Paper Netralisasi Minyak
-
Upload
ky-kuhurima -
Category
Documents
-
view
494 -
download
1
Transcript of Paper Netralisasi Minyak
NETRALISASI
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock). Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan
dengan cara penyulingan yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi. Tujuan proses netralisasi
adalah untuk menghilangkan asam lemak bebas (FFA) yang dapat menyebabkan bau tengik.
Ada beberapa cara netralisasi. Yaitu:
1. Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH)
Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industry, karena lebih
efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu
penggunaan kaustik soda, membantu dalam mengurangi zat warna dan kotoran yang
berupa getah dan lender dalam minyak.
Reaksi antara asam lemak bebas dengan NaOH adalah sebagai berikut:
R – C = O (asam lemak bebas) + NaOH (basa) R – C = O (sabun) + H2O (air)
OH ONa
Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran seperti
fosfatidan dan protein, dengan cara mementuk emulsi. Sabun atau emulsi yang terbentuk
dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifusi.
Dengan cara hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan sabun secara mekanis,
maka netralisasi dengan menggunakan kaustik soda dapat menghilangkan fosfatida,
protein, rennin, dan suspense dalam minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan proses
pemisahan gum. Komponen minor (minor component) dalam minyak berupa sterol,
klorofil, vitamin E, dan karotenoid hanya sebagian kecil dapat dikurangi dengan proses
netralisasi.
Netralisasi menggunakan kaustik soda akan menyabunkan sejumlah kecil trigliserida.
Molekul mono dan digliserida lebih mudah bereaksi dengan persenywaan alkali. Reaksi
penyabunan mono dan digliserida dalam minyak terjadi sebagai berikut:
1
Di Amerika, netralisasi dengan kaustik soda dilakukan terhadap minyak biji kapas dan
minyak kacang tanah dengan konsentrasi larutan kaustik soda 0,1 – 0,4 N pada suhu 70-
95oC. Penggunaan larutan kaustik soda 0,5 N pada suhu 70 oC akan menyebabkan
trigliserida sebanyak 1%.
Efisiensi netralisasi dinyatakan dalam refining factor, yaitu perbandingan antara
kehilangan karena netralisasi dan jumlah asam lemak bebas dalam lemak kasar. Sebagai
contoh ialah netralisasi kasar yang mengandung 3% asam lemak bebas, menghasilkan
minyak netral dengan rendemen sebesar 94%, maka akan mengalami kehilangan total
(total loss) sebesar (100-94)% = 6%.
refining factor =
Makin kecil nilai refining factor, maka efisiensi netralisasi makin tinggi. Pemakaian
larutan kaustik soda dengan kensentrasi yang terlalu tinggi akan bereaksi sebagian dengan
trigiserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan menambah jumlah sabun yang
terbentuk. Oleh karena itu, harus dipilih konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat
untuk menyabunkan asam lemak bebas dalam minyak. Dengan demikian penyabunan
trigliserida dan terbentuknya emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan
minyak netral dengan rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih konsentrasi larutan alkali
yang digunakan dalam netralisasi adalah sebagai berikut:
a. Keasaman dari Minyak Kasar
2
Konsentrasi dari alkali yang digunakan tergantung dari jumlah asam lemak bebas
atau derajat keasaman minyak. Makin besar jumlah asam lemak bebas, makin besar pula
konsentrasi alkali yang digunakan.
Secara teoritis, untuk menetralkan 1 kg asam lemak bebas dalam minyak (sebagai
asam oleat), dibutuhkan sebanyak 0,142 kg kaustik soda Kristal, atau untuk menetralkan
1 ton minyak yang mengandung 1% asam lemak bebas (10 kg asam lemak bebas)
dibutuhkan sebanayk 1,42 kg kaustik soda Kristal. Pada proses netralisasi perlu
ditambahkan kaustik soda berlebih yang disebut excess dari jumlahnya terantung dari
sifat-sifat khas minyak; misalnya untuk minyak kelapa sebanyak 0,1 – 0,2% kaustik
soda didasarkan pada berat minyak.
b. Jumlah Minyak Netral (Trigliserida) yang Tersabunkan Diusahakan Serendah Mungkin
Makin besar konsentrasi larutan alkali yang digunakan, maka kemungkinan jumlah
trigliserida yang tersabunkan semakin besar pula sehingga angka refining factor
bertambah besar.
c. Jumlah Minyak Netral yang Terdapat dalam Soap Stock
Makin encer larutan kaustik soda, maka makin besar tendensi larutan sabun untuk
membentuk emulsi dengan trigliserida. Umumnya minyak yang mengandung kadar
asam lemak bebas yang rebdah lebih beik dinetralkan dengan alkali encer (konsentrasi
lebih kecil dari 0,15 N atau 5oBe), sedangkan asam lemak bebas dengan kadar tinggi,
baik dinetralkan dengan larutan alkali 10-24oBe. Dengan menggunakan larutan alkali
encer, kemungkinan terjadinya penyabunan trigliserida dapat diperkecil, akan tetapi
kehilangan minyak bertambah besar karena sabun dalam minyak akan membentuk
emulsi.
d. Suhu Netralisasi
Suhu netralisasi dipilih sedemikian rupa sehingga sabun (soap stock) yang terbentuk
dalam minyak mengendap dengan kompak dan cepat. Pengendapan yang lambat akan
memperbesar kehilangan minyak karena sebagian minyak akan diserap oleh sabun.
e. Warna Minyak Netral
Makin encer larutan alkali yang digunakan, makin besar jumlah larutan yang
dibutuhkan untuk netralisasi dan minyak netral yang dihasilkan berwarna lebih pucat.
2. Netralisasi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3)
Keuntungan menggunakan persenyawaan karbonat adalah karena trigliserida tidak ikut
tersabunkan, sehingga nilai refining factor dapat diperkecil. Suatu kelemahan dari
pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yang terbentuk sukar dipisahkan. Hal ini
3
disebabkan karena gas CO2 yang dibebaskan dari karbonat akan menimbulkan busa dalam
minyak.
Netralisasi menggunakan natrium karbonat biasanya disusul dengan pencucian
menggunakan kaustik soda encer, sehingga memperbaiki mutu, terutama warna minyak.
Hal ini akan mengurangi jumlah absorben yang dibutuhkan pada proses pencucian.
Pada umumnya netralisasi minyak menggunakan natrium karbonat dilakukan di bawah
suhu 50oC, sehingga seluruh asam lemak bebas yang bereaksi dengan natrium karbonat
akan membentuk sabun dan asam karbonat, dengan reaksi sebagai berikut:
R – C = O + Na2CO3 R – C = O + H2CO3 CO2
OH ONa H2O
Asam lemak bebas sabun asam karbonat
Pada pemanasan, asam karbonat yang terbentuk akan terurai menjadi gas CO2 dan
H2O. gas CO2 yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun yang terbentuk dan
mengapungkan partikel sabun di atas permukaan minyak. Gas tersebut dapat dihilangkan
dengan cara mengalirkan uap panas atau atau dengan cara menurunkan tekanan udara di
atas permukaan minyak dengan pompa vakum.
Cara netralisasi adalah dengan minyak dinetralkan, dipanaskan pada suhu 35-40oC
dengan tekanan lebih rendah dari 1 atmosfir. Selanjutnya ditambahkan larutan natrium
karbonat, kemudian diaduk selama 10-15 menit dengan kecepatan pengadukan 65-75 rpm.
Kemudian kecepatan pengadukan dikurangi 15-20 rpm dan tekanan vakum diperkecil
selama 20-30 menit. Dengan cara tersebut, gas CO2 yang terbentuk akan menguap dan
asam lemak bebas yang tertinggal dalam minyak kurang lebih sebesar 0,05%. Sabun yang
terbentuk dapat diendapkan dengan menambahkan garam, misalnya natrium sulfat atau
natrium silikat, atau mencucinya dengan air panas. Setelah sabun dipisahkan dari minyak
selanjutnya dilakukan proses pemucatan.
4
Minyak dalam sabun yang telah mengendap dapat dipisahkan dengan cara menyaring
menggunakan filter press. Asam lemak bebas yang telah membentuk sabun (soap stock)
dapat diperoleh kembali jika sabun tersebut direaksikan dengan asam mineral.
R - C = O + HCl R - C = O + NaCl
l l
ONa OH
Sabun asam lemak bebas
Keuntungan netralisasi menggunakan natrium karbonat adalah sabun yang terbentuk
bersifat pekat dan mudah dipisahkan, serta dapat dipakai langsung untuk pembuatan sabun
bermutu baik. Minyak yang dihasilkan mmlebih baik, terutama setelah mengalami proses
deodorisasi. Di samping itu trigliserida tidak ikut tersabunkan sehingga rendemen minyak
netra yang dihasilkan lebih besar.
Kelemahannya adalah karena cara tersebut sukar dilaksanakan dalam praktek, dan di
samping itu untuk minyak semi drying oil seperti minyak kedelai, sabun yang terbentuk
sukar disaring karena adanya busa yang disebabkan oleh gas CO2.
3. Netralisasi Minyak dalam Bentuk “miscella”
Cara netralisasi ini digunakan pada minyak yang diekstrak dengan menggunakan
pelarut menguap (solvent extraction). Hasil ekstraksi merupakan campuran antara pelarut
dan minyak disebut miscella.
Asam lemak bebas dalam miscella dapat dinetralkan dengan menggunakan kaustik
soda atau natrium karbonat. Penambahan bahan kimia tersebut ke dalam miscella yang
5
mengalir dalam ketel ekstraksi, dilakukan pada suhu yang sesuai dengan titik didih pelarut.
Sabun yang terbenuk dapat dipisahkan dengan cara menambahkan garam, sedangkan
minyak netral dapat dipisahkan dari pelarut dengan cara penguapan.
4. Netralisasi dengan Etanol Amin dan Amonia
Etanol amin dan ammonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak bebas. Pada
proses ini asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan trigliserida, sedangkan
ammonia yang digunakan dapat diperoleh kembali dari soap stock dengan cara
penyulingan dalam ruang vakum.
Tekanan vakum NH3+
Sabun (soap stock)
asam lemak bebas
5. Pemisahan Asam (de-acidification) dengan Cara Penyulingan
Proses pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan asam
lemak bebas, langsung dari minyak tanpa mereaksikannya dengan larutan biasa, sehingga
asam lemak yang terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling terlebih dahulu
dipanaskan dalam alat penukar kalor (heat exchanger). Selanjutnya minyak tersebut
dialirkan secara kontinu ke dalam alat penyuling, dengan letak horizontal.
Contoh aplikasi netralisasi minyak ada pada:
1. Proses Pembuatan Minyak Ikan
Proses netralisasi dilakukan dengan menambahkan larutan alkali atau pereaksi lainnya
untuk membebaskan asam lemak bebas dengan membentuk sabun dan membentuk
koagulasi bahan-bahan yang tidak diiinginkan. Penambahan larutan alkali ke dalam
minyak mentah akan menyebabkan reaksi kimia maupun fisik, yaitu:
a. Alkali akan bereaksi dengan asam lemak bebas dan membentuk sabun,6
b. Gum menyerap air dan menggumpal melaliu reaksi hidrasi,
c. Bahan-bahan warna terdegradasi, terserap oleh gum atau larutan oleh alkali,
d. Bahan-bahan yang tidak terlatur yang terdapat dalam minyak akan menggumpal.
Selanjutnya minyak yang telah dinetralkan dibiarkan beberapa saat supaya terjadi
pemisahan sabun yang terbentuk. Lapisan sabun berada pada lapisan bawah dan lapisan
minyak pada bagian bawah. Kemudian sabun tersebut diambil. Untuk menghilangkan
sabun-sabun yang masih tersisa, pada minyak ikan ditambahkan air panas sambil diaduk
dan kemudian dibiarkan supaya terjadi pemisahan minyak dan air. Setelah itu air yang
terpisah dibuang.
2. Proses Pembuatan Minyak Sawit
Proses netralisasi konvensional dengan penambahan soda kaustik merupakan proses
yang paling luas digunakan dan juga proses purifikasi terbaik yang dikenal sejauh ini.
Penambahan larutan alkali ke dalam CPO menyebabkan beberapa reaksi kimia dan fisika
sebagai berikut:
1. Alkali bereaksi dengan Free Fatty Acid (FFA) membentuk sabun.
2. Fosfatida mengabsorb alkali dan selanjutnya akan terkoagulasi melalui proses hidrasi.
3. Pigmen mengalami degradasi, akan terabsorbsi oleh gum.
4. Bahan-bahan yang tidak larut akan terperangkap oleh material terkoagulasi.
Efisiensi pemisahan sabun dari minyak yang sudah dinetralisasi, yang biasanya
dilakukan dengan bantuan separator sentrifugal, merupakan faktor yang signifikan dalam
netralisasi kaustik. Netralisasi kaustik konvensional sangat fleksibel dalam memurnikan
minyak mentah untuk menghasilkan produk makanan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Arghainc. 2008. Minyak Sawit. http://arghainc.wordpress.com/2008/11/21/minyak-sawit/.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.
Fauzi, M. 2008. Proses Pembuatan Minyak Ikan.
http://ozenjoy.blogspot.com/2008/06/proses-pembuatan-minyak-ikan_28.html.
Riyadi, Kris. 2010. Industri Minyak Nabati. http://kuliah.wikidot.com/minyak-nabati.
8