Padi Mayas_Biodiversitas_S2_Awari Susanti
-
Upload
awarisusanti -
Category
Documents
-
view
308 -
download
16
Transcript of Padi Mayas_Biodiversitas_S2_Awari Susanti
MAKALAH
PELESTARIAN PADI MAYAS KALTIM DI TINJAU DARI
KEANEKARAGAMAN HAYATI
OLEH
AWARI SUSANTI
BP: 1320422015
PROGRAM PASCASARJANA BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG,2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu jenis dari marga Oryza, yang
termasuk kedalam suku Poaceae (Gramineae). Padi merupakan sumber
makanan pokok hampir 40% dari populasi penduduk dunia dan makanan
utama dari penduduk Asia Tenggara (Grubben dan Partohardjono, 1996).
Pada akhir tahun 1960-an, usaha pertanian padi di beberapa negara
kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia banyak mengalami perubahan
akibat introduksi varietas padi unggul (High Yielding Rice Varieties = HYVs),
yang merupakan salah satu program dari Revolusi Hijau. Selain memberikan
dampak positif, Revolusi Hijau juga memberikan dampak negatif, diantaranya
menimbulkan kesenjangan ekonomi yang makin besar antara petani miskin
dan petani kaya, (Iskandar, 2001).
Salah satu varietas padi yang memiliki rasa yang enak dan aroma yang
wangi adalah padi mayas. Padi mayas merupakan padi endemik di daerah
Kalimantan Timur. Permasalahan yang baru-baru ini timbul adalah mengenai
penurunan kualitas padi mayas. Penurunan kualitas ini menyebabkan tidak
banyak petani yang mengusahakan agribisnis padi mayas karena berdampak
pada penurunan nilai jualnya. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan
kualitas ini adalah cara budidaya yang tidak tepat, karena sekarang petani
menyandingkan penanaman padi mayas dengan padi jenis lain pada lahan
yang sama. Seperti yang kita ketahui padi mayas adalah padi pergunungan,
otomatis kebutuhan airnya sedikit, cukup dari hujan dengan kelembaban yang
tetap terjaga. Jika padi mayas disandingkan dengan varietas lain pada lahan
yang sama maka akan menyebabkan tidak optimalnya pertumbuhah karena
kebutuhan tiap vearietas berbeda-beda. Selain faktor perbedaan kebutuhan air,
cara budidaya dengan menyandingkan dua jenis vaerietas yang berbeda akan
menyebabkan perebutan unsur hara dalam tanah. Faktor selanjutnya yang
menyebabkan penurunan kualitas adalah pergeseran genetik, sesuai dengan
pendapat Eddy Heflin kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Holtikultura Kaltim (2011).
Perubahan genetika ini disebabkan Padi Mayas yang ditanam petani
berdekatan dengan padi jenis lain, sehingga terjadi perkawinan silang tanpa
sengaja atau percampuran genetika yang berakibat rasa beras tidak sama lagi
dengan Mayas yang dikonsumsi puluhan tahun silam. Sekitar 30 tahun lalu
rasa Mayas sangat pulen, wangi dan teksturnya berbeda dengan Mayas yang
sekarang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas pada padi mayas?
2. Bagai mana metode dalam pelestarian padi mayas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas
padi mayas.
2. Untuk mengetahui metode pelestarian padi mayas.
1.4 Metode
Adapun metode yang digunakan yaitu studi pustaka beberapa literatur tentang
budidaya padi mayas yang tepat untuk mengoptimalkan produksi dengan
kualitas yang tetap terjaga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Padi
Padi (Oryza sativa L) termasuk dalam family gramineae, tumbuhan padi
digolongkan atas dua bagian yaitu golongan indica, yang pada umumnya
terdapat di negara-negara yang beriklim tropis, seperti Indonesia. Golongan
japanica pada umumnya terdapat di negara-negara luar daerah tropis seperti
jepang. (Hendra 2000). Adapun padi yang tumbuh pada iklim tropis salah
satunya yaitu padi mayas, padi Mayas adalah jenis padi asli Kaltim yang
merupakan padi gunung dan telah ditanam petani sejak ratusan tahun silam,
dan belakangan berubah rasa akibat sering ditanam bersama jenis padi lain.
(Anonim). Padi mayas merupkan kultivar dari padi gogo yang merupakan
padi yang dapat tumbuh pada daerah yang kering dan hanya mengharabkan
hujan untuk pertumbuhannya.
2.2 Faktor Penyebab Padi Memiliki Aroma Yang Wangi dan Pulen.
Padi aromatik adalah padi popular bermutu tinggi dengan aroma yang khas,
Aroma wangi beras disebabkan oleh komponen aktif 2-acetyl-1-pyroline (2-
AP) yang di temukan pada organ vegetatif tanaman padi. Yosihasi dalam
Riskiany (2013). 2-AP yang di temukan pada padi jumlahnya sangat tinggi,
hal ini di sebabkan karena adanya senyawa Putresin yang di temukan dalam
jumlah tinggi pada jaringan tumbuhan yang aktif membelah, kemudian
senyawa putresin di pecah menjadi GABald oleh enzim diamina oksidase
(DO) selama proses pembntukan lingnin pada dinding sel. GABald cendrung
terjadi pada jaringan muda, yang secara aktif membelah.
Konsentrasi senyawa 2-AP berkorelasi positif dengan intensitas aroma
wangi senyawa 2-AP terbentuk di bagian arial tanaman pada pase
pertumbuhannya, pembentukan senywa 2-AP membutuhkan asam amino L-
proline yang terakumulasi. Gen yang mengatur senyawa 2-AP terletak pada
kromosom 8 (Lorieax, et, al., 1998) padi yang di tanam dilahan kering
memiliki kandungan senyawa 2-AP lebih tinggi dibandingkan dengan
senyawa 2-AP lebih tinggi di bandingkan dengan yang ditanam dilahan
basah. (Yoshihasi, 2000). Untuk penelitian biosisntesis 2-AP masih sedikit
dilakuakan tapi senyawa pada 2-AP sudah diketahui, yaitu asam amino yang
mengandung proline, asam glutamate, dan ornitin. Untuk senyawa volatil
masih dipertanyakan.
Selain dipengaruhi oleh gen, padi aromatik juga dipengaruhi oleh
ketinggin lokasi, tekstur tanah yang remah, dimana tanah pegunungan kaya
akan bahan organik dibandingkan tanah di dataran rendah, hara tanah yang
terdapat senyawa volatil. Untuk senyawa volatil belum diketahui secara pasti.
Kasbiantoro dan Elsera T, Jumali (2014). Ketinggian tempat di penggaruhi
oleh iklim terutama curah hujan dan suhu. Curah hujan berpengaruh posotif
pada perkebagan tumbuhan, sedangkan suhu berpengaruh negatif pada
pertumbuhan padi dengan suhu siang 250C malam 200C jika suhu rendah
maka aroma pada padi akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya jika suhu
tinggi maka aroma akan berkurang, karena pada padi terdapat 2-AP yang
didalamnya terdapat alkohol yang dapat melakukan pengupan.
2.3 Karakteristik dan Syarat Tumbuh Padi Mayas.
Padi mayas merupakan padi yang di tanam pada lahan kering, kelembaban
tanah sebagai sumber pertumbuhan di peroleh dari hujan. Menurut Hendra,
(2000). Padi mayas mempunyai tinggi tanaman sekitar 36 cm. Jumlah daun
perumpun lebih sedikit, Iklim sangat menetukan kehidupan tanaman,
termasuk pertumbuhan tanaman, ketinggian tempat yang diperlukan untuk
pertumbuhan padi mayas yang merupakan kultivar padi gogo yang baik
adalah 0-1500 m dpl. Ketinggian tempat ini berkaitan dengan suhu udara
sehingga untuk pertumbuhan padi yang baik adalah pada suhu 15-250 C.
Curah hujan yang diperlukan adalah 60-1200 mm/tahun. Padi mayas yang
merupakan kultivar dari padi gogo tumbuh pada tanah yang subur dan
gembur meskipun tampa pengairan. Tanah yang cocok untuk padi mayas
adalah tanah alluvial (endapan), ultisol, (tanah merah). Padi mayas
merupakan padi yang tahan terhadap penyakit blas dan toleran terhadap
kekeringan dan PH rendah 5,5-8,0 (asam) (Hendra, 2000). Kondisi tanah pada
padi mayas memiliki kadar mineral 45%, organik 5 %, air 25%, udara pada
lapisan tanah 0-30 cm.
2.4 Simbiosis Jamur
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh simanungkalit (1987)
Simbiosis jamur Mikoriza Arbuskular (MA) terhadap pertumbuhan padi
gunung yang salah satunya merupakan padi mayas yang kultivar dari padi
gogo telah dilaporkan. Pada tanah dengan PH 7.2 pospor yang tersedia 19,5
ppm, inokulasi dapat meningkatkan bobot gabah dan serapan hara,
mendapatkan kenaikan bobot kering (BK) Gabah, BK jerami, dan jumlah
malai.
Konsentrasi P gabah, jerami padi yang ditanam pada tanah dengan
PH 5.0 dan P-yang tersedia (Oslen) 1.8 ppm karena inokulasi dengan glomus
faciculatum dan glomus sp. Hasil inokulasi dari padi gunung dengan jamur
MA pada tanah masam merah kuning (ultisol). (PH 4,2 P-tersedia 2.2 ppm,
Al-dd 19.7 m 100 g tanah -1) menunjukkan adanya pengaruh interaksi
pemberian pupuk P dan inokulasi jamur terhadap hasil jumlah malai, jumlah
gabah dan kadar P tanaman. ( Burbey dan simanungkalit, 1991).
Dalam percobaan inokulasi MA pada tanah tidak steril memperoleh
kenaikan hasil tetinggi yang besar (221 %) tampa pemberian pupuk.
Sedangkan pemberian pupuk P kenaikan hasil sangat sedikit (9%) sedikitnya
kenaikan hasil ini berhubungan dengan penurunan kolonisasi jamur sebagai
akibat pemberian pupuk TSP (Azcon dan Ocampa, 1981) mengemukakan
adanya pebedaan tanggap berbagai varietas padi terhadap inokulasi jamur.
Nurbaity (2000) Mendapatkan bahwa MA dapat menekan kadar Cu pada
tanaman padi gogo yang di tanam pada tanah yang bersal dari area tailing.
Mekanisme kemampuan tanaman padi bermikoriza untuk mengakumulasi
logam berat pada akar, sehingga mencegah translokasi pada batang belum
jelas, untuk pemberian pupuk Organik yang berlebihan pada tanaman padi
gogo yang bermikoriza dapat menurunkan produksi dari padi gogo.
2.5 Anatomi Daun Padi Mayas.
Pada padi terdapat Sel Kipas (bulliform cell) yang merupakan alat tambahan
pada epidermis bagian atas yang berfungsi sebagai penyimpanan air,
menggulung daun dan mengurangi penguapan pada padi yang hidup di area
pegunungan atau tanah kering. Di duga pada padi mayas yang merupakan
padi gunung juga memiliki bulliform cell yang berfungsi untuk mengurangi
penguapan. Pada padi mayas terdapat stomata pada permukaan daun dan
bawah daun dengan jumlah stomata yang sedikit, sehingga mudah untuk
melakukan penggulungan daun untuk menguragi penguapan. Hal ini
merupakan salah satu faktor tumbuh padi mayas yang mampu tumbuh pada
tanah yang kering.
BAB III
ANALISA
4.1 Padi Mayas
Padi Mayas merupakan padi lokal dari kalimantan timur, yang memiliki rasa
yang enak, wangi dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi namun dengan
adanya penurunan kualitas dari padi mayas yang di sebabkan oleh cara
budidaya yang tidak tepat. Berkurangnya kualiatas dari padi mayas
disebabkan adanya pemberian pupuk organik yang berlebihan, sehingga dapat
menguragi jamur MA yang terdapat pada padi mayas yang befungsi untuk
menyimpan dan mengambil zat hara. Untuk itu perlu dilakuakan budi daya
yang tepat.
Pada padi mayas terdapat 2-AP yang meyebabkan padi mayas
memiliki aroma yang wangi, hal ini di sebabkan karena adanya senyawa
putserin yang dipecah menjadi GABald, dimana 2-AP ini terbentuk pada
kromosom 8 yang di proses pada dinding sel atau jaringan muda yang secara
aktif membela yang menyebabkan aroma pada padi. Pada padi ini selain gen,
dipengaruhi oleh ketinggian, karena pada ketinggian memikiki bahan organik
yang tinggi. Suhu juga mempengaruhi pada aroma yang di timbulkan oleh
padi, karena pada padi terdapat 2-AP yang memiliki kandungan alkohol yang
mudah menguap, untuk itu suhu yang di harabkan untuk padi ini yaitu pada
suhu siang 250C malam 200C.
Adapun cara mempertahankan padi mayas yang memiliki aroma dan
tumbuh pada tanah yang kering perlu dilakukan budi daya yang benar. cara
budidaya padi mayas yang seharusnya, sekarang tidak diperhatikan lagi oleh
petani karena adanya kecendrungan petani dalam membudidayakan varietas-
varietas padi baru yang memiliki produksi yang tinggi dan pemeliharaan yang
simple. Hal ini menyebabkan produksi padi mayas menurun dan kualitasnya
tidak optimal karena merosotnya jumlah petani yang mengusahakan
agribisnis padi ini.
Salah satu cara untuk menghidupkan agribisnis padi mayas ini adalah
dengan mencari solusi agar padi yang menjadi khas Kaltim ini kembali hidup
yaitu dengan mengaplikasikan cara budidaya yang tepat dan sesuai dengan
ketentuan, baik itu dari segi teknik pemilihan benih, penanaman dan
pemeliharaan. Tahap pemeliharaan merupakan tahap penentu untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Selain pemeliharaan cara penanaman juga
harus diperhatikan, diharapkan untuk tidak menanam padi mayas bersamaan
dengan padi jenis lain pada satu lahan dengan perlakuan yang sama karena
dapat menyebabkan berkurangnya mikoriza yang terdapat pada padi mayas
disebabkan oleh pemberian pupuk yang berlebihan. MA merupakan salah
satu faktor pertumbuhan padi mayas, dan yang paling penting harus di
ketahui yaitu padi mayas merupakan padi yang tumbuh pada tanah kering hal
ini di sebabkan adanya simbiosis antara padi mayas dengan jamur mikoroza
dimana jamur MA ini memiliki struktur hifa yang menjalar kedalam tanah,
hifa ini meluas di dalam tanah melapaui jauh jarak yang dapat di capai oleh
rambut akar, fospat disekitar rambut akar yang sudah terkuras dapat
membantu menyerap fospat di tempat-tempat yang tidak dapat di jangkau
oleh rambut akar. Hifa dalam tanah mengabropsi P dan mengangkut ke akar-
akar yang dikolonisasi dimana P di transfer ke inang bermikoriza singga
dapat menigkatkan volume tanah yang dapat di jangkau oleh akar sehingga
padi mayas dapat tumbuh pada tanah yang kering. Untuk itu perlu
diperhatikan cara dan budidaya dari padi mayas tersebut, dimana penanaman
dilakukan saat musim hujan karena pada awal pertumbuhan padi mayas
memerlukan air dan kelembaban yang cukup, dan hindari penanaman dengan
padi jenis lain, karena kebutuhannya berbeda maka pertumbuhan satu sama
lain akan terganggu yang bisa disebabkan oleh faktor lain seperti perebutan
unsur hara dalam tanah.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari literatur dan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa
tanaman tumbuh tidak terlepas dari faktor abiotik, dimana faktor
abiotik memiliki dampak positif dan negatif dalam perkembangan
tumbuhan, serta merupakan komponen utama dalam pertumbuhan
tanaman.
2. Agar plasma nutfah dapat dipertahankan, pengelolaan plasma nutfah
harus didukung oleh sarana dan prasarana yang sesuai dan cukup.
Dengan melakukan penanaman yang seragam dapat mempertahankan
keaslian dari padi lokal yang endemik di sutu wilayah. Hindari
penggunaan pupuk dan pemeliharaan dengan perlakukann secara
berlebihan agar mendapatkan hasil yang optimal, jika pemberikan
pupuk berlebihan maka dapat menguragi MA yang bersimbiosis
dengan akar padi yang menyebabkan berkurangnya kesuburan dan
produksi padi. Untuk itu perlu dilakukan budidaya yang tepat agar padi
dapat tumbuh dengan baik dan dapat dipertahankan keasliannya yang
menjadi endemik di suatu daerah.
5.2 Saran
1. Dalam mempermudah akses terhadap data tanaman padi perlu lebih
dilengkapi agar pemanfaatan plasma nutfah padi dapat digunakan lebih
luas, para pengguna terutama peneliti Balai Penelitian Tanaman Padi
agar dapat menyimpan beberapa benih dari varietas padi lokal.
2. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh senyawa Volatil
pada hara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Nasib Beras Tradisional Kalimatan Timur. http://www.republika.co.id/, Diakses pada tanggal, 23 mei 2011
Hendra,D. 2000. [Skripsi] Study Identifikasi dan Viabilitas Benih 19 Genotipe Padi Lahan kering (gogo) Lokal Asal Kalimantan Timur.
Haryanto, 2008. Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Padi Gogo Aromatik.
Kastanja, A.Y. 2011. Kajian Penerapan Teknik Budidaya Padi Gogo Varietas Lokal Jurnal Agroforesti Volume VI Nomor 2.
Kasbiantoro dan Elsera T. Jumali, 2014. Karaklteristik Flavor Beras Varietas Padi Aromatik Dari Ketinggian Lokasi Yang Berbeda. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang, Jawa Barat.
Nurbaity,A.Y. et.al , 2000. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Pupuk Organik Terhadap Kadar Cu Dalam Tanaman Padi Gogo di Areal Tailing. hml 269-275.
Riskiany, N.H, 2014. Identifikasi Karakter Aromatik Berdasarkan PCR Dan Organoleptik BC3F2 Ciherang X Mentikwangi. [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Yosihasi,T. 2000. Simple and Rapid DNA Exstraction From Milled Rice and Aplication Thai Aromatic Rice, (Oryza Sativa) Variety Khoo Dowk Mali 105 JIR. AS. 8: 41-47.