Panduan Studi Skarn-Jurnal

6
1 Studi Geologi dan Mineralisasi Endapan Skarn Zn-Pb-Ag Berdasarkan Pemetaan Pit Tambang Ruwai, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah Irsyad Fariz 1 , Lucas Donny Setijadji 2 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada; email: [email protected] 2) Dosen Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta 55281; Abstract Research area is located in Lamandau, Central Kalimantan are part of the Schwaner mountains which have potensial mineralization of base metal (Zn-Pb-Ag). The lithology of research area consist of welded tuff, crystal tuff, limestone, siltstone dan microdiorite intrusion. Lithological conditions have changed by hidrotermal proccess and intensive weathering processes. The geological structures that developed in research area that are joint, anticline, Ruwai thrust fault, Ruwai strike-slip fault, dan Ruwai normal fault. In the research area occured Zn-Pb-Ag skarn deposits mineralization. Zn-Pb-Ag skarn deposits mineralization occured at the contact lhitology of limestone with siltstone. Mineralization caused hidrotermal fluid dirived from intrusion through limestone and siltstone. Mineralization of research area influenced by Ruwai thrust fault with trend N 70 E and Ruwai strike-slip fault with trending N 200 o E- N 240 o -E with dipping 70 o -80 o . Alteration type of research area that are prograde skarn alteration, retrograde, calk-silicate skarn, argilic and hornfels zone. The mineralization of research area divided four type there are prograde skarn; retrograde skarn characterized by epidote and chloride minerals; ore minerals characterized by galena, sphalerite, chalcopyrite and pyrite; clay minerals characterized by illte and kaolinite minerals. The paragenesis of Zn-Pb-Ag skarn deposits is overlapping and succesive. Overlapping type characterized by intergrowth texture and granular texture. Meanwhile the succesive type characterized by replacement texture. keywords: hidrotermal fluid, prograde skarn, retrograde skarn, paragenesis . LokasiPenelitian Secara administrasi daerah penelitian terletak di Desa Bintang Mengalih, Kecamatan Blantikan Raya, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Daerah penelitian termasuk ke dalam peta geologi regional lembar Tumbangmanjul, Kalimantan. Blok Ruwai merupakan bagian dari wilayah pertambangan PT. Kapuas Prima Coal (KPC) sebagai pemegang KP (Kuasa Pertambangan). Geologi Daerah Penelitian Secara fisiografi, lokasi penelitian berada di Pulau Kalimantan tepatnya di Kalimantan Tengah. Lokasi penelitian termasuk ke dalam Pegunungan Schwaner yang melintasi wilayah perbatasan antara provinsi Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah. Pegunungan Schwaner merupakan deretan pegunungan di mana litologi penyusunnya berupa batuan sedimen yang berumur Paleozoik-Mesozoik dan terintrusi oleh batuan granitik yang berumur Kapur (Margono dkk, 1995). . Litologi daerah penelitian dibagi menjadi 5 satuan dengan urutan paling tua yaitu satuan welded tuff dan stuan crystal tuff yang masuk dalam Formasi Kuayan dengan umur batuan diperkirakan Late Triassic-Middle Cretaseous. Kemudian diatasnya terendapkan satuan batugamping dan satuan batulanau yang masuk dalam Komplek Ketapang dengan kisaran umur diperkirakan Akhir Kapur Bawah. Kemudian intrusi mikrodiorit yang menerobos batuan sebelumnya masuk ke dalam Kompleks Tonalit Sepauk. Umur dari satuan ini diperkirakan berkisar Kapur Bawah. Sementara struktur geologi daerah penelitian terdiri dari kekar, antiklin, sesar naik Ruwai, sesar turun Ruwai dan sesar turun Ruwai. Sesar naik merupakan struktur utama yang berkembang pada daerah penelitian. Sesar ini diperkirakan memanjang dari Ruwai ke Karim dan Gojo. Sesar naik yang ada di daerah penelitian memiliki arah dan kedudukan N

Transcript of Panduan Studi Skarn-Jurnal

Page 1: Panduan Studi Skarn-Jurnal

1

Studi Geologi dan Mineralisasi Endapan Skarn Zn-Pb-Ag Berdasarkan

Pemetaan Pit Tambang Ruwai, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan

Tengah

Irsyad Fariz1, Lucas Donny Setijadji

2

1) Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada; email:

[email protected]

2) Dosen Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2, Bulaksumur,

Yogyakarta 55281;

Abstract

Research area is located in Lamandau, Central Kalimantan are part of the Schwaner mountains which have

potensial mineralization of base metal (Zn-Pb-Ag). The lithology of research area consist of welded tuff, crystal tuff,

limestone, siltstone dan microdiorite intrusion. Lithological conditions have changed by hidrotermal proccess and

intensive weathering processes. The geological structures that developed in research area that are joint, anticline,

Ruwai thrust fault, Ruwai strike-slip fault, dan Ruwai normal fault. In the research area occured Zn-Pb-Ag skarn

deposits mineralization. Zn-Pb-Ag skarn deposits mineralization occured at the contact lhitology of limestone with

siltstone. Mineralization caused hidrotermal fluid dirived from intrusion through limestone and siltstone.

Mineralization of research area influenced by Ruwai thrust fault with trend N 70 E and Ruwai strike-slip fault with

trending N 200 o

E- N 240 o

-E with dipping 70o-80

o. Alteration type of research area that are prograde skarn

alteration, retrograde, calk-silicate skarn, argilic and hornfels zone. The mineralization of research area divided

four type there are prograde skarn; retrograde skarn characterized by epidote and chloride minerals; ore minerals

characterized by galena, sphalerite, chalcopyrite and pyrite; clay minerals characterized by illte and kaolinite

minerals. The paragenesis of Zn-Pb-Ag skarn deposits is overlapping and succesive. Overlapping type characterized

by intergrowth texture and granular texture. Meanwhile the succesive type characterized by replacement texture.

keywords: hidrotermal fluid, prograde skarn, retrograde skarn, paragenesis

.

LokasiPenelitian

Secara administrasi daerah penelitian terletak

di Desa Bintang Mengalih, Kecamatan Blantikan

Raya, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan

Tengah. Daerah penelitian termasuk ke dalam peta

geologi regional lembar Tumbangmanjul,

Kalimantan. Blok Ruwai merupakan bagian dari

wilayah pertambangan PT. Kapuas Prima Coal

(KPC) sebagai pemegang KP (Kuasa Pertambangan).

Geologi Daerah Penelitian Secara fisiografi, lokasi penelitian berada di

Pulau Kalimantan tepatnya di Kalimantan Tengah.

Lokasi penelitian termasuk ke dalam Pegunungan

Schwaner yang melintasi wilayah perbatasan antara

provinsi Kalimantan Barat dengan Kalimantan

Tengah. Pegunungan Schwaner merupakan deretan

pegunungan di mana litologi penyusunnya berupa

batuan sedimen yang berumur Paleozoik-Mesozoik

dan terintrusi oleh batuan granitik yang berumur

Kapur (Margono dkk, 1995).

.

Litologi daerah penelitian dibagi menjadi 5

satuan dengan urutan paling tua yaitu satuan welded

tuff dan stuan crystal tuff yang masuk dalam Formasi

Kuayan dengan umur batuan diperkirakan Late

Triassic-Middle Cretaseous. Kemudian diatasnya

terendapkan satuan batugamping dan satuan

batulanau yang masuk dalam Komplek Ketapang

dengan kisaran umur diperkirakan Akhir Kapur

Bawah. Kemudian intrusi mikrodiorit yang

menerobos batuan sebelumnya masuk ke dalam

Kompleks Tonalit Sepauk. Umur dari satuan ini

diperkirakan berkisar Kapur Bawah.

Sementara struktur geologi daerah penelitian

terdiri dari kekar, antiklin, sesar naik Ruwai, sesar

turun Ruwai dan sesar turun Ruwai. Sesar naik

merupakan struktur utama yang berkembang pada

daerah penelitian. Sesar ini diperkirakan memanjang

dari Ruwai ke Karim dan Gojo. Sesar naik yang ada

di daerah penelitian memiliki arah dan kedudukan N

Page 2: Panduan Studi Skarn-Jurnal

2

70o E dengan dipping 50

o E kearah selatan. Sesar ini

berada pada batuan vulkanik terutama welded tuff.

Sesar ini diperkirakan merupakan feeder zone bagi

struktur-struktur pembawa mineralisasi (Muttaqien,

2012). Sesar naik ini terjadi akibat gaya kompresi

yang berarah realtif barat laut-tenggara. Sesar lain

yang cukup berkembang pada daerah penelitian yaitu

sesar geser. Sesar ini cukup besar sehingga dapat

terdeteksi oleh survey VLF-EM (Kitto dan Cooke,

1997). Pada kenampakan di lapangan, sesar geser

yang ada relatif berarah utara-timur laut dan barat

daya-barat dengan arah dan kedudukan yaitu N 200 o

E-N 240 o

E dengan dipping 70 o

-80 o

. Jenis sesar

geser ini yaitu sesar geser sinistral. Sesar geser

sinistral berada pada bagian barat dan tengah daerah

penelitian. Sesar ini memotong sumbu antiklin yang

ada pada batugamping dan pada bagian barat menjadi

batas kontak litologi batugamping dengan batulanau.

Sesar geser sinistral ini diperkirakan yang menjadi

feeder zone dari batuan intrusi yang menghasilkan

mineralisasi pada bagian barat dan tengah daerah

penelitian. Hal ini juga ditunjukkan dengan adanya

mineralisasi yang berada pada jalur sesar geser

sinistral ini. Mekanisme pembentukan sesar geser ini

diperkirakan karena adanya rekahan yang berarah

utara-timur laut dan barat daya-barat. Akibat adanya

gaya kompresi yang relatif berarah tenggara-barat

laut maka terbentuk sesar-sesar geser tersebut. Sesar

turun yang ada pada daerah penelitian merupakan

sesar turun minor yang relatif berarah barat laut-utara

dan tenggara-selatan. Sesar turun Ruwai berada pada

litologi batugamping yang ada di bagian tengah

Ruwai dengan kedudukan N 190o

E/30o. Sesar turun

Ruwai diduga juga merupakan struktur yang

membagi Ruwai Pit 1 dengan Ruwai Pit 2. Hal ini

ditunjukkan bahwa Ruwai Pit 2 berada pada bagian

atas sementara Ruwai Pit 1 berada pada bagian

bawah. Sesar turun ini diperkirakan merupakan hasil

dari rekahan-rekahan yang dihasilkan oleh kompresi

yang berarah tenggara-barat laut. Sementara antiklin

yang memiliki kelurusan N 225o E/ 45

o dan N 40

o E/

75o. Diperkirakan lipatan ini terbentuk setelah adanya

pembentukan ore. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

kenampakan di lapangan bahwa ore yang ada pada

daerah penelitian mengalami perlipatan. Antiklin

pada daerah penelitian merupakan hasil gaya

kompresi yang relatif berasal dari arah tenggara-barat

laut. Gaya ini diperkirakan terjadi setelah semua

batuan terendapkan dan ore pada batulanau dan

batugamping terbentuk.

Alterasi dan Mineralisasi Daerah Penelitian

Secara umum, daerah penelitian terbagi menjadi 4

macam zona alterasi yaitu zona skarn prograde,

skarn retrograde, skarn kalk-silika, dan argillik.

1. Skarn prograde pada daerah penelitian

dicirikan dengan mineral garnet dan

piroksen yang berasosiasi dengan sulfida

masif. Mineral sulfida masif yang ada pada

daerah zona ini yaitu galena, sfalerit dan

pirit. Terkadang juga dijumpai mineral

kalkopirit. Pada endapan skarn, alterasi ini

biasanya berada pada zona proksimal yang

dekat dengan zona intrusi. Pada daerah

penelitian, skarn prograde terdapat pada

kontak litologi batuan intrusi dengan batuan

sedimen yaitu batugamping dan batulanau.

Berdasarkan data sekunder berupa hasil

analisis XRD dari Muttaqien (2011)

diketahui asosiasi mineral seperti piroksen

tipe augit, garnet tipe andradite, galena,

sfalerit dan. Dari asosiasi mineral kunci

tersebut dan didasarkan pada tabel

kumpulan mineral dan kisaran suhu

pembentukan (Morrison,1997), maka dapat

diketahui suhu pembentukan zona alterasi

skarn prograde yaitu berkisar 300o -360

o C.

2. Alterasi skarn retrograde pada daerah

penelitian dicirikan dengan adanya mineral

epidot, klorit dan kuarsa dalam jumlah yang

cukup melimpah. Sementara mineral sulfida

yang ada yaitu galena, sfalerit, dan pirit.

Berdasarkan data sekunder berupa hasil

analisis XRD dari Yudanto (2012) diketahui

terdapat asosiasi mineral seperti kuarsa,

klorit dan epidot. Dari asosiasi mineral

kunci tersebut dan didasarkan pada tabel

kumpulan mineral dan kisaran suhu

pembentukan (Morrison,1997), maka dapat

diketahui suhu pembentukan zona alterasi

skarn retrograde yaitu berkisar 200o -300

o

C.

3. Alterasi skarn kalk-silikat dijumpai pada

batugamping yang berasosiasi dengan

mineral garnet dan piroksen. Berdasarkan

pengamatan di lapangan, batugamping yang

teralterasi menjadi kalk-silikat memiliki

warna putih sampai abu-abu keputihan.

Berdeda dengan batugamping yang lainnya,

batuan ini memiliki reasksi yang lemah

dengan HCL akibat telah mengalami alterasi

kalk-silikat. Berdasarkan data sekunder

berupa hasil analisis XRD dari Muttaqien

(2012) diketahui terdapat asosiasi mineral

seperti epidot, wolastonit dan kalsit. Dari

asosiasi mineral kunci tersebut dan

didasarkan pada tabel kumpulan mineral dan

kisaran suhu pembentukan (Morrison,1997),

maka dapat diketahui suhu pembentukan

zona alterasi skarn kalk-silikat yaitu berkisar

200-300 C.

Page 3: Panduan Studi Skarn-Jurnal

3

4. Keterdapatan alterasi argilik pada daerah

penelitian cukup luas dan terdapat pada

beberapa satuan litologi yaitu pada satuan

welded tuff, satuan batulanau dan satuan

intrusi. Alterasi argilik dicirikan dengan

adanya mineral lempung dan zona gouge

clay. Zona gouge clay merupakan zona

hancuran yang kaya akan mineral lempung

dan dapat mengindikasikan bahwa zona

tersebut juga merupakan zona sesar.

Berdasarkan analisis XRD, terdapat asosiasi

mineral berupa illite, kaolinit, dan klorit.

Dari asosiasi mineral kunci tersebut dan

didasarkan pada tabel kumpulan mineral dan

kisaran suhu pembentukan (Morrison,1997),

maka dapat diketahui suhu pembentukan

zona alterasi argilik yaitu berkisar 240-300

C.

Mineralisasi yang ada pada daerah penelitian

yaitu skarn Zn-Pb-Ag. Mineral bijih yang ada pada

daerah penelitian berada pada zona skarn prograde

dan skarn retrograde. Mineral bijih pada daerah

penelitian terdiri dari mineral galena, sfalerit,

kalkopiri dan pirit (gambar 6).

Kontrol Geologi Terhadap Mineralisasi

Mineralisasi daerah penelitian dikontrol oleh

litologi dan struktur geologi. Litologi pengontrol

daerah penelitian yaitu kontak batugamping dengan

batulanau. Sementara struktur geologi yang

mengontrol daerah penelitian yaitu sesar naik yang

berarah N 70 E/ 50 dan sesar geser sinistral ruwai

yang memiliki arah N 200-240 E dengan dipping

70-80. Pembentukan endapan skarn pada daerah

penelitian diawali dengan proses metamorfisme

isokimia. Proses metamorfisme isokimia merupakan

tahap awal intrusi batuan yang membawa larutan

hidrotermal mengenai batuan induk. Akibat intrusi ini

menyebabkan terjadinya perubahan batulanau

menjadi hornfels dan batugamping menjadi seperti

marmer pada daerah penelitian. Kemudian

dilanjutkan dengan fase prograde. Pada fase ini

terbentuk mineral-mineral dengan suhu tinggi seperti

garnet dan terbentuk mineral oksida besi seperti

magnetit. Mineralisasi pada fase ini mengandung

mineral bijih seperti galena, sfalerit, kalkopirit dan

pirit. Berdasarkan pengamatan XRD dan kemudian

dicocokan dengan tabel kumpulan mineral dan

kisaran suhu pembentukan (Morrison, 1997) maka

didapat suhu pembentukan fase prograde berkisar

antara 300-400 C. Sementara itu fase yang kedua

yaitu fase skarn retrograde dicirikan dengan adanya

mineral epidot, klorit dan mineral lempung. Pada fase

ini telah terjadi pendinginan suhu dan pembentukan

alterasi hydrous akibat adanya sirkulasi air meteorik

sehingga menghasilkan mineral-mineral yang

terbentuk pada suhu rendah seperti epidot dan klorit.

Sementara mineral sulfida yang terbentuk seperti

galena, kalkopirit dan sfalerit merupakan hasil dari

pendinginan suhu sehingga terjadi presipitasi

mineral. Berdasarkan pengamatan XRD dan

kemudian dicocokan dengan tabel kumpulan mineral

dan kisaran suhu pembentukan (Morrison, 1997)

maka didapat suhu pembentukan fase retrograde

berkisar antara 200-300 C.

Paragenesis mineral daerah penelitian pada

fase Prograde, dimana terbentuk mineral-mineral

pada suhu tinggi seperti garnet dan piroksen. Pada

kenampakan mikroskopis terlihat adanya tekstur

intergrowth antara mineral garnet dan piroksen.

Kehadiran mineral galena dan sfalerit yang tumbuh

bersamaan menunjukkan adanya tekstur granular

yang menggantikan mineral hasil fase prograde.

Kehadiran mineral kalkopirit dan pirit yang tersebar

menunjukkan adanya tekstur disease. Sementara

mineral kuarsa dan pirit yang ada menunjukkan

bahwa mineral tersebut mengisi celah pada batuan

sehinga disebut tekstur infill.

Pada fase retrograde dicirikan dengan

dicirikan dengan kehadiran mineral-mineral bersuhu

rendah seperti epidot, klorit dan mineral lempung.

Mineral-mineral ini memperlihatkan tekstur

replacement karena mineral tersebut menggantian

mineral-mineral yang telah ada sebelumnya.

Berdasarkan pengamatan tekstur batuan tersebut

maka paragenesis daerah penelitian dimulai dengan

pembentukan mineral-mineral suhu tinggi atau

disebut dengan fase prograde. Fase prograde

menunjukkan paragenesis tipe overlapping. Hal ini

dapat dilihat dari mineral yang terbentuk lebih dulu

yaitu garnet dan piroksen (tekstur intergrowth).

Kemudian dilanjutkan dengan pembentukan mineral

galena dan sfalerit (tekstur granular) serta diikuti

dengan penyebaran kalkopirit dan pirit yang disebut

dengan kalkopirit disease. Fase retrograde terjadi

setelah fase prograde yang dicirikan dengan

kehadiran mineral epidot, klorit, dan mineral

lempung. Paragenesis pada fase ini yaitu tipe

succesive dimana fase ini menghasilkan tekstur

replacment pada batuan. Mineral-mineral seperti

epidot, klorit dan mineral lempung merupakan

mineral yang menggantikan mineral sebelumnya.

Kesimpulan

1. Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi

5 satuan litologi yaitu satuan welded tuff ,

satuan crystal tuff, satuan batugamping,

satuan batulanau, dan intrusi mikrodiorit.

2. Struktur geologi yang yang terdapat pada

daerah penelitian berupa kekar, antiklin,

Page 4: Panduan Studi Skarn-Jurnal

4

sesar geser sinistral Ruwai, sesar naik

Ruwai, dan sesar turun Ruwai.

3. Mineralisasi daerah penelitian dikontrol oleh

2 faktor utama yaitu litologi dan struktur

geologi. Litologi pengontrol mineralisasi

yaitu batugamping dan batulanau.

Sementara struktur geologi yang mengontrol

mineralisasi daerah penelitian yaitu struktur

yang relatif berarah N 70o E/50

o dan struktur

yang berarah N 200o E- N 240

o E.

4. Intrusi pembawa mineralisasi belum

diketahui karena tidak terdapat bukti pada

daerah penelitian.

5. Mineralisasi yang terjadi pada daerah

penelitian berupa mineralisasi skarn Zn-Pb-

Ag dengan penciri asosiasi mineral garnet,

piroksen, galena dan sfalerit.

6. Zona alterasi pada daerah penelitian dibagi

menjadi 4 macam yaitu zona alterasi skarn

prograde, zona alterasi skarn retrograde,

zona alterasi kalk-silikat, dan zona alterasi

argilik. Sementara mineralisasi pada daerah

penelitian dibagi menjadi empat macam

yaitu skarn prograde, skarn retrograde,

mineral bijih dan gossan.

7. Mineral bijih pada daerah penelitian berupa

galena, sfalerit, kalkopirit dan pirit.

8. Paragenesis mineral daerah penelitian yaitu

overlapping dan succesive. Paragenesis tipe

overlapping dicirikan dengan adanya tekstur

intergrowth dan tekstur granular. Sementara

tipe succesive dicirikan dengan tekstur

replacement.

9. Suhu pembentukan endapan skarn fase

prograde berkisar antara 300-400 C.

Sementara pembentukan fase retrograde

berkisar 200-300 C.

Daftar Pustaka

Anonim, 2008, Laporan Penelitian Geologi dan

Kegiatan Eksplorasi Blok Ruwai – Karim

Gojo, Lamandau, Kalimantan Tengah, PT.

Kapuas Prima Coal

Ayson, J., 1997, Summary of Exploration Activities,

Vol 1 of 5, PT. Tebolai Seng Perdana,

Einaudi, M. T., Burt, D. M., 1982, Classification, and

Composition of Skarn Deposit, Bulletin of

The Society of Economics Geologists, vol.

77. pp. 745 – 754.

Evans, A. M., 1993, Ore Geology and Industrial

Mineral, 3rd, Blackwell Scientific

Publication, London, 350 p.

Kitto, P. and Cooke, D. 1997, Mineral Prospectivity

of the Tebolai and Schwaner COW’s

Southwest Kalimantan, Indonesia, report

to Scorpion Minerals Inc.

Meinert, L. D., 1992, Skarns and Skarns Deposits,

Geoscience Canada, v. 19, pp. 145 – 162.

Muttaqien, I., 2011., Mineralisasi Endapan Skarn di

Blok Ruwai, Desa Bintang Mengalih,

Kecamatan Belantikan Raya, Kabupaten

Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah:

Tugas Akhir Skripsi, Jurusan Teknik

Geologi UGM, tidak dipublikasikan.

Setijadji, L.D., Idrus, A., dan Thamba, F., 2010,

Geology of the Ruwai Iron and Zn-Pb-Ag

Skarn Deposits Lamandau District, Central

Kalimantan, Proceeding Book –

Kalimantan Coal and Mineral Resources,

pp.175-186.

Setijadji, L.D, Idrus, A., Warmada, I. W., dan staff

asisten, 2011, Panduan Praktikum Geologi

Sumber Daya Mineral, Laboratorium

Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi

Universitas Gadjah Mada, Yogayakarta.

Yudanto, D., 2012, Tekstur dan Paragenesis Mineral

Bijih Pada Skarn Fe dan Skarn Zn-Pb-Cu-

Ag Blok Ruwai, Kabupaten Lamandau,

Provinsi Kalimantan Tengah: Tugas Akhir

Skripsi, Jurusan Teknik Geologi UGM,

tidak dipublikasikan.

.

Page 5: Panduan Studi Skarn-Jurnal

5

Gambar 1.Peta geologi daerah penelitian.

Gambar 2. Sayatan geologi daerah penelitian

Page 6: Panduan Studi Skarn-Jurnal

6

Gambar 3.Peta alterasi daerah penelitian

Gambar 4. Sayatan poles mineral galena (Gn), sfalerit

(Sph), kalkopirit (Ccp), dan pirit (Py).

Gambar 5. Sayatan poles mineral pirit (Py), sfalerit

(Sph) dan kuarsa (Qz).

Ccp

Py

Gn

Qz

Sp

h

Qz

Py

Sph