Osoca Zat Korosif
-
Upload
fakhri-muhammad -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of Osoca Zat Korosif
KERACUNAN BAHAN KOROSIF
Ada 2 bentuk:
a. Asam kuat
b. Basa/alkali kuat
Etiologi
Asam kuat; asam oksalat, asam asetat glasial, asam sulfat/air aki, HCl, asam format, asam
laktat.
Basa Kuat: KOH, NaOH, NH4OH, CaOH, K/Na karbonat, Na fosfat
Gambaran klinik:
Segera setelah kontak, timbul rasa nyeri yang hebat seperti terbakar sekitar mulut, faring,
dan abdomen.
Kemudian muntah, diare, dan kolaps.
Muntahan sering disertai darah segar.
Dapat timbul gejala asfiksia akibat edema glottis.
Adanya demam yang tinggi dapat disebabkan timbulnya mediastinitis/peritonitis,
perforasi esofagus/ lambung.
Diagnosis:
Sangat mudah, cukup dengan gambaran klinis yang khas.
Pemeriksaan Hb perlu bila timbul hematemesis melena/syok.
Pengobatan:
a. Segera suruh minum air/ air susu sebanyak mungkin.
b. Infus D5%, kalau perlu koloid / transfusi.
1
c. Kortikosteroid iv selama 4-7 hari, kemudian dosis diturunkan 10-20 hari.
d. Antibiotika
e. Diet/ obat oral ditunda sampai dilakukan pemeriksaan laringoskopi indirek /esofagoskopi.
f. Bila lesi ringan; diet oral segera dengan makanan cair, steroid-antibiotika dipercepat
penghentiannya. Bila lesi luas; perlu sonde lambung atau penderita dipuasakan dan diberi
nutrisi parenteral total atau konsul bedah untuk pemasangan sonde lewat gastrostomi.
Zat-zat kaustik seperti asam kuat dan basa kuat merusak jaringan tubuh dengan merubah struktur
ion dan struktur molekul serta mengganggu ikatan kovalen pada sel.5
1. Basa kuat
Tertelan basa kuat menyebabkan jaringan nekrosis mencair (liquefactum necrosis),
sebuah proses yang melibatkan saponifikasi lemak dan melarutkan protein. Kematian sel
disebabkan oleh emulsifikasi dan perusakan struktur membran sel. Ion hidroksi (OH-) yang
berasal dari zat basa bereaksi dengan jaringan kolagen sehingga menyebabkan terjadinya
bengkak dan pemendekan jaringan (kontraktur), trombosis pada pembuluh darah kapiler, dan
produksi panas oleh jaringan.5
Jaringan yang paling sering terkena pada kontak pertama oleh basa kuat adalah lapisan
epitel squamosa orofaring, hipofaring, dan esofagus. Esofagus merupakan organ yang paling
sering terkena dan paling parah tingkat kerusakannya saat tertelan basa kuat dibandingkan
dengan lambung, Dalam 48 jam terjadi udem jaringan yang bisa menyebabkan obstruksi jalan
nafas, selanjutnya dalam 2-4 minggu dapat terbentuk striktur.5
2. Asam kuat
Kerusakan jaringan akibat tertelan asam kuat bersifat nekrosis menggumpal (coagulation
necrosis), terjadi proses denaturasi protein superfisial yang akan menimbulkan bekuan, krusta
atau keropeng yang dapat melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan. Lambung
merupakan organ yang paling sering terkena pada kasus tertelan asam kuat, pada 20% kasus usus
kecil juga dapat terkena. Keropeng dan bekuan protein yang terbentuk mengelupas dalam 3-4
hari digantikan oleh jaringan granulasi, perforasi jaringan dapat terjadi pada proses ini.
Komplikasi akut yang terjadi adalah, muntah akibat dari spasme pylorik, perforasi dan
2
perdarahan saluran cerna. Jika zat asam terserap oleh darah menyebabkan asidosis metabolik,
hemolisis, gagal ginjal akut, dan kematian.5
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis ditegakkan dengan adanya riwayat tertelan zat korosif atau zat
organik, serta ditunjukkan dengan keluhan utama pasien rasa terbakar pada daerah
kerongkongan, rasa nyeri yang hebat, serta bisa juga mengeluhkan susah menelan. 1,4
2.8.2 Pemeriksaan Fisik
Selain penegakan diagnosis dari autoanamnesis atau alloanamnesis yang cermat serta
diperlukan bukti-bukti yang diperoleh ditempat kejadian. Masuknya zat korosif melalui mulut
dapat diketahui dengan bau mulut ataupun muntahan. Adanya luka bakar keputihan pada mukosa
mulut atau keabuan pada bibir dan dagu menunjukkan akibat bahan kaustik atau korosif baik
yang bersifat asam kuat maupun basa kuat. Perbedaaan pada dampak luka bakarnya yaitu
nekrosis koagulatif akibat paparan asam kuat sedangkan basa kuat mengakibatkan nekrosis
likuitaktif. Kerusakan korosif hebat akibat alkali (basa) kuat pada esofagus lebih berat
dibandingkan akibat asam kuat, kerusakan terbesar bila PH > 12, akan tetapi tergantung juga
konsentrasi bahan tersebut. 3
2.8.3 Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosis, selain berdasarkan hasil anamnesis serta gambaran keluhan dan
gejala seperti yang diuraikan di atas juga diperlukan pemeriksaan penunjang, seperti
pemeriksaan laboratorium, radiologik, esofagoskopi.1
1. Pemeriksaan radiologi4
a. Foto torak dan abdomen
Pada fase akut, foto polos dengan posisi leteral dan pastero-anterior dapat memperlihatkan
adanya perforasi seperti udara pada mediastinum, pneumotorak, cairan pada pleura, atau
gambaran udara bebas di bawah diafragma. Pemeriksaan esofagogram dapat membantu untuk
melihat adanya striktur maupun perforasi. Gambaran adanya striktur esofagus biasanya lumen
3
yang menyempit, pinggir yang tidak rata, tapi bisa juga rata, tampak kaku, dan pada umumnya
terjadi pada bagian dekat arkus aorta.
Gambar 2. Stenosis esofagus tampak dengan esofagogram2
4
Gambar 3. Mukosa esofagus yang hancur.12
b. CT-Scan
Pemeriksaan dengan CT-Scan lebih sensitif dan lebih dini dalam mendeteksi adanya
perforasi, striktur serta kemungkinan adanya kelainan pada organ lain sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan lebih dini.
2. Pemeriksaan laboratorium5
Peranan pemeriksaan laboratorium sangat sedikit, kecuali bila terdapat tanda-tanda
gangguan elektrolit. Beberapa pemeriksaaan yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, ureum dan kreatinin untuk melihat tanda-
tanda keracunan sistemik.
b. Pemeriksaan jumlah urin dan urinalisis untuk membantu menjaga keseimbangan cairan.
3. Pemeriksaan endoskopi dengan esofagoskopi.1, 5
5
Pemeriksaan esofagoskopi dilakukan pada hari ketiga setelah kejadian atau jika luka pada
bibir, mulut, dan faring sudah tenang. Jika pada waktu melakukan esofagoskopi ditemukan
ulkus, maka esofagoskop tidak boleh dipaksa melalui ulkus tersebut karena ditakutkan terjadi
perforasi.
Esofagoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan tanda-tanda perforasi
saluran cerna yang jelas, udem atau nekrosis saluran nafas yang hebat, dan pasien dengan
hemodinamik tidak stabil, dengan alasan meningkatkan resiko terjadinya cedera yang lebih
parah.
Derajat luka bakar pada esofagus yang ditemukan pada esofagoskopi dapat dibagi
menjadi : 4
· Derajat I : eritema dan udem mukosa.
· Derajat IIA : perdarahan, erosi, lepuhan, ulkus, eksudat.
· Derajat IIB : lesi yang mengelilingi lumen esofagus (circumferential lesions).
· Derajat III : ulkus yang dalam, multipel, dan bewarna hitam kecoklatan atau abu-abu.
· Derajat IV : perforasi.
Gambar 4. Gambaran esofagoskopi setelah tertelan asam hidroklorida, tampak terjadi trombosis
pembuluh darah mukosa esofagus. 5
6
Gambar 5. Mukosa esofagus setelah tertelan basa kuat.
4. Pemeriksaan endoscpic ultrasonography.5
Pemeriksaan ini lebih akurat dalam menilai tingkat kedalaman dari luka
bakar dibandingkan esofagoskopi.
7
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain : 1, 5
1. Udem dan obstruksi jalan nafas.
8
2. Perforasi gastroesofageal.
3. Mediastinitis, perikarditis, pleuritis, fistel trakeoesofageal, fistel esofagealaorta, and
peritonitis.
4. Pembentukan striktur dalam 2-4 minggu.
5. Obstruksi saluran lambung ke duodenum.
6. Pardarahan saluran cerna.
7. Gejala keracunan sistemik akibat terserapnya zat ke dalam darah.
8. Cardiac arrest oleh karena hipokalsimia akibat hidrogen florida.
9. Karsinoma sel skuamosa, dapat terjadi dalam 40 tahun setelah paparan.
9