Osoca Zat Korosif

11
KERACUNAN BAHAN KOROSIF Ada 2 bentuk: a. Asam kuat b. Basa/alkali kuat Etiologi Asam kuat; asam oksalat, asam asetat glasial, asam sulfat/air aki, HCl, asam format, asam laktat. Basa Kuat: KOH, NaOH, NH4OH, CaOH, K/Na karbonat, Na fosfat Gambaran klinik: Segera setelah kontak, timbul rasa nyeri yang hebat seperti terbakar sekitar mulut, faring, dan abdomen. Kemudian muntah, diare, dan kolaps. Muntahan sering disertai darah segar. Dapat timbul gejala asfiksia akibat edema glottis. Adanya demam yang tinggi dapat disebabkan timbulnya mediastinitis/peritonitis, perforasi esofagus/ lambung. Diagnosis: Sangat mudah, cukup dengan gambaran klinis yang khas. Pemeriksaan Hb perlu bila timbul hematemesis melena/syok. Pengobatan: 1

description

ggwp

Transcript of Osoca Zat Korosif

Page 1: Osoca Zat Korosif

KERACUNAN BAHAN KOROSIF

Ada 2 bentuk:

a. Asam kuat

b. Basa/alkali kuat

Etiologi

Asam kuat; asam oksalat, asam asetat glasial, asam sulfat/air aki, HCl, asam format, asam

laktat.

Basa Kuat: KOH, NaOH, NH4OH, CaOH, K/Na karbonat, Na fosfat

Gambaran klinik:

Segera setelah kontak, timbul rasa nyeri yang hebat seperti terbakar sekitar mulut, faring,

dan abdomen.

Kemudian muntah, diare, dan kolaps.

Muntahan sering disertai darah segar.

Dapat timbul gejala asfiksia akibat edema glottis.

Adanya demam yang tinggi dapat disebabkan timbulnya mediastinitis/peritonitis,

perforasi esofagus/ lambung.

Diagnosis:

Sangat mudah, cukup dengan gambaran klinis yang khas.

Pemeriksaan Hb perlu bila timbul hematemesis melena/syok.

Pengobatan:

a. Segera suruh minum air/ air susu sebanyak mungkin.

b. Infus D5%, kalau perlu koloid / transfusi.

1

Page 2: Osoca Zat Korosif

c. Kortikosteroid iv selama 4-7 hari, kemudian dosis diturunkan 10-20 hari.

d. Antibiotika

e. Diet/ obat oral ditunda sampai dilakukan pemeriksaan laringoskopi indirek /esofagoskopi.

f. Bila lesi ringan; diet oral segera dengan makanan cair, steroid-antibiotika dipercepat

penghentiannya. Bila lesi luas; perlu sonde lambung atau penderita dipuasakan dan diberi

nutrisi parenteral total atau konsul bedah untuk pemasangan sonde lewat gastrostomi.

Zat-zat kaustik seperti asam kuat dan basa kuat merusak jaringan tubuh dengan merubah struktur

ion dan struktur molekul serta mengganggu ikatan kovalen pada sel.5

1. Basa kuat

Tertelan basa kuat menyebabkan jaringan nekrosis mencair (liquefactum necrosis),

sebuah proses yang melibatkan saponifikasi lemak dan melarutkan protein. Kematian sel

disebabkan oleh emulsifikasi dan perusakan struktur membran sel. Ion hidroksi (OH-) yang

berasal dari zat basa bereaksi dengan jaringan kolagen sehingga menyebabkan terjadinya

bengkak dan pemendekan jaringan (kontraktur), trombosis pada pembuluh darah kapiler, dan

produksi panas oleh jaringan.5

Jaringan yang paling sering terkena pada kontak pertama oleh basa kuat adalah lapisan

epitel squamosa orofaring, hipofaring, dan esofagus. Esofagus merupakan organ yang paling

sering terkena dan paling parah tingkat kerusakannya saat tertelan basa kuat dibandingkan

dengan lambung, Dalam 48 jam terjadi udem jaringan yang bisa menyebabkan obstruksi jalan

nafas, selanjutnya dalam 2-4 minggu dapat terbentuk striktur.5

2. Asam kuat

Kerusakan jaringan akibat tertelan asam kuat bersifat nekrosis menggumpal (coagulation

necrosis), terjadi proses denaturasi protein superfisial yang akan menimbulkan bekuan, krusta

atau keropeng yang dapat melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan. Lambung

merupakan organ yang paling sering terkena pada kasus tertelan asam kuat, pada 20% kasus usus

kecil juga dapat terkena. Keropeng dan bekuan protein yang terbentuk mengelupas dalam 3-4

hari digantikan oleh jaringan granulasi, perforasi jaringan dapat terjadi pada proses ini.

Komplikasi akut yang terjadi adalah, muntah akibat dari spasme pylorik, perforasi dan

2

Page 3: Osoca Zat Korosif

perdarahan saluran cerna. Jika zat asam terserap oleh darah menyebabkan asidosis metabolik,

hemolisis, gagal ginjal akut, dan kematian.5

Penegakan Diagnosis

Anamnesis

Berdasarkan anamnesis ditegakkan dengan adanya riwayat tertelan zat korosif atau zat

organik, serta ditunjukkan dengan keluhan utama pasien rasa terbakar pada daerah

kerongkongan, rasa nyeri yang hebat, serta bisa juga mengeluhkan susah menelan. 1,4

2.8.2 Pemeriksaan Fisik

Selain penegakan diagnosis dari autoanamnesis atau alloanamnesis yang cermat serta

diperlukan bukti-bukti yang diperoleh ditempat kejadian. Masuknya zat korosif melalui mulut

dapat diketahui dengan bau mulut ataupun muntahan. Adanya luka bakar keputihan pada mukosa

mulut atau keabuan pada bibir dan dagu menunjukkan akibat bahan kaustik atau korosif baik

yang bersifat asam kuat maupun basa kuat. Perbedaaan pada dampak luka bakarnya yaitu

nekrosis koagulatif akibat paparan asam kuat sedangkan basa kuat mengakibatkan nekrosis

likuitaktif. Kerusakan korosif hebat akibat alkali (basa) kuat pada esofagus lebih berat

dibandingkan akibat asam kuat, kerusakan terbesar bila PH > 12, akan tetapi tergantung juga

konsentrasi bahan tersebut. 3

2.8.3 Pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkan diagnosis, selain berdasarkan hasil anamnesis serta gambaran keluhan dan

gejala seperti yang diuraikan di atas juga diperlukan pemeriksaan penunjang, seperti

pemeriksaan laboratorium, radiologik, esofagoskopi.1

1. Pemeriksaan radiologi4

a. Foto torak dan abdomen

Pada fase akut, foto polos dengan posisi leteral dan pastero-anterior dapat memperlihatkan

adanya perforasi seperti udara pada mediastinum, pneumotorak, cairan pada pleura, atau

gambaran udara bebas di bawah diafragma. Pemeriksaan esofagogram dapat membantu untuk

melihat adanya striktur maupun perforasi. Gambaran adanya striktur esofagus biasanya lumen

3

Page 4: Osoca Zat Korosif

yang menyempit, pinggir yang tidak rata, tapi bisa juga rata, tampak kaku, dan pada umumnya

terjadi pada bagian dekat arkus aorta.

Gambar 2. Stenosis esofagus tampak dengan esofagogram2

4

Page 5: Osoca Zat Korosif

Gambar 3. Mukosa esofagus yang hancur.12

b. CT-Scan

Pemeriksaan dengan CT-Scan lebih sensitif dan lebih dini dalam mendeteksi adanya

perforasi, striktur serta kemungkinan adanya kelainan pada organ lain sehingga dapat dilakukan

penatalaksanaan lebih dini.

2. Pemeriksaan laboratorium5

Peranan pemeriksaan laboratorium sangat sedikit, kecuali bila terdapat tanda-tanda

gangguan elektrolit. Beberapa pemeriksaaan yang dapat dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, ureum dan kreatinin untuk melihat tanda-

tanda keracunan sistemik.

b. Pemeriksaan jumlah urin dan urinalisis untuk membantu menjaga keseimbangan cairan.

3. Pemeriksaan endoskopi dengan esofagoskopi.1, 5

5

Page 6: Osoca Zat Korosif

Pemeriksaan esofagoskopi dilakukan pada hari ketiga setelah kejadian atau jika luka pada

bibir, mulut, dan faring sudah tenang. Jika pada waktu melakukan esofagoskopi ditemukan

ulkus, maka esofagoskop tidak boleh dipaksa melalui ulkus tersebut karena ditakutkan terjadi

perforasi.

Esofagoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan tanda-tanda perforasi

saluran cerna yang jelas, udem atau nekrosis saluran nafas yang hebat, dan pasien dengan

hemodinamik tidak stabil, dengan alasan meningkatkan resiko terjadinya cedera yang lebih

parah.

Derajat luka bakar pada esofagus yang ditemukan pada esofagoskopi dapat dibagi

menjadi : 4

· Derajat I : eritema dan udem mukosa.

· Derajat IIA : perdarahan, erosi, lepuhan, ulkus, eksudat.

· Derajat IIB : lesi yang mengelilingi lumen esofagus (circumferential lesions).

· Derajat III : ulkus yang dalam, multipel, dan bewarna hitam kecoklatan atau abu-abu.

· Derajat IV : perforasi.

Gambar 4. Gambaran esofagoskopi setelah tertelan asam hidroklorida, tampak terjadi trombosis

pembuluh darah mukosa esofagus. 5

6

Page 7: Osoca Zat Korosif

Gambar 5. Mukosa esofagus setelah tertelan basa kuat.

4. Pemeriksaan endoscpic ultrasonography.5

Pemeriksaan ini lebih akurat dalam menilai tingkat kedalaman dari luka

bakar dibandingkan esofagoskopi.

7

Page 8: Osoca Zat Korosif

Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain : 1, 5

1. Udem dan obstruksi jalan nafas.

8

Page 9: Osoca Zat Korosif

2. Perforasi gastroesofageal.

3. Mediastinitis, perikarditis, pleuritis, fistel trakeoesofageal, fistel esofagealaorta, and

peritonitis.

4. Pembentukan striktur dalam 2-4 minggu.

5. Obstruksi saluran lambung ke duodenum.

6. Pardarahan saluran cerna.

7. Gejala keracunan sistemik akibat terserapnya zat ke dalam darah.

8. Cardiac arrest oleh karena hipokalsimia akibat hidrogen florida.

9. Karsinoma sel skuamosa, dapat terjadi dalam 40 tahun setelah paparan.

9