PAPER JURNAL ON LINE PESAN MORAL DALAM FILM SLANK …

21
PAPER JURNAL ON LINE PESAN MORAL DALAM FILM "SLANK NGGAK ADA MATINYA" (Analisis Framing Pesan Moral dalam Film "Slank Nggak Ada Matinya") Disusun Oleh : RINENGGA TIYANG PAMUNGKAS D1211066 Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Prodi Komunikasi Non Reguler pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Transcript of PAPER JURNAL ON LINE PESAN MORAL DALAM FILM SLANK …

0

PAPER JURNAL ON LINE

PESAN MORAL DALAM FILM "SLANK NGGAK ADA MATINYA"

(Analisis Framing Pesan Moral dalam Film "Slank Nggak Ada Matinya")

Disusun Oleh :

RINENGGA TIYANG PAMUNGKAS

D1211066

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna

Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Prodi Komunikasi Non Reguler

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

1

PESAN MORAL DALAM FILM "SLANK NGGAK ADA MATINYA"

(Analisis Framing Pesan Moral dalam Film "Slank Nggak Ada Matinya")

Rinengga Tiyang Pamungkas

Mahfud Ansyori

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT

This study tries to analyze the film Slank Not There Death by using framing

device as construction strategy and process data. This interest is due to

researchers wanted to see how the structural framing analysis represented by

Dawn Bustomi work in the film "Death of Slank Not There"? and How moral

message to be conveyed through the work Dawn Bustomi in the film "Death of

Slank Not There" ?

Research results and conclusions indicate that after presenting the data and

analyze on film Slank Nobody Death, moral values become the basis of this study.

Researchers examined the moral values contained in the film Slank Nobody

Death-scene using the scene vidio that have been taken by researchers who may

be considered to contain moral values. Data were taken from the film can be

divided into 13 pieces or language scene for the film. Film Slank Nobody Death,

morallah value which becomes the center of attention. In the process of

researching this film researchers linked with moral values or the character of the

book value of the character Mustari, Mohammad, (2014). The value of the

characters in this book become the main reference in the discussion. Researchers

managed to take the moral values of the film Slank Nobody Death of them are: a)

Categories of human relationship with God, b) category of human relationships

with oneself (Honestly, Compassion, Responsibility, Creativity, Courtesy, and

Discipline), and c) category human relationships with others / society (Solidarity

(friendship), Love help others, motivation for others, and Respect with others).

Keywords: movies, Slank, framing.

2

Pendahuluan

Film merupakan sesuatu yang unik dibandingkan dengan media lainnya,

karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya melalui

gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk

menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.Berkat unsur inilah film

merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat,

karena dengan mengamati secara seksama apa yang memungkinkan ditawarkan

sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanya, film juga merupakan

ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan, serta mencerminkan dan

menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat

(Pranajaya, 1999 : 11).

Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi

informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain,

mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil

keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. Ruben dan Stewart, (2005:1-8)

menyatakan bahwa Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita. Dalam

kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting..

Komunikasi merupakan sebuah kebutuhan yang terus berpacu dengan

perkembangan zaman. Seiring perkembangan tersebut komunikasi sudah dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Di samping sebagai sistem penyampai atau

pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming

(dalam Haryalesmana, 2008:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur

tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media

menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara

dua pihak utama dalam proses belajar.

Film adalah sebuah alat komunikasi massa yang banyak digunakan untuk

menyampaikan sebuah pesan atau informasi yang dikemas dalam bentuk cerita.

Film merupakan media komunikasi yang dapat mengubah dan mempengaruhi

perilaku seseorang. Perubahan perilaku tersebut dapat bersifat positif maupun

negatif. Bersifat positif seperti menolong atau memberikan inspirasi yang baik

bagi penontonnya. Bersifat negatif seperti berkelahi, melakukan pelecahan seksual

3

atau membunuh. Perubahan perilaku ke arah negatif akibat menonton film perlu

diwaspadai dan perlu diantisipasi (Waluya, 2008).

Film "Slank Nggak Ada Matinya" adalah film drama Indonesia yang

dirilis pada tanggal 24 Desember 2013 dan dibintangi oleh personil Slank serta

melibatkan ribuan Slankers. Film ini membingkai kegalauan Bimbim saat

Bongky, Pay, Reynold dan Indra memutuskan keluar dari Slank tahun 1997. Saat

itu Bimbim, Kaka, dan Ivanka mengadakan audisi untuk mencari gitaris untuk

mendukung tur mereka dan akhirnya memilih Abdee dan Ridho. Abdee dan Ridho

kemudian menjadi bagian kekuatan baru Slank, sebagai anggota band dan sebagai

saudara, pada masa Slank mendapat banyak surat protes dari penggemar karena

sempat ingin membubarkan diri. Kisah perjalanan Slank dalam film itu tidak

hanya mengupas proses kreatif Slank, tapi juga kehidupan mereka di panggung

dan di luar panggung.

Film ini juga mengulas masa-masa gelap itu dan peran Bunda Iffet, yang

diperankan oleh Meriam Bellina, untuk memulihkan mereka dengan membuat

open house untuk main musik. Film ini memang ingin menyajikan pergulatan

Slank formasi 14 untuk lepas dari obat-obatan terlarang. Sutradara Fajar Bustomi

menggambarkan bagi Slank, saat itu obat-obatan tersebut merupakan salah satu

barang yang harus ada ketika mereka manggung. Dalam film ini, Abdee, Ridho,

dan Bunda Iffet berjuang melepaskan tiga personel Slank dari ketergantungan

narkoba. Dua tahun mereka mendampingi Bimbim, Kaka, dan Ivanka agar bebas

dari narkoba. Penggemar juga yang membuat Slank terpacu bersih dari narkoba.

Abdee mengatakan mereka tidak ingin Slankers sejati terkontaminasi dengan hal-

hal tersebut. Mereka pun sengaja mengumumkan bahwa Slank telah bersih dari

obat-obatan terlarang. Slank pun ingin terus berkarya dan menggunakan musik

mereka untuk hal-hal yang bermanfaat bagi Indonesia.

Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang diangkat adalah :

1. Bagaimana struktur analisis framing yang direpresentasikan dengan karya

Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya"?

4

2. Bagaimana pesan moral yang ingin disampaikan melalui karya Fajar Bustomi

dalam film "Slank Nggak Ada Matinya"?

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui struktur analisis framing

yang direpresentasikan dengan karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak

Ada Matinya"", dan 2) untuk Mengetahui pesan moral yang ingin disampaikan

melalui karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya".

Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan tentang Komunikasi

Ruben dan Stewart, (2005:1-8) menyatakan bahwa Komunikasi adalah

fundamental dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari

komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak

berkomunikasi, tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi,

dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala

kita berkomunikasi dengan orang lain.

McQuails (1982) dalam bukunya Mass Communication Theory,

menyampaikan tiga pendekatan dalam mendefinisikan ‘Apa itu Komunikasi

Massa?’ yaitu: 1) Common-Sense Theory, yang mengacu pada berbagai

pemikiran manusia tentang media massa berdasarkan pengalaman langsung

manusia dalam menggunakan media tersebut dan mejadi bagian dari audien.

Dari sini akan sering muncul beberapa pertanyaan tentang media; apa itu, apa

baiknya itu, apa sesaui dengan kehidupan sehari-hari, bagaiman itu dibaca,

apa konotasi dan hubungan dari aspek-aspek penting dalam pengalaman

sosial, 2) Working Theory, yang mengacu pada pendapat para praktisi media

tentang tujuan dan dasar dalam bekerja dan bagaimana cara bahwa beberapa

efek akan diterima oleh audien. Dalam hal ini meliputi berbagai hal teknis,

norma perilaku, peraturan-peraturan yang membentuk bekerjanya produksi

media. Ini merupakan teori praktis karena bisa menjawab beberapa pertanyaan

seperti; ’Apa yang akan menghibur audien?’, ’Apakah akan efektif?’. Lebih

jelasnya working theory merupakan teori tentang ’bagaimana media sebaiknya

5

bekerja, dan 3) Social-Scientific Theory, yang mengacu pada observasi tentang

apa yang menjadi dasar dan konskuensi dari media massa.

Dalam kajian komunikasi massa, media massa atau mass-media

merupakan medium dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Disini

akan disampaikan beberapakn pengertian dari media massa menurut istilah

dan perkembangannya. Definisi simpel dari media massa seperti yang

disampaikan oleh Dance berikut ini:

A Dictionary of the Social Sciences defines mass media as "all the

impersonal means of communication by which visual and/or auditory

messages are transmitted directly to audiences. Included among the

mass media are television, radio, motion pictures, newspapers,

magazines, books, and billboards." (1967).

Definisi yang diberikan Dance ini tidak jauh berbeda dengan definisi

teori-teori komunikasi atau teori-toeri media yang lain yang bersifat

epistimologis yang bisa memberi gambaran umum tentang apa itu media

massa. Tentunya akan dibahas pula definisi-definisi yang lebih komprehensif

tentang media massa.

Komunikasi dan media (Gauntlett, 2002) pada saat ini sudah menjadi

elemen penting dari kehidupan modern. Media memberikan semua gambaran

tentang kehidupan menusia, dalam bukunya Gauntlett lebih memperhatikan

tentang fungsi media sebagai medium dalam merepresentasikan masyarakat.

Dalam hal ini, bagaimana media menyampaikan pesan atau isu kepada audien

dan bagaimana impact yang diciptakan dari media tersebut.

B. Film Sebagai Media Komunikasi

Undang-undang perfilman No. 8 Tahun 1992 : film adalah karya

cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-

dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada

seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi

lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi,

elektronik, atau lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan

dan/atau ditayangkandengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau

lainnya. Sedangkan perfilman itu sendiri adalah seluruh kegiatan yang

6

berhubungan dengan pembuatan, jasa, teknik, pengeksporan, pengimporan,

pengedaran, pertunjukkan, dan/atau penayangan film (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32).

Film adalah fenomena sosial, psikologi dan estetika yang kompleks.

Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi kata-kata

dan musik. Jadi, film adalah produksi yang multi-dimensional dan sangat

kompleks (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32).

Sehingga film dapat memberikan pengaruh bagi jiwa manusia, karena dalam

suatu proses menonton film terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa

sosial sebagai identifikasi sosiologi sesuai dengan karakteristik dan keunikan

yang ada pada film, dan ini adalah salah satu kelebihan film sebagai media

massa dibanding dengan media massa lainnya.

Film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas

maupun publik yang seluas-luasnya. Pada dasarnya film dapat dikelompokkan

dalam dua kategori, yakni film cerita dan film noncerita. Film cerita adalah

film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh

aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya

dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi

dengan dukungan sponsor iklan tertentu (Pranajaya, 1999 : 9-10).

Menurut Herdian Wibisono (2010: 43) menuliskan bahwa film

mempunyai beberapa unsur-unsur diantaranya: penulis skenario, sutradara,

aktor/aktris, juru kamera, penyuntingan (editing), penata artistik, dan

produser. James Monaco dalam How to Read a Film, mengatakan bahwa

memahami film adalah memahami bagaimana setiap unsur, baik sosial,

ekonomi, politik, budaya, psikologi dan estetis film masing-masing mengubah

diri dalam hubungannya yang dinamis, (Nugroho, 1998: 76)

Struktur film terdiri dari struktur lahiriah dan batiniah. Dalam struktur

lahirian, terdapat unsur-unsur atau unit-unit yang membangun yaitu 1) Shot,

dapat dirumuskan sebagai peristiwa yang direkam oleh fim tanpa interupsi, 2)

Scene, terbentuk apabila beberapa shot disusun secara berarti dan

menimbulkan pengertian yang lebih luas tapi utuh, 3) sequence atau babak,

7

babak terbentuk apabila beberapa adegan disusun secara berarti dan logis.

Babak memiliki ritme permulaan, pengembangan dan akhir (Monogin,

2010:31)

Menilai sebuah film pada hakikatnya adalah menganalisis unsur-

unsur sebuah film tanpa terlepas dari kebulatannya. Baik sifat, proporsi,

fungsi, dan saling hubungan dari unsur-unsurnya. Kalaupun kemudian terjadi

sudut pandang dan hasil penilaian yang berbeda karena film memiliki

keunikan dan kompleksitasnya sendiri. Yaitu memiliki dimensi etis, politis,

psikologis, sosiologis dan estetis. Namun, film juga mengadaptasi nilai-nilai

seni lainnya, seperti musik, drama, sastra dan lain-lain. Selain itu film tidak

selalu memiliki struktur yang jelas, yang bisa didekati dengan formal,

sistematis, rasional dan teratur. Akan tetapi jika sebuah film cukup efektif,

maka ia dapat didekati dalam tanggapan emosional, intuitif, dan lewat

pengalaman-pengalaman kehidupan, (Nugroho, 1998 : 83-85)

C. Teori Framing

Analisis framing merupakan pendekatan analisis wacana, khususnya

dalam menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing di awali oleh

Beterson pada tahun 1995, awalnya frame dimaknai sebagai stuktur

konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan

politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori

standar untuk mengapresiasikan realitas (Sobur, 2006 : 161-162).

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki mendefinisikan framing

sebagai strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang

digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan

dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita (Eriyanto,

2005 : 69). Perangkat framing atau struktur analisis tersebut adalah sintaksis,

skrip, tematik dan retoris.

a. Struktur Sintaksis

Sebuah plot (peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita

yang berdasarkan sebab akibat), hal yang sangat esensial untuk

diperhatikan adalah peristiwa, konflik dan klimaks. Eksistensi plot itu

8

sendiri sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula

dengan masalah kualitas dan kadar kemenarikan sebuah cerita fiksi

(Burhan, 2005 : 113).

Peristiwa dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu : peristiwa

fungsional, kaitan dan acuan (Burhan, 2005 : 118). Peristiwa fungsional

adalah peristiwa-peristiwa yang menentukan dan atau mempengaruhi

perkembangan plot. Urutan-urutan peristiwa fungsional merupakan inti

cerita sebuah karya fiksi yang bersangkutan.

Selain peristiwa dalam sebuah plot cerita dikenal juga adanya

konflik. Konflik menyarankan pada sesuatu yang bersifat tidak

menyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang,

jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia (mereka)

tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya (Burhan, 2005 : 122).

Bentuk konflik sebagai bentuk kejadian, dapat dibedakan dalam

dua kategori : konflik fisik dan konflik batin, konflik eksternal dan konflik

internal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi dengan sesuatu yang

diluar dirinya dengan lingkungan alam – dengan lingkungan manusia.

Sedangkan konflik internal (atau : konflik batin) adalah konflikyang

terjadi dalam hati, jiwa seseorang tokoh (atau: tokoh-tokoh) cerita

(Burhan, 2005 : 124).

b. Struktur Skrip

Struktur skrip melihat bagaimana strategi penulis cerita

mengisahkan atau menceritakan peristiwa sesuai dengan plotnya, dan

berdasarkan nilai konstruksi dramatik sebuah cerita dalam skenario.

Beberapa perangkat dalam struktur skrip ini yaitu What (apa), When

(kapan), Who (siapa), Where (di mana), Why (mengapa) dan How

(bagaimana). Begitu juga dengan penulis cerita tetap menggunakan unsur-

unsur tersebut dalam mengisahkan cerita, namun sudah dikemas dalam

unsur-unsur skenario film.

Cerita adalah perjuangan protagonis dalam mengatasi problema

tama dan untuk bisa mencapai goal. Lintasan perjuangan terssebut berupa

9

rangkaian adegan, yakni adegan yang merupakan pokok-pokok cerita,

adegan-adegan yang indah dan memiliki nilai dramatik, yakni yang

mengandung konflik, suspense, ketakutan dan sebagainya (Misbach, 2006:

128).

c. Struktur Retoris

Retoris berhubungan dengan bagaimana penulis cerita menekankan

arti tertentu ke dalam cerita. Struktur ini akan melihat bagaimana penulis

cerita memakai pilihan kata, idiom, bentuk citra yang ditampilkan sebagai

penekanan arti tertentu kepada pembaca atau penonton. Leksikon adalah

pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau

menggambarkan peristiwa. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan

sikap dan ideologi tertentu (Eriyanto, 2005 : 257)

D. Pengertian Moral dan Etika

Kata moral sendiri berasal dari bahasa latin yaitu mos atau mores yang

berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, tabiat, watak, dan cara hidup.

Sedangkan secara etimologi moral adalah istilah yang digunakan untuk

menentukan batas dari sifat, perangai, kehendak pendapat atau perbuatan yang

secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk (Abuddin, 2003 :

94). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baik-

buruk terhadap perbuatan dan kelakuan (Poerwadarminta, 2006 : 278).

Moral merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-

khotbah, patokan-patokan kumpulan peraturan dan ketetapan lisan atau tertulis

tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia

yang baik. Sumber dasar ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat istiadat,

ajaran agama dan ideologi-ideologi tertentu (Sudirman, 2007 : 11-12).

Beberapa pengertian moral juga dituliskan dalam buku The Advanced

Leaner’s Dictionary of Current English, (Abuddin, 2003 : 93), sebagai

berikut: a) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan

buruk, b) Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah, c)

Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

10

Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan

atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan

ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari pengertian

kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan

tingkah laku manusia, (Nata, 2003 : 90). Menurut Franz Magnis Susesno,

etika adalah sarana orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab suatu

pertanyaan yang amat fundamental tentang bagaimana manusia harus

bertindak, (Nata, 2003 : 11). Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral,

melainkan suatu filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-

ajaran dan pandangan moral. Jadi, etika merupakan sebuah ilmu dan bukan

ajaran.

Metodologi

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan

kualitatif dan termasuk dalam penelitian ekplanatif. Untuk memperoleh datanya,

penulis melakukan document research artinya penulis hanya meneliti script atau

naskah yang terdapat pada film Slank Nggak Ada Matinya sebagai data primer

atau sasaran utama dalam analisis. Data diolah dengan menggunakan penjelasan

tabel-tabel dan teori analisis framing yang merujuk pada model Pan dan Kosicki.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis framing. Framing

didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan

informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada tersebut.

Framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas

(peristiwa, aktor, kelompok, dan lain-lain) dibingkai oleh media.

Sajian Data dan Pembahasan

A. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan

Film “Slank tak Ada Matinya” memberikan gambaran kondisi personil

slank yang memiliki sikap religius terkait dengan hubungannya dengan Tuhan

yang ditunjukkan pada scene 1 dan 2.

Religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan.

Religius menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang

11

diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran

agamanya (Mustari, 2014).

Manusia memiliki tugas mulia, yaitu: menciptakan dan

mendistribusikan kesejahteraan (materi dan non-materi) bagi seluruh manusia

dan alam semesta. Untuk mempermudah tugas ini, manusia dapat mendesain

bentuk dalam rangka menciptakan keadilan dan mendistribusikan

kesejahteraan bagi umat manusia dan alam. "Amanah" adalah kemampuan

moral dan etika yang akan memu ngkinkan manu sia membangun yang positif

dan menghilangkan yang negatif. Dengan kemampuan itu, manusia

diharapkan dapat menunaikan misinya sebagai khalifah, dan sebagai pengelola

sumber-sumber kehidupan dan penghidupan di bumi (Kholmi, 2012).

B. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri

1. Jujur

Sikap kejujuran tergambar dari surat dari pengemar slank agar tidak

membubarkan grup band, yang ditunjukkan dengan banyaknya pengemar

yang mencintai dan jujur mengungkapkan isi hatinya bahwa band slank

selalu ditunggu, hal ini dtunjukkan dengan scene 3 pada flim ini.

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak

lain. Jujur merajuk pada suatu karakter moral yang mempunyai sifat-sifat

positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus

tiadanya bohong, curang ataupun mencuri (Mustari, 2014).

2. Kasih sayang

Dialog Bunda dengan Adi membicarakan kedatangan ridho dan

Addee dari Amerika yang tersaji pada scene 4 film ini memberikan

gambaran kasih sayang yang ditunjukkan oleh Bunda dan Abdee setelah

mengetahui ada personil Slank yang terkena narkoba.

Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang, binatang,

atau benda. Hal itu menunjukkan perhatian yang hangat, dan mungkin

terwujud dalam bentuk fisik atau kata-kata (verbal). Faktor belajar

12

memainkan peran penting untuk menentukan kepada siapa kasih saying itu

ditujukan pada orang atau obyek yang khusus. Kasih sayang mereka

terutama ditujukan kepada manusia. “Obyek kasih-sayang” yang berupa

binatang atau benda kadang-kadang merupakan pengganti bagi obyek

kasih sayang kepada manusia (Nurhidayati, 2011)

Garrison dalam Hurloc, (1978:228) menekankan kebutuhan

keseimbangan dalam hubungan tersebut:

Cinta tampak merupakan hal yang timbal balik dan tumbuh terbaik

apabila sekaligus diberikan dan juga diterima. Penolakan yang terus

menerus di rumah mungkin menyebabkan kemampuan anak untuk

memberikan kasih sayang tidak berkembang, atau mungkin

menyebabkan dia mencaari kasih sayang dari orang lain di luar

rumah. Kasih sayang yang berlebihan dan pemanjaan dapat

menimbulkan pengaruh yang tidak diinginkan sebagaimana

penolakan atau kekurangan kasih sayang. Oleh karena itu,

adabahaya bahwa kasih sayang berlebih-lebihan terhadap satu atau

kedua orang tua akan cenderung meniadakan kasih sayang terhadap

teman sebaya (Nurhidayati, 2011).

3. Bertanggungjawab

Pernyataan slank tentang bertanggungjawab terhadap peraturan

yang dibuat dan konsisten untuk menjalankannya, dialog ini dtunjukkan

pada scene 5 pada film ini.

Kemoralan atau etika perlu mempunyai kandungan yang terdiri

daripada peraturan masyarakat dan sifat keperibadian mulia. Setiap

kelompok masyarakat mesti mempunyai peraturan untuk membolehkan

manusia dapat hidup dan berfungsi dengan baik dengan persekitarannya.

Justeru kemoralan tidak boleh lari daripada peraturan, norma, tradisi atau

adat kebiasaan dalam masyarakat. Peraturan masyarakat dan sifat

keperibadian mulia perlu difahami oleh setiap individu kerana pemikiran

moral tidak berkembang dalam keadaan vakum. Tanpa peraturan,

kehidupan sosial manusia tidak dapat diteruskan kerana ia juga merupakan

kayu pengukur untuk menilai sesuatu aktiviti sosial (Azrina, 2010).

Insan bermoral mempunyai ciri keperibadian mulia yang boleh

dipuji dari segi moral. Keperibadian mulia adalah kecenderungan dan

pembawaan diri yang stabil untuk bertindakbalas kepada sesuatu situasi

13

dengan bermoral, manifestasi dari sifat-sifat kebaikan, kejujuran,

tanggungjawab, menghormati orang lain dan lain-lain. Lebih penting ia

mengandungi cara insan bermoral patut mematuhi peraturan

masyarakatnya dan bertindak secara berkesan tanpa akur atau taat terhadap

sesuatu peraturan secara membuta tuli (Azrina, 2010).

4. Kreativitas

Kreatifitas panggung yang ditampilkan oleh slank yang merupakan

hasil perencanaan matang sebelum pentas, scene 6 memberikan gambaran

kondisi dan situasi latihan pada saat sebelum melakukan pentas.

Pengertian kreativitas dari aspek produk dikemukakan oleh

Amabile dalam Colangelo dkk(1994) yaitu sebagai respon atau karya yang

baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi. Aspek pendorong

dikemukakan oleh Boast,W (1997:111) kreativitas sebagai kemampuan

manusia dan dimiliki setiap orang dalam tingkat tertentu. Gardner,H

(1994:521) mengemukakan dua hal dari aspek ini yaitu : menjadi kreatif

harus mempunyai kepribadian yang baik, mampu mengambil resiko

kegagalan, kritikan, dan untuk menjadi kreatif harus mempunyai rasa

tentang ide-ide (Sumayku, 2011).

Kebutuhan kreativitas semakin terasa dalam kehidupan dunia mana

pun, baik dalam dunia perusahaan, entertainment, kesehatan, politik,

budaya dan sosial. Tanpa adanya kreativitas yang bermakna, semuanya

akan tertinggal oleh perkembangan dunia yang sangat dinamis.

(Saparahayuningsih, 2010).

5. Santun

Sikap santun yang ditunjukkan oleh Ridho setelah di ajak konser

oleh Bimbim dengan mengucapkan terima kasih, tersaji pasa scene 7.

Sikap santun adalah sifat yang halus dari sudut pandang tatabahasa

maupun tata perilakunya ke semua orang. Esensi dari perilaku santun

sebetulnya adalah hati, karena perilaku adalah cerminan hati. Jika perilaku

bermacam-macam seperti ada yang terpuji, dan ada yang tercela, maka

hati juga ada yang bermacam-macam, ada yang lembut dan ada pula yang

14

keras. Adapun kesempurnaan dan kehalusan budi atau sopan santun hanya

dapat dirasakan oleh perasaan yang halus, hanya dapat dilihat oleh mata

hati (Mustari, 2014).

6. Disiplin

Penegakkan peraturan dan disiplin dari personil Slank merupakan

bagian penting keberhasilan dari Slank digambarkan dalam Scene 8.

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan (Mustari, 2014). Disiplin diri adalah

merujuk pada penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat yang

mendasar. Disiplin diri biasanya disamakan dengan kontrol diri (self-

control).

Keketatan struktural menurut Gudykunst dan Kim, (1997:81)

merupakan dimensi yang berfokus pada norma, aturan, dan batasan yang

berlaku pada anggota suatu komunitas. Budaya yang longgar hanya

menerapkan sedikit peraturan dan batasan atas perilaku, sementara di

dalam budaya yang ketat aturan dan batasan perilaku, norma dan aturan

budaya cenderung jelas dan harus ditaati. Dalam budaya ketat, jika ada

anggota komunitas yang melanggar norma dan aturan budaya dikenakan

sanksi. Sebaliknya dalam komunitas budaya longgar, para anggota yang

melanggarnya tidak akan dikenai sanksi sekeras pada budaya ketat. (Sri

Rejeki, 2007).

C. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial,

termasuk hubungannya dengan alam

1. Solidaritas (persahabatan)

Persahabatan merupakan bagian hubungan manusia dengan manusia lain

hal ini dapat dilihat dalam Scene 9 yang menunjukkan fan slank

mengantar ke tempat menginap slank karena slank pada saat ini kehabisan

uang padahal pada saat itu perlu transportasi menuju ke penginapan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, solidaritas adalah sifat satu rasa

(senasib dan sebagainya); perasaan setia kawan yang dimiliki antar

sesama anggota kelompok. Berbicara solidaritas, tidak bisa lepas pula dari

15

kata solider, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu (senasib, sehina,

semalu, dan sebagainya); (rasa) setiakawan. solidaritas merupakan suatu

keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan

pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat

oleh pengalaman emosional bersama.

2. Suka menolong orang lain

Berbagi dengan orang lain yang membutuhkan di gambarkan

dengan scene 10 pada film ini, pada saat itu personil slank yang diwakili

oleh Ridho yang memberikan santunan kepada orang yang membutuhkan.

Suka menolong adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya

membantu orang lain. Menolong adalah kesediaan memberikan bantuan.

Secara sadar orang mulai memberikan bantuan itu dari gerak hatinya.

Kemudian bantuan itu diberikan dalam bentuk apa saja yang memang

diperlukan orang yang mau ditolong, baik dalam bentuk ucapan,

perbuatan, ide ataupun barang. Dengan demikian, menolong itu bukan

bersifat kontrak. Ia bersifat personal, dari orang ke orang, dari hati ke hati.

Maka, adalah cukup sulit mendapatkan pertolongan di suatu masyarakat

yang hubungan personalnya kurang solid atau terlalu rengang. Apalagi jika

hubungan antarwarga itu bersifat saling benci, curiga atau saling

mencurangi. Di sini sifat tolong menolong tidak akan mendapatkan

konteksnya (Mustari, 2014).

3. Motivasi dengan yang lain

Adegan Bunda, kaka, dan personil lama slank berbincang tentang

keberhasilannya untuk melepaskan diri dari narkoba. Kesembuhan Slank

dari narkoba merupakan inspirasi bagi orang lain untuk melakukan hal

yang sama, hal ini di lihat pada adegan scene 10 dan 11 pada film ini.

Slank terbebas dari narkoba karena mendapatkan dorongan dari pihak-

pihak tertentu diantaranya bunda, abdee, Ridho, dan personil slank

formasi. Setelah berhasil menjauhkan diri dari narkoba slank dijadikan

inspirasi dan motivasi pada orang lain untuk sembuh dari narkoba.

16

Menurut teori pengharapan yang dikemukakan oleh Vroom dalam

Handoko (1999) yaitu “Motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang

ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa

tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya. Motivasi

manusia yang telah dikembangkan oleh Maslow melalui penjelasan bahwa

motivasi dipicu oleh usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan (Mathis

dan Jackson, 2001).

4. Respek bagi orang lain.

Scene 13 mengambarkan adegan keinginan slank untuk respek

bagi orang lain, pesan-pesan yang dapat memberikan inspirasi bagi orang

lain. Dalam lingkup yang lebih luas dilakukan oleh anggota Slank yang

menginginkan perubahan pada diri slank juga berimbas pada bangsa

Indonesia.

Respek adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan

menghormati keberhasilan orang lain. Hakekat respek adalah kemampuan

untuk melihat seseorang sebagaimana apa adanya, sadar akan keunikannya

sebagai seorang individu. Respek juga berarti perhatian bahwa orang lain

harus tumbuh dan jangan terkekang sebagaimana dirinya sendiri (Mustari,

2014).

Kesimpulan

A. Struktur analisis framing yang direpresentasikan dengan karya Fajar Bustomi

dalam film "Slank Nggak Ada Matinya"

Penelitian dilakukan dengan pendekatan perangkat framing atau

struktur analisis. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki mendefinisikan

framing sebagai strategi konstruksi dan memproses berita. Konsep framing

ini sangat membantu dalam memahami makna moral yang terkandung dalam

film, terutama tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan

sesuatu. Dalam analisis framing, struktur analisis meliputi struktur sintaksis,

skrip, dan retoris dikaitkan dengan objeknya.

17

Film adalah sebuah alat komunikasi massa yang banyak digunakan

untuk menyampaikan sebuah pesan atau informasi yang dikemas dalam

bentuk cerita. Film merupakan media komunikasi yang dapat mengubah dan

mempengaruhi perilaku seseorang. Perubahan perilaku tersebut dapat bersifat

positif maupun negatif.

Hasil analisis data simpulkan bahwa, terdapat nilai moral atau

karakter pada Slank Tak Ada Matinya. Dalam film ini nilai moral sangat

kental mewarnai hampir seluruh adegan yang ada, dari pengamatan dan

analisis yang dilakukan terdapat 13 scene dalam film yang memberikan pesan-

pesan moral. Dari scene-scene yang telah diindentifikasikan terdapat pesan

moral kemudian dianalisis menggunakan pendekatan flaming (struktur

sintaksis, skrip, tematik dan retoris) sehingga nampak pesan moral yang ingin

disampaikan dari setiap scene yang ada.

B. Pesan moral yang dapat disampaikan melalui karya Fajar Bustomi dalam film

"Slank Nggak Ada Matinya"

Pada film Slank Tak Ada Matinya, nilai-nilai moral menjadi

menggunakan scene-scene vidio sebagai dasar pembahasan terkait dengan

nilai moral. Data yang digunakan sebagai unit analisis, melalui data yang

diperoleh, akan mempermudah proses analisis dalam rangka mencapai hasil

akhir dalam bentuk kesimpulan, sekaligus mencapai hasil akhir dalam bentuk

kesimpulan, sekaligus sebagai bukti keberhasilan melakukan penelitian.

Data-data penelitian yang diambil dari film tersebut dapat di bagi

menjadi 13 buah atau scene bahasa bagi orang perfilman. Film Slank Tak Ada

Matinya, nilai morallah yang menjadi pusat perhatian. Didalam proses

meneliti film ini peneliti mengkaitkan dengan nilai moral atau karakter dari

buku Nilai karakter dari Mustari, Mohammad, (2014). Nilai karakter yang ada

dalam buku ini menjadi rujukan utama dalam pembahasan.

Peneliti berhasil menjelaskan nilai-nilai moral dari film Slank Tak Ada

Matinya diantaranya adalah: a) Kategori hubungan manusia dengan Tuhan, b)

Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri (Jujur, Kasih sayang,

Bertanggungjawab, Kreativitas, Santun, dan Displin) dan c) Ketegori

18

hubungan manusia dengan orang lain/masyarakat (Solidaritas (persahabatan),

Suka menolong orang lain, Motivasi bagi orang lain, dan Respek dengan

orang lain)

Saran

1. Bagi para pembuat film, Film ini yang mengangkat tentang perjalanan karier

sebuah grup band (slank) untuk mencapai kesuksesan dilihat dari sisi positif

dan negatif, di landa berbagai macam kendala dan cobaan. Pada film Slank

Tak ada Matinya, peneliti melihat adanya hal atau tema tertentu yang sangat

menarik, tetapi kurang dikupas secara mendalam oleh pembuat film Slank Tak

ada Matinya, seperti menyarankan halnya tentang nilai moral yang terdapat

dalam film yang hanya dibahas sedikit saja. Peneliti menyarankan agar supaya

tema tersebut dapat dianggkat lebih jelas lagi dalam film, karena Setting film

tersebut di landaskan biografi sebuah band besar dan berbasis pengemar yang

banyak. Jika masalah nilai moral tersebut diulas lebih jelas dalam film, maka

film itu akan menjadi lebih menarik, berisi dan berefek positif pada karakter

remaja.

2. Bagi penikmat film agar dapat menjadi konsumen yang dapat mengambil dan

melihat film dari sisi positifnya sehingga dapat membantu merubah pola pikir

ke arah yang lebih baik. Terutama dengan memilih tontonan film dengan

pesan moral dengan mengesampingkan film dengan pesan kekerasan, sex,

kemewahan, dan lain-lain yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

19

DAFTAR PUSTAKA

Azrina, 2010, Keperluan Dalam Pendidikan Moral Untuk Menghadapi Cabaran

Era Pasca Modenisme. Malaysia: Inti College Malaysia

Boggs, Joseph M. 1986. The Art of Watching Film. (Terj) Asrul Sani, Jakarta :

Yayasan Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail.

Poerwodarminto, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Elizabeth B. Hurloc,. Child Development, London: McGraw-Hill, Inc, 1978.

Eriyanto. 2005. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.

Yogyakarta : LKiS.

James Sumayku, 2011, Hubungan Kreativitas dan Sikap Siswa dalam Proses

Pembelajaran dengan Pencapaian Prestasi Belajar pada Jurusan Listrik

di SMK Negeri 2 Bitung, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,

Volume 2, Nomor 2, hal 23-27, Sept. 2011.

Madiyant, Muslikh. Sinema Sastra: Mencari Bahasa di Dalam Teks Visual. Jurnal

Humaniora, Volume XV, No.2/2003.

McBride, Sean. 1983. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan:

Aneka Suara Satu Dunai (Terj). Jakarta : Balai Pustaka.

Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Press.

Nugroho, Garin. 1998. Kekuasaan dan Hiburan. Yogyakarta : Yayasan Bentang

Budaya.

Nurgiyantoro. Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Masiyah Kholmi, 2012, Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam

Masyarakat Islam, Volume 15 Nomor 1 Juni 2012, Malang: Universitas

Mu hammad iyah Malang.

MC Ninik Sri Rejeki, 2007, Perbedaan Budaya dan Adaptasi Antarbudaya

dalam Relasi Kemitraan Inti-Plasma, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 4,

Nomor 2, Desember 2007, Yogyakarta : FISIP Universitas Atma Jaya. \

Mustari, Mohammad, 2014, Nilai Karakter, Jakarta: RajaGrafinso Persada.

Olive Djandra Waluya, dan Astria Rakhmadianti K, 2008. Perilaku Agresif

Ditinjau Dari Jenis Tontonan Film Pada Siswa SMAN 70 Jakarta Selatan,

Jurnal Psikologi Vol 6 No 2, Desember 2008, Fakultas Psikologi

Universitas Esa Unggul, Jakarta

Pranajaya, Adi. 1999. Film dan Masyarakat : Sebuah Pengantar. Jakarta: BP

SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail.

Sri Saparahayuningsih, 2010, Peningkatan Kecerdasan Dan Kreativitas Siswa

(Improving Students’ Intelligence and Creativity). Volume 1, Nomor 1,

September 2010, Bengkulu. FKIP Universitas Bengkulu.

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sumarno, Marseli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta : Grasindo.

Titin Nurhidayati, 2011, Pendekatan Kasih Sayang: Solusi Pengembangan

Karakter Terpuji Dan Akhlak Mulia Dalam Diri Anak Didik, Jurnal

Falasifa. Vol. 2 No. 2 September 2011, Jember: STAI Al-Falah As-

Sunniyyah.

Yusa Biran, Misbach. 2006. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Yogyakarta:

Pustaka Jaya.

20

Wilson, John. (1973). A Teacher’s Guide To Moral Education. London: Geoffrey

Chapman.

Wright, Derek. (1971). The Psychology of Moral Behaviour. Hazell Watson &

Viney Ltd.