa-bahasa tersebut.
1.2. Rumusan Permasalahan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas rumusan masalah yang akan dikaji adalah
“Bagaimana kondisi geografis, ekonomi dan sosial perikanan di Kabupaten Kepulauan Selayar?”
1.3. Tujuan
Berdasarkkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa paper ini bertujuan untuk
menegatahui bagaimana kondisi geografis, ekonomi dan sosial perikanan di Kabupaten
Kepulauan Selayar?
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sosiologi
Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin Socius dan Logos. Socius artinya masyarakat dan
logos artinya ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan hubungan
social (masyarakat).
Sosiologi perikanan adalah ilmu yang mempelajari masyarakat perikanan yaitu meliputi
proses sosial, struktur sosial, perubahan sosial yang berkaitan dengan kehidupannya.
Ciri-ciri sosiologi antara lain :
1. Empiris, pengetahuan atau ilmu tersebut didasarkan pada hasil observasi
2. Teoritis, abstrak menjelaskan hubungan sebab akibat sehingga menjadi suatu teori
3. Kumulatif, teori yang telah ada diperluas
4. Nonetnis, menjelaskan fakta tersebut secara analitis
2.2. Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Sosiologi
A. Auguste Comte (1798 – 1857)
Bapak Sosiologi, anggapannya sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social
statistics dan social dynamics.
Sebagai social statistics sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Social dynamics meneropong bagaimana lembagalembaga tersebut berkembang dan
mengalami perkembangan sepanjang masa.
Tiga tahap perkembangan pikiran manusia
1. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas
manusia.
2
2. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia
ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia.
3. Tahap positif, merupakan tahap di mana manusia telah sanggup untuk berpikir secara
ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
B. Emile Durkheim (1858-1917)
Sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosialnya.
Sosiologi dibagi ke dalam tujuh seksi, yakni :
Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia
Sosiologi agama
Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi sosial,
perkawinan dan keluarga.
Sosiologi tentang kejahatan.
Sosiologi ekonomi yang mencakup unuran-unuran penelitian dan kelompok kerja.
Demografi yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan.
Dan sosiologi estetika.
C. Max Weber (1864-1920)
Sosiologi adalah ilmu yang berusaha memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial.
Teori Ideal Typus, yaitu suatu kosntruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat.
Ajaran-ajarannya sangat menyumbang sosiologi, misalnya analisisnya tentang
wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi dan seterusnya.
D. Charles Horton Cooley (1864-1929)
Mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbalbalik dan hubungan yang tidak
terpisahkan antara individu dengan masyarakat.
Teorinya mengidamkan kehidupan bersama, rukun dan damai sebagaimana dijumpai
pada masyarakatmasyarakat yang masih bersahaja.
3
Prihatin melihat masyarakat-kasyarakat modern yang telah goyah norma-normanya,
sehingga masyarakat bersahaja merupakan bentuk ideal yang terlalu berlebih-lebihan
kesempurnaannya.
E. Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882)
Mengenalkan metode tertentu di dalam meneliti dan menganisis gejala-gejala sosial yaitu
dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif.
Kemudian dia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial.
Hasil penelitiannya, bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini
mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-lembaga lainnya.
F. Ferdinand Tonnies
Teorinya mengenai Gemeinschaft dan Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai
perkembangan kelompok-kelompok sosial.
Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat
kekal.
Gesellschaft (patembayan) merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan
lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek.
G. Leopold Wiese (1876-1949)
Sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan
sosial.
Objek khusus sosiologi adalah interaksi sosial atau proses sosial
H. Alfred Vierkandt (1867-1953)
Sosiologi terutama mempelajari interaksi dan hasil interaksi tersebut. Masyarakat
merupakan himpunan interaksi-interaksi sosial, sehingga sosiologi bertugas untuk
mengkonstruksikan teori-teori tentang masyarakat dan kebudayaan.
Dasar semua struktur sosial adalah ikatan emosional;tak ada konflik antara kesaradan
individual dengan kelompok, oleh karena itu individu tunduk pada tujuan kelompoknya.
4
I. Lester Frank Ward(1841-1913)
Sosiologi bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuanmanusia
Ia membedakan antara pure sociology (sosiologimurni) yang meneliti asal dan
perkembangan gejala-gejala sosial, dan apllied sociology (sosiologi terapan) yang khusus
mempelajari perubahan-perubahan dalammasyarakat karena usaha-usaha manusia.
Kekuatan dinamis dalam gejala sosial adalah perasaan.
J. Vilfredo Pareto (1848-1923)
Sosiologi didasarkan pada observasi terhadaptindakan-tindakan, eksperimen terhadap
fakta fakta dan rumus-rumus matematis.
Masyarakat merupakan sistem kekuatan yang seimbang dan keseimbangan tersebut
tergantung pada ciri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia dan tindakan-
tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan dalam
dirinya.
K. George Simmel (1858-1918)
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang khusus,yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan
analitis yang abstrak di antara semua ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
Objek sosiologi adalah bentuk-bentuk hubungan antar manusia
L. William Graham Summer (1840-1910)
Sistem sosiologi didasarkan pada konsep in-group dan out-group.
Masyarakat merupakan peleburan dari kelompokkelompok sosial
Empat dorongan yang universal dalam diri manusia yaitu rasa lapar, rasa cinta, rasa takut,
dan rasa hampa.
M. Robert Ezra Park(1864-1944)
Pelopor mazhab Ekologi.
Sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antar manusia.
5
N. Karl Mannheim (1893-1947)
Pelopor sosiologi pengetahuan, menelaah hubungan masyarakat dengan pengetahuan
Akar dari segenap pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam ketegangan-
ketegangan yang timbul disemua lapangan kehidupan.
Planning for freedom, yaitu semacam perencanaan yang diawasi secara demokratis dan
menjamin kemerdekaan aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok manusia.
2.3. Perkembangan Teori Sosiologi
A. Plato (429-347 SM)
Seorang Filosof Romawi. Plato bermaksud merumuskan suatu teori tentang bentuk negara
yang dicita-citakan, yang organisasinya didasarkan pada pengamatan kritis terhadap sistem-
sistem sosial yang ada pada zamannya. Plato menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya
merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan,
sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari
tiga unsur pengendali, sehingga suatu negara seyogyanya juga merupakan refleksi dari ketiga
unsur yang berimbang atau serasi tadi. Dengan jalan menganalisis lembaga-lembaga di dalam
masyarakat, maka Plato berhasil menunjukkan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga
tersebut yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh.
Dengan demikian maka Plato berhasil merumuskan suatu teori organis tentang masyarakat,
yang mencakup bidangbidang kehidupan ekonomis dan sosial. Suatu unsur yang menyebabkan
masyarakat berdinamika adalah adanya sistem hukum yang identik dengan moral, oleh karena
didasarkan pada keadilan.
B. Aristoteles (384-322 SM)
Di dalam bukunya Politics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap
lembaga-lembaga politik dalam masyarakat. Pengertian politik digunakannya dalam arti luas
mencakup juga berbagai masalah ekonomi dan sosial. Sebagaimana halnya dengan Plato,
perhatian aristoteles terhadap biologi telah menyebabkannya mengadakan suatu analogi antara
6
masyarakat dengan organismebiologis manusia. Disamping itu Aristoteles menggarisbawahi
kenyataan bahwa basis masyarakat adalah moral (etika dalam arti sempit)
C. Ibnu Khaldun (1332-1406)
Seorang ahli filsafat Arab. Mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan
kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan
dapat dijumpai, bila ingin mengadakan analisis terhadap timbul dan tenggelamnya negara-
negara. Gejala-gejala yang sama akan terlihat pada kehidupan masyarakat-masyarakat
pengembara, dengan segala kekuatan dan kelemahankelemahannya. Faktor yang menyebabkan
bersatunya manusia di dalam suku-suku clan, negara, dan sebagainya, adalah rasa solidaritas.
Faktor itulah yang menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama
antara manusia.
D. Zaman Reanissance (1200-1600)
Thomas More dan Campanella. Sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap
adanya masyarakat yang ideal. N. Machiavelli (bukunya Il Principe) Menganalisis bagaimana
mempertahankan kekuasaan. Untuk pertamakalinya politik dipisahkan dari moral, sehingga
terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Pengaruh ajaran Machiavelli antara
lain, suatu ajaran, bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian mekanisme
pemerintahan.
E. Hobbes (1588-1679)
Tulisannya berjudul The Leviathan. Inti ajarannya diilhami oleh hukum alam, fisika dan
matematika. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan
pada keinginankeinginan yang mekanis, sehingga manusia selalu berkelahi. Akan tetapi mereka
mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tenteram adalah jauh lebih baik.
Keadaan semacam itu baru dapat tercapai apabila mereka mengadakan suatu perjanjian atau
kontrak dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang, pihak mana akan dapat
memeliharaketenteraman. Supaya keadaan damai tadi terpelihara, maka orang-orang harus
sepenuhnya mematuhi pihak yang mempunyai wewenang tadi. Dalam keadaan demikianlah
masyarakat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
7
F. John Locke (1632-1704)
Manusia pada dasarnya mempunyai hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan
dan hak atas harta benda. Kontrak antara warga masyarakat dengan pihak yang mempunyai
wewenang sifatnya atas dasar faktor pamrih. Bila pihak yang mempunyai wewenang tadi gagal
untuk memenuhi syarat-syarat kontrak, maka warga-warga masyarakat berhak untuk memilih
pihak lain.
G. J.J. Rousseau (1712-1778)
Kontrak antara pemerintah dengan yang diperintah, menyebabkan tumbuhnya kolektivitas
yang mempunyai keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan umum. Keinginan umum tadi
berbeda dengan keinginan masingmasing individu.
H. Saint Simon (1760-1825)
Manusia hendaknya dipejalajari dalam kehidupan berkelompok. Dalam bukunya Memoirs
sur la Science de I’home, dia menyatakan bahwa ilmu politik merupakan suatu ilmu positif.
Artinya, masalah-masalah dalam ilmu politik hendaknya dianalisis dengan metode-metode yang
lazim dipakai terhadap gejala-gejala lain.
Dia memikirkan sejarah sebagai suatu fisika sosial. Fisiologi sangat mempengaruhi ajaran-
ajarannya mengenai masyarakat. Masyarakat bukanlah semata-mata merupakan suatu kumpulan
dari orang-orang belaka yang tindakan-tindakannya tidak mempunyai sebab, kecuali kemauan
masing-masing. Kumpulan tersebut hidup karena didorong oleh organorgani tertentu yang
menggerakan manusia untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut.
I. Auguste Comte (1798-1853)
Auguste Comte yang pertama-tama mempergunakan istilah “sosiologi” adalah orang
pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi
ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Bapak Sosiologi, anggapannya sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social
statistics dan socialn dynamics.
8
Sebagai social statistics sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Social dynamics meneropong bagaimana lembagalembaga tersebut berkembang dan
mengalami perkembangan sepanjang masa.
Tiga tahap perkembangan pikiran manusia
1. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia ini
disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia.
3. Tahap positif, merupakan tahap di mana manusia telah sanggup untuk berpikir secara
ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Mazhab Geografi dan Lingkungan
A. Edward Buckle (1821-1862)
Karyanya Historyof Civilization in England Buckle meneruskan ajaran-ajaran sebelumnya
tentang pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat. Di salam analisisnya, dia telah menemukan
beberapaketeraturan hubungan antara keadaan alam dengan tingkah laku manusia. Misalnya,
terjadinya bunuh diri adalah sebagai akibat rendahnya penghasilan, dan tinggi rendahnya
pengahsilan tergantung keadaan alam. Taraf kemakmuran suatu masyarakat juga sangat
tergantung pada keadaan alam di mana masyarakat hidup.
B. Le Play (1806-1888)
Dia menganalisis keluarga sebagai unit sosial yang fundamental dari masyarakat. Organisasi
keluarga di tentukan oleh cara-cara mempertahankan kehidupannya yaitu cara mereka bermata
pencaharian. Hal ini sangat tergantung pada lingkungan yimbal balik antara faktorfaktor tempat,
pekerjaan dan manusia (atau masyarakat). Atas dasar faktor-faktor tersebut, maka dapatlah
diketemukan unsur-unsur yang menjadi dasar adanya kelompok-kelompok yang lebih besar,
yang memerlukan analisis terhadap semua lembaga-lembaga politik dan sosial suatu masyarakat.
9
C. Huntington
Karyannya (tahun 1915) Civilization and climate, menguraikan bahwa mentalitas manusia di
tentukan oleh faktor iklim.
Mazhab Organis dan Evolusioner
A. Herbert Spencer (1820-1903)
Suatu organisme akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya
diferensiasi antara bagian-bagiannya. Hal ini berarti adanya fungsi yang lebih matang antar
bagian-bagiannya. Hal ini berarti adanya organisasi fungsi yang lebih matang antara bagian-
bagian organisme tersebut, dan integrasi yang lebih sempurna pula.
Secara Evolusioner, maka tahap organisme tersebut akan semakin sempurna sifatnya.
Dengan demikian maka organisme tersebut ada kriterianya yakni kompleksitas, diferensiasi, dan
integrasi. Kriteria mana akan dapat diterapkan dalam masyarakat. Evaluasi sosial dan
perkembangan sosial pada dasarnya berarti bertambahnya diferensiasi dan integrasi, peningkatan
pembagian kerja, dan suatu transisi dari keadaan homogen ke keadaan yang heterogen.
B. W.G. Summer (1840-1910)
Salah satu karyanya Folkways. Folkways dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan sosial
yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, kebiasaan-kebiasaan mana menjadi bagian dari
tradisi. Hampir semua aturan-aturan kehidupan sosial, upacarasopan- santun, kesusilaan, dan
sebagainya, termasuk dalam Folkways tersebut. Aturan-aturan tersebut merupakan kaidah-kaidah
kelompok yang masing-masing mempunyai tingkat atau derajat kekuatan yang berbeda-beda.
Apabila kaidah-kaidah tadi dianggap sedemikian pentingnya, maka kaidah-kaidah tadi
dinamakan tata kelakuan (mores).
Kaidah-kaidah tersebut tidaklah menjadi bagian dari suatu masyarakat secara menyeluruh,
dan oleh karena itu summer membedakan antara kelompok sendiri (in-gropus) dengan kelompok
luar (out-groups). Pembedaan ini ditujukan untuk dapat memberikan petunjuk bahwa ada orang-
orang yang diterima dalam suatu kelompok dan ada pula yang tidak. Pembedaan tersebut
menimbulkan pelbagai macam antagonisme, pertentangan serta pertikaian.
10
C. Emile Durkheim (1855-1917)
Karyanya Division of labor dapat digolongkan dalam Mazhab ini. Menurutnya unsur baku
dalam masyarakat adalah faktor solidaritas. Dia membedakan antara masyarakat-masyarakat
yang bercirikan faktor solidaritas mekanis dengan yang memiliki solidaritas organis. Pada
masyarakat-masyarakat dengan solidaritas mekanis, warga masyarakat belum mempunyai
diferensiasi dan pembagian kerja. Warga masyarakat mempunyai kepentingan bersama dan
kesadaran yang sama pula. Masyarakat dengan solidaritas organis telah mempunyai pembagian
kerja yang ditandai dengan derajat spesialisasi tertentu.
D. Ferdinad Tonnies (1855-1936)
Bagaimana warga suatu kelompok mengadakan hubungan dengan sesamanya. Dasar
hubungan tersebut disatu pihak adalah faktor perasaan, simpati pribadi dan kepentingan bersama.
Di pihak lain dasarnya adalah kepentingan-kepentingan rasional dan ikatan-ikatan yang tidak
permanen sifatnya. Bentuk-bentuk sosial yang pertama dinamakannya paguyuban
(gemeinschaft), sedangkan yang kedua adalah patembayan (gesellschaft).
Mazhab Formal
A. Georg Simmel (1858-1918)
Elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur
hubungan antara elemenelemen tersebut. Pelbagai lembaga di dalam masyarakat terwujud dalam
bentuk superioritas, subordinasi dan konflik. Semua hubungan-hubungan sosial, keluarga,
agama, peperangan, perdagangan, kelas-kelas dapat diberi karakteristik menurut salah satu
bentuk diatas atau ketiga-ketiganya.
Menurutnya, seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi
dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga masyarakat tak akan mungkin seseorang mengalami proses
interaksi antara individu dengan kelompok. Dengan perkataan lain, apa yang memungkinkan
masyarakat berproses adalah bahwa setiap orang mempunyai peranan yang harus dijalankannya.
Maka, interaksi individu dengan kelompok hanya dapat dimengerti dalam kerangka peranan
yang dilakukan oleh individu.
11
B. Leopold von Wiese (1876-1961)
Sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubunganhubungan manusia tanpa
mengaitkannya dengan tujuantujuan atau kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan
pengamatan terhadap perilaku kongkrit tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan dia berusaha
untuk mengadakan kuantifikasi, terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial
merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang masing-masing dapat diuraikan ke
adalam unsur-unsurnya secara sistematis.
C. Alfred Vierkandt (1867-1953)
Sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi-situasi tersebut tak dapat dianalisis secara
tersendiri, akan tetapi merupakan hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antar
individu-individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dengan demikian, tugas sosiologi
adalah untuk menganalisis dan mengadakan sistematika terhadap gejala sosial dengan jalan
menguraikannya ke dalam bentuk-bentuk kehidupan mental. Hal itu dapat ditemukan dalam
gejala-gejala seperti harga diri, perjuangan, simpati, imitasi dan lain sebagainya. Itulah
prekondisi suatu masyarakat yang hanya dapat berkembang penuh dalam kehidupan kelompok
atau dalam masyarakat setempat (community). Oleh karena itu sosiologi harus memusatkan
perhatian terhadap kelompok-kelompok sosial.
Mazhab Psikologi
A. Gabriel Tarde (1843-1904)
Dia memulia dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai
sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu, dimana jiwa tersebut terdiri
dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan. Bentuk-bentuk utama dari interaksi
mental individu-individu adalah imitasi, oposisi dan adaptasi atau penemuan baru. Imitasi
seringkali berhadapan dengan oposisi yang menuju pada bentuk adaptasi baru.
Dengan demikian mungkin terjadi perubahan sosial yang disebabkan oleh penemuan-
penemuan baru. Hal ini menimbulkan imitasi, oposisi penemuan-penemuan baru, perubahan
perubahan dan seterusnya. Tarde berusaha untuk menjelaskan gejala-gejala sosial di dalam
kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang.
12
B. Albion Small (1854-1926)
Mengadakan analisis terhadap reaksi-reaksi individu terhadap individu, maupun kelompok
terhadap kelompok lainnya. Small merupakan orang yang pertama membuka departemen
sosiologi pada Universitas Chicago, dan menerbitkan American Journal of Sociology.
C. Horton Cooley (1864-1924)
Individu dan masyarakat saling melengkapi,di mana individu hanya akan menemukan
bentuknya di dalam masyarakat. Di dalam karyanya Social Organization dia mengambangkan
konsep kelompok utama (primary group), yang ditandai dengan hubungan antar pribadi yang
dekat sekali. Dalam kelompok-kelompok tadi perasaan manusia akan dapat berkembang dengan
leluasa.
D. L.T. Hobhouse (1864-1929)
Sangat tertarik pada konsep-konsep pembangunan dan perubahan sosial. Dia menolak
penerapan prinsip-prinsip biologis terhadap studi masyarakat manusia; psikologi dan etika
merupakan kriteria yang diperlukan untuk mengukur perubahan sosial.
Mazhab Ekonomi
A. Karl Marx (1818-1883)
Marx telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu
teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan
dimana ada keadilan sosial. Manurutnya, selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas,
maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan, Hukum,
filsafat, agama, dan kesenian merupakan refleksi dari status ekonomi kelas tersebut.
Namun demikian, hukum-hukum perubahan berperanan dalam sejarah, sehingga keadaan
tersebut dapat berubah baik melalui suatu revolusi maupun secara damai. Akan tetapi selama
masih ada kelas yang berkuasa, maka tetap terjadi eksploitasi terhadap kelas yang lebih lemah.
Oleh karena itu selalu timbul pertikaian antara kelas-kelas tersebut, pertikaian mana akan
berakhir apabila satu-atu kelas (yaitu kelas proletar) menang, sehingga terjadilah masyarakat
tanpa kelas.
13
B. Max Weber (1864-1920)
Semua bentuk oranisasi sosial harus diteliti menurut perilaku warganya, yang motivasinya
serasi dengan harapan warga-warga lainnya. Untuk mengetahui dan menggali hal ini perlu
digunakan metoe pengertian (Verstehen). Tingkah laku individu-individu dalam masyarakat
dapat diklasifikasikan menurut empat tipe ideal aksi sosial, yakni:
1. Aksi yang bertujuan, yakni tingkah laku yang ditujukan untuk mendapatkan hasil-hasil
yang efisien.
2. Aksi yang berisikan nilai yang telah ditentukan, yang diartikan sebagai perbuatan untuk
merealisasikan dan mencapai tujuan
3. Aksi tradisional yang menyangkut tingkah laku yang melaksanakan suatu aturan yang
bersanksi.
4. Aksi yang emosional, yaitu yang menyangkut perasaan seseorang. Atas dasar hal-hal
tersebut diataslah maka timbul hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat.
Mazhab Hukum
A. Emile Durkheim
Ajaran-ajaran Durkheim menggunakan banyak pendekatan termasuk pendekatan hukum.
Menurutnya hukum adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat ringannya tergantung pada
sifat pelanggaran, anggapan-anggapan serta keyakinan masyarakat tentang baik-buruknya suatu
tindakan. Di dalam masyarakat terdapat dua macam sanksi kaidahkaidah hukum yaitu sanksi
yang refresif (hukum pidana) dan sanksi yang restitutif (hukum perdata, hukum dagang, hukum
acara, hukum administrasi dan hukum tata negara setelah dikurangi dengan unsur-unsur
pidananya).
B. Max Weber
Weber mempunyai latar belakang pendidikan hukum, dia mempelajari pengaruh faktor-
faktor politik, agama dan ekonomi terhadap perkembangan hukum.
Menurut Weber ada empat tipe ideal hukum :
1. Hukum irasional dan materiil, yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim
mendasarkan keputusan-kepurtusannya sematamata pada nilai-nilai emosional tanpa
menunjuk pada suatu kaidahpun.
14
2. Hukum irasional dan formal, yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim
berpedoman pada kaidah-kaidah di luas akal, oleh karena didasarkan pada wahyu atau
ramalan.
3. Hukum rasional dan materiil, di mana keputusankeputusan para pembentuk undang-undang
dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksaan penguasa dan
ideologi.
4. Hukum rasional dan formal yaitu di mana hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-
konsep abstrak dari ilmu hukum.
2.4. Pengertian Sosiologi Ekonomi
Sosiologi ekonomi menganalisa fenomena ekonomi seperti pasar, perusahaan, hak atas
kekayaan, dan kerja menggunakan perangkat keilmuan sosiologi. Sosiologi ekonomi
menekankan pentingnya relasi sosial dan institusi sosial. Sosiologi ekonomi mempelajari
dampak sosial dan penyebab sosial berbagai fenomena ekonomi. Kajian sosiologi ekonomi
terbagi menjadi dua periode, yaitu klasik dan kontemporer.
Terma spesifik tentang sosiologi ekonomi pertama kali muncul pada tahun 1879 oleh
William Stanley Jevons. Selanjutnya terma tersebut digunakan oleh Emile Durkheim, Max
Weber, dan George Simmel antara tahun 1980 hingga 1920. Karya-karya Max Weber tentang
fenomena ekonomi di masyarakat dianggap sebagai ikon dari pendekatan periode klasik
sosiologi ekonomi.
Periode sosiologi ekonomi kontemporer, yang juga terkenal sebagai sosiologi ekonomi baru
pertama kali dimunculkan pada tahun 1985 melalui karya Mark Gravonetter berjudul Economic
Action and Social Structure: the Problem Embeddedness.
Sosiologi Ekonomi Klasik
Sosiologi ekonomi muncul sebagai pendekatan baru terhadap fenomena ekonomi. Sosiologi
menekankan pada peran struktur dan institusi ekonomi di masyarakat serta bagaimana
masyarakat mempengaruhi struktur dan institusi ekonomi. Relasi antara kapitalisme dan
modernitas menjadi isu penting yang digambarkan dua tokoh penting dalam sosiologi ekonomi,
Weber dan Simmel melalui buku mereka The ProtestantEthicandthe Spirit of Capitalsm (1905)
15
dan The Philosophy of Money (1900). Pendekatan Karl Marx juga memberikan sumbangan pada
cabang sosiologi ini. Gagasan Marx tentang materialisme historis hendak memperlihatkan
bagaimana tekanan perekonomian berpengaruh pada struktur masyarakat. Selain itu, sumbangan
yang lain berasal dari Emile Durkheim, The Divison Labour inSociety dan karya Max Weber
Economic andSociety yang terbit pada tahun 1922.
Sosiologi Ekonomi Kontemporer
Sosiologi ekonomi kontemporer memusatkan perhatian khususnya pada konsekuensi sosial
dari pertukaran ekonomi. Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam sosiologi ekonomi kontemporer
di antaranya, Fred L Block, James S Coleman, Mark Gravonetter, Harrison White, Paul
DiMaggio, Joel M Podolny, Richard Swedberg, dan VavianaZelizer di Amerika Serikat serta
Luc Boltanski, LaurentThevenot, dan Jens Beckett di Eropa.
16
BAB III
ANALISIS
3.1 Kondisi Umum Kabupaten Kepulauan Selayar
Kabupaten Kepulauan Selayar (dahulu Kabupaten Selayar, perubahan nama berdasarkan PP.
No. 59 Tahun 2008) adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Ibu kota kabupaten Kepulauan Selayar adalah Kota Benteng. Kabupaten ini memiliki
luas sebesar 10.503,69 km² (wilayah daratan dan lautan) dan berpenduduk sebanyak 123.283
jiwa. Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari 2 sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah
daratan yang meliputi kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene, dan
Bontosikuyu serta wilayah kepulauan yang meliputi kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu
Timur, Takabonerate, Pasimarannu, dan Pasilambena.
A. Letak Geografis
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu di antara 24 Kabupaten/Kota di
Provinsi Sulawesi Selatan yang letaknya di ujung selatan Pulau Sulawesi dan memanjang dari
Utara ke Selatan. Daerah ini memiliki kekhususan yakni satu-satunya Kabupaten di Sulawesi
Selatan yang seluruh wilayahnya terpisah dari daratan Sulawesi dan terdiri dari gugusan
beberapa pulau sehingga membentuk suatu wilayah kepulauan.
Gugusan pulau di Kabupaten Kepulauan Selayar secara keseluruhan berjumlah 130 buah, 7
diantaranya kadang tidak terlihat (tenggelam) pada saat air pasang. Luas wilayah Kabupaten
Kepulauan Selayar meliputi 1.357,03 km² wilayah daratan (12,91%) dan 9.146,66 km² wilayah
lautan (87,09%).
Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Selayar berada pada koordinat (letak astronomi)
5°42' - 7°35' Lintang Selatan dan 120°15' - 122°30' bujur timur yang berbatasan dengan:
Utara Kabupaten Bulukumba dan Teluk Bone
Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Barat Laut Flores dan Selat Makassar
17
Timur Laut Flores (Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Berdasarkan letak sebagaimana dikatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Seni dan
Kebudayaan Kepulauan Selayar bahwa Selat Selayar dilintasi pelayaran nusantara baik ke timur
maupun ke barat, bahkan sudah menjadi pelayaran internasional. Kabupaten Kepulauan Selayar
merupakan "kepulauan" yang berada di antara jalur alternatif perdagangan internasional yang
menjadikan daerah ini secara geografis sangat strategis sebagai pusat perdagangan dan distribusi
baik secara nasional untuk melayani Kawasan Timur Indonesia maupun pada skala internasional
guna melayani negara-negara di kawasan Asia.
B. Topologi dan Iklim
Dipandang dari sudut tofografinya Kabupaten Kepulauan Selayar yang mempunyai luas
kurang lebih 1.357,03 Km² (wilayah daratan) dan terdiri dari kepulauan besar dan kecil serta
secara administrative terdiri dari 11 kecamatan, 81 desa dan 7 kelurahan adalah variatif dari
yang datar hingga agak miring. Sementara itu tipe iklim di wilayah ini termasuk tipe B dan C,
musim hujan terjadi pada bulan November hingga Juni dan sebaliknya musim kemarau pada
bulan Agustus hingga September. Secara umum curah hujan yang terjadi cukup tinggi dan sangat
dipengaruhi oleh angin musiman.
C. Geologi
Kondisi geologi pulau Selayar tersusun oleh jenis batuan sediment. Struktur
geologi Kepulauan Selayar menunjukkan struktur-struktur dan penyebaran batuan berarah Utara-
Selatan dan miring melandai kearah Barat. Sedangkan pantai Timur umumnya terjal dan
langsung dibatasi oleh laut dalam yang cenderung merupakan jalur sesar.
18
D. Demografi
Grafik pertumbuhan penduduk Kepulauan Selayar
Pada tahun 2000 jumlah penduduk kabupaten Kepulauan Selayar tercatat sebanyak 103.473
ribu jiwa. Dalam waktu 3 tahun kemudian (tahun 2003) jumlah peduduk tersebut telah
mengalami pertambahan sebanyak 6.506 jiwa. Dengan dasar tersebut dapat diketahui bahwa
rata-rata pertambahan penduduk di kabupaten Kepulauan Selayar masih sebesar 1,95 persen
setiap tahunnya. Penduduk kabupaten Kepulauan Selayar menurut data BPS
tahun 2009 berjumlah sebanyak 121.749 jiwa terdiri dari 57.685 jiwa laki-laki dan 64.064 jiwa
perempuan. Data tentang komposisi penduduk menurut jenis kelamin tersebut menunjukkan
bahwa secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki
dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 90,04 (setiap 100 perempuan terdapat 90 laki-laki).
Komposisi penduduk Kepulauan Selayar menurut kelompok umur terdiri dari :
Penduduk usia 0 - 14 tahun sebanyak 36.093 jiwa
Penduduk usia 15 - 64 tahun berjumlah 77.486 jiwa
Penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak 8.170 jiwa
Menurut hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2009 , jumlah angkatan kerja
di kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2009 sebesar 54.996 orang, yaitu yang bekerja
sebanyak 49.478 orang dan jumlah pengangguran sebanyak 5.518 orang. Jumlah bukan angkatan
19
kerja sebanyak 32.651 orang dengan rincian 6.503 orang sekolah, 22.162 orang mengurus rumah
tangga dan lainnya sebanyak 3.986 orang.
Penyebaran penduduk berdasarkan wilayah Kecamatan pada tahun 2009 adalah sebagai
berikut :
Kecamatan Benteng 18.860 jiwa
Kecamatan Bontoharu 11.801 jiwa
Kecamatan Bontomanai 13.642 jiwa
Kecamatan Bontomatene 13.818 jiwa
Kecamatan Bontosikuyu 14.450 jiwa
Kecamatan Buki 6.778 jiwa
Kecamatan Pasilambena 7.802 jiwa
Kecamatan Pasimarannu 8.923 jiwa
Kecamatan Pasimasunggu 7.008 jiwa
Kecamatan Pasimasunggu Timur 6.524 jiwa
Kecamatan Takabonerate 12.143 jiwa
20
E. Pariwisata & Kebudayaan
Potensi Wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar cukup banyak meliputi wisata sejarah, wisata
budaya, wisata alam dan wisata bahari. Salah satu yang terkenal adalah Taman Nasional
TakaBonerate yang terletak di kecamatan Takabonerate. Jumlah wisatawan yang mengunjungi
Taman Nasional TakaBonerate pada tahun 2009 mencapai 576 orang. Kawasan ini terdiri dari 21
buah pulau serta puluhan taka dan bungin, umumnya terbentuk dari endapan pasir dan biosfer.
Taman Nasional TakaBonerate memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia[4] (terbesar di Asia
Tenggara) yaitu setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa.
Luas atol tersebut sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500
km². Dalam rangkaian Hari jadi Kepulauan Selayar di lokasi ini setiap tahunnya diadakan
festival yang bertajuk Takabonerate Island Expedition (TIE). Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul
Yasin Limpo mengatakan bahwa kegiatan ini sudah masuk dalam kalender kegiatan pariwisata
nasional dan rencananya pada tahun 2012 akan ditingkatkan menjadi "SailTakaBonerate".
Seperti penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, Takabonerate Island Expedition akan diisi
kegiatan lomba rutin seperti Takabonerate International FishingTournament, menyelam, lomba
foto di bawah air dan lomba renang antar pulau terbuka dengan jarak antara lima hingga enam
kilometer.
Selain obyek wisata bahari Taman Nasional TakaBonerate terdapat pula tempat-tempat wisata
yang menyebar hampir di seluruh Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar. Berikut ini
beberapa Obyek Wisata / tempat yang menarik untuk dikunjungi :
Kecamatan Benteng : Tari Pakarena, Gedung Lembaga Pemasyarakatan Selayar, Kantor
Dinas Pariwisata Selayar, Plaza Marina, Rumah Jabatan Bupati Selayar
Kecamatan Bontoharu : Pantai Jeneiya, Jangkar Selayar, Gong Nekara, Benteng
Bontobangun, Perkampungan Tua Bitombang
Kecamatan Bontomanai : Permandian alam Eremata, Air terjun Suttia, Pusat Bumi (To'do),
Puncak, Kompleks Perkampungan Tua Gantarang
21
Kecamatan Bontomatene : Pantai Pa'badilang, Gua Ereposo, Sumur Tua Tajuiya, Makam
BulaennaParangia, Rumah Adat Batangmata
Kecamatan Bontosikuyu : Pantai Baloiya, Wisata Jammeng, Gua Bonetappalang, Pantai
Batu Etang, Air Terjun Patikore', Air terjun Ohe Gonggong
Kecamatan Buki : Kuburan Tua Silolo, Pantai karang Indah, Benteng Pertahanan, Istana
LalakiBuki
Kecamatan Pasilambena : Pantai Pulau Madu, Pantai Karumpa, Pulau Kakabia,
Perkampungan Tua, Gua Buranga
Kecamatan Pasimarannu : Tari Pangaru, Tari Batanda, Gua Majapahit, Rumah Adat
OpuBonerate, Pembuatan Perahu, Pantai Larafu
Kecamatan Pasimasunggu : Tari KondoBuleng, Pusaka Jampea, Pulau Tanamalala, Pulau
JaiLamu, Pulau Batu
Kecamatan Pasimasunggu Timur : Perairan Batu So'bolo, Pulau Bembe, Makam Ali Kabar,
Pantai Doda
Kecamatan Takabonerate : Pantai Bone Lambere, Pulau Kauna, BuhungTuma, Pulau Tinabo,
Pulau Kayuadi
3.2 Kondisi Sosial Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar
Selama puluhan tahun para nelayan dan pengumpul menjalani usaha perikanan – termasuk
perdagangan antar pulau (dan sesekali ekspor), usaha perikanan tidak juga menemukan
bentuknya yang seharusnya secara gradual bergerak maju, dan kehidupan nelayan tetaplah tidak
beranjak banyak dari pelatarannya.
Usaha bidang perikanan memiliki berbagai jenis, yaitu: frozen, fresh, dried, life, marineculture
dan processing. Untuk memulai usaha di bidang perikanan, tidak serta merta semua jenis usaha
perikanan di atas harus dilakukan secara bersamaan. Sebab di samping membutuhkan anggaran
yang tidak sedikit, juga membutuhkan infrastruktur yang besar serta sumber daya manusia yang
memang sudah siap pakai. Tapi untuk mewujudkan kabupaten kepulauan yang 2/3 luas
wilayahnya adalah lautan, juga bukanlah hal yang mustahil. Hanya saja, diperlukan perencanaan
yang sistimatis, measurable, terpadu dan reasonable. Dan terutama untuk menuju usaha
22
pengolahan, hal yang harus dipastikan terlebih dahulu, adalah, jumlah ikan dan jenis ikan yang
paing dominan. (Ini terutama untuk menghindari, jangan sampai membangun pengolahan tuna,
tapi ternyata bahan baku ikan sardine yang banyak).
Permasalahan
Berbagai permasalahan yang menjadi kendala sulitnya usaha perikanan berkembang
diKepualaun Selayar, antara lain.
1. Kendala geografis
Kendala geografis ini membuat biaya menjadi tinggi. Untuk biaya angkut pemasaran –
dengan angkutan darat, dengan biaya Rp. 40.000 / gabus dengan kapasitas 40 kg ikan,
berarti biaya transport rata-rata per kilo ikan adalah Rp. 1000 / kg. Biaya angkutan ini
hanya akan mampu ditekan bila pengangkutan dilakukan dalam jumlah besar. Begitupun
dengan biaya produksi yang lebih tinggi, baik untuk bahan baku langsung maupun tidak
langsung, seperti freon, oli, garam, dll., baik untuk produksi es balok, pembekuan,
maupun pendingin.
2. Terbatasnya fasilitas yang ada
Fasilitas yang ada saat ini, adalah ruang pembekuan (air blastfreezer) dengan luas
ruangan 2,30 x 2,90 x 3,80 m dan menggunakan mesin BitzerType VII, dimana hanya
mampu membekukan 1 ton ikan di dalam freezing pan, atau sekitar 0,75 ton ikan tuna
whole (utuh), karena harus digantung. Kapasitas ini sangat kecil. Sebab untuk
pembekuan, ikan diletakkan di dalam pan, dan harus menggunakan rak. Dengan masa
beku sekitar 10 jam, dan setelah ditambah dengan waktu bongkar dan isi, hanya mampu
membekukan sebanyak 2 kali sehari atau hanya sekitar 2 ton ikan perhari. Untuk ruang
pendingin (coldstorage), dengan luas ruangan yang sama dan dengan menggunakan
mesin BitzerType V, ikan yang mampu ditampung dalam ruang pendingin hanya sekitar
3 - 4 ton / hari. Masalah akan muncul setelah ikan yang di ruang pembekuan telah beku,
ikan tersebut akan di simpan dimana. Untuk melakukan pengangkutan ke pasar –
misalnya ke Makassar, antara lain dengan menggunakan mobil berpendingin dengan
fasilitas thermoking kapasitas 4 ton (satu-satunya mobil pengangkut berpendingin di
Selayar), biayanya akan tinggi. Sebab untuk biaya transport saja, dengan biaya sekali
23
perjalanan sekitar Rp. 3 jt rupiah, berarti biaya angkut untuk setiap kilonya berjumlah Rp.
750 /kg.
Untuk menyiasati berbagai kendala di atas agar ikan segar ataupun ikan beku Selayar dapat
bersaing dengan ikan dari daerah lain, adalah, bagaimana memasarkan ikan Selayar ke pasar
internasional, paling tidak ke negara Asean. Di samping harga ikan yang relatif stabil, juga
“jenis” ikan yang dibutuhkan sudah sangat jelas. Misalnya untuk ikan tuna, tuna whole untuk
bahan baku olahan sudah jelas pasarnya, begitupun dengan tuna untuk keperluan shashimi.
Hanya saja, yang masih menjadi kendala di daerah, antara lain:
1. Masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia, misalnya untuk qualitycontrol (dimana
untuk transaksi ikan dalam jumlah besar, begitu melihat jenis ikan, seorang
qualitycontrol tidak perlu menimbang untuk mengetahui sizenya, dan tidak perlu
membolak-balik untuk mengetahui tingkat kesegarannya. (Sebab bisa dibayangkan
ketika rata-rata ikan yang mendarat di atas 5 ton / per hari bila harus menimbang satu
persatu dan harus membolak-baliknya).
2. Masih terbatasnya sumberdaya manusia di bidang standarisasi ekspor. Untuk Unit
Pengolahan Ikan (UPI), kita belum memahami standar UPI yang sesuai dengan
persyaratan, baik untuk mendapatkan sertifikat kesehatan (healthcertificate), maupun –
terutama untuk mendapatkan sertifikat Hazard Analisis Critical Control Point (HACCP)
yang menjadi dokumen “wajib” untuk bisa melakukan ekspor. Belum lagi dalam
mendapatkan sertifikat dari lembaga internasional pengawas perikanan yang
rekomendasinya dijadikan acuan pasar internasional, misalnya untuk menjamin bahwa
tidak ada penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, tidak menangkap dolphin,
dll.
3. Masih terbatasnya sumberdaya manusia nelayan, terutama dalam menjaga kualitas ikan.
Masih banyak pemahaman yang keliru dalam masyarakat kita, bahwa ikan yang diberi es,
adalah ikan yang sudah tidak segar. Hal ini, disebabkan oleh perlakuan nelayan yang
hanya akan memberikan es terhadap hasil tangkapannya ketika sudah mau merubah fisik
untuk mencegah pembusukan, dan bukan pada saat ikan didapatkan untuk menjaga
kualitas. Begitupun dengan perlakuan terhadap hasil tangkapan secara umum Misalnya
24
untuk tuna sebagai bahan baku shashimi, begitu tunanya ditangkap, nelayan harus
membuat lubang di kepala ikan untuk mengeluarkan darahnya (bleeding) dengan
menggantungnya.
Berbagai solusi terhadap berbagai permasalahan di atas yang coba dilakukan saat ini, adalah:
1. Merubahcoldstorage menjadi blastfreezer (mesin Type V diganti dengan Type VII) agar
kapasitas pembekuan bisa ditingkatkan dari 2 ton / hari (60 ton / bulan) menjadi 4 ton /
hari (120 ton / bulan).
2. Membuat coldstorage dengan kapasitas besar untuk penampungan ikan yang telah
melalui proses pembekuan dan pengepakan (packing). Saat ini, sudah dibeli 2 buah
container ukuran 20 feet dengan kapasitas per unit sekitar 15 ton.
3. Melakukan upaya peningkatan kapasitas ikan, yang antara lain penggunaan
coolboxstandard, penghalusan es dengan icecrusher sehingga tidak menggunakan es yang
dihancurkan dengan balok, dan penggunaan es curah (iceflakes). Sebab dengan es balok
yang dihancurkan, es akan menjadi tajam dan bisa melukai badan ikan, terutama yang
tidak bersisik.
4. Melakukan pembenahan terhadap fasilitas yang ada agar bisa menjadi Unit Pengolahan
Ikan (UPI) yang memenuhi standar, baik dari sisi higyne (PreRequisitePrograms), SSOP
(Standard SanitationOperatingProcedure), GhdP (GoodHandlingPractices), GMP
(GoodManufacturingPractices) dan GDP (GoodDistributionPractices). Fasilitas ini
nantinya akan diverifikasi oleh antara lain Badan Karantina Ikan, cq. Pengendalian Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan, untuk mendapatkan Sertifikat Kelayakan Pengolahan
(SKP) yang menjadi dokumen utama usaha perikanan.
5. Menggandeng pihak ketiga – terutama yang memiliki modal (sehingga tidak berharap
pada APBD), memiliki pengalaman dan jaringan pasar untuk semua jenis ikan. Sebab
yang terjadi selama ini, ikan yang memiliki “nilai jual” hanyalah jenis sunu Kerapu
(Grouper, Greasygrouper / Epinephelustauvina) ataupun kerapu jenis Honey-
combgrouper (Epinephelusmerra), Kakap merah (Red snapper / Lutjanusaltifrontalis /
Lutjanussanguineus), dll. Sedang jenis Lencam (Emperor / Lethrinuslentjam), Layang
(ScadMackerel / Decapterusrusselli), Tembang (Fringescalesardine / Sardinellafimbriata),
25
apalagi Teri (Indian anchovy / Stolephorusindicus) kurang mendapatkan pasar, kecuali
untuk pasar lokal.
Dari berbagai upaya ini, yang tidak kalah pentingnya, bagaimana nelayan lokal tetap
diprioritaskan, dalam artian, siapapun yang akan menanamkan modalnya di bidang perikanan,
pemilik modal tidak boleh membawa armada tangkap. Nelayan lokal haruslah diprioritaskan.
Sedangkan untuk meningkatkan kehidupan nelayan – sekaligus meningkatkan suplai ikan
terhadap indusrti perikanan, pemilik modal harus diikat dalam kesepakatan bagaimana para
pemilik modal mendatangkan kapal tangkap sebagai tempat magang, dan ketika nelayan lokal
sudah bisa mengoperasikannya, nelayan bisa mencicilnya melalui hasil tangkapan mereka.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kabupaten kepulauan Selayar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan yang kaya akan berbagai potensi alam . Salah satunya merupakan potensi di sektor
Perikanan dan kelautan, terutama perikanan tangkap. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar
sebenarnya telah melakukan berbagai upaya demi memajukan daerah yang sempat tertinggal ini.
Tetapi masih cukup banyak warga kabupaten tersebut yang belum bisa memanfaatkan potensi
alam secara optimal & bijak dalam pengelolaannya. Sehingga masih banyak terjadi kegiatan
illegal fishing, over fishing dan perebutan daerah tangkap antar nelayan. Selain itu sarana dan
prasarana disektor perikanan pun belum memadai, seperti pelabuhan/dermaga, transportasi, alat
penangkap ikan yang masih sederhana, dll. Hal-hal demikian itulah yang menjadikan para
nelayan di Kabupaten Kepulauan Selayar belum sepenuhnya sejahtera dalam segi
perekonomiannya dan miskin pengetahuan dalam pengelolaannya.
4.2. Saran
Untuk mengatasi permasalahan –permasalahan diatas, yang perlu di perhatikan adalah
merubah sikap / perilaku & mindset para nelayan di kabupaten kepulauan Selayar tersebut
dengan cara memberikan penyuluhan oleh pihak-pihak terkait ( pemerintah melalui DKP ) untuk
mengembangkan usaha perikanan dalam bentuk budidaya, sehingga para nelayan tidak hanya
bertumpu di sektor perikanan tangkap saja, tetapi mereka juga bisa melakukan aktivitas
budidaya. Sedangkan untuk sarana dan prasarana, sebaiknya pemerintah dapat lebih sigap,
tanggap, serta lebih bekerja keras dalam memajukan Kabupaten Kepulauan Selayar mengingat
begitu banyak potensi alam di kabupaken ini yang menjanjikan.
27
Daftar Pustaka
28