Paper Laringitis

43
BAB I PENDAHULUAN Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara (laring)yang dapat menyebabkan suara parau. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal, kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasi skuamosa. Laringitis ialah pembengkakan dari membran mukosa laring. Pembengkakan ini melibatkan pita suara yang memicu terjadinya suara parau hingga hilangnya suara. Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu lama. Infeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis kronis, infeksi maupun non infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang melibatkan laring. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 7 hari dan biasanya muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan pernafasan 1

description

l

Transcript of Paper Laringitis

Page 1: Paper Laringitis

BAB I

PENDAHULUAN

Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara (laring)yang

dapat menyebabkan suara parau. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring

hiperemis dan menebal, kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat

metaplasi skuamosa. Laringitis ialah pembengkakan dari membran mukosa laring.

Pembengkakan ini melibatkan pita suara yang memicu terjadinya suara parau

hingga hilangnya suara. Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa

pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu lama. Infeksi pada laring

dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis kronis, infeksi maupun non

infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang melibatkan laring. Laringitis akut

biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 7 hari

dan biasanya muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan

pernafasan dan demam. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah

bermanifestasi beberapa minggu.(1)

1

Page 2: Paper Laringitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi Laring

Faring, laring, trakea dan paru merupakan derivat foregut embrional yang

terbentuk sekitar 18 hari setelah terjadi konsepsi. Tidak lama sesudahnya

terbentuk alur faring medianyang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem

pernafasan dan benih laring. Sulkus atau alur laringotrakeal mulai nyata sekitar

hari ke 21 kehidupan embrio. Perluasan alur ke kaudal merupakan primaordial

paru. Alur menjadi lebih dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua

lobus pada hari ke 27 atau 28. Bangian yang paling proksimal dari tuba akan

menjadi laring. Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali pada hari

ke 33. Sedangkan kartilago, otot, dan sebagian besar pita suara terbentuk dalam 3-

4 minggu berikutnya.

Hanya kartilago epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal.

Banyak struktur merupakan derivat aparatus brankialis.

2.2 Anatomi Laring

Laring berada di depan dan sejajar dengan vetebre cervical 4 sampai 6,

bagian atasnya yang aka melanjutkan ke faring berbentuk seperti bentuk limas

segitiga dan bagian bawahnya yg akan melanjutkan ke trakea berbentuk seperti

sirkular.

2

Page 3: Paper Laringitis

Laring dibentuk oleh sebuah tulang yaitu tulang hioid di bagian atas dan

beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf ‘U’, yang permukaan

atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendon dan

otot-otot. Saat menelan, konstraksi otot-otot (M.sternohioid dan M.Tirohioid) ini

akan menyebabkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-

otot ini bekerja untuk membantu menggerakan lidah.

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago tiroid, krikoid,

aritenoid, kornikulata, kuneiform, dan epiglotis. Kartilago tiroid merupakan tulang

rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan

dan mengembang ke arah belakang. Tulang rawan iniberbentuk seperti kapal,

bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”  dan di

dalam tulang rawan ini terdapat pita suara, dihubungkan dengan kartilago krikoid

oleh ligamentum krikotiroid.

Kartilago krikoid terbentuk dari kartilago hialin yang berada tepat dibawah

kartilago tiroid berbentuk seperti cincin signet, pada orang dewasa kartilago

krikoid terletak setinggi dengan vetebra C6 sampai C7 dan pada anak-anak

setinggi vetebra C3 sampai C4. Kartilago aritenoid mempunyai ukuran yang lebih

kecil, bertanggung jawab untuk membuka dan menutup laring, berbentuk seperti

piramid, terdapat 2 buah (sepasang) yang terletak dekat permukaan belakang

laring dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, sendi ini disebut artikulasi

krikoaritenoid.

3

Page 4: Paper Laringitis

Sepasang kartilago kornikulata atau bisa disebut kartilago santorini

melekat pada kartilago aritenoid di daerah apeks dan berada di dalam lipatan

ariepiglotik. Sepasang kartilago kuneiformis atau bisa disebut kartilago wrisberg

terdapat di dalam lipatan ariepiglotik , kartilago kornikulata dan kuneiformis

berperan dalam rigiditas dari lipatan ariepiglotik. Sedangkan kartilago tritisea

terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.

Gambar 1. Anatomi laring

Epiglotis merupakan Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas

dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang kartilago

thyroidea. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis

menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.

4

Page 5: Paper Laringitis

Membrana mukosa di laring sebagian besar dilapisi oleh epitel

respiratorius, terdiridari sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh

epitel skuamosa.

Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di

atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam

kartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.

Plica vocalis palsu adalah dua lipatan membrana mukosa tepat di atas plica

vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.

Gambar 2. Pita suara(12)

Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi

krikoaritenoid. Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum

seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior ), ligamentum krikotiroid medial,

5

Page 6: Paper Laringitis

ligamentum krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringeal, ligamentum

hiotoroid lateral, ligamentum hiotiroid media, ligamentum hioepiglotica,

ligamentum ventricularis , ligamentum vocale yang menghubungkan

kartilagoaritenoid dengan kartilago tiroid dan ligamentum tiroepiglotica.

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-

otot instrinsik, otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara

keseluruhan, sedangkan otot-otot instrinsik menyebabkan gerakan bagian-bagian

laring sendiri. Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak diatas tulang hyoid

(suprahioid), dan ada yang terletak dibawah tulang hyoid (infrahioid). Otot

ekstrinsik yang supra hyoid ialah M. Digastricus, M.Geniohioid, M.Stylohioid,

dan M.Milohioid. Otot yang infrahioid ialah M.sternohioid dan M.Tirohioid. Otot-

otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring kebawah,

sedangkan yang infrahioid menarik laring keatas .Otot-otot intrinsik laring ialah

M. Krikoaritenoid lateral. M.Tiroepiglotica, M.vocalis,M. Tiroaritenoid,

M.Ariepiglotica, dan M.Krikotiroid. Otot-otot ini terletak di bagian lateral laring.

Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior, ialah M.aritenoid

transversum, M.Ariteniod obliq dan M.Krioaritenoid posterior.

6

Page 7: Paper Laringitis

Gambar 3. Otot pada laring

Rongga Laring

Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas

bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas

depannya ialah permukaan belakang epiglottis, tuberkulum epiglotic, ligamentum

tiroepiglotic, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago

krikoid. Batas lateralnya ialah membran kuadranagularis, kartilago aritenoid,

konus elasticus, dan arkus kartilago krikoid, sedangkan batas belakangnya ialah

M.aritenoid transverses dan lamina kartilago krikoid.

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vocale dan ligamentum

ventrikulare, maka terbentuklah plika vocalis (pita suara asli) dan plica

7

Page 8: Paper Laringitis

ventrikularis (pita suara palsu).Bidang antara plica vocalis kiri dan kanan, disebut

rima glottis, sedangkan antara kedua plica ventrikularis disebut rima vestibuli.

Plica vocalis dan plica ventrikularis membagi rongga laring dalam tiga

bagian, yaitu vestibulum laring , glotic dan subglotic. Vestibulum laring ialah

rongga laring yang terdapat diatas plica ventrikularis. Daerah ini disebut

supraglotic. Antara plica vocalis dan pita ventrikularis, pada tiap sisinya disebut

ventriculus laring morgagni.

Rima glottis terdiri dari dua bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian

interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plica vocalis, dan

terletak dibagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua

puncak kartilago aritenoid, dan terletak di bagian posterioir. Daerah subglotic

adalah rongga laring yang terletak di bawah pita suara (plicavocalis).

Persyarafan

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringeus

superior dan laringeus inferior (recurrent). Kedua saraf ini merupakan campuran

saraf motorik dan sensorik. Nervus laryngeus superior mempersarafi

m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi pada mukosa laring dibawah pita

suara. Saraf ini mula-mula terletak diatas m.konstriktor faring medial, disebelah

medial a.karotis interna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hyoid dan

setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior, membagi diri

dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus.

8

Page 9: Paper Laringitis

Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring

inferior dan menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh

m.tirohioid terletak disebelah medial a.tiroid superior, menembus membran

hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.laringeus superior menuju ke mukosa

laring.

Nervus laringeus inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf

itu memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren

merupakan lanjutan dari n.vagus.

Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan dibawahnya,

sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang aorta. Nervus laringis inferior berjalan

diantara cabang-cabang arteri tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal

kelenjar tiroid akan sampai pada permukaan medial m.krikofaring. Disebelah

posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini bercabang dua menjadi ramus anterior

dan ramus posterior, Ramus anterior akan mempersarafi otot-otot intrinsik laring

bagian lateral, sedangkan ramus posterior mempersyarafi otot-otot intrinsik laring

superior dan mengadakan anstomosis dengan n.laringitis superior ramus internus.

9

Page 10: Paper Laringitis

Gambar 4 Persarafan laring

Pendarahan.

Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang yaitu a.laringitis superior

dan a.laringitis inferior.

Arteri laryngeus superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri

laryngitis superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran

tirohioid bersama-sama dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian

menembus membran ini untuk berjalan kebawah di submokosa dari dinding

lateral dan lantai dari sinus piriformis, untuk memperdarahi mukosa dan otot-otot

laring.

Arteri laringeus interior merupakan cabang dari a.tiriod inferior dan

bersama-sama dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid,

masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di

10

Page 11: Paper Laringitis

dalam arteri itu bercabang-cabang memperdarahi mukosa dan otot serta

beranastomosis dengan a.laringis superior.

Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid superior juga

memberikan cabang yang berjalan mendatar sepanjang membrane itu sampai

mendekati tiroid. Kadang-kadang arteri ini mengirimkan cabang yang kecil

melalui membran krikotiroid untuk mengadakan anastomosis dengan a.laringeus

superior.

Vena laringeus superior dan vena laringeus inferior letaknya sejajar

dengan a.laringis superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena

tiroid superior dan inferior.

Pembuluh Limfe

Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vocal.

Disini mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah

lipatan vocal pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan inferior.

Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus

piriformis dan a.laringeus superior, kemudian ke atas, dan bergabung dengan

kelenjar dari bagian superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari

golongan inferior berjalan kebawah dengan a.laringeus inferior dan bergabung

dengan kelenjar servikal dalam, dan beberapa dintaranya menjalar sampai sejauh

kelenjar supraklavikular.

11

Page 12: Paper Laringitis

2.3 Fisiologi Laring

Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi

serta fonasi.

Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda

asing masuk kedalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis

secara bersamaan. Terjadi penutupan aditus laring ialah akibat karena

pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal

ini kartilogo aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi m.tiro-aritenoid dan

m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.

Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago

arritenoid kiridan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik.

Selain itu dengan reflex batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam

trakea dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang

berasal dari paru dapat dikeluarkan.

12

Page 13: Paper Laringitis

Fungsi respirasi dan laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima

glottis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus

vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka.

Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-

bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga

mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga

sebagai alat pengatur sirkulasi darah.

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme,

yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong

bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.

Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti

berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain.

Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta

menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh

peregangan plica vokalis. Bila plica vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid

akan merotasikan kartilago tiroid kebawah dan kedepan, menjauhi kartilago

aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan

atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan

yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. Krikoaritenoid akan

mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor.

Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya

nada.

13

Page 14: Paper Laringitis

2.4 Laringitis

Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada

daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat

terjadi baik akut maupun kronik.1

Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun

waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan

laringitis kronis.2

Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam bisa

disebabkan karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi

virus.2

2.5 Laringitis Akut

Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan

bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Pada umumnya merupakan

lanjutan dari rinofaringitis.

Patofisiologi

Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara

yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan

penyebab terbanyak dari laringitis, masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel

dari epitelium saluran nafas lokal yang bersilia, ditandai dengan edema

dari lamina propria, submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi selular

dengan histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi

14

Page 15: Paper Laringitis

pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat, kebanyakan

ditemukan pada dinding lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea

subglotis dikelilingi oleh kartilago krikoid, maka pembengkakan terjadi pada

lumen saluran nafas dalam, menjadikannya sempit, bahkan sampai hanya sebuah

celah. Membran pelindung plika vokalis biasanya merah dan membengkak.

Puncak terendah pada pasien dengan laringitis berasal dari penebalan yang tidak

beraturan sepanjang seluruh plika vokalis. Beberapa penulis percaya bahwa plika

vokalis mengeras daripada menebal. Pengobatan konservatif seperti yang

disebutkan sebelumnya biasanya cukup mengatasi inflamsi laring dan

mengembalikan aktivitas vibrasi plika vokalis.3

Gejala dan Tanda    

              Pada laringitis akut ini terdapat gejala radang umum, seperti demam,

malaise, gejala rinofaringitis. Gejala lokal seperti suara parau dimana

digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau

suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi

gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan

kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara

sama sekali (afoni), nyeri ketika menelan atau berbicara, serta gejala sumbatan

laring. Selain itu terdapat batuk kering dan lama kelamaan disertai dengan dahak

kental.8

Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis, membengkak,

terutama diatas dan bawah pita suara. Biasanya terdapat juga tanda radang akut di

hidung atau sinus paranasal atau paru.

15

Page 16: Paper Laringitis

Pemeriksaan Penunjang

           Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu

menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan

tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis

Gambar 2.3. Laringitis akut, gambaran ini mengambarkan laring wanita 53

tahun, dengan gejala utama serak dan suara terengah-engah. Catatan daerah-

daerah eritem dan mukosa normal yang bergantian pada plika vokalis. Juga

ditandai irregularitas pada kontur lipatam-lipatan vocal (dikutip dari kepustakaan

1)

 

16

Page 17: Paper Laringitis

Sebetulnya pemeriksaan rontgen leher tidak berperan dalam penentuan

diagnosis, tetapi dapat ditemukan gambaran staplle sign (penyempitan dari

supraglotis) Foto rontgen leher AP  bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis

(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus pada foto AP dan

penyempitan subglotis pada foto lateral, walaupun kadang gambaran tersebut

tidak didapatkan. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan

eksudat di orofaring atau plika suara, pemeriksaan kultur dapat dilakukan.Dari

darah didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.1

 

Gambar 2.4. Gambaran rontagen laringitis akut, gambaran steeple sign(panah)

(dikutip dari kepustakaan 9)

Diagnosis

Diagnosis laringitis akut dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis biasanya didapatkan gejala

demam, malaise, batuk, nyeri telan, ngorok saat tidur, yang dapat berlangsung

selama 3 minggu, dan dapat keadaan berat didapatkan sesak nafas, dan anak dapat

biru-biru. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak sakit berat, demam, terdapat

17

Page 18: Paper Laringitis

stridor inspirasi, sianosis, sesak nafas yang ditandai dengan nafas cuping hidung

dan/atau retraksi dinding dada, frekuensi nafas dapat meningkat, dan adanya

takikardi yang tidak sesuai dengan peningkatan suhu badan merupakan tanda

hipoksia1

Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu

menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan

tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis. Pemeriksaan darah rutin

tidak memberikan hasil yang khas, namun biasanya ditemui leukositosis.

pemeriksaan usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk

mengetahui kuman penyebab, namun pada anak seringkali tidak ditemukan

kuman patogen penyebab1

Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran

nafas baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan

pemeriksaan foto.

Penatalaksanaan

Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari. Menghirup udara lembab.

Menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok, makanan pedas

atau minum es.

Antibiotik diberikan apabila peradangan berasal dari paru. Bila terdapat

sumbatan laring, dilakukan pemasangan pipa endotrakea atau trakeostomi.

Pencegahan

Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat

tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air

18

Page 19: Paper Laringitis

karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada

tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi

penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering. jangan

berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan

terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan

berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak

lendir.8

Prognosis

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan

pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3

tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga

dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan

pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik

2.6 Laringitis Kronis

Etiologi

Biasanya infeksi virus menyebabkan laringitis kronis. Infeksi bakteri

seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi.

Laringitis dapat juga terjadi saat menderita suatu penyakit atau setelah sembuh

dari suatu penyakit, seperti salesma, flu atau radang paru-paru (pnemonia).(5)

Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang

terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak

merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan

19

Page 20: Paper Laringitis

tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroeosophageal reflex disease

(GERD). Tanpa mengkesampingkan bakteri sebagai penyebabnya.(5)

Klasifikasi

Terbagi menjadi non-spesifik dan spesifik.

Non-Spesifik laringitis kronis

Sering merupakan radang kronis yang disebabkan oleh infeksi pada

saluran pernapasan, seperti selesma, influensa, bronkhitis atau sinusitis. Akibat

paparan zat-zat yang membuat iritasi, seperti asap rokok, alkohol yang berlebihan,

asam lambung atau zat-zat kimia yang terdapat pada tempat kerja. Terlalu banyak

menggunakan suara, dengan terlalu banyak bicara, berbicara terlalu keras atau

menyanyi (vokal abuse). Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis,

permukaan yang tidak rata dan menebal.(15)

Gejala klinis yang sering timbul adalah berdehem untuk membersihkan

tenggorokan.Selain itu ada juga suara serak. Perubahan pada suara dapat

bervariasi tergantung pada tingkat infeksi atau iritasi, bisa hanya sedikit serak

hingga suara yang hilang total, rasa gatal dan kasar di tenggorokan, sakit

tenggorokan, tenggorokan kering, batuk kering, sakit waktu menelan. Gejala

berlangsung beberapa minggu sampai bulan.(10)

Pada pemeriksaan ditemukan mukosa yang menebal, permukaannya tidak

rata dan hiperemis. Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka

perlu dilakukan biopsi.(15)

20

Page 21: Paper Laringitis

Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab terjadinya laringitis

dan simtomatis. Pengobatan terbaik untuk langiritis yang diakibatkan oleh sebab-

sebab yang umum, seperti virus, adalah dengan mengistirahatkan suara sebanyak

mungkin dan tidak membersihkan tenggorokan dengan berdehem. Bila

penyebabnya adalah zat yang dihirup, maka hindari zat penyebab iritasi tersebut.

Dengan menghirup uap hangat dari baskom yang diisi air panas mungkin bisa

membantu. Bila anak yang masih berusia batita atau balita mengalami langiritis

yang berindikasi karahcroup, bisa digunakan kortikosteroid seperti

dexamethasone. Untuk laringitis kronis yang juga berhubungan dengan kondisi

lain seperti rasa terbakar di uluh hati, merokok atau alkoholik, harus dihentikan.(7)

Untuk mencegah kekeringan atau iritasi pada pita suara :(5)(6)(7)

1. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi perokok

tidak langsung. Rokok akan membuat tenggorokan kering dan

mengakibatkan iritasi pada pita suara.

2. Minum banyak air . Cairan akan membantu menjaga agar lendir yang

terdapat tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan.

3. Batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan

kering . Bila mengalami langiritis, hindari kedua zat tersebut diatas.

4. Jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan. Berdehem tidak akan

berakibat baik, karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi

abnormal peda pita suara dan meningkatkan pembengkakan . Berdehem

juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir

dan merasa lebih iritasi , membuat ingin berdehem lagi.

21

Page 22: Paper Laringitis

Pada laringitis kronis akibat alergi, pasien biasanya memiliki onset

bertahap dengan gejala yang ringan. Pasien dapat mengeluhkan adanya akumulasi

mukus berlebih dalam laring. Dalam pemeriksaan laringoskopi biasa dijumpai

sekresi mukus endolaringeal tebal dalam kadar ringan hingga sedang, eritema dan

edema lipatan pita suara serta inkompetensi glotis episodik selama fase fonasi.(5)(6)

Pada kasus laringitis kronis alergi, tatalaksana meliputi edukasi kepada

pasien untuk menghindari faktor pemicu. Medikasi antihistamin loratadine atau

fexofenadine dipilih karena tidak memiliki efek samping dehidrasi. Sekresi mukus

yang tebal dan lengket dapat di atasi dengan pemberian guaifenesin.(7)(15)

Laringitis kronis spesifik

LARINGITIS TUBERKULOSA

Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari tuberkulosis paru. Sering

kali setelah diberikan pengobatan, tuberkulosisnya sembuh tetapi laringitis

tuberkulosanya menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat

lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, sehingga bila

infeksi sudah mengenai kartilago, pengobatannya lebih lama. Infeksi kuman ke

laring dapat terjadi melalui udara pernafasan, sputum yang mengandung kuman,

atau penyebaran melaluialiran darah atau limfe. Tuberkulosis dapat menimbulkan

gangguan sirkulasi. Edema dapat timbul di fossa inter aritenoid, kemudian ke

aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis, epiglotis, serta subglotik.(4)(8)

Secara klinis, laringitis tuberkulosis terbagi menjadi 4 stadium yaitu : (4)

22

Page 23: Paper Laringitis

Stadium infiltrasi. Mukosa laring posterior mengalami pembengkakan dan

hiperemis, kadang pita suara terkena juga, pada stadium ini mukosa laring

tampak pucat. Kemudian di daerah sub mukosaterbentuk tuberkel,

sehingga mukosa tidak rata, tampak bintik-bintik yang berwarna kebiruan.

Tuberkel itu makin besar, serta beberapa tuberkel yang berdekatan bersatu,

sehingga mukosa diatasnya meregang. Pada suatu saat, karena sangat

meregang, maka akan pecah dan timbul ulkus. Pada stadium ini pasien

dapat merasakan adanya rasa kering ditenggorokan, panas dan tertekan di

daerah laring, selain itu juga terdapat suara parau.

Stadium ulcesari. Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi

membesar. Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkejuan, serta

dirasakan nyeri waktu menelan yang hebat bila dibandingkan dengan nyeri

karena radang (khas), dapat juga terjadi hemoptisis.

Stadium perikondritis. Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago

laring, dan yang paling sering terkena ialah kartilago aritenoid dan

epiglotis. Dengan demikian terjadi kerusakan tulang rawan, sehingga

terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan melanjut dan terbentuk

sekuester. Pada stadium inipasien dapat terjadi afoni dan keadaan umum

sangat buruk dan dapat meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahan maka

proses penyakit berlanjut dan masuk dalam stadium fibrotuberkulosis.

Stadium fibrotuberkulosa. Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis

pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.

23

Page 24: Paper Laringitis

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan THT

termasuk pemeriksaan laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca

laring, maupun pemeriksaan laring langsung dengan laringoskopi. Pemeriksaan

penunjang seperti laboratorium dapat di temukannya tes BTA positif, dan patologi

anatomi.(3)(8)

Penatalaksanaannya berupa pemberian obat antituberkulosis primer dan

sekunder. Selain itu pasien juga harus mengistirahatkan suaranya. Beberapa

macam dan cara pemberian obat antituberkulosa :(9)

Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,

Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi

dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar

penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,

Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

LARINGITIS LUETIKA(3)(5)

Disebabkan oleh kuman treponema palidum, sudah sangat jarang dijumpai

pada bayi ataupun orang dewasa. Laring tidak pernah terinfeksi pada stadium

pertama sifilis. Pada stadium kedua, laring terinfeksi dengan tanda-tanda adanya

edema yang hebat dan lesi mukosa berwarna keabu-abuan. Sumbatan jalan nafas

dapat terjadi karena adanya pembengkakan mukosa. Pada stadium ketiga,

terbentuknya guma yang nanti akan pecah dan menimbulkan ulcerasi,

perikondritis dan fibrosis.

24

Page 25: Paper Laringitis

Gejala klinis yang ditemukan adalah suara parau dan batuk yang kronis.

Disfagia timbul bila gumma terdapat dekat introitus esofagus. Pada penyakit ini,

pasien tidak merasakan nyeri, mengingat kuman ini juga menyerang saraf-saraf di

perifer.

Pada pemeriksaan, bila guma pecah, maka ditemukan ulkus yang sangat

dalam, bertepi dengan dasar yang keras, berwarna merah tua serta mengeluarkan

eksudat yang berwarna kekuningan. Ulkus ini tidak menyebabkan nyeri dan

menjalar sagat cepat, sehingga bila tidak terbentuk proses ini akan menjadi

perikondritis.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan tes serologi (RPR,VDRL, dan FTA-

ABS) dan biopsi.

Penatalaksanaan dengen pemberian antibiotika golongan penicilin dosis

tinggi, pengengkatan sekuester, bila terdapat sumbatan laring karena stenosis

dapat dilakukan trakeostomi dan operasi rekonstruksi(8)

Prognosis pada penyakit ini kurang bagus pada gumma yang sudah pecah,

karena menyebabkan destruksi pada kartilago dan bersifat permanen

25

Page 26: Paper Laringitis

BAB III

KESIMPULAN

• Laringitis merupakan proses inflamasi pada laring, ditandai dengan

perubahan suara, yang berupa laringitis akut atau laringitis kronis.

• Laringitis akut banyak diderita pada anak – anak, proses penyakit berjalan

cepat dan tidak jarang menimbulkan sumbatan jalan nafas

• Manifestasi klinis laringitis sangat tergantung pada beberapa faktor seperti

sebabnya, besarnya edema jaringan, regio laring yang terlibat secara

primer dan usia pasien. Pasien biasanya datang dengan berbagai macam

keluhan seperti rasa tidak nyaman pada tenggorok, batuk, perubahan

kualitas suara, disfagia, odinofagia, batuk, kesulitan bernafas dan juga

stridor.

• Pemeriksaan dengan laringoskopi merupakan suatu standar baku emas

dalam pemeriksaan fisik untuk mengintepretasi kelainan yang terdapat

pada laring

• Dalam menangani laringitis akut atau kronis, ada tiga hal yang perlu

dilakukan : progresifitas dari gejala terutama yang berkaitan dengan

dispneu, gejala yang berkaitan dengan gejala sistemik dan faktor

predisposisi

26

Page 27: Paper Laringitis

• Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang mendasari.

Prognosis dapat ditentukan berdasarkan stadium atau keparahan penyakit,

diagnosa dini, dan tepatnya penatalaksanaan.

27

Page 28: Paper Laringitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Roezin A. Sistem Aliran Limfa Leher. Dalam:Soepardi EA. Buku

Ajar llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi

ke-6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2007. h. 174-177.

2. Cohen James . Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit

THT. Edisi ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 369-376

3. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery, 6th ed.

Appleton & Lange Stamfort,Connecticut P

4. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Kelainan Laring. Dalam:

Soepardi EA. Buku Ajar llmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI .

2007.h. 237-242

5. Berlliti S, Omidi M. Chronic Laryngitis, Infectious or Allergic.

Didapatkan dari url : http://www.emedicine.com/ent/topics354.htm.

Diunduh pada tanggal 7 Oktober 2015.

6. Lalwani AK : Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology – Head

& Neck Surgery, 2nd Edition. New York:The McGraw-Hill.2007.

7. Dhillon, R.S. ,East C.A.. Ear, Nose, and Throat and Head and Neck

Surgery. 2nd Edition. Churcill Livingstone. 2000. Hal. 56-68

28

Page 29: Paper Laringitis

8. Brandwein-Gensler, Majorie. Laryngeal Pathology. In: Van De Water

Thomas R. , Staecker H. Otolaryngology Clinical review. New

York:Thieme. 2008. Hal. 574-591

9. Diunduh pada tanggal 7 Oktober 2015 dari :

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/19721.htm

10. Banovetz JD.Gangguan Laring Jinak. Boies Buku Ajar Penyakit THT.

Edisi ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 378-396

29