Paper

8
 SRI AMALIA I21110023 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTITUMOR PADA DAGING BUAH PARE ( Momordica charantia L.) A. Klasifikasi Pare Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilka n biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Violales Famili : Cucurbitaceae (suku labu-labuan) Genus : Momordica Spesies : Momordica charantia L. (www.plantamor.com) B.Kandungan Buah Pare Beberapa senyawa yang terkandung dalam buah pare adalah alkaloid triterpenoid, saponin dan flavonoid. Saponin adalah suatu kelas gabungan senyawa kimia, salah satu senyawa metabolit sekunder yang ditemukan dari sumber alami dan dari berbagai macam spesies tanaman. Secara spesifik, saponin merupakan glikosida amphiatik dengan struktur seperti busa sabun yang dihasilkan bila dikocok pada larutan berair dan strukturnya terdiri dari satu atau lebih glikosida hidrofilik dikombinasikan dengan derivat triterpene lipofilik. Senyawa flavonoid atau bioflavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa ini merupakan persenyawaan glucoside yang terdiri dari gula yang terikat dengan flavon (Wijaya,1992). Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid

Transcript of Paper

Page 1: Paper

5/14/2018 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-55ab4d53ab2ac 1/8

 

SRI AMALIA

I21110023

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BERPOTENSI

SEBAGAI ANTITUMOR PADA DAGING BUAH PARE (Momordica 

charantia L.)

A. Klasifikasi PareKingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Violales

Famili : Cucurbitaceae (suku labu-labuan)

Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia L.

(www.plantamor.com)

B.Kandungan Buah Pare

Beberapa senyawa yang terkandung dalam buah pare adalah alkaloid triterpenoid,

saponin dan flavonoid. Saponin adalah suatu kelas gabungan senyawa kimia, salah satu

senyawa metabolit sekunder yang ditemukan dari sumber alami dan dari berbagai macam

spesies tanaman. Secara spesifik, saponin merupakan glikosida amphiatik dengan strukturseperti busa sabun yang dihasilkan bila dikocok pada larutan berair dan strukturnya terdiri

dari satu atau lebih glikosida hidrofilik dikombinasikan dengan derivat triterpene lipofilik.

Senyawa flavonoid atau bioflavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar

yang ditemukan di alam. Senyawa ini merupakan persenyawaan glucoside yang terdiri dari

gula yang terikat dengan flavon (Wijaya,1992).

Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang

bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentukpadatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid

Page 2: Paper

5/14/2018 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-55ab4d53ab2ac 2/8

 

dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Beberapa alkaloid diketahui beracun terhadap

organisme lain. Sedangkan triterpenoid merupakan senyawa kimia yang tersusun dari 4 atau

5 konfigurasi cincin dari 30 atom karbon dan beberapa oksigen. Triterpenoid dibentuk oleh

unit C5 isoprene melalui jalur mevalonat sitosolik untuk membentuk C30 dan merupakansenyawa steroid di alam. Kolesterol merupakan salah satu contoh triterpenoid. Pada kadar

tertentu, senyawa-senyawa tersebut dapat bersifat toksik, yang dalam hal ini dapat

menyebabkan kematian terhadap hewan coba yaitu larva   Artemia salina Leach. 20

Mekanisme kematian larva berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid, triterpenoid,

saponin dan flavonoid dalam buah pare yang dapat menghambat daya makan larva

(antifedant). Cara kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai

stomach poisoning atau racun perut. Oleh karena itu, bila senyawa-senyawa ini masuk ke

dalam tubuh larva, alat pencernaannya akan terganggu. Selain itu, senyawa ini menghambat

reseptor perasa pada daerah mulut larva. Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkanstimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Akibatnya, larva mati

kelaparan (Wijaya,1992).

C. Khasiat Buah Pare

Buah pare bersifat mematikan cacing. Tanaman yang rasanya pahit ini mendinginkan,

membersihkan darah (buah yang belum masak), anti radang, menambah nafsu makan,

menurunkan panas, dan menyegarkan. Di Indonesia, buah Pare selain dikenal sebagai

sayuran, juga secara tradisional digunakan sebagai peluruh dahak, obat penurun panas dan

penambah nafsu makan. Selain itu, daunnya dimanfaatkan sebagai peluruh haid, obat luka

bakar, obat penyakit kulit dan obat cacing) (Hyeronimus, 2006).

Awalnya sebagai tonikum, obat cacing, obat batuk, antimalaria, sariawan, penyembuh

luka, dan penambah nafsu makan. Ratusan riset juga telah banya dilakukan untuk

mengungkap efek buah pahit ini sebagai penurun kadar gula darah (hypopglycemic effect ).

Riset serupa juga dilakukan di Jerman, Inggris, India, Jepang, Thailand, dan Malaysia

mempertegas khasiat pare sebagai antidiabetes (Subahar, 2004).

Penemuan kandungan zat berkhasiat lain dalam buah pare sudah banyak dikerjakan.

Sejak lama pare digunakan juga sebagai antikanker, antiinfeksi, dan dalam tahun-tahun

belakangan terungkap pula kalau pare berkhasiat sebagai antiAIDS. Efek buah pare sebagai

anti-virus HIV terletak pada kandungan protein momorcharin alfa dan beta, atau pada

protein MAP30 (Subahar, 2004).

D. Bahan

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kloroform, nheksana,

etanol, dimetilsulfoksida, etil asetat, akuades, asam asetat, asam sulfat pekat, silika gel GF

Page 3: Paper

5/14/2018 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-55ab4d53ab2ac 3/8

 

254, silika gel 60, dan natrium hidroksida, pereaksi pendeteksi untuk : alkaloid, flavonoid,

steroid, dan terpenoid

E. PeralatanAlat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pisau, seperangkat alat

penumbuk, blender, gelas beker, neraca analitik, erlenmeyer, corong pisah, kolom

kromatografi, kertas saring, kain kasa, toples, akuarium, labu ukur, pipet volum, pipet tetes,

pipet ukur, pipet mikro, tabung reaksi, bejana kromatografi lapis tipis, rotary vacuum

evaporator , lampu Ultra Violet untuk penampak bercak noda, tusuk gigi, Kromatografi Gas – 

Spektroskopi Massa. 

F.Pembahasan

Pada jurnal ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BERPOTENSI SEBAGAI

ANTITUMOR PADA DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.) dilakukan penelitian

untuk mendapatkan dan mengidentifikasi senyawa yang mempunyai potensi sebangai

antitumor. Sebelum menentukan senyawa yang diinginkan, pertama dilakukan

pengisolasian atau pengambilan senyawa dengan ekstraksi menggunakan metode maserasi.

Pemilihan metode dalam pemisahan adalah suatu hal penting. Dapat dipertimbangkan

berdasarkan dari senyawa yang ingin kita isolasi dan proses kerja dari metode itu sendiri.

  Proses MaserasiPada penelitian ini belum diketahui senyawa apa yang akan teruji sebagai antitumor,

oleh karena itu untuk menghindari resiko dari pemanasan yang akan merusak senyawa,

dapat digunakan metode maserasi yang tidak menggunakan pemanasan serta prosedur

kerjanya yang cukup mudah. Maserasi merupakan penyarian zat aktif yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari

pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel

melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan

diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebutberulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam

sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen

kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin

(Ditjen POM, 1986).

Kelebihan metode maserasi pada ekstraksi zat warna alami yaitu zat warna

mengandung gugus-gugus yang tidak stabil (mudah menguap seperti ester dan eter tidak

akan rusak atau menguap karena berlangsung pada konndisi dingin. Selain itu kelebihan dari

Page 4: Paper

5/14/2018 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-55ab4d53ab2ac 4/8

 

maserasi adalah cara pengerjaan yang dilakukan lebih sederhana dan peralatannya

sederhana,serta dapat dilakukan untuk bahan-bahan atau zat yang tidak tahan terhadap

pemanasan. Kelemahan dari metode maserasi adalah waktu yang dibutuhkan lama cairan

penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yangmempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin (Ditjen POM, 1986).

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah pare.

Selanjutnya sekitar 35 kg buah pare dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian buah pare

dicelupkan ke dalam alkohol (etanol) mendidih yang bertujuan untuk menghentikan proses

metabolisme. Selanjutnya dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan cara diletakkan di

tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung.

Buah pare yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga

menjadi serbuk. Serbuk buah pare ditimbang sebanyak 1000 g dan diekstraksi secaramaserasi untuk mendapatkan senyawa-senyawa yang diinginkan.

Pada proses maserasi dilakukan maserasi bertingkat, yaitu sampel yang telah disaring

akan dimaserasi kembali dengan pelarut lainnya. Kali ini menggunakan pelarut n-heksana,

kloroform dan etanol. Dimana penggunaan dari ketiga pelarut ini bertujuan untuk

mendapatkan senyawa-senyawa yang tidak hanya dapat larut pada satu sifat kepolaran saja.

Pemilihan pelarut yang digunakan untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang

tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak

langsung dan waktu yang cukup lama dengan sampel (Djarwis, 2004).  Disini pelarut n-heksan bersifat non polar, kloroform bersifat semipolar dan etanol bersifat polar. Sehingga

masing-masing pelarut dapat menyerap senyawa-senyawa yang sesuai dengan tingkat sifat

kepolarannya, karena pada penelitian ini belum diketahui senyawa apa yang dimaksud

sebagai antitumor dan belum mengetahui sifat dari senyawa itu sendiri.

Pertama-tama serbuk pare dilarutkan dengan pelarut n-heksana, dimana pelarut n-

heksana bersifat nonpolar dan digunakan untuk pemeriksaan steroid atau triterpenoid.

Sampel direndam selama 24 jam, agar semua kemungkinan reaksi didalamnya telah terjadi

secara optimal, kemudian disaring. Setelah itu ampas dikeringkan hingga terbebas dari

pelarut n-heksana dan dimaserasi kembali selama 24 jam menggunakan kloroform. Dimana

penggunaan kloroform untuk menarik senyawa-senyawa yang bersifat semipolar. Setelah

itu ampas kembali dikeringkan sampai terbebas dari pelarutnya. Selanjutnya dimaserasi

kembali dengan pelarut etanol. Etanol yang bersifat polar biasanya digunakan untuk

pemeriksaan flavonoid. Setelah direndam selama 24 jam kemudian disaring.

Ketiga ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator  sampai

diperoleh ekstrak pekat kloroform, etanol, dan n-heksana. Pemekatan dengan rotary vacum

evaporator  ditujukan pada pelarut-pelarut yang bersifat berbahaya bagi manusia dan

Page 5: Paper

5/14/2018 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-55ab4d53ab2ac 5/8

 

apabila dengan jumlah pelarut yang banyak sehingga akan sulit untuk menguapkan dengan

waterbath. Pemekatan dengan rotary evaporator dengan proses pemisahan ekstrak dari

cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat,

cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan olehkarena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan

menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarutmurni yang

ditampung dalam labu alas bulat penampung (Sudjadi,1986).

Dari hasil maserasi dan pemekatan dihasilkan 3 ekstrak yaitu ekstrak kental n-heksana

berwarna hijau sebanyak 4,62 g, ekstrak kental kloroform berwarna hijau sebanyak 11,68 g,

dan ekstrak kental metanol berwarna hijau pekat sebanyak 26,09 g. Kemudian untuk

menguji toksisitas ketiga ekstrak yang diperoleh dengan mengunakan larva udang  Artemia

salina L. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan n-heksana bersifat toksik denganLC50 kurang dari 1000 ppm yaitu, 223 dan 602,55 sedang ekstrak kloroform tidak dikatakan

bersifat toksik karena nilai LC50 lebih dari 1000 ppm.

  Proses Kromatografi Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis

Ekstrak yang paling aktif (etanol) selanjutnya diteliti kembali dengan menggunakan

kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Hal ini dikarenakan, ekstrak yang dihasilkan

dari maserasi belum tentu merupakan senyawa murni atau bukan merupakan suatusenyawa tunggal. Oleh karena itu perlu dilakukan kembali pemisahan menggunakan kolom

dan KLT.

Ekstrak paling aktif (etanol) dipisahkan dengan menggunakan kromatografi kolom

dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak asam asetat : benzena (2:8). Kromatografi

kolom pertama-tama digunakan untuk mendapatkan hasil zat murni secara preparatif dari

campuran, tetapi kemudian digunakan untuk pemisahan zat pada penentuan kuantitatif.

Untuk kromatografi kolom dari larutan dibutuhkan tabung pemisah tertentu yang diisi

dengan bahan sorbsi dan juga pelarut pengembang yang berbeda. Tabung pemisah yangdiisi dengan bahan sorbsi disebut kolom pemisah. Tergantung dari masalah pemisahan

dapat digunakan tabung filter dengan gelas berpori, yang pada ujung bawah menyempit

(tabungAllihn) atau tabung gelas, yang pada ujung bawah menyempit dandilengkapi dengan

keran tetapi untuk tabung bola jarang digunakan.Perbandingan panjang tabung terhadap

diameter pada umumnya adalah 40:1. Pengisian tabung pemisah dengan adsorben, yang

 juga disebut kemasan kolom, harus dilakukan secara hati-hati harus rata. Aluminiumoksida

atau silika gel dapat diisikan kering ke dalam tabung pemisah. Agar pengisian rata, tabung

setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkanlemah pada pelat kayu. Adsorben

Page 6: Paper

5/14/2018 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-55ab4d53ab2ac 6/8

 

lainnya harus diisikan sebagai suspensi,terutama jika zat ini menggelembung dengan pelarut

pengembang (Kisman dan Ibrahim, 1998).

Pada dasarnya prinsip pada KLT sama dengan kromatografi kertas hanya KLTmempunyai kelebihan yang khas dibandingkan dengan kromatografi kertas yaitu

keserbagunaan, kecepatan,dan kepekaannya.KLT dapat dipakai dengan dua tujuan.

Pertama, dipakai sebagaimetode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, ataupun

preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yangakan

dipakai pada kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerjatinggi/KCKT (Gritter, 1991).

Analisis dari KLT dapat membantu menentukan pelarut terbaik apa yang akan dipakai dan

berapa perbandingan antar pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak pada

kromatografi kolom Kromatografi lapis tipis sangat berhubungan dengan kromatografi

kolom, hal ini karena fasa-fasa senyawa yang digunakan dalam teknik keduanya sama.Kerugiannya dengan menggunakan KLT adalah tidak efektif untuk skala industri. Walaupun

lembaran KLT yang digunakanlebih lebar dan tebal, pemisahannya sering dibatasi hanya

sampai beberapamiligram sampel saja (Gritter, 1991).

Fase diam yang digunakan pada KLT dan kolom adalah silika gel. Untuk penggunaan

dalam suatu tipe pemisahan perbedaan tidak hanya pada struktur, tetapi juga pori-porinya

dan struktur lubangnya menjadi penting, di samping pemilihan fase gerak. Dalam

perdagangan silika gel mempunyai ukuran 10-40µ. Ukuran ini terutama dipengaruhi oleh

ukuran porinya yang bervariasi dari 20-50Å. Silika gel berpori 80-150 dinamakan berporibesar. Luas permukaan silika gel bervariasi dari 300-1000m2/g. Silika gel sangan higroskopis.

Pada kelembapan relatif 45-75% dapat mengikat air 7-20%. Masalah aktivitasi silika gel tidak

begitu mempengaruhi kebanyakan jenis pemisahan, tetapi deaktivitas silika gel merupakan

hal yang perlu dipertimbangkan. Beberapa prosedur kromatografi terutama pemisahan yang

menggunakan larutan pengembang anhidrat, mensyaratkan adanya kontrol kandungan air

dalam silika. Kandungan air yang ideal adalah antara 11-12% b/b. Derajat deaktivitasi

ditentukan oleh kelembapan relatif kamar dimana pemisahan dilakukan dan lempeng silika

gel disimpan (Manitto, P., 1981).

Penggunaan fase gerak sebaiknya menggunakan campuran pelarut organik yang

mempunyai polaritas serendah mungkin karena mengurangi serapan dari setiap komponen

dari campuran pelarut. Jika komonen-komponen yang mempunyai sifat polar yang tinggi

dalam campuran cukup akan merubah sistem menjadi sistem partisi. Campuran yang baik

memberikan fase-fase bergerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang, tetapi

sebaiknya dicegah sejauh mungkin mencampur lebih dari dua komponrn terutama karena

campuran yang lebih kompleks cepat mengalami perubahan fase terhadap perubahan suhu.

Karena telah diketahui senyawa yang diinginkan bersifat polar karena larut dalam etanol,

maka digunakan lah asam asetat yang bersifat polar dan benzene sebagai senyawa yang

Page 7: Paper

5/14/2018 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-55ab4d53ab2ac 7/8

 

bersifat semi polar agar campuran dari keduanya masih bersifat polar dan dapat menyerap

senyawa yang diinginkan dengan baik (Manitto, 1981).

Hasil dari kromatografi kolom diperoleh 115 fraksi. Fraksi yang diperoleh selanjutnyadigabungkan dengan KLT pengabungan dan diperoleh 3 fraksi dengan berat fraksi 1, 2, dan 3

berturut-turut adalah 0,41; 0,37; dan 0,30. Fraksi ini selanjutnya diuji toksisitasnya dengan

larva udang dan diperoleh ketiga fraksi bersifat aktif toksik dengan LC50 untuk fraksi 1, 2,

dan 3 berturut-turut adalah 31,62; 120; dan 100 terlihat bahwa fraksi 1 merupakan fraksi

yang paling aktif toksik, namun yang dilanjutkan adalah fraksi 3, hal ini disebabkan karena

fraksi 1 merupakan gabungan dari beberapa senyawa yang jarak noda satu dengan noda

lainnya sangat berdekatan dan berekor, hal ini mengakibatkan noda-noda tersebut sangat

susah dipisahkan. Walaupun sudah dilakukan pencarian eluen dengan menggunakan

campuran dari beberapa pelarut, namun belum ditemukan pelarut yang tepat untukmemisahkan, selain itu juga jumlah fraksi 1 yang relatif cukup sedikit, sehingga nantinya

kalau dipaksakan untuk melakukan pemisahan dihawatirkan jumlah sampel yang diperoleh

sedikit sehingga analisis lebih lanjut tidak dapat dikerjakan, sehingga yang dilanjutkan

adalah fraksi 3, karena fraksi 3 relatif cukup toksik dengan LC50 100 ppm.

Isolat ini selanjutnya diuji antitumor dengan mengunakan Agrobacterium tumefaciens

 A-208 dan diperoleh bahwa isolat 3 positif sebagai antitumor pada konsentrasi 1000 ppm.

Isolat ini selanjutnya diidentifikasi dengan pereaksi warna dan Kromatografi Gas -

Spektroskopi Massa. Identifikasi warna yang dilakukan untuk menentukan jenis fitokimiasenyawa tersebut. Dan Setelah diuji dengan menggunakan pereaksi pendeteksi, reaksi

positif hanya ditunjukkan pada pereaksi-pereaksi terpenoid yaitu dengan Lieberman-

Burchard (L-B) memberikan perubahan warna menjadi coklat dengan H2SO4 memberikan

warna coklat, dan dengan menggunakan H2SO4 50% juga memberikan warna coklat, jadi

kemungkinan Isolat yang diperoleh adalah terpenoid jenuh atau bahkan negatif terpenoid

hal ini disebabkan karena asam-asam lemak juga dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi

diatas menghasilkan warna yang sama yaitu warna coklat. Isolat aktif antitumor yang

diperoleh selanjutnya dikarakterisasi dengan Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa. Hasil

dari Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa menghasilkan Spektrum senyawa I dengan tr 15,

41 menit. Pada spektrum tersebut terlihat adanya ion-ion pada m/z 256(M+) dan m/z 73

(puncak dasar). Ion molekul pada m/z 256 mengindikasikan berat molekul 256, yang

berdasarkan literature dalam data base identik dengan asam heksadekanoat. Spektrum

senyawa II dengan tr 17, 31 menit Pada spektrum tersebut terlihat adanya ion-ion pada m/z

284 (M+) dan m/z 73 (puncak dasar). Ion molekul pada m/z 284 menunjukkan berat molekul

senyawa II adalah 284. Berdasarkan data literatur dalam data base senyawa ini identik

dengan asam oktadekanoat. Spektrum senyawa III dengan tr 19, 37 menit. Berdasarkan data

library NIST02.L senyawa ini identik dengan ester dioktil heksadioat (C22H24O4) mempunyai

berat molekul 370 dengan demikian ion molekul senyawa III adalah 370.

Page 8: Paper

5/14/2018 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-55ab4d53ab2ac 8/8

 

 

G. KESIMPULANDari semua proses diatas disimpulkan bahwa dari proses isolasi senyawa dengan

maserasi dihasilkan tiga ekstrak yaitu ekstrak etanol, kloroform, dan n-heksana. Kemudian

dilakukan pemisahan senyawa kembali dengan kromatografi kolom, dan menghasilkan 115

fraksi yang digabungkan dengan kromatografi lapis tipis. Dari KLT dihasilkan 3 fraksi yaitu

dengan berat fraksi 0,41; 0,37 dan 0;30. Setelah diuji sifat aktif toksik, didapat bahwa fraksi

ketiga paling aktif tosik. Dan dilakukan pengujian kemurnian dengan KLT kembali dan

didapatlah senyawa yang murni. Proses terakhir dilakukan identifikasi mengenai sifat

fitokimia dari senyawa tersebut. Isolat yang bersifat antitumor dari buah pare diduga

gabungan dari beberapa senyawa dengan 3 senyawa mayor yang sebagian besar merupakan

asam-asam organik, ketiga senyawa tersebut yaitu, asam heksadekanoat, Asam

oktadekanoat, dan ester Dioktilheksadioat.

G.DAFTAR PUSTAKA 

Anonim. 2011. “Momordica charantia” www.plantamor.com  . Diakses pada tanggal 20

Maret 2011.

Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik . Departemen Kesehatan Republik Indonesia. JakartaDjarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Workshop Peningkatan

Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang

Berkelanjutan. Pelaksana Kelompok Kimia Organik Bahan Alam Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Andalas Padang kerjasama dengan Proyek Peningkatan Sumber Daya

Manusia DITJEN DIKTI DEPDIKNAS Jakarta.

Gritter, Roy. 1991. Pengantar Kromatografi . ITB. Bandung

Hyeronimus SB. 2006. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat . 1st ed. Agro Media. Jakarta

Kisman, S dan Slamet Ibrahim. 1998. Analisis Farmasi. Gajah Mada University Press.

YogyakartaManitto, P. 1981. Biosintesis Produk Alam. IKIP Semarang. Semarang

Subahar TS. 2004. Khasiat dan Manfaat Pare. Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sudjadi, Drs. 1986. Metode Pemisahan. UGM Press. Yogyakarta

Wijaya H. M. Hembing. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Cet 1. Jakarta