P-1 Sediaan Parenteral

32
SEDIAAN PARENTERAL P-1 Perbekalan Steril Liza Pratiwi, S.Far, M.Sc., Apt

description

sediaan parentral, cara membuat sediaan parentral, syarat-syarat sediaan parentral, jenis-jenis sediaan parentral

Transcript of P-1 Sediaan Parenteral

Page 1: P-1 Sediaan Parenteral

SEDIAAN PARENTERAL

P-1 Perbekalan SterilLiza Pratiwi, S.Far, M.Sc., Apt

Page 2: P-1 Sediaan Parenteral

SEJARAH MEDIKASI SECARA PARENTERAL

• Dari gigitan insek (nyamuk) dan gigitan ular dapat memasukan racun kedalam tubuh manusia melalui perobekan (pembentukan lubang kecil) pada kulit

Page 3: P-1 Sediaan Parenteral

• Th.1616 William Harvey (dokter ahli fisiologi

Inggris) mendiskripsikan ttg sirkulasi darah

dlm tubuh manusia, sistem pemberian obat

dengan cara penyuntikan scr bertahap

berkembang, kematian akibat gigitan ular

beracun tjd krn racun diabsorbsi melalui

vena dan disirkulasikan ke seluruh tubuh

Page 4: P-1 Sediaan Parenteral

• Th. 1665 Sir Christoper Wren berhasil

menidurkan anjing dengan menyuntikkan

opium melalui vena kaki belakang dg bantuan

jarum (dari bulu angsa, quill) yg disambungkan

pd kantong kemih (blandder) hewan ----

dilanjutkan ke manusia dg menginjeksi

opium----kegagalan----mjd konsep terapi secara

parenteral

Page 5: P-1 Sediaan Parenteral

Sejarah• Abad ke-18, Edwar Jenner menggunakan

pemberian secara Intradremal untuk metode vaksinasi terhadap cacar (smallpox).

• Th. 1836, Lafarque seorang ahli bedah Perancis, merobek kulit dengan pisau bedah kecil yang telah direndam dlm larutan morfin untuk pengobatan neuralgia.

• Th. 1844 Francis Ryud, melarutkan morfin didlm kreosot dan memasukkan dibawah kulit

• Sir Alexander Wood dari edinburgh menggunakan alat untuk menyuntikkan morfin melalui kulit, dan mendiskripsikan sbg “subcutaneous”

Page 6: P-1 Sediaan Parenteral

• Pasteur dan Lister ---- teknik aseptik• Th.1880, Pembuatan larutan injeksi dari

tablet triturasi pd saat akan disuntikkan.• Stanislaus Limousin mengembangkan

kontener (ampoule)• Th. 1923 Florence Seibert membuktikan

bahwa reaksi piretik berasal dari air yg digunakan untuk pembuatan larutan, krn air tidak didestilasi dan disimpan secara baik serta mengandung pirogen yg mrp hasil metabolisme mikroorganisme.

Page 7: P-1 Sediaan Parenteral

PERKEMBANGAN KEMASAN SEDIAAN PARENTERAL

Dalam perkembangan terapi parenteral 1.Pada kemasan sediaan parenteral2.Pada cara pemberian sediaan parenteral

Ampul dosis tunggal sudah berubah sedikit dari rancangan asli Limousin mjd penggunaan penutup karet pada vial dari gelas.Berkembang sediaan katridge (catridge) terdiri dari tabung gelas yg mengandung sediaan steril dan kedua ujungnya ditutup dengan penutup karet.

Page 8: P-1 Sediaan Parenteral

Jarum suntik

• Kecelakaan akibat jarum suntik---termasuk transmisi penyakit ex virus hepatitis B, HIV dll.

• Diperlukan jarum suntik sekali pakai (Disposible)

• Beredar berbagai macam jarum suntik.

Page 9: P-1 Sediaan Parenteral

Pengembangan rute pemberian

Rute Intradermal (id) atau intrakutan• Obat disuntikkan pada lapisan superfisial

kulit• Volume yg disuntikkan hanya 0,1 ml untuk

sekali pakai, cara ini untuk dicadangkan untuk pengujian diagnostika dan dalam jumlah terbatas untuk vaksin

• Absorbsi melalui rute ini lambat, menyebabkan hasil kerja onset obat lambat

Page 10: P-1 Sediaan Parenteral
Page 11: P-1 Sediaan Parenteral

Rute subkutan (SC)

• Injeksi volume kecil dilakukan pada jaringan longgar dibawah kulit, biasanya pada permukaan terluar dari lengan dan paha.

• Respon obat dari obat yang diberikan dengan cara ini lebih cepat daripada respons obat yang diberikan secara intradermal

Page 12: P-1 Sediaan Parenteral

Rute Intramuskular (Im)

• Injeksi pd pemberian obat secara intramuskular dapat dilakukan pada massa otot.

• Lokasi yang biasa digunakan adalah otot deltoid (segitiga) pada lengan bagian atas, dimana disuntikkan sebanyak 2 ml larutan obat,volume lebih besar, maksimal 5 ml, dapat di injeksikan ke dalam otot gluteal medial dari setiap penonjolan ( buttock).

• Absorbsi melalui rute intramuskular berlangsung lebih cepat daripada rute subcutan, dapat di tunda atau diperlama dengan cara pemberian obat dalam bentuk suspensi steril, baik dalam pembawa air maupun minyak.

Page 13: P-1 Sediaan Parenteral

Rute Intravena (iv)

• Larutan bervolume besar atau kecil dapat diberikan kedalam vena untuk mendapatkan efek lebih cepat. Hasilnya dapat diperkirakan, tetapi pemberian melalui rute ini potensial berbahaya karena tidak dapt mundur begitu obat sudah diberikan.

• Larutan obat yang mengiritasi dapat diberikan menurut rute ini karena terjadi pengenceran secara cepat oleh darah dan cairan intravena dapat diberikan sebagai pengencer. Metode pemberian ini tidak terbatas pada volume dan jumlah serta lokasi vena, menyebabkan cara ini mudah dilakukan

Page 14: P-1 Sediaan Parenteral

Rute intraarteri• Tidak sering digunakan. Injeksi obat

pada terminal arteri merupakan sasaran yang dapat merupakan suatu organ.

• Sifat dari obat dan fisiologi dari sistem sirkulasi mensyaratkan penyuntikan intravena, dimana obat dikumpulkan dan diencerkan ke seluruh sistem darah dan tidak langsung menuju organ atau jaringan dimana efek akan terlokalisasi dan tidak digeneralisasi

Page 15: P-1 Sediaan Parenteral

• Alasan lazim untuk memanfaatkan rute intraarteri adalah untuk memasukkan material radio poak (bhn kontras untuk tujuan diagnostik ex. Arteriogram)

• Beberapa obat neoplastik seperti metoktrexat diberikan memalui rute ini.

• Kemungkinan terjadi spasmus arteri yang selanjutnya dapat diikuti oleh gangren mrp bagian (resiko) dari penyuntikan dengan ini.

Page 16: P-1 Sediaan Parenteral

Rute lain• Intrakardiak (Kedalam bilik jantung)• Intraartikular ( Persendian)• Hipodermoklisis (Injeksi volume besar

larutan kedlm jaringan subcutan)• Intraspinal (Kolon spinal)• Intrasinovial ( Kedaerah cairan persendian)• Intratekal ( Kedlm cairan spinal obat

parenteral yang diberikan dalam bentuk larutan)

• Emulsi parenteral seperti emulsi lemak (minyak) nutrisional dpt diberikan secara intravena

• Larutan, suspensi, emulsi diberikan secara subcutan, intramuskular atau intradermal.

Page 17: P-1 Sediaan Parenteral

Keuntungan pemberian obat secara parenteral

• Respon-fisiologi- segera dapat dicapai jika diperlukan

• Terapi parenteral diperlukan untuk obat yang tidak efektif secara oral atau akan dirusak oleh sekresi saluran cerna ex insulin, hormon lain dan antibiotika

• Pengobatan untuk pasien yang tidak kooperatif atau tidak sadar harus diberikan melaui injeksi

• Dokter dapat mengontrol obat (pengobatan) krn pasien kembali untuk melanjutkan pengobatan.

Page 18: P-1 Sediaan Parenteral

• Untuk efek lokal ( Dokter gigi dan anestesiologi)

• Perpanjangan kerja obat diperlukan ex steroid – intraartikular dan penisilin – intramuskular dalam

• Menjadi koreksi gangguan serius kesetimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh

• Makanan --- diganti dengan pemberian nutrisi secara total melalui parenteral

Page 19: P-1 Sediaan Parenteral

Kerugian pemberian obat secara parenteral

• Sediaan harus diberikan oleh personal terlatih

• Membutuhkan waktu lebih lama • Mengikuti ketentuan/prosedur aseptik,

dan rasa nyeri tidak dapat dihindari• Sulit untuk membalikkan atau

mengurangi efek fisiologinya• Karena persyaratan manufaktur dan

pengemasan, sediaan parenteral lebih mahal harganya

Page 20: P-1 Sediaan Parenteral

Bentuk sediaan parenteral

1. Sediaan parenteral volume kecil (Svp)2. Sediaan parenteral volume besar (Lvp)3. Sediaan parenteral berbentuk serbuk untuk

direkonstitusi

Page 21: P-1 Sediaan Parenteral

Sediaan parenteral volume kecil (Svp)

• Termasuk dalam kategori ini Ampul 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml, dan 20 mlVial 2 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 30 ml.

• Sediaan ini dapat digunakan untuk penyuntikan secara intramuskular, intravena, intradermal, subcutan, intraspinal, dan intrasisternal atau intratekal.

Page 22: P-1 Sediaan Parenteral

Sediaan parenteral volume besar (Lvp)

• Kontener (kemasan) yang berisi larutan injeksi dengan volume 100 ml atau lebih biasanya untuk intravena

• Terdiri dari larutan elektrolit ( NaCl, KCl) dan nonelektrolit ( Dekstrosa dan manitol)

• Larutan intravena untuk penggunaan khusus yg biasa digunakan --- larutan dialisis peritonial, larutan antikoagulan sitrat—dekstrosa, cairan irigasi glisin dan metronidazol dalam injeksi dekstrosa dan lain-lain. Larutan parenteral volume besar, biasanya tersedia dalam kontener dengan volume 500 ml atau 1000 ml

Page 23: P-1 Sediaan Parenteral

Sediaan parenteral berbentuk serbuk

• Sediaan ini dapat didefenisikan sebagai produk kering, melarut atau tidak melarut (bentuk suspensi), untuk dikombinasikan dengan suatu pelarut atau pembawa sebelum digunakan. Biasanya tersedia didalam vial, contohnya injeksi penisilin, ampicillin, amoxsisilin, streptomisin.

Page 24: P-1 Sediaan Parenteral

Penetapan Volume injeksi dalam wadah

• Setiap kontener wadah tunggal mengandung suatu volume injeksi berlebih.

• Kelebihan volume dinyatakan secara spesifik sehingga memungkinkan untuk mengeluarkan sejumlah volume sesuai dengan label

Page 25: P-1 Sediaan Parenteral

• Volume rata-rata ditentukan dari 10 kontener takaran tunggal, tidak boleh menyimpang lebih dari 5 % dari persyaratan yang diuraikan diatas dan tidak boleh lebih dari satu kontener dosis tunggal yang menyimpang lebih dari 10 % dari persyaratan yang dinyatakan.

• Untuk dapat mengeluarkan volume dalam dosis tertentu dari kontener dengan dosis multiple (ganda), maka kontener haruslah mengandung jumlah volume berlebih sehingga memungkinkan untuk mengeluarkan volume sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.

Page 26: P-1 Sediaan Parenteral

Metode manufaktur

• Injeksi adalah larutan steril dan bebas pirogen, biasanya berbentuk larutan atau suspensi yang akan diberikan secara parenteral.

• Larutan atau suspensi obat untuk injeksi pada umumnya dibuat menurut cara umum yang sama dengan sediaan cair atau suspensi oral, hanya ada perbedaan sebagai berikut

Page 27: P-1 Sediaan Parenteral

1. Pelarut atau pembawa yang digunakan harus memenuhi persyaratan kemurnian khusus dan standar lainnya, sehingga terjamin keamanannya pada saat disuntikkan

2. Penggunaan bahan tambahan, seperti dapar, penstabil, dan pengawet anti mikroba harus memenuhi persyartan tertentu dan beberapa produk parenteral di batasi ( tidak Boleh )

3. Penggunaan zat warna dilarang4. Produk parenteral selalu disterilkan dan

memenuhi standar sterilitas dan sebagian besar harus bebas pirogen

5. Larutan parenteral harus bebas dari partikel partikulat

Page 28: P-1 Sediaan Parenteral

Lanjutan…6. Produk parenteral harus dibuat

didaerah dengan lingkungan terkendali dengan standar sanitasi yang ketat

7. Produk parenteral dikemas dalam kontener berpenutup kedap

8. Setiap kemasan injeksi diisi dengan volume yang sedikit berlebih dari pernyataan volume pada label. Kelebihan ini memudahkan pengeluaran dan pemberiaan sejumlah volume sediaan seperti dinyatakan pada label.

Page 29: P-1 Sediaan Parenteral

9. Ada batasan restriksi kelebihan volume injeksi yang diizinkan dalam kemasan dosis ganda dan pada kontener dosis tunggal

10. Regulasi label spesifik berlaku pada injeksi

11. Serbuk steril yang akan dilarutkan atau disuspensi segera sblm disuntikkan, sering dikemas sbg serbuk liofilisasi (Liofilisat) atau serbuk yang dibuat secara kering beku (freeze dried) untuk memudahkan pelarutan atau pensuspensian dengan cara penambahan pelarut atau pembawa.

Page 30: P-1 Sediaan Parenteral

Karakteristik khusus dan persyaratan sediaan parenteral

1. Aman secara toksikologi2. Steril, bebas dari kontaminasi mikroorganisme, baik

bentuk vegetatif, spora, patogen maupun nonpatogen

3. Bebas dari kontaminasi pirogenik (Endotoksin)4. Bebas dari partikel partikulat asing5. Stabil scr kimia, fisika, mikrobiologi6. Kompatibel jika dicampur dengan sediaan parenteral

lain yang akan diberikan secara intravena 7. Isotonis

Page 31: P-1 Sediaan Parenteral

Bahaya klinik pemberian parenteral

1. Emboli udara, terbatas pada penggunaan scr iv dan ia

2. Perdarahan, terkait dengan kondisi pasien3. Demam dan toksisitas baik lokal maupun

sistemik4. Hipersensitifitas5. Inkompatibilitas6. Infiltrasi dan ekstravasasi7. Dosis berlebih 8. Partikel partikulat9. Flebitis 10.Sepsis11.Trombosis

Page 32: P-1 Sediaan Parenteral

TERIMA KASIH