OPTIMISASI PENGGUNAAN PERTAN:tARperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/159236...dengan...
Transcript of OPTIMISASI PENGGUNAAN PERTAN:tARperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/159236...dengan...
OPTIMISASI PENGGUNAAN !AtiAN PERTAN:tAR
DI KABUPATEN KUNINGAN
"tESIS
Diajukan untu'k memenuhi persyarafan ~a~am n-.fZ:n~~all:Dre Studi pad a Progmm Magic;ter Perencamaav-; ~at! K~~ija~u:ut- ~ltt.ik
Fakultas Ekonomi Universit:~ IndoaP..sil!
Denny Trikomandani NPM : 660'922~"1d.5
MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBI~KAN PU8.\..Iit FAKULTAS EKONOMI UrtlVERSI"rAS INOONIESIA
OPTIMISASI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN
DI KABUPATEN KUNINGAN
TESIS
Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Studi pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Denny Trikomandani NPM : 6600220715
MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
OPTIMISASI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN
DI KABUPATEN KUNINGAN
TESIS
Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Studi pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Denny Trikomandani NPM : 6600220715
MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
Nama
NPM
Judul Tesis
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
: Denny Trikomandani
: 6600220715
: OPTIMISASI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUNINGAN
Menyetujui Pembimbing
( Sri Mulyono, SE, MSS. )
( Dr. Robert A. Simanjuntak)
ABSTRAK
Penelitian mr menelaah masalah pengalokasian sumberdaya, khususnya penggunaan sumberdaya lahan untuk pertanian tanaman pangan dan perkebunan di Kabupaten Kuningan guna meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor pertanian dimana sektor tersebut saat ini masih merupakan sektor dominan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pedoman pembuatan kebijakan publik dalam menetapkan pola tanam sekaligus dapat memberikan kontribusi terbaik dari sector pertanian bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuningan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kemungkinan pengalokasian sumberdaya lahan pertanian secara optimal guna memaksimalkan kontribusi sektor pertanian di daerah penelitian, kemudian mencari komoditi pertanian yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi petani, serta mengetahui sampai seberapa jauh kendala sumberdaya lahan dan tenaga kerja mempengaruhi proses produksi peranian. Metode yang digunakan adalah menyusun model penggunaan lahan dengan program linier dengan fungsi tujuan maksimisasi keuntungan usaha tani. Variabel keputusan yang digunakan adalah keuntungan marginal per-hektar daari usaha tani tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dihadapkan pada kendala berbagai jenis lahan dengan tipe irigasi yang berbeda dan lahan kering, serta kendala tenaga kerja. Model dianalisis berdasarkan print out perangkat lunak LINDO (Liniear Interactive Discrete Optimizer). Solusi optimal dari model penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Kuningan adalah usaha tani menanam komoditi padi sawah, padi gogo, sayuran dan buah-buahan pada lahan seluas 126.518 Ha yang akan memberikan keuntungan sebesar Rp 1.416.252.000.000.-. keuntungan ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai scbelum dilakukan perencanaan, yaitu Rp 1.332.839.497.000,- dari luas tan am 112.779,76 Ha. Dalam rangka usaha peningkatan pendapatan petani, nampaknya usaha tani hortikultura (sayuran) mempunyai prospek sangat baik untu dikembangkan dan peningkatan produktifitas harus tetap mendapat perhatian. Pada komoditi unggulan yang mendapat prioritas dilakukan proses lebih lanjut melalui pengolahan hasil, pengemasan dan diversifikasi produk agar dapat meningkatkan nilai tambah sekaligus dapat memperluas lapangan usaha untuk menyerap tenaga kerja yang berlebih disektor on farm (budidaya). Selain itu juga dilakukan pelatihan-pelatihan kewirausahaan, khususnya bagi pemuda putus sekolah seperti kursus manajemen usaha tani, pengolahan lanjutan produk pertanian, pengelolaan jasa alat mesin pertanian dan bimbingan permodalan dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
KATA PENGANTAR
Bismillah, Assalamualaikum wr, wb.
Puji syukur kami sampaikan ke hadapan Illahirobbi atas segala
limpahan berkah dan karunia yang tercurah selama ini.
Tesis ini adalah merupakan karya tulis akhir yang harus dibuat
oleh setiap mahasiswa dan merupakan satu syarat untuk dapat
dinyatak,an lulus dari program strata II Magister Perencanaan &
Kebijakan Publik di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kajian yang diambil untuk diamati dan dianalisis adalah aspek
perencanaan sektoral khususnya sektor pertanian dengan mengambil
judul: Optimisasi Penggunaan La han Pertanian di Kabupaten
Kuningan, dengan harapan dapat digunakan sebagai dasar pedoman
untuk pembuatan kebijakan publik dalam menetapkan pola tanam dan
prioritas jenis komoditas pertanian yang akan ditanam serta sekaligus
dapat memberikan kontribusi terbaik dari sektor pertanian bagi Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuningan. Kebijakan
tersebut biasanya dituangkan dalam Surat Keputusan Bupati.
Konstruksi model dibangun menggunakan program linier dengan
tujuan memaksimalkan keuntungan usaha tani berbagai jenis komoditas
tanaman pangan, hortikultura termasuk buah-buahan dan tanaman
perkebunan yang ditanam pada berbagai jenis lahan. Dengan program
linier membantu menentukan jenis komoditi pertanian apa saja yang
sebaiknya diusaha-tanikan, mengetahui besarnya keuntungan optimum
yang akan diperoleh dan memprediksi kerugian yang akan ditimbulkan,
jika jenis komoditi usaha tani yang tidak direkomendasikan oleh model
tetap ingin dimasukkan dalam usaha di suatu jenis lahan, serta
mengukur kelangkaan dan atau kelebihan sumberdaya yang digunakan
dalam usaha tani tersebut.
Penulis menyadari, isi yang terkandung dalam tulisan ini masih ada
terdapat kekurangan, akan tetapi belajar adalah suatu proses yang
berkelanjutan dan terus menerus, dengan mengungkapkan dan
mendiskusikannya dalam suatu forum bersama orang-orang yang tepat
akan semakin dipahami kelebihan dan kekurangan/kelemahannya,
sehingga keputusan yang harus diambil dapat dilakukan dengan lebih arif
karena didalamnya turut dipertimbangkan kekuatan dan kelemahan,
peluang dan hambatan dari keputusan itu.
Akhirnya sebagai ungkapan rasa syukur, dengan tulus penulis
menghaturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ketua Bappenas u.p. Kepala Biro Diklat Perencanaan
Pembangunan, dalam surat no.429/B.35/08/00 untuk kesempatan
mengikuti program pendidikan 52 dalam negeri beasiswa OTO
BAPPENAS.
2. Bapak Gubernur Propinsi Jawa Barat, dalam surat no.890/4915/ Peg.2
tanggal 10 agustus 2000, telah memberikan ijin kepada penulis untuk
mengikuti program pendidikan 52 dalam negeri.
3. Bapak Bupati Kabupaten Kuningan, telah memberikan ijin kepada
penulis sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Tugas Belajar
Bupati Kuningan no.821.1/KPTS. 74 - Kepeg/2000.
4. Bapak Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan yang telah
merekomendasikan penulis untuk mengikuti pendidikan 52 di
Universitas Indonesia.
5. Bapak Dr. Robert A. Simanjuntak, ketua program Magister
Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, untuk kesempatan belajar di lembaga pendidikan ini.
6. Bapak Sri Mulyono, SE,MSS. Selaku pembimbing utama dan pengajar
Teknik Pengambilan Keputusan, mata kuliah Operation Research.
7. Rekan-rekan angkatan IX pagi, untuk kebersamaan selama menjalani
belajar di MPKP khususnya Rekan Cut Syawalina dari Bappenas,
Rekan Ema Setiawati untuk dukungannya dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
8. Wiwin Widaningsih, Ibadi Nurshafa, Luthfina Nurulsyifa. Untuk
kesabaran, pengertian dan perhatian.
Semoga Yang Maha Kuasa pemberi taufik membalas semua budi baik ini.
Depok, Agustus 2004.
Denny Trikomandani
ii
DAFTAR lSI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Ruang lingkup Permasalahan 4
1.3. Tujuan 4
1.4. Metodologi Penelitian 5
1.5. Sistematika Penulisan 7
BAB II. TINJAUAN LITERATUR 8
2.1. Program Linier 8
2.1.1. Pengertian. 8
2.1.2. Model Dasar Program Linier. S
2.1.3. Syarat dan Asumsi Program linier. 10
2.2. Metode Analisis Program Linier. 12
2.2.1. Metode Grafis 13
2.2.2. Metode Simpleks 14
2.3. Penafsiran Tabel Simpleks Optimum 19
2.3.1. Solusi Optimum 21
2.3.2. Keadaan Sumberdaya 21
2.3.3. Sumbangan per-unit Sumberdaya 22
BAB III. KEADAAN SOSIAL EKONCMI KABUPATEN KUNINGAN 24
3.1. Letak dan Keadaan Geografis. 24
3.2. Kependudukan. 25
3.3. Ketenagakerj3an. 27
3.4. T~taguna L.ahan. 28
3.5. Keadaan Perekonomian 29
ii
3.6. Keadaan Pertanian. 30
3.6.1. Tanaman Pangan. 31
3.6.2. Tanaman Sayuran dan Hortikultura. 31
3.6.3. Tanaman Buah-buahan dan Perkebunan. 32
3.6.4. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi
dan Harga Komoditi. 33
BAB IV. PEMBAHASAN 36
4.1. Pembentukan Model Program Linier
Penggunaan Lahan. 36
4.2. Pengaturan Pola tanam dan Penggunaan Lahan. 39
4.2.1. Pola tanam pada lahan sawah. 39
4.2.2. Pola tanam pada lahan kering. .c1
4.3. Kendala Sumberdaya
4.3.1. Sumberdaya lahan
4.3.2. Tenaga kerja
4.4. Analisis Sensitivitas
4.4.1. Perubahan Luas Lahan
4.4.2. Perubahan Tenaga Kerja
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Daftar Pustaka
iii
42
43
4., ,_)
43
46
45
48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik Feasible region dari Kendala struktural
Gambar 2. Grafik solusi optimal dengan menarik garis Isoprofit dari garis Z
Gambar 3. Peta administrasi Kabupaten Kuningan.
iv
Halaman
13
14
24
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Persantase Lapangan Usaha pada PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 1995 - 2001 atas dasar Harga Konstan Tahun 1993
Contoh kasus Produksi Pintu aluminium & Jendela Kayu
Tabel Simpleks Contoh Soal
Tabel 3.Al. Tabel Simpleks lanjutan
Tabel 3.A2. Tabel Simpleks lanjutan
Tabel 3.A3. Tabel Simpleks lanjutan
Tabel 3.A4. Tabel Simpleks lanjutan
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel simpleks optimum "contoh soal"
Keputusan solusi optimum "contoh soal"
Makna langka vs berlebih variabel slack
Makna sumbangan per-unit sumberdaya Pada variabel slack
Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Rata-rata Kepadatan Penduduk I km2 Kabupaten Kuningan Tahun 2001.
Persentase Penduduk Kab. Kuningan usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut Lapangan Usaha, Tahun 1997- 2000.
Penggunaan lahan di Kabupaten Kuningan Tahun 2001
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kuningan Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1997- 2001.
Produk Domestik Regional Brute Kab. Kuningan atas dasar Harga Konstan 1993. Tahun 1997- 2001 ( dalam jutaan rupiah )
Luas Areal dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija Kabupaten Kuningan.
v
3
12
17
18
18
19
19
21
21
22
22
26
27
28
29
30
31
Tabel 14. Luas Areal dan Produksi Tanaman Sayuran Kabupaten Kuningan. 32
Tabel 15. Luas Areal dan Produksi Tanaman Buah-buahan Kabupaten Kuningan. 32
Tabel 16. Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kabupaten Kuningan. 33
Tabel 17. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi dan Harga Komoditi Tanaman Padi dan Palawija di Kabupaten Kuningan. 33
Tabel 18. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi dan Harga Komoditi Sayuran di Kabupaten Kuningan. 34
Tabel 19. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi dan Harga Komoditi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Kuningan. 34
Tabel 20. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi dan Harga Komoditi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Kuningan. 34
Tabel 21. Tingkat Konsumsi Bahan Makanan Penduduk Kabupaten Kuningan. 35
Tabel 22. Luas Tanam, Produksi dan Pendapatan Marjinal Sebelum Perencanaan 38
Tabel 23. Nilai solusi Optimal Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Kuningan 39
Tabel 24. Aktifitas yang tidak masuk solusi optimal serta nilai Reduce Cost nya 40
Tabel 25. Luas Tanam, Produksi dan Pendapatan Marjinal Setelah Perencanaan 41
vi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Model Rencana Pola Tanam dan Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Kuningan 49
Lampiran 2. Keterangan Variabel pada Pola Tanam dan Penggunaan Lahan so
Lampiran·3. Perhitungan Marjinal Profit Usaha Tani 51
Lampiran 4. Model Optimisasi Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Kuningan dengan LINDO 52
Lampiran 5. Solusi Optimal dengan LINDO 53
vii
1.1. Latar Belakang.
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep mengenai proses pertumbuhan ekonomi telah dikenal sejak
Adam Smith mengajukan gagasan bahwa pasar bebas merupakan jalan
terbaik untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Namun menyertai konsep tersebut terjadi apa yang disebut
oleh para ahli dengan istilah kegagalan pasar (market failure) dan
eksternalitas, yaitu disamping aktifitas produsen di satu pihak yang
berusaha memaksimalkan profit, dan aktifitas konsumen yang berusaha
memaksimalkan utilitasnya, baik disadari maupun tidak, ternyata terdapat
pihak ketiga yang juga terkena dampak oleh aktifitas produsen-konsumen
tersebut, dampak dari aktifitas tersebut dapat bersifat positif yang akan
dirasakan sebagai perluasan tingkat kesejahteraan. Akan tetapi sebaliknya
bila dampak aktifitas tersebut bersifat negatif akan terjadi pengurangan
bahkan hilangnya tingkat kesejahteraan (welfare loss) dan lebih jauh lagi
menimbulkan masalah keadilan.
Kondisi itu menghendaki adanya suatu lembaga yang mampu
menengahi dan menanggulangi ekses negatif yang saling bertentangan,
sehingga tercapai suatu keadaan yang berkeadilan dalam aktifitas ekonomi.
Peran mediasi untuk menanggulangi pertentangan tersebut biasanya
dilakukan oleh negara dalam bentuk regulasi oleh pemerintah. Dalam
negara yang dinamis peran itu semakin meluas, hampir tidak ada sektor
kehidupan yang luput dari regulasi, bentuk regulasi yang tepat akan
mampu menciptakan sinergi sehingga setiap potensi yang dimiliki dapat
dioptimalkan yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pertanian merujuk kepada suatu sistem yang kompleks dimulai
dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam termasuk
didalamnya usaha tani, agribisnis, dan organisasi pemerintah dalam
menyediakan produk dari suatu lahan sampai kepada para konsumen.
Istilah Agrikultur/pertanian pada mulanya digunakan pada pembudidayaan
tanaman dan ternak. Tetapi sebagai suatu sistem ekonomi hal itu menjadi
lebih kompleks, pertanian mempunyai arti yang lebih luas. Yang juga
meliputi perusahaan-perusahaan dan industri yang membuat, mengolah
dan memasarkan input untuk usaha tani seperti mesin pertanian, pupuk,
obat-obatan, jasa pelayanan dan bahan baku (supplies) yang digunakan
pada usaha tani modern. Istilah tersebut juga termasuk industri-industri
yang mengolah dan memasarkan produk usaha tani seperti perusahaan
dagang biji-bijian, pengemasan daging, pabrik kapas, pabrik susu dan
pemasaran, pedagang sayur dan buah-buahan dan pengolahan, pedagang
grosir pangan, supermarket dan pedagang eceran. Terakhir, pada pertanian
juga termasuk sektor publik yang membuat peraturan dan perundang
undangan; bimbingan riset ilmiah; sistem pendidikan, penyuluhan,
informasi pasar, price forecasting services; dan bimbingan analisa ekonomi.
Semua aktifitas ekonomi ini dapat dikelompokk.an ke dalam tiga subsektor
yang diidentifikasi berdasarkan fungsinya: sektor usaha tani, sektor
agribisnis, dan sektor publik. 1
Pendapat lain membagi pertanian sebagai suatu aktifitas yang
disebut pertanian on-farm dan prtanian off-farm. Pertanian on-farm
memiliki karakteristik menempati lokasi lahan yang terpencar-pencar
mengikuti kondisi iklim (sinar matahari, suhu, kelembaban,curah hujan)
dan keadaan geografi dan geologi tanah, kombinast dari keadaan tersebut
menentukan jenis tanaman bahkan ternak apa yang cocok dan baik untuk
dibudidayakan, karena energi untuk pertumbuhan tanaman berasal dari
sinar matahari, pertanian tidak dapat dipusatkan di dalam suatu pabrik.
Pertanian akan selalu memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang
terbuka terhadap sorotan sinar matahari. 2
Sebagai suatu sektor perekonomian proses produksi pertanian
menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah konversi lahan untuk
kegiatan ekonomi lainnya seperti industri, jalan, pemukiman dan berbagai
1 Wesley D. Seitz; Gerald C Nelson; Harold G. Halcrow; ECONOMICS OF RESOURCES, AGRICULTURE, AND FOOD. 2 Krisnandhi dan Bahrin Samad cit. AT Mosher. MENGGERAKKAN & MEMBANGUN PERTANIAN
2
aktifitas manusia lainnya yang memerlukan lahan, disamping itu
permintahan akan pangan yang terus meningkat seirirtg dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Dengan semakin terbatasnya sumberdaya
lahan perlu dilakukan suatu perencanaan penggunaan lahan.
Tabel 1. Persentase Lapangan usaha pada PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 1995- 2001 atas dasar Harga Konstan tahun 1993.
I.Jm'GNL..6!t-A l9:E 15£6 1937 1.9'.:8 19:9 JlD Jill.
1~~
~&~ ~~ J5,CI 33,27 35,~ 35,8; 35,$ ]!\$
2~o:tJ~ qa:' qa: qlC ql( qa: qa: ql( .11!10..61R: F8\I3J.fHlN 2,4: 2,4: 2,iC 2,4: 2,4: 2,4: 2,€1: 4 ~ GS~tliR.EfJSH qa: (\H: qa: qa; Qffi qa; q91 s~ 6,01 6,6:: 7,12 6,Et 6,<( 6,3: 6,11
o~t-OB...~~ ;;D,a: :!i,ff ZJ,'52. .27,1.< ZJ,f£ ZJ,f£ :!i,9: 7. ~[)t..II<M.NI4S 5,12 5,Z 5,3l
.. ~ .~ ~~ 5,41
a~ FE!ffiWf.J&
Jl@.~ 3,ff 3,81 3,92 2,7< 2,ff 3,1!: 3,:f
9. [email protected] Jl@. 17,SE 19,2.1 19,16 19,4: 19,2: 19,1!: 19,9: RU11<1XM511Kfti3:Q\A_BUJO ~a: ~a: ~CIJ lOla: ~a: :KI\CI :KI\CI
Sumber : Kuningan Dalam Angka 2001.
Kabupaten Kuningan sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2001
memiliki struktur PDRB dimana sektor pertanian memberikan kontribusi
terbesar, berkisar antara 33 °/o hingga 37°/o, diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran 26,6 - 27 %; kemudian sektor jasa 17 -
20 %, sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
Sebagai suatu kabupaten dengan lapangan usaha terbesar di bidang
pertanian, pemerintah daerah tidak mungkin begitu saja mengabaikannya
dalam setiap perencanaan pembangunan. Strategi dasar dari perencanaan
pembangunan pertanian adalah menggunakan konsep pembangunan
pertanian tiga dimensi yaitu : (1) Kebijakan usaha tani terpadu; (2)
Kebijakan komoditi terpadu; dan (3) Kebijakan wilayah terpadu.
Pada dasarnya konsep pembangunan tiga dimensi tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan keterpaduan dalam pembangunan
pertanian agar diperoleh pemanfaatan sumberdaya pertanian yang efisien
3
dan mampu meningkatkan pendapatan petani. Pada saat ini konsep
pembangunan pertanian tersebut di implimentasikan dalam bentuk
pengembangan agribisnis.
Adanya pendekatan agribisnis dalam pembangunan pertanian
menghendaki pengalokasian sumberdaya yang fleksibel dan perencanaan
yang matang dalam mengembangkan suatu komoditi. Dalam konsep
agribisnis pengembangan komoditi tidak semata-mata berorientasi pada
produksi, tetapi juga harus ditekankan pada peningkatan pendapatan
masyarakat. Dengan demikian perencanaan di tingkat daerah benar-benar
dituntut untuk mampu mengalokasikan sumberdaya pertanian agar tujuan
peningkatan pendapatan masyarakat dapat dicapai.
1.2. Ruang Lingkup Permasalahan.
Pada penelitian ini, permasalahan yang akan ditelaah adalah
pengalokasian sumberdaya, khususnya penggunaan sumberdaya Jahan
untuk tanaman pangan dan perkebunan guna meningkatkan pendapatan
masyarakat dari sektor pertanian dimana sektor tersebut masih merupakan
sektor dominan di kabupaten Kuningan, disamping itu akan diamati
komoditi-komoditi pertanian apa saja yang mampu memberikan
keuntungan optimal.
1.3. Tujuan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Kemungkinan pengalokasian sumberdaya Jahan secara optimal untuk
memaksimumkan sumbangan sektor pertanian di daerah penelitian.
2. Mencari komoditi pertanian yang memberikan keuntungan maksimal
bagi petani.
3. Mengetahui sampai seberapa jauh kendala sumberdaya lahan dan
tenaga kerja mempengaruhi proses produksi pertanian.
4
1.4. Metodologi Penelitian.
Data yang digunakan untuk tujuan penelitian ini sebagian besar
adalah data sekunder antara tahun 1995 - 2001, yang berkaitan dengan
kegiatan pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Kuningan antara
lain berupa: data luas Ia han yang tersedia; data luas tanam, luas panen,
produksi dan produktifitas; data jumlah tenaga kerja sektor pertanian;
data kebutuhan tenaga kerja dan biaya usaha tani per-komoditi per-satuan
luas; data harga komoditi; data harga/sewa faktor produksi; data
kesesuaian lahan; data pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian.
Data tersebut diperoleh dari Kantor BPS Pusat dan Propinsi Jawa Barat;
Dinas Pertanian setempat; Bapeda Setempat; untuk data harga komoditi
ditingkat petani dilakukan survey langsung di tingkat petani.
Data diolah untuk mengetahui nilai keuntungan per-hektar dari
setlap komoditi yang digunakan sebagai koefisien variabel keputusan dalam
fungsi tujuan (objective function) yang pada kasus ini adalah maksimisasi
profit.
Alat analisis yang digunakan ini adalah Linier Programing. Analisis
optimasi pengalokasian sumberdaya lahan digunakan alat bantu perangkat
lunak komputer Program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer).
Model matematis tinier programming adalah sebagai berikut:
Fungsi tujuan :
n Max. Z = 2: (Pxijk- Bx).XXijk)
x=1
dimana:
Px = nilai penerimaan (revenue) per-hektar untuk komoditi x pada luas
lahan i, jenis irigasi j, musim tanam k. dalam Rp/Ha.
Bx = biaya bahan atau input untuk usaha tani komoditi x. dalam Rp/Ha
XXijk = luas tanam I luas panen i<omoditi x pada lahan i, jenis irigasi j,
musim tanam k.
5
Kendala:
kendala luas lahan termasuk jenis irigasi dan musim tanam.
n Ci = L XXijk ::;; bi
x=l dimana:
Ci = kendala luas lahan i, untuk tanaman semusim, jenis irigasi j, musim tanam k.
Xx1jk = luas tanam /luas panen komoditi x pada lahan i, jenis irigasi j, musim tanam k.
bi = luas lahan i yang tersedia.
Pada Program Linier mensyaratkan beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Hubungan yang linier antara penggunaan sarana produksi dengan
produksi pertanian.
2. Penyediaan sarana produksi dianggap elastik sempurna, dengan kata
lain penyediaannya tidak dipengaruhi oleh tingkat harga pasar. Harga
hasil pertanian juga dianggap tetap, atau permintaan bukan merupakan
fungsi dari harga pasar.
3. Sebagian sarana produksi adalah bebas bergerak (perfect mobility),
sebagian sarana produksi lainnya tidak bebas bergerak
(immobile)seperti halnya tanah.
4. Hasil-hasil produksi pertanian bebas bergerak.
5. Kualitas dan jumlah masing-masing sarana produksi dalam jangka
pendek adalah tetap dan diketahui secara pasti (deterministik).
6. Tingkat teknologi dalam jangka pendek adalah tetap dan diketahui
secara pasti (deterministik).
7. Proporsionalitas, yaitu jika peubah pengambilan keputusan berubah,
maka dampaknya akan menyebar dengan proporsi yang sama terhadap
fungsi tujuan.
8. Aditifitas, yaitu koefisien peubah keputusan merupakan jumlah dari
nilai-nilai individu dalam model.
9. Divisibilitas, yaitu peubah pengambilan keputusan dapat dibagi dalam
bentuk pecahan.
6
1.5. Sistematika Penulisan.
Penulisan tesis ini dilakukan dengan mengikuti sistematika sebagai
berikut:
BAB I. Merupakan suatu pendahuluan yang berisi uraian tentang latar
belakang penelitian, ruang lingkup permasalahan yang dihadapi,
tujuan dari penelitian dan metodologi yang digunakan untuk
mengkaji permasalahan.
BAB II. Berisi uraian teoritis tinjauan literatur yang menjelaskan alat
analisis program linier yang digunakan antara lain pengertian dan
sejarah singkat program linier, model dasar, syarat dan asumsi
yang digunakan, metode analisis grafis dan simpleks, dan
penafsiran tabel simpleks optimum.
BAB III. Berisi gambaran umum keadaan sosial ekonomi Kabupaten
Kuningan meliputi letak dan keadaan geografis, luas dan batas
wilayah. Keadaan kependudukan dan ketenaga-kerjaan, tataguna
lahan, keadaan perekonomian antara lain struktur Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dan gambaran pertanian tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
BAB IV. Menyajikan data serta hasil anal isis pembahasar. yang berh-3itan
dengan pemanfaatan sumberdaya lahan dan jenis komoditi
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dalam keadaan
sebelum dan sesudah dilakukan perencanaan, kondisi tenaga kerja,
keuntungan optimal yang bisa diperoleh jenis komoditinya dan luas
tanam dan produksi yang disajikan sebagai hasil dari solusi optimal
dari model program linier yang telah dirumuskan.
BAB V. Berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dari bab
sebelumnya serta saran-saran untuk penentu kebijakan, petani
dalam menentukan jenis komoditi yang akan diusahakan.
7
2.1. Program Linier
2.1.1. Pengertian.
BAB II
TINJAUAN LITERA TUR
Model analisis Linear Programming yang diadaptasi kedalam
bahasa Indonesia menjadi Program Linier adalah suatu model matematis
yang digunakan untuk memperoleh nilai optimal ( baik maksimum
ataupun minimum ) dari suatu persamaan tinier yang dibatasi oleh
seperangkat pertidaksamaan linier. Teknik solusi masalah yang umum
pertama kali dikembangkan oleh George B Dantzig untuk menjawab
persoalan-persoalan pengalokasian pada USAF (United State Air Force
atau Angkatan Udara Amerika Serikat), yang saat ini sudah banyak
diimplementasikan di bidang bisnis, ilmu ekonomi dan bidang teknik.
Menurut HW Richarson dari sudut pandang pendekatan yang
berkenaan dengan ekonomi regional dan pendekatan optimisasi, model
pemrograman linier lebih dapat diadaptasikan ketimbang model I-0
(input-output) yang lebih bermanfaat untuk prakiraan atau peramalan
(forecasting). Program Linier memiliki sifat lebih dapat dioperasionalkan.
2.1.2. Model Dasar Program Linier.
Model umum Program Linier:
Untuk:
U = Ukuran efektifitas sistem yang dipelajari (fungsi tujuan)
(1)
F = menyatakan fungsi dari (hubungan fungsional antara U, Xi, Yj.) Xi = Peubah yang dapat dikendalikan, untuk i = 1, 2, ... , n. Yj = Peubah yang tidak dapat dikendalikan, untuk j = 1, 2, ... , m
Mencari nilai-nilai X1 , X2 , ... , Xn, yang dapat menghasilkan berbagai
kombinasi optimum (maksimum atau minimum) dari:
Fungsi tujuan :
(2)
8
Dengan dibatasi kendala-kendala:
c11 X1 + c12X2 + ... + C1nXn s atau 2 atau = b1
c21X1 + C22X2 + ... + C2nXn s atau 2 atau = b2
C31X1 + C32X2 + ... + CJnXn s atau 2 atau = b3
Xj 2 0 , untuk j = 1, 2, ... , n (4)
Atau dalam bentuk rumus
Optimumkan (maksimumkan atau minimumkan):
Z = :LC1 Xj ,untuk j = 1, 2, ... , n (5)
dengan syarat ikatan :
:Laijxj s atau 2 atau = bi, untuk i = 1, 2, ... , n. (6)
dan
Xj 2 0 , untuk j = 1, 2, ... , n. (7)
Keterangan:
z = nilai skalar kriteria pengambilan keputusan atau fungsi tujuan. cj = parameter yang dijadikan kriteria optimisasi atau
koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan. Xj = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan (yang ingin dicari). aij = koefisien teknologi peubah pengambil keputusan pada kendala ke-i. bi = sumberdaya yang terbatas, hal yang membatasi kegiatan/usaha
yang bersangkutan, disebut juga konstanta atau nilai sebelah kanan dari kendala ke-i.
Dari model dasar program linier diketahui tiga unsur penting yang
harus dipenuhi dalam setiap persoalan program linier yang kemudian
dirumuskan secara matematis. Ketiga unsur tersebut adalah :
1. Fungsi tujuan (objective function)
2. Fungsi Kendala (constrain function)
3. Fungsi kendala non-negatif (non-negative constrain function)
9
2.1.3. Syarat dan Asumsi Program linier.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk merumuskan
suatu permasalahan ke dalam model program linier, Nasendi dan Anwar
1985 mensyaratkan :
1. Tujuan : tujuan harus dirumuskan secara tegas, biasanya dapat
dinyatakan dengan dua cara yaitu pernyataan memaksimumkan
suatu . dampak positif seperti keuntungan, manfaat, laba. Atau
pernyataan meminimalkan suatu dampak negatif seperti resiko,
kerugian, biaya.
2. Kombinasi alternatif: harus ada berbagai alternatif yang ingin dicapai
dari fungsi tujuan baik untuk tujuan memaksimalkan ataupun
meminimalkan, misalnya antara kombinasi waktu tercepat dan biaya
tinggi, dengan waktu terlambat dengan biaya rendah; antara padat
modal dengan padat karya; dan seterusnya.
3. Keterbatasan Sumberdaya: sumberdaya yang terbatas ini disebut
kendala atau syarat ikatan seperti misalnya: waktu, modal, tenaga
kerja, luas lahan, dan lain-lain. Yang biasanya dalam suatu proses
produksi merupakan input.
4. Perumusan matematis: Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus
dapat dinyatakan secara kuantitatif dalam suatu pernyataan
rnatel"'latis atau model matematik.
5. Keterkaitan antar Varia bel: variabel yang terdapat pada fungsi tujuan
dan kendala harus memiliki keterkaitan atau hubungan fungsional,
dapat berupa hubungan interdependensi, interaksi, sebab-akibat, dan
lain sebagainya.
Suatu model agar dapat dioperasionalkan dalam keadaan
terkendali dalam arti terkontrol dalam suatu situasi tertentu yang kita
sebut asumsi. Pada program linier asumsi tersebut adalah:
1. Linieritas: asumsi ini menghendaki perbandingan antara input yang
satu dengan input yang lain, atau untuk suatu input dengan output
besarnya tetap dan terlepas pada tingkat produksi.
10
2. Proporsionalitas: mempunyai arti bahwa kontribusi setiap aktifitas
terhadap nilai Z pada fungsi tujuan adalah proporsional pada setiap
level aktifitas Xj sebagaimana ditunjukkan oleh notasi Cj Xj dalam
fungsi tujuan. Demikian pula dengan fungsi kendala, kontribusi
setiap aktifitas pada sisi kiri dari setiap fungsi kendala adalah
proporsional pada setiap level aktifitas Xj sebagaimana ditunjukkan
oleh notasi aij Xj dalam fungsi kendala.
3. Aditivitas: adalah untuk keseluruhan fungsi tujuan dan fungsi
kendala diperoleh dengan menjumlahkan setiap kontribusi individual
dari masing-masing kegiatan. Maksudnya adalah tidak ada interaksi
antar kegiatan sehingga dalam model tidak timbul hasil perkalian.
Notasi untuk kontribusi individual fungsi tujuan adalah Cj Xj , sedang
kan notasi untuk kontribusi individual fungsi kendala adalah aij Xj .
4. Divisibilitas: adalah unit-unit kegiatan dapat dibagi ke dalam bagian
sekecil-kecilnya sehingga memungkinkan diperoleh nilai-nilai
pecahan pada variabel-variabel keputusan.
5. Deterministik: artinya bahwa semua parameter model seperti nilai aii
,bi , ci , merupakan konstanta yang diketahui atau sudah ditetapkan.
Untuk kasus penggunaan program linier di bidang pertanian
sebagaimana dikemukakan oleh Nizwar Syafa'at 1997, ia menambahkan
bebcrapa asumsi lagi selain asumsi yang telah disebutkan di atas,
antara lain.
1. Penyediaan sarana produksi dianggap elastik sempurna, dengan kata
lain penyediaannya tidak dipengaruhi harga pasar. Demikian juga
harga hasil pertanian dalam jangka pendek dianggap tetap, atau
dengan kata lain permintaan bukan merupakan fungsi dari harga
pasar.
2. Sebagian sarana produksi bebas bergerak dari satu daerah ke daerah
lain (perfect mobility), sarana produksi demikian dinamakan sarana
nasional. Sedangkan sarana produksi lainnya tid;:lk bergerak
(immobile) seperti lahan dan fasilitas pengolahan.
3. Hasil-hasil pertanian bebas bergerak antar daerah.
11
4. Kualitas hasil, jumlah produksi, kebutuhan sarana produksi, tingkat
teknologi dalam jangka pendek diketahui pasti dan tetap
( determ inistik).
2.2. Metode Analisis Program Linier.
Pendekatan yang digunakan untuk memperoleh nilai optimum dari
suatu fungsi tujuan dapat dilakukan dengan dua pendekatan , yaitu (1)
metode grafis atau (2) metode simplek dan dilanjutkan dengan analisis
sensitifitas.
Untuk memahami kedua metode tersebut ada baiknya dengan
menggunakan contoh kasus:
Suatu perusahaan menghasilkan 2 produk. Produk 1 adalah sebuah
pintu kaca berkerangka aluminium, produk 2 berupa jendela
berkerangka kayu. Perusahaan itu membawahi 3 buah pabrik, pabrik 1
membuat rangka aluminium dan dari Jogam lainnya, pabrik 2 membuat
rangka kayu, pabrik 3 dipakai untuk merakit produksi akhir.
Produk 1 membutuhkan kapasitas produksi yang ada di pabrik 1 dan 3,
produk 2 membutuhkan kapasitas produksi yang ada di pabrik 2 dan 3.
Dalam bentuk matriks persoalan tersebut di atas dapat
disederhanakan menjadi tabel berikut ini.
Tabel 2. Contoh kasus produksi pintu aluminium & jendela kayu.
Kapasitas terpakai per-unit Tingkat produksi Kapasitas
Pabrik Produk tersedia
1 2
1 1 0 4 2 0 2 12 3 3 2 18
Laba per-unit $ 3 $ 5
Formulasi masalah ke dalam Program linier sebagai berikut:
Maks z = 3 X1 + 5 X2
12
Kendala: x1 ::; 4
2Xz ::; 12
3X1 + 2 Xz ::; 18
X1, Xz ~ 0
Keterangan:
Z = Total profit per-minggu dari ke 2 produk (ribuan $) xl = jumlah produk 1 yang dihasilkan per-minggu X2 = jumlah produk 2 yang dihasilkan per-minggu
2. 2.1. Metode Grafis
Masalah tersebut di atas memiliki dua variabel keputusan.
Penyelesaian dengan metode grafis adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Grafik Feasible region dari Kendala Struktural
2X2<=12.
1. Gambarkan pada grafik nilai-nilai X1 dan X2 dari pertidaksamaan
ketiga kendala yang sudah teridentifikasi. Daerah yang masuk pada
ketiga pertidaksamaan adalah daerah feasible (Gambar 1.)
2. Cari titik pada daerah feasible yang mempunyai nilai maksimum dari
nilai z = 3 X1 + 5 Xz dengan cara memasukkan nilai titik pada setiap
sudut daerah feasible ((0,6);(2,6);(4,3);(4,0)) dan ternyata titik
(2,6) memberikan nilai maksimum sebesar 36.
13
3. Cara lain adalah menggambarkan garis Z = 3 X1 + 5 X2 sebagai garis
isoprofit, kemudian digeser dari titik (0,0) ke kanan daerah feasible.
Titik singgung terluar antara garis Z = 3 X1 + 5 X2 dengan daerah
feasible merupakan nilai maksimum yang dicari (Gambar 2.).
Gambar 2. Grafik dengan cara menarik garis Isoprofit dari garis Z
2X2=12
2.2.2. Metode simpleks.
Merupakan peralatan guna pencarian solusi optimal program linier
secara tabel dengan cara iterasi. Pada dasarnya yang dilakukan adalah
seperti melakukan proses evaluasi terhadap titik-titik ekstrem pada
metode penyelesaian grafik, namun digeneralisasikan untuk k variabel.
Proses yang dilakukan merupakan penerjemahan dari proses penentuan
dan perubahan basis pada aljabar linier. Untuk itu dibuatlah sistem
persamaan dari kendala struktural (structural constraints) sedemikian
rupa sehingga dapat membentuk matrik identitas. Hal ini dilakukan
dengan mengubah sistem fungsi-fungsi kendala struktural menjadi
sistem persamaan melalui penambahan variabel slack, surplus dan
artificial. Pada pertidaksamaan dengan tanda ~ dilakukan penambahan
variabel slack. Untuk pertidaksamaan dengan tanda ~ dilakukan
penambahan variabel surplus dan terhadap kendala dengan tanda =
dilakukan penambahan variabel artificial. 14
Dari posisi ini, pilihlah variabel pembentuk matrik identitas (variabel
basis) untuk pemecahan awal. Umumnya nilai fungsi tujuan untuk
pemecahan ini adalah nol pada persoalan maksimisasi, dan besar tak
berhinqga pada persoalan minimisasi. Selanjutnya lakukan evaluasi
tingkat optimalitas. Bila belum optimal, lakukan perbaikan tingkat
optimalitas dengan mengganti salah satu variabel basis. Ini berarti ada
satu variabel yang keluar dan satu variabel non basis yang masuk ke
dalam sistem penyelesaian. Cara yang dianjurkan untuk proses
penggantian variabel adalah dengan memasukkan variabel yang akan
memberikan dampak kenaikan terbesar (pada persoalan maksimisasi)
terhadap nilai fungsi tujuan atau penurunan terbesar (pada persoalan
minimisasi), sedangkan variabel basis yang digantikan ditentukan
dengan memperhatikan terpenuhinya syarat kendala. Proses ini
dilakukan secara berulang (iterative) hingga diperoleh pemecahan
optimal.
Evaluasi tingkat optimalitas dilakukan dengan menilai apakah
masuknya salah satu variabel non basis akan dapat meniningkatkan
optimalitas dari fungsi tujuan. Jadi perlu ada penilaian dari setiap
variabel non basis. Pada persoalan maksimisasi, tahap penyelesaian
dianggap belum optimal, bila masuknya sebuah variabel non basis akan
menghasilkan peningkatan nilai fungsi tujuan. Sedangkan pada
persoalan minimisasi, tahap penyelesaian dianggap belum OJJtimal, bila
masuknya sebuah varibel non basis akan menyebabkan penurunan nilai
fungsi tujuan.
Metode simpleks bentuk aljabar.
Kita kembali pada contoh diatas:
Kendal a fungsional: X1 ~ 4 ; varia bel slack untuk kendala ini :
X3 = 4 - X1 ; sehingga X1 + X3 = 4 ; kendala semula X1 ~ 4
berlaku bila X3 ~ 0. Karena itu X1 ~ 4 ekivalen dengan himpunan
kendala X1 + X3 = 4; dan XJ ~ 0. Maka kendala yang memudahkan
inilah yang dipakai.
Langkah-langkah penyelesaian metode simpleks adalah sebagai
berikut:
15
Semua variabel awal adalah nol atau (X1 , X2 ) = (0,0), akibatnya
setelah memasukan variabel-variabel slack, variabel-variabel semula
merupakan variabel non-basis dan variabel slack merupakan variabel
basis bagi penyelesaian layak dasar awal.
Kendala:
1. xl ::; 4 ekivalen
2. 2 x2 s 12
3. 3 x1 + 2 x2 s 18 3 X1 + 2X2 + Xs = 18
karena variabel-variabel non-basis dibuat not (X1=0; dan X2=0),maka
dalam penyelesaian variabel-variabel non-basis dianggap tidak ada,
sehingga X3 = 4; X4= 12; Xs = 18. Ini merupakan penyelesaian layak
dasar awal.
Langkah selanjutnya adalah prosedur langkah iterasi. Pada setiap
langkah iterasi, metode simpleks bergerak dari penyelesaian layak dasar
awal ke penyelesaian layak dasar yang berdekatan (disebut variabel
basis masuk) dan mengubah variabel basis menjadi variabel non-basis
dan selanjutnya menghasilkan penyelesaian layak dasar baru.
Variabel yang memiliki koefisien positif tertinggi, sehingga akan
meningkatkan Z (fungsi tujuan) pada nilai tertinggi dipilih menjadi
variabel basis masuk, sedangkan untuk variabel basis keluar, pilih
variabel-variabel basis yang mungkin seperti X3, X4, Xs yang
memberikan batas-atas terkecil bagi X2,yaitu X4, sehingga X4 = 0 (non
basis) dan x2 = 6 (basis) dalam penyelesaian layak dasar yang baru.
Demikian seterusnya langkah iterasi ini dilakukan kembali hingga
diperoleh nilai Z (fungsi tujuan) maksimum dalam hal ini Z = 36.
Untuk menentukan apakah penyelesaian layak dasar terbaru
sudah optimal dilakukan uji optimalitas dengan ketentuan: suatu
penyelesaian layak dasar dinyatakan sudah optimal jika dan hanya jika
semua variabel non-basis memiliki koefisien negatif dalam bentuk fungsi
tujuan terbaru/sekarang. Pada uji optimalitas digunakan fungsi tujuan
16
I
I I
I
terbaru, bukan fungsi tujuan aslinya adalah karena pada fungsi tujuan
terbaru sudah memasukan semua variabel-variabel non-basis dan tidak
memasukkan variabel-variabel basis.
Metode simpleks bentuk tabel.
Pada tabel simpleks yang dicatat adalah hanya informasi yang penting
saja, yaitu
1. koefisien variabel
2. konstanta ruas kanan persamaan
3. variabel basis yang muncul dalam setiap persamaan.
Sebagai langkah awal, memilih variabel-variabel asli sebagai variabel
non-basis awal dijadikan nol dan variabel-variabel slack menjadi variabel
basis awal.
Penyelesaian layak dasar awal untuk contoh kasus di atas adalah
(0,4,12,18) dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Var. Basis
z x3
Tabei.3A
I
Nom or ' J Persamaan I
0 1 2 3
z
1 0 0 0
Tabel Simpleks contoh soal.
Xt
-3 1 0 3
Nilai Koefisien
x2
-5 0 2 2
x3
0 1 0 0
x4
0 0 1 0
Xs
0 0 0 1
I Ruas 1 Kanan
I I
0 4
12 18
I I
I I
Selanjutnya adalah langkah iterasi, pertama tentukan variabel basis
masuk dengan memilih variabel non-basis dengan nilai koefisien negatif
terbesar dalam persamaan dalam kasus ini adalah -5. Kolom dibawah
nilai koefisien tersebut dinamakan kolom pivot (dicetak tebal) pada
Tabel 3.A1. kedua, tentukan variabel dasar keluar dengan cara:
(a) memilih setiap nilai r.talam kolom pivot yang bernilai positif (> 0).
(b) membagi nilai ruas kanan dengan nilai pivot pada baris yang sama.
(c) menentukan persamaan dengan rasio terkecil.
(d) memilih variabel basis untuk persamaan ini.
17
Beri tanda pada baris persamaan ini dalam tabel simpleks
disebelah kanan kolom z, dan baris ini dinamakan baris pivot. Angka
dalam baris dan kolom pivot disebut nilai pivot. Ketiga, tentukan
penyelesaian layak dasar yang barudalam bentuk tepat eliminasi Gauss
pada penyelesaian yang sekarang, yaitu ketiga kolom pertama dibiarkan
tidak berubah kecuali bahwa variabel basis keluar dalam kolom variabel
basis diganti oleh variabel basis masuk. Untuk mengubah koefisien dari
variabel baru dalam baris pivot menjadi 1, bagilah seluruh baris dengan
nilai pivot, sehingga baris pivot baru adalah baris pivot lama dibagi nilai
pivot. Untuk menentukan apakah penyelesaian layak dasar terbaru
sudah optimal dilakukan uji optimalitas dengan ketentuan: suatu
penyelesaian layak dasar dinyatakan sudah optimal jika dan hanya jika
semua variabel non-basis memiliki koefisien negatif dalam bentuk fungsi
tujuan terbaru/sekarang. Jika diperoleh nilai negatif, stop. Jika belum
diperoleh nilai negatif, maka langkah iterasi dilanjutkan.
Tabel 3 A1. Tabel Simpleks lanjutan ~---
I Var. Nom or
Nilai Koefisien Ruas Kanan
Basis Persamaan z x1 X2s x3 x4 Xs !
z 0 1 -3 -5 0 0 0 0 x3 1 0 1 0 1 0 0 4 x4 2 0 0 2 0 1 0 12 12/2=6 Xs 3 0 3 2 0 0 1 i 18 18/2=9
'
Tabel 3 A2. Tabel Simpleks lanjutan
Var. Nom or
Nilai Koefisien Ruas Kanan I
Basis Persamaan z x1 x2 x3 x4 Xs
z 0 1 -3 -5 0 0 0 0 x3 1 0 1 0 1 0 0 4 x4 2 0 0 2 0 1 0 12 Xs 3 0 3 2 0 0 1 18
z 0 1 x3 1 0 x2 2 0 0 1 0 V2 0 6 Xs 3 0
18
Tabel 3 A3. Tabel Simpleks lanjutan
Var. Nom or Nilai Koefisien Ruas Kan:l
Basis Persamaan z Xt x2 x3 x4 Xs '
z 0 1 -3 -5 0 0 0 0 x3 1 0 1 0 1 0 0 4 x4 2 0 0 2 0 1 0 12 Xs 3 0 3 2 0 0 1 118
i I z 0 1 -3 0 0 5/2 0 J3o
x3 1 0 1 0 1 0 0 4 I x2 2 0 0 1 0 1f2 0 6 I Xs 3 0 3 0 0 -1 1 6
' I _I
Tabel 3 A4. Tabel Simpleks Lanjutan.
Nilai Koefisien i Var. Nom or j Ruas Kanan Basis Persamaan z Xt X;_ x3 x4 Xs
I I : I
z 0 1 -3 -5 0 0 0 I 0 I x3 1 0 1 0 1 0 0 I 4 i ' x4 2 0 0 2 0 1 0 '12 ' !
Xs 3 0 3 2 0 0 1 18 '
i
z 0 1 -3 0 0 5/2 0 30 i x3 1 0 1 0 1 0 0 4 x2 2 0 0 l. 0 1f2 0 6 i Xs 3 0 3 0 0 -1 1 I 6
I
z 0 1 0 0 0 3/2 1 36 x3 1 0 0 0 1 1/3 -1/3 2 x2 2 0 0 1 0 1f2 0 6 x1 3 0 3 0 0 -1/3 -1/3 2
2.3. Penafsiran Tabel Simpleks Optimum.
Dalam dunia nyata, masalah-masalah yang dirumuskan dengar.
menggunakan program linier menggunakan ratusan kendala dan ribuan
variabel keputusan. Keadaan tersebut tidak mungkin diselesaikan secara
manual tanpa memakan waktu dan melakukan kesalahan-kesalahan,
sebagai gantinya digunakan komputer.
19
Dalam penyelesaian model Program Linier, akan terasa bahwa
banyak waktu diperll!kan untuk pembentukan model, pengumpulan data
dan menyiapkan input untuk dicocokkan dengan kode komputer. Jika ini
telah dilakukan, komputer akan mengambil-alih dan memberikan solusi
optimal dari masalah tersebut.
Sekarang perhatian harus diarahkan untuk membaca,
menafsirkan dan menganalisa hasil komputer. Adalah keliru jika
beranggapan bahwa seseorang dapat menafsirkan hasil komputer tanpa
memiliki pengetahuan memadai tentang bagaimana dan mengapa
metode simpleks bekerja. Tanpa pemahaman ini, anda dapat
memutuskan secara salah yang akhir akan membuat ketidakpercayaan.
Tabel simpleks optimum bukan sekedar suatu daftar variabel dan
nilai optimum-nya, tetapi ia dipenuhi dengan informasi-informasi,
termasuk nilai optimum variabel-variabel. Informasi-informasi yang
dapat diperoleh dari tabel simpleks baik secara langsung maupun
dengan tambahan perhitungan sederhana adalah:
(a) Solusi optimum. (b) Keadaan sumber daya. (c) sumbangan per-unit
sumber daya, Kepekaan solusi optimum terhadap perubahan
tersedianya sumber daya, koefisien fungsi tujuan, dan konsumsi oleh
setiap kegiatan.
Untuk menjelaskan butir-butir tersebut, kita kembali pada contoh
persoalan yang telah digunakan, yaitu:
Maksimumkan
Dengan syarat: Xt ~
2X2 ~
3Xt+ 2X2 ~
x1, x2 ~
4 kendala kapasitas pabrik I
12 kendala kapasitas pabrik II
18 kendala kapasitas pabrik III
0
dimana X1 dan X2 adalah memproduksi Produk 1 adalah sebuah pintu
kaca berkerangka aluminium, produk 2 berupa jendela berkerangka
kayu. Tabel simpleks optimum masalah ini ditunjukan seperti berikut.
20
Tabel 4. Tabel simpleks optimum "contoh soal"
Var. Nom or Nilai Koefisien Ruas Basis Persamaan z Xt x2 x3 x4 Xs Kanan
z 0 1 0 0 0 3/2 1 36 x3 1 0 0 0 1 1/3 -1/3 2 x2 2 0 0 1 0 1f2 0 6 x1 3 0 3 0 0 -1/3 -1/3 2
2.3.1. Solusi optimum
Dalam penerapan solusi program linier, klasifikasi variabel
sebagai basis dan non basis adalah tidak penting dan sebaiknya
diabaikan dalam membaca solusi optimum. Variabel-variabel yang tidak
dicantumkan dalam kolom basis tabel optimum memiliki nilai nol.
Variabel dalam kolom basis nilainya diletakkan dalam kolom solusi. Dari
tabel optimum contoh di atas diberikan ringkasan seperti berikut.
Tabel 5. Keputusan solusi optimum "contoh soal"
Varia bel keputusan
Xl X2 z
Nilai optimum keputusan
2 memproduksi pintu kaca rangka AI 6 memproduksi jendela rangka kayu
36 menghasilkan laba $ 36
2.3.2. Keadaan Sumberdaya
Kendala digolongkan menjadi dua yaitu langka dan berlebih,
tergantung apakah solusi optimal
sumberdaya yang bersangkutan.
langsung menyatakan bahwa
mengkonsumsi seluruh ketersediaan
Berbicara sumberdaya secara tidak
ada suatu batas maksimum
ketersediaannya yang berarti bahwa kendala harus berjenis $, sehingga
kendala-kendala jenis ~ bukan menunjukkan suatu pembatas
sumberdaya, tetapi kendala tersebut lebih menyatakan bahwa solusi
harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kepuasan
minimum dan permintaan minimum.
21
Keadaan sumberdaya (berlebih atau langka) pada setiap model
program tinier dapat ditentukan secara langsung dari tabel optimum
dengan dengan mengamati variabel slack. Dari tabel optimum contoh di
atas diberikan ringkasan seperti berikut.
Tabel 6. Makna langka vs berlebih variabel slack
Sumberdaya variabel slack keadaan
Kapasitas pabrik I x3 = 2 berlebih
Kapasitas pabrik II x4 = 0 langka
j Kapasitas pabrik III xS = 0 langka
Suatu slack positif berarti bahwa sumberdaya tidak digunakan
seluruhnya, sehingga ia berlebih. Sementara slack sama dengan nol
menunjukkan bahwa seluruh jumlah sumberdaya dikonsumsi oleh
kegiatan-kegiatan dalam model. Dari tabel 7 di atas kapasitas pabrik I
(sumberdaya ke 1) berlebih, artinya penambahan produksi pintu kaca
rangka aluminium hanya akan semakin menambah jumlah pintu
tersebut tanpa memperbaiki solusi optimal. Penambahan kayu
(kapasitas pabrik II) dan tenaga untuk merakit produk (kapasitas pabrik
III) akan memperbaiki solusi optimum karena sumberdaya-nya langka.
2.3.3. Sumbangan per-unit sumberdaya
Sumbangan per-unit suatu sumberdaya adalah tingkat perbaikan
dalam nilai optimum sebagai akibat kenaikan jumlah ketersediaan
sumberdaya tersebut. Informasi ini dapat dilihat pada tabel simpleks
optimum. Lihat pada koefisien persamaan Z di bawah variabel basis
awal (XJ , X4, Xs) yang akan kita tulis kembali sebagai berikut.
Tabel 7. Makna sumbangan per-unit sumberdaya Pada variabel slack.
Basis Xt X2 X3 >4 Xs solusi
z 0 0 0 3/2 1 36
22
Koefisien di bawah Xs sebesar 1 artinya, jika sumberdaya ke 3
(kapasitas pabrik III) ditambah 1 unit, maka nilai fungsi tujuan akan
bertambah 1 unit. Koefisien di bawah X4 sebesar 3/2 atau 1,5 berarti
jika kapasitas pabrik II ditambah 1,5 unit, maka nilai fungsi tujuan
bertambah 1. Koefisien dibawah X3 sebesar nol berarti jika kapasitas
pabrik I ditambah, nilai fungsi tujuan tak berubah, karena dalam
masalah ini kapasitas pabrik I memiliki sumberdaya berlebih.
Ekonom lebih senang menggunakan istilah shadow price, imputed
price, implisit value, intrisinc value, incremental value, atau dual price
untuk menerangkan sumbangan per-unit sumberdaya. Shadow price per
definisi tidak sama dengan biaya atau harga satu unit sumberdaya,
sementara shadow price adalah sumbangan dari perubahan satu unit
sumberdaya terhadap fungsi tujuan.
23
BAB Ill KEADAAN SOSIAL EKONOMI KABUPATEN KUNINGAN
3.1. Letak dan Keadaan Geografis
Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat
pada koordinat 1080 23' sampai 1080 47' Bujur timur, dan 60° 47'
sampai 70° 12' Lintang selatan. Luas wilayah 1.117,85 km2 atau
111.785 Ha terbagi ke dalam 19 kecamatan, 357 Desa dan 13
Kelurahan.
Gambar 3. Peta administrasi Kabupaten Kuningan.
Kab. Ciamis
PETA
ADMINISTRASI SKALA 1 : 1 00000
[!] hdiWNJ .......
8 ..... ~ .... . B ........ ~ ~ ....... ..... ~ IJIIIKH.I,.,IIft
~-0·· .. ~ .. -
KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2003
Pada tahun 2001 bersamaan dengan diterapkannya otonomi
daerah jumlah kecamatan dimekarkan menjadi 29 kecamatan
sedangkan jumlah desa dan kelurahan tetap. Batas administrasi
Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut:
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Cirebon.
• Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan
Kabupaten Cilacap Provinsi JawaTengah.
• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Majalengka.
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes Provinsi
JawaTengah.
24
Keadaan topografi wilayah bagian barat dan selatan merupakan
tipikal daerah dataran tinggi, Gunung Ceremai disebelah barat dengan
tinggi 3078 m di atas permukaan laut mejadi batas dengan kabupaten
Majalengka, disebelah selatan daerah bergunung-gunung berakhir di
Sungai Cijulang mengalir ke tenggara yang menjadi batas dengan
kabupaten Ciamis. Di sebelah tenggara Gunung Baturungkupan 1300 m,
Gunung Karangtengah 1217 m, dan Gunung Pojoktiga 1347 m menjadi
batas dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap. Wilayah utara
dan timur" merupakan daerah data ran rendah dengan ketinggian berkisar
antara 50 - 300 m di atas permukaan laut.
Curah hujan di dataran tinggi berkisar antara 3000 - 4000
mm/tahun dan dataran rendah curah hujan berkisar antara 2000 - 3000
mm/tahun. Sumberdaya air di kabupaten Kuningan memiliki 1 buah
waduk Darma, 63 situ (telaga), 43 Sungai dengan sungai terbesar
adalah sungai Cisanggarung dan sungai Cijulang, 6 mata air panas. Pada
zona resapan air di kawasan Gunung Ceremai terdapat 156 titik mata air
dengan debit 4625 liter/detik yang tersebar di 9 kecamatan (Darma,
Cigugur, Kadugede, Kuningan,
Mandirancan dan Pasawahan).
Kramatmulya, Jalaksana, Cilimus,
Potensi sumberdaya air tersebut
dimanfaatkan sebagai sumber air minum untuk kabupaten Kuningan dan
Cirebon, industri semen di Palimanan, irigasi untuk pertanian dan
pariwisata.
3.2. Kependudukan
Salah satu aspek dari kependudukan adalah penduduk merupakan
sumber angkatan kerja, sehingga laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi dengan sendirinya akan mencerminkan laju pertumbuhan
angkatan kerja yang tinggi pula. Pada daerah yang bersifat agraris
dimana jenis lapangan kerja yang tersedia sangat terbatas, laju
pertumbuhan angkatan kerja yang terlampau cepat menimbulkan
masalah.
Sampai dengan tahun 2001, Jumlah penduduk Kabupaten
Kuningan 989.645 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 493.607
orang dan jumlah penduduk wanita 496.083 orang. Sex ratio yang
25
Keadaan topografi wilayah bagian barat dan selatan merupakan
tipikal daerah dataran tinggi, Gunung Ceremai disebelah barat dengan
tinggi 3078 m di atas permukaan laut mejadi batas dengan kabupaten
Majalengka, disebelah selatan daerah bergunung-gunung berakhir di
Sungai Cijulang mengalir ke tenggara yang menjadi batas dengan
kabupaten Ciamis. Di sebelah tenggara Gunung Baturungkupan 1300 m,
Gunung Karangtengah 1217 m, dan Gunung Pojoktiga 1347 m menjadi
batas dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap. Wilayah utara
dan timur merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar
antara SO - 300 m di atas permukaan laut.
Curah hujan di dataran tinggi berkisar antara 3000 - 4000
mm/tahun dan dataran rendah curah hujan berkisar antara 2000 - 3000
mm/tahun. Sumberdaya air di kabupaten Kuningan memiliki 1 buah
waduk Darma, 63 situ (telaga), 43 Sungai dengan sungai terbesar
adalah sungai Cisanggarung dan sungai Cijulang, 6 mata air panas. Pada
zona resapan air di kawasan Gunung Ceremai terdapat 156 titik mata air
dengan debit 4625 liter/detik yang tersebar di 9 kecamatan (Darma,
Cigugur, Kadugede, Kuningan, Kramatmulya, Jalaksana, Cilimus,
Mandirancan dan Pasawahan). Potensi sumberdaya air tersebut
dimanfaatkan sebagai sumber air minum untuk kabupaten Kuningan dan
Cirebon, industri semen di Palimanan, irigasi untuk pertanian dan
pariwisata.
3.2. Kependudukan
Salah satu aspek dari kependudukan adalah penduduk merupakan
sumber angkatan kerja, sehingga laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi dengan sendirinya akan mencerminkan laju pertumbuhan
angkatan kerja yang tinggi pula. Pada daerah yang bersifat agraris
dimana jenis lapangan kerja yang tersedia sangat terbatas, laju
pertumbuhan angkatan kerja yang terlampau cepat menimbulkan
masalah.
Sampai dengan tahun 2001, Jumlah penduduk Kabupaten
Kuningan 989.645 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 493.607
orang dan jumlah penduduk wanita 496.083 orang. Sex ratio yang
25
i
menggambarkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah pendududuk wanita menunjukkan angka yang sangat seimbang,
yaitu rata-rata 99,51 °/o yang artinya jumlah penduduk laki-laki relatif
sama dengan jumlah penduduk wanita.
Trngkat kepadatan penduduk untuk setiap satu km2 rata-rata 886
orang, dengan daerah terpadat penduduknya adalah Kecamatan
Kuningan 2.690,54 orang/km2 dan daerah terjarang penduduknya
adalah Kecamatan Cilebak 337,94 orang/km2.
Tabel 8. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Rata-rata Kepadatan Penduduk I km2 Kabupaten Kuningan Tahun 2001.
Luas Penduduk Rata-rata Kecamatan Daerah Laki-laki Wan ita Jumlah Kepadatan I
km2 (km2) [{orang) I{ orang ) IC orang ) (orang)
1 Darma 49,43 21.423 22.056 43.479 879,61 2 Kadugede 19,03 11.355 11.419 22.774 1196,74 3 Nusaherang 17,84 9.538 9.538 19.076 1069,28 4 Ciniru 48,26 9.245 9.238 18.483 382,99 5 Hantara 35,02 6.750 6.751 13.501 385,52 6 Selajambe 37,28 6.848 7.176 14.024 376 18 7 Subang 44,95 7.918 8.308 16.226 360 98 8 Cilebak 35,42 5.865 6.105 11.970 337,94 9 Ciwaru 72 03 13.452 13.538 26.990 374,70
10 Karangkancana 36,29 7.837 7.837 15.674 431,91 11 Cibingbin 72,77 16.638 17.106 33.744 463,71 12 Cibeureum 31,46 9.066 9.437 18.503 58814 13 Luragung 43[28 17.334 17.673 35.007 808,85 14 Cimahi 52,45 17.933 17.933 35.866 683,81 15 Cidahu 33,89 18.992 19.118 38.110 1124,52 16 Kalimanggis 20,47 11.164 11.164 22.328 1090,77 17 Ciawigebang 61,36 38.208 38.519 76.727 1250,44 18 Cipicung 18,37 12.978 12.978 25.956 1412,96 19 Lebakwangi 76,05 39.433 39.084 78.517 1032,44 20 Garawangi 40,73 33.845 33.039 66.884 1642,13 21 Kuningan 28,01 37.087 38.275 75.362 2690,54 22 Cigugur 27,25 19.589 18.846 38.435 1410,46 23 Karamatmulya 18,42 22.266 22.361 44.627 2422,75 24 Jalaksana 2l,SS 19.707 19.689 39.396 1828,12 25 Jap::~ra 27 79 9.576 9.577 19.153 689,20 26 Cilimus 59 OS 35.198 35.031 70.229 1189 31 27 Mandirancan 37 00 11.696 11.788 23.484 634 70 28 Pancalang 18,13 11.397 11.361 22.758 1255,27 29 Pasawahan 33,42 11.269 11.093 22.362 669,12
Kab. Kuningan 1.117,00 493.607 496.038 989.645 885,98
Sex Ratio
97,13 99,44
100,00 100,08
99,99 95,43 95,31 96,07 99,36
100,00 97,26 96107 98,08
100,00 99,34
100,00 99,19
100,00 100,89 102,44
96,90 103,94
99,58 100 09
99,99 100 48 99,22
100,32 101 59
99,51
26
3.3. Ketenagakerjaan
Salah satu tolok ukur yang seringkali digunakan untuk melihat
tingkat keberhasilan pelaksanaan pembangunan adalah seberapa jauh
dunia kerja mampu menyerap tenaga kerja dari penduduk yang ada di
wilayah tersebut. Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor
(lapangan usaha) akan berdampak langsung terhadap penciptaan
lapangan kerja.
Dilihat dari kegiatan sektor usaha di kabupaten Kuningan,
lapangan kerja di sektor pertanian (52,51°/o) merupakan sektor yang
paling besar menampung tenaga kerja, diikuti oleh sektor perdagangan
(24,20°/o) dan Jasa(9,53°/o). Situasi perkembangan tenaga kerja di
berbagai sektor dapat dilihat pada Tabel 9. berikut:
Tabel 9. Persentase Penduduk Kab. Kuningan usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut Lapangan Usaha, Tahun 1997 - 2000.
T a h u n Lapangan Usaha 1997 1998 1999 2000
1. Pertanian 43,00 43,89 43,80 52,51 2. Pertambangan & Penggalian 0,07 0,00 0,35 0,18 3. Industri Pengolahan 4,88 4,27 6,45 4,74 4. Ustrik, Gas & Air Minum 0,70 0,13 0,28 0,00 5. Bangunan/Konstruksi 6,15 6,79 6,32 4,65 6. Perdagangan,Hotel & Restoran 27,52 28,19 26,36 24,20 7. Angkutan & Komunikasi 3,95 4,27 5,00 3,84 8. Keuangan, Pe~ewaan 0,20 0,47 0,42 0,36 9. Jasa-jasa 13,40 11,99 10,81 9,53 10. Lainnya 0,13 0,00 0,21 0,00
Jumlah 100 100 100 100 Sumber: Susenas 2000
Dari 989.645 orang penduduk kabupaten Kuningan pada tahun
2001, 822,671 orang diantaranya termasuk ke dalam penduduk usia
kerja (10 tahun ke atas) dan yang berkerja disektor pertanian sebesar
519.663 orang (52,51°/o). Guna keperluan perencanaan ini dimana
satuan tenaga kerja yang digunakan adalah HOK (hari orang kerja)
dihitung dengan rumusan:
HOK = [ ~ P · ( PL + (0,8 · PW)] ·300 = 116.602.778 27
Keterangan: K : angkatan kerja = 431.985 orang P : jumlah penduduk = 989.645 orang PL : jumlah penduduk laki-laki = 493.607 orang PW : jumlah penduduk wanita = 496.038 orang 0,8 : konversi tenaga kerja wanita setara laki-laki 300 : jumlah hari kerja dalam 1 tahun
3.4. Tataguna Lahan
Luas wilayah kabupaten Kuningan 1.117,85 km2 atau 111.785 Ha,
kurang lebih 90,10 % adalah lahan yang digunakan untuk aktifitas
pertanian dalam arti luas. 26,43 o/o atau 29.550 Ha diantaranya adalah
lahan sawah dengan berbagai jenis sistem irigasi dan 73,12 % atau
81.738 Ha adalah lahan kering yang sebagian besar dapat digunakan
untuk aktifitas pertanian.
Tabel 10. Penggunaan lahan di Kabupaten Kuningan Tahun 2001.
Penggunaan Lahan Tanam Jumlah 2x 1x
1. Sa wah 25.212 4.338 29.550 1.1. Irigasi Teknis 4.666 4.666 1.2. Irigasi 1/2 Teknis 8.342 8.342 1.3. Irigasi sederhana 4.064 185 4.249 1.4. Irigasi Desa/NonPU 3.181 142 3.323 1.5. Tadah Hujan 4.632 3.811 8.443
2. Lahan Kering 81.738 2.1. Pekarangan 9.785 2.2. Tegalan 15.835 2.3. Ladang/Huma 13.829 2.4. Pengangonan 1.412 2.5. Tidak diusahakan 2 2.6. Hutan Rakyat 7.629 2. 7. Hutan Negara 20.062 2.8. Perkebunan 2.071 2.9. Lain-lain 11.113
3. Kolam/empang 497
0/o
26,43 4,17 7,46 3,91 3,33 7,55
73,12 8,75
14,17 12,37
1,26 0,00 6,82
17,95 1,85 9,94
0,44
Total (1+2+3) 111.785 100,00 Sumber: Kuningan Dalam Angka 2002.
Sisanya merupakan pemukiman, jalan, perairan, dan penggunaan
lainnya. Dari Tabel 10. secara umum dapat dilihat alokasi penggunaan
lahan di Kabupaten Kuningan.
28
3.5. Keadaan Perekonomian
Perekonomian Kabupaten Kuningan sebagian besar bergerak di
sektor/lapangan usaha pertanian, ini terlihat dari angka persentase
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menunjukkan angka
persentase tertinggi pada periode antara tahun 1997-2001 berkisar
antara 33,27 °/o di tahun 1997 dan tertinggi di tahun 1999 sebesar 35,89
0/o, pada tahun berikutnya menunjukkan kecenderungan menurun.
Bila dicermati lebih jauh ternyata subsektor Tanaman Pangan
merupakan kegiatan usaha terbesar berkisar antara 25,28 °/o - 27,06 %
jika dibandingkan dengan subsektor Pertanian lainnya bahkan dengan
sektor/lapangan usaha lainnya seperti lapangan usaha Perdagangan
yang merupakan sektor ke dua terbesar dengan kisaran 26,9 °/o - 27,52
0/o dan lapangan usaha Jasa-jasa yang merupakan sektor ke tiga
terbesar dengan kisaran 19,15 °/o - 19,96 °/o dari struktur PDRB
Kabupaten Kuningan. Untuk lebih jelas gambaran tentang struktur
ekonomi di kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 11. Persentase
Struktur PDRB Kabupaten Kuningan tahun 1997- 2001.
Tabel 11. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kuningan atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1997- 2001.
LAPANGAN USAHA Tahun 1997 1998 1999 2000 2001
1. PERTANIAN,PETERNAKAN, l KEHUTANAN & PERIKANAN 33,27 35,24 35,89 35,59 34,59 a. Tanaman Bahan Makanan 25,28 26,76 27,06 26,80 26,04 b. Tanaman Perkebunan 1,63 1,82 1,83 1,84 1,80 c. Petemakan & Hasil-hasilnya 5,69 5,94 6,14 6,09 5,92 d. Kehutanan 0,19 0,21 0,20 0,20 0,20 e. Perikanan 0,49 0,52 0,65 0,65 0,63
2. PERTAMBANGAN & PENGGAUAN 0,10 0,10 0,08 0,08 0,10 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2,70 2,49 2,49 2,48 2,60 4. USTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,86 0,89 0,88 0,89 0,91 5.BANGUNAN 7,12 6,68 6,40 6,35 6,17 6. PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 27,52 27,12 27,05 27,05 26,90 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5,34 5,29 5,30 5,28 5,41 8. KEUANGAN, PERSEWAAN &
JASA PERUSAHAAN 3,92 2,72 2,66 3,15 3,::;c
9. JASA - JASA 19,16 19,45 19,25 19,15 19,96
PDRB Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kab. Kumngan 2002.
I
Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah digambarkan dengan
naik/turunnya persentase angka PDRB daerah tersebut. Untuk
Kabupaten Kuningan menunjukkan selama periode tahun 1997 - 2001
laju pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi yang cukup berarti.
Pada umumnya menunjukkan angka pertumbuhan positif, kecuali pada
tahun 1998 laju pertumbuhannya negatif sebagai dampak dari krisis
ekonomi. Yang menarik pada kondisi krisis ini, lapangan usaha yang ada
mengalanii kelesuan dengan kecenderungan pertumbuhan yang negatif,
akan tetapi lapangan pertanian justru mengalami pertumbuhan positif.
Ini menunjukkan krisis ekonomi kurang berpengaruh buruk terhadap
lapangan usaha pertanian pada umumnya.
Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kuningan atas dasar Harga Konstan 1993. Tahun 1997 - 2001
( dalam jutaan rupiah )
LAPANGAN USAHA TAHUN
1997 1998 1999 2000
1. PERTANIAN,PETERNAKAN,
2001
KEHUTANAN & PERIKANAN 308.743,04 308.539,40 318.190,58 324.385,92 325.317,12 a. Tanarnan Bahan Mak.anan 234.562,78 234.279,45 239.949,47 244.268,56 24 4.927,00 b. Tanarnan Perkebt.nan 15.106,78 15.921,36 16.262,11 16.813,40 16.896,75 c. Pet:emak.an & Hasil-hasilnya 52.804,15 52.014,32 54.408,85 55.497,59 55.655,42 d. Kehutanan 1.730,08 1.806,38 1.808,66 1.831,63 1.919,37 e. Perik.anan 4.539,25 4.517,89 5.761,49 5.914,74 5.918,58
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 939,94 891,43 737,91 754,66 965,44 3. INDUSTRI PENGOI...AHAN 25.096,27 21.838,19 22.078,26 22.566,19 24.440,50 4. USTRIK, GAS & AIR BERSIH 8.023,69 7.816,38 7.800,48 8.075,31 8.547,03 5. BANGUNAN 66.095,19 58.438,61 56.749,59 57.833,51 58.041,18 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 255.432,09 237.433,71 239.801,70 246.559,35 252.982,10 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 49.569,43 46.337,11 46.964,97 48.097,17 50.870,87 8. KEUANGAN, PERSEWMN &
JPSA PERUSAHMN 36.344,90 23.856,31 23.562,10 28.669,07 31.595,53 9. JPSA - JPSA 1n.n1,11 170.321,11 170.693,87 174.491,68 187.775,69 PRODUK OOMESTIK REGIONAL BRlJTU 1.236.759,30 1.184.011,65 1.204.770,04 911.372,86 940.535,46
Sumber: BPS Kab. Kuningan 2002.
3.6. Keadaan Pertanian
Aktifitas pertanian dalam arti luas meliputi pembudidayaan
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan
perikanan. Dalam kajian ini yang menjadi perhatian adalah Pertanian
Tanaman Pangan yang meliputi komoditi Padi, Palawija, Hortikultura
30
(sayuran, buah-buahan) dan komoditi Perkebunan yang dominan
diusahakan oleh penduduk Kabupaten Kuningan.
3.6.1. Tanaman Pangan
Berdasarkan potensi lahan dan jenis-jenis jaringan irigasi yang
ada luas sawah yang dapat ditanami di kabupaten Kuningan adalah
29.550 Ha. Jenis tanaman yang banyak ditanam adalah padi sawah pada
lahan yang beririgasi baik setidaknya 2 kali dalam 1 tahun, sedangkan
pada lah~m yang beririgasi kurang baik setidaknya dapat ditanam 1 kali
padi sawah dan 1 kali palawija, bahkan dengan perencanaan waktu
tanam yang tepat dan pemilihan varietas tanaman berumur
pendek/genjah indeks pertanaman masih bisa ditingkatkan.
Tabel 13. Luas Areal dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija Kabupaten Kuningan.
Jenis Luas Luas Produksi Produktifitas
Tanaman Tanam Pan en
(Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Padi 59.166,00 61.002,00 370.164,00 6,07
2 Padi gogo 4.106,00 5.521,00 16.699,00 3,02
3 Jagung 6.111,00 5.494,00 16.945,00 3,08
4 Kedelai 1.480,00 1.478,00 1.652,00 1,12
5 Kacang tanah 3.712,00 3.638,00 6.612,00 1,82
6 Kacang hijau 873,00 814,00 711,00 0,87
7 Ubi kayu 3.371,00 3.198,00 36.829,00 11,52
8 Ubi jalar 5.135,00 5.025,00 78.539,00 15,63
Sumber: Kuningan Dalam Angka Thn.2001 & Dinas Pertanian Kab. Kuningan, data diolah.
3.6.2. Tanaman Sayuran dan Hortikultura
Sayuran biasa ditanam pada musim ketiga pada lahan sawah
beririgasi baik, dan atau pada musim kedua pada lahan sawah beririgasi
kurang baik atau lahan tadah hujan.
31
Tabel 14. Luas Areal dan Produksi Tanaman Sayuran Kabupaten Kuningan.
Jenis Luas Luas Produksi
Tanaman Tanam Panen
(Ha) (Ha) (Ton)
1 Bawang daun 2.205,50 2.294,50 35.806,60
2 Bawang merah 1.074,00 1.091,00 5.212,40
3 Petsai 377,00 399,00 4.330,80
4· Cabe 336,00 341,00 3.088,70
5 Buncis 181,00 221,00 1.504,20
6 Wortel 160,00 178,00 4.293,30
7 Kubis 111,00 111,00 1. 798,90
8 Kentang 108,00 93,00 1.546,80
9 Tom at 95,00 105,00 461,20
10 Kacang panjang 86,00 84,00 207,60
Sumber: Kuningan Dalam Angka Thn.2001 & Dinas Pertanian Kab. Kuningan, data diolah.
3.6.3. Tanaman Buah-buahan dan Perkebunan
Produktifitas
(Ton/Ha)
15,61
4,78
10,85
9,06
6,81
24,12
16,21
16,63
4,39
2,47
Tanaman buah-buahan ditanam pada lahan pekarangan, kebun
atau ladang, tegalan, dan perkebunan rakyat.
Tabel 15. Luas Areal dan Produksi Tanaman Buah-buahan Kabupaten Kuningan.
-
Jenis Luas Luas Produksi Produktifitas
Tanaman Tanam Panen
(Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Durian 867,29 229,65 562,46 2,45
2 Jeruk 581,53 253,93 543,91 2,14
3 Mangga 3.620,56 1111,19 6637,16 5,97
4 Pi sang 4.192,47 2119,69 16241,04 7,66
5 Rambutan 876,29 262,49 2296,23 8,75
6 Salak 613,12 232,34 154,32 0,66
Sumber: Kuningan Dalam Angka Thn.2001 & Dinas Pertanian Kab. Kuningan, data diolah.
32
Tabel 16. Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kabupaten Kuningan.
Jenis Luas Luas Produksi Produktifitas
Tanaman Tanam Panen
(Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Kelapa 7.705,00 4.111,00 4. 752,19 1,156
2 Cengkih 2.301,00 1.994,00 216,47 0,109
3 Melinjo 1. 703,50 338,00 137.867,00 407,891
4 .Kopi 1.631,50 840,00 538,21 0,641
Sumber: Kunmgan Dalam Angka Thn.2001 & Dinas Perkebunan Kab. Kuningan, data diolah.
3.6.4. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi
dan Harga Komoditi
Guna penentuan Koefisien input - output digunakan data-data
sekunder dari berbagai sumber yang sebagian diolah sedemikian rupa
sehingga diperoleh angka yang realistis, seperti penghitungan kebutuhan
tenaga kerja dalam satu tahun diperoleh dari data Susenas tahun 2000
distribusi persentase angkatan kerja menurut lapangan usaha sehingga
diperoleh rasio angkatan kerja dengan jumlah penduduk dikalika.,
dengan jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk wanita (dibuat
setara pria dengan koefisien 0,8) kemudian dikalikan 300 (hari kerja
dalam 1 tahun).
Tabel 17. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi
1
2
3
4
5 6
7
8
dan Harga Komoditi Tanaman Padi dan Palawija Di Kabupaten Kuningan.
Jenis Produksi Harga Tenaga Biaya
Tanaman Kerja Produksi
(Ton) (Rp/Kg) (HOK) (Rp/Ha)
Padi 370.164,00 1.000 120 4.879.000
Padigogo 16.699,00 1.050 95 2.309.000
Jagung 16.945,00 800 42 1.950.600
Kedelai 1.652,00 3.000 57 1.604.500
Kacang tanah 6.612,00 2.625 57 3.564.000
Kacang hijau 711,00 3.600 57 1.550.000
Ubi kayu 36.829,00 480 38 187.800
Ubi jalar 78.539,00 500 48 6.502.700
33
Tabel 18. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi dan Harga Sayuran Di Kabupaten Kuningan.
Jenis Produksi Harga Tenaga Biaya
Tanaman Kerja Produksi (Ton) (Rp/Kg) (HOK) (Rp/Ha)
1 Bawang daun 35.806,60 2.400 165 16.195.000
2 Bawang merah 5.212,40 3.950 282 15.800.000
3 Petsai 4.330,80 1.050 145 2.250.000
4 Cabe 3.088,70 4.100 164 11.096.000
5· Buncis 1.504,20 1.450 115 9.850.000
6 Wortel 4.293,30 2.700 169 10.939.000
7 Kubis 1.798,90 1.200 112 8.500.000
8 Kentang 1.546,80 2.500 297 11.840.000
9 Tomat 461,20 1.700 164 2.900.000
10 Kacang panjang 207,60 2.200 116 5.250.000
Tabel 19. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi dan Harga Komoditi Tanaman Buah-buahan Di Kabupaten Kuningan.
Jenis Produksi Harga Tenaga Biaya Tanaman Kerja Produksi
(Ton) (Rp/Kg) (HOK) (Rp/Ha)
1 Durian 562,46 7.500 335 2.950.000
2 Jeruk 543,91 3.500 275 1.725.000
3 Mangga 6.637,16 3.250 253 3.250.000
4 Pi sang 16.241,04 950 169 2.150.(}001
5 Rambutan 2.296,23 1.000 264 1.825.000
6 Salak 154,32 3.500 273 1.250.000
Tabel 20. Kebutuhan Tenaga Kerja, Biaya Produksi dan Harga Komoditi Tanaman Perkebunan Di Kabupaten Kuningan.
Jenis Produksi Harga Tenaga Biaya
Tanaman Kerja Produksi
(Ton) (Rp/Kg) (HOK/Ha) (Rp/Ha)
1 Kelapa 4.752,19 1.450 267 15.250.000
2 Cengkih 216,47 12.500 325 18.250.000
3 Melinjo 13.786,70 900 354 10.725.000
4 Kopi 538,21 1.500 368 10.225.000
34
Tabel 21. Tingkat Konsumsi Bahan Makanan Penduduk Kabupaten Kuningan.
Komoditi Satuan
Tanaman Pangan
1 Padi GKG 2 Padi Gogo GKG
3 Jagung PK 4 Kedele Kg
5 Kacang Tanah Kg
6 Kacang Hijau Kg
7 Ubi kayu Kg
8 Ubi jalar Kg
Sayuran
9 Bawang daun Kg
10 Bawang merah Kg
11 Petsai Kg
12 Cabe Kg
13 Bun cis Kg
14 Wortel Kg
15 Kubis Kg
16 Kentang Kg
17 Tom at Kg
18 Kacang panjang Kg
Buah-buahan
19 Durian Kg
20 Jeruk Kg
21 Mangga Kg
22 Pi sang Kg
23 Rambutan Kg
24 Salak Kg
Perkebunan
25 Cengkih Kg
26 Kelapa Kg
27 Melinjo Kg
28 Kopi Kg
Keterangan: GKG : Gabah Kering Giling (kg) PK : Pipilan Kering (kg)
Konsumsi
(Kg/Kap{Thn)
223
223
195
10,5
1,5
1,5
10,5
10,5
22,01
3,60
3,46
2,33
1,24
3,47
1,24
1,14
0,40
0,15
0,37
0,27
10,53
10,97
0,63
0,09
0,18
2,50
1,15
0,10
Jumlah penduduk Kab. Kuningan = 989.645 orang
Konsumsi
Penduduk
220.690.835,00
220.690.835,00
192.980.775,00 10.391.272,50
1.484.467,50
1.484.467,50
10.391.272,50
10.391.272,50
21.782.086,45
3.562. 722,00
3.424.171, 70
2.305.872,85
1.227.159,80
3.434.068,15
1.227.159,80
1.128.195,30
395.858,00
148.446,75
366.168,65
267.204,15
10.420.961,85
10.856.405,65
623.476,35
89.068,05
178.136,10
2.474.112,50
1.138.091, 75
98.964,50
35
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pembentukan Model Program Linier Penggunaan Lahan
Perencanaan penggunaan lahan di Kabupaten Kuningan dengan
tujuan memaksimal keuntungan dalam program linier dirumuskan sebagai
berikut:
Fungsi Tujuan (Objective Function)
MAX Z = 1.377X1 + 1.377X2 + 1.377X3 + 1.377X4 +1.377X5 + 1.377X6
+ 1.377X7 + 1.961X8 + 1.961X9 + 1.961X10 + 1.961X11
+ 3.168X12 + 3.168X13 + 3.168X14 + 3.168X15 + 3.168X16
+ 3.168X17 + 5.056X18 + 5.056X19 + 5.056X20 + 1.145X21
+ 1.145X22 + 1.145X23 + 1.145X24 + 19.149X25 + 19.149X26
+ 19.149X27 + 19.149X28 + 19.149X29 + 19.149X30
+ 5.881X31 + 5.881X32 - 17 .074X33 - 14.356X34- 3.441X35
- 9.730X36
Dengan Kendala (Subject to)
1. Menanam Padi Sawah di lahan Irigasi Teknis & 112 Teknis pada Musim
Tanam I
Xl ~ 13008
2. Menanam Padi Sawah di lahan Irigasi Teknis & 112 Teknis pada Musim
Tanam II
X2 ~ 13008
3. Menanam Padi Sawah, Palawija & Sayuran di lahan Irigasi Teknis & 1f2
teknis pada Musim Tanam III
X3 + X12 + X25 ~ 13008
4. Menanam Padi Sawah di lahan Irigasi Sederhana & Desa pada Musim
Tanam I
X4 ~ 7572
5. Menanam Padi Sawah & Ubi jalar di lahan Irigasi Sederhana & Desa
pada Musim Tanam II
X5 + X21 ~ 7572
36
6. Menanam Padi gogo, Palawija & Sayuran di lahan Irigasi Sederhana &
Desa pada Musim Tanam III
X8 + x13 + x2s ~ 7572
7. Menanam Padi Sa wah & Padi gogo di Ia han Tadah Hujan pada Musim
Tanam I
X6 + X9 ~ 8443
8. Menanam Padi gogo, Palawija, Ubi-kayu, Ubi-jalar & Sayuran di lahan
Tadah Hujan pada Musim Tanam II
X10 + x·14 + X18 + X22 + X27 ~ 8443
9. Menanam Palawija & Sayuran di lahan Tadah Hujan pada Musim
Tanam III
X15 + X28 ~ 8443
10.Menanam Buah-buahan di lahan Pekarangan
X31 ~ 9785
11.MenaP3m Palawija, Ubi-kayu, Ubi-jalar, Sayuran dan Buah-buahan di
lahan Tegai/Kebun
X16 + X19 + X23 + X29 + X32 ~ 15835
12.Menanam Padi Sawah, Padi gogo, Palawija, Ubi-Kayu, Ubi-Jalar dan
Sayuran di lahan Ladang/Huma
X7 + X11 + X17 + X20 + X24 + X30 ~ 13829
13.Menanam Cengkih, Kelapa, Melinjo, Kopi di lahan Perkebunan
X33 + X31 + X35 + X36 ~ 2071
14.Tenaga kerja yang diperlukan
120X1 + 120X2 + 120X3 + 120X4 + 120X5 + 120X6 + 120X7 + 95X8 + 95X9 + 95X10 + 95X11 + 53X12 + 53X13 + 53X14 + 53X15 + 53X16 + 53X17 + 38X18 + 38X19 + 38X20 + 48X21 + 48X22 + 48X23 + 48X24 + 173 X25 + 173X26 + 173X27 + 173X28 + 173X29 + 173X30 + 261X31 + 261 X32 + 267 X33 + 325 X34 + 354 X35 + 368 X36 < = 116602778
Variabel keputusan pada fungsi tujuan memaksimalkan keuntungan
yang disimbolkan dengan notasi X1 sampai dengan X36 merupakan
aktifitas bertanam/produksi berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura
dan tanaman perkebunan (lampiran 1,2), angka koefisien didepannya
adalah nilai keuntungan atau marginal profit (lampiran 3). Aktifitas
produksi pertanian itu dilakukan diatas hamparan luas lahan yang
37
memiliki karakteristik berlainan demikian juga dengan waktu tanam jenis
tanaman yang diusahakan, ada tanaman semusim dan tanaman tahunan.
Hal tersebut dirumuskan dalam kendala (constraints) yang dihadapkan
(subject to) pada fungsi tujuan (objective function). Kendala luas lahan
adalah nomor 1 s/d 13, sedangkan nomor 14 adalah kendala tenaga
kerja.
Sebelum rencana pengaturan pola tanam, jenis tanaman budidaya
diusahakan yang diamati adalah berjumlah 28 jenis tanaman. Untuk
keperluan ·mengurangi kompleksitas pembuatan model penggunaan lahan
pertanian di Kabupaten Kuningan dilakukan penyederhanaan dengan
melakukan pengelompokan tanaman dengan asumsi jenis tanaman di
tanam pada tipe lahan yang sama, pada musim tanam yang sama dan
umur tanaman relatif sama, seperti palawija merupakan pengelompokan
dari tanaman jagung, kedele, kacang hijau, dan kacang tanah. Sayuran
merupal<an pengelompokan dari tanaman bawang-bawangan, petsai,
cabe, buncis, wortel, kubis, kentang, tomat dan kacang panjang. Buah
buahan merupakan pengelompokan dari durian, jeruk, mangga, pisang,
rambutan dan salak. Setelah dilakukan penyederhanaan jenis tanaman
yang masuk kedalam model berjumlah 11 jenis tanaman (lampiran 1.
Rencana Pola tanam dan Penggunaan lahan).
fab~! 22. Luas Tanam, Produksi dan Pendapatan Marjinal Sebelum Perencanaan
No. Komoditi LuasTanam Produksi Pendapatan (Ha) (kg) (Rp)
1 Padi 59.166,00 370.164.000 81.493.006.000
2 PadiGogo 4.106,00 16.699.000 8.053.196.000
3 Palawija 12.176,00 25.920.000 38.573.259.600
4 Ubikayu 3.371,00 36.829.000 17.044.846.200
5 Ubijalar 5.135,00 78.539.000 5.878.135.500
6 Sayuran 4.733,50 58.250.500 90.644.035.500
7 Buah-buahan 10.751,26 26.435.120 63.232.126.218
8 Kelapa 7.705,0C 4.752.185 -110.610.581.750
9 Cengklh 2.301,00 216.470 -39.287.375.000
10 Melinjo 1.703,50 13.786.700 -5.862.007.500
11 Kopl 1.631,50 538.211 -15.874.771.000
Total 112.779,76 1.332.839.497.680
38
Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan budidaya
tanaman sebelum dilakukan perencanaan tersebut adalah sebesar
Rp. 1.332.839.497.680,- dengan luas tanam keseluruhan 112.779,76 ha
(Tabel 22).
Kegiatan usahatani budidaya tanaman setelah dilakukan
perencanaan pengaturan pola tanam memberikan solusi optimal jika
mengusahakan 4 jenis tanaman yaitu padi sawah, padi gogo, sayuran dan
buah-buahan dengan memberikan nilai sebesar Rp 1.416.252.000.000,
dengan luas tanam keseluruhan 126.518 ha sebagaimana terlihat pada
Tabel 23 berikut,
X1
X2
X4
X5
X9
X25
X26
X27
X28
X29
X30
X31
Tabel 23. Nilai solusi Optimal Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Kuningan
Solusi Optimal Koefsien Variabel Nilai Fungsi Tujuan ( Rp ) 126,518 Menanam padi di lahan Irigasi Teknis & 1/2 Teknis pada MT.I 1.3n 13008
Menanam padi di lahan Irigasi Teknis & 1/2 Teknis pada MT.ll 1.3n 13008
Menanam padi di lahan Irigasi Sederhana & desa pada MT.I L3n 7572
Menanam padi di lahan Irigasi Sederhana & desa pada MT.ll 1.3n 7572
Menanam padi gogo di lahan Tadah hujan pada MT.I 1.961 8443
Menanam sayuran di lahan Irigasi Teknis & 1/2 Teknis pada MT.m 19.149 13008
Menanam sayuran di lahan Irigasi sederhana & desa pada MT.m 19.149 7572
Menanam sayuran di lahan Tadah Hujan pada MT.ll 19.149 8443
Menanam sayuran di lahan Tadah Hujan pada MT.m 19.149 8443
Menanam sayuran di lahan Tegai/Kebun 19.149 15835
Menanam sayuran di lahan L.adang/Huma .i9.149 138L9
Menanam buah-buahan di lahan Pekarangan 5.881 9785
Nilai (Rpx1000) 1 416 252))00
17,912,016
17,912,016
10,426,644
10,426,644
16,556,723
249.090.192
144,996,228
161,675,007
161,675,007
303,224,415
264,811,521
57,545,585
Dengan demikian pengaturan pola tanam baru sebagimana
dilakukan setelah perencanaan dapat memberikan keuntungan lebih
tinggi dibandingkan dengan sebelumnya dan pendapatan petani juga
dapat ditingkatkan.
4.2. Pengaturan Pola tanam dan Penggunaan Lahan
Dengan asumsi produktifitas hasil tanaman sama antara sebelum
dan sesudah dilakukan perencanaan. Luas tanam dan produksi komoditi
pertanian sebelum perencanaan adalah sebagai berikut:
39
4.2.1. Pola tanam pada lahan sawah
Pada lahan sawah solusi optimal untuk pengaturan pola tanam
dapat dilihat dari variabel yang menunjukkan nilai reduce cost sama
dengan nol. Lahan sawah dengan irigasi teknis dan 1h teknis adalah pada
musim tanam I dan musim tanam II dapat digunakan untuk menanam
padi sawah, sedangkan pada musim tanam III akan lebih menguntungkan
jika ditanam dengan komoditi sayuran. Demikian juga untuk lahan sawah
dengan berpengairan irigasi sederhana & desa, pada musim tanam I dan
musim tanam II dapat ditanami dengan padi sawah, dan pada musim
tanam III akan memberikan keuntungan yang optimal jika lahan tersebut
ditanami dengan komoditi sayuran.
Tabel 24. Aktifitas yang tidak masuk solusi optimal serta nilai Reduce Cost nya
Variabel Aktifitas Reduce Cost X3 Menanam padi di lahan Irigasi Teknis pada MT.III 17,771999 X6 Menanam padi di lahan Tadah Hujan pada MT.I 0,584
X7 Menanam padi di lahan Ladang/Huma 17,771999
X8 menanam padi gogo di lahan Irigasi Sederhana & Desa pada MT.III 17,188
X10 menanam padi gogo di lahan Irigasi Tadah Hujan pada MT.III 17,188
Xll menanam padi gogo di lahan Irtgasi Ladang Huma 15,981
X12 menanam palawija di lahan Irigasi Teknis pada MT.III 15,981
X13 menanam palawija di lahan Irigasi Sederhana & Desa pada MT.III 15,981
X14 menanam palawija di lahan Tadah Hujan pada MT.II 15,981
X15 menanam palawija di lahan Tadah Hujan pada MT.III 15,981
X16 menanam palawija di lahan Tegai/Kebun 15,981
X17 menanam palawija di lahan Ladang/Huma 15,981
X18 menanam Ubikayu di lahan Tadah Hujan pada MT.II 14,093
X19 menanam Ubikayu di lahan Tegai/Kebun 14,093
X20 menanam Ubikayu di Jahan Ladang/Huma 14,093
X21 menanam Ubljalar di lahan Irigasi sederhana pada MT.II 0,232
X22 menanam Ubijalar dl lahan Tadah Hujan pada MT.II 18,004
X23 menanam Ubijalar di lahan TegaljKebun 18,004
X24 menanam Ubijalar di Jahan Ladang/huma 18,004
X32 menanam Buah-buahan di Jahan Tegal Kebun 13,268
X33 menanam Cengklh di lahan Perkebunan 17,073999
X34 menanam Kelapa dl lahan Perkebunan 14,356
X35 menanam Mellnjo di Jahan Perkebunan 3,441
X36 Menanam Kopi dl Jahan Perkebunan 9,73
40
Pada lahan tadah hujan, musim tanam I akan memberikan
keuntungan yang lebih baik, jika ditanami dengan padi gogo ketimbang
ditanami padi sawah. Musim tanam II paling menguntungkan jika ditanam
dengan komoditi sayuran ketimbang ditanami padi gogo, palawija,
ubikayu atau ubijalar. dan pada musim tanam III akan lebih
menguntungkan jika ditanami komoditi sayuran ketimbang palawija.
Jika tanaman yang tidak masuk dalam solusi optimal dipaksakan
juga untuk ditanam, maka akan terjadi kerugian sebesar nilai reduce
cost-nya. ·seperti misalnya padi atau palawija dipaksakan untuk ditanam
di lahan berpengairan irigasi teknis & 1f2 teknis pada musim tanam III,
maka akan terjadi kerugian sebesar Rp.17.771.999.000,- untuk padi atau
Rp.15. 981.000,- untuk palawija. Demikian juga untuk aktifitas menanam
lainnya, sebagimana nampak pada Tabel 24.
4.2.2. Pola tanam pada lahan kering
Pada lahan kering pola tanam optimal diperlihatkan dengan
variabel yang menunjukkan nilai reduce cost sama dengan nol adalah
lahan pekarangan yang ditanami dengan buah-buahan, lahan tegal/kebun
akan lebih menguntungkan jika ditanami komoditi sayuran daripada jika
lahan tersebut ditanami palawija, ubikayu, ubijalar atau buah-buahan.
Untuk lahan ladang/huma paling menguntungkan jika ditanami dengan
sayuran daripada jika ditanami padi, padi gogo, palawija, ubikayu, atau
ubijalar.
Tabel 25. Luas Tanam, Produksi dan Pendapatan Marjinal Setelah Perencanaan
No. Komoditi Luas Tanam Produk.si Pendapatan (Ha) (kg) (Rp)
1 Padi 41.160 257.511.920 56.677.320.000
2 Padi Gogo 8.443 34.337.471 16.556.723.000
3 Sayuran 67.130 826.102.475 1.28S.4n.37o.ooo
4 Buah-buahan 9.785 24.059.282 57.545.585.000
Total 126.518 1.142.011.147 1.416.252.000.000
41
Untuk lahan perkebunan tidak memberikan keuntungan, nampak
dari nilai reduce cost-nya yang lebih besar dari nol. Ini disebabkan
komoditi perkebunan adalah tanaman tahunan (perenial plant) yang
kondisi pertanamannya sangat bervariasi terlihat dari perbedaan yang
sangat signifikan antara luas tanam dan luas panen sehingga produktifitas
dari tiap komoditi perkebunan tersebut sangat rendah seperti kelapa
hanya mampu menghasilkan 616,77 kg/ha, cengkih 94,08 kg/ha, melinjo
8.095,16 kg/ha dan kopi 329,89 kg/ha. Produktifitas hasil perkebunan
yang reridah disebabkan oleh tanaman yang tidak atau belum
menghasilkan sangat besar.
4.3. Kendala sumberdaya
4.3.1. Sumberdaya Lahan
Kendala sumberdaya lahan dalam usaha tani di kabupaten
Kuningan adalah sebagai berikut :
1. Luas lahan irigasi teknis & Y2 teknis untuk MT.I <= 13.008 ha
2. Luas Ia han irigasi teknis & 112 teknis untuk MT. II < = 13.008 ha
3. Luas lahan irigasi teknis & 112 teknis untuk MT.III <= 13.008 ha
4. Luas Ia han irigasi sederhana & desa untuk MT.I < = 7.572 ha
5. Luas lahan irigasi sederhana & desa untuk MT.II <= 7.572 ha
6. Luas lahan irigasi sederhana & desa untuk MT.III <= 7.572 ha
7. Luas Ia han tadah hujan untuk M r.I < = 8.443 ha
8. Luas lahan tadah hujan untuk MT.II <= 8.443 ha
9. Luas Ia han tadah hujan untuk MT.III < = 8.443 ha
10.Luas lahan pekarangan <= 9.785 ha
11.Luas lahan tegal/kebun <= 15.835 ha
12.Luas lahan ladang/huma <=13.829 ha
13.Luas lahan perkebunan <= 2.071 ha
Pada hasil solusi optimal menunjukkan nilai dalam sisi kanan
kendala (Current RHS) habis terpakai, demikian juga dengan nilai slack
atau ~urplusnya yang menunjukkan nol atau nilai dual price (shadow
price) positif (lampiran 5). Hal ini menunjukkan kelangkaan sumberdaya
dalam hal ini ketersediaan lahan dapat menentukan besarnya nilai solusi
optimal.
42
4.3.2. Tenaga kerja
Sumberdaya tenaga kerja yang tersedia di Kabupaten Kuningan
adalah 116.602.778 HOK atau 431.985 jiwa. Tenaga kerja yang
digunakan untuk seluruh aktifitas bertani sebesar 19.908.664 HOK
sehingga terdapat kelebihan tenaga kerja sebesar 96.694.112 HOK atau
358.228 jiwa. sebagaimana terlihat dalam solusi optimal yang
ditunjukkan oleh nilai slack atau surplus dan nilai dual price atau shadow
price yang nol. Hal ini berarti tenaga kerja bukan merupakan kendala
yang mengikat (non-binding constraint) dan merupakan sumberdaya
yang berlebih, kelebihan tenaga kerja dapat dilihat pada nilai slack or
surplus pada solusi optimum, yaitu sebesar 96.694.112 HOK sehingga
dapat dikatakan penambahan tenaga kerja ke dalam model tidak akan
berpengaruh pada solusi optimal (lampiran 5).
4.4. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana model
mampu mentolerir perubahan-perubahan parameter atau nilai koefisien
fungsi tujuan dan nilai konstanta sisi kanan kendala tanpa mengubah
solusi optimal.
4.4.1. Perubahan luas Lahan
Lahan merupakan sumberdaya yang langka atau terbatas,
sebagaimana telah dijelaskan di atas seluruh lahan yang dialokasikan
untuk aktifitas pertanian telah digunakan habis, yang dapat dilihat dari
nilai slack/surplus sama dengan nol dan nilai sisi kanan kendala
sumberdaya lahan yang tepat sama dengan nilai batas bawahnya
(allowable decrease), kecuali untuk lahan perkebunan nilai
slack/surplusnya 2071 dan nilai dual prices atau shadow pricenya nol,
secara sepintas dapat ditafsirkan bahwa dalam solusi optimal telah tejadi
kelebihan luas lahan (perkebunan) sebesar 2071 ha dan kontribuc;i nilai
sumberdaya lahan perkebunan terhadap nilai fungsi tujuan adalah nol
sehingga memungkinkan untuk dilakukan penambahan luas lahan
(allowable increase) hingga tak terbatas (infinity). Atau diartikan tidak
43
perlu menanam tanaman perkebunan karena nilai kontribusi
sumberdayanya "tidak ada" (nol).
Yang sebenarnya terjadi adalah pertama, komoditi perkebunan
rakyat di kabupaten Kuningan dalam hal ini adalah komoditi Cengkih,
Kelapa, Melinjo dan Kopi adalah tanaman tahunan yang kondisi
pertanamannya sangat bervariasi terlihat dari perbedaan yang sangat
signifikan antara luas tanam dan luas panen (lihat Tabel.17. Luas Areal
dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kab. Kuningan). Misalnya
tanaman melinjo yang menghasilkan hanya sebesar 19,5°/o dan tanaman
cengkih yang menghasilkan sebesar 86,6°/o. Sehingga secara keseluruhan
produktifitas per-hektar menjadi rendah akibatnya akan merugi jika
dihitung keuntungan per-hektarnya. Kedua, kapasitas lahan perkebunan
yang ada di kabupaten Kuningan sudah habis digunakan terlihat dari
batas bawah (allowable decrease) yang sama dengan batas kendala luas
lahan atau nilai sisi kanan kendala luas lahan (current RHS). Ketiga,
masih terbuka kemungkinan "menambah" luas lahan perkebunan dalam
arti bukan menanam tanaman perkebunan yang baru melainkan
mengintensifkan perawatan tanaman yang sudah ada karena kapasitas
lahan perkebunan yang ada sudah termanfaatkan seluruhnya, meskipun
nilai solusi optimum fungsi tujuan tidak akan terganggu.
Meskipun pada solusi optimal memungkinkan untuk dilakukan
penambahan luas lahdn ~.mwk pertan1an sesuai dengan nilai batas
atasnya (allowable increase), pada kenyataannya penambahan luas lahan
tidak mungkin dilakukan karena luas wilayah Kabupaten Kuningan adalah
tetap bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, luas lahan pertanian
cenderung berkurang karena aktifitas lain di luar pertanian (konversi
lahan pertanian menjadi perumahan, pabrik, jalan, dan sarana lainnya).
Agar solusi optimal dapat dipertahankan sebagaimana yang
dimaksud dalam model, luas lahan pertanian harus dipertahankan dengan
melakukan regulasi dalam tata guna lahan secara ketat dan sesuai
dengan perencanaan dan bagi instansi yang menangani perkebun.=n
langkah paling rasional adalah dengan mengarahkan programnya untuk
memperkecil kesenjangan produksi Cantara luas tanam dan luas panen)
sehingga usaha tani perkebunan dapat memberikan kontribusi pada
tingkat pendapatan petani.
4.4. 2. Perubahan Tenaga Kerja
Di Kabupaten Kuningan, tenaga kerja disektor pertanian
merupakan sumberdaya yang berlebih, ini terlihat dari nilai slack/surplus
pada solusi optimal yang positif. Kelebihan tenaga kerja tersebut sebesar
96.694.112 HOK atau 358.228 jiwa. Jadi kebutuhan tenaga kerja di
sektor pertanian dapat dipenuhi oleh tenaga kerja yang ada di kabupaten
Kuningan yaitu 116.602.778 HOK atau 431.985 jiwa, meskipun terjadi
penambahan tenaga kerja sebesar 19.908.666 HOK atau 73.757 jiwa lagi,
model masih tetap mantap karena penambahan tenaga kerja barupun
masih lebih kecil dari nilai batas bawah yang diperbolehkan (allowable
decrease) yaitu 96.694.112 HOK dan tenaga kerja masih tetap berlebih,
serta tidak terjadi perubahan nilai fungsi tujuan karena tenaga kerja tidak
termasuk variabel basis.
45
5.1. Kesimpulan
BABY
KESIMPULAN DAN SARAN
Perencanaan sektor pertanian di Kabupaten Kuningan dengan
mengalokasikan sumberdaya yang mengkombinasikan berbagai tipe lahan
pertanian dengan berbagai jenis komoditi tanaman dengan maksud
meningkatkan tingkat pendapatan petani memperoleh kombinasi yang
optimal.
Komoditi pertanian yang diunggulkan untuk direkomendasikan
sebagai usaha tani yang patut dikembangkan agar diperoleh keuntungan
yang optimal adalah, untuk lahan sawah adalah produksi tanaman padi
yang ditanam pada musim tanam I dan musim tanam II dimana
ketersediaan air cukup bagi kebutuhan tanaman padi, pada musim tanam
III dimana ketersediaan air terbatas komoditi yang direkomendasikan
adalah sayuran. Pada lahan sawah tadah hujan adalah bijaksana apabila
pada musim tanam I pilihan tanam jatuh pada padi gogo karena
ketersedian air lebih mengandalkan dari curahan air pada musim hujan,
sedangkan pada musim tanam II dan musim tanam III dimana curah
hujan semakin berkurang adalah lebih baik lahan tersebut ditanami
dengan komoditi sayuran.
Untuk lahan kering, komoditi sayuran masih merupakan alternatif
terbaik sebagai tanaman yang menguntungkan untuk diusahakan.
Sayuran sebagai salah satu tanaman hortikultura memperlihatkan
peningkatan luas tanam yang sangat siginifikan antara sebelum
perencanaan dan sesudah perencanaan dilakukan, yaitu 4.733,50 ha
sebelum rencana menjadi 67.130 ha sesudah rencana dilakukan.
Komoditi yang menjadi pilihan untuk ditanam di lahan kering
pekarangan adalah komoditi Buah-buahan yang akan memberikan
keuntungan sebesar per-tahunnya sebesar Rp.57.545.585.000,-
5.2. Saran
Dalam rangka usaha peningkatan pendapatan petani, nampaknya
peningkatan produktifitas harus mendapat perhatian. Pada hasil komoditi
46
unggulan yang direkomendasikan dilakukan proses lebih lanjut melalui
pengolahan hasil, pengemasan dan diversifikasi produk agar dapat
ditingkatkan nilai tambahnya sekaligus dapat memperluas lapangan
usaha untuk menyerap tenaga kerja yang berlebih disektor on farm
(budidaya). Selain itu juga dilakukan pelatihan-pelatihan kewirausahaan
khususnya bagi pemuda putus sekolah seperti kursus manajemen usaha
tani, pengolahan lanjutan produk pertanian, pengelolaan jasa-jasa alat
mesin pertanian dan bimbingan permodalan dari perbankan dan lembaga
keuangan lainnya.
47
Daftar Pustaka
1. Apgar William C and Brown H. James. Microeconomics and Public Policy. Scott, Foresman and Company. 1987.
2. Badan Pusat Statistik (BPS)Kab. Kuningan & Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kab. Kuningan, Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Kuningan Tahun 2000.
3. Benjamin Higgins & Donald J Savoie. Regional Development Theories & Their Application. Transaction Publishers, New Brunswick USA,1997.
4. BPS Kab. Kuningan & Bappeda Kab. Kuningan, Produk Domestik Regional Bruto 1995-1999, dan 2001.
5. BPS Kab. Kuningan, Kuningan Dalam Angka 2000, dan 2001.
6. Harry W. Richardson ; Regional Economics; University of Illinois Press. USA 1979.
7. Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN. Pasar Kerja dan Produktivitas di Indonesia. Jakarta 1995.
8. Kunarjo. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. Penerbit Universitas Indonesia (UIP), 1996.
9. Nizwar Syafa'at. Optimalisasi Usahatani Keluarga Di Kabupaten Kediri (Aplikasi Model Linear Programming Untuk Perencanaan Pembangunan Pertanian). Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia val. XLV No.4, 1997.
10.Romeo M. Bautista and Alberto Valdes. The Bias Against Agriculture, Trade and Macroeconomic Policies in Developing Countries. A Copublication of the International Center for Economic Growth and the International Food Policy Research Institute. ICS Press San Francisco, California.
11.Salvatote Dominick. Linear Programming in Managerial Economics in a Global Economy, Chapter 8. McGraw-Hill, Inc. 1996.
12.Simarmata, Dj.A. Ekonomi Pertanahan dan Properti di Indonesia. Center for Policy and Implementation Studies (CPIS), 1997.
13.Sri Mulyono. Operations Research, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1991.
14.Wesley D. Seitz, Gerald C. Nelson, Harold G. Halcrow, Economics of Resources, Agriculture, and Food. McGraw-Hill, Inc. !994.
Lampiran 1. MODEL RENCANA POLA TANAM DAN PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KUNINGAN
La h a n S a w a h (Ha) No. Jenis Tanaman Irigasi Teknis & 1/2 Teknis Irigasi Sederhana & Desa
MT.I MT.II MT.III MT.I MT.II MT.III
1 Padi X1 X2 X3 X4 X5 2 Padigogo X8 3 Palawija X12 X13 4 Ubikayu 5 Ubijalar X21 6 Sayuran X25 X26 7 Buah-buahan 8 Cengkih 9 Kelapa 10 Melinjo 11 Kopi
Jumlah 13008 13008 13008 7572 7572 7572
49
L a h a n K e r i n g (Ha) Tadah Hujan Pekarangan Tegai/Kebun Ladang/Huma Perkebunan
MT.I MT.II MT.III X6 X7 X9 X10 Xll
X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X22 X23 X24 X27 X28 X29 X30
X31 X32 X33 X34 X35 X36
8443 8443 8443 9785 9785 13829 2071
Lampiran 2. Keterangan variabel pada Pola Tanam dan Penggunaan lahan
Aktifitas tanam
menanam padi di lahan Irigasi Teknis & 1/2 Teknis pada MT.I menanam padi di lahan Irigasi Teknis & 1/2 Teknis pada MT.II menanam padi di lahan Irigasi Teknis & 1/2 Teknis pada MT.III menanam padi di lahan Irigasi Sederhana & Desa pada MT.I menanam padi di lahan Irigasi Sederhana & Desa pada MT.II menanam padi di lahan tadah hujan pada MT.I menanam padi di lahan ladang/huma rnenanam padi gogo di lahan Irigasi Sederhana & Desa pada MT.III menanam padi gogo di lahan tadah hujan pada MT.I menanam padi gogo di lahan tadah hujan pada MT.II rnenanam padi gogo di lahan ladang/huma menanam palawija di lahan Irigasi Teknis & 1/2 Teknis pada MT.III menanam padi palawija di lahan Irg Sederhana &. Desa pada MT.III menanam palawija di lahan tadah hujan pada MT.II menanam palawija di lahan tadah hujan pada MT.III menanam palawija di lahan tegal/kebun rnenanam palawija di lahan ladang/huma menanam ubikayu di lahan tadah hujan pada MT.II menanam ubikayu di lahan tegal/kebun menanam ubikayu di lahan ladang/huma menanam Ubijalar di lahan Irigasi Sederhana & Desa pada MT.II menanam ubijalar di lahan tadah hujan pada MT.II menanam ubijalar di lahan tegal/kebun rnenanam ubi jalar di lahan ladang/huma menanam sayuran di lahan Irigasi Teknis & 1/2 Teknis pada MT.III menanam sayurandi lahan Irigasi Sederhana & Desa pada MT.III menanam sayuran di lahan tadah hujan pada MT.II menanam sayuran di lahan tadah hujan pada MT.III menanam sayuran di lahan tegal/kebun menanam sayuran di lahan ladang/huma rnenanam buah-buahan di lahan pekarangan menanam buah-buahan di lahan tegal/kebun rnenanam cengkih dilahan perkebunan menanam kelapa dilahan perkebunan menanam melinjo dilahan perkebunan menanam kopi dilahan perkebunan
Varia bel Koefisien
Xl 1.377 X2 1.377 X3 1.377 X4 1.377 X5 1.377 X6 1.377 X7 1.377 X8 1.961 X9 1.961
X10 1.961 Xll 1.961 X12 3.168 X13 3.166 X14 3.168 X15 3.168 X16 3.168 X17 3.168 X18 5.056 X19 5.056 X20 5.056 X21 1.145 X22 1.145 X23 1.145 X24 1.145 X25 19.149 X26 19.149 X27 19.149 X28 19.149 X29 19.149 X30 19.149 X31 5.881 X32 5.881 X33 -17.074 X34 -14.356 X35 -3.441 X36 -9.730
50
Lamoiran 3. Perh
Komoditi Luas Tanam
51
I Profit Usaha Tani
Produksi Produktifitas Harga Naker Biaya
Produksi
Lampiran 4. Pembentukan Model dengan LINDO
! OPTIMISASI lAHAN PERTANIAN ! DI KABUPATEN KUNINGAN ! MODEL MEMASUKKAN KENDALA lAHAN DAN TENAGA KERJA
MAX 1.377 X1 + 1.377 X2 + 1.377 X3 + 1.377 X4 + 1.377 XS + 1.377 X6
ST
+ 1.377 X7 + 1.961 X8 + 1.961 X9 + 1.961 X10 + 1.961 Xll + 3.168 X12 + 3.168 X13 + 3.168 X14 + 3.168 X15 + 3.168 X16 + 3.168 X17 + 5.056 X18 + 5.056 X19 + 5.056 X20 + 1.145 X21 + 1.145 X22 + 1.145 X23 + 1.145 X24 + 19.149 X25 + 19.149 X26 + 19.149 X27 + 19.149 X28 + 19.149 X29 + 19.149 X30 + 5.881 X31 + 5.881 X32- 17.074 X33- 14.356 X34 - 3.441 X35- 9.730 X36
! 1. MENANAM PAD! DI lAHAN !RIGAS! TEKNIS & 1/2 TEKNIS PADA MT.I X1 <= 13008
! 2. MENANAM PAD! DI lAHAN !RIGAS! TEKNIS & 1/2 TEKNIS PADA MT.II X2 <= 13008
! 3. MENANAM PADI, PAlAWIJA & SAYURAN DI lAHAN IRIGASI TEKNIS & ! 1/2 TEKNIS PADA MT.III
X3 + X12 + X25 <=13008 ! 4. MENANAM PADI DI lAHAN IRIGASI SEDERHANA & DESA PADA MT.I
X4 <= 7572 ! 5. MENANAM PADI & UBI JALAR DI lAHAN IRIGASI SEDERHANA & DESA
PADA MT.II X5 + X21 <= 7572
! 6. MENANAM PADI GOGO, PALAWIJA & SAYURAN DI LAHAN IRIGASI ! SEDERHANA & DESA PADA MT.III
X8 + X13 + X26 <= 7572 ! 7. MENANAM PADI & PADI GOGO DI lAHAN TADAH HUJAN PADA MT.I
X6 + X9 <= 8443 ! 8. MENANAM PADI GOGO, PALAWIJA, UBI KAYU, UBI JAlAR & ! DI LAHAN TADAH HUJAN PADA MT.II
X10 + Xl4 + X18 + X22 + X27 <= 8443 ! 9. MENANAM PALAWIJA & SAYURAN DI LAHAN TADAH HUJAN PADA MT.III
X15 + X28 <= 8443 ! 10. MENANAM BUAH-BUAHAN DI lAHAN PEKARANGAN
X31 <= 9785 ! 11. MENANAM PALAWIJA, UBI KAYU, UBI JALAR, SAYURAN & BUAH-BUAHAN ! DI LAHAN TEGAL/KEBUN
X16 + X19 + X23 + X29 + X32 <= 15835 !12. MENANAM PADI, PADI GOGO, PALAWIJA, UBI KAYU, UBI JAlAR & SAYURAN ! DI LAHAN lADANG/HUMA
X7 + X11 + X17 + X20 + X24 + X30 <= 13829 ! 13. MENANAM CENGKIH, KELAPA, MEUNJO, KOPI DI LAHAN PERKEBUNAN
X33 + X34 + X35 + X36 <= 2071 ! 14. TENAGA KERJA YANG DIPERLUKAN
120X1 + 120X2 + 120X3 + 120X4 + 120X5 + 120X6 + 120X7 + 95X8 + 95X9 + 95X10 + 95X11 + 53X12 + 53X13 + 53X14 + 53X15 + 53X16 + 53X17 + 38X18 + 38X19 + 38X20 + 48X21 + 48X22 + 48X23 + 48X24 + 173 X25 + 173X26 + 173X27 + 173X28 + 173X29 + 173X30 + 261X31 + 261 X32 + 267 X33 + 325 X34 + 354 X35 + 368 X36 <= 116602778
END
52
Lampiran 5. Solusi Optimal dengan LINDO
LP OPTIMUM FOUND AT STEP 12
OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1) 1416252.
VARIABLE VALUE X1 13008.000000 X2 13008.000000 X3 · 0.000000 X4 7572.000000 X5 7572.000000 X6 0.000000 X7 0.000000 X8 0.000000 X9 8443.000000
X10 0.000000 X11 0.000000 X12 0.000000 X13 0.000000 X14 0.000000 X15 0.000000 X16 0.000000 X17 0.000000 X18 0.000000 X19 0.000000 X20 0.000000 X21 0.000000 X22 0.000000 X23 0.000000 X24 0.000000 X25 13008.000000 X26 7572.000000 X27 8443.000000 X28 8443.000000 X29 15835.000000 X30 13829.000000 X31 9785.000000 X32 0.000000 X33 0. 000000 X34 0.000000 X35 0.000000 X36 0.000000
REDUCED COST 0.000000 0.000000
17.771999 0.000000 0.000000 0.584000
17.771999 17.188000
0.000000 17.188000 17.188000 15.981000 15.981000 15.981000 15.981000 15.981000 15.981000 14.093000 14.093000 14.093000 0.232000
18.004000 18.004000 18.004000
O.OOQOOO 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
13.268000 17.073999 14.356000 3.441000 9.730000
ROW 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
SLACK OR SURPLUS 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
DUAL PRICES 1.377000 1.377000 19.149000 1.377000 1.377000 19.149000 1.961000
53
9) 0.000000 19.149000 10) 0.000000 19.149000 11) 0.000000 5.881000 12) 0.000000 19.149000 13) 0.000000 19.149000 14) 2071.000000 0.000000 15) 96694112.000000 0.000000
NO. ITERATIONS= 12
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:
OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
COEF INCREAS DECREASE X1 1.377000 INFINITY 1.377000 X2 1.377000 INFINITY 1.377000 X3 1.377000 17.771999 INFINITY X4 1.377000 INFINITY 1.377000 X5 1.377000 INFINITY 0.232000 X6 1.377000 0.584000 INFINITY X7 1.377000 17.771999 INFINITY X8 1.961000 17.188000 INFINITY X9 1.961000 INFINITY 0.584000
X10 1.961000 17.188000 INFINITY X11 1.961000 17.188000 INFINITY X12 3.168000 15.981000 INFINITY X13 3.168000 15.981000 INFINITY X14 3.168000 15.981000 INFINITY X15 3.168000 15.981000 INFINITY X16 3.168000 15.981000 INFINITY X17 3.168000 15.981000 INFINITY X18 5.056000 14.093000 INFINITY X19 5.056000 14.093000 INFINITY X20 5.056000 14.093000 Ii-JFINITY X21 1.145000 0.232000 INFINITY X22 1.145000 18.004000 INFINITY X23 1.145000 18.004000 INFINITY X24 1.145000 18.004000 INFINITY X25 19.149000 INFINITY 15.981000 X26 19.149000 INFINITY 15.981000 X27 19.149000 INFINITY 14.093000 X28 19.149000 INFINITY 15.981000 X29 19.149000 INFINITY 13.268000 X30 19.149000 INFINITY 14.093000 X31 5.881000 INFINITY 5.881000 X32 5.881000 13.268000 INFINITY X33 -17.073999 17.073999 INFINITY X34 -14.356000 14.356000 INFINITY X35 -3.441000 3.441000 INFINITY X36 -9.730000 9.730000 INFINITY
54
RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT
RHS 2 13008.000000 3 13008.000000 4 13008.000000 5 7572.000000 6 7572.000000 7 7572.000000 8 8443.000000 9 8443.000000
10 8443.000000 11 9785.000000 12 15835.000000 13 13829.000000 14 2071.000000 15 116602776.000000
ALLOWABLE INCREASE
805784.250000 805784.250000 558925.500000 805784.250000 805784.250000 558925.500000 1017832.750000 558925.500000 558925.500000 370475.531250 558925.500000 558925.500000 INFINITY INFINITY
OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1) 1416252.
VARIABLE VALUE X1 13008.000000 X2 13008.000000 X4 7572.000000 X5 7572.000000 X9 8443.000000
X25 13008.000000 X26 7572.000000 X27 8443.000000 X28 8443.000000 X29 15835.000000 X30 13829.000000 X31 9785.000000
REDUCED COST 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 1.377000 3) 0.000000 1.377000 4) 0.000000 19.149000 5) 0.000000 1.377000 6) 0.000000 1.377000 7) 0.000000 19.149000 8) 0.000000 1.961000 9) 0.000000 19.149000
10) 0.000000 19.149000 11) 0.000000 5.881000 12) 0.000000 19.149000 13) 0.000000 19.149000
NO. ITERATIONS= 12
ALLOWABLE DECREASE
13008.000000 13008.000000 13008.000000 7572.000000 7572.000000 7572.000000 8443.000000 8443.000000 8443.000000 9785.000000 15835.000000 13829.000000 2071.000000 96694112.000000
55