Panduan Fieldtrip DIT 2014
-
Upload
anggoro-putra-pradita -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
description
Transcript of Panduan Fieldtrip DIT 2014
2014
Jurusan Tanah | Fakultas Pertanian
PANDUAN
FIELDTRIP DASAR-DASAR ILMU TANAH
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
2
ASISTEN DASAR ILMU TANAH
SEMESTER GENAP 2013/2014
Cluster 1
Waktu Materi Jalur
1
Jalur
2
Jalur
3
Jalur
4
Jalur
5
06.00 - 07.30 Pemberangkatan
07.30 - 08.30 Mobilisasi ke Titik Pengamatan
08.30 - 09.15
Titik I :
Pedologi
Luk-
man Deska Devi Ayu
Mas
Riza
09.20 - 10.05
Titik 2: Fis,
Bio Kim. Indi Farid Dodo
Bush-
ron
Amb
ar
10.10 - 10.55
Titik 3: Fis,
Bio Kim. Arin Mia Ina Sagita
Rizq
y
11.00 - 11.30 Mobilisasi Pulang
Cluster 2
Waktu Materi Jalur
1
Jalur
2
Jalur
3
Jalur
4
Jalur
5
10.00 - 11.30 Pemberangkatan
11.30 – 12.00 Mobilisasi ke Titik Pengamatan
12.00 – 12.45
Titik I :
Pedologi
A-
rum Silvi Irin
Wis-
nu Rozi
12.50 - 13.35
Titik 2: Fis,
Bio Kim.
Indi-
ka
Wu-
lan Eka Afpia
Amba
r
13.40 - 14.25
Titik 3: Fis,
Bio Kim.
Seka
r Atiqa
De-
vian
Safa-
ah Aji
14.30 - 15.00 Mobilisasi Pulang
RUNDOWN FIELDTRIP
Cluster 1
Waktu Materi Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5
06.00 - 07.30 Pemberangkatan
07.30 - 08.30 Mobilisasi ke Titik Pengamatan
08.30 - 09.15
Titik I :
Pedologi A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 I1 J1 K1 L1 M1 N1 -
09.20 - 10.05
Titik 2: Fis,
Bio, Kim C1 A1 B1 F1 D1 E1 I1 G1 H1 L1 J1 K1 - M1 N1
10.10 - 10.55
Titik 3: Fis,
Bio, Kim B1 C1 A1 E1 F1 D1 H1 I1 G1 K1 L1 J1 N1 - M1
11.00 - 11.30 Mobilisasi Pulang
*Perpindahan antar titik 5 menit dan Warna menunjukkan tali raffia sebagai petunjuk
Cluster 2
Waktu Materi Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5
10.00 - 11.30 Pemberangkatan
11.30 – 12.00 Mobilisasi ke Titik Pengamatan
12.00 – 12.45 Titik I : Pedologi A2 B2 C2 D2 E2 F2 G2 H2 I2 J2 K2 L2 M2 N2 -
12.50 - 13.35 Titik 2: Fis, Bio,
Kim C2 A1 B2 F2 D2 E2 I2 G2 H2 L2 J2 K2 - M2 N2
13.40 - 14.25 Titik 3: Fis, Bio,
Kim B2 C1 A2 E2 F2 D2 H2 I2 G2 K2 L2 J2 N2 - M2
14.30 – 15.00 Mobilisasi Pulang
*Perpindahan antar titik 5 menit dan Warna menunjukkan tali raffia sebagai petunjuk
PENGUKURAN BIODIVERSITAS
1.1. Pengertian Bahan Organik adalah semua bahan yang berasal dari
jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tahapan (stage) dekomposisi.
Bahan Organik Tanah adalah bahan (sisa jaringan tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan/dekomposisi baik sebagian/seluruhnya.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Biodiversitas dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Biodiversitas Bagian Atas Seresah
Contoh : Daun yang berguguran, ranting pohon
dan tanaman yang mati.Tanaman bawah
(Understorey) Contoh : Rumput-rumputan
2. Biodiversitas Bagian Bawah Makro Organisme
Contoh : Cacing Tanah, Semut, Rayap dan Lain-
lain Mikro Organisme Contoh : Mikoriza
1.2. Metode Pengamatan
Alat : 1. Frame (tali raffia) berukuran 50 x 50 cm Contoh :
50 cm
50 cm
50 cm
Frame 1
Frame 2
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
6
Variabel Pengamatan :
1. Jenis dan jumlah vegetasi (Understorey)
2. Jumlah seresah
3. Jumlah makro organism
4. Jumlah kascing (Kotoran Cacing) Cara Kerja :
1. Amati jenis vegetasi yang ada dalam frame (tali
rafia) di masing- masing Site. Hitung jumlahnya dan
tulis dalam tabel pengamatan.
2. Lakukan langkah yang sama pada pengamatan jumlah
seresah, makro organisme dan kascing
1.3. Tabel Pengamatan Sub titik 1 Jenis Penggunaan Lahan : …………….. Tabel Pengamatan
No Pengamatan Jumlah
Frame 1 Frame 2
1 Vegetasi :
2 Seresah :
3 Makro Organisme :
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
7
4 Kascing :
Sub titik 2 Jenis Penggunaan Lahan : …………….. Tabel Pengamatan
No Pengamatan Jumlah
Frame 1 Frame 2
1 Vegetasi :
2 Seresah :
3 Makro Organisme :
4 Kascing :
Sub titik 3 Jenis Penggunaan Lahan : …………….. Tabel Pengamatan
No Pengamatan Jumlah
Frame 1 Frame 2
1 Vegetasi :
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
8
2 Seresah :
3 Makro Organisme :
4 Kascing :
Ket: Jumlah : Banyak/Sedang/Sedikit
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
9
INDIKATOR KESEHATAN TANAH 2.1. Unsur Hara
2.1.1. Nitrogen Fungsi
Nitrogen bagi tanaman berperan dalam penyimpanan energi dan transfer energi. Selain itu juga banyak berperan dalam pembentukan dan pembelahan sel, sehingga unsur ini banyak ditemui pada bagian-bagian vegetatif tanaman (Gardner et al., 1991 dalam Wentasari, 2005).
Gejala Kekurangan Gejala awal defisiensi N ditandai dengan daun
yang menguning dan klorosis karena terjadi penghambatan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1992 dalam Wentasari, 2005). Kekurangan nitrogen dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, gejala yang ditunjukkan yaitu tanaman kerdil dan menguning. Kekurangan nitrogen banyak ditemui pada daun-daun tua dibandingkan pada daun yang lebih muda. Pada tanaman buah-buahan kadar N rendah dapat menyebabkan penurunan hasil panen baik secara kualitas maupun kuantitas (Gardner et al., 1991 dalam Wentasari, 2005).
Gejala Kelebihan Kelebihan unsur N dapat berdampak negatif bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman, gejala yang ditunjukkan adalah daun yang berwarna hijau tua dan sukulen serta rentan terhadap serangan hama dan penyakit (Jones et al., 1991 dalam Wentasari, 2005). Pertumbuhan tanaman pada kondisi N berlebihan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, terjadi hambatan pada fase pembungaan dan pembentukan biji (Salisbury dan Ross, 1992 dalam Wentasari, 2005).
2.1.2. Phospor Fungsi
Fosfor berdasarkan fungsinya tergolong dalam hara yang berperan dalam penyusun dan transfer energi (Gardner et
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
10
al., 1991 dalam Wentasari, 2005). Di dalam tanaman P merupakan komponen pembentuk enzim dan protein, diantaranya ATP dan ADP yang berperan dalam transfer energi, serta DNA dan RNA yang berperan dalam informasi genetik serta phitin (Jones et al., 1991 dalam Wentasari, 2005).
Gejala Kekurangan Gejala kekurangan P biasanya mulai tampak pada daun
yang lebih dewasa, tanaman menjadi kerdil dan berwarna hijau tua, pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan kerdil (Salisbury dan Ross,1992 dalam Wentasari, 2005). Pada tanaman yang mengalamin kekurangan P terjadi penimbunan gula yang ditunjukkan oleh pigmentasi antosianin pada bagian dasar batang dan urat daun (Gardner et al., 1991 dalam Wentasari, 2005).
Gejala Kelebihan
Kelebihan hara P menunjukkan gejala defisiensi unsur hara mikro utamanya Fe dan Zn. Gejala kekurangan unsur hara Fe dan Zn yaitu terjadi klorosis pada daun muda. Kelebihan hara P dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme dalam tanaman, kadar P lebih besar dari 100% dapat menyebabkan keracunan pada tanaman (Jones et al., 1991 dalam Wentasari, 2005).
2.1.3. Kalium Fungsi
Unsur K dalam tanaman berperan aktif dalam translokasi gula pada pembentukan pati, proses membuka dan menutupnya stomata, efisiensi penggunaan air, memperluas pertumbuhan akar dan meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit. Fungsi lain dari K yaitu dalam pembentukan dinding sel, pada tanaman yang memiliki K yang cukup maka memiliki dinding sel yang tebal serta jaringan yang lebih stabil. Pada tanaman sayuran pemberian K yang cukup menyebabkan tanaman memiliki daya tahan hidup yang lebih baik (Bennet, 1994 dalam Wentasari, 2005).
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
11
Gejala Kekurangan Kalium mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ
yang muda, sehingga gejala kekurangan K tampak pertama kali pada daun tua. Pada kebanyakan tanaman monokotil (misalnya tanaman serealia) gejala ditandai dengan kematian sel pada ujung dan tepi daun dan nekrotis ke bawah sepanjang tepi menuju bagian daun yang muda (Salisbury dan Ross, 1992 dalam Wentasari, 2005). Secara spesifik kalium di dalam tanaman memiliki peran penting dalam mengatur tekanan osmotik tanaman yang menyebabkan pergerakan air ke dalam akar, sehingga tanaman yang kekurangan K akan memiliki ketahanan terhadap kekeringan yang rendah dibandingkan dengan tanaman yang cukup K (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998 dalam Wentasari, 2005).
Gejala Kelebihan Kadar K yang tinggi dalam tanaman akan menyebabkan
kekurangan hara Mg atau Ca dalam tanaman tersebut. Gejala kelebihan K pertama kali menunjukkan adanya kekurangan unsur hara Mg terlebih dahulu dibandingkan Ca (Jones et al., 1991 dalam Wentasari, 2005).
2.2. Metode Pengamatan
1. Amati kondisi tanaman yang dijumpai di lahan, apakah dijumpai kekurangan unsur hara N / P / K.
2. Bandingkan kenampakan tanaman dengan gambar berikut:
Defisiensi Unsur N
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
12
Defisiensi Unsur P
Defisiensi Unsur K
3. Isikan Hasil Pengamatan pada Tabel berikut
No Tanaman Gejala Kekurangan/Kelebihan
unsur
Sub titik 1
Sub Titik 2
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
13
Sub Titik 3
SUMBER PUSTAKA: Wentasari, Risa. 2005. Studi Penentuan Dosis Optimum N,
P, K dan Mg Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera chinensis) pada Lahan Gambut Indragiri Hilir Riau. Tesis. Pascasarjana IPB, Bogor
2.3. pH di Lapangan
pH dilapangan perlu diketahui yakni diantaranya berguna sebagai indikator kesuburan tanah, menetapkan kebutuhan pupuk, serta pengapuran. Dalam menetapkan kebutuhan kapur, maka uji cepatnya sebagai berikut: Penetapan kebutuhan kapur
Alat : pH indikator Bahan : Botol plastik (bekas tempat rol film), Larutan penentu pH (Aquadest) Prosedur
Ambil sedikit tanah Masukkan ke dalam botol plastik (bekas botol film) Masukkan larutan penentu pH ke dalam botol plastik
yang berisi tanah. Jumlah tanah larutan kira-kira
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
14
sama dengan jumlah tanah berdasarkan isi (disarankan tidak melebihi 10 ml).
Kemudian botol ditutup rapat Kocok dengan ayunan tangan penuh ke atas dan ke
bawah sebanyak 20 kali.
Biarkan hingga tanah mengendap dan cairan diatasnya bening.
Celupkan ujung lakmus ke dalam cairan bening tadi dan usahakan kertas lakmus tidak terbenam dalam endapan tanah. Perhatian jangan sampai kertas lakmus tersentuh bagian tubuh, apalagi sedang berkeringat.
Bandingkan warna kertas pH dengan deretan pada kotak pembungkus yang telah mempunyai sederetan standar. Pilih yang sama atau mendekati warna yang ada.
Isikan Nilai pH pada Tabel Berikut.
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
15
Tabel Pengamatan pH
No Sub Titik Penggunaan Lahan pH
1 1
2 2
3 3
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
16
SIFAT FISIK TANAH & JENIS-JENIS EROSI 3.1. Latar Belakang
Erosi pada dasarnya adalah proses perataan kulit bumi. Proses ini terjadi dengan penghancuran, pengangkutan, dan pengendapan. Di alam ada dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni angin dan air. Erosi yang disebabkan oleh angin disebut erosi angin dan erosi jenis ini terutama dialami di daerah yang kering atau padang pasir. Di daerah tropis basah seperti di Indonesia ini penyebab erosi yang paling dominan adalah air. Proses erosinya di sebut erosi air. Air yang menyebabkan erosi adalah air hujan/pukulan air hujan, air limpasan permukaan, air sungai, air danau dan air laut. Begitu air hujan mengenai kulit bumi, maka secara langsung hal ini akan menyebabkan hancurnya agregat tanah. Pada keadaan ini penghancuran agregat tanah dipercepat dengan adanya daya penghancuran dan daya urai dari air itu sendiri. Penghancuran agregat tanah terjadi karena pukulan air hujan dan kikisan air limpasan permukaan. Di samping itu massa tanah yang terangkut dalam limpasan permukaan, terutama debu, pasir dan kerikil di dalam perjalanan menuju tempat pengendapan juga mampu untuk menggerus permukaan tanah. Proses ini akan menimbulkan erosi dengan bentuk yang berbeda-beda. Untuk itu mahasiswa perlu mengetahui dan memahami bentuk-bentuk erosi di lapangan. 3.2. Metode Pengamatan bentuk-bentuk erosi di lapangan 3.3. Langkah Kegiatan
1. Kelompok melakukan pengamatan di lapangan dan memahami sifat fisik tanah di lapangan.
2. Setelah itu didiskusikan kelompok tentang upaya pencegahan dari fenomena erosi tersebut dihubungkan dengan sifat fisik tanah
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
17
Contoh Bentuk Erosi Erosi Percikan
Erosi Alur
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
18
Erosi Selokan
Longsor
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
19
Tabel Pengamatan Erosi Jenis-jenis erosi yang ditemukan (fakta: ditemukan
pada kondisi yang bagaimana/kondisi biofisik)
Erosi Tingkat Deskripsi dan Upaya Pengendalian
Sub Titik 1
Sub Titik 2
Sub titik 3
*)Tingkat : Tinggi/Sedang/rendah
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
20
3.4. Pengamatan Sifat Fisik di Lapangan
No Sifat Fisik
Sub Titik 1 Lereng ………% Penggunaan Lahan……………
1 2 3 4 5 6
Struktur Tekstur Konsistensi Permeabilitas Drainase Pemadatan Tanah
(agak lambat/lambat/sedang/cepat) (agak lambat/lambat/sedang/baik) (Tinggi/sedang/rendah/tidak ada)
Sub Titik 1 Lereng ………% Penggunaan Lahan……………
7 8 9 10 11 12
Struktur Tekstur Konsistensi Permeabilitas Drainase Pemadatan Tanah
(agak lambat/lambat/sedang/cepat) (agak lambat/lambat/sedang/baik) (Tinggi/sedang/rendah/tidak ada)
Sub Titik 1 Lereng ………% Penggunaan Lahan……………
13 14 15 16 17 18
Struktur Tekstur Konsistensi Permeabilitas Drainase Pemadatan Tanah
(agak lambat/lambat/sedang/cepat) (agak lambat/lambat/sedang/baik) (Tinggi/sedang/rendah/tidak ada)
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
21
PEDOLOGI 4.1. Latar Belakang
Pedologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek
geologi tanah. Di dalamnya ditinjau berbagai hal mengenai
pembentukan tanah (pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan
ciri fisika dan kimia), dan klasifikasi tanah.
Dasar utama melakukan klasifikasi dan memahami
tanah adalah diskripsi profil tanah yang dilakukan di lapang.
Pengamatan di lapang pada dasarnya dibedakan menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu; 1) pengamatan identifikasi (pemboran); 2)
pengamatan detil (minipit + pemboran); dan 3) deskripsi profil
tanah. Pada fieldtrip kali ini akan diperkenalkan deskripsi profil
tanah. Namun, pengamatan dilakukan pada minipit yaitu
lubang (liang) pengamatan tanah yang dibuat dengan
menggunakan skop dengan ukuran minimal 40x40 cm dan
kedalaman 80 cm . berbeda dengan profiltanah, dimana
pengamatan atau deskripsi tanah dilakukan pada lubang yang
sengaja digali pada tanah dengan ukuran panjang kurang lebih 2m,
lebar
1m dan dalam 2m. 4.2. Penentuan Lokasi
Dalam menentukan lokasi harus di tempat yang representative
sesuai dengan tujuan kajian yang dilakukan. Beberapa hal yang
penting dalam penentuan lokasi pembuatan miipit maupun profil:
1. Berada jauh dari lokasi penimbunan sampah, tanah galian
atau bekas bangunan, kuburan atau bahan-bahan lainnya.
2. Berjarak > 50m dari pemukiman, pekarangan, jalan,
saluran air dan bangunan lainnya.
3. Jauh dari pohon besar, agar perakaran tidak
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
22
menyulitkan penggalian profil.
4. Pada daerah berlereng, profil dibuat searah lereng.
4.3. Prosedur Deskripsi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
pengamatan atau deskripsi profil tanah adalah sebagai berikut:
Sisi profil yang akan diamatai harus bersih dan tidak ternaungi
Hindari pengamatan kondisi fisik (warna) dalam kondisi hujan
atau pada waktu sinar matahari kurang terang. (max pukul 4
sore).
Jika keadaan tanah kering, sebaiknya sisi profil yang
diamati dibasahi dengan air (kondisi lembab).
Jika air tanahnya dangkal, maka air harus selalu dikuras
agar tidak mengganggu pengamatan.
4.4. Metode Alat dan Bahan Alat Penggali:
Cangkul
Sekop
Bor tanah (jika diperlukan) Alat Deskripsi Tanah:
Pisau lapang
Buku Munsell Colour Chart
Botol air
Meteran (roll meter) 1,5 meter
Sabuk profil (meteran berukuran lebar 3-5 cm, panjang 3 meter)
Pengukur pH
Form Pengamatan
Meja dada (sebagai alas untuk menulis)
Alat-alat tulis
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
23
Kamera
Alat Deskripsi Lokasi:
Kompas
GPS
Klinometer
Stereoskop saku
Altimeter
Buku catatan
Cara Kerja Dalam melakukan pengamatan profil tanah dilakukan orientasi pada seluruh profil tanah dimulai dari bagian bawah, dan perhatikan perbedaan- perbedaan sifat tanah yang ada dalam setiap lapisan tanah. Tahap-tahap yang dilakukan:
1. Buat batas berdasarkan kenampakan perbedaan-
perbedaan yang terlihat secara jelas, misalnya warna
tanah.
2. Gunakan pisau lapang untuk menusuk-nusuk bidang
profil tanah untuk mengetahuikonsistensi atau kepadatan
keseluruhan profil. Perbedaan kepadatan merupakan
salah satu kriteria untuk membedakan horizon profil.
3. Apabila warna tanah, kepadatan dan tekstur
tanah sama, maka perbedaan konsistensi, struktur,
kenampakan redoksimorfik dapat digunakan sebagai
dasar penarikan batas horizon.
4. Setelah horizon ditentukan , letakkan meteran tegak
lurus bidang profil tanah dan jangan lupa pasang
sabuk profil. Kemudian foto bidang profil yang diamati.
5. Selanjutnya lakukan diskripsi dan pencatatan hasil diskripsi pada kartu profil tanah.
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
24
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
25
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
26
4.5. Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah dimulai dengan menentukan epipedon dan endopedon, yaitu dengan melihat penciri utama dari profil tanah yang dideskripsikan. Kemudian menentukan ordo tanah, sub ordo, group, sub group, family, dan series.
1. Epipedon Epipedon merupakan horizon permukaan. Klasifikasi epipedon menurut SOIL TAXONOMY, 1999: Mollik
- Ketebalan : - > 10 cm jika menumpang pada batuan keras
- 1/3 jika solum tidak tebal - 25 cm jika jika solum tebal - Tidak keras sekalipun kering (gembur – agak
teguh) - Warna gelap ( Value kurang dari 3, kroma
kurang dari 3 pada kondisi lembab. Dan value kurang dari 5 pada kondisi kering)
- KB lebih besar 50% - BO lebih besar 1%, tapi kurang dari 20%
jika pasir, atau kurang dari 30% jika lempung. - Struktur berkembang nyata - Antropik : - Seperti molik tetapi - Kadar fosfat tinggi Karena pengolahan dan
pemupukan (anthropos = manusia). Histik :
- horizon organic (histos=jaringan) umumnya di daerah gambut tebal > 1 kaki (±30 cm)
- sering jenuh air. Okrik :
- warna lebih muda (ochros = pucat, warna muda) - kadar BO lebih rendah - lebih tipis dari molik, umbrik, anthropik atau histik - keras dan pejal waktu kering.
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
27
Plagen : - Mengandung seresah, pupuk kandang dan
sampah usaha tani tebal > 50 cm - pengaruh pengolahan tanah yang lama - (plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput) - Umbrik : - warna tua (warna tua = molik)
- seperti molik, tetapi jenuh hydrogen (H=
) sehingga nilai KB
- rendah (<50%). Melanik :
- memiliki ketebalan 30 cm - Memiliki sifat tanah andik - C-Organik 6% - Warna gelap (value dan kroma 2 atau
kurang pada kondisi lembab)
Folistik : - selalu jenuh air < 30 hari kumulatif dalam satu
tahun normal - Horizon organik - Kandungan C-Organik : 16% apabila mengandung
60% liat, atau 8% apabila tidak mengandung liat, atau ditambah (persentase liat dibagi 7,5)%, apabila mengandung liat > 60%.
2. Endopedon Endopedon merupakan horizon bawah permukaan. Klasifikasi endopedon menurut SOIL TAXONOMY, 1999: Kambik :
- Struktur granuler, gumpal atau tiang, bercampur dengan yang masih memperlihatkan struktur buatan induk,
- Mengandung mineral terlapukkan, termasuk alofan atau kaca volkan (vitrik) (cambiare = menukar)
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
28
- KPK diatas 16me% - Belum ada iluviasi liat, seskuioksida &B.O, - Tidak tampak selaput liat pada gumpalan/butir
tanah, - Memiliki tekstur dari pasir, atau lebih halus lagi.
Agrik : - Horison Iluvial - akumulasi debu, liat dan humus secara nyata di
bawah lapisan olah ≤ 15% vol tanah - Albik : - liat & oksida besi telah tercuci sehingga
meninggalkan pasir dan debu, - warna muda ; value ≥ 4 (lembab) atau ≥ 5 (kering)
→ albus = albino, - biasanya dibawah horizon spodik atau argilik.
Argilik : - Horison iluviasi liat (Bt), Berselaput liat pada
permukaan agregat tanah. Kalsik :
- Mengandung CaCO3 15% dan tebal lebih dari
15cm, - horizon iluvial.
Natrik : Seperti argilik, tetapi : - Berstruktur prismatic dan tiang, - BNa tertukar ≥ 15%, - pH > 8,5.
Oksik : - Penggumpalan besi oksida dan/atau Al oksida
terhidrat, - Tebal 30 cm dan mengandung 15% liat, - Liat kaolinit (kisi 1:1) (oksik : oksida), - Tidak memiliki sifat horizon argilik.
Spodik : - Berhorizon (iluviasi = B) dengan penggumpalan
humus seskuiosida,
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
29
- Tersusun dari bahan spoik (85%). Kandik : Seperti argilik, tetapi :
- KTK efektif < 16me/100gram liat, - Ketebalan minimum 18cm, - Tekstur pasir sangat halus atau yang lebih halus
lagi. Gipsik :
- Horison iluviasi dari senyawa gypsum, - ketebalan minimal 15 cm, - tidak ditemukannya sementasi, - mengandung CaSO4 tinggi.
Sombrik : - Berwarna gelap, - Terbentuk karena iluviasi humus tanpa Al dan Na, - KB dan KTK rendah.
Salik : Horison yang banyak mengandung garam mudah larut, tebal 15 cm.
- Placik : - Horison tipis (2-10mm), - Warna hitam sampai merah gelap, - Keras, tersementasi dengan Fe, MN dan BO.
Petrokalsik : - Horison iluviasi karbonat atau kalium karbonat, - Pemadasan senyawa karbonat.
Petrogipsik : - Horison iluviasi bahan gypsum, - Pemadasan senyawa gypsum.
Glosik : - Degradasi horizon argilik, kandik atau natrik, dan
memiliki ketebalan 5 cm dengan karateristik Sebagian bahan penyusun 15-85% hasil eluviasi bahan albik, Sebagian bahan penyusun hasil iluviasi horizon argilik, kandik atau natrik.
Das
ar-d
asar
Ilm
u T
anah
30
3. Ordo
Klasifikasi Ordo menurut SOIL TAXONOMY, 1999 :
a. Histosol : Kandungan bahan organik lebih dari 30% dan tebalnya lebih dari 40 cm.
b. Andisol : Tanah lain yang mempunyai lapisan dengan sifat andik setebal 35 cm atau lebih pada kedalaman kurang dari 60 cm.
c. Spodosol : Tanah lain yang memiliki horizon spodik pada kedalaman
d. kurang dari 2m. e. Oxisol : Tanah lain yang memiliki horizon oksik
pada kedalaman kurang dari 1,5m dan tidak memilaiki horizon argilik.
f. Vertisol : Tanah lain yang memiliki kandungan liat lebih dari 30% dari semua horizon, bila kering pecah-pecah sampai kedalaman 50 cm, strukturnya mebaji.
g. Aridisol : Tanah lain yang kering lebih dari 6 bulan setiap tahun dan tidak mempunyai epipedon molik.
h. Ultisol : Tanah lain yang memiliki horizon argilik dengan KB (pH 8,2) kurang dari 34% pada kedalaman 1,8 dari permukaan.
i. Mollisol : Tanah lain yang mempunyai epipedon molik dan KB (pH 7) seluruh bagian solum tanah lebih dari 50%.
j. Alfisol : Tanah lain yang mempunyai horizon argilik dengan KB (pH 8,2) lebih dari 35% pada kedalaman 1,8 dari permukaan.
k. Inceptisol : Tanah lain yang mempunyai epipedon umbrik, mollik atau plagen atau mempunyai horizon kambik.
l. Entisol : Tanah lain (yang mempunyai epipedon ocrikatau histik, atau horizon albik tetapi tidak punya horizon penciri lain).