Paper Psikology
-
Upload
finidya-septiani -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of Paper Psikology
I. Pembukaan
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki
kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang
dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan
untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi
kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik, serta
kecepatan sistem pemrosesan informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan
informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi
berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada
kemampuan kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi
perubahan pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan
yang dapat menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari
adanya keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses
informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini maka manusia yang
memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam meraba, mempelajari atau
berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.
Persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data
indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan didalam
mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir
sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat
reseptor sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data
yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
Kesimpulannya adalah banyak orang yang tidak dapat mengartikan persepsi
tersebut. Sering kali terjadinya konflik dan gangguan diri karena adanya kesalahan dalam
persepsi tersebut. Sehingga sangat penting kita dapat mengerti bagaimana cara
mempresepsi dengan benar dan bagaimana kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Di dalam makalah ini kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
1
II. Definisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya (Alwi, 2007: 863).
Secara umu m persepsi adalah proses pengenalan terhadap objek (benda, manusia,
gagasan, gejala dan peristiwa) melalui panca indera sehingga memberi makna dan nilai
kepada suatu objek dengan menonjolkan sifat khas dari suatu obyek serta hasil dari
persepsi bisa bisa berupa tanggapan atau penilaian yang berbeda dari individu.
Persepsi adalah kesan seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang dipengaruhi faktor
internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan faktor eksternal, yakni
perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya.” (Depdiknas, 2003).
Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan
kejadian obyektif dengan bantuan indera. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena
adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat kompleks,
stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna
melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi.
Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian
stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara
yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat
cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri.
2
III. Bentuk-bentuk Persepsi
Bentuk-bentuk itu ada 5 macam, yaitu : yang pertama Persepsi visual. Persepsi visual
didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal
berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.
Yang kedua persepsi auditori. Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu
telinga.Yang ketiga persepsi perabaan. Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil
yaitu kulit. Yang keempat persepsi penciuman. Persepsi penciuman atau olfaktori
didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. Yang kelima persepsi pengecapan.
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
IV. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam
diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti
terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap
orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang
ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian
seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi
terhadap suatu obyek.
Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak
energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual
vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu
dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
3
Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya
seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan
jawaban sesuai dengan dirinya.
Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan
dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau
untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari
linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat
mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi
bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa
semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami.
Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk
ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya
membentuk persepsi.
Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak,
akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan
latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang
lain akan banyak menarik perhatian.
Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna
lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali
dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa
mempengaruhi persepsi.
Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap
4
obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan
obyek yang diam.
V. Ciri-ciri umum Dunia Persepsi
Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konsep ini biasa disebut dunia
persepsi. Agar dapat dihasilkan suatu penginderan yang bermakna, ada ciri – ciri umum
tertentu dalam dunia persepsi :
1. Modalitas : rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap –tiap indera,
yaitu sifat sensori dasar masing-masing.
2. Dimensi ruang : dunia persepsi mempunyai sifat ruang ( dimensi ruang).
3. Dimensi waktu : dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat lambat, tua
muda, dan lain-lain.
4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu : objek-objek atau gejala-gejala dalam
dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan
konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.
VI. Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen,
dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga
yaitu:
1. Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki
seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu
keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang
berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan
obyek sikapnya.
5
VI. Dimensi penginderaan
Bentangan sifat-sifat penerimaan rangsangan yang dapat kita paparkan seperti kuat-
lemah, lama-sebentar, kasar-halus, dan sebagainya disebut dimensi penginderaan.
Ada empat dimensi penginderaan: yang pertama adalah Intensitas dan kekuatan dari
stimulus, kuat-lemahnya penginderaan suatu rangsang tertentu. Stimulus dari luar akan
memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya
sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa
mempengaruhi persepsi. Yang kedua adalah Ekstensitas, penghayatan terhadap tebal-
tipis, luas-sempit, besar-kecil. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor
ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah
untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat
bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya
membentuk persepsi. Elemen dimensi ketiga yaitu Lamanya. Penginderaan dapat
berlangsung lama atau sebentar. Yang terakhir adalah Kualitas, kemampuan kita
membedakan kualitas rangsang misalnya nada atau warna. Kualitas stimulus adalah
keunikan dan kekontrasan stimulus juga.
VII. Ambang pengindraan
Intensitas suatu rangsang tertentu agar dapat disadari disebut ambang penginderaan.
Ambang penginderaan terdiri dari:
- Ambang perangsang absolut: intensitas rangsang terkecil yang masih dapat
menimbulkan penginderaan;
- Ambang perbedaan: perbedaan intensitas rangsang terkecil yang dapat dibedakan oleh
alat indera;
- Tinggi rangsang: pertambahan intensitas rangsang akan diikuti oleh pertambahan
intensitas penginderaan sampai mencapai maksimum yakni di mana intensitas rangsang
tidak dapat dibedakan lagi;
6
- Penyesuaian sensoris: bisa terjadi karena berkurangnya kepekaan indera (negatif),
bertambahnya kepekaan indera (positif), dan karena pergeseran titik sentral.
VIII. Pengamatan Dunia Nyata
Untuk kita ketahui, persepsi bersifat subjektif karena bukan sekadar penginderaan.
Persepsi selalu terjadi dalam konteks tertentu. Ada beberapa prinsip umum yang
mengatur pengamatan kita terhadap dunia nyata; yaitu konstatansi: bersifat psikologis
karena arti dari suatu objek atau gejala bagi kita bersifat tetap. Ada tiga macam
konstatansi, yakni: konstatansi tempat atau lokasi, konstatansi warna, konstatansi bentuk
dan ukuran
Figur dan Latar Belakang: keberadaan suatu objek pengamatan menggejala
sebagai suatu figur yang menonjol di antara objek-objek lain (latar belakang), baik karena
sifatnya memang menonjol di antara objek-objek lain maupun karena si pengamat
sengaja memusatkan perhatiannya pada objek tertentu. Stimulus luar yang
penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar
sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
IX. Penyimpangan dalam persepsi
Melakukan persepsi kadang kala manusia melakukan kesalahan interpretasi atau
penyimpangan (ketidaktepatan dalam mempersepsi) suatu stimulus. Terdapat dua
penyimpangan dalam persepsi yaitu :
1. Halusinasi (gambaran khayal)
Bila rangsang dari luar terhadap indra itu tidak nyata, tetapi penderita yakin kalau itu
ada, maka keadaan seperti itu dinamakan halusinasi (Soewadi, 1999). Sedangkan
menurut Maramis (1986) menyatakan Halusinasi ialah: pencerapan tanpa adanya
rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan
sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. Sehingga
7
dapat dikatakan yang disebut dengan halusinasi adalah sangkaan dari organisme seolah-
olah melihat, mendengar, padahal objek tidak ada atau individu merasa melakukan
persepsi padahal individu tersebut tidak dikenai stimulus, jadi ini merupakan persepsi
subjektif dari individu. Contoh orang mabuk kadang melihat sesuatu yang objeknya tidak
ada karena terganggu indera dan sensorisnya. Keadaan ini merupakan kondisi yang tidak
normal dan umumnya merupakan pertanda bahwa jiwanya telah mengalami gangguan.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering muncul dan ditemukan pada pasien
gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikan dengan schizofrenia.
2. Ilusi
Yaitu salah menafsirkan rangsang, Jadi persepsi tidak sesuai kenyataan atau dengan
kata lain ilusi adalah kesalahan dalam memaknai stimulus yang datang. Perbedaannya
dengan hakusinasi adalah bila halusinasi tidak terdapat stimulus sedangkan ilusi
stimulusnya ada hanya disalah persepsikan.
Ilusi terjadi karena otak merasakan berbagai perbedaan pendapat pokok dari kualitas
yang sebenarnya yang terdapat pada stimulus atau objek yang diamati. Ilusi bisa terjadi
pada indera penglihatan, pendengaran, perasa dan penciuman. Ilusi bukanlah kelainan
dalam jiwa seseorang.
Ilusi adalah umum terjadi dalam persepsi yang normal dan itu merupakan
konsekwensi alami dari sistem kerja yang berhubungan dengan perasaan manusia.
Psikologi mempelajari ilusi karena dalam ilusi terdapat petunjuk penting tentang fungsi
sistem perceptual. Tukang sulap bersandar pada muslihat ilusi penonton yang mereka
hibur. Bagaimanapun ukuran kesalahan dalam persepsi dapat dikatakan sebagai ilusi jika
sebagian besar orang mengalami hal tersebut. Sebagai contoh, jika anda adalah satu-
satunya orang yang salah membaca suatu kalimat, maka tidak dapat disebut sebagai ilusi.
Namun jika kesalahan baca tersebut terjadi pada sejumlah banyak orang maka mungkin
saja hal tersebut dipertimbangkan sebagai suatu ilusi.
Orang-Orang sering mengacaukan istilah ilusi, halusinasi, dan khayalan, tetapi
psikolog menggunakan istilah tersebut dengan makna/arti yang jelas berbeda. Suatu
ilusi terjadi ketika seseorang melakukan salah interprestasi bentuk fisik dari stimulus.
8
Sedangkan halusinasi, adalah kondisi seseorang yang mempersepsi adanya stimulus
namun secara fisik stimulus tersebut tidak ada. contoh, mendengar suara namun tak ada
seorangpun yang ada di sekeliling. Sedangkan delusi ( khayalan ) adalah keyakinan yang
keliru yang dipertahankan walaupun fakta-faktanya tidak terbukti atau keliru. Ilusi terjadi
pada orang-orang yang normal kondisi kejiwaannya, sementara halusinasi dan delusi
terjadi pada umumnya terjadi karena efek yang diderita orang akibat demam, sakit
ingatan, atau narkoba.
Suatu ilusi terjadi ketika otak merasakan perbedaaan hakekat kualitas yang nyata dari
suatu obyek atau stimulus. Ilusi bisa terjadi dalam pikiran sehat manusia yang mencakup
visi, tatap muka, sentuhan, bau, dan perasa. Di dalam kenyataannya ilusi yang paling
sering dilakukan manusia adalah ilusi visual atau ilusi yang berhubungan dengan indera
penglihatan. Ilusi visual tersebut terdiri dari :
Ilusi Panjang (illusions of length)
Adalah kondisi salah persepsi pada diri manusia berkenaan dengan konteks
panjang suatu bidang. Salah satu bentuk ilusi jenis ini yang terkenal adalah the Müller-
Lyer illusion, yang diciptakan oleh Franz Müller-Lyer Dokter jiwa Jerman pada 1889.
Ilusi ini terjadi ketika dua bidang garis mendatar yang sama panjang tetapi salah satunya
nampak lebih panjang,
Pada contoh diatas garis AB nampak lebih panjang daris garis CD, padahal ke dua
garis tersebut panjangnya adalah sama. Bentuk miring dari dua garis yang membentuk
sudut yang berada di ujung garis tadi yang menyebabkan terjadinya ilusi, Jika garis yang
9
membentuk sudut tadi dipindahkan maka bisa dengan mudah menilai bahwa dua garis
mendatar tersebut adalah sama.
Penjelasan proses terjadinya ilusi Müller-Lyer adalah bahwa manusia secara tidak
tepat menggunakan pengalaman perseptual mereka tentang objek tiga dimensi pada objek
dua dimensi. Garis pembatas yang berbentuk sudut keluar menyebabkan sistem
perseptual menginterpretasikan garis AB terlihat lebih jauh sementara garis yang
membentuk sudut ke dalam menyebabkan sistem perseptual dalam melihat garis CD
lebih dekat. Ini terjadi sebab manusia akan mengambil jarak ketika akan menentukan
suatu ukuran,. Prinsip ini bisa menjelaskan mengapa interprestasi pada garis AB lebih
panjang dibanding garis CD.
Bentuk Ilusi yang kedua disebut sebagai ilusi Ponzo, yang mengambil nama dari
psikolog Itali Mario Ponzo. Seperti pada Müller-Lyer illusion, dua garis mendatar tidak
nampak sama panjangnya. Penjelasan untuk ilusi ini juga melibatkan persepsi kedalaman.
Manusia menginterpretasikan garis sudut menandakan suatu kedalaman, yang menuntun
untuk mempersepsi garis horizontal bagian bagian atas terlihat lebih jauh dibanding garis
horizontal di bawah. Walaupun gambaran yang dibentuk pada retina mata terhadap dua
garis horizontal adalah sama panjang, namun mata manusia merasa garis yang di atas
terlihat lebih panjang karena terlihat lebih jauh.
Ilusi Bentuk (illusions of shape)
Manusia tidak hanya mengalami ilusi panjang, tetapi dapat juga mengalami ilusi
bentuk. Pada ilusi " Zöllner." Terlihat bahwa suatu bujursangkar nampak seperti bentuk
trapezoidal yaitu bagian puncak terlihat lebih luas dibanding yang di bawah. Mengapa
ini terjadi sekali lagi karena ilusi yang muncul disebakan garis miring pembentuk sudut
yang mengarahkan pada bentuk ke kedalaman.
10
Ilusi Ukuran (illusions of size)
Ketika manusia didorong ke arah salah persepsi karena jarak, manusia tidak hanya
salah menilai panjang dan bentuknya, tetapi juga salah menilai ukurannya. Ilusi ukuran
ini dapat terlihat pada ilusi yang disebut sebagai “moon illusion” yaitu peristiwa mata kita
melihat bulan nampak seperti lebih besar ketika ketika berada di garis cakrawala
dibandingkan ketika berada di ats kepala kita. Ilusi ini telah menjadi perdebatan di
kalangan ilmuwan. Ptolemy seorang ahli falak berteori bahwa yang menyebabkan ilusi
tersebut adalah debu atmosfir dan teori ini kemudian dibantah. Penjelasan yang modern
menyatakan bahwa manusia mempersepsi bulan lebih besar karena ketika bulan berada di
cakrawala kedudukannya dengan manusia jaraknya lebih jauh daripada ketika berada di
titik kuliminasi kepala manusia. Inilah mengapa yang menyebabkan bulan nampak lebih
besar di cakrawala daripada di titik kulminasi. Penjelasan yang lain memperkirakan
bahwa manusia membandingkan ukuran bulan di kaki langit dengan objek jauh lainnya,
seperti pohon, bukit, dan bangunan. Ketika dibandingkan ke objek tersebut, bulan
kelihatan besar. Sampai hari ini para psikolog tetap tidak sepakat terhadap pada penyebab
ilusi bulan itu.
Bentuk Khayalan ( illusory contours)
Pada gambar di bawah hampir bisa dipastikan bahwa terlihat suatu segi tiga putih
melapisi pada tiga lingkaran biru dan segi tiga bergaris batas. Tetapi jika diperhatikan
bentuk segitiga tersebut sebenarnya tidak ada. Dengan cara yang sama gambar di sisi
kanan juga terlihat sebuah kurva sungguhpun tidak ada benar-benar ada. Penjelasan dari
fenomena adalah penafsiran dari Gestalt psikologi yang menyatakan bahwa manusia
cenderung melengkapi/menyempurnakan bentuk yang tidak sempurna dalam satu
kesatuan utuh ingat hukum closure (pengakhiran) pada kuliah ke tiga,
11
Bentuk Yang Mustahil (impossible figure)
Format lain tentang fenomena ilusi terjadi ketika manusia mempersepsi suatu
obyek sebagai bentuk yang rasional, walaupun sebenarnya mustahil untuk dibentuk. Jika
melihat dengan cermat ilustrasi di bawah maka kedua figur tidak mungkin ada ada.
Mengapa ini bisa terjadi ? penjelasannya adalah sebagai berikut bahwa manusia tidak
melihat suatu obyek dalam konteks keseluruhan tetapi kadang-kadang hanya melihat satu
bagiannya saja.
Gerakan Khayalan (illusory motion)
Ketika menonton film di bioskop bioskop atau televisi seseungguhnya manusia
sedang benar-benar mengalami suatu ilusi, karena sesungguhnya tidak ada gerakan yang
nyata pada layar bioskop atau tv. Suatu gambar menjadi hidup karena satu rangkaian
gambar “mati” diproyeksikan secara cepat sebanyak 24 bingkai per detik sehingga
terlihat bergerak. Dengan cara yang sama jika di telivisi terdiri dari 30 rangkaian gambar
per detik. Dari gambar mati ini, otak manusia merasa dan mempersepsi gerakan yang
berubah-ubah yang dikenal sebagai gerakan stroboscopic atau stroboscopic movement.
Fenomena ini menunjukkan bahwa manusia dapat mempersepsi suatu objek terlihat
bergerak meskipun sebenarnya objek yang terlihat tidak bergerak atau mati
12
Bentuk Yang Dapat Dibalik ( reversible figures)
Beberapa gambar dan bentuk dapat dipersepsi dalam beberapa prepektif atau cara.
Ini dikenal sebagai bentuk yang dapat dibalik atau bentuk yang rancu. Bentuk yang dapat
dibalik bukanlah ilusi, sebab tidak menunjukkan kesalahan persepsi yang terjadi.
Manusia mempertimbangkan penafsiran stimulus lebih dari satu makna yang masing-
masing bersifat akurat. Sebagai contoh, pada ilustrasi di bawah dapat diinterpretasikan
dalam dua makna yaitu sebagai jambangan putih atau sebagai dua wajah.
13
X. Studi kasus
Kasus 1 : Teory G estalt
Pada awal abad ke 20, psikolog dari German School of Gestalt Psychology menemukan
teori terhadap bagaimana cara orang mengatur untuk membedakan bagian-bagian dari
lapangan persepsi untuk menjadi satu keseluruhan atau totalitas. Teori Gestalt
menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi
yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Esensi dari teori
Gestalt adalah bahwa keseluruhan lebih penting daripada bagian-bagiannya, berarti
persepsi tidak berdasarkan pada respon yang terisolasi terhadap stimulus khusus, tetapi
lebuh kepada reaksi terhadap stimulus total. (Passer, 2004, p.137)
Dalam teori Gestalt, hal yang perlu diperhatikan adalah konsep tentang form,
yaitu suatu elemen yang terstruktur dan tertutup dalam pandangan visual seseorang. Max
Wertheimer (1880-1943) adalah salah satu tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran
psikologi Gestalt. Pada tahun 1923 Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt
dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum pada
teori Gestalt antara lain:
·Hukum kedekatan (Law of Proximity): objek-objek persepsi yang berdekatan cenderung
diamati sebagai suatu kesatuan.
·Hukum kesamaan (Law of Equivalence): Objek cenderung diamati sebagai totalitas
karena mempunyai sebagian besar ciri-ciri yang sama.
·Hukum bentuk-bentuk tertutup (Law of Closure): bentuk-bentuk yang sudah kita kenal,
walau hanya nampak sebagian atau tidak sempurna, kita lihat sebagai sempurna.
·Hukum kesinambungan (Law of Continuity): pola-pola yang sama dan
berkesinambungan, walau ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai kesatuan.
14
·Hukum gerak bersama (Law of Common Fate): unsur-unsur yang bergerak dengan cara
dan arah yang sama dilihat sebagai suatu kesatuan.
·Persepsi Kedalaman (Depth Perception): kemampuan indera penglihatan untuk
mengindera ruang.
Figure 1.1
Ilustrasi figur reversibel dapat dilihat sebagai vase bunga atau dua orang berhadapan.
Figure 1.2
Ilustrasi dari hukum Gestalt menurut
Wertheimer.
15
Kasus k-2 : “Persepsi dipengaruhi oleh ekspektasi (Persepsi yang ditentukan)
Pada tanggal 3 Juli, 1988, angkatan laut Amerika Serikat USS Vincennes terlibat perang dengan kapal meriam Iran. Pada suatu saat, radar kapal perang Vincennes mendeteksi adanya pesawat udara sedang take-off dari lapangan terbang penduduk sipil militer Iran menuju kapal perang Amerika. Perwira radar mengidentifikasi pesawat tersebut sebagai Iran-F14 fighter. Suatu pesawat perang yang diketahui untuk membawa misil maut yang sebelumnya digunakan kepada salah satu kapal perang Amerika Serikat. Perwira Amerika Serikat mengirim pesan kepada pesawat tetapi tidak ada respons dari pesawat tersebut. Sekarang hanya 10 mil dari USS Vincennes, di konfirmasi oleh perwira radar sebagai serangan misil dari Iran. Para Vincennes meluncurkan 2 rudalnya ke udara. Pesawat tersebut ditembak jatuh di Teluk Persia. Ternyata yang diduga para Vincennes pesawat militer musuh adalah pesawat sipil yang membawa sejumlah 290 penumpang. Semua penumpang dan awak kapal Iran Air-655 terbunuh , totalnya 290 orang meninggal.
Gimana kesalahan yang sangat fatal ini bisa terjadi oleh kru yang terlatih dan pengalaman yang mempunyai akses terhadap perlengkapan radar yang paling canggih di dunia? Jawabannya adalah kesalahan di dalam persepsi. Para psikolog peneliti persepsi menyatakan lingkungan psikologis yang membuat mata perwira radar ‘membohonginya’. Di dalam situasi perang, angkatan laut Amerika Serikat sudah mengharapkan akan adanya penyerangan dari kapal Iran dan sudah mempersiapkan diri untuk serangan. Para kru Vincennes tidak mau membahayakan kapal perang mereka. Semua stimuli gampang diinterpretasikan olehnya sebagai serangan. Ketakutan dan pengharapkan membuat konteks psikologis dalam masukan informasi sensoris. Filsafat ini diketahui sebagai ‘persepsi yang ditentukan’- persiapan orang untuk menerima suatu stimuli dengan cara khusus yang sudah diharpakan akan terjadi. ‘Sometimes believing is seeing’ (Passer, 2004)
16
XI. Kesimpulan
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus
yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan
penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang
diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu
menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Pada dasarnya manusia memiliki 5
macam organ yang membentuk dan membantu proses persepsinya, yaitu adalah persepsi
visual atau indera penglihatan, kemudian persepsi auditory, yang ketiga persepsi
perabaan, persepsi penciuman, dan terakhir perspsi pengecapan. Ini diketahui sebagai
faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi. Demikian ada ciri-ciri dan faktor tertentu
di dalam dunia persepsi yang penting untuk menghasilkan penginderan. Rangsangan dari
stimulus yang diterima harus sesuai dengan modalitas indera. Dimensi ruang dan waktu,
dan struktur konteks juga mempengaruhi sudut pandang seseorang terhadap dunia
sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.
Dimensi pengindraan adalah sifat-sifat penerimaan rangsangan seperti intensitas,
ekstensitas, ukuran, warna dan keunikan dari obyek obyek yang membantu membentuk
persepsi. Persepsi juga memiliki faktor internal dari sudut subjektif. Faktor Internal yang
mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang
mencakup beberapa hal antara lain.
Teori Gestalt adalah suatu teori yang sangat perperan dalam pengertian psikologi
persepsi. Teori tersebut menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi
kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Dari teori diatas dapat
disimpulkan bahwa komponen umum dari dunia persepsi, dimensi pengindraan, maupun
teori Gestalt membahas tentang pengorganisasian komponen komponen, dan sensasi yang
memiliki hubungan dengan stimulus. Persepsi merupakan keadaan integrated dari
individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran,
perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses
persepsi.
17
DAFTAR PUSTAKA
David O., Sears, et. al., 1994. Psikologi Sosial, Jilid 1, Alih bahasa oleh Micahael
Adriayanto dan Savitri Soekrisno. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Murphy, K. R. (Inggris) "Is Halo a Property of a Rater, the Rates, or the Specific
Behaviors Observed?" Journal of Applied Psychology, Juni 2009, hal. 494-500.
Passer, Michael W (2004). Psychology The Science of Mind and Behaviour, 2nd Edition.
McGraw Hill, New York 2004, 2001.
Gerungan, W. A (1996). Psikologi Sosial, edisi kedua. PT Refika Aditama, Bandung
18