OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana...

49
OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES STALING DI PRODUKSI BREADCRUMB PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA FOOD DIVISION UNIT SALATIGA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Oleh : IVANA SUPRAYOGI 14.I1.0015 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2017

Transcript of OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana...

Page 1: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA

PROSES STALING DI PRODUKSI BREADCRUMB

PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA FOOD

DIVISION UNIT SALATIGA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

Oleh :

IVANA SUPRAYOGI

14.I1.0015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2017

Page 2: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

ii

OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR PROSES STALING

PRODUKSI BREADCRUMB DI PT. CHAROEN POKPHAND

INDONESIA FOOD DIVISION UNIT SALATIGA

Oleh :

Ivana Suprayogi

NIM : 14.I1.0015

Program Studi : Teknologi Pangan

Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan

di hadapan sidang penguji pada tanggal : 17 April 2017

Semarang, 22 Juni 2017

Fakultas Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata

Pembimbing Lapangan 1

Angga Dwika Kumala Putra, S.Si (Foreman Produksi Breadcrumb)

Pembimbing Lapangan 2

Frahma Safitri, S.Si (Forelady Produksi Breadcrumb)

Pembimbing Lapangan 3

Mochamad Nur Arifin, S.T. (Foreman Produksi Breadcrumb)

Pembimbing Perusahaan

Joko Nugroho (Section Head)

Pembimbing Akademik

Novita Ika Putri, S.TP., M.S.

Dekan

Dr. Victoria Kristina Ananingsih, ST., M.Sc.

Page 3: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atasanugerah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikanLaporan Kerja Praktek dengan judul “Optimasi Penurunan Kadar Air

Proses Staling Produksi Breadcrumb di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food

Division Unit Salatiga”. Kerja Praktek ini bertujuan untuk memenuhi salah satu mata

kuliah Program S1 Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian agar dapat

memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang.

Tanpa dukungan dari berbagai pihak telah sangat membantu dalam kelancaran Kerja

Praktek danpenulisan Laporan Kerja Praktek ini tidak akan selesai. Dalam kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan penyertaan-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan dan presentasi kerja praktek dengan baik.

2. Dr. Victoria Kristina Ananingsih, ST., MSc., selaku Dekan Fakultas Teknologi

Pertanian yang memeberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan kerja praktek.

3. Albertus Adrian S., ST, MT, MSc selaku koordinator kerja praktek Fakultas

Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

4. Novita Ika Putri, STP., M.S. selaku dosen pembimbing yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan kerja praktek ini.

5. Bapak Tridadi Ismu Nugroho selaku Manager P&GA dari PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Division Plant Salatiga yang mengijinkan penulis untuk melakukan

kerja praktek di perusahaan tersebut.

6. Ibu Shanty Junita selaku Staff P&GA dari PT. Charoen Pokphand Indonesia Food

Division Plant Salatiga yang telah membantu dalam proses penerimaan proposal.

7. Bapak Aditya Taufiq Wibowo, Deputy General Manager PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Division Plant Salatiga yang telah mengijinkan penulis untuk

melakukan kerja praktek di perusahaan tersebut.

8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Division Plant Salatiga yang mengijinkan penulis untuk

melakukan kerja praktek di perusahaan tersebut.

Page 4: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

iv

9. Bapak Mochammad Lasti Andry, Staff QC di PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Division Plant Salatiga yang telah membantu, mengarahkan dan memberikan

informasi.

10. Kak Frahma Safitri, Kak Angga Dwika Kumala Putra dan Kak Mochamad Nur

Arifin selaku forelady dan foreman bagian produksi breadcrumbyang telah

mendukung serta membimbing penulis dalam pengambilan tema, memberikan

pengarahan selama kerja praktek dan penulisan laporan.

11. Mas Dwi, Mas Badai, Mas Bagas selaku QC lapangan dan Mas Aji, Mas Bayu

selaku KR juga Mbak Evi, Mbak Catur, Mbak Lilis, Mbak Itoh, Mbak Asri, Mas

Agus, Mas Jack, Mas Gobang, Mas Santoso, Mas Dika serta para pekerja di bagian

produksi breadcrumb dan premix lainnya yang telah membantu dalam

pengumpulan informasi di lapangan, memberikan motivasi sekaligus menjadi

teman selama pelaksanaan kerja praktek.

12. Orang tua dan adik-adik yang selalu memberikan doa, semangat, serta dukungan

dalam pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan kerja praktek.

13. Sandra Meliana dan Lupita Simajuntak selaku rekan dalam pelaksanaan kerja

praktek yang telah memberikan bantuan dan motivasi bagi penulis.

14. Kak Arief, Kak Sherly dan semua pihak yang telah membantu penulis selama

pelaksanaan kerja praktek dan penyelesaian laporan.

Penulis menyadari selama pelaksanaan kerja praktek dan penulisan laporan kerja

praktek ini tentunya terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penulis memohon

maaf jika selama kerja praktek dan penulisan laporan kerja praktek terdapat hal-hal

yang kurang berkenan. Penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan dan dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca.

Semarang, 21 Juni 2017 Penulis,

Ivana Suprayogi

Page 5: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii

DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Tujuan .................................................................................................. 1

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .......................................................... 2

1.4. Metode Kerja Praktek........................................................................... 2

BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN............................................................ 3

2.1. Profil Perusahaan ................................................................................. 3

2.2. Visi dan Misi Perusahaan..................................................................... 4

2.3. Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan .............................................. 4

2.4. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan....................................................... 4

2.5. Struktur dan Sistem Organisasi............................................................ 5

2.6. Ketenagakerjaan................................................................................... 7

BAB 3. SPESIFIKASI PRODUK ............................................................................... 8

BAB 4. PRODUKSI BREADCRUMB....................................................................... 10

4.1. Bahan Baku ........................................................................................ 10

4.2. Diagram Alir Proses Produksi Breadcrumb ...................................... 12

4.2.1. Preparing Raw Material Area .............................................. 12

4.2.2. Mixing Area........................................................................... 13

4.2.3. Proofing and Baking Area .................................................... 13

Page 6: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

vi

4.2.4. Cutting and Grinding Area ................................................... 13

4.2.5. Packaging Area..................................................................... 14

4.3. Proses Produksi Breadcrumb ............................................................. 14

4.3.1. Persiapan Bahan Baku .......................................................... 14

4.3.2. Mixing ................................................................................... 15

4.3.3. Dough cutting........................................................................ 16

4.3.4. Sheeting and Moulding ......................................................... 16

4.3.5. Proofing ................................................................................ 17

4.3.6. Baking ................................................................................... 17

4.3.7. Cutting................................................................................... 18

4.3.8. Staling ................................................................................... 19

4.3.9. Grinding ................................................................................ 21

4.3.10. Drying ................................................................................... 21

4.3.11. Sieving ................................................................................... 22

4.3.12. Packaging.............................................................................. 22

4.3.13. Pengecekan Metal Detector .................................................. 23

BAB 5. OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR PROSES STALING

PRODUKSI BREADCRUMB DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA

FOOD DIVISION UNIT SALATIGA .......................................................... 24

5.1. Latar Belakang Projek........................................................................ 24

5.2. Tujuan Penelitian ............................................................................... 24

5.3. Metodologi Penelitian ........................................................................ 25

5.4. Hasil Pengamatan............................................................................... 26

5.5. Pembahasan........................................................................................ 28

5.5.1. Mekanisme Proses Staling .................................................... 28

5.5.2. Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Staling.................... 29

5.5.3. Penurunan Kadar Air Selama Staling ................................... 30

5.5.3.1. Optimasi Penurunan Kadar Air Selama Proses

Staling ..................................................................... 31

5.5.3.2.Pengaruh Kondisi Exhaust Terhadap Penurunan Kadar

Air Selama Proses Staling....................................... 32

Page 7: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

vii

5.6. Kesimpulan Projek ............................................................................. 34

5.7. Saran Projek ....................................................................................... 34

BAB 6. KESIMPULAN ............................................................................................ 35

BAB 7. DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 36

BAB 8. LAMPIRAN ................................................................................................. 38

8.1. Data Kadar Air Pada Staling di Daerah Exhaust Benar ..................... 38

8.2. Data Kadar Air Pada Staling di Daerah Exhaust Rusak .................... 39

Page 8: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pembagian Waktu Kerja Karyawan PT Charoen Pokphand Food

Division Unit Salatiga .....................................................................................7

Tabel 2. Produk yang Dihasilkan Setiap Plant di PT. Charoen Pokphand Food

Division Unit Salatiga ....................................................................................8

Tabel 3. Data Kadar Air Pada Staling di Daerah Exhaust Benar................................ 38

Tabel 4. Data Kadar Air Pada Staling di Daerah Exhaust Rusak ............................... 39

Page 9: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Hasil Penelitian Penurunan Kadar Air Pada Roti Tawar Staling di

Daerah Exhaust Baik ......................................................................................26

Grafik 2. Hasil Penelitian Penurunan Kadar Air Pada Roti Tawar Staling di

Daerah Exhaust Rusak ....................................................................................27

Page 10: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi di PT Charoen pokphand Food Division Unit

Salatiga...........................................................................................................7

Gambar 2. Produk Further PT Charoen pokphand Food Division Unit Salatiga ........... 8

Gambar 3. Produk Sosis PT Charoen pokphand Food Division Unit Salatiga ............... 8

Gambar 4. FP Breadcrumb Orange ................................................................................ 9

Gambar 5. FP Breadcrumb Mix ...................................................................................... 9

Gambar 6. FP Diagram Alir Proses Produksi Breadcrumb di PT. Charoen Pokphand

Food Divison Unit Salatiga ........................................................................... 12

Gambar 7. Penampakan Roti Setelah Staling ................................................................. 28

Page 11: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri pangan merupakan aspek yang sangat krusial bagi mahluk hidup sebab setiap

hari makanan selalu dibutuhkan manusia sebagai sumber energi. Di lain sisi seiring

berkembangnya teknologi yang semakin modern mendorong industri pangan juga turut

berkembang dalam proses pengolahan pangannya. Menilik hal tersebut, sebagai calon

sarjana Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang penulis

dituntut untuk memiliki pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan wawasan yang

luas untuk mampu memenuhi tuntutan pasar dalam industri pangan yang semakin

berkembang. Program Kerja Praktek (KP) sebagai mata kuliah wajib di Program Studi

Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata menjawab tuntutan tersebut.

Selama satu bulan Kerja Praktek mahasiswa dapat mengamati secara langsung dunia

kerja dalam bidang industri pangan. Disamping itu penulis juga dapat mempelajari

proses pengolahan dari bahan baku hingga menghasilkan produk yang siap dipasarkan.

Penulis memilih PT. Charoen Pokphand Indonesia sebagai tempat KP sebab perusahaan

ini memiliki teknologi yang modern dengan didukung sumber daya manusia yang

berkualitas. Perusahaan ini bergerak di bidang pangan, khususnya daging ayam. Daging

ayam disini diolah menjadi produk nugget dan sosis dengan merk dagang Fiesta, Champ

dan Okey. Disamping itu perusahaan juga memproduksi breadcrumb. Breadcrumb yang

telah diproduksi tidak dijual secara langsung untuk kalangan konsumen, melainkan

digunakan sebagai bahan pelapis (coating) produk nugget.

1.2. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Kerja Praktek di PT. Charoen Pokphand Unit Salatiga yaitu:

a. Mendapat gambaran yang nyata mengenai dunia kerja di industri pangan.

b. Mampu menerapkan dan membandingkan dasar-dasar teori yang didapat dalam

perkuliahan dengan praktek di lapangan.

c. Menganalisis proses produksi dalam pembuatan breadcrumb.

Page 12: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

2

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT. Charoen Pokphand Food Division Plant Salatiga

selama 30 hari dimulai dari tanggal 2 Januari 2017 sampai tanggal 31 Januari 2017.

Kerja Praktek dilakukan pada hari Senin-Jumat. Mahasiswa ditempatkan di bidang

produksi produk breadcrumb.

1.4. Metode Kerja Praktek

Metode yang dilakukan selama kerja praktek dimulai dari tanggal 2 Januari 2017 hingga

tanggal 31 Januari 2017 difokuskan pada bagian produksi breadcrumb. Pelaksanaan

praktek kerja lapangan dilakukan dengan cara:

a. Pengenalan pabrik dan pengamatan di lapangan secara langsung proses produksi,

diskusi dan wawancara dengan QC dan Koordinator Regu (KR) lapangan produksi

breadcrumb, diskusi dengan forelady dan foreman serta QC dalam produksi

breadcrumb dari 23 hari kerja, 6 hari kerja digunakan untuk melakukan penelitian.

b. Studi pustaka yang berkaitan dengan praktek kerja lapangan sebagai literatur

pembanding dan pelengkap data yang didapat di lapangan.

Page 13: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

3

2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Profil Perusahaan

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division Unit Salatiga adalah salah satu

perusahaan yang tergabung dalam Charoen Pokphand Group (CP Group). Charoen

Pokphand Group (CP Group) merupakan perusahaan asal Thailand yang tersebar di

beberapa negara Asia, salah satunya Indonesia. Charoen Pokphand Group masuk ke

Indonesia dan mendirikan pabrik dengan nama Charoen Pokphand Indonesia Tbk. pada

tanggal 7 Januari 1972 di Jl. Ancol VIII No. 1, Jakarta. Sementara PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Division Unit Salatiga berdiri pada tanggal 22 September

2007 (Anonim,2012). Perusahaan ini terletak di Jl. Patimura KM.1, Salatiga, Jawa

Tengah dengan luas area sebesar 4,6 hektar.Dengan kemampuan produksi sebesar 4.000

ekor per jam dengan jumlah karyawan sekitar 1200 orang. PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Division Unit Salatiga terkonsentrasi bergerak dalam bidang industri

pemotongan dan manufakturing daging ayam olahan sedangkan untuk pemasaran serta

pendistribusian produk kepada konsumen dilakukan oleh PT. Prima Food International

yang masih termasuk dalam bagian CP Group.

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division Unit Salatiga memiliki 5 plant, yaitu

Slaughterhouse Plant, Sausage Processing Plant, Further Processing Plant,

Breadcrumb Plant, dan Premix Plant. Plant pertama yang berdiri adalah

Slaughterhouse Plant pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2011 Sausage dan

Further Processing Plant berdiri. Pada tahun 2014 Premix Plant dan Breadcrumb Plant

berdiri sebagai plant pendukung. Produk perusahaan ini yang dipasarkan merupakan

hasil daging olahan antara lain yaitu daging ayam beku, sosis, dan nugget, karage, dan

kulit ayam goreng. Untuk produk sosis perusahaan ini memproduksi tiga merk yaitu

Okey, Champ dan Fiesta. Untuk produk nugget perusahaan ini memproduksi lima merk

dagang, yaitu Golden Fiesta, Fiesta, Champ, Akumo, dan Okey PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Division Unit Salatiga ini sudah menerapkan standar produksi berlevel

internasional seperti GMP (Good Manufacturing Practice), SSOP (Sanitation Standard

Operating Procedure), HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), dan ISO

(International Organization for Standarization) 9001.

Page 14: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

4

2.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi yang dari PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division Unit Salatiga adalah:

a. Menjadi produsen kelas dunia dalam bidang makanan olahan daging ayam

khususnya dan bahan lain umumnya.

b. Menjadi perusahaan yang bertanggung jawab, peduli terhadap dampak sosial dan

lingkungan di dalam menjalankan kegiatan kami.

Misi dari PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division Unit Salatiga yaitu:

a. Membantu meningkatkan kualitas bangsa Indonesia dan dunia serta memuaskan

pelanggan dan pemegang saham dengan memproduksi makanan olahan bermutu

tinggi, halal, dan aman untuk dikonsumsi dengan menerapkan GMP (Good

Manufacturing Practice), SSOP (Sanitation Standart Operating Procedure), Sistem

Jaminan Halal, HACCP, dan ISO 9001:2008.

b. Menjaga dan menerapkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup sesuai

peraturan perundangan yang berlaku.

2.3. Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan

Kebijakan mutu dan keamanan pangan disesuaikan dengan motto perusahaan ini yaitu

“A Tradition of Quality” yang dikeluarkan PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food

Division yaitu :

1. Senantiasa menghasilkan produk yang bermutu tinggi, halal dan aman untuk

dikonsumsi dalam rangka untuk dikonsumsi dalam rangka pencapaian visi dan misi

perusahaan sehingga dapat memberikan jaminan kepuasan kepada pelanggan.

2. Menggalang kerjasama, partisipasi aktif dan positif semua karyawan dalam

mengembangkan dan meningkatkan mutu kerja secara terus menerus.

2.4. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison Salatiga terletak di Jl. Patimura KM. 1,

Salatiga, Jawa Tengah, dimana menempati area seluas 4,6 hektar. Industri ini memiliki

5 plant, yaitu Slaughter house Plant, Sausage Processing Plant, Further Processing

Plant, Breadcrumb Plant, dan Premix Plant. Fasilitas - fasilitas pendukung antara lain

gudang penyimpanan bahan baku, gudang bahan kimia, gudang finished good meliputi

Page 15: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

5

cold storage dan chillroom, gudang kemasan, instalasi pengolahan air limbah atau

Waste Water Treatment Plan (WWTP), laboratorium internal, office, klinik, mushola

dan kantin pegawai.

2.5. Struktur dan Sistem Organisasi

Sistem dan struktur organisasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan sebab

berkaitan dengan kebijakan dan peraturan untuk memperoleh hasil produksi yang baik

dan efektif. PT. Charoen Pokphand Indonesia - Food Division Plant Salatiga memiliki

struktur organisasi yang rapi, efektif dan efisien. Struktur organisasi berbentuk linier

dimana wewenang pimpinan tertinggi secara langsung turun kepada kepala bagian yang

berada di bawahnya dengan pembagian kerja yang sesuai bidang-bidang yang telah

terstruktur dan setiap bidang bertanggung jawab pada kinerja bidangnya.

Penjelasan struktur organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia, Food Division Plant

Salatiga berdasarkan setiap plant:

a. Head Production

Pimpinan tertinggi dari PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division Plant,

Salatiga yang bertugas untuk memimpin, mengawasi, dan mengkoordinir

pelaksanaan tugas seluruh plant, merencanakan dan menerapkan kebijkasanaan

perusahaan mengenai perbaikan dan perkembangan umum perusahaan.

b. Sausage Production

Divisi ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan produksi pengolahan ayam menjadi

sosis.

c. Breadcrumb Production

Divisi ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan produksi breadcrumb.

d. Further Production

Divisi ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan produksi olahan ayam, dalam

bentuk forming dan non-forming.

e. Premix Production

Divisi ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan produksi premix. Premix yang telah

dibuat selanjutnya digunakan untuk memproduksi nugget dan sosis.

Page 16: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

6

f. Slaughter House

Divisi ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses pemotongan ayam. Produk

daging ayam yang telah dipotong akan digunakan sebagai bahan baku nugget, sosis,

dan dijual ke industri pengolahan pangan lainnya.

g. Planning Production

Divisi ini bertanggung jawab dan bertugas untuk membuat perencanaan produksi

setiap plant dalam 1 minggu dan mengontrol ketersediaan jumlah barang dalam

gudang sehingga divisi ini akan bekerjasama dengan divisi warehouse .

h. Warehouse

Divisi ini yang bertanggung jawab atas penyimpan bahan baku, bahan penunjang

maupun produk olahan setelah hasil produksi. Divisi ini mengatur penerimaan dan

pengeluaran bahan-bahan di gudang.

i. QC (Quality Control) / Lab

Divisi ini memiliki tugas dan tanggung jawab mengkontrol produk yang dihasilkan

agar selalu sesuai standar yang telah ditetapkan. Bagian ini juga bertugas melakukan

pengujian berbagai kandungan yang ada dalam bahan baku hingga produk yang akan

dipasarkan. Bagian QC ini terdiri atas QC produksi dan QC laboratorium.

j. Personnel and General Affair (P&GA)

Divisi ini bertugas melakukan tugas personalia antara lain seperti melayani masalah

sumber daya manusia dalam seluruh departemen dan pelatihan kerja lapangan, dan

bertanggung jawab terhadap proses penerimaan karyawan baru.

k. Utility and Maintance

Divisi ini bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan pada semua peralatan

dan mesin-mesin yang digunakan selama proses produksi sehingga dapat digunakan

dalam kondisi siap pakai sehingga proses produksi lancar.

l. Purchasing

Divisi ini bertanggung jawab dalam melakukan pembelian bahan baku, bahan

penunjang produksi, dan pengadaan barang.

Page 17: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

7

Gambar 1. Struktur Organisasi di PT. Charoen Pokphand Food Divison Unit Salatiga

2.6. Ketenagakerjaan

Seluruh karyawan PT. Charoen Pokphand Salatiga memiliki jam kerja yang disesuaikan

dengan aktivitas produksi.

Tabel 1. Pembagian Waktu Kerja Karyawan PT Charoen Pokphand Food

Division Unit Salatiga

Jenis Karyawan Hari Jam Kerja

Non shift Senin – Jumat 08.00-16.00

Sabtu 08.00-13.00

Shift 1 Senin – Sabtu 07.00-15.00

Shift 2 Senin – Sabtu 15.00-23.00

Shift 3 Senin – Sabtu 23.00-07.00

Keterangan :Karyawan di masing - masing area memiliki jam istirahat yang berbeda-beda, disesuaikan

dengan aktivitas produksi, dengan waktu istirahat 1 jam

Semua karyawan mendapatkan jaminan sosial berupa Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS kesehatan) dan asuransi keselamatan kerja. Seluruh karyawan harus

mengikuti dan mematuhi peraturan-peraturan yang ada di dalam pabrik. Peraturan

perusahaan yang telah disosialisasikan harus dilaksanakan dengan baik oleh seluruh

karyawan maupun manajemen perusahaan. Perusahaan menerapkan sistem reward and

punishment. Reward tersebut dapat berupa kenaikan pangkat ataupun training khusus.

Punishment berupa SP 1, SP 2, dan SP 3 berdasarkan pelanggaran kerja yang dilakukan.

Head Production

Slaughter House Supervisor

Further Production Supervisor

Sausage Production Supervisor

Breadcrumb Production Supervisor

Premix Production Supervisor

Production Planning Supervisor

QC/ Lab Supervisor

Warehouse Supervisor

P&GA Supervisor

Utility and Maintance Supervisor

Sales Fresh and Frozeen Supervisor

Purchasing Supervisor

Expedition and Logistic Supervisor

Page 18: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

8

3. SPESIFIKASI PRODUK

Setiap area produksi atau yang juga dapat disebut plant di PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Division Plant Unit Salatiga menghasilkan berbagai macam

produk,dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produk yang dihasilkan Setiap Plant di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division Plant Unit Salatiga

Jenis Plant Produk yang Dihasilkan

Slaughter House Plant Daging ayam fresh danDaging Ayam frozen

Further Processing Plant Forming Product (Nugget) dan Non Forming Product

(spicy wing, crispy crunch, karage) dengan Merk

Dagang Golden Fiesta, Fiesta, Champ dan Okey

(Gambar 2.)

Sausage Processing Plant Sosis Ayam dan Sapi dengan Merk Dagang Fiesta,

Champ, Okey (Gambar 3.)

Breascrumb Plant Breadcrumb

Premix Plant Batter dan Major Premix

Gambar 2. Produk Further di PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Division Plant Salatiga (Sumber : https://cpfood.co.id/)

Gambar 3. Produk Sosis di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division Plant Salatiga (Sumber : https://cpfood.co.id/)

Page 19: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

9

phand Indonesia Food Division Plant Unit Salatiga terdapat 2 jenis breadcrumb yaitu

FP Breadcrumb Mix dan FP Breadcrumb Orange. Kedua produk ini sama-sama terbuat

dari roti tawar yang melalui proses pengeringan dan penghancuran. Hal yang

membedakan dari kedua produk ini adalah warnanya, jika Finish Product (FP) Orange

Breadcrumb (Gambar 4.) merupakan breadcrumb yang terbuat dari 100% roti tawar

berwarna oranye, sedangkan Finish Product (FP) Mix Breadcrumb (Gambar 5.)

merupakan breadcrumb yang terbuat dari roti tawar berwarna kuning dan oranye

dengan jumlah perbandingan roti tawar kuning lebih banyak dibandingkan roti tawar

oranye.

Gambar 4. FP Breadcrumb Orange Gambar 5. FP Breadcrumb Mix

Page 20: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

10

4. PRODUKSI BREADCRUMB

Untuk menunjang produksi nugget, PT. Charoen Pokphand Food Division Unit Salatiga

juga memproduksi breadcrumb. Produk ini diproduksi oleh perusahaan sebab untuk

meningkatkan tekstur nugget agar memiliki tekstur crispy yang lebih baik. Disamping

itu juga untuk membantu memenuhi permintaan breadcrumb dari PT. Charoen

Pokphand di daerah lainnya. Berikut akan dijelaskan bahan baku dan proses produksi

breadcrumb dalam skala industri.

4.1. Bahan Baku

Bahan baku atau raw material yang digunakan dalam pembuatan roti tawar yang akan

diolah menjadi breadcrumb antara lain:

1. Tepung Terigu Protein Sedang

Untuk membuat roti tawar sebagai produk antara dalam produksi breadcrumb tepung

terigu yang digunakan adalah tepung terigu protein sedang. Menurut Husin (2013)

tepung terigu protein sedang ini mengandung protein gluten sebanyak 10-11,5%.

Umumnya menurut Husin (2010) dalam pembuatan roti tawar menggunakan tepung

terigu protein tinggi yang mengandung protein 12-14%. Penggunaan tepung terigu

protein tinggi akan menghasilkan roti tawar dengan serat-serat roti lebih panjang, lebih

empuk dan mengembang. Akan tetapi roti berbahan dasar tepung terigu protein tinggi

bila diolah menjadi breadcrumb maka yield produk akhir yang dihasilkan lebih sedikit

dan kualitasnya kurang bagus. Hal ini terkait teori Cauvain (2015) yang mengatakan

semakin tinggi kandungan protein pada tepung yang digunakan, maka tekstur roti yang

dihasilkan lebih elastis. Cauvain (2015) menjelaskan bahwa kandungan protein gluten

membuat adonan mampu menahan pengembangan gas CO2 lebih banyak. Hal ini

membuat ruang-ruang pada roti lebih banyak, namun bila roti tersebut diolah menjadi

breadcrumb maka yield dan kualitas breadcrumb rendah. Bila menggunakan tepung

terigu berprotein sedang bagian dalam roti (crumb) menjadi lebih padat sehingga ketika

diolah menjadi breadcrumb yield yang dihasilkan lebih banyak dan kualitasnya lebih

baik.

Page 21: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

11

2. Tepung Tapioka

Tepung tapioka terbuat dari umbi tanaman ketela pohon sehingga tinggi akan

kandungan pati. Menurut Pongsawatmanit, et al. (2001) pati dapat membantu

pengembangan roti menjadi lebih baik, sebab pati memiliki kemampuan berasosiasi

dengan air.

3. Ragi

Menurut Husin (2013) ragi atau yeast merupakan mikroorganisme sel tunggal,

berbentuk oval, tidak berwarna. Peran ragi dalam proses pembuatan roti adalah saat

fermentasi berlangsung, ragi akan aktif menghasilkan gas CO2 dan C6H5OH selama

proses fermentasi yang mengakibatkan adonan menjadi mengembang, mematangkan

dan mengempukkan gluten, dan membantu terbentuknya flavor roti selama

pengembangan adonan berlangsung (Matz, 1992).

4. Air Dingin

Peran air dalam pembuatan roti adalah melarutkan bahan-bahan (Husin, 2013). Jumlah

air yang ditambahkan juga harus diatur agar memenuhi standar konsistensi adonan

untuk dapat melalui proses selanjutnya (Cauvain, 2015). Air yang ditambahkan harus

dalam keadaan dingin agar adonan memiliki suhu yang tetap sehingga yeast tetap aktif

(Bent et al, 2013).

5. Premix

Premix yang merupakan bubuk yang terdiri dari campuran aneka bahan pangan dengan

formulasi khusus. Premix telah dibuat oleh PT. Charoen Pokphand Unit Cikande.

6. Bread Improver

Menurut Husin (2013) bread improver dapat meningkatkan toleransi, elastisitas,

kekuatan adonan, meningkatkan volume roti, menimbulkan softness pada roti,

meningkatkan flavour. Bread Shortening improver mengandung bahan penguat gluten,

bahan memperbaiki adonan, bahan makanan yeast, enzim, dan tepung carrier.

Page 22: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

12

7. Shortening

Menurut Cauvain (2015) penambahan shortening berfungsi untuk meningkatkan

elastisitas adonan sehingga meningkatkan perbaikan kelekatan setelah adonan melalui

pemotongan. Jenis shortening yang dapat ditambahkan pada roti antara lain mentega,

margarin, minyak sayur, minyak salad (Meyer, 1982). Bila penambahan shortening

terlalu banyak akan menghambat kinerja yeast (Cauvain, 2015).

8. Garam dan Gula

Menurut Husin (2013) peran garam dalam pembuatan roti adalah untuk meningkatkan

aroma dan rasa, meningkatkan kekuatan gluten, dan menghambat aktivitas ragi yang

berlebihan. Garam juga dapat membantu pengembangan adonan saat dipanggang

(Cauvain,2015). Sedangkan fungsi gula yaitu memberikan rasa manis, warna kulit roti,

melunakkan gluten. Bila penambahan gula terlalu banyak akan menyebabkan adonan

menjadi lengket dan warna crust pada roti menjadi terlalu gelap (Husin,2013).

9. Verdad

Untuk meningkatkan kualitas roti tawar sebagai produk antara perlu ditambahkan bahan

pangan berupa pengatur keasaman dan pengawet terutama untuk menghambat

pertumbuhan kapang (Cauvain, 2015). Verdad merupakan fermentasi dari gula tebu,

beet, jagung, tapioka. Verdad mampu berperan sebagai menghambat dan agen

fungisidal bagi kapang tertentu (corbion.com/verdad, 2013).

4.2. Diagram Alir Produksi Breadcrumb

(a)

Penerimaan Raw Material

Tepung Terigu

Premix, Bread

Improver,

Shortening, Ragi

Padat

PREPARING RAW

MATERIAL AREA

Diayak

Raw material Ditimbang

Tepung

Tapioka

Page 23: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

13

(b)

(c)

(d)

MIXING AREA Bahan Baku

Mixing Dough

Dough Cutting

Sheeting and Moulding

Transfer to Baking Cart

CUTTING AND

GRINDING AREA

Cutting

Cooling

Stalling

Grinding

PROOFINGAND

BAKING AREA

Fermentasi

Electric Baking

Roti Tawar

Page 24: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

14

(e) Gambar 6. Diagram Alir Proses Produksi Breadcrumb di PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison Salatiga (a) Preparing Raw Material Area; (b) Mixing Area; (c) Proofing and Baking Area; (d) Cutting and Grinding Area; (e)Packaging Area

.

4.3. Proses Produksi Breadcrumb

Dalam pembuatan breadcrumb diawali dengan pembuatan roti tawar sebagai produk

antara. Roti tawar adalah roti yang terbuat dari adonan tanpa telur dan sedikit gula

(Krisnawati & Indrawati, 2014). Tahap paling krusial dan signifikan dalam pembuatan

roti adalah proses berkembangnya gluten. Tahap pengembangan gluten bertujuan

membentuk struktur seluler remahan (crumb) dan memberi kualitas tekstur yang

berbeda dari produk bakery lain (Cauvain, 2015).

4.3.1. Persiapan Bahan Baku

Persiapan bahan baku dengan diawali dari penerimaan barang dari gudang pusat

penyimpanan bahan baku, pengecekan jumlah dan memastikan bahan baku dalam

kondisi baik. Kemudian untuk tepung terigu melalui proses pengayakan. Pengayakan

Drying PACKING AREA

Sieving

Finish Good ditampung sementaradalam Hopper

Weighting

Packing

Pengecekan Logam denganMetal Detector

Finished Good Product dihasilkan

Penyimpanan

Page 25: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

15

tepung dilakukan dengan sieving machine dengan screen ukuran tertentu untuk

menyaring kotoran dan tepung yang menggumpal. Sementara untuk shortening, ragi,

tepung tapioka, bread improver, premix dapat langsung ditimbang.

4.3.2. Mixing

Mixing mendorong tercampurnya bahan yang tidak larut air menjadi kesatuan adonan.

Lebih lanjut, mixing bertujuan untuk menghidrasi partikel protein tepung dan

membentuk gelembung udara pada adonan untuk menyediakan nuklei gas CO2. Hal ini

membuat mixing menentukan pembentukan crumb roti. Disini mixing dilakukan dengan

cara menguleni adonan hingga gluten yang terkandung didalamnya mengembang

sehingga dapat menahan CO2 (Cauvain, 2015).

Mixing mula-mula dilakukan pada kecepatan rendah lalu dilanjutkan mixing kecepatan

tinggi hingga membentuk adonan yang kalis. Saat mixing dilakukan pada kecepatan

rendah bahan yang dimasukkan antara lain tepung terigu, tepung tapioka, ragi, premix,

chilled water. Alasan mixing mula-mula dilakukan pada kecepatan rendah agar benar-

benar tercampur sebab sebagian besar bahan yang ditambahkan adalah bahan padat

yang perlu dorongan lebih besar agar bercampur. Kemudian ketika mixing dengan

kecepatan tinggi dengan durasi waktu yang lebih lama shortening, campuran garam dan

gula serta verdad dimasukkan. Kecepatan tinggi selama mixing diperlukan sebab

penambahan bahan disini terjadi dilakukan pada adonan dan salah satu bahan yang

ditambahkan adalah shortening yang merupakan lemak sehingga sulit larut air karena

porlaritasnya berbeda.Kecepatan mixing tinggi ini akan menimbulkan tumbukan yang

lebih banyak dan cepat sehingga adonan dapat kalis (Cauvain, 2015). Mixer yang

digunakan berbentuk spiral yang berputar berlawanan arah dengan putaran wadah

adonan. Hal tersebut sesuai dengan teori Cauvain (2015) bahwa dalam mixing

pembuatan roti, adonan perlu diuleni atau kneading dan untuk melakukannya

dibutuhkan alat pengaduk berbentuk spiral.

Penambahan shortening, campuran garam dan gula, verdad dilakukan saat mixing cepat

atau tidak bersama penambahan ragi. Hal ini dilakukan berkaitan dengan teori Cauvain

(2015) bahwa garam dan pengawet bersifat antimikrobia sehingga bila ditambahkan saat

Page 26: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

16

mixing lambat atau bersamaan dengan penambahan yeast maka akan membunuh yeast.

Sementara shortening menurut beliau juga merupakan bahan yang menghambat kinerja

yeast. Air yang digunakan disini berupa air dingin, menurut Mandasari (2010) air dingin

selama mixing akan membantu menjaga suhu adonan terjaga rendah sehingga yeast

dalam adonan tidak mati. Utami (2016) menambahkan, penggunaan air dingin juga

bertujuan menjaga konsistensi adonan. Cauvain (2015) menjelaskan, ketika mixing

dengan mixer spiral maka gesekan-gesekan antar partikel semakin besar karena

pengaduk ini juga memberikan tekanan yang lebih besar pada adonan. Menurut beliau

hal tersebut yang menyebabkan panas yang menghambat kinerja yeast.

4.3.3. Dough Cutting

Setelah adonan kalis terbentuk, adonan dibagi dan dimasukkan ke dalam dough divider.

Dough divider merupakan mesin yang dapat membagi adonan sama besar. Prinsip kerja

mesin ini adalah menggunakan pompa hidrolik sehingga bentuk adonan menjadi teratur

dan dibagi sama besar dengan pisau pemotong yang terdapat didalam mesin. Alat

tersebut sesuai teori Cauvain (2015) bahwa alat dough divider yang digunakan untuk

adonan yang bersifat kuat. Prinsip cara kerja alat ini mengandalkan tekanan dengan

menerapkan hukum pascal yaitu ketika benda ditekan maka tekanan akan merambat ke

segala arah. Hal ini membuat adonan yang semula tidak berbentuk menjadi berbentuk

teratur dengan begitu dapat dipotong sama besar.

4.3.4. Sheeting and Moulding

Adonan yang telah terbagi-bagi sama besar kemudian dimasukkan ke dalam mesin

sheetmoulding. Setiap potong adonan dimasukkan ke dalam feed hopper dari mesin ini,

lalu adonan akan melalui 2 plat berbentuk lingkaran yang bergerak berlawanan sehingga

adonan menjadi pipih memanjang (sheeting). Adonan pipih tersebut lalu melalui sebuah

plat dan berputar sehingga adonan yang keluar membentuk silinder atau gulungan kecil

(moulding). Setiap gulungan adonan kemudian dilipat menjadi 2 atau dibentuk menjadi

huruf U terbalik, kemudian dimasukkan ke dalam chamber pada baking cart yang telah

diberi olesan minyak goreng agar adonan tidak menempel pada dinding-dinding

titaniumnya. Sebuah baking cart berisi 12 chamber dengan 2 plat titanium sebagai

Page 27: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

17

dinding di setiap chamber nya. Setiap baking cart dapat diisi beberapa potong adonan

disesuaikan dengan panjang chamber pada baking cart.

Menurut Cauvain (2015) tahap moulding dilakukan agar saat proofing yang terjadi akan

menghasilkan bentuk serat-serat roti tertentu. Pada pembuatan breadcrumb yang

diinginkan adalah terbentuk serat-serat roti memanjang agar nantinya breadcrumb yang

dihasilkan dapat berbentuk parutan kelapa oleh sebab itu dilakukan moulding dengan

membentuk adonan menjadi silinder. Sementara alasan adonan silinder tersebut harus

ditekuk menjadi U terbalik adalah untuk memberi tekanan sehingga roti akan

mengembang ke atas lebih maksimal.

4.3.5. Proofing

Proofing atau fermentasi dilakukan di suatu ruangan dengan kelembapan dan suhu yang

telah diatur menjadi lebih hangat dan lebih lembab menggunakan uap basah. Hal

tersebut dilakukan untuk mendukung kinerja ragi dalam melakukan fermentasi pada

adonan. Fermentasi menurut Cauvain (2015) adalah kondisi dimana yeast dalam adonan

bekerja dengan memanfaatkan gula sebagai sumber energi. Kinerja yeast akan merubah

pati menjadi gula sederhana (C6H12O6) yang kemudian dipecah menjadi CO2 dan etil

alkohol (C2H5OH) (Matz, 1992). CO2 yang diproduksi ditahan oleh nuklei yang

terbentuk dari matrix protein selama mixing setelah proofing akan mengembang

sehingga volume adonan bertambah.

4.3.6. Baking

Selama baking gelatinasi pada pati serta koagulasi protein reaksi ini menciptakan crust

di permukaan roti dan crumb di bagian dalam roti (Cauvain, 2015). Gelatinasi diawali

dengan granula pati menyerap air lalu mengalami pembengkakan terbatas sehingga

pecah kembali ke kondisi semula namun bentuk granula tidak dapat kembali sama lagi

(Chinachoti and Yael, 2000). Gelatinasi tersebut membuat struktur adonan menjadi kuat

(Krisnawati & Indrawati, 2014). Gelatinasi akan membuat struktur roti yang terbentuk

secara makroskopis padat, namun elastis dengan rongga-rongga udara terperangkap

pada bagian padat (Utami, 2016).

Page 28: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

18

Baking dilakukan secara elektris menggunakan tegangan listrik dengan alat electric

baking oven yang menghasilkan listrik. Disini roti dipanggang dalam chamber dengan

posisi adonan berada diantara 2 plat titanium sebagai dinding. Spriano et al (2005)

mendefinisikan titanium sebagai logam transisi bersifat konduktor yang mengandung

kation dan anion, bila diberi tegangan listrik maka tercipta panas yang menyebar

diantara 2 dinding plat sehingga adonan matang. Disamping itu plat titanium juga

dipilih sebab bersifat ringan, kuat, dan tidak mudah berkarat. Mula-mula proses

pemanggangan dilakukan dengan tegangan atau voltase tinggi kemudian dilanjutkan

dengan tegangan yang lebih rendah. Tegangan tinggi menghasilkan panas yang lebih

tinggi diperlukan terkait untuk membentuk crust yang merupakan kulit luar pada bagian

permukaan roti dengan cepat sementara tegangan rendah menghasilkan panas yang

lebih rendah dengan waktu lebih lama bertujuan untuk mematangkan bagian tengah roti

(crumb) yang berupa remah-remah. Hal tersebut terkait dengan teori Cauvain (2015)

bahwa roti memliki 2 elemen utama yaitu crust dan crumb.

Setelah pemanggangan terjadi perbedaan warna pada crust yang lebih gelap

dibandingkan crumb. Akan tetapi warna crumb dan crust disini tidak terlalu berbeda

jauh sehingga ketika menjadi breadcrumb, crumb dan crust tidak terlihat berbeda.

Warna yang tidak berbeda ini diduga dikarenakan sistem pemanggangan yang

menggunakan listrik bertegangan yang memicu panas yang hanya mengalir dengan

pengantara ion-ion bermuatan. Ion bermuatan tersebut hanya ada pada dinding plat

dalam bentuk anion-kation dan adonan yang mengandung garam, sehingga dalam

adonan juga terdapat ion-ion. Jadi pemanggangan disini hanya terjadi diantara kedua

dinding plat bila didalamnya berisi adonan roti yang mengandung garam, tanpa adanya

garam maka proses pemanggangan akan gagal sebab panas tidak dapat mengalir pada

adonan.

4.3.7. Cutting

Bila suhu roti telah turun maka roti dapat cutting dengan mesin pemotong. Roti yang

semula berukuran besar dipotong menjadi berukuran lebih kecil. Menurut Cauvain dan

Young dalam Cauvain (2015) cutting akan membuat luas permukaan roti yang terpapar

udara semakin besar. Hal tersebut membantu penguapan air yang pada roti selama

Page 29: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

19

staling lebih efisien. Setiap potong roti kemudian ditata dan diletakkan kembali di

cooling rack. Cooling rack yang telah penuh dengan potongan dipindahkan ke ruang

staling.

4.3.8. Staling

Roti yang ada di dalam ruang staling mengalami penurunan kadar air sehingga tekstur

roti lambat laun mengalami pengerasan. Pengerasan tekstur roti dan penurunan kadar air

roti ini diinginkan untuk membantu mengoptimalkan proses grinding dan drying.

Setelah roti keluar dari pemanggang maka mulai terjadi staling yang mengakibatkan

perubahan fisiko-kimia. Sifat fisiko-kimia dipengaruhi amilase pada fraksi pati dari roti

tersebut (Hug-Iten, 2000). Setelah pemanggangan menurut beliau kadar air roti berada

di kisaran 46-47g/100g berat basah disini pati dalam keadaan tergelatinasi dan belum

mengalami rekristalisasi, namun setelah proses penyimpanan akan terjadi sedikit

penurunan kadar air. Akan tetapi selama penyimpanan dapat pula terjadi kenaikan kadar

air terutama pada bagian crust diikuti perubahan glass transition sehingga crust

menjaadi lebih lembek, alot dan pada crumb perubahan kadar air meningkatkan

perubahan fraksi pati akibat tingginya mobilitas polimer.

Perubahan partikel roti selama staling juga mengakibatkan roti menjadi semakin keras,

elastisitas berkurang dan crust kehilangan kerenyahan. Hal tersebut dipengaruhi amilase

(Hug-Iten, 2000). Semakin banyak amilase maka dapat menghambat pengerasan roti,

jenis amilase yang paling mempengaruhi staling sehingga menjadi lambat adalah alfa

amilase. Alfa amilase akan membuat pori-pori crumb lebih rapat. Perubahan mekanis

juga dipengaruhi oleh kandungan amilase dalam roti. Sifat mekanis pati pada roti dapat

diukur dengan memberikan tekanan. Selama staling breaking stress akan meningkat.

Breaking stress sendiri adalah tekanan maksimal yang dapat diberikan pada suatu benda

hingga terbelah. Ketika breaking stress roti meningkat artinya kekerasan roti

meningkat. Hal tersebut terjadi karena terjadi pembentukan jaringan yang semakin kuat

dan kaku antar granula pati akibat granula pati yang mengembang. Gel tepung dan pati

yang mengandung amilase jenis novamil menunjukan breaking stress awal yang paling

tinggi diduga akibat gelasi patinya mengalami percepatan, namun laju pengerasan

setelahnya yang paling lambat (Hug-Iten, 2000). Akan tetapi novamil tidak dapat

Page 30: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

20

dijadikan anti staling sepenuhnya sebab akan terinaktivasi pada pemanasan suhu 120°C

saat pemanggangan, namun amilase jenis ini dapat mendegradasi cukup banyak pati

selama pemanggangan.

Lebih lanjut, Hug-Iten (2000) menjelaskan bahwa selama staling terjadi pula perubahan

pati. Fraksi pati berubah ketika roti mengalami staling. Perubahan pati ini dikarenakan

adanya terjadinya retrogradasi pada pati. Atwell (1988) dalam Hug-Iten (2000)

mendefinisikan retrogradasi pati sebagai proses molekul pati yang sudah tergelatinasi

mulai berasosiasi kembali membentuk struktur teratur. Awalnya, dua atau lebih rantai

pati berasosiasi membentuk ikatan yang disebut “juncture points” kemudian

berkembang semakin luas, oleh sebab itu kristalisasi kembali juga terjadi disini. Akan

tetapi bukan berarti kristalisasi dan retrogradasi sama, sebab hasil proses retrogradasi

tidak perlu langsung segera dalam bentuk kristal teratur berdimensi tiga. Oleh sebab itu

yang termasuk retrogradasi tidak hanya kristalisasi, namun juga gelasi. Pada kristalisasi,

kristal yang teratur terbentuk dari kumpulan dobel helix. Dobel helix merupakan

asosiasi interchain yang memiliki banyak ikatan “juncture points”. Retrogradasi

melibatkan amilosa dan amilopektin bersamaan. Kedua polimer pati tersebut cenderung

bergelasi, terutama amilosa yang paling cepat. Akan tetapi tidak ada perbedaan anyata

amilosa dan amilopektin bila dilihat dari pola kristalnya setelah retrogradasi. Selama

staling amilopektin membentuk struktur dobel helix dan daerah kristal sehingga granula

yang membengkak dapat berbentuk rigid. Sementara ikatan silang yang terbentuk antara

amilosa dan sisa granula membentuk struktur jaringan yang meningkatkan rigiditas.

Semakin lama proses staling, ikatan silang yang terbentuk semakin banyak. Ikatan

silang ini berperan lebih besar untuk membuat roti menjadi lebih keras dibandingkan

perluasan daerah kristalisasi. Tekstur keras di akhir staling juga bergantung pada luas

jaringan plasticization dengan air. Selama staling air teretribusi pada gluten dan pati

yang ada di crumb maupun crust (Hug-Iten, 2000).

Ruang staling adalah ruangan dimana suhu dan kelembapannya dimodifikasi dengan

heater, blower dan exhaust sehingga memiliki suhu lebih tinggi dan kelembapan

tertentu agar penguapan air dari roti dapat terjadi lebih maksimal. Prinsip kerja ruang

staling secara keseluruhan melibatkan dumper, heater, blower, exhaust. Udara masuk

Page 31: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

21

ke dalam ruangan melalui dumper yang berbentuk seperti jendela, kemudian udara

panas atau uap panas kering dihasilkan oleh heater. Udara panas lalu dialirkan ke

seluruh ruangan oleh blower sehingga ruangan berada pada suhu lebih tinggi sehingga

kelembapan di lingkungan (Relative Humidity) lebih rendah dibandingkan kadar air di

roti. Hal tersebut membuat air di permukaan roti akan menguap berpindah ke udara

lebih cepat dengan menganggu kesetimbangan air bagian dalam (crumb) dan luar

(crust) sehingga mempercepat staling (Syamsir, 2011). Uap air yang terkandung dalam

udara pada ruang staling akan terakumulasi oleh sebab itu exhaust diperlukan. Exhaust

akan menyedot uap air yang terkandung dalam udara sehingga kelembapan relatif udara

dalam ruangan terjaga.

4.3.9. Grinding

Tahapan penghancuran roti tawar dilakukan dengan grinding machine. Menurut teori

Taylor (1987) mesin ini dirancang untuk menghancurkan bahan padat hingga berbentuk

granula dengan ukuran seragam yang dapat diatur, dalam hal ini berbentuk serabut pipih

lonjong seperti parutan kelapa. Di dalam mesin grinder terdapat tabung dengan pisau

yang permukaannya menyerupai gergaji. Ketika roti melalui pisau tersebut dengan

kecepatan putaran tertentu maka roti akan digiling hingga menjadi bentuk remahan. Bila

orange breadcrumb yang ingin dibuat, maka roti yang dimasukkan ke dalam mesin

grinding adalah roti oranye. Bila mix breadcrumb yang ingin dibuat, maka roti yang

dimasukkan ke dalam mesin grinding adalah roti oranye dan kuning dengan

perbandingan roti kuning lebih banyak.

4.3.10. Drying

Rotary dryer adalah pengering yang digunakan pada bahan padat yang berfungsi untuk

mengurangi kadar air dengan membuat terjadinya kontak antara produk dengan udara

panas kering (Lisboa et al, 2007). Beliau mendeskripsikan alat tersebut dengan bentuk

selongsong berupa silinder panjang dan besar yang berputar. Mesin rotary dryer

berprinsip mengeringkan serpihan roti dengan menggunakan kompor berbahan bakar

CNG (Compressed Natural Gas) di satu titik ujung silider berputar dan semburan udara

luar yang masuk dengan bantuan pompa angin untuk menambah tekanan. Udara

tersebut mengandung oksigen masuk untuk membantu nyala api tetap terjaga, kemudian

Page 32: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

22

terjadi perpindahan panas dari nyala api kompor tersebut ke seluruh ruangan silinder

dan roti secara radiasi. Penentuan suhu dan kecepatan putar tergantung dari beban kadar

air roti setelah staling jika kadar air masih terlalu tinggi maka suhu dinaikan, kecepatan

putaran disesuaikan dan feeding berupa roti yang masuk dari mesin grinding

diperlambat. Semakin lama mesin rotary dryer beroperasi suhu didalam silinder

semakin panas maka kecepatan putar harus ditingkatkan untuk mencegah kegosongan.

Komponen umum yang ada pada rotary dryer antara lain burner sebagai titik daerah

dimana api dinyalakan, combustor yang merupakan daerah dimana selama rotary dryer

berputar nyala api yang dihasilkan burner dipertahankan, blower yang berfungsi

membantu tersebarnya aliran udara panas dan mengurangi serbuk yang berukuran

terlalu kecil supaya terbuang, rotator yang merupakan penggerak dari tabung rotary,

rotary valve berupa katup yang mengatur produk hasil rotary dryer keluar dan akan

berpindah ke tempat pengayakan.

4.3.11. Sieving

Pengayakan dengan sieving machine bertujuan menseleksi ukuran finish product dari

breadcrumb agar seragam dan sesuai standar. Ayakan yang digunakan pada produk

terdiri dari beberapa screen dengan ukuran berbeda. Selanjutnya breadcrumb melalui

cooling conveyor. Saat melalui cooling conveyor dilakukan penyortiran manual untuk

mengeliminasi breadcrumb yang tidak sesuai dengan standar kualitas. Cooling

conveyor akan membawa breadcrumb ke penampungan sementara yaitu hopper.

4.3.12. Packing

Pengemasan dilakukan secara manual dengan menimbang breadcrumb dalam plastik

Poly Ethylen (PE) kemudian dijahit pada bagian atasnya menggunakan sewing machine.

Menurut Fellows (2000) PE (Poly Ethylen) memiliki pori-pori plastik jenis ini lebih

kecil dibandingkan polyprophylen. Dengan begitu plastik akan menjadi barrier gas atau

uap air yang baik sebab gas dan uap air lebih sulit untuk masuk dan dapat menunjang

umur simpan breadcrumb (Susilawati, 2011). Pada kemasan tertera jenis dan tipe

breadcrumb. Berdasarkan warnanya terdapat 2 jenis breadcrumb yang diproduksi di

oleh perusahaan ini yaitu mix (campuran breadcrumb kuning dan oranye) dan orange

(breadcrumb oranye). Tipe breadcrumb berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi 3

Page 33: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

23

yaitu Coarse (C), Normal (N) dan Fine (F). Namun seluruh breadcrumb yang

diproduksi PT Charoen Pokphand Unit Salatiga bertipe ukuran Normal (N).

Pada setiap karung tertera kode produksi dan expired date yang dicetak menggunakan

mesin printing. Prinsip kerja mesin printing dengan menembakan tinta cair sesuai

dengan tulisan yang sudah diatur. Jadi sebelum menjalankan mesin printing perlu

dilakukan pengaturan angka dan kode yang harus dicetak. Proses printing dilakukan

dengan melewatkan kemasan plastik pada conveyor, kemudian printhead akan

menembakan tinta sehingga kemasan memiliki kode produksi dan tanggal expired.

4.3.13. Pengecekan Logam dengan Metal Detector

Setiap karung berisi breadcrumb dilewakan di metal detector untuk memastikan produk

tidak mengandung logam. Pada metal detector terdapat tiga komponen utama, yaitu

transmitter coil, receiver coil, dan standard wave analyzer (Fellows, 2000). Transmitter

coil berperan untuk menghasilkan medan elektromagnetik yang konstan. Saat terdapat

logam yang melewati detector, maka medan elektromagnet akan terganggu. Gangguan

tadi diterima receiver coil dan dianggap sebagai sinyal. Data dari receiver coil

kemudian dideteksi oleh metal detector. Kemudian data tadi dilewatkan pada standar

wave analyzer berupa gelombang elektromagnetik yang berada di antara transmitter coil

dan receiver coil. Standar wave analyzer akan bekerja dengan memicu bunyi alarm,

mengaktifkan lampu indikator dan barang yang mengandung logam secara otomatis

didorong rejector sehingga dapat terpisah.

Page 34: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

24

5. OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES STALING PADA

PRODUKSI BREADCRUMB DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA

FOOD DIVISION UNIT SALATIGA

5.1. Latar Belakang Projek

Penulis berkesempatan untuk mendalami salah satu produk PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Division Plant Salatiga yaitu breadcrumb. Breadcrumb merupakan

tepung yang terbuat dari olahan roti tawar yang di grinding kemudian dikeringkan.

Sebelum roti tawar di grinding pada pembuatan breadcrumb terdapat tahap staling atau

aging. Selama staling terjadi perubahan fisiko-kimia komponen dalam roti selama

penyimpanan (Syamsir, 2011). Staling umumnya tidak diinginkan terjadi pada roti

karena membuat kesegaran dari produk bakery tersebut berkurang. Walau begitu staling

diperlukan dalam proses membuat breadcrumb. Staling pada roti tawar yang akan

diolah menjad breadcrumb bertujuan untuk membentuk kristal pati yang membuat

dinding roti mengeras dan membantu migrasi air dari roti menguap ke udara sehingga

kadar air roti berkurang. Roti yang keras dan kadar air yang lebih rendah akan

membantu tahapan grinding dan drying menjadi lebih efisien.

Standar waktu staling yang diterapkan perusahaan cukup lama, yaitu pada kisaran 10

jam. Disamping itu didalam ruang staling dari 2 exhaust yang terletak bersebrangan,

salah satu exhaust rusak sebab baling-baling pada exhaust tersebut tidak berfungsi.

Kerusakan exhaust diduga mempengaruhi pola penurunan kadar air dari roti yang di

staling di daerah dimana exhaust rusak dan exhaust yang berfungsi dengan baik. Hal-hal

tersebut mendasari alasan penulis melakukan pengamatan dengan fokus melihat

penurunan kadar air selama 8 jam staling di daerah exhaust yang berfungsi dengan baik

dan exhaust rusak.

5.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

a. Optimasi proses staling dalam menurunkan kadar air roti tawar dalam produksi

breadcrumb.

b. Menganalisa pengaruh kerusakan exhaust pada penurunan kadar air selama staling.

Page 35: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

25

5.3. Metodologi Penelitian

Penentuan Sampel

Penelitian dilakukan selama 6 hari dengan perincian 3 hari menggunakan sampel yang

berada di daerah dengan exhaust yang bekerja dengan baik dan 3 hari menggunakan

sampel yang berada di daerah dengan exhaust rusak. Sampel tersebut merupakan roti

tawar yang telah di cutting dan dimasukkan ke dalam ruangan staling. Setiap

pengambilan sampel, sebanyak 3 buah diambil potongan roti pada cooling rack yang

berbeda namun masih dalam batch yang sama. Sampel diambil dari roti tawar yang

terletak pada bagian tengah cooling rack ke-3 dari atas. Ruangan staling di setting pada

suhu 45°C dan relative humidity berkisar 76-80%.

Pengukuran Kadar Air

Potongan roti tawar yang dijadikan sampel diambil bagian tengah (crumb). Selanjutnya

roti tersebut di blender hingga halus. Sebanyak 3 gram sampel yang telah diblender

kemudian dimasukkan ke dalam alat halogen moisture analyzer sehingga diketahui

kadar air berdasarkan wet basis.

Pengumpulan Data

Data yang telah diperoleh dari lapangan setiap jam yang terdiri dari 3 sampel dirata-rata

dan dihitung standar eror nya. Data hasil rata-rata tersebut kemudian diolah menjadi

grafik penurunan kadar air setiap jam selama 8 jam. Kemudian standar eror yang telah

dihitung digunakan untuk menentukan error bar pada grafik tersebut. Seluruh

pengolahan data ini dilakukan menggunakan program Microsoft Excel.

Page 36: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

26

32.5

33

33.5

34

34.5

35

35.5

36

36.5

37

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kad

ar

Air

(%

)

Waktu (Jam Ke-)

5.4. Hasil Pengamatan

Pola Penurunan Kadar Air di Daerah Exhaust Benar

Grafik menunjukkan nilai rata-rata dengan standart error.

Grafik 1. Hasil Penelitian Penurunan Kadar Air Pada Roti Tawar Staling di

Daerah Exhaust Baik.

Grafik ini menunjukkan hasil pengamatan penurunan kadar air pada roti tawar yang di-

staling di daerah yang exhaust-nya berfungsi dengan baik. Seiring bertambah lama

waktu proses staling maka kadar air secara bertahap turun dari jam ke-1 hingga jam ke-

7 dengan penurunan paling signifikan antara jam ke-6 dan 7. Pada jam ke-7 kadar air

roti adalah 33,44% dengan standart error 0,45. Setelah jam ke-7 kadar air mengalami

kenaikan signifikan. Pada jam ke-8 kadar air roti menjadi 35,58% dengan standart error

0,34.

Page 37: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

27

Pola Penurunan Kadar Air di Daerah Exhaust Rusak

Grafik menunjukkan nilai rata-rata dengan standart error.

Grafik 2. Hasil Penelitian Penurunan Kadar Air Pada Roti Tawar Staling di

Daerah Exhaust Rusak.

Grafik ini menunjukkan hasil pengamatan penurunan kadar air pada roti tawar yang di-

staling di daerah exhaust rusak. Pola penurunan kadar air tidak beraturan. Kadar air

paling rendah yang berhasil dicapai adalah pada jam ke-5 yaitu sebesar 35,68% dengan

standart error 0,44. Setelah jam ke-5 kadar air mengalami kenaikan semakin tinggi,

hingga pada jam ke-8 kadar airnya sebesar 37,12% dengan standart error 0,24.

35

35.5

36

36.5

37

37.5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kad

ar

Air

(%

)

Waktu (Jam Ke-)

Page 38: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

28

5.6. Pembahasan

5.6.1. Mekanisme Proses Staling

Semakin lama roti disimpan, terjadi perubahan tekstur roti menjadi semakin keras,

penampakan kulit roti berubah dari glossy menjadi opak, flavor dan kerenyahannya

menurun ditandai semakin turunnya kadar air pada roti (Syamsir, 2011). Hal-hal

merupakan dampak dari terjadinya staling. Menurut Bhatt & Nagaraju (2009) proses

staling pada roti dapat dibedakan menjadi 2 yaitu crust staling dan crumb staling:

a. Crust staling terjadi dengan adanya perpindahan kelembapan dari bagian dalam roti

(crumb) ke bagian kulit roti (crust). Crust mengalami perubahan tekstur yang semula

glossy menjadi opak, alot dan bertekstur seperti kasar. Perubahan tekstur tersebut

sebagai akibat terjadinya glass transition yang mengubah sifat fisik (Bhatt &

Nagaraju, 2009).

b. Crumb staling terjadi dengan adanya perubahan fisiko-kimia pada pati setelah roti

selesai dipanggang. Selama pemanggangan pati tergelatinasi membantuk struktur

yang amorphous. Setelah roti keluar dari pemanggangan energi kinetik pada molekul

tidak dapat melawan kecenderungan molekul-molekul pati, antar amilosa-amilosa

dan antar amilosa-amilopektin panjang saling berikatan kembali (Chinachoti & Yael,

2000). Ikatan-ikatan tersebut membentuk jaringan mikrokristal. Kristalisasi kembali

dari pati yang telah tergelatinasi terjadi, peristiwa ini disebut retrogradasi. Disamping

itu pada bagian dalam roti (crumb) juga terjadi pergeseran distribusi air, yang semula

ada pada gluten berpindah ke pati. Hal tersebut membuat ketersediaan air sebagai

plasticizer pembentuk lapisan film pada matriks gluten turun akibatnya penampakan

tekstur crumb menjadi kering dan rapuh (Cauvain, 2015).

Gambar 7. Penampakan Roti Tawar Setelah Staling

Page 39: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

29

5.6.2. Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Staling

Syamsir (2011) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

staling antara lain:

1. Suhu Penyimpanan

Menurut Syamsir (2011) penyimpanan roti pada suhu-5°C akan memperlambat

staling.Sedangkan penyimpanan roti pada suhu 0-10°C akan mempercepat

pembentukan kristal sehingga staling akan lebih cepat. Akan tetapi menurut penelitian

Aguirre et al (2011) kadar air roti yang di staling pada suhu 4°C walau kristalisasi lebih

cepat, namun penurunan kadar air terjadi lebih lambat dibandingkan staling pada suhu

25°C. Oleh sebab itu perusahaan mengatur suhu ruangan staling tidak pada suhu

dibawah 10°C, melainkan pada kisaran sedikit lebih tinggi dari suhu ruangan normal.

Hal tersebut akan membuat roti tawar yang di staling lebih cepat kehilangan kadar air

dan mengeras.

2. Moisture Migration

Kelembapan udara ruangan yang rendah akan memicu penguapan air dari roti ke udara

dengan lebih cepat. Pengeringan permukaan roti karena penguapan air ke udara terjadi.

Hal tersebut mengganggu kesetimbangan air pada bagian kulit roti (crust) dan bagian

dalam roti (crumb). Perbedaan aktivitas air pada roti antara crust dan crumb sendiri

sudah mempercepat migrasi air dari crumb ke crust sehingga pengerasan lebih cepat.

Oleh sebab itu perusahaan mengatur kelembapan udara di ruangan staling lebih rendah

dibandingakan kelembapan udara normal dan crust roti tidak dibuang.

3. Penambahan Zat Anti Staling

Penambahan anti staling seperti emulsifier, shortening, enzim, hidrokoloid dapat

memperlambat terjadinya staling. Emulsifier dan shortening dapat akan membentuk

ikatan kompleks dengan molekul pati. Struktur yang semakin kompleks membuat

retrogradasi terhambat sehingga staling yang terjadi lebih lambat. Menurut Aini (2014)

shortening akan membuat struktur crumb lebih seragam dengan dinding matriks lebih

tipis sehingga lebih rapat yang juga menghambat retrogradasi. Enzim seperti alfa amilase

yang bersifat tahan panas juga dapat memotong rantai amilopektin sehingga menghalangi

amilase dan amilopektin berikatan kembali sehingga retrogradasi terhambat. Hidrokoloid

memiliki sifat hidrofilik atau mudah berikatan dengan air, bila ditambahkan dalam roti

akan membuat crumb mampu mempertahankan air didalamnya.

Page 40: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

30

Bahan-bahan anti staling juga ditambahkan pada roti tawar sebagai produk antara

breadcrumb. Bahan tersebut yaitu shortening dan bread improver. Komposisi bread

improver menurut Wassermann (2009) terdiri dari hidrokoloid 1%, lesitin 0,1-0,3%,

Diasetil Tartat Ester 0,2%, monogliserida 0,2%, asam asorbat 100-200 ppm, sistein 50

ppm, asam lainnya (asam laktat,asam asetat) 1%, gula (sukrosa, glukosa, ekstrak malt)

1%. Menurut jurnal Rogerz et al, (1988) penambahan shortening sampai level paling

tinggi tidak memberi perkembangan signifikan untuk menghambat laju pengerasan

sementara penambahan monogliserida memberi pengaruh signifikan menghambat laju

pengerasan (staling). Oleh sebab itu antara shortening dan bread improver, yang paling

berpengaruh menghambat staling adalah bread improver sebab didalamnya terkandung

berbagai komponen zat anti staling salah satunya adalah monogliserida yang memberi

pengaruh kuat dalam memperlambat staling roti. Pemakaian bahan-bahan tersebut tidak

dapat dihindari sebab sangat berperan dalam pengembangan adonan agar membentuk

struktur roti.

4. Proses Pengolahan

Baking yang dilakukan pada suhu lebih rendah dan waktu yang lebih lama akan

memperlambat retrogradasi pati dan pengerasan bagian dalam roti (crumb), sebab

proses rekristalisasi amilopektin menjadi lebih lambat dan jumlah amilosa yang keluar

dari granula pati membuat crumb lebih empuk (Fadda et al, 2014). Oleh sebab itu

baking pada roti tawar yang akan diolah menjadi breadcrumb dilakukan dalam waktu

lebih singkat dan suhu yang digunakan lebih tinggi dibandingkan suhu baking roti

umumnya. Proses fermentasi yang semakin lama juga dapat memperlambat staling

sebab kinerja enzim-enzim memecah komponen pati dalam adonan meningkat.

5.6.3. Penurunan Kadar Air Selama Proses Staling

Pada roti yang ada di dalam ruang staling terjadi migrasi uap air. Prinsip migrasi atau

perpindahan kadar air secara alami terjadi dari daerah berkadar air tinggi seperti bagian

dalam roti (crumb) ke daerah berkadar air rendah seperti kulit roti (crust) (Syamsir,

2011). Berdasarkan prinsip tersebut air pada crust roti kemudian menguap, berpindah ke

udara yang memiliki kelembapan relatif lebih rendah. Menguapnya air dari roti juga

dipicu keberadaan heater dan blower yang menciptakan udara kering dan panas.

Penguapan air dari banyak roti ke udara mengakibatkan terjadi kejenuhan kadar air atau

Page 41: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

31

kelembapan udara dalam ruangan naik, disini peran exhaust diperlukan. Exhaust akan

menghisap udara dengan kadar air tinggi sehingga kelembapan dalam ruangan terjaga

rendah dengan begitu kadar air roti dapat berpindah ke udara. Bila hal ini terjaga

semakin lama kadar air dari roti akan semakin turun atau staling berjalan dengan baik.

Parameter proses staling adalah berdasarkan penurunan kadar air sebab diinginkan roti

yang keras dan kadar air yang rendah. Hal ini sesuai teori Hallberg & Chinachoti (2002)

bahwa roti dalam plastik permeabel mengalami penurunan kadar air yang lebih besar

dibandingkan roti dalam kemasan kedap udara. Hasil penelitian beliau mengatakan

setelah dilakukan staling, roti dalam plastik permeabel lebih keras dibandingkan roti

dalam kemasan kedap udara. Sehingga benar bahwa pada roti yang mengalami

penurunan kadar air lebih besar, maka teksturnya akan lebih keras.

Staling berjalan dengan baik apabila terjadi penurunan kadar air roti hingga sesuai

standar yang telah ditetapkan perusahaan. Proses staling yang berjalan baik akan

membuat roti-roti yang keluar dari ruangan staling secara merata bersifat kering dan

keras (Syamsir, 2011). Sifat kering dan keras dari roti berguna untuk membantu tahap

pembuatan breadcrumb selanjutnya yaitu grinding dan drying menjadi lebih efisien.

Roti yang keras dan kering akan lebih mudah dihancurkan oleh pisau yang ada di dalam

mesin grinding sehingga proses grinding akan berjalan lebih cepat dan lancar serta

remahan roti hasil grinding tidak menggumpal. Setelah tahap grinding, remahan roti

akan melalui tahap drying menggunakan mesin rotary dryer. Kondisi remahan roti yang

mengandung kadar air lebih sedikit maka waktu yang dibutuhkan untuk proses drying

lebih singkat sehingga bahan bakar yang digunakan juga lebih sedikit. Jika roti

dihasilkan dari proses staling memiliki kualitas yang sama kering dan keras maka

pengaturan mesin rotary dryer juga akan lebih efisien sehingga Standar Operating

Procedure (SOP) dapat berjalan dengan baik.

5.6.3.1. Optimasi Penurunan Kadar Air Selama Proses Staling

Saat melakukan pengukuran kadar air terhadap roti tawar sampel yang digunakan

adalah bagian tengah (crumb) roti tawar. Hal tersebut berkaitan dengan teori Piazza dan

Massi dalam Utami (2016) bahwa pada bagian tengah (crumb) roti yang di staling kadar

Page 42: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

32

airnya relatif menurun, sementara pada bagian luar (crust) penurunan kadar air tidak

terlihat terlalu nyata. Pada bagian crust penurunan kadar air terlihat tidak nyata sebab

selama staling terjadi perubahan distribusi air dari crumb ke crust.

Berdasarkan grafik hasil pengamatan penurunan kadar air selama proses staling di

daerah exhaust yang berfungsi dengan baik penurunan kadar air terjadi pada jam ke-1

hingga jam ke-7, dengan penurunan paling signifikan pada jam ke-6 menuju jam ke-7.

Kadar air roti di jam ke-7 adalah 33,44% dengan standart error 0,45 telah mencapai

standar kadar air dalam proses staling yang ditetapkan perusahaan. Oleh sebab itu pada

jam ke-7 roti sudah dapat dikeluarkan, namun di lapangan staling masih dilanjutkan

hingga pada kisaran jam ke-10. Penurunan kadar air pada roti disebabkan udara di

sekitar roti panas dan kering, sementara roti memiliki kadar air yang lebih tinggi

dibanding kelembapan udara sekitarnya. Hal tersebut membuat air dalam roti akan

menguap berpindah ke udara. Pada jam ke-8 kadar air roti adalah 35,68% dengan

standart error 0,34 atau mengalami kenaikan. Kenaikan kadar air terjadi akibat terjadi

penambahan roti baru ke dalam ruang staling. Roti yang baru keluar dari oven ini

memiliki kadar air yang tinggi, air tersebut menguap sangat cepat ke udara. Hal ini

mengakibatkan terjadi kejenuhan kadar air di udara atau kelembapan udara dalam

ruangan naik (Utami, 2016). Kadar air di udara yang tinggi ini akan berpindah ke roti

yang sudah di-staling 7 jam tadi. Oleh sebab itu bila roti tidak dikeluarkan pada jam ke-

7 maka pada jam ke-8 akan datang roti baru yang membuat kadar air roti lama naik.

5.6.3.2. Pengaruh Kondisi Exhaust Terhadap Penurunan Kadar Air Selama

Proses Staling

Jamriska et al (2008) mengatakan bahwa exhaust adalah alat yang berfungsi

mengurangi kelembapan udara (Relative Humidity) dalam suatu ruangan. Cara kerja

exhaust disini adalah dengan menggunakan baling-baling untuk menghisap udara

dengan kelembapan jenuh lalu dibuang ke luar sehingga exhaust berperan sebagai

komponen pengatur sirkulasi udara dalam ruangan. Di dalam ruangan staling, dari dua

buah exhaust yang berada di sisi bersebrangan, salah satu exhaust tersebut mati. Hal ini

mengakibatkan perputaran udara di dalam ruang staling menjadi terganggu serta

distribusi panas tidak seimbang. Hal tersebut dikarenakan uap air yang seharusnya

Page 43: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

33

keluar dengan disedot exhaust tetap berada disitu dan semakin jenuh. Kerusakan

exhaust disini membuat kualitas roti yang di daerah exhaust rusak rendah. Hal tersebut

ditandai dengan pola penurunan kadar air pada roti yang tidak beraturan dan cenderung

mengalami peningkat kadar air.

Roti yang di staling di daerah exhaust rusak menunjukkan pola penurunan kadar air

pada roti tidak beraturan. Terjadi peningkatan kadar air pada jam ke-2 menuju jam ke-3

disebabkan udara di daerah exhaust rusak lebih lembab atau mengandung kadar air lebih

tinggi dibandingkan kadar air pada roti sehingga air dari udara terus bermigrasi ke

dalam roti. Pada jam ke-3 menuju jam ke-5 terjadi penurunan kadar air roti, sebab

kelembapan udara setelah jam ke-3 mulai turun. Pada jam ke-5 kadar air roti berada di

titik paling rendah yaitu 35,68% dengan standart error 0,44. Kelembapan udara dapat

turun walau exhaust di daerah ini rusak karena di dalam ruangan staling masih terdapat

exhaust lain yang berfungsi dengan baik. Letak exhaust yang berfungsi dengan baik ini

bersebrangan dengan roti dan keadaan ruangan yang penuh dengan roti. Hal ini

membuat efek exhaust terhadap penurunan kadar air bagi roti di daerah ini menjadi

lambat dan tidak maksimal. Kadar air roti diatas jam ke-5 hingga jam ke-8 semakin

meningkat. Kadar air pada jam ke-8 adalah 37,12% dengan standart error sebesar 0,24.

Kadar air roti terus meningkat karena kandungan kadar air di udara terus bertambah

sementara exhaust yang seharusnya bekerja di daerah ini rusak. Exhaust rusak

mengakibatkan kelembapan udara di daerah ini lebih cepat menjadi jenuh sehingga

kadar air roti juga meningkat. Menurut Hug (2000) kadar air yang tinggi pada roti akan

mengurangi breaking strength sehingga akan mengurangi efisiensi proses grinding. Roti

berkadar air tinggi juga menyebabkan saat proses drying dibutuhkan waktu lebih lama,

suhu lebih tinggi, bahan bakar lebih banyak untuk mencapai produk breadcrumb yang

berkualitas baik.

Page 44: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

34

5.7. Kesimpulan Projek

Prinsip kinerja ruang staling adalah menggunakan panas dan angin untuk

mengurangi kelembapan relatif udara, dan menjaga kelembapan relatif udara tetap

rendah menggunakan exhaust sehingga kadar air dari roti semakin turun.

Kadar air paling terendah terlihat pada jam ke-7 yaitu sebesar 33,44%, kadar air pada

jam tersebut sudah memenuhi standart yang ditetapkan perusahaan.

Kerusakan salah satu exhaust membuat kinerja ruang staling tidak maksimal.

Pada daerah exhaust rusak pola penurunan kadar air tidak beraturan dan cenderung

naik.

5.8. Saran Projek

Mengganti baling-baling exhaust yang rusak dengan baling-baling exhaust

berkualitas, sehingga lebih kokoh dan tidak mudah rusak.

Waktu yang dibutuhkan untuk proses staling tidak perlu sampai 10 jam, proses

staling sampai jam ke-7 sudah cukup membuat kadar air pada roti memenuhi standar

perusahaan dengan begitu produktivitas divisi breadcrumb dapat ditingkatkan.

Penelitian ini hanya melihat dari segi penurunan kadar air, sementara tujuan staling

adalah penurunan kadar air dan meningkatkan kekerasan roti, maka untuk penelitian

berikutnya bila berminat dapat mengkuantifikasi kekerasan tekstur roti di lapangan

yang diduga juga berpengaruh terhadap efektifitas grinding.

Page 45: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

35

6. KESIMPULAN

Proses produksi breadcrumb di PT Charoen Pokhand Unit Salatiga dimulai dari

membuat roti tawar sebagai produk antara, kemudian roti tawar tersebut melewati

proses penghancuran, lalu proses pengeringan sehingga menjadi breadcrumb dan

dikemas.

Komponen yang mempengaruhi kinerja ruang staling dalam penurunan kadar air

antara lain exhaust, blower, heater, dumper.

Tujuan dilakukan proses staling adalah agar didapatkan roti tawar keras dan kadar air

rendah sehingga mengefisienkan proses grinding dan drying.

PT Charoen Pokphand Unit Salatiga telah menerapkan SSOP (Sanitation Standard

Operating Procedure) dengan baik namun untuk SOP (Standard Operating

Procedure) kurang dapat berjalan dengan baik disebabkan permasalahan kerusakan

exhaust di ruang staling.

Page 46: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

36

7. DAFTAR PUSTAKA

Aguirre, J. F., Osella, C. A., Carrara, C. R., Sánchez, H. D., & Buera, M. D. P. (2011). Effect of storage temperature on starch retrogradation of bread staling. Starch‐Stärke, 63(9), 587-593.

Aini, Nur. (2014). Meminimalkan Proses Staling. Kulinologi Indonesia,Vol VI (12):27-33.

Anonim. (2012). Sejarah dan Profil Singkat CPIN (Charoen Pokphand Indonesia

Tbk).http://www.britama.com/index.php/2012/10/sejarah-dan-profil-singkat-cpin/. Diakses 26 Januari 2017.

Bent, Alan J., Edmund Baron Bennion, and G. S. T. Bamford. (2013). The technology of cake making. Springer Science & Business Media.

Bhatt, C. M., & Nagaraju, J. (2009). Studies on glass transition and starch re-

crystallization in wheat bread during staling using electrical impedance spectroscopy. Innovative food science & emerging technologies, 10(2), 241-245.

Cauvain, S., (2015). Technology of Breadmaking, third ed. Springer International

Publishing, AG, Cham, Heidelberg, New York, Dordrecht, London.

Chinachoti, Pavinee, and Yael Vodovotz, eds. (2000). Bread Staling. CRC Press, USA.

Fellow, J.P. (2000). Food Processing Technology. Principles and Practice 2nd edition. Woodhead Publishing Lim, Cambridge, England.

Hallberg, L. M., & Chinachoti, P. (2002). A fresh perspective on staling: The significance of starch recrystallization on the firming of bread. Journal of Food

Science, 67(3), 1092-1096.

Hardman, T. M. (1989). Water and food quality. Elsevier Applied Science Publishers Ltd.

Hug-Iten, S. (2000). Staling of bread and bread model systems  : role of starch and amylases, (13779), 146.

Husin, M. S. (2013). A-Z Bakery : Referensi Komplet Fungsi Bahan, Proses Pembuatan

Roti, dan Panduan Menjadi Bakepreneur. PT Serangkai Pustaka Mandiri. Solo.

Page 47: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

37

Jamriska, M., Morawska, L., & Mergersen, K. (2008). The effect of temperature and

humidity on size segregated traffic exhaust particle emissions. Atmospheric Environment, 42(10), 2369-2382.

Krisnawati, R., dan Indrawati, V. (2014). Pengaruh Substitusi Puree Ubi Jalar Ungu

(Ipomea Batatas) Terhadap Mutu Organoleptik Roti Tawar. Jurnal Tata Boga, 3(1).

Lisboa, M. H., Vitorino, D. S., Delaiba, W. B., Finzer, J. R. D., & Barrozo, M. A. S. (2007). A study of particle motion in rotary dryer. Brazilian Journal of Chemical

Engineering, 24(3), 365-374.

Matz, S. A. (1992). Bakery Technology and Enginering, 3th Edition. Van Nostrand Reinhold. New York.

Rogers, D. E., K. J. Zeleznak, C. S. Lai, and R. C. Hoseney. (1988). Effects of native

lipids, shortening, and bread moisture on bread firming. Cereal Chem. 65: 398-401

Spriano S, Bronzoni M, Rosalbino F, Verne E. (2005). Newchemical treatment for bioactive titanium allot with high corrosion resistance. J Material in Med : 203-

11.

Susilawati; Irfan Mustafa; dan Desy Maulina. (2011). Biodegradable plastic from a mixture of low density polyethylene (LDPE) and cassava starch with the addition

of acrylic acid. Jurnal Natural Vol. 11, No. 2.

Syamsir, Elvira. (2011). Bread Staling. Kulinologi Indonesia,Vol III (5):20-22.

Taylor, E. (1897). U.S. Patent No. 581,836. Washington, DC: U.S. Patent and Trademark Office.

Utami, I. S. (2016). Pengukuran Staling dengan Farinograf untuk Menilai Kemunduran Roti Tawar. Jurnal Agritech, 20(02), 73-78.

Wassermann, Ludwig. (2009). Bread Improvers – Action and Aplication. Wissensforum

Backwarene. V. Geschaftsbereich Deutscland, Markt 9,53111 Bonn.

Page 48: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

38

8. LAMPIRAN

8.1. Data Kadar Air Pada Staling di Daerah Exhaust Benar

Jam Ke-

Kadar Air Hari Ke-

Hari Ke-2 (%) Hari Ke-5 (%) Hari Ke-6 (%)

Jam Ke-1 35,62 36,51 36,97

36,5

36,4 36,97 35,06

Jam Ke-2 36,28 36,06

36,51 36,59

35,89 36,37 35,16

Jam Ke-3 35,28 35,24 36,2

35,28 37,47 37,39

35,21

Jam Ke-4 35,51 36,03 37,7

35,37 36,54 34,19

35,81

Jam Ke-5

33,38 36,41

34,71 35,78 34,71

34,55 35,67 35,54

Jam Ke-6 34,53

34,45

34,1 33,88

36,43 35,16

Jam Ke-7 31,4 34,8 33,73

31,95 34 34,01

34,21

Jam Ke-8 35,15 36

35,03 36,1 36,5

34,14 36,87

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Kadar Air Pada Staling di Daerah Exhaust Baik

Page 49: OPTIMASI PENURUNAN KADAR AIR SELAMA PROSES …repository.unika.ac.id/14541/1/14.I1.0015 Ivana Suprayogi.pdf · 8. Bapak Joko Nugroho, selaku Kepala Produksi Plant Breadcrumb di PT.

39

8.2. Data Kadar Air Pada Staling di Daerah Exhaust Rusak

Jam Ke-

Kadar Air Hari Ke-

Hari Ke-2 (%) Hari Ke-5 (%) Hari Ke-6 (%)

Jam Ke-1 35,8 35,73 36,51

35,06

37,34

35,55 35,57 34,42

Jam Ke-2 35,2 35,67 36,31

35,98 35,05

35,09

36,48

Jam Ke-3 37,62 38,18 36,44

35,19

35,75

35,29 38,01

Jam Ke-4 34,67 34,66 36,83

36,99

34,25 36,32 36,28

Jam Ke-5 37,1 36,52 35,25

37,4 35,71 35,15

34,06 34,28

Jam Ke-6 35,96 35,5 37,77

36,11 35,77 35,64

36,57

Jam Ke-7 36,57 36,38 36,73

36,28

37,52

36,68

Jam Ke-8 36,26 38,08 37,03

36,75 37,99

36,87

36,88

Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Kadar Air Pada Staling di Daerah Exhaust Rusak