p-ISSN 2086-3748

14
p-ISSN 2086-3748 Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT) Volume 8 Nomor 2, November 2017 19 PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS PERSEDIAAN, INTENSITAS ASET TETAP, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK Dhian Andanarini Minar Savitri Ita Nur Rahmawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Totalwin Semarang ABSTRACT This study analyzes the factors that affect tax aggressiveness by comparing NPM companies with NPM industry. The sample used in this study is a manufacturing company listed on the BEI 2010-2015. Testing is done by logistic regression. The results showed that leverage, inventory intensity, and fixed asset intensity had no effect on tax aggressiveness. While profitability have a positive effect on tax aggressiveness. Keywords: leverage, inventory intensity, fixed asset intensity, profitability, tax aggressiveness NPM company, NPM industry PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sektor pendapatan negara Republik Indonesia salah satunya berasal dari pajak. Bagi Indonesia, penerimaan negara yang berasal dari pajak masih menjadi yang terbesar yaitu sekitar 70% dari total penerimaan pemerintah. Pajak merupakan peralihan kekayaan rakyat kepada pemerintah guna memenuhi kebutuhan negara yaitu membiayai pengeluaran rumah tangga negara demi kepentingan dan kemakmuran masyarakat umum serta tidak menerima imbalandari pemerintah, Resmi (2013). Menurut Zain (2005), pembebanan pajak diberikan oleh pemerintah kepada wajib pajak sebagai partisipasi wajib pajak untuk meningkatkan laju pertumbuhan pembangunan negara. Pajak yang dibayar oleh wajib pajak bukanlah sebagai iuran sukarela tetapi sebuah tarikan hasil kekayaan masyarakat secara paksaan sehingga dalam membayar pajak, wajib pajak harus bisa mengikuti peraturan perpajakan yang berlaku (Adisamartha dan Noviari, 2015). Berdasarkan data anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN),Realisasi pendapatan negara tahun anggaran 2015 tercatat mencapai Rp1.491,5 triliun, atau mencapai 84,7 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN- P) 2015 yang sebesar Rp1.761,6 triliun. Dari total realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp1.235,8 triliun, atau 83 persen dari target APBN-P 2015 yang sebesar Rp1.489,3 triliun. Begitu besarnya penerimaan pajak dalam APBN memungkinkan segala kegiatan pemerintahan dapat berjalan terus. Berdasarkan data penerimaan pajak tersebut,

Transcript of p-ISSN 2086-3748

Page 1: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 19

PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS PERSEDIAAN, INTENSITAS ASET TETAP, DAN PROFITABILITAS

TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

Dhian Andanarini Minar Savitri

Ita Nur Rahmawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Totalwin Semarang

ABSTRACT This study analyzes the factors that affect tax aggressiveness by

comparing NPM companies with NPM industry. The sample used in this study is a manufacturing company listed on the BEI 2010-2015. Testing is done by logistic regression. The results showed that leverage, inventory intensity, and fixed asset intensity had no effect on tax aggressiveness. While profitability have a positive effect on tax aggressiveness.

Keywords: leverage, inventory intensity, fixed asset intensity, profitability,

tax aggressiveness NPM company, NPM industry PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Sektor pendapatan negara Republik Indonesia salah satunya berasal dari pajak. Bagi Indonesia, penerimaan negara yang berasal dari pajak masih menjadi yang terbesar yaitu sekitar 70% dari total penerimaan pemerintah. Pajak merupakan peralihan kekayaan rakyat kepada pemerintah guna memenuhi kebutuhan negara yaitu membiayai pengeluaran rumah tangga negara demi kepentingan dan kemakmuran masyarakat umum serta tidak menerima imbalandari pemerintah, Resmi (2013). Menurut Zain (2005), pembebanan pajak diberikan oleh pemerintah kepada wajib pajak sebagai partisipasi wajib pajak untuk meningkatkan laju pertumbuhan pembangunan negara. Pajak yang dibayar oleh wajib pajak bukanlah sebagai iuran sukarela tetapi sebuah tarikan hasil kekayaan

masyarakat secara paksaan sehingga dalam membayar pajak, wajib pajak harus bisa mengikuti peraturan perpajakan yang berlaku (Adisamartha dan Noviari, 2015).

Berdasarkan data anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN),Realisasi pendapatan negara tahun anggaran 2015 tercatat mencapai Rp1.491,5 triliun, atau mencapai 84,7 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 yang sebesar Rp1.761,6 triliun. Dari total realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp1.235,8 triliun, atau 83 persen dari target APBN-P 2015 yang sebesar Rp1.489,3 triliun. Begitu besarnya penerimaan pajak dalam APBN memungkinkan segala kegiatan pemerintahan dapat berjalan terus. Berdasarkan data penerimaan pajak tersebut,

Page 2: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 20

menggambarkan bahwa kontribusi pajak bagi negara sangat besar (Kemenkeu, 2016).

Perusahaanyang memiliki orientasi pada laba memiliki kemungkinan untuk selalu memaksimalkan laba dan menurunkan semua biaya-biaya termasuk menurunkan beban pajak bahkan menghilangkan kewajiban pajak. Wajib pajak sering memanfaatkan kelemahan pemeritah dalam melakukan kecurangan pajak. Kurangnya perhatian khusus dari pemerintah atas kebijakan- kebijakan pemungutan pajak dapat dijadikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan kecurangan pajak. Salah satu peluang yang dilakukan oleh wajib pajak melalui penghindaran pajak (tax avoidance), perencanaan pajak (tax planning) dan agresivitas pajak.

Leverage merupakan rasio yang menandakan besarnya modal eksternal yang digunakan perusahaan sebagai biaya operasional perusahaan. Leverage dihitung dengan menandakan seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan berasal dari modal pinjaman perusahaan, atau bisa juga disebut berapa banyaknya utang yang dimiliki perusahaan tersebut. Apabila perusahaan memliki dana pinjaman yang tinggi, maka kewajiban utang yang harus dibayar perusahaan tersebut kepada kreditur semakin besar. Beban bunga pinjaman perusahaan akan mengurangi laba, dengan berkurangnya laba maka dengan sendirinya jumlah pembayaran pajak berkurang, Adisamartha dan Noviari (2015). Pendapat ini sesuai dengan Purwanto (2014), yangmenyatakan bahwa perusahaan manufaktur memanfaatkan utang untuk

melakukan agresivitas pajak. Kaitannya dengan pajak karena bunga ditetapkan sebagai beban yang dapat mengurangi pajak.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Purwanto (2015) menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak. Penelitian Purwanto (2015) ini didukung oleh penelitian Fadli (2016) dan penelitian Dharma dan Ardian (2016). Berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2015) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Sedangkan penelitian Adisamartha dan Noviari (2015) mengenai pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak adalah bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pradipta dan Supriyadi (2015), Fikriyah (2013) dan Darmadi (2013).

Intensitas persediaan perusahaan yang tinggi akan menimbulkan tambahan beban bagi perusahaan itu. Tingginya persediaan suatu perusahaan timbul akibat adanya biaya persediaan. Biaya tersebut meliputi biaya beban, biaya produksi, biaya tenaga kerja biaya penyimpanan, biaya administrasi dan umum, serta biaya penjualan. Semua biaya–biaya diakui sebagai biaya beban yang akan mengurangi laba bersih perusahaan sehingga memperkecil pembayaran pajak, Adisamartha dan Noviari (2015). Noor et al(2010) menemukan bahwa intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif. Jumlah pemabayaran pajak sebuah perusahaan meningkat apabila tidak

Page 3: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 21

ada faktor pengurangan pajak pada perusahaan tersebut. Semakin besar biaya persediaan suatu perusahaan maka akan mengakibatkan berkurangnya laba perushaan. Jika jumlah laba perusahaan mengecil akan mengakibatkan menurunnya jumlah pembayaran pajak perusahaan, (Imelia, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana (2015) menyatakan bahwa intensitas persediaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Septi (2015). Hasil penelitian Adisamartha dan Noviari (2015) mengenai pengaruh intensitas persediaan terhadap agresivitas pajak menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu bahwa intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2013).

Intensitas aset tetap merupakan perbandingan intensitas kepemilikan aset tetap seuatu perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Kepemilikan aset tetap yang tinggi akan menghasilkan beban depresiasi yang tinggi pula, hal ini mengakibatkan berkurangnya laba perusahaan. Sehingga tingginya jumlah asetperusahaan akan meningkatkan agresivitas pajak yang diakibatkan oleh tingginya biaya depresiasi yang melekat pada aset tersebut,Adisamartha dan Noviari (2015). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Noor et al (2010) menyatakan perusahaan yang memiliki proporsi aset tetap yang tinggi akan membayar pajak yang rendah. Karena perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari biaya

depresiasi yang melekat pada aset. Menurut Brocher et al (2017) pajak perusahaan dipengaruhi oleh aset tetap karena adanya beban derpresiasi yang melekat pada aset yang menyebabkan timbulnya beban depresiasi atas aset tetap yang akan mengurangi pembayaran pajak (Imelia, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2013) menyatakan bahwa intensitas asset tetap berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini didukung oleh Dharma dan Ardiana (2016). Hasil penelitian Adisamartha dan Noviari (2015)mengenai pengaruh intensitas aset tetap terhadap agresivitas pajak menunjukkan hasil yang berbeda yaitu bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2015).

Munawir (2002) menyatakan Profitabitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengolola aset untuk bisa menghasilkan laba yang besar. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan selalu memenuhi kewajiban termasuk membayar pajak. Sedangkan perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah diprediksi kurang taat dalam membayar kewajiban termasuk kurang taat dalam membayar pajak. semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin rendah tingkah agresivitas pajak yang dimiliki perusahaan tersebut, (Fikriyah, 2013).

Hasil penelitian Hayu (2015), menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap agresifitas pajak. Penelitian ini didukung oleh Rinaldi (2015).

Page 4: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 22

Sedangkan hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Siregar dan Widyawati (2016), yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fikriyah (2013), Darmadi (2013), dan Emilia (2015). Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah leverage berpengaruh

negative terhadap Agresivitas Pajak ?

2. Apakah intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap Agresivitas Pajak ?

3. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap Agresivitas Pajak ?

4. Apakah Profitabilitas berpengaruh negative terhadap Agresivitas Pajak ?

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis

pengaruh leverage terhadap Agresivitas Pajak.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh intensitas persediaan terhadap Agresivitas.

3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh intensitas aset tetap terhadap Agresivitas Pajak.

4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap Agresivitas Pajak.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian mengenai beberapa factor-faktor yang mempengaruhi

Agresivitas Pajak adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai pengembangan teori dalam menghadapi permasalahan perpajakan di Indonesia.

b. Sebagai bahan penelitian serta kajian tentang agresivitas wajib pajak.

2. Manfaat Praktis Memberikan solusi atau

pemecahan masalah yang dihadapi oleh lembaga pemerintahan yang melakukan pemungutan pajak serta memberikan saran yang sesuai. TELAAH PUSTAKA Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling (1976), pengertian teori agensi (Agency Theory) menyatakan bahwa antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan memiliki kepentingan berbeda. Perusahaan yang memisahkan pemilik (principal) dengan fungsi pengelolaan (agent) akan sering mengalami masalah keagenan. Perancangan sistem kerja yang melibatkan dua belah pihak merupakan perancangan yang melibatkan kinerja antar agent, sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Kesepakatan kerja tersebut diharapkan dapat memuaskan principal atas hasil kerja yang dilakukan manajemen (agent).

Dalam hal agresivitas pajak, agent memanipulasi laporan keuangan untuk memperkecil pembayaran pajak. Sedangkan principal menginginkan agar agen bekerja sesuai prosedur, (Hartadi, 2009).

Page 5: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 23

Pajak Pajak merupakan beban yang

harus dibayar bagi para wajib pajak.Wajib pajak pribadi maupun badan, dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima. Pajak mengurangi total pendapatan atau laba bersih yang diterima oleh wajib pajak.

Menurut Undang-Undang 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat(1): “pajak adalah suatu kontribusiwajib pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar- besarnya kemakmuran rakyat”. Agresivitas Pajak

Pembayaran pajak perusahaan kepada negara merupakan proses transfer harta kekayaan dari pihak perusahaan khususnya pemilik perusahaan kepada negara, sehingga pembayaran pajak perusahaan bisa dikatakan merupakan biaya pajak dari perusahaan dan pemilik perusahaan atas penghasilan kena pajak. Perusahaan diduga melakukan manajemen laba yang tujuannya memperkecil pembayaran pajak dengan melakukan agresivitas pajak guna mempertahankan jumlah laba yang tinggi,(Sari etal, 2016).Frank, dk (2009) menyatakan berbagai tindakan yang dilakukan perusahaan dalam melakukan agresivitas pajak antara lain melalui tindakan perencanaan pajak (tax planning), baik secara legal yang dilakukan dengan penghindaran pajak (tax avoidance) maupun secara ilegal melalui penggelapan pajak (tax evasion). Alasan perusahaan dalam

melakukan agresivitas pajak adalah karena bagi perusahaan pajak merupakan tambahan beban yang dapat mengurangi laba perusahaan (Fadli , 2016).

Hilaing (2012), mendefinisikan agresivitas pajak sebagai kegiatan perencanaan pajak bagi setiap perusahaan yang terlibat dalam usaha mengurangi atau memperkecil pajak. Agresivitas pajak merupakan bagian dari manajemen pajak dalam hal perencanaan pajak. Jika dikaitkan dengan penghindaran pajak dan penggelapan pajak, agresivitas pajak lebih mengarah pada penghindaran pajak yang termasuk dalam tindakan legal dalam upaya untuk mengurangi pembayaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. NPM (Net Profit Margin)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih (net profit) penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh pengeluaran termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan bersih. Semakin tinggi NPM menunjukan semakin baik operasi suatu perusahaan. NPM diproksi untuk mengukur laba yang berkaitan dengan penjualan yang dihasilkan.

NPM diproksi mampu mengukur tingkat agresivitas pajak. Dengan membandingkan NPM perusahaan dengan NPM industri dapat diketahui seberapa besar tingkat agresivitas yang dilakukan perusahaan. Apabila NPM perusahaan berada dibawah NPM industri maka akan terdapat indikasi perusahaan tersebut melakukan kecurangan pajak. Dengan membandingkan kedua NPM tersebut dapat diketahui tingkat

Page 6: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 24

agresivitas pajak, (Adisamartha dan Noviari, 2015). Leverage

Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset perusahaan. Perusahaan yang menggunakan hutang akan menanggung adanya bunga yang harus dibayar. Bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat mengurangi (deductible expense) penghasilan kena pajak. Beban bunga yang bersifat deductible akan menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang.

Laba kena pajak yang berkurang padaakhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan.Leveragedapat dihitung dengan menggunakan total hutang dibagi dengan total aset. Penggunaan proksi tersebut dikarenakan hutang yang dilakukan perusahaan untuk tujuan usaha atau lainnya bukan hanya terdiri dari hutang jangka panjang saja, tapi juga hutang jangka pendek,(Kuriah dan Asyik, 2016). Intensitas Persediaan

Intensitas persediaan adalah bagian dari capital intensity ratio yang merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan investasi persediaan, Ardyansah (2014). Dalam SAK- ETAP yang diatur oleh IAI, persediaan merupakan aset yang dijual dalam kegiatan usaha normal atau dalam proses produksi untuk kemudian dijual, dan bahkan dalam bentuk bahan pelengkap dan produksi atau digunakan dalam pembelian kerja.

Jika sumberdaya dalam sebuah perusahaan dapat melakukan manajemen pajak maka dalam hal ini perusahaan akan mencari cara untuk dapat mengefisiensikan beban kena pajak seperti memanfaatkan PSAK NO 14 persediaan yang meningkat dan diakui sebagai beban serta mengurangi laba. Sehingga diharapkan pajak yang dikenakan kepada perusahaan akan rendah, dengan begitu perusahaan dapat dikatakan akan melakukan manajemen pajak (Lestari, 2015).

Intensitas Aset Tetap

Aset merupakan kekayaan yang mempunyai manfaat ekonomi berupa benda berwujud maupun benda yang tak berwujud. Aset juga dapat menggambarkan ukuran perusahaan karena jumlah aset yang dimilki perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan. Aset pada perusahaan dibagi menjadi dua yaitu aset lancar dan aset tetap. Aset lancar (current asset) adalah aset yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai masa manfaat satu tahun dalam siklus kegiatan perusahaan normal, sedangkan aset tetap (fixed asset) adalah aset yang dimiliki perusahaan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dalam siklus kegiatan normal.

Definisi aset tetap perusahaan adalah gambaran secara umum jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Intensitas aset tetap perusahaan dapat mengurangi pajak karena adanya depresiasi yang melekat pada aset tersebut. Menurut Blocher (2007) beban depresiasi memiliki pengaruh terhadap pajak yaitu dapat mengurangi beban pajak (Imelia, 2013).

Page 7: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 25

Profitabilitas Profitabilitas merupakan

gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba yang diperoleh dari aset. Profitabilitas diukur dengan menggunakan return on aset (ROA). Semakin tinggi ROA suatu perusahaan berarti semakin baik pengolaan aktiva perushaan itu. ROA digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aset.

Semakin tinggi nilai dari ROA, berarti semakin tinggi laba perusahaan yang berarti semakin tinggi pula profitabilitas perusahaan

tersebut. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan menghasilkan pajak yang tinggi pula, sehingga cenderung untuk melakukan penghindaran pajak(Prakosa, 2014). Kerangka Penelitian Kerangka penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada latar belakang, rumusan masalah, dan telaah pustaka yang telah diuraikan sebelumnya. Kerangka penelitian tersaji dalam gambar berikut

H1(+) H2 (+)

H3 (+) H4 (+) Hipotesis H1 leverage berpengaruh positif

terhadap Agresivitas pajak. H2 Intensitas persediaan

berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak

H3 Intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak

H4 Profitabilitas berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak.

METODE PENELITIAN Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) sejak 2010- 2015 dengan jumlah 143 perusahaan yang terdaftar pada tahun 2015. Sampel Model sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling yang menjadi salah satu dari non random sampling. Tabel 1. Sampel penelitian

Kirteria Sampel Jumlah Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

143

Tidak menyediakan (35)

leverage

Intensitas

persediaan

Intensitas

aset tetap

profitabilitas

Agresivitas

pajak

Page 8: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 26

laporan tahunan periode 2010-2015 dan didelisting selama periode pengumpulan data Perusahaan mengalami rugi fiskal yang menyebabkan distorsi dalam pengukuran penghindaran pajak

(55)

Perusahaan yang menjadi sampel

53

Data yang diolah dalam penelitian (53 x 6 tahun)

318

(sumber: Data diolah, 2017)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 2. Statistik Deskriptif Agresivitas Pajak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

NON_AP 168 52,8 52,8 52,8

AP 150 47,2 47,2 100,0

Total 318 100,0 100,0

Sumber : Data diolah (2017)

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 318 data yang ada, terdapat sebanyak 168 data yang tidak melakukan agresivitas pajak dengan persentase 52,8

persen.Sedangkan yang melakukan agresivitas pajak diketahui sebanyak 150 data dengan persentase 47,2 persen.

Analisis regresi logistik Pengujian kelayakan keseluruhan model (overal fit model test)

Tabel 3.Hasil pengujian 2-Log awal Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant

Step 0 1 439,822 -,113

2 439,822 -,113

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 439,822 c. Estimation terminated at iteration number 2 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Pengurangan nilai antara -2LL awal (intercept only) dengan nilai -2LL padamodel final menunjukan

bahwa model fit dengan data (Ghozali, 2013).

Page 9: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 27

Tabel 4.Hasil Pengujian -2 Log L (akhir) Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant LEV PER FA ROA

Step 1

1 434,152 ,067 -,294 ,014 -,287 -,091

2 431,330 ,219 -,763 ,026 -,310 -,156

3 430,097 ,420 -1,374 ,037 -,307 -,238

4 430,088 ,433 -1,419 ,039 -,318 -,245

5 430,088 ,433 -1,419 ,039 -,318 -,245

a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 439,822 d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Sumber : data diolah (2017)

Pada tabel 3 dan 4 diatas model fit dapat dilihat dari nilai statistik -2 Log Likelihood awal sebesar 439,822setelah ditambah variabel baru maka nilai -2 Log Likelihood terjadi perubahan 430,088. Dengan demikian terjadi penurunan sebesar 9,734 hasil tersebut memberikan kesimpulan bahwa penambahan variabel (leverage, intensitas persediaan, intensitas aset tetap dan profitabilitas) kedalam model, memperbaiki model fit regresi logistik. Tabel 5. Hasil Pengujian -2 Log L

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square

Df Sig.

Step 1

Step 9,734 4 ,045

Block 9,734 4 ,045

Model 9,734 4 ,045

Sumber : data diolah (2017)

Dari tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa selisih -2 LogL untuk model dengan konstanta dan variabel bebas adalah 9,734 dengan signifikan 0,045. Nilai signifikan

0,045 yang kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak, dan penambahan variabel bebas kedalam model memperbaiki model fit. Pengujian Kelayakan (Goodness-of-fit) Uji Hosmer and Lemeshow

Tabel 6. Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square

df Sig.

1 7,243 8 ,511

Sumber : data diolah (2017) Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa nilai dari pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness-of-fit-test untuk nilai chisquare adalah 7,243 dengan probabilitas signifikansi 0,511 yang nilainya lebih dari 0,05. Maka Ho tidak dapat ditolak atau dengan kata lain diterima yang berarti mampu memprediksi nilai observasinya.

Page 10: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 28

Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Variabilitas variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dengan menggunakan nilai nagelkerke’s R Square. hasil perhitungan adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil uji cox and snell ‘s

R Square and nagelkerke R Square

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 430,088a ,030 ,040

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Sumber : data diolah (2017)

Pada tabel7 menunjukkan nilai Nagelkerke’s R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data, nilai Nagelkerke’s R Square adalah 0,040 yang berarti variabilitas variabel agresivitas pajak yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu leverage, intensitas persediaan, intensitas aset tetap dan profitabilitas adalah 4 persen dan sisanya sebesar 96 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian.

Regresi Logistik Tabel 9.Hasil pengujian Hipotesis

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a

LEV -1,419 ,656 4,678 1 ,031 ,242

PER ,039 ,028 1,938 1 ,164 1,040

FA -,318 ,680 ,219 1 ,640 ,727

ROA -,245 ,590 ,173 1 ,678 ,782

Constant ,433 ,384 1,270 1 ,260 1,541

a. Variable(s) entered on step 1: LEV, PER, FA, ROA. Sumber : data diolah (2017)

Hipotesis 1 menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Variabel leveragememperoleh nilai beta korelasi -1,419 dengan signifikan 0,031. Nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variabel leverage terhadap agresivitas pajak sehingga dapat dikatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 ditolak.

Perusahaan yang mengandalkan hutang untuk membiayai operasionalnya mempunyai beban bunga yang tinggi pula. Beban bunga yang tinggi ini dapat digunakan untuk pengurang pendapatan kena pajak. Karena pendapatan kena pajaknya menjadi rendah maka pajak yang dikenakan kepada perusahaanpun juga akan rendah sehingga perusahaan tidak perlu melakukan manajemen laba untuk kepentingan pajak. Oleh sebab itu perusahaan cenderung untuk tidak melakukan agresivitas pajak

Page 11: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 29

karena beban pajak yang ditanggungnya relative lebih kecil.

Hipotesis 2 menyatakan bahwa intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Variabel intensitas persediaan memperoleh nilai beta korelasi 0,039 dengan signifikan 0,164.Nilai signifikansi yang lebih dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel intensitas persediaan terhadap agresivitas pajak, sehingga hipotesis 2 ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa intensitas persediaan yang merupakan bagian dari investasi bukan merupakan cara yang tepat untuk melakukan manajemen pajak. Intensitas persediaan tidak dapat memberikan dampak yang baik untuk perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan, hal tersebut di dukung adanya political cost theory yang dikemukakan oleh Zimmerman dalam Richardson dan Lanis 2007 yang mengartikan bahwa ketika perusahaan mampu mencapai laba yang tinggi yang berarti nilai perusahaan baik.Perusahaan ini akan menjadi sorotan dari pemerintah untuk mengambil keputusan seperti halnya mengenakan pajak atas perusahaan tersebut.

Hipotesis 3 menyatakan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Variabel intensitas aset tetap memperoleh nilai beta korelasi -0,318 dengan signifikan 0,640.Nilai signifikansi yang lebih dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel intensitas aset tetap terhadap agresivitas pajak, sehingga hipotesis 3 ditolak.

Tidak adanya pengaruh dari Intensitas Aset Tetap pada tingkat Agresivitas Wajib Pajak Badan diakibatkan oleh perusahaan dengan

tingkat Intensitas Aset Tetap yang tinggi memang menggunakan aset tetap tersebut untuk kepentingan perusahaan.Aset tetap tidak mampu mempengaruhi kecenderungan perusahaan untuk melakukan tindakan agresivitas pajak. Perusahaan bukan sengaja menyimpan proporsi aset yang besar untuk menghindari pajak melainkan perusahaan memang menggunakan aset tetap tersebut untuk tujuan operasional perusahaan. Sehingga proporsi aset tetap yang tinggi tidak akan mempengaruhi tingkat agresivitas yang akan dilakukan perusahaan.

Hipotesis 4 menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Variabel profitabilitas memperoleh nilai beta korelasi -0,245 dengan signifikan 0,678. Nilai signifikansi yang lebih dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabelprofitabilitas terhadap agresivitas pajak, sehingga hipotesis 4 ditolak.

Perusahaan dengan profit tinggi akan menggunakan profitnya untuk memperluas usaha dan tidak memikirkan untuk melakukan agresivitas pajak. Sedangkan perusahaan dengan profit rendah tidak akan melakukan agresivitas pajak karena beban pajak yang dikenakan kepadanya relative hanya kecil saja.

SIMPULAN

1. Leverage berpengaruh negative terhadap agresivitas pajak .

2. Intensitas persediaan tidak berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak.

3. Intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Page 12: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 30

4. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap agresivitas.

SARAN 1. Penelitian ini diharapkan mampu

memberikan informasi bagi perusahaan untuk menggunakan sumber daya nya dengan baik sehingga mampu mengefisienkan beban pajaknya. Selain itu perusahaan juga diharapkan lebih berhati-hati terhadap tindakan agresivitasnya dalam hal perpajakan karena pemungutan pajak sudah lebih ditingkatkan baik dalam hal pengawasan dan pelaksanaan.

2. Perusahaan diharapkan menyajikan laporan keuangan yang akurat dan tanggungjawab untuk memudahkan para investor dalam mengambil keputusan untu menginvestasikan modal pada perusahaan.

3. Bagi investor, sebelum menginestasi sebaiknya melakukan analisis laporan keuangan salah satunya dengan rasio, serta memperhatikan tinkgat jumlah pembayaran pajak yang dibayar perusahaan. Hal ini bisa dijadikan gambaran investor dalam mengambil keputusan yang tepat.

KETERBATASAN PENELITIAN

Nilai Nagelkerke’s R Square adalah 0,040 yang berarti variabilitas variabel agresivitas pajak yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu leverage, intensitas persediaan, intensitas aset tetap dan profitabilitas adalah 4 persen dan sisanya sebesar 96 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian.

AGENDA PENELITIAN PENDATANG 1. Penelitian mengenai pengaruh

Likuiditas, Leverage, intensitas persediaan, intensitas asset tetap dan profitabilitas masih mungkin untuk dikembang oleh peneliti selanjutnya.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan mengembang penelitian ini dari berbagai sudut pandang agresivitas pajak, dimana proksi NPM akan dapat menjelaskan secara detail untuk membuktikan agresivitas pajak.

3. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variable independen yang mungkin menjadi peluang perusahaan untuk melakukan agresivitas pajak.

DAFTAR PUSTAKA Adisamartha, I. B. dan Noviari, N.

(2015). pengaruh likuiditas, leverage, intensitas persediaan dan intensitas aset tetap pada tingkat agresivitas wajib pajak badan. e-jurnal akuntansi.

Anita, F. (2015). Pengaruh corporate social responsibility, leverage, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak. Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia.

Asri, I. A. dan Suardana, K. A. (2016). Pengaruh proporsi komisaris independen, komite audit, preferensi risiko eksekutif dan ukuran perusahaan pada penghindaran pajaK. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia.

Darmadi, I. N. dan Zulaikha . (2013). Analisis faktor yang

Page 13: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 31

mempengaruhi manajemen pajak dengan indikator tarif pajak efektif . Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro , 2337-3806 .

Derashid, C. dan Zhang, H. (2003). Effective tax rates and the “industrial policy” hypothesis: evidence from Malaysia . Journal of International Accounting, Auditing & Taxation 12 .

Dharma, M. S. dan Ardiana, P. A. (2016). Pengaruh leverage, intensitas aset tetap, ukuran perusahaan, dan koneksi politik terhadap tax avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Diana, L. (2013). Pengaruh corporate governance dan intensitas persediaan terhadap manajemen pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013) . Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia .

Fikriyah. (2013). analisis pengaruh likuiditas, leverage. profitabilitas dan karakter kepemilikan terhadap agresivitas ajak perusahaan. jurusan manajemen fakultas ekonomi UIN MALIKI Malang.

Ghozali, I. (2013). aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Imelia, S. (2013). Analisis faktor yang mempengaruhi manajemen pajak dengan indikator tarif pajak efektif (etr) pada perusahaan lq45 yang

terdaftar dalam bursa efek indonesia tahun 2010-2012.Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru.

Jensen, M. dan Meckling, W. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior,. Journal of Financial Economics.

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

kemenkeu. (2016, mey). Retrieved from http://www.kemenkeu.go.id/.

Lestari , D. (2015). Pengaruh corporate governance dan intensitas persediaan terhadap manajemen pajak. Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia.

Purwanto, A. (2014). Pengaruh likuiditas, leverage, manajemen laba, dan kopensasi rugi fiskal terhadap agresivitas pajak perusahaan pada perusahaan pertanian dan pertambangan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2011-2013. Departement of Accounting, Faculty of Economics Universitas Riau.

Putra, C., dan Merkusiwati, K. (2016). Pengaruh komisaris independen, leverage, size dan capital intensity ratio pada tax avoidance . Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia .

Putri, C. M., dan Hernawati, E. (2013). Pengaruh net profit margin dan pendapatan return on equity asset pada harga saham perusahaan yang tercatat di bursa efek indonesia . jurnal akuntansi keuangan.

Resmi, S. (2013). perpajakan teori dan kasus. jakarta.

Page 14: p-ISSN 2086-3748

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 8 Nomor 2, November 2017 32

Rinaldi, dan Cheisviyanny, C. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Sari, N. W. Pratomo, D. dan Yudowati, S. P. (2016). Pengaruh manajemen laba terhadap agresivitas pajak . Prodi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom.

Siregar, R., dan Widyawati, D. (2016). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur di BEI. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.

Tiaras , I. dan Wijaya , H. (2015). Pengaruh likuiditas, leverage, manajemen laba, komisaris independen dan ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak . Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta , 380-397.

Umdiana, N., dan Jenisya. (2016). Pengaruh economic value added(eva)dan net profit margin (npm) terhadap harga saham syariah . Universitas Serang Raya.