Paper Merpati
Transcript of Paper Merpati
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia. Aves adalah
vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu. Aves atau burung yang memiliki
ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves
adalah satu-satunya kelompok hewan yang memiliki bulu, hal ini merupakan
keunikan tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Sayap pada aves berasal dari
elemen-elemen tubuh tengah dan distal yang merupakan modifikasi anggota gerak
anterior. Kaki pada aves digunakan untuk berjalan, bertengger, atau berenang
(Campbell, 2002).
Columba domestica merupakan salah satu dari kelas Aves. Burung ini
merupakan hewan berdarah panas dan berkembang biak dengan cara bertelur.
Habitus Columba domestica terdiri dari caput, cervix, truncus dan cauda. Caput
ukurannya relatif kecil, pada caput terdapat paruh yang dibentuk oleh maxilla dan
mandibula. Nares externa terletak pada bagian pangkal paruh. Organon visus,
dikelilingi oleh kulit yang berbulu, padanya terdapat membran nictitans. Truncus
diselubungi oleh bulu. Lubang hidung luar terletak disebelah dorso caudal mata,
membran tympani terdapat di sebelah dalamnya dan berguna untuk menangkap
getaran suara (Radiopoetro, 1977).
Columba domestica dipilih sebagai bahan praktikum karena mudah untuk
didapatkan. Columba domestica juga memiliki ukuran yang tidak terlalu kecil dan
juga tidak begitu besar sehingga mudah untuk diamati. Organ yang dimiliki
Columba domestica juga cukup lengkap sehingga mudah untuk mengamatinya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mempelajari dan mengamati susunan
anatomi Merpati jantan (Columba domestica ♂) baik dari bagian luar maupun
dalam.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Aves atau burung dapat ditemukan hampir di berbagai belahan bumi.
Mereka dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini
dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di
rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan,
dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup
dan makanan utamanya (Syahrum, 2009).
Aves merupakan hewan yang terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan
perkecualian pada beberapa jenis yang dikelompokkan dalam aves atau burung
primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan,
kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga
mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara
dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga
udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh
membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat.
Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan aves atau burung menjadi lebih mudah dan lebih
pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi.
Burung ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji
buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur,
lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap
nektar. Burung juga ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa,
cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk
berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya (Parker and
Haswell, 1978).
Aves telah memberikan manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia.
Beberapa jenis aves seperti ayam, kalkun, angsa dan bebek telah didomestikasi
sejak lama dan merupakan sumber protein yang penting, yakni daging maupun
telurnya. Di samping itu, orang juga memelihara aves atau burung untuk
kesenangan dan perlombaan. Contohnya adalah merpati, perkutut, murai batu dan
lain-lain (Syahrum, 2009).
Merpati berkembang biak dengan cara bertelur atau ovipar dan melakukan
pembuahan didalam tubuh atau internal. Kerangka tubuh aves berasal dari tulang
sejati, kuat dan ringan. Burung merpati (Columba domestica) bulunya berwarna
coklat, abu-abu atau merah muda sangat khas dan bercak-bercak kontras dengan
warna yang lebih cerah. Bulunya lembut dan sering sekali tidak terpancang kokoh,
tapi kuat dan padat (Hadjijah, 1985).
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah dan jarum penusuk.
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Merpati jantan (Columba domestica ♂), air
kran, kloroform, dan tissue.
C. Cara Kerja
Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Burung merpati (Columba domestica) dibius dengan menggunakan
kloroform atau dimatikan dengan jarum penusuk.
2. Sebelum dilakukannya pembedahan bulu-bulu pada daerah dada, perut, dan
leher dibasahi dengan menggunakan air lalu bulu-bulunya dicabut hingga
bersih.
3. Pembedahan dimulai dengan mengelupaskan kulit yang membalut daerah
dada, tembolok, dan leher terlebih dahulu. Di daerah tersebut terdapat otot
carina sterni dan basi sterni. Pembedahan mula-mula dilakukan pada bagian
sepanjang carina sterni dengan menggunakan pisau.
4. Pembedahan dilanjutkan pada daerah perut, pengguntingan dimulai dari
depan cloaca menuju ke depan sebelah kiri dan kanan basi sternum, dengan
memotong rusuk-rusuk sampai ke tulang furcula.
5. Mengamati system pencernaan, dengan melepaskan organ-organ dari
rongga perut yaitu dengan menggunting ujung dari lambung bagian anterior
dan pangkal dari rectum.
6. Organ-organnya kemudian diamati, digambar kemudian diberi keterangan.
B. Pembahasan
Menurut Jasin (1989), klasifikasi dari Columba domestica adalah sebagai
berikut :
Divisio : Carinatae
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Subclass : Neornithes
Ordo : Columbiformes
Familia : Columbidae
Genus : Columba
Spasies : Columba domestica
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu
aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.
Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang
merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup
bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis
membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian
epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat
makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomi bulu dibagi menjadi:
Filoplumae, bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya
bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan
tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
Plumulae, berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan
perbedaan detail.
Plumae, bulu yang sempurna.
Barbae
Barbulae, ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling
bersambungan.
Susunan plumae terdiri dari :
Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak
berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan
cabang- cabang lateral dari rachis (Manter & Miller, 1959). Lubang pada pangkal
calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut
umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile,
sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile (Radiopoetro, 1977).
Gambar Struktur Bulu Burung
(sumber: Harunyahya.com)
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
Tectrices, bulu yang menutupi badan.
Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan
berfungsi sebagai kemudi.
Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara
metacarpal pada metacarpalia.
Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan
sekunder daerah siku.
Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).
Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-
bidang terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi
bulu disebut apterile. Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya
menutupi hampir sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai
dengan bidangnya berada, yaitu:
capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang
kepala dan terus ke pterilae berikutnya.
Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar
ekor dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun
ke sisi ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati
sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus. Bagian apterilae dadabawah
dan perut beberapa burung, kaya pembuluh darah selama bersarang dan
merupakan daerah mengeram (brood patch). Pada saat mengeram bulu pada
brood patch akan rontok dan kulitnya tipis.
Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang
meluas ke belakang pada sisi pundak.
Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb
merupakan sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas
dan bawah sayap disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut
aksillaria.
Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi
lutut ke tubuh.
Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki
(Sukiya, 2009).
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang
pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas
disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Saluran
pencernaan pada Columba domestica terdiri dari mulut, oesophagus,
proventrikulus (lambung kelenjar), empedal (gizzard), usus halus, usus besar,
rectum dan kloaka. Burung merpati tidak mempunyai kandung empedu, walaupun
terdapat pada beberapa jenis. Sebuah tembolok bermuara pada oesophagus. Sel-
sel pelapis tembolok itu mudah lepas dan membentuk “susu merpati” yang
dipakai sebagai makanan anak-anaknya. Ada 2 buah sekum (caecum) pada
permulaan usus besar (Radiopoetro, 1977).
Sistem genitalia pada aves jantan berupa testes, epididimis dan ductus
deferens. Testis pada aves berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian
permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian paling kranial.
Alat penggantung testis adalah mesorchium yang merupakan lipatan dari
peritoneum, pada musim kawin ukurannya membesar, di sinilah tempat untuk
membuat dan menyimpan spermatozoa. Burung, yang mempunyai suhu tubuh
yang tinggi, memiliki testis di dalam tubuhnya. Menurut teori para ahli, mereka
menggunakan kantong udaranya untuk menjaga suhu optimal testis, namun pada
penelitian berikutnya disebutkan bahwa testis burung berfungsi baik pada suhu
tubuh. Saluran reproduksi pada Columba domestica, terdapat tubulus mesunefrus
yang berfungsi membentuk ductus aferen dan epididimis. Ductus wolf bergelung
dan membentuk ductus deferens. Burung merpati memiliki, ductus deferen yang
pada bagian distalnya sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut
glomere. Dekat glomere bagian posterior dari ductus aferen berdilatasi
membentuk ductus ampula yang bermuara di cloaca sebagai ductus ejakulatori.
Ductus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju
ductus deferens. Ductus deferens tidak ada hubungannya dengan ureter ketika
masuk cloaca. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi
dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang dilewati sperma dan
menuju ke ductus deferens. Ductus deferens berjumlah sepasang. Burung yang
masih muda tampak halus, sedang pada burung tua tampak berkelok-kelok
berjalan ke caudal menyilang ureter kemudian bermuara pada urodeum
(Djarubito, 1993).
Cor pada Columba domestica memiliki empat ruang, yaitu dua atrium dan
dua ventriculus. Tidak mempunyai sinus venosus. Kedua atrium dan kedua
ventriculus masing-masing sudah mempunyai septum atriorum dan septum
ventriculorum yang sempurna (Radiopoetro, 1977).
Ginjal pada Columba domestica bertipe metanefros, berwarna coklat tua.
Saluran ureter bermuara langsung pada cloaca. Columba domestica tidak
mempunyai kandung kemih. Ren pada Columba domestica mempunyai bentuk
yang khas, terdapat sepasang kanan dan kiri, masing-masing terdiri dari tiga lobi,
terjadi dari metanephros, ke dalam ren terdapat banyak arteriae renalis, dari ren
akan keluar saluran sekresi yang disebut ureter. Ureter berupa tubulus yang sempit
dan bermuara langsung ke dalam urodaeum. Columba domestica tidak terdapat
vesica urinaria (Radiopoetro, 1997).
Sistem respirasi pada burung merpati (Columba domstica) mampunyai
trachea yang melanjutkan sebagai dua buah bronchi pada siring (alat suara). Paru-
paru dilengkapi dengan kantong udara berjumlah 9 buah terdiri dari 4 buah
berpasangan dan 1 buah median. Fase aktif pada respirasi adalah respirasi darah
dan limfa, sama seperti sirkulasi mamalia. Dibedakan oleh letak arteri (Walter,
1965).
Sistem pernafasan terdiri dari saluran pernafasan dan paru-paru. Paru-paru
burung ini mempunyai hubungan dengan kantung udara (sarkus pneumatikus)
yang berguna membantu pernafasan saat terbang. Pernafasan burung pada saat
terbang, Memiliki dua phase yakni phase inspulus untercostalis externus yang
berkontraksi. dan phase ini costae kembali kekedudukan semula, cavum thornealis
mengecil, pulmo mengempis, udara keluar (Radiopoetro, 1983).
Sistem peredaran darah sama dengan system peredaran darah pada
mamalia, hanya bedanya lengkung artery tunggal pada sebelah kanan, sedangkan
pada mamalia sebelah kiri. Sistem reproduksi secara internal dan tidak
mempunyai organ kopulasi khusus (Walter, 1965).
Menurut Radiopoetro (1977), perkembangbiakan aves bersifat ovipar yaitu
bertelur. Organ genitalia pada Aves jantan terdiri dari:
1. Sepasang testis, bentuk oval, terletak sebelah ventral dari lobus renis yang
paling cranial.
2. Sepasang epididymides, kecil, terletak pada sisi dorsal testis. Berupa suatu
saluran yang dilalui oleh spermatozoa dalam perjalannya menuju ke ductus
deferens.
3. Sepasang ductus deferentes. Pada hewan muda terlihat lurus pad hewan yang
sudah tua kelihatan berkelok-kelok. Berjalan ke caudal menyilangi ureter,
kemudian bermuara pada cloaca pada sebelah lateral.
4. Mesorchium : ialah alat penggantung testis. Berjumlah sepasang, merupakan
lipatan dari peritoneum.
Proctodea (bagian cloaca yang paling ujung caudal) dari kedua jenis
burung ditempelkan kuat-kuat pada waktu kopulasi, sehingga sperma yang keluar
pada saat ejaculation langsung masuk ke dalam proctodeum yang betina, untuk
kemudian menuju ke oviduct.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Morfologi burung merpati terdiri dari caput, cervix, truncus, dan cauda.
2. Columba domestica seluruh tubuhnya ditutupi oleh bulu kecuali pada bagian
paruh dan kaki.
3. Burung Merpati (Columba domestica) terdiri dari kepala (caput), leher
(cervix), badan (truncus), dan ekor (caudal).
4. Sistem pencernaannya terdiri dari mulut, oesophagus, empedal, usus halus,
usus besar, rectum, dan cloaca.
5. Organ genitalia burung merpati jantan terdiri dari sepasang testis, memiliki
bentuk yang oval, dan memiliki sepasang epididimis.
6. Columba domestica memiliki empat ruang jantung yang terdiri dari dua
atrium dan dua ventriculus.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2002. Biologi Jilid III. Jakarta : Erlangga.
Djarubito, MB. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Hadjijah, A. 1985. Sistematik Hewan. Sinar Wijaya, Surabaya.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.
Manter & Miller. 1959. Introduction to Zoology. Harper and Row Publisher, New York.
Parker, T. J. & Haswell, W. A. 1978. Text Book of Zoology II Vertebrates. The Mac Millan Press, New York.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1983. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sukiya. 2009. http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-fungsi-reproduksi-hewan-jantan. Diakses tanggal 16 Mei 2011.
Syahrum. 2009. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/23/sistem-pencernaan pada-hewan/. Diakses tanggal 16 Mei 2011.
Walter, H. 1965. Biology of Vertebrate. The Mac Millan Company, New York.