Panduan Manual Itp
Transcript of Panduan Manual Itp
TEKNIK DAN APLIKASI
PANDUAN PENGOLAHAN MANUAL
INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN (ITP)
Oleh : Dasril*
A. Pendahuluan
Inventori tugas perkembangan (ITP) adalah instrumen yang digunakan
untuk memahami tingkat perkembangan individu. Instrumen ini disusun oleh
Prof. Sunaryo Kartadinata dkk di UPI Bandung. Penyusunan ITP dimaksudkan
untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Namun dapat
juga digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan anak-anak pemuda pada
umumnya. ITP disusun dalam bentuk 4 buku angket ( buku-inventori). Masing-
masing untuk memahami perkembangan siswa SD, SLTP, SLTA dan mahasiswa
di perguruan tinggi.Inventori tugas perkembangan siswa SD dan SLTP terdiri dari
50 butir , sedangkan siswa SLTA dan mahasiswa PT terdiri dari 77 butir. Proses
penyekoran dan pengolahan ITP dapat dilakukan langsung (tanpa komputer)
dengan bantuan kunci jawaban.
Pada makalah ini penulis mengemukan bagaimana prosedur penyekoran
dan pengolahan ITP secara manual. Secara umum dalam makalah ini penulis lebih
banyak merujuk pada pedoman pengolahan ITP yang dikemukakan oleh
penyusunnya yaitu Sunaryo Kartadinata dkk.
B. Landasan Teori
Program kegiatan, jenis layanan, dan isi kegiatan bimbingan dan konseling
dirumuskan atas dasar kebutuhan nyata dan kondisi objektif perkembangan
peserta didik. Kondisi objektif ini dipahami melalui analisis tugas-tugas
perkembangan dapat menghasilkan profile perkembangan siswa dan mahasiswa
yang menjadi dasar bagi program bimbingan dan konseling.
______________________
* Penulis adalah Dosen Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling pada STAIN
Batusangkar
1
Layanan yang diberikan kepada peserta didik yang didasarkan atas dan
berorientsi pada pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa dapat
menumbuhkan kesadaran guru pembimbing bahawa program dan layanan BK di
sekolah mutlak berdassarkan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Untuk mengukur tingkat perkembangan siswa dan mahasiswa atau
pencapaian tugas-tugas perkembangan dari setiap aspek perkembangan, teori
perkembangan diri dari Loevinger ( Lee Knelfelkamp et al, 1978 dan Blocher,
1987) dipilih sebagai kerangka kerja teoritik dalam mengembangkan ITP.
Loevinger merumuskan bangun perekmbangan diri ke dalam sembilan
tingkat. Tingkat pertama yaitu pra-sosial yaitu tingkatan dimana individu belum
mampu membedakan diri dengn lingkungan. Tingkatan terakhir yaitu integratid,
merupakan tingkat yang jarang dicapai oleh orang kebanyakan. Oleh karena itu
bangun tingkatan terdiri dari tujuh tingkatan perkembangan dengan karakteristik
sebagai berikut :
1). Tingkat imfulsif (imp) .
2). Tingkat Perlindungan diri (Pld)
3). Tingkat Konformistik (Kof)
4). Tingkat Sadar Diri ( Sdi)
5). Tingkat Seksaa (Ska)
6). Tingkat Individualistik (Ind)
7). Tingkat Otonomi (Oto)
Tingkat perkembangan itu merupakan struktur kontinum perkembangan diri dari
yang sederhana sampai yang komplek. Tingkatan dapat dipergunakan untuk
mendeskripsikan keberadaan individu dalam kontinum perkembangan. Setiap
tingkatan dibangun atas dasar tingkatan sebelumnya dan menjadi daasar tingkatan
berikutnya. Peningkatan perkembangan sepanjanag kontinum perkembangan
menggambarkan perbedaaan kualitatif tentang cara-cara individu berinteraksi
dengan lingkungannya.
2
C. Aspek yang Diukur
Ada 10 aspek perkembangan pada siswa SD dan SLTP serta 11 aspek
pada siswa SLTA dan PT. Aspek aspek yang diungkap berdasarkan permasalahan
dan kebutuhan akan perkembangan siswa yang dihadapi dalam proses pendidikan
di sekolah.
11 aspek perkembangan siswa dan mahasiswa tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Landasan hidup religius
2. landasan prilaku etis
3. Kematangan Emosional
4. Kematangan Intelektual
5. Kesadaran tanggung jawab
6. Peran sosial sebagi pria atau wanita
7. Penerimaaan diri dan pengembangannya
8. Kemadirian prilaku ekonomis
9. Wawasan persiapan karir
10. Kematangan hubungan dengan teman sebaya
11. Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
Hubungan 7 tahap perkembangan dengan 4 jenjang pendidikan dapat dilihat
dalam tabel berikut :
7. Otonomi
6. individualistik
5. seksama
4. Sadar diri
3. Konformitas
2. Perlindungan Diri
1. Imfulsif
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA PT
3
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tahap perkembangan siswa siswa SD
mulai dari tingkat 1-4 ( Imfulsif sd sadar diri), siswa SLTP dari tingkat 2-5
( Perlindungan diri sampai dengan seksama., siswa SLTA dari tingkat 3-6
( konformitas sampai dengan individualistik) dan mahasiswa dari tingkat 4-7 ( Sadar
diri sampai Otonomi )
D. Pengadministrasian
Inventori Tugas Perkembangan (ITP) dapat diadministrasikan secara
kelompok maupun secara individual dengan cara yang sama yakni :
a. Kepada mahasiswa dibagikan buku angket ( buku inventori) beserta
lembar jawabannya.
b. Mahasiswa diminta mengisi identitasnya pada lembar jawaban. Alat tulis
yang digunakan adalah ball-pint atau alat tulis tinta lainnya.
c. Pembimbing membacakan petunjuk pengerjaan, sementara mahasiswa
membaca petunjuk yang terdapat dalam buku ITP.
d. Tanya jawab dan penjelasan lebih lanjut bila ada mahasiswa/ siswa yang
kurang/ belum memahami cara mengerjakan ITP.
e. Mahasiswa dipersilakan mengerjakan ITP (membaca dengan cermat,
memilih jawaban yang paling sesuai dengan dirinya, serta menuliskan
pilihannya dalam lembar jawaban.)
f. Waktu pengerjaan secukupnya ( sesuai kemampuan peserta) yang penting
semua siswa dalam kelompok itu menjawab semua butir inventori. Tidak
boleh ada yang mengosongkan jawaban atau menjawab lebih dari satu
pilihan dalamsatu butir. Diperkirakan paling cepat 20 menit, paling lambat
40 menit.
g. Khusus bagi kelompok tuina netra, tiap butir pernyataan boleh dibacakan
oleh pembimbing, namun harus dihindari hal-hal yang mempengaruhi
pilihan siswa/ mahasiswa. Hal ini boleh dilakukan sepanjang ITP ini
belum ditulis dalamhuruf braile.
4
h. Selesai pengerjaan, lembar jawaban dan buku ITP dikumpulkan. Buku ITP
diperiksa baik jumlah maupun kondisinya. Buku yang telah kotor atau
ditulisi mahasiswa dipisahkan untuk selanjutnya dimusnahkan.
i. Lembaran jawaban siap dikoreksi lansung, atau di-entri ke dalam
komputer.
Pada waktu mahasiswa mengerjakan ITP, jika ada satu atau dua orang
siswa atau mahasiswa yang bertanya tentang ITP. Dalamhal ini pembimbing
boleh menjawab pertanyaan dengan ketentuan :
(1) jawaban pembimbing tidak mengganggu peserta lain;
(2) jawaban pembimbing tidak mempengaruhi pilihan peserta pada
butir yang ditanyakan.
(3) Pertanyaan hanya berkaitan dengan redaksi atau kalimat yang
tidak jelas, atau masalah teknis ( halaman kurang, huruf tidak jelas, buku
sudah ditulis dan lain-lain)
E. Penyekoran dan Pengolahan Manual (Tanpa Komputer)
Walaupun membutuhkan waktu yang relatif lama , penyekoran tanpan
menggunakan komputer dapat dilakukan dengan bantuan kunci nilai ITP
(terlampir) . Prose penyekorannya sebagai berikut :
a. Lembar jawaban dikumpulkan sesuai tingkat sekolah, sebab masing-
masing tingkat sekolah kuncinya berbeda.
b. Menghitung tingkat konsistensi jawaban mahasiswa
(1). Lihat kesamaan jawaban terhadap dua nomor yang isi pernyataannya
sama persis. Pasangan nomor yang isinya sana persis itu dapat dilihat
pada kunci-kunci terlampir.
(2) Bila kedua jawaban sama ( karena soalnya memang sama) diberi skor
1, bila jawabannya tidak sama diberi skor nol
(3). Tulislah angka 1 atau nol itu pada kolom konsistensi di lembar
jawaban
(4) Jumlahkan skor konsistensi (Ki). Skor maksimal 11
5
(5). Skor konsistensi kurang dari separoh ( 5 ke bawah0 menunjukkan
bahwa mahasiswa/ siswa bersangkutan kurang serius dalam
mengerjakan ITP. Sebaiknya pengerjaan ITP diulang lagi.
c. Menghitung skor tiap aspek perkembangan
(1). Pada lembar jawaban tulislah skor tiap nomor disis nomor
bersangkutan sesuai kunci nilai. Contoh
Nomor 1 jawaban c tulis 7 ( kunci ITP PT)
Nomor 22, jawaban b tulis 4
(2). Jumlahkan skor yang satu baris : No 1 + N0 12 + No 23 + No.34 +
No.45 + No.56. Tulis jumlah itu pada kolom yang paling kanan di
lembar jawaban.
(3) Lakukan sampai baris terbawah yakni jumlah skor no. 11,
22,33,44,55,dan 66.
(4). Masing-masing jumlah skor itu dibagi 4, diperoleh rata-rata skor tiap
aspek. Skor tiap aspek itulah yang menujukkan tingkat
perkembangan mahasiswa dalam aspek bersangkutan
d. Menghitung rata-rata skor aspek tiap mahasiswa dan rata-rata skor seluruh
siswa/ mahasiswa. Rata-rata skor ini digunakan sebagi bahan
perbandingan dalam menganalisis hasil ITP.
(1). Jumlahkan skor semua aspek . kemudian dibagi 11 ( banyaknya
aspek). Angka itu adalah rata-rata skor semua aspek (ST) per
mahasiswa.
(2) Jumlahkan rata-rata skor semua aspek (ST) dari semua mahasiswa,
kemudian dibagi banyaknya mahasiswa dalam kelompok itu. Itulah
rata-rata skor semua mahasiswa dalam satu kelompok.
e. Membuat grafik individual dan grafik kelompok.
(1) Berdasar skor tiap aspek dari seorang mahasiswa dapat dibuat
grafik profile individu dalam 11 aspek perkembangan.
6
(2) Berdasar rata-rata skor tiap aspek dari seluruh mahasiswa
dalam kelompok, dapat dibuat grafik profile kelompok dalam 11
aspek perkembangan.
F. Penafsiran
Penafsiran hasil analisis ITP harus didasarkan pada teori perkembangan
yang diuraikan dimuka ( dilandasan Teori). Skor 1-4 menggambarkan
perkembangan siswa SD. Skor 2- 5 menggambarkan perkembangan siswa SLTP,
skor 3-6 menggambarkan perkembangan siswa SLTA, dan skor 4-7
menggambarkan perkembangan mahasiswa diperguruan tinggi.
Dalam kenyataan sehari-hari mungkin saja ada siswa SLTA yang tingkat
perkembangannya baru pada 2 .sehingga instrumen ini tidak mampu
mengukurnya. Kondisi itu justru merupakan kekhususan yang perlu diungkap
lebih jauh melalui konseling.
Hasil analisis ITP baik individual dan kelompok dikomunikasikan
dengan mahasiswa/ siswa yang bersangkutan. Bila ada perbedaaan hasil ITP
dengan fakta, atau dengan pengakuan mahasiswa atau siswa secara subjektif,
diharapkan membuat kegiatan bimbingan lebih intensif .artinya pelayan BK dapat
bertitik tolak dari adanya perbedaan tersebut. Begitu juga analisis kelompok
setelah didiskusikan dengan pihak terjkait dapat digunakan sebagai bahan dalam
menyususn program yang berdasarkan data perkembangan siswa.
G. Keterbatasan
Apapun jenis instrumen yang dibuat oleh manusia tentu punya
kekurangan dan keterbatasan. ITP ini memeiliki beberapa keterbatasan yaitu :
a. ITP belum dapat digunakan sebagai alat seleksi, baik untuk menentukan
kelulusan maupun untuk penempatan.
b. Skor ITP belum diuji hubungannya dengan aspek perkembangan atau
aspek kepribadian lainnya, sehingga belumdapat digunakan untuk
memprediksi aspek kepriobadian secara lengkap.
7
c. Penggunaaan ITP sebagai dasar pengembangan model bimbingan di SD
samapai dengan perguruan tinggi telah diuji secatra empirik namun jumlah
sekolah dan uji-coba masih terbatas.
d. Penggunaan ITP untuk kalangan luas masih dalam tahap awal, sehingga
masukan untuk penyempurnaan ITP masih diharapkan dari para pemakai
( Sunaryo dkk : 2003 : 19)
H. Referensi
1. Sunaryo Kartadinata, dkk (1999) Peningkatan Mutu dan Pengembangan Sistem
Manajemen Layanan BK di Sekolah. Bandung : Laporan Penelitian Urge PPS
IKIP Bandung
2. Sunaryo dkk (2003) Petunjuk Teknis Penggunaan ITP Mahasiswa, UPI Bandung
8
TEKNIK DAN APLIKASI
PANDUAN PENGOLAHAN MANUAL
INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN (ITP)
MAKALAH
Disampaikan pada Acara Pelatihan Peningkatan Wawasan dan Keterampilan
Guru Pembimbing SLTP/ SLTA Se- Kota Padang Panjang Nopember 2006
Oleh
Dasril, S.Ag M.PdNIP : 150 368 534
LABORATORIUM
BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BATUSANGKAR
2006
9
10