Paper Diare.docx Molen

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan morbilitas dan mortalitas yang sangat tinggi. Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia dan di seluruh dunia. Di dunia sebanyak 6 juta atau sebanyak 17% anak meninggal atau setiap tahunnya oleh karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang.(Binka et al., 2003) Diare berhubungan dengan faktor lingkungan (sarana air bersih, jamban), faktor terhadap ibu (gigienitas), serta faktor anak (pemberian ASI dan makanan) (Kemenkes, 2004) Salah satu dampak dari diare adalah malnutrisi. Penelitian pada binatang percobaan mendapatkan perbaikan mukosa intestinum pada penderita diare pada waktu 4 hari, sedangkan pada binatang dengan malnutrisi perbaikan mukosa akan memakan waktu 15 hari. Setiap masa perbaikan mukosa usus akan berakibat menurunnya fungsi digesti dan absorbsi nutrien. Dengan demikian setiap episode diare akan menurunkan pemasukan nutrien yang berakibat pada resiko malnutrisi. 1

description

dfgdfgf

Transcript of Paper Diare.docx Molen

Page 1: Paper Diare.docx Molen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

dengan morbilitas dan mortalitas yang sangat tinggi. Diare masih menjadi penyebab

utama kematian balita di Indonesia dan di seluruh dunia. Di dunia sebanyak 6 juta atau

sebanyak 17% anak meninggal atau setiap tahunnya oleh karena diare dan sebagian besar

kejadian tersebut terjadi di negara berkembang.(Binka et al., 2003)

Diare berhubungan dengan faktor lingkungan (sarana air bersih, jamban), faktor

terhadap ibu (gigienitas), serta faktor anak (pemberian ASI dan makanan) (Kemenkes,

2004)

Salah satu dampak dari diare adalah malnutrisi. Penelitian pada binatang

percobaan mendapatkan perbaikan mukosa intestinum pada penderita diare pada waktu 4

hari, sedangkan pada binatang dengan malnutrisi perbaikan mukosa akan memakan

waktu 15 hari. Setiap masa perbaikan mukosa usus akan berakibat menurunnya fungsi

digesti dan absorbsi nutrien. Dengan demikian setiap episode diare akan menurunkan

pemasukan nutrien yang berakibat pada resiko malnutrisi.

Menurut hasil RisKesDas pada tahun 2007 di Indonesia, penyakit diare masih

menjadi penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42 %, dibandingkan dengan pneumonia

yang mempunyai prevalensi sebesar 24%. Untuk anak dengan usia 1-4 tahun kematian

karena diare sebesar 25,5% sedangkan pneumonia 15%.

1

Page 2: Paper Diare.docx Molen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali perhari, disertai

perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung

kurang dari satu minggu (UKK- Ganstroenterologi-heptologi IDAI, 2012).

Diare akut adalah buang air besar lebih dari tiga kali dalam 24 jam dengan konsistensi

cair dan berlangsung kurang dari satu minggu ( SPM kesehatan anak, 2005).

2.2. EPIDEMIOLOGI

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat didaerah berkembang termasuk di

Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,

terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahunnya karena

diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17%

kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia hasil RisKesDas 2007

diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42%

dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2%

dibanding pneumonia 15,5% (UKK- Ganstroenterologi-heptologi IDAI, 2012).

2.3. ETIOLOGI

Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan

parasit.

Golongan bakteri

Aeromonas

Bacillus cereus

2

Page 3: Paper Diare.docx Molen

Campylobacter jejuni

Clostridium perfringens

Clostridium defficile

Escherichia coli

Plesiomonas shigeloides

Salmonella

Shigella

Staphylococus aureus

Vibrio cholera

Vibrio parahaemolyticus

Golongan virus

Astrovirus

Calcivirus

Enteric adenovirus

Coronavirus

Rotavirus

Norwalk virus

Cytomegalovirus

Golongan parasit

Balantidium coli

Blastocystis homonis

Cryptosporidium parvum

Entamoeba histolytica

Giardia lamblia

Isospora belli

Strongyloides stercolaris

Tricuris trichura

3

Page 4: Paper Diare.docx Molen

Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada anak-anak

yaitu: Rotaviirus, Escherichia Coli Enterotoksigenik, Shigella, Camphylobacter Jejuni Dan

Cyptosporidium.

2.4. PATOGENENSIS

Terjadinya diare yang disebakan virus yaitu virus yang menyebabkan diare pada manusia

secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus.

Biopsi usus halus menunjukkan beberapa tingkat penumpulan villus dan infiltrasi sel bundar

pada lamina propria. Mukosa lambung tidak terkena walaupun biasanya digunakan istilah

“Gastroenteritis”, walaupun pengosongan lambung tertunda.

Virus akan menginfeksi lapisan ephitelium diusus halus dan menyerang villus diusus

halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus yang

rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga fungsinya

belum baik. Villus mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan

baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan

koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak

terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan

nuterien yang tidak sempurna.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan

pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis

terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh

virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa

usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk

kedalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini juga

dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

4

Page 5: Paper Diare.docx Molen

Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak

antara lain:

1. Kesulitan makan

2. Defek anatomis

a. Malrotasi

b. Penyakit Hirchprung

c. Atrofi mikrovilli

3. Malabsorbsi

a. Defisiensi disakaridase

b. Malabsorbsi glukosa – galaktosa

c. Cystic fibrosis

d. Cholestosis\

e. Sindroma adenogenital

4. Endokrinopati

a. Thyrotoksikosis

b. Penyakit addison

c. Sindroma adrenogenital

5. Keracunan makanan

a. Logam berat

b. Mushrooms

6. Neoplasma

a. Neuroblastoma

b. Phaeochromocytoma

c. Sondroma zollinger ellison

7. Lain-lain

a. Infeksi non gastrointestinal

b. Alergi susu sapi

c. Penyakit crohn

d. Defisiensi imun

e. Colitis ulserosa

f. Gangguan motilitas usus

5

Page 6: Paper Diare.docx Molen

2.5. MEKANISME DIARE

Secara umum diare disebabkan oleh 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau

sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare:

1. Pembagian diare menurut etiologi

2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan

a. Absorbsi

b. Gangguan sekresi

3. Pembagian diare menurut lamanya diare

a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari

b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non

infeksi

c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi

infeksi.

Diare akibat gangguan absorbsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar

daripada kapasitas absorbsi. Diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus, mengakibatkan

absorbsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus normal, diare dapat

terjadi akibat absorbsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat. Diare dapat juga

dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.

1. Gangguan absorbsi atau diare osmotik

Secara umum terjadi penurunan fungsi absorbsi oleh berbagai sebab seperti celiac sprue,

atau karena: Mengkonsumsi magnesium, Defisiensi sukrase-isomaltase, Adanya bahan

yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal

bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose

antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejenum yang bersifat permeabel,

air akan mengalir ke arah lumen jejenum, sehingga air akan banyak terkumpul didalam

lumen usus. Natrium akan mengikuti masuk kedalam lumen, denga demikian akan

terkumpul cairan intraluminal kembali.namun sebagian lainnya akan tetepa tinggal di

lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti mg, glukose, sukrose,

laktose, maltose di segen illeum dan melebihi kemampuan absorbsi kolon, sehingga

6

Page 7: Paper Diare.docx Molen

terjadi diare. Naham-bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan yang

mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberi dampak yang sama.

2. Malabsorbsi umum

Kerusakan sel (secara normal akan menyerap natrium dan air) dapat disebabkan oleh

virus dan kuman, seperti salmonella, shigella. Sel tersebut juga dapat rusak karen

inflamatory bowel disease idiopatik, akibat toksik dan obat-obat tertentu. Gambaran

karakteristik penyakit yang menyebabkan malabsorbsi usus halus adalah atrofi villi.

Gangguan atau kegagalan eksresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan komplek

protein, karbohidrat, trigliserida, selanjutnya menyebabkan maldigesti, malabsorbsi dan

akhirnya menyebabkan diare osmotik.

3. Gangguan sekresi atau diare sekretorik

4. Diare akibat gangguan peristaltik

Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh yang menyebabkan diare.

Perlambatan transit obat-obatan dan nutrisi akan meningkatkan absorbsi. Kegagalan

motilitas usus yang berat menyebabakan statis intestinal berakhir inflamasi. Diare akibat

hoperperistaltik pada ank jarang terjadi.

5. Diare inflamasi

Proses inflamasi diusus dan kolon menyebakan diare pada beberapa keadaan. Akibat

kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction tekanan hidrostatik dalam pembuluh

darah dam limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah

merah dan darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamsi ini

berhubungan dengan tipe diare lain seperti diareosmotik dan diare sekretorik.

Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tigt jucntion,

menginduksi sekresi cairan dan elektrolit dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek

infeksi bakterial akan mempengaruhi susunan anatomis dan fungsi absorbsi yaitu

cytoskeleton dan perubahan susunan protein

6. Diare terkait imunologi

Diare terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi gipersensitivitas tipe I, III dan IV.

Reaksi tipe I yaitu yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.

Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat

pada coliac disease dan protein loss enteropaties.

7

Page 8: Paper Diare.docx Molen

2.6. MANIFESTASI KLINIS

Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah, sedangakn

manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan diare cair

mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, kloridan dan bikarbonat.

Kehilangan air dan elektrolot ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga

meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidarasi, asidosis metabolok dan

hipokalemia. Dehidarasi merupakan keadaan paling berbahay karena dapat menyebabkan

hipokalemia, kolaps kardiovaskuler dan kemiatian bila tidak diobati dengan tepat.

Bila terdapat panas dimungkinakan karena proses peradangan atau akibat

dehidrasi. Panas badan umumnya terjadi pada penderita dengan inflamatory diare, nyeri

perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum

menunjukkan terkenanya usus besar.

Mual dan muntah adalah simtom yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin

disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti:

enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, giardia, dan cryptosporidium

(UKK- Ganstroenterologi-heptologi IDAI, 2012).

Penderita dengan diare cair mengeluarkan feses yang mengandung sejumlah

elektrolit seperti Na, klorida, dan bikarbonat. Keadaan ini dapat menyebabkan dehidarasi,

asidoseis metabolik, dan gangguan elektrolit.

8

Page 9: Paper Diare.docx Molen

Tanda Dan Gejala Klinis Dehidrasi (WHO, 2005)

Gejala dan tanda Tanpa dehidrasi Dehidaras ringan/

sedang

Dehidari berat

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Letargi, kesadaran

menurun

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Basah Kering Sangat kering

Mulut/lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum normal, tidak haus Tampak kehausan *sulit, tidak dapat

minum

Kulit Turgor kembali cepat Turgor kembali

lambat

*turgor kembali sangat

lambat

2.7. DIAGNOSIS

i. Anamnesis

Hal-hal yang perlu ditanyakan pada anamnesis adalah lama diare, frekuensi,

volume, konsistensi feses, warna, bau, ada atau tidak ada lendir maupun darah.

Bila disertai dengan muntah: volume dan frekuensi muntah atau frekuensi buang

air kecil. Makan dan minuman yang diberikan selama diare, gejala lain seperti

panas badan , kejang atau penyakit lain yang menyertai batuk, pilek, campak.

Tindakan yang sudah dilakukan: pemberian oralit, riwayat pengobatan

sebelumnya, dan riwayat imunisasi.

ii. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik meliputi BB dan tanda vital. Pemeriksaan ditujukan pada

tanda-tanda utama dehidrasi. Pernafasan cepat dan dalam menunjukkan keadaan

asidosis metabolik. Bising usus menurun atau tidak ada menandakan hipokalemia.

9

Page 10: Paper Diare.docx Molen

iii. Pemeriksaan Penunjang

Feses rutin, makroskopik (warna, konsistensi darah, lendir, nanah), dan

mikroskopik (eritrosit, leukosit, telur cacing, amueba, lemak). Pada dehidarasi

berat perlu pemeriksaan laboraturium lebih lengkap seperti darah rutin, elektrolit

dan analisis gas darah

2.8. TERAPI

Tatalaksana diare dilakukan secara komprehensif terdiri atas:

Rehidarasi dengan menggunakan oralit baru

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak sudah sembuh dari

diare, Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF sudah menganjurkan pemberian zink

pada anak diare dengan dosis sebagai berikut: untuk bayi usis <6 bulandiberikan

dosis 10 mg/hari, dengan usis >6 bulan diberikan 20 mg/hari selama 10-14 hari.

ASI dan makanan lain tetap diteruskan.

Antibiotik selektif

Penyebab Antibiotik pilihan Antibiotik alternatif

Kolera - Tetrasiklin

50mg/kgBB/hr dibagi 4

dosis selama 2-3 hari

-Eritromisin

50mg/kgBB/hr dibagi 4

dosis selama 3 hari

Shigella dysentriae -Siprofloksasin

30mg/kgBB/hr dibagi 2

dosis selama 5 hari

-Tiamfenikol

50mg/kgBB/hr dibagi 3

dosis

-Pivmecillinam

20mg/kgBB/hr dibagi 4

dosis selama 5 hari

-sefiksim

10mg/kgBB/hr dibagi 2

dosis selama 5 hari

Amebiasis -metronidazole

30-50mg/kgBB/hr

dibagi 3 dosis selama 5-

10 hr

Nasihat atau penyuluhan kepada orang tua

10

Page 11: Paper Diare.docx Molen

Diare tanpa dehidarasi (rencana terapi A)

Penderita diare tanpa dehidarasi harus segera diberikan cairan untuk mencegah

dehidrasi. Pengobatan dilakukan dirumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang

diberikan habis BAB yaitu:

Anak usia <2 tahun : 50-100 ml

Anak usia 2-10 tahun : 100-200 ml

Anak > 10 tahun atau dewasa : sebanyak yang diinginkan

Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai diare berhenti. ASI dan makanan yang biasa

dimakan harus tetap diberikan.

Rencana Terapi A

Untuk Mengobati Diare Di Rumah

Tiga cara terapi diare di rumah

1. Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi

Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti makanan cair ( sup,air tajin ),

dan kalau tidak ada air matang gunakan larutan oralit untuk anak. Misalnya jika anak

usia <6 bulan dan bulan memakan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air

matang dari pada makanan cair

Berikan larutan ini sebanyak anak mau

Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti

2. Berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi

Teruskan asi

Bila anak tidak mendapatkan asi berikan susu yang biasa diberikan. Untuk anak usia

<6 bulan dan belum mendapatkan makanan padat dapat diberikan susu yang

diencerkan dengan air yang sebanding selama 2 hari

Bila anak usia >6 bulan atau sudah mendapatkan makanan padat berikan bubur atau

campuran tepung lainnya. Bila mungkin dicampur dengan kacang

kacangan,sayur,daging atau ikan. Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk

11

Page 12: Paper Diare.docx Molen

menambah kalium.berikan makanan segar masak dan haluskan atau tumbuk makanan

dengan baik.

Rencana terapi B

Untuk diare dengan dehidrasi ringan sedang

Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama

Jumlah oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita

(kg) dengan 75ml

Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan dilapangan,

berikan oralit sesuai tabel dibawah ini

Usia (th) <1 1-5 >5 Dewasa

Jumlah oralit (ml) 300 600 1.200 2.400

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.

Sesudah 3-4 jam,nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian

pilih rencana terapi A,B atau C untuk melanjutkan terapi

Bila tidak ada dehidrasi, ganti kerencna terapi A, bila dehidrasi sudah hilang anak

biasanya kencing dan lelah, dan kemudian mengantuk serta tidur

Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan sedang, ulangi rencana terapi B, tetapi

tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti rencana terapi A

Bila tanda menunjukka dehidrasi berat, ganti dengan rencana terapi C

12

Page 13: Paper Diare.docx Molen

Rencana Terapi C

Untuk diare dengan dehidrasi berat

Beri cairan intravena segera

Ringer laktat atau Nacl 0,9% ( bila RL tidak tersedia) 100 ml/kgbb dibagi sebagai

berikut :

Umur Pemberian 30 ml/kgBB Kemudian 70ml/kgBB

Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam

Anak > 1 tahun 30 menit 2 ½ jam

Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba berikan tetesan lebih

cepat.

Berikan obat zinc 10 hari berturut turut.

2.9. Komplikasi

Hipernatremia

Hiponatremia

Hipokalemia

Hiperkalemia

2.10. Pencegahan

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :

1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare. Kuman kuman patogen

penyebab diare umumnya disebabkan secara fekal oral. Pemutusan penyebaran

13

Page 14: Paper Diare.docx Molen

kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya

pencegahan diare yang efektif meliputi :

Pemberian asi yang benar

Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping asi

Penggunaan air bersih yang cukup

Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang

air besar dan sebelum makan

Penggunaan jamban yang bersih dan higinis oleh seluruh anggota

keluarga

Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu.

Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 th

Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan

dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak

Imunisasi campak

2.11 . Prognosis

Pada diare akut umumnya baik.

14

Page 15: Paper Diare.docx Molen

BAB III

KESIMPULAN

Diare adalah buang air besar >3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi lunak

hingga cair dengan atau tanpa lendir atau darah

Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri

dan parasit.

Menurut waktu diare akut < 7 hari, diare prolong 7-14 hari, diare persisten > 14

hari (infektion) dan diare kronis > 14 hari (noninfektion)

Penatalaksanaan 5 pilar WHO

o Cegah dehidrasi dengan pemberian cairan dan oralit

o Pemberian zinc (<6bulan 10mg/hari, >6 bulan 20mg/hari) selama 10-14

hari

o Pemberian ASI + diet rendah serat tinggi protein

o Pemberian antibiotik selektif

o Edukasi dengan orang tua

15

Page 16: Paper Diare.docx Molen

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Garna,Herry.Nataprawira,Heda Melinda. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan

Anak edisi Ke-4.Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung ; 2012

2. Juffrie, Mohammad,dkk.Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1.IDAI ; 2012

3. Wahab, Samik. Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 Vol 1.EGC,jakarta ; 1999

4. Pusponegoro,Hardiono.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.IDAI.Jakarta ; 2005

5. WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.Jakarta ; 2009

16