Otitis Media Supuratif Kronik
-
Upload
ajie-witama -
Category
Documents
-
view
142 -
download
3
Transcript of Otitis Media Supuratif Kronik
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Case ini Dibuat Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti KKS di Bagian Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan.
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati dan Universitas Islam Sumatera Utara
Oleh,
RINA ARYANI ARLAN (1) NIM. 96310051
Pembimbing,
Dr. BERESMAN SIANIPAR, Sp. THT
BAGIAN ILMU PENYAKIT THTRSU. Dr. PIRNGADI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI (1), DAN UNIVERSITAS ISLAM
SUMATERA UTARA (2)
MEDAN 2004
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
PENDAHULUAN
Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen fungsional
penting apparatus pendengaran dan mekanisme keseimbangan terletak di dalam tulang
temporalis tengkorak. Oleh karena itu letak telinga di tengkorak berdekatan dengan alat vital,
maka bila telinga meradang penyakit mudah merambat ke dalam otak, tidak jarang membawa
kematian.
Telinga terbagi dalam tiga bagian : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga tengah terdiri dari membrana timpani, tulang-tulang pendengaran (malleus, incus,
stapes) dan ruang telinga tengah. Disamping itu telinga tengah berhubungan dengan attic
(epitimpanum), processus mastoideus dan tuba eustachius. Telinga tengah biasanya steril
meskipun terdapat mikroba di nasofaring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan
oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan anti bodi untuk mencegah masuknya mikroba
serta terjadinya infeksi kedalam telinga tengah.
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.
Karena fungsi tuba terganggu pencegahan infasi kuman kedalam telinga tengah terganggu,
sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan. (1,2)
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
1
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
ANATOMI TELINGA
Telinga bagian tengah terdiri dari :
1. Membrana timpani
Bagian luar diliputi oleh epitel dari liang telinga dan bagian dalam diliputi oleh mukosa
dari cavum timpani.
2. Cavum timpani
Disini terdapat tulang-tulang pendengaran (malleus, incus, stapes)
3. Processus mastoideus dengan cellulae mastoisea yang berhubungan dengan cavum
timpani
4. Tuba eustachius yang menghubungkan cavum timpani dengan nafosaring. (1,2,3,4)
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
2
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
FISIOLOGI PENDENGARAN
Getaran suara di tangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan
mengenai membrana timpani, sehingga membrana timpani bergetar. Getaran ini diteruskan
ketulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes
menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam
skala timpani, sehingga tangkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.
Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membaran
tarsal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani.
Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan berubahnya membran basal
ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi dirubah oleh adanya perbedaan ion
kalium dan natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan kecabang-cabang nervus VIII, yang
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
3
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengan diotak (area 39-40)
melalui syaraf pusat yang ada di lobus temporalis. (2)
DEFENISI
Dahulu disebut otitis media perforata kronik, sekarang disebut dengan otitis media
supuratif kronik, atau dalam sebutan sehari-hari congek. Otitis media supuratif kronik
merupakan radang telinga tengah dengan perforasi membrana timpani disertai keluarnya
sekret yang terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, bening atauberupa nanah,
dan biasanya dijumpai adanya gangguan pendengaran. (1,2,5,6,7)
KLASIFIKASI
Jenis Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis Media SupuratifKronik dibagi atas 2 jenis, yaitu :
1. Otitis Media Supuratif tipe Benigna (tipe mukosa = tipe aman)
2. Otitis Media Supuratif tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)
Ada dua bentuk otitis media supuratif kronik, yaitu :
1. Aktif, terdapat infeksi menahun, kolesteatoma atau kombinasi keduanya di celah
telinga tengah.
2. tidak aktif, terjadi kerusakan pada mekanisme hantaran telinga tengah ( membrana
timpani dan tulang-tulang pendengaran ) oleh infeksi sebelumnya, tetapi pada
pemeriksaan tak terlihat ionfeksi atau kolesteatoma di celah telinga tengah. (1,5)
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
4
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
ad.1. Otitis media supuratif kronik tipe benigna
Proses peradangan pada otitis media supuratif tipe benigna terbatas pada mukosa saja
dan biasanya tidak mengenai tulang. Perfosai terletak di central, umumnya jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat choleteatome. (1,5)
Ad.2. Otitis media supuratif kronik tipe maligna
Yang dimaksud otitis media tipe maligna adalah otitis media supuratif kronik yang
disertai cholesteatome. Dikenal juga dengan otitis media supuratif kronik tipe bahaya atau tipe
tulang. Perforasi pada tipe ini letaknya marginal atau di attik.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada otitis media
supuratif kronik tipe maligna ini. (1,5)
ETIOLOGI
Orang yang sedang batuk-pilek, akan mudah sekali berkembang menjadi radang
telinga yang bisa berakhir dengan congek ( otitis media kronik ), jika berlarut-larut tidak
diobati, terlebih pada anak dan bayi. (1)
Penyebab otitis media supuratis kronik adalah:
1. Mukosa yang tidak normal
2. Penyakit-penyakit telinga yang timbul waktu masih bayi
3. Tuba yang tertutup. (2)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya otitis media supuratif kronik :
1. Sifat dan hebatnya peradangan
2. Keadaan tuba auditifa
3. Infeksi sekunder melalui perforasi
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
5
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
4. Daya tahan tubuh individu
5. Adanya adenoid
6. Bronkhitis kronik, sinusitis, rhinitis
7. Palatoschisis juga faktor penting mengapa penyakitnya menjadi kronik. (2)
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi
kronik sangat majemuk, antara lain :
1. Gangguan fungsi tuba Eustachius yang kronik akibat :
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronik atau berulang
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
2. Perforasi membran timpani yang menetap
3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada
telinga tengah
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat
disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi atau
timpanosklerosis.
5. Terdapat daerah-daerah denghan sekueter atau osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemhan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh. (1)
PATOGENESIS
Mukosa yang melapisi tuba eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid mengalami
peradangan akut. Mukopus terkumpul dalam telinga tengah dan sel-sel udara. Tekanan dalam
telinga tengah makin meningkat, gendang telinga meradang, menonjil kemudian pecah pada
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
6
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
bagian telinga tengah yang disebabkan oleh nekrosis sistemik. Mukopus kemudian keluar ke
telinga luar. Gendang telinga menyembuh dan tuba eustachius terbuka lagi. Peradangan
biasanya sembuh dengan pengonatan yang efektif dan telinga tengah kembali pada bentuk dan
fungsi normal. Tetapi kadang-kadang peradangan terus berlangsung dan diikuti komplikasi.
Otitis media akut dengan perforasi membrana timpani menjadi otitis media supuratif kronik
apabila prosesnya sudah lebih dari dua bulan, sedang bila proses infeksi kurang dari dua bulan
disebut otitis media supuratif akut. (1)
Menurut teori Tumarkin (1961) mengatakan semua faktor yang mempengaruhi otitis
media kronik berhubungan dengan infeksi saluran nafas bagian atas pada masa anak-anak,
yang akan mempengaruhi fungsi tuba dan tekanan intratimpani. (1)
GEJALA KLINIK
Gejala atau keluhan otitis media supuratif kronik biasanya cukup jelas, dapat ditemui :
Otorrhoe: mucous sampai purulen dan berbau khas.
Vertigo.
Tinitus.
Perforasi membrana timpani.
Rasa penuh di telinga.
Cholesteatoma.
Fistel atau abses.
Gangguan pendengaran. (1,2,5,6,7)
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
7
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
PEMERIKSAAN KLINIS
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan ini biasanya dijumpai tuli konduktif, bila infeksi berulang-ulang dapat
terjadi tuli saraf. Gangguan pendengaran pada nada rendah lebih berat dibandingkan pada
nada tinggi.
Pemeriksaan ini terutama diperlukan untuk mengetahui perjalanan penyakit dan evaluasi
setelah pengobatan atau operasi.
2. Pemeriksaan Radiologi
Tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosa, tapi sebaiknya dilakukan untuk
menilai keadaan mastoid dan frosa cranii media
3. Pemeriksaan Bakteriologi
Infeksi telinga tengah biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus
paranasalis, adenoid atau faring. Kuman penyebab biasanya Pneumococcus,
Stophilococcus pyogenes, Steptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenza. (1)
DIAGNOSIS
Diagnosis otitis media supuratif kronik ditegakkan dari anamnesa, gejala dan hasil
pemeriksaan klinik pada telinga dengan otoskop dan dibantu oleh pemeriksaan radiologi atau
rontgen mastoid atau CT scan kepala dilakukan untuk mengetahuiadanya penyebaran infeksi
ke struktur di sekeliling telinga. Pemeriksaan bakteriologi dan tes pendengaran diperlukan
untuk evaluasi. (2,5)
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
8
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
PENATALAKSANAAN
Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena:
1. Adanya perforasi membrane tymphani yang permanent.
2. Terdapatnya sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasalis.
3. Telah membentuk jaringan patologik, yang irrevesible dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan kebersihan yang kurang. (1,2,5,6,7)
Terapi terhadap otitis media supuratif kronik dapat dibagi menjadi:
1. Terapi konserbatif
2. Terapi operatif
Ad.1. Terapi konservatif
Bila sekret terus menerus, diberikan obat pencuci telinga yaitu larutan H2O2 3%
selama 3-5 hari untuk mengeringkan cairan sehingga obat dapat masuk ke dalam telinga.
Setelah sekret berkurang atau bila sudah tenang, dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotika dan kortikosteroid 7 – 10 hari atau tidak lebih dari 1-2 minggu.
Antibiotika oral golongan penicillin atau eritromisin. Pasien dianjurkan untuk tidak
berenang dan menghindari masuknya air ke dalam telinga. Bila sekreta telah kering, namun
perforasi tetap ada setelah 2 bulan, maka harus dirujuk untuk miringoplasti dan timpanoplasti.
(1,2,7)
Ad.2. Terapi operatif
a. Mastoidektomi sederhana (Simple Mastoidectomy)
Operasi ini dilakukan pada otitis media kronik tipe benigna yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid
dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
9
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Terdapat 2 prosedur mastoidektomi
berbeda yaitu :
Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada otitis media kronik dengan cholesteatoma.
Mastoidektomi dengan modifikasi Gondy
Dilakukan pada otitis media kronik dengan attic retraction, cholesteatoma dengan
perforasi hanya pada pars flaksida. Pendengaran diusahakan dipertahankan. (1,2,7)
b. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis trimpanoplasti yang paling ringan. Rekonstruksi hanya
dilakukan pada membrana timpani. Tujuan operasi untuk mencegah berulangnya infeksi
telinga tengah pada otitis kronik tipe benigna dengan perforasi yang menetap dan dapat
digunakan pada perforasi yang kering. (1,2,5,7)
c. Tymphanoplasti
Dikerjakan pada otitis media kronik tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat
atau tidak bias ditenangkand engan medikamentosa. Pada operasi ini selain rekontruksi
membrana timpani sering kali harus dilakukan juga rekontruksi tulang pendengaran. Sebelum
rekontruksi dilakukan eksplorasi cavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi untuk
membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pada operasi ini dilakukan 2 tahap dengan
jarak waktu 6-12 bulan. (1,2,5,7)
Perforasi yang sentral biasanya dapat sembuh dengan sendiri.
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
10
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
KOMPLIKASI
1. Komplikasi ditelinga tengah :
Perforasi persisten.
Erosi tulang pendengaran.
Paralisis nervus facialis.
2. Komplikasi ditelinga dalam :
Fistel labirin.
Labirinitis.
Tuli syaraf (sensorineural).
3. Komplikasi di ekstradural :
Abses ekstradural.
Trombosis sinus lateralis.
Petrositis.
4. Komplikasi di susunan syaraf pusat
Meningitis.
Abses otak. (1,2)
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
11
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
KESIMPULAN
Otitis media kronik merupakan infeksi yang terjadi ditelinga tengah dengan perforasi
membrana timpani dan sekret yang keluar dari telinga terus menerus atau hilang
timbul.
Umumnya penyebab dari otitis media kronik adalah akibat dari otitis media akut.
Tanda dan gejala klinis tergantung dari tipe otitis media kronik tersebut, benigna atau
maligna. Dimana pada tipe benigna proses peradangan terbatas pada mukosa saja dan
biasanya tidak mengenai tulang pendengaran. Sedangkan pada tipe maligna proses
peradangan sudah mengenai tulang pendengaran dan sering menimbulkan komplikasi
yang berbahaya.
Prinsip terapi otitis media perforate kronik ialah konservatif dan operatif.
Bila sekreta yang keluar terus menerus maka diberikan obat pencuci telinga berupa
larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekreta tetap ada atau infeksi
terjadi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, bila perlu
dilakukan pembedahan.
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
12
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
DAFTAR RUJUKAN
1. Soepardi EA., Iskandar S. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. Edisi IV. FKUI. Jakarta 1997: 54 – 60.
2. Adenin A. Kumpulan Kuliah Telinga. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Medan: 45 – 50.
3. Thane D., Cody R., Kern EB., Pearson BW: Diseases of the Ears, Nose and Throat,
Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, Alih Bahasa: Samsudin Sonny,
Andrianto Petrus, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 84 – 9.
4. Anatomi Manusia. Atlas Fotografik Anatomik Sistemik dan Regional, Johanes W.,
Rohen, Chihiro Yokocchi. Edisi Ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 118.
5. Adam GL., Boies L., Higler P., Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 1997: 95 – 97.
6. Soepardi EA., Hadjat F., Iskandar N. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga
Hidung Tenggorokan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003: 47 – 51
7. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 1987: 82-3.
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
13
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………...iii
Pendahuluan................................................................................................................................1
Anatomi Telinga.........................................................................................................................2
Fisiologi Pendengaran.................................................................................................................3
Defenisi.......................................................................................................................................4
Klasifikasi...................................................................................................................................4
Etiologi........................................................................................................................................5
Patogenesis..................................................................................................................................6
Gejala Klinik...............................................................................................................................7
Pemeriksaan Klinis.....................................................................................................................8
Diagnosis.....................................................................................................................................8
Penatalaksanaan..........................................................................................................................9
Komplikasi................................................................................................................................11
Kesimpulan...............................................................................................................................12
Daftar Rujukan..........................................................................................................................13
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
14iii
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur dan hati lega, penulis telah selesai menyusun case ini guna
memenuhi persyaratan mengakhiri Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit THT
RSU. Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Otitis Media Supuratif Kronik”.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing, yaitu
Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT. atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit THT RSU Dr. Pirngadi Medan serta
dalam penyusunan case ini, juga terima kasih kepada :
1. Kepala bagian SMF THT RSU Dr. Pirngadi Medan Dr. zulkifli, Sp. THT
2. Sekretaris SMF THT RSU Dr. Pirngadi Medan Dr. Netty Harnita, Sp. THT
3. Dr. Dewi Fauziah, Sp.THT
4. Dr. Hj. Yohanita, Sp.THT
5. Dr. Ali Syahbana, Sp. THT
6. Dr. Rehulina Surbakti, Sp. THT
7. Dr. Linda Samosir, Sp. THT
8. Dr. Magdalena Hutagalung, Sp. THT
9. Dr. Ita Lohberthani, Sp. THT
10. Dr. Zalfina Cora, Sp. THT
11. Dr. M. Taufik, Sp. THT
Bahwasanya hasil usaha penyusunan case ini masih banyak kekurangannya, tidaklah
mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik dan saran yang
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
15i
Case: Otitis Media Supuratif Kronis
sifatnya membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan penyusunan case di kemudian
kesempatan.
Harapan penulis semoga case ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta
dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu Penyakit THT dalam klinik dan
masyarakat.
Medan, Oktober 2004
Penulis
KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU
16ii