OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam...

106
i OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES MASERASI HERBA PEGAGAN (Centella asiatica [L.] Urban) DENGAN APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Laurensia Utami Susanti NIM : 068114050 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Transcript of OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam...

Page 1: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

i

OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES

MASERASI HERBA PEGAGAN (Centella asiatica [L.] Urban) DENGAN

APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Laurensia Utami Susanti

NIM : 068114050

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

ii

OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES

MASERASI HERBA PEGAGAN (Centella asiatica [L.] Urban) DENGAN

APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Laurensia Utami Susanti

NIM : 068114050

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 3: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

iii

Page 4: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

iv

Page 5: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

v

God has already planned everything

beautifully, so that everyone of us can

succeed…but it only applies to those who

try..

Kupersembahkan

untuk

Bapak

Ibu

Mas Wawan

Mas Indra

aLmaMaterku

Page 6: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

vi

Page 7: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat serta berkatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Optimasi Komposisi Etanol dan Air dalam Proses Maserasi Herba Pegagan

(Centella asiatica [L.] Urban) dengan Aplikasi Simplex Lattice Design” dengan

baik.

Penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik karena adanya bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, waktu, kritik, dan saran

selama proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

3. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt., yang telah memberikan bimbingan

dan dukungan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

4. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan

dan saran yang membangun bagi penulis.

5. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Andri, Mas Bimo, Pak Parlan,

Mas Kunto, Mas Agung, dan Mas Otok atas bantuan yang diberikan pada

penulis selama penelitian berlangsung.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang selama ini penuh kasih sayang dan selalu

memberikan dukungan moril maupun materiil.

Page 8: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

viii

7. Mas-masku tersayang, Thomas Aquinas Maswan Susinto dan Severinus Indra

Wijaya, yang selalu memberikan kasih sayang, doa, motivasi, dan dukungan.

8. Ignatius Bagus Putra Widiyanto, yang selama ini selalu menemani,

membantu, memberikan kasih sayang dan dukungan.

9. Sahabat-sahabat mungilku, Yola, Dewi, dan Shinta yang telah bersama-sama

mewujudkan persahabatan yang indah.

10. Teman-teman sekelompok yang telah berbagi suka dan duka, Nika, Pita, dan

Rudi untuk kebersamaan yang penuh perjuangan dari awal hingga penelitian

ini dapat diselesaikan dengan baik.

11. Semua teman-teman FST A 2006, Yola, Shinta, Nika, Boim, Robby, Pita,

Rudi, Dani, Adit, dan Aya, yang telah melalui hari-hari penuh keceriaan,

kebersamaan, dan kerjasama yang baik selama ini.

12. Semua teman-teman Farmasi angkatan 2006 yang untuk dukungan dan

kebersamaannya.

13. Anak-anak Kost Amakusa (Dewi, Herta, Metri, Dian, Yemi, Yohana, Ratih,

Lia, Reta, Titin, Anna, Meli, Berta, Citra, Mayke, dan Adel).

14. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis menyelesaikan laporan akhir ini.

Page 9: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

ix

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap

semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Yogyakarta, 9 Maret 2010

Penulis

Page 10: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

x

Page 11: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xi

INTISARI

Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) merupakan salah satu tumbuhanyang banyak dieksplorasi untuk mengatasi berbagai penyakit. Pada penelitian inidilakukan optimasi komposisi etanol 96% dan air sebagai cairan penyari dalamproses maserasi herba pegagan dengan aplikasi Simplex Lattice Design. Penelitianini bertujuan untuk menemukan komposisi optimum etanol 96% dan air untukmendapatkan ekstrak dengan kandungan asiatikosid terbesar. Asiatikosidmerupakan zat aktif saponin triterpen pentasiklis yang diketahui dapatmenunjukkan efek antiinflamasi.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni menggunakanSimplex Lattice Design (SLD). Penelitian diawali dengan determinasi simplisia,pembuatan serbuk, dan penyarian secara maserasi. Maserasi dilakukan pada suhu30°C, 40°C, dan 50°C. Analisis kualitatif maserat dengan KLT silika gel F254 danfase gerak kloroform:metanol:air (65:25:4) serta deteksi bercak dengan pereaksiLiebermann-Burchard. Penetapan kadar asiatikosid dilakukan dengan mengukurluas area di bawah kurva (AUC) secara densitometri. Pengaruh suhu terhadapefisiensi ekstraksi dianalisis menggunakan ANOVA dengan tingkat kepercayaan95%. Data kadar yang diperoleh dibuat persamaan SLD untuk tiap-tiap suhu.Validitas persamaan SLD diperoleh dengan menggunakan uji statistik F dengantaraf kepercayaan 95%.

Hasil menunjukkan bahwa suhu 30°C, 40°C, dan 50°C tidak berpengaruhpada kadar asiatikosid yang tersari dan etanol 96% merupakan cairan penyarioptimum untuk mendapatkan kandungan asiatikosid terbesar dalam herbapegagan.

Kata kunci : pegagan (Centella asiatica [L.] Urban), asiatikosid, maserasi,Simplex Lattice Design, KLT-densitometri

Page 12: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xii

ABSTRACT

Gotu Kola (Centella asiatica [L.] Urban) is one of the plants which isextensively explored to cure many diseases. In this research, it is done theoptimization of 96% ethanol and water composition as solvents in the process ofmaceration of Centella asiatica herb with the application of Simplex LatticeDesign. This research aims at discovering the optimum composition of 96%etanol and water to obtain extract with the most asiaticoside compound.Asiaticoside is an active substance of triterpenoid pentacyclic saponin compoundwhich can show an anti-inflamatory effect.

This research is a pure experimental research using Simplex LatticeDesign (SLD). The research starts with plant determination, powderisation, andmaceration. Maceration is done in the temperature of 30°C, 40°C, and 50°C.Qualitative analysis of macerat is done using TLC silica gel F254 and the mobilephase of chloroform:methanol:water (65:25:4) and detection of the spot withLiebermann-Burchard. The determination of asiaticoside concentration is donewith measuring the area under curve densitometrically. The temperature effectupon the eficiency of extraction is analysed using ANOVA with confidence levelof 95%. The data of the obtained level is equated with SLD for the respectivetemperature. The validity of SLD equation is obtained by using analysis of Fstatistics with confidence level of 95%.

The results show that the temperature of 30°C, 40°C, and 50°C do notaffect on the concentration of asiaticoside and the 96% ethanol is the optimumsolvent to obtain the most asiaticoside concentration in Centella asiatica herb.

Key words : Gotu Kola (Centella asiatica [L.] Urban), asiaticoside, maceration,Simplex Lattice Design, TLC-densitometry

Page 13: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....... vi

PRAKATA ................................................................................................ vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... x

INTISARI .................................................................................................. xi

ABSTRACT ................................................................................................ xii

DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

1. Perumusan Masalah ................................................................ 3

2. Keaslian Penelitian ................................................................. 4

3. Manfaat Penelitian .................................................................. 4

B. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 5

A. Pegagan ....................................................................................... 5

Page 14: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xiv

1. Keterangan botani .................................................................. 5

2. Nama daerah .......................................................................... 6

3. Kandungan kimia ................................................................... 7

4. Kegunaan ............................................................................... 7

B. Asiatikosid .................................................................................. 8

C. Penyarian .................................................................................... 9

D. Maserasi ...................................................................................... 11

E. Pengeringan ................................................................................. 11

F. Simplex Lattice Design ................................................................ 12

G. Kromatografi Lapis Tipis ............................................................ 13

H. Densitometri ................................................................................ 16

I. Validasi Metode Analisis ............................................................ 19

J. Landasan Teori ........................................................................... 20

K. Hipotesis ..................................................................................... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 22

B. Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 22

1. Klasifikasi Variabel ............................................................... 22

2. Definisi Operasional .............................................................. 22

C. Bahan Penelitian.......................................................................... 23

D. Alat Penelitian ............................................................................ 23

E. Tata Cara Penelitian ................................................................... 24

1. Determinasi simplisia pegagan ............................................. 24

Page 15: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xv

2. Pembuatan serbuk simplisia herba pegagan ......................... 24

3. Pembuatan ekstrak herba pegagan secara maserasi dengan

variasi komposisi etanol dan air ............................................. 24

4. Analisis kualitatif asiatikosid................................................. 25

5. Validasi metode analisis ........................................................ 25

6. Analisis kuantitatif asiatikosid dalam ekstrak herba pegagan 27

7. Analisis hasil.......................................................................... 27

8. Uji kualitas ekstrak herba pegagan ........................................ 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 30

A. Determinasi Simplisia ................................................................. 30

B. Pembuatan Serbuk Simplisia Herba Pegagan ............................. 30

C. Pembuatan Ekstrak Herba Pegagan Secara Maserasi dengan

Variasi Komposisi Etanol dan Air............................................... 31

D. Analisis Kualitatif Asiatikosid .................................................... 33

E. Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar Asiatikosid dengan

KLT Densitometri ....................................................................... 35

1. Penetapan Linearitas .............................................................. 36

2. Penetapan Presisi ................................................................... 37

F. Analisis Kuantitatif Kadar Asiatikosid dalam Ekstrak Herba

Pegagan secara KLT Densitometri in situ .................................... 38

G. Analisis Hasil .............................................................................. 39

H. Penetapan Susut Pengeringan dan Kadar Abu ............................ 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 46

Page 16: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xvi

A. Kesimpulan ................................................................................. 46

B. Saran ........................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 47

LAMPIRAN .............................................................................................. 50

Page 17: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xvii

DAFTAR TABELHalaman

Tabel I. Perbandingan komposisi etanol dan air yang digunakan pada

proses maserasi ............................................................................ 24

Tabel II. Harga Rf baku asiatikosid dan sampel ekstrak dengan deteksi

Liebermann-Burchard ................................................................. 35

Tabel III. Hasil scanning λ maksimum bercak asiatikosid ......................... 36

Tabel IV. Hasil pengukuran seri kurva baku............................................... 36

Tabel V. Data presisi asiatikosid................................................................ 38

Tabel VI. Kadar asiatikosid (µg/1 µg ekstrak) untuk masing-masing

percobaan .................................................................................... 39

Tabel VII. Hasil analisis dengan ANOVA.................................................... 40

Tabel VIII.Persamaan SLD........................................................................... 41

Tabel IX. Perhitungan validitas persamaan SLD ........................................ 41

Tabel X. Susut pengeringan ....................................................................... 44

Tabel XI. Kadar abu .................................................................................... 44

Page 18: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Centella asiatica (L.) Urban .................................................... 6

Gambar 2. Struktur asiatikosid .................................................................. 8

Gambar 3. Kromatogram baku asiatikosid dan ekstrak herba pegagan

hasil maserasi dengan suhu 30°C deteksi Liebermann-

Burchard................................................................................... 34

Gambar 4. Kurva baku hubungan antara massa asiatikosid dengan AUC

dengan persamaan y = 5612,2737 x – 275,3915...................... 37

Gambar 5. Respon proporsi etanol vs kadar asiatikosid hasil maserasi

pada suhu 30°C dengan persamaan Y = 0,2534 (X1) +

0,0075 (X2) – 0,15 (X1)(X2) .................................................... 42

Gambar 6. Respon proporsi etanol vs kadar asiatikosid hasil maserasi

pada suhu 50°C dengan persamaan Y = 0,1617 (X1) +

0,0104 (X2) + 0,0408 (X1)(X2) ................................................ 42

Page 19: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keterangan Simplisia................................................... 51

Lampiran 2. Gambar kromatogram hasil scanning λ maksimum ............. 52

Lampiran 3. Data penetapan linearitas baku asiatikosid ........................... 53

Lampiran 4. Data penimbangan penetapan presisi asiatikosid.................. 54

Lampiran 5. Data presisi asiatikosid.......................................................... 55

Lampiran 6. Gambar kromatogram asiatikosid pada penetapan kadar

asiatikosid herba gegagan ..................................................... 56

Lampiran 7. Hasil pengukuran kadar asiatikosid herba gegagan dengan

proses maserasi pada suhu 30°C ........................................... 57

Lampiran 8. Hasil pengukuran kadar asiatikosid herba gegagan dengan

proses maserasi pada suhu 40°C ........................................... 60

Lampiran 9. Hasil pengukuran kadar asiatikosid herba gegagan dengan

proses maserasi pada suhu 50°C ........................................... 63

Lampiran 10. Data kadar asiatikosid (µg/1 µg ekstrak) dengan proses

maserasi pada suhu 30°C ..................................................... 66

Lampiran 11. Data kadar asiatikosid (µg/1 µg ekstrak) dengan proses

maserasi pada suhu 40°C ...................................................... 67

Lampiran 12. Data kadar asiatikosid (µg/1 µg ekstrak) dengan proses

maserasi pada suhu 50°C ...................................................... 68

Lampiran 13. One-way analysis of variance (Anova)................................. 69

Lampiran 14. Perhitungan persamaan Simplex Lattice Design ................... 71

Page 20: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

xx

Lampiran 15. Penentuan validitas persamaan Simplex Lattice Design ....... 76

Lampiran 16. Penetapan susut pengeringan ekstrak herba pegagan ........... 81

Lampiran 17. Penetapan kadar abu ekstrak pegagan................................... 82

Lampiran 18. Foto serbuk dan ekstrak ........................................................ 84

Lampiran 19. Foto alat................................................................................. 85

Page 21: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengobatan dengan bahan alam kembali menjadi pilihan yang berkembang

di masyarakat, baik di Indonesia maupun di kawasan Asia lainnya. Bahan–bahan

alam telah digunakan secara turun–temurun dan dipercaya memiliki efek samping

yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan obat sintetik. Beragam bahan alam

tersebut saat ini juga gencar diteliti dan dieksplorasi demi peningkatan kesehatan

masyarakat. Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) yang dikenal dengan rumput

kaki kuda, banyak digunakan dalam produk jamu. Penelitian yang dilakukan

Somchit (2004) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak herba pegagan secara

intraperitonial mengurangi PGE2 yang menginduksi edema pada cakar tikus. Efek

antiinflamasi ekstrak dengan konsentrasi 4 mg / kg sama dengan efek yang

ditimbulkan asam mefenamat. Aktivitas antiinflamasi berbagai herba

berhubungan erat dengan kandungan triterpen yang tinggi.

Tentunya perlu dikaji lebih lanjut mengenai bagian atau kandungan utama

dari herba pegagan yang bertanggung jawab terhadap efek antiinflamasi yang

ditunjukkan. Menurut Bruneton (1999), salah satu kandungan dalam herba

pegagan adalah asiatikosid. Asiatikosid yang merupakan zat aktif saponin

triterpen pentasiklis ini diketahui dapat menghambat proses inflamasi yang dapat

menyebabkan hipertropi pada bekas luka dan juga dapat meningkatkan

permeabilitas kapiler.

Page 22: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

2

Untuk memudahkan penggunaannya, maka herba pegagan ini dibuat dalam

bentuk ekstrak. Pembuatan ekstrak antara lain dapat dilakukan secara infudasi,

maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah maserasi. Dilihat dari segi teknologi farmasinya, maserasi

merupakan pilihan metode yang tepat, karena proses operasional metode ini mudah

dilakukan dan menghasilkan ekstrak secara maksimal.

Dalam proses penyarian ditetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,

etanol, air-etanol, atau eter (Anonim, 1986). Langkah yang dapat dilakukan guna

meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran penyari antara etanol dan air.

Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang akan disari. Dari

pustaka dapat ditelusuri kandungannya baik zat aktif maupun zat lainnya sehingga

dapat dilakukan beberapa percobaan untuk mencari perbandingan pelarut yang tepat

(Anonim,1986).

Berdasarkan penelitian Pramono (2004), etanol merupakan pelarut yang

banyak menyari asiatikosid dari herba pegagan melalui cara maserasi, jika

dibandingkan dengan air. Baik herba pegagan yang diekstrak dengan air maupun

dengan etanol juga telah menunjukkan adanya efek antiinflamasi (Somchit, 2004).

Maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi komposisi etanol dan air sebagai cairan

penyari pada herba pegagan dengan aplikasi Simplex Lattice Design. Melalui metode

ini dapat dikurangi trial and error dalam percobaan jika dibandingkan dengan

meneliti efek faktor secara terpisah (Bolton, 1997). Proses maserasi yang dilakukan

Page 23: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

3

pada penelitian ini menggunakan suhu 30°C, suhu 400C, dan suhu 500C untuk

mengetahui apakah suhu dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi.

Komposisi pelarut yang optimal dapat ditetapkan melalui kadar asiatikosid

yang terkandung dalam ekstrak tersebut. Kadar asiatikosid ini ditentukan dengan

metode KLT densitometri. Pemilihan fase diam dan fase gerak yang sesuai tentunya

dapat menghasilkan bercak asiatikosid yang terpisah dari kandungan lain dalam

ekstrak, sehingga besarnya kadar asiatikosid tersebut dapat ditentukan secara

kuantitatif dengan metode densitometri yang sebelumnya telah diuji validitasnya.

Diharapkan dengan ditemukannya komposisi optimum cairan penyari untuk

mendapatkan ekstrak dengan kandungan asiatikosid terbesar, dihasilkan juga ekstrak

herba pegagan yang lebih berkualitas.

1. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai

berikut :

a. Apakah suhu pada proses maserasi (30°C, 40°C, dan 50°C) memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kadar asiatikosid yang tersari?

b. Berapakah komposisi optimum etanol dan air untuk mendapatkan ekstrak dengan

kandungan asiatikosid terbesar dengan Simplex Lattice Design?

Page 24: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

4

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka oleh penulis, penelitian tentang optimasi

komposisi cairan penyari etanol dan air pada proses maserasi herba pegagan dengan

aplikasi Simplex Lattice Design belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan,

khususnya dalam bidang kefarmasian sains teknologi mengenai optimasi

komposisi penyari pada proses maserasi herba pegagan dengan aplikasi Simplex

Lattice Design.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi mengenai

komposisi cairan penyari optimal dalam proses maserasi herba pegagan untuk

mendapatkan ekstrak dengan kadar asiatikosid terbesar.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh suhu (30°C, 40°C, dan 50°C) pada proses maserasi

terhadap kadar asiatikosid yang tersari.

2. Menemukan komposisi optimum etanol dan air untuk mendapatkan ekstrak

dengan kandungan asiatikosid terbesar dengan Simplex Lattice Design.

Page 25: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pegagan

1. Keterangan botani

Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) merupakan anggota dari famili

Apiaceae. Tanaman ini merupakan terna atau herba tahunan, tanpa batang tetapi

dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata, panjang 10 cm sampai 80

cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2 sampai 10 daun,

kadang-kadang agak berambut; tangkai daun panjang sampai 5 cm, helai daun

berbentuk ginjal, lebar, dan bundar dengan garis tengah 1 cm sampai 7 cm,

pinggir daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun.

Perbungaan berupa payung tunggal atau 3 sampai 5 bersama-sama keluar dari

ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5 mm sampai 50 mm, lebih pendek dari

tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang di tengah duduk, yang di samping

bergagang pendek; daun pelindung 2, panjang 3 mm sampai 4 mm, bentuk bundar

telur; tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1 mm sampai 1,5 mm, lebar

sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3

mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak

tebal (Anonim, 1977).

Page 26: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

6

Gambar 1. Centella asiatica (L.) Urban (Anonim, 2009a)

2. Nama daerah

Sumatra : Pegaga (Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga, penggaga,

rumput kaki kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu), pegago, pugago

(Minangkabau). Jawa : cowet gompeng, antanan, antanan bener, antanan gede

(Sunda), gagan-gagan, ganggangan, kerok batok, panegowang, panigowang,

rendeng, calingan rambat, pacul gowang (Jawa), gan gagan (Madura). Nusa

Tenggara : Bebele (Sasak), paiduh, panggaga (Bali), kelai lere (Sawo).

Maluku : Sarowati (Halmahera), koloditi manora (Ternate). Sulawesi : pagaga,

wisu-wisu (Makasar), cipubalawo (Bugis), hisu-hisu (Salayar). Irian :

dogauke, gogauke, sandanan (Anonim, 1977).

Tidak hanya di Indonesia saja, pegagan juga dimanfaatkan secara luas

oleh masyarakat India, Malaysia, China, dan kawasan Asia lainnya. Pegagan

yang termasuk dalam famili Umbelliferae ini juga dikenal sebagai ‘pegagan’

di Malaysia, ‘Luei Gong Gen’ atau ‘Tung Chain’ di China, dan ‘Vallarai’ di

Tamil Nadu (India) (Somchit, 2004).

Page 27: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

7

3. Kandungan kimia

Kandungan utama dalam herba pegagan adalah triterpen asam asiatat

dan asam madekasat, serta glikosida turunan triterpen ester yaitu asiatikosida

dan madekasosida (Anonim, 1999).

Herba pegagan mengandung minyak atsiri dalam jumlah sedikit, sterol,

glikosida flavonol, polialkena, saponin (asiatikosid 0,3%, madekasosid 1,5-

2%) (Bruneton, 1999).

4. Kegunaan

Pengobatan Ayurvedik menggunakan herba pegagan secara efektif

dalam penanganan inflamasi, anemia, asma, kelainan darah, bronkitis, demam,

melancarkan pengeluaran urin, dan splenomegali. Herba ini biasanya dimakan

sebagai sayuran, khususnya oleh komunitas Malaysia. Pegagan juga dipercaya

mempunyai efek untuk meningkatkan daya ingat, digunakan dalam treatment

kelelahan mental, anxiety, dan eksim. Ekstrak air dari herba pegagan memiliki

aktivitas antioksidan, cognitive-enhancing, dan antiepilepsi (Somchit, 2004).

Page 28: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

8

B. Asiatikosid

Gambar 2. Struktur asiatikosid (Anonim, 2009a)

Asiatikosid merupakan senyawa glikosida triterpenoid yang berasal

dari tanaman pegagan. Glikosida adalah senyawa yang bila terhidrolisis

menghasilkan molekul gula (glikon) dan senyawa bukan gula (a-glikon).

Terpen merupakan senyawa hidrokarbon jenuh atau tak jenuh dengan jumlah

atom C merupakan kelipatan lima. Selanjutnya senyawa terpen digolongkan

atas dasar jumlah atom C penyusunnya. Istilah terpen diganti dengan

terpenoid mengingat senyawa hidrokarbon tersebut mempunyai gugus

fungsional yang mengandung atom O. Triterpenoid merupakan terpenoid

dengan jumlah atom C sebanyak 30 (Mursyidi, 1990).

Asiatikosid dilaporkan memiliki efek yang positif untuk mengobati

penyakit lepra, sebagai antiinflamasi, antimikrobial, dan antioksidan.

Inflamasi merupakan respon jaringan protektif terhadap cedera atau kerusakan

jaringan, yang berfungsi menghancurkan atau mengurangi baik agen yang

Page 29: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

9

menyebabkan cedera maupun jaringan yang cedera (Anonim, 1998). Total

triterpenoid yang mengandung asiatikosid, asam asiatik, madekosid, dan asam

madekasat secara signifikan dapat memproduksi kolagen dan memperbaiki

masalah kulit (Kormin, 2005).

Asiatikosid memiliki kelarutan yang baik dalam alkohol dan sedikit

larut dalam air. Asiatikosid memiliki titik lebur 235°C - 238°C. Asiatikosid ini

relatif stabil dalam penyimpanan yang sesuai, yaitu dijauhkan dari pengaruh

sinar matahari langsung (Anonim, 2009c).

C. Penyarian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan

yang tidak dapat larut dengan pelarut cair, proses ini menghasilkan ekstrak.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari

simplisia atau nabati menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari secara langsung (Anonim, 1979). Simplisia yang disari mengandung

zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak dapat larut seperti serat,

karbohidrat, protein, dan lain-lain (Anonim, 1986). Proses penyarian dapat

dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : pembuatan serbuk, pembasahan,

penyarian dan pemekatan (Anonim, 1986).

Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk

simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Tetapi dalam

pelaksanaannya tidak selalu demikian, karena penyarian masih tergantung

juga pada sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan (Anonim,1986).

Page 30: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

10

Dalam proses penyarian ditetapkan bahwa sebagai cairan penyari

adalah air, etanol, air-etanol, atau eter. Langkah yang dapat dilakukan guna

meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran penyari antara etanol

dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang akan

disari. Dari pustaka dapat ditelusuri kandungannya baik zat aktif maupun zat

lainnya sehingga dapat dilakukan beberapa percobaan untuk mencari

perbandingan pelarut yang tepat (Anonim,1986).

Penyarian dipengaruhi oleh :

a. Derajat kehalusan serbuk

b. Perbedaan konsentrasi yang terdapat mulai dari pusat serbuk

simplisia sampai ke permukaannya, maupun pada perbedaan

konsentrasi yang terdapat pada lapisan batas, sehingga suatu titik

akan dicapai, oleh zat-zat yang tersari jika ada daya dorong yang

cukup untuk melanjutkan perpindahan massa (Anonim,1986).

Beberapa metode penyarian antara lain : maserasi, perkolasi, dan

sokhletasi (Anonim, 1986). Jenis ekstraksi mana dan bahan ekstraksi mana

(cairan ekstraksi, menstruum) yang digunakan, terutama tergantung dari

kelarutan bahan kandungan serta stabilitasnya. Oleh karena banyak kandungan

tumbuhan larut alkohol, maka air atau etanol lebih disukai penggunaannya

sebagai cairan pengekstraksi.

Page 31: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

11

D. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut. Karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka

larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga

terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel.

Maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung zat

aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,

stirak, dan bahan sejenis yang mudah mengembang. Keuntungan cara

penyarian dengan maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan

sederhana dan mudah diusahakan. Namun cara maserasi juga memiliki

kekurangan yaitu pengerjaannya lama. Penyarian dengan cara maserasi perlu

dilakukan pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi

di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap

terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dengan di

luar sel (Anonim, 1986).

E. Pengeringan

Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu merupakan

media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel

masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan

Page 32: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

12

selama bahan simplisia tersebut masih mengandung air tertentu (Anonim,

1985).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatis tidak

berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%, dengan demikian

proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel.

Penghentian reaksi peruraian enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau

perusakan simplisia, sehingga simplisia tersebut dapat disimpan dalam waktu

yang lama (Anonim, 1985).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan adalah suhu

pengeringan, kelembaban udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan

bahan. Suhu pengeringan tergantung dari bahan simplisia dan cara

pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30°-900C,

tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 600C (Anonim, 1985).

F. Simplex Lattice Design

Simplex Lattice Design merupakan salah satu metode yang dapat

digunakan untuk mendapatkan formula optimum dari suatu campuran. Dalam

desainnya, jumlah total bagian komposisi campuran dibuat tetap, yaitu sama

dengan satu (Bolton, 1997).

Dalam Simplex Lattice Design akan dihasilkan suatu persamaan :

Y=a(A)+b(B)+ab(A)(B)......................................................................(1)

Keterangan :

Y = respon atau hasil penelitian

Page 33: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

13

A = kadar proporsi komponen A

B = kadar proporsi komponen B

a, b, ab = koefisien yang dihitung dari hasil percobaannya (Bolton, 1977).

Persamaan Simplex Lattice Design di atas untuk 2 komponen bisa

diperoleh dengan 3 percobaan. Total konsentrasi A dan B harus 100%.

Percobaan I menggunakan 100% komponen A, percobaan II menggunakan

100% komponen B, serta percobaan III menggunakan 50% komponen A dan

50% komponen B (Bolton, 1997). Pada penggunaan etanol sebagai salah satu

komponen dalam percobaan, konsentrasi 100% komponen tersebut diperoleh

dari etanol 96%. Etanol 100% tidak terdapat di pasaran.

Berdasarkan persamaan yang didapat maka dapat diprediksikan jumlah

zat yang terlarut pada campuran dengan komposisi tertentu, sehingga dapat

digambarkan profil antara campuran biner pelarut terhadap jumlah zat yang

terlarut. Berdasarkan profil tersebut, maka secara teoritis dapat diprediksi

bahwa campuran pelarut dengan beberapa bagian pelarut A dan beberapa

bagian pelarut B dapat menghasilkan jumlah zat terlarut secara optimal

(Bolton, 1997).

G. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan suatu metode pemisahan secara

fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri dari bahan berbutir-butir (fase

diam) yang direkatkan pada penyangga yang berupa pelat gelas, logam, atau

lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan,

Page 34: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

14

ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di

dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase

gerak), pemisahan terjadi secara kapilaritas. Selanjutnya senyawa yang tidak

berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985).

Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa

pelarut. Pelarut bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori,

karena ada gaya kapiler. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam

pelarut atau campuran pelarut. Pada kromatografi jerap, pelarut pengembang

dapat dikelompokkan ke dalam deret eluotropik berdasarkan sifat elusinya.

Misalnya, heksana nonpolar mempunyai efek elusi lemah, kloroform cukup

kuat, dan metanol yang polar efek elusinya kuat. Tetapan dielektrik memberi

informasi mengenai kepolaran suatu senyawa. Laju rambat tergantung pada

viskositas pelarut dan tentu juga pada struktur lapisan (misalnya butiran

penjerap) (Stahl, 1985).

Silika gel merupakan fase diam yang paling banyak digunakan dalam

KLT. Material ini dapat langsung digunakan atau dicampur dengan pengikat

misalnya kalsium sulfat (CaSO4) untuk membuat lapisan yang lebih kohesif.

Bila digunakan pengikat maka pada namanya diberi tanda G, misalnya silika

gel G, dan bila dicampur dengan indikator fluoresensi diberi tanda F, misalnya

silika gel GF (Stahl,1985).

Sistem pelarut untuk KLT dapat dipilih dari pustaka, tapi lebih sering

kita mencoba-coba saja karena waktu yang diperlukan sebentar. Sistem yang

paling sederhana adalah campuran pelarut organik yang dipakai untuk

Page 35: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

15

memisahkan molekul yang mempunyai satu dan atau dua gugus fungsi.

Pelarut dapat diubah-ubah komposisinya dalam pencampurannya agar

diperoleh kepolaran yang tepat untuk pemisahan tertentu, biasanya dengan

menggunakan deret eluotropi sebagai pedoman. Tiga faktor yang harus kita

ingat ketika mencampur pelarut untuk membuat pengembang campuran.

Faktor pertama ialah bahwa hanya pelarut yang mempunyai kepolaran yang

serupa yang dapat dicampur. Faktor kedua ialah bahwa kepolaran campuran

tidak merupakan fungsi linier dari susunan campuran tetapi merupakan fungsi

logaritma. Akhirnya, harus diingat bahwa kita dapat memakai landaian antara

dua pelarut pada beberapa metode (Gritter, 1991).

Penotolan dimulai 1,5 cm dari tepi pelat bagian bawah, jarak antara 2

totolan 1cm dan diameter totolan 2-5mm. Sampel ditotolkan pada pelat yang

sudah dilapisi dengan menggunakan mikropipet atau syringe dengan volume

penotolan 1-5µl (Gritter, 1991).

Pengembangan merupakan proses pemisahan campuran cuplikan

akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak

pengembangan normal yaitu jarak antara mulai penotolan dan hingga batas

perambatan adalah 10 cm. Di samping larutan cuplikan selalu ada larutan

pembanding yang dikromatografi pada saat bersamaan. Campuran ini terdiri

dari 1-5 senyawa yang diketahui dengan konsentrasi yang diketahui pula

(Gritter, 1991).

KLT merupakan metode fisikokimia, artinya pada saat pendeteksian

lokasi bercak dari komponen yang terpisah yang tidak berwarna umumnya

Page 36: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

16

dilakukan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan melihat

senyawa berfluoresensi di bawah lampu UV atau melihat senyawa tidak

berfluoresensi dengan latar belakang berfluoresensi. Adapun cara kimia yaitu

dilakukan penyemprotan dengan substansi kimia yang akan memberikan noda

atau bercak baik yang terlihat pada cahaya tampak ataupun sebagai noda yang

tampak pada lampu ultraviolet (Hardjono, 1983).

Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan

penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm)

atau jika senyawa ini dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang

pendek dan atau gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara ini

senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba dengan reaksi kimia.

Pertama tanpa pemanasan lalu bila perlu dengan pemanasan (Stahl, 1985).

Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan

dengan angka Rf atau hRf

Angka Rf berjarak antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan

dua desimal. hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (Stahl, 1985).

H. Densitometri

Densitometri merupakan salah satu dari metode analisa KLT

kuantitatif. Penetapan kadar suatu senyawa dengan metode ini dilakukan

dengan mengukur kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan dengan cara

KLT. Pada umumnya pengukuran bercak tersebut dibandingkan dengan

Page 37: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

17

kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi bersama-sama. Syarat-syarat

untuk senyawa standar adalah murni, inert, dan stabil (Hardjono, 1983).

Metode densitometri mempunyai cara kerja yang sederhana dan cepat.

Pada metode densitometri diperlukan adsorben dan fase gerak yang murni.

Bercak kecil dan intensif akan menghasilkan suatu puncak kurva absorbsi

yang sempit dan tajam, sebaliknya bercak yang lebar akan menghasilkan

puncak kurva absorbsi yang melebar dan tumpul.

Teknik pengukuran dapat didasarkan atas pengukuran intensitas sinar

yang diserap (absorbansi) atau intensitas sinar yang difluoresensikan

(fluoresensi). Kebanyakan pengukuran kromatogram lapis tipis dilakukan

dengan cara absorbansi. Untuk scanning dengan fluoresensi, intensitas yang

diukur berbanding dengan banyaknya senyawa yang berfluoresensi.

Pengukuran dengan fluoresensi lebih sensitif dibanding dengan pengukuran

absorbansi (Rohman, 2009).

Sifat pemantulan ini akan menjadi sensitif dan selektif bila sinar yang

datang adalah monokromatis. Di sini biasanya dipilih sinar pada panjang

gelombang yang diserap atau dipantulkan paling banyak oleh noda yang

diteliti. Banyaknya sinar yang direfleksikan akan ditangkap oleh suatu alat

yang disebut reflection photomultiplier yang akan diteruskan ke pencatat atau

rekorder untuk diubah menjadi suatu puncak atau kromatogram. Luas puncak

atau tinggi puncak sesuai dengan konsentrasi senyawa pada noda yang diukur

kerapatannya.

Page 38: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

18

Penelusuran bercak dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal

(scanning horizontal atau scanning vertikal). Penelusuran bercak secara

horizontal dapat dilakukan satu per satu, atau apabila satu pelat bercak yang

diperoleh segaris semua, maka dapat dilakukan penelusuran untuk semua

bercak sekaligus. Sedangkan cara penelusuran vertikal, hanya dapat dilakukan

satu per satu.

Pada penelusuran bercak horizontal dengan penelusuran beberapa

bercak sekaligus hanya dapat dilakukan apabila bercak-bercak tersebut benar-

benar dalam satu baris. Cara ini akan mengalami kesulitan jika bercak yang

sangat dekat dengan bercak yang ditetapkan karena ada kemungkinan bercak

yang tidak diinginkan ikut pula ditetapkan. Besarnya jarak, naik turunnya

sinar dapat diatur menurut kebutuhan, yang diperhitungkan dengan besar

kecilnya bercak, yang dalam operasi alat dikenal sebagai lebar penelusuran

(scan width).

Penelusuran bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila

dilakukan pada panjang gelombang yang menghasilkan serapan maksimum,

karena perubahan konsentrasi pada bercak sedikit saja sudah terdeteksi.

Pengukuran dilakukan dengan menelusuri bercak yang akan ditetapkan

kadarnya pada kisaran panjang gelombang zat tersebut.

Plat yang digunakan untuk KLT densitometri sebaiknya digunakan plat

buatan pabrik, karena pada plat buatan sendiri fase diam kurang kompak

sehingga akan mempengaruhi hasil penelusuran dengan densitometri, yaitu

berupa puncak yang lebar dan kasar. Puncak yang lebar disebabkan kurang

Page 39: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

19

kompaknya fase diam sedangkan puncak yang kasar disebabkan permukaan

plat yang kurang rata.

Pada setiap kali penetapan dengan densitometer sediaan baku dari

senyawa yang bersangkutan ditotolkan dan dielusi bersama dalam satu

lempeng, kemudian area di bawah kurva atau Area Under Curve (AUC)

sampel dibandingkan dengan harga AUC zat baku. Bercak yang diperoleh dari

pengembangan pada plat perlu ditambahkan reagen yang sesuai yang

berfungsi untuk mengetahui posisi, struktur, dan ukuran kromatogram yang

akan diukur secara densitometri. Jika nilai Rf antara baku dengan senyawa

yang bersangkutan sama dan menunjukkan ukuran yang sama, maka hal

tersebut memberikan indikasi bahwa jumlah senyawa tersebut sama dengan

baku (Jork, 1990).

I. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis diartikan sebagai suatu prosedur yang

digunakan untuk membuktikan bahwa metode analisis tersebut dapat

memberikan hasil seperti yang diharapkan dengan kecermatan dan ketelitian

yang memadai. Ada berbagai parameter untuk menilai apakah suatu metode

valid atau tidak, di antaranya:

1. Presisi

Presisi suatu metode analisis meliputi repeatabilitas, presisi antara, dan

reproduksibilitas. Repeatabilitas menyatakan presisi metode analisis yang

dilakukan dalam kondisi sama dalam interval waktu yang singkat. Presisi

Page 40: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

20

biasanya dinyatakan dengan koefisien variasi atau CV. Nilai CV yang

memenuhi persyaratan presisi yang baik apabila kurang dari 2 (Mulja dan

Hanwar, 2003).

2. Linearitas

Linearitas dari suatu prosedur analisis merupakan kemampuannya untuk

mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan

konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel. Persyaratan data linearitas

yang bisa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) > 0,99

(Anonim, 2004a).

J. Landasan Teori

Pegagan adalah salah satu bahan alam yang saat ini giat dieksplorasi.

Kandungan zat aktif ekstrak herba pegagan yaitu asiatikosid, yang merupakan

zat aktif saponin triterpen pentasiklis, diketahui dapat menghambat proses

inflamasi. Pembuatan ekstrak pegagan ini dilakukan dengan cara maserasi.

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah pengerjaan dan peralatan

yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Namun cara maserasi juga

memiliki kekurangan yaitu pengerjaannya yang lama. Langkah yang dapat

dilakukan guna meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran

penyari antara etanol dan air. Asiatikosid memiliki kelarutan yang baik dalam

etanol dan sedikit larut dalam air.

Proses penyarian asiatikosid secara maserasi dengan variasi komposisi

etanol dan air ini diharapkan dapat meningkatkan kadar asiatikosid yang

Page 41: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

21

tersari. One-way analysis variance (ANOVA) dapat diaplikasikan untuk

membandingkan pengaruh suhu yang berbeda terhadap efisiensi proses

maserasi yang diketahui berdasarkan kadar asiatikosid yang tersari. Kadar

asiatikosid dalam ekstrak tersebut ditentukan dengan metode KLT

densitometri, dengan mengukur luas area di bawah kurva (AUC) yang

dibandingkan dengan AUC asiatikosid baku. Komposisi optimum cairan

penyari untuk mendapatkan ekstrak dengan kandungan asiatikosid terbesar

diketahui melalui aplikasi Simplex Lattice Design.

K. Hipotesis

1. Peningkatan suhu dalam proses maserasi akan memberikan energi yang

lebih besar sehingga efisiensi ekstraksi meningkat. Hal tersebut akan

berpengaruh pada kadar asiatikosid yang tersari.

2. Komposisi optimum cairan penyari untuk mendapatkan ekstrak pegagan

dengan kandungan asiatikosid terbesar akan diperoleh dengan

perbandingan etanol dan air tertentu melalui aplikasi Simplex Lattice

Design.

Page 42: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni karena adanya

intervensi atau perlakuan terhadap subjek uji dengan metode Simplex Lattice Design.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Klasifikasi Variabel

a. Variabel Bebas

Komposisi etanol dan air masing-masing 12,5 ml, 25 ml, 37,5 ml, dan 50 ml.

Suhu ekstraksi menggunakan suhu 300C, 40°C, dan 500C.

b. Variabel Tergantung

Kadar asiatikosid (µg/1 µg ekstrak) yang tersari dari herba pegagan melalui

proses maserasi.

c. Variabel Pengacau Tak Terkendali

Lama dan proses pengeringan simplisia setelah dipanen.

2. Definisi Operasional

a. Maserasi dilakukan dengan pengadukan mekanik selama 24 jam.

b. Ekstrak herba pegagan merupakan ekstrak yang didapatkan dari hasil

maserasi dengan variasi komposisi etanol dan air yang berasal dari serbuk

herba pegagan.

Page 43: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

23

c. Etanol yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%.

d. Air yang dimaksud dalam penelitian ini adalah akuades.

e. Komposisi optimum cairan penyari adalah komposisi di mana variasi etanol

dan air menghasilkan ekstrak dengan kadar asiatikosid terbesar.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: simplisia herba

pegagan yang diperoleh dari Merapi Farma, baku asiatikosid berupa TECA (titrated

extracts of Centella asiatica) dengan komposisi asiatikosid 41,68% dan asam

asiatikat-asam madekasat 61,96%, etanol 96% teknis, akuades, silika gel F254

precoated (E. Merck), pereaksi Liebermann-Burchard, metanol (p.a., E. Merck),

kloroform (p.a., E. Merck).

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas, grinder,

neraca analitik (Precision Balance, model GB-3002, Mettler Toledo), shaker

inkubator (Zhicheng ZHWY-100C), vaccum rotary evaporator (Janke & Kunkel

Kika-Labortechnik, RV 05-ST), oven, chamber, mikropipet 0,5-10 µl (Socorex),

lampu UV 254 nm, densitometer (Camag TLC Scanner 3), furnace.

Page 44: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

24

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi simplisia pegagan

Determinasi simplisia pegagan dilakukan oleh Merapi Farma Herbal, Kaliurang.

2. Pembuatan serbuk simplisia herba pegagan

a. Sortasi Kering

Sortasi kering dilakukan dengan cara memisahkan herba pegagan dari

pengotor lain, seperti adanya rumput, tanah, atau kerikil.

b. Pembuatan serbuk

Herba tanaman pegagan hasil sortasi dikeringkan di bawah sinar matahari

secara tidak langsung. Setelah bahan kering, diserbuk menggunakan grinder

(mesin penyerbuk).

3. Pembuatan ekstrak herba pegagan secara maserasi dengan variasi

komposisi etanol dan air

Ekstrak dibuat secara maserasi, menggunakan pelarut dengan berbagai komposisi

(Tabel I).

Tabel I. Perbandingan komposisi etanol dan air yang digunakan pada prosesmaserasi

Percobaan Etanol 96% (ml) Air (ml)

I 50 0

II 37,5 12,5

III 25 25

IV 12,5 37,5

V 0 50

Page 45: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

25

Lima gram (satu bagian) serbuk herba pegagan dimasukkan ke dalam maserator,

ditambah 10 bagian pelarut, diaduk terus selama 24 jam. Suhu yang digunakan

saat maserasi adalah 300C, 40°C, dan 500C. Maserat dipisahkan dan proses

maserasi diulang 2 kali dengan prosedur yang sama. Semua maserat dikumpulkan

dan diuapkan dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Replikasi

dilakukan sebanyak 3 kali.

4. Analisis kualitatif asiatikosid

Analisis kualitatif kandungan asiatikosid dilakukan dengan KLT menggunakan

fase diam silika gel F254 dan fase gerak kloroform:metanol:air (65:25:4). Pelat

KLT tersebut kemudian disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchard,

dipanaskan dalam oven pada temperatur 105ºC selama 10 menit.

5. Validasi metode analisis

a. Pembuatan larutan baku

Larutan baku TECA 4 mg/ml dibuat dengan menimbang kurang lebih

seksama 20 mg baku TECA dan dimasukkan ke dalam labu ukur 5,0 ml dan

diencerkan dengan metanol hingga tanda.

b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Panjang gelombang yang menghasilkan serapan maksimum (panjang

gelombang serapan maksimum) ditentukan dengan cara menelusuri 3 bercak

(dengan konsentrasi rendah, tengah, dan tinggi) pada panjang gelombang 200

nm–700 nm.

Page 46: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

26

c. Pembuatan kurva baku dan penetuan linearitas kadar asiatikosid

Larutan baku TECA (4 mg/ml) ditotolkan pada lempeng silika gel F254 dengan

pipa mikro kapiler, dengan jumlah totolan masing-masing 1µl, 2µl, 4µl, 6µl,

dan 8µl, di mana masing-masing totolan tersebut mengandung seri jumlah

asiatikosid sebanyak 1,6672 µg; 3,3344 µg; 6,6688 µg; 10,0032 µg; dan

13,3376 µg. Kemudian dielusi dengan fase gerak kloroform:metanol:air

(65:25:4) dengan jarak pengembangan 15 cm. Selanjutnya dilakukan

pengukuran luas area di bawah kurva (AUC) bercak menggunakan metode

densitometri. Kemudian ditentukan persamaan kurva baku y = Bx + A antara

seri baku dengan luas area dan ditentukan pula linearitas asiatikosid (nilai r).

Replikasi dilakukan 3 kali.

d. Penentuan presisi

Larutan baku TECA (4 mg/ml) yang direplikasi 3 kali ditotolkan pada pelat

KLT yang sama sebanyak 1 µl. Kemudian dielusi dengan fase gerak

kloroform:metanol:air (65:25:4). Selanjutnya dilakukan pengukuran luas area

di bawah kurva (AUC) bercak menggunakan metode densitometri.

Presisi ditentukan dengan nilai koefisien variasi (CV).

CV

Page 47: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

27

6. Analisis kuantitatif asiatikosid dalam ekstrak herba pegagan

Ditimbang 100 mg ekstrak, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan

dalam 1 ml metanol. Masing-masing sebanyak 2 l larutan uji dan larutan TECA

baku dalam metanol dengan konsentrasi yang berbeda ditotolkan. Pemisahan

dilakukan dengan KLT dengan fase diam silika gel F254 dan fase gerak

kloroform:metanol:air (65:25:4). Kadar asiatikosid diketahui dengan

memasukkan luas area di bawah kurva (AUC) bercak yang ditetapkan dengan

metode densitometri sebagai nilai Y dalam persamaan kurva baku.

7. Analisis Hasil

a. One-way analysis of variance (ANOVA)

Data kuantitatif kadar asiatikosid herba pegagan yang diperoleh dianalisis

menggunakan Anova untuk membandingkan pengaruh suhu terhadap efisiensi

ekstraksi, yaitu berdasar respon kadar asiatikosid yang diperoleh dari masing-

masing suhu. Untuk dapat dianalisis dengan Anova, data harus memenuhi

syarat yaitu distribusinya normal.

Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu, hipotesis alternatif (Hi) yang

menyatakan bahwa rata-rata kadar asiatikosid dari suhu 30°C, 40°C, dan 50°C

berbeda, sedangkan H0 merupakan negasi dari Hi yang menyatakan rata-rata

kadar asiatikosid dari suhu 30°C, 40°C, dan 50°C tidak berbeda. Hi diterima

dan H0 ditolak bila harga F hitung lebih besar dari F tabel. F tabel diperoleh

dari Fα (numerator, denominator) dengan taraf kepercayaan 95 %. Derajat

Page 48: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

28

bebas dan interaksi sebagai numerator yaitu 2, dan derajat bebas experimental

error sebagai denominator yaitu 12, sehingga diperoleh harga F tabel untuk

interaksi pada semua respon adalah F0,05(2,12) = 3,68.

b. Analisis hasil kadar asiatikosid dengan Simplex Lattice Design

Data kadar asiatikosid dari tiap percobaan dianalisis dengan pendekatan

Simplex Lattice Design untuk menghitung koefisien a, b, ab sehingga

didapatkan persamaan Y = a(A) + b(B) +ab(A)(B). Dari persamaan ini

kemudian dapat dibuat suatu profil yang menggambarkan sifat fisik dengan

berbagai komposisi etanol dan air. Hasil profil yang diperoleh berdasarkan

rumus digunakan untuk menentukan komposisi cairan penyari yang optimal.

Tiap persamaan yang diperoleh dari tiap formula dihitung validitasnya

menggunakan metode statistik, yaitu uji F dengan taraf kepercayaan 95%.

8. Uji kualitas ekstrak herba pegagan

a. Penentuan susut pengeringan

Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam

botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

1050C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan

dalam botol timbang dengan bantuan pengaduk hingga merupakan lapisan

setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. Kemudian dimasukkan ke dalam

ruang pengering, dibuka tutupnya, dan dikeringkan pada suhu 1050C hingga

Page 49: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

29

bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan

tertutup mendingin dalam desikator hingga suhu kamar (Anonim, 2000).

Botol timbang kembali dimasukkan ke dalam oven dan setiap 1 jam

ditimbang sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih

dari 0,25% (Anonim, 1995).

Kandungan lembab ditentukan dengan rumus :

Kandungan lembab

b. Penetapan kadar abu

Lebih kurang 2g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang seksama,

dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian

diratakan. Ekstrak tadi dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,

didinginkan, kemudian ditimbang hingga tercapai bobot tetap. Kadar abu

dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Anonim, 2000).

Page 50: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Simplisia

Pada penelitian ini simplisia yang digunakan didapatkan dari industri jamu

godhog Merapi Farma Herbal di daerah Kaliurang. Keaslian simplisia dibuktikan

dengan adanya surat keterangan resmi dari industri jamu godhog Merapi Farma

Herbal (lampiran 1). Menurut keterangan, simplisia yang digunakan adalah Centella

asiatica yang berasal dari daerah Magelang. Determinasi yang telah dilakukan oleh

Merapi Farma Herbal tersebut memberikan kepastian bahwa simplisia yang

digunakan sesuai dengan yang dimaksud, juga untuk menghindari terjadinya

kekeliruan terhadap simplisia lain.

B. Pembuatan Serbuk Simplisia Herba Pegagan

Herba pegagan yang telah disortasi kering selanjutnya dikeringkan. Bagian

yang digunakan adalah keseluruhan herba pegagan, karena kandungan kimia utama

dari tanaman ini terdapat di seluruh bagian herba (Anonim, 2009a).

Pengeringan dimaksudkan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak sehingga dapat disimpan lebih lama, sebab dalam pengeringan ini terjadi

pengurangan kadar air sampai tingkat tertentu dan reaksi enzimatik akan terhenti.

Pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari secara tidak langsung dengan ditutupi

Page 51: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

31

kain hitam bertujuan untuk mencegah terjadinya perubahan atau dekomposisi

kandungan kimia dalam tanaman itu sendiri.

Simplisia yang telah kering tersebut selanjutnya diserbuk dengan

menggunakan grinder (mesin penyerbuk) dengan ayakan nomor mesh 50 agar

diperoleh serbuk halus. Penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk

simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Kontak yang luas

dengan cairan penyari terjadi karena serbuk berukuran kecil. Dengan ukuran yang

kecil, maka luas permukaan spesifiknya meningkat.

Kemudian serbuk disimpan dalam wadah tertutup rapat agar melindungi isi

dari masuknya debu maupun partikel lain. Selain itu, juga untuk mencegah

kehilangan bahan selama penyimpanan. Silica gel ditambahkan dalam wadah untuk

mencegah masuknya lembab ke dalam serbuk.

C. Pembuatan Ekstrak Herba Pegagan Secara Maserasi dengan Variasi

Komposisi Etanol dan Air

Ekstrak dibuat secara maserasi dengan cara merendam serbuk dalam etanol

dan air dengan perbandingan tertentu. Cairan penyari yang digunakan adalah etanol

dan air. Aglikon triterpen dari asiatikosida bersifat nonpolar lebih larut dalam etanol

(Pramono, 2004). Menurut penelitian Somchit (2004), disebutkan bahwa asiatikosid

juga dapat diekstraksi dengan air. Asiatikosid mengandung glikosida yang bersifat

polar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan penyarian, dapat digunakan campuran

Page 52: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

32

penyari antara etanol dan air dalam maserasi dengan adanya perbandingan etanol dan

air tertentu sesuai dengan metode Simplex Lattice Design (SLD).

Suhu yang digunakan dalam proses maserasi adalah suhu 300C, 40°C, dan

500C untuk mencegah penguapan dari cairan penyari. Perendaman akan

menyebabkan cairan penyari menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut karena adanya sifat like dissolve like

dengan penyari yang digunakan. Pada maserasi ini dilakukan pengadukan untuk

meratakan kontak antara serbuk dengan cairan penyari. Kontak yang cukup besar dan

merata menghasilkan penarikan zat aktif yang lebih optimal, sehingga asiatikosid

dapat tersari secara merata di seluruh bagian pelarut yang digunakan dalam proses

maserasi.

Setelah dimaserasi selama 24 jam, larutan disaring untuk mendapatkan

maserat. Proses maserasi dilakukan dua kali dengan tujuan untuk mengoptimalkan

penarikan asiatikosid yang ada di dalam serbuk herba pegagan. Maserat yang

dihasilkan selanjutnya dikeringkan. Suhu yang digunakan saat pengeringan tidak

lebih dari 50°C, hal ini dilakukan untuk mencegah rusaknya zat aktif yang

terkandung dalam ekstrak.

Ekstrak yang memiliki kandungan air yang lebih besar bersifat lebih liat dan

basah jika dibandingkan dengan ekstrak yang kandungan etanolnya lebih besar. Hal

ini dikarenakan sifat etanol yang mudah menguap.

Page 53: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

33

D. Analisis Kualitatif Asiatikosid

Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

(KLT). Tahap ini dilakukan untuk memastikan bahwa ekstrak yang dihasilkan

mengandung asiatikosid, dengan membandingkan bercak baku asiatikosid dengan

bercak yang dihasilkan pada ekstrak, melalui nilai Rf.

Fase diam yang digunakan adalah silika gel F254 yang bersifat polar, karena

silika gel F254 disusun oleh silanol yang bersifat polar. Silika gel F254 merupakan fase

diam yang cocok digunakan untuk pemisahan senyawa terpenoid. Fase gerak yang

digunakan adalah kloroform: metanol: air (65:25:4) dengan sifat kepolaran campuran

yang lebih lemah daripada fase diam, sehingga dapat mengelusi asiatikosid yang

bersifat nonpolar. Penggunaan campuran dari ketiga komponen fase gerak ini

bertujuan untuk mendapatkan pemisahan yang optimum, sehingga asiatikosid dapat

terpisah dengan bercak lainnya.

Analisis kualitatif asiatikosid dilakukan dengan menotolkan sampel ekstrak

dan baku asiatikosid pada lempeng silika gel F254 yang sama, kemudian dielusi

dengan fase gerak kloroform: metanol: air (65:25:4) yang telah dijenuhkan

sebelumnya. Pendeteksian bercak dilakukan dengan pereaksi semprot Liebermann-

Burchard (LB). Melalui pereaksi semprot LB dapat dideteksi adanya senyawa yang

merupakan golongan triterpenoid yang ditunjukkan dengan timbulnya bercak

berwarna biru-ungu setelah dipanaskan dengan oven pada suhu 105°C. Selain itu,

adanya pereaksi LB dapat membantu untuk mengetahui posisi, bentuk, dan ukuran

Page 54: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

34

bercak dari asiatikosid yang tidak memiliki kromofor ini, sehingga AUC-nya dapat

ditetapkan dengan densitometer (Jork, 1990).

Asiatikosid merupakan bercak yang kedua (2). Baku yang digunakan dalam

penelitian ini adalah TECA yang terdiri atas asiatikosid, asam madekasat, dan asam

asiatikat dengan komposisi asiatikosid yang terbesar yaitu 41,68% (Soegiharjo,

1995). Penentuan bercak asiatikosid ini berdasarkan pada luas bercak yang terbesar di

antara ketiga bercak yang muncul (Gambar 3).

(3)

(2)

(1)

Gambar 3. Kromatogram baku asiatikosid dan ekstrak herba pegagan hasilmaserasi dengan suhu 30°C deteksi Liebermann-Burchard

Keterangan:Fase diam : silika gel F254

Fase gerak : kloroform: metanol: air (65:25:4)Deteksi : Liebermann Burcharda : baku TECA 1 (1 µl)b : baku TECA 2 (2 µl)c : baku TECA 3 (4 µl)d : baku TECA 4 (6 µl)e : baku TECA 5 (8 µl)f : baku TECA 6 (10 µl)

g : baku TECA 7 (12 µl)h : sampel etanol : air = 0 : 50i : sampel etanol : air = 12,5 : 37,5j : sampel etanol : air = 25 : 25k : sampel etanol : air = 37,5 : 12,5l : sampel etanol : air = 50 : 0(1) : asam asiatikat(2) : asiatikosid(3) : asam madekasat

Page 55: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

35

Tabel II. Harga Rf baku asiatikosid dan sampel ekstrak dengan deteksiLiebermann-Burchard

Baku Sampel

Bercak a b c d e f g h i j k l

Rf 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,64 0,64 0,64 0,64 0,65 0,65 0,65

Warna

bercakbiru-ungu

Melalui hasil yang diperoleh dari KLT (gambar 3 dan tabel II), diketahui

bahwa sampel ekstrak mengandung asiatikosid. Hal ini ditunjukkan dengan kelima

bercak sampel ekstrak yang semuanya memiliki harga Rf mirip dengan Rf baku

asiatikosid yaitu 0,64 – 0,65 dan intensitas warna bercak yang menyerupai baku.

E. Validasi Metode Analisis Penetapan Kadar Asiatikosid dengan KLT

Densitometri

Sebelum melakukan penetapan kadar dengan densitometri, maka perlu

dilakukan penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λmaks). Pada panjang

gelombang serapan maksimum terjadi serapan maksimum untuk setiap satuan

konsentrasi, sehingga dapat diperoleh kepekaan analisis yang maksimum (sensitivitas

maksimum). Panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh digunakan untuk

mengukur AUC dari ekstrak yang akan dianalisis. Dari hasil penelitian panjang

gelombang serapan maksimum adalah 243 nm (Tabel III).

Page 56: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

36

Tabel III.Hasil scanning λ maksimum bercak asiatikosidVolume totolan (µL) Massa (µg) λ (nm)

2 8,2 244

6,5 26,65 243

9,5 38,95 243

1. Penetapan Linearitas

Penetapan linearitas perlu dilakukan sebelum melakukan perhitungan kadar

guna mengetahui ada tidaknya hubungan yang linear dan signifikan antara variabel

yang akan diuji.

Tabel IV.Hasil pengukuran seri kurva bakuPengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3

Massa (µg) AUC Massa (µg) AUC Massa (µg) AUC

1,6755 6937,2 1,6755 5548,1 1,6755 7665,7

3,3510 19903,5 3,3510 14265,9 3,3510 19172,4

6,7020 35299,1 6,7020 34195,5 6,7020 38322,3

10,0530 54146,4 10,0530 46862,5 10,0530 57371,1

13,4040 65866,8 13,4040 59689,6 13,4040 73562,2

A = 1254,2170 A = -565,0859 A = -275,3915

B = 4998,7044 B = 4643,5898 B = 5612,2737

r = 0,995 r = 0,995 r = 0,999

Hubungan korelasi antara konsentrasi asiatikosid dengan AUC yang dihasilkan dapat

digambarkan dengan nilai koefisien korelasi (r) masing-masing pengukuran yang

mendekati satu dan lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,878 dengan derajat bebas 3

dan taraf kepercayaan 99%. Hasil perhitungan di atas diperoleh nilai r yang paling

besar yaitu 0,999 dengan persamaan kurva baku y = 5612,2737 x – 275,3915

(pengukuran 3). Nilai r tersebut sudah memenuhi persyaratan validasi metode

analisis, di mana nilai r tidak kurang dari 0,99 (Anonim, 2004a).

Page 57: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

37

Penggambaran hubungan linier massa asiatikosid dengan AUC yang

dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Kurva baku hubungan antara massa asiatikosid dengan AUCdengan persamaan y = 5612,2737 x – 275,3915

2. Penetapan presisi

Presisi merupakan parameter yang menunjukkan derajat kesesuaian antara

hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individu dan rata-rata dari

campuran homogen. Diukur dengan nilai coefisien of variancy (CV) dengan nilai CV

yang baik < 2 % (Mulja dan Hanwar, 2003).

Page 58: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

38

Tabel V.Data presisi asiatikosid

Keterangan AUC Massa ( µg )

Rerata massa

1,0601 µg

SD

0,0127

CV

1,1983 %

Baku 1 ( 1 µl ) 6721,2 1,0495

Baku 2 ( 1 µl ) 6766,2 1,0742

Baku 3 ( 1 µl ) 6734,4 1,0567

Berdasarkan persyaratan CV yang baik < 2% menunjukkan bahwa hasil

percobaan memenuhi persyaratan presisi, yaitu nilai CV sebesar 1,1983 %. Hal ini

menunjukan bahwa metode yang digunakan memiliki presisi yang baik.

Dengan hasil yang telah diperoleh, disimpulkan bahwa metode yang

digunakan memiliki validitas yang baik, berdasarkan linearitas dan presisinya.

F. Analisis Kuantitatif Kadar Asiatikosid dalam Ekstrak Herba Pegagan

Secara KLT Densitometri in situ

Penetapan kadar asiatikosid dalam ekstrak herba pegagan dilakukan sama

seperti pada kurva baku, AUC bercak diukur pada panjang gelombang 243 nm (Tabel

VI).

Page 59: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

39

Tabel VI. Kadar asiatikosid (µg/1 µg ekstrak) untuk masing-masing percobaan

SuhuPer-

cobaanReplikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata SD

30°C

a 0,1651 0,2021 0,3929 0,2534 0,1225

b 0,0587 0,1051 0,2118 0,1252 0,0785

c 0,0144 0,0569 0,2077 0,0930 0,1016

d 6,6540x10-3 8,5882x10-3 0,0136 9,6141x 103 0,0035

e 9,7115x10-3 3,6316x10-3 9,0623x10-3 7,4685x10-3 0,0033

40°C

a 0,184 0,0862 0,1375 0,1359 0,0489

b 0,1899 0,1719 0,1305 0,1641 0,0304

c 0,1596 0,0486 0,0781 0,0945 0,0575

d 0,0108 0,0104 0,026 0,0157 0,0089

e 0,0203 0,0379 8,394x10-3 0,0222 0,0148

50°C

a 0,1138 0,1556 0,2157 0,1617 0,0512

b 0,1346 0,164 0,1427 0,1471 0,0152

c 0,0887 0,1042 0,096 0,0963 0,0075

d 0,0253 0,0244 0,0207 0,0235 0,0024

e 0,0112 8,5847x10-3 0,0114 0,0104 0,0016

Keterangan :a : sampel etanol : air = 50 : 0b : sampel etanol : air = 37,5 : 12,5c : sampel etanol : air = 25 : 25d : sampel etanol : air = 12,5 : 37,5e : sampel etanol : air = 0 : 50

Berdasarkan tabel VI, diketahui bahwa rata-rata kadar asiatikosid terbesar

didapatkan pada percobaan a yaitu proses maserasi herba pegagan dengan 50 ml

etanol 96% dengan suhu percobaan 30°C.

G. Analisis Hasil

Data kadar yang diperoleh berdasarkan percobaan selanjutnya diolah dengan

menggunakan Anova untuk mengetahui apakah perlakuan suhu yang berbeda akan

Page 60: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

40

menghasilkan kadar yang berbeda pula. Proses maserasi ini dilakukan pada 3 suhu

yang berbeda, yaitu 30°C, 40°C, dan 50°C. Aplikasi suhu yang berbeda ini

diharapkan memberikan pengaruh pada efisiensi ekstraksi herba pegagan. Kenaikan

suhu akan meningkatkan efisiensi ekstraksi, karena dengan suhu yang semakin tinggi

akan meningkatkan kelarutan zat aktif. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius

yang secara matematik menghubungkan laju reaksi dengan suhu dan menyatakan

adanya peningkatan laju reaksi menjadi dua kali semula dengan meningkatnya suhu

sebesar 10°C (Petrucci, 1985). Adanya suhu yang lebih tinggi akan memberikan

energi yang lebih besar, sehingga tumbukan yang terjadi antara asiatikosid dengan

penyari yang digunakan semakin tinggi dan kelarutannya meningkat.

Dalam penggunaan Anova, syarat yang harus dipenuhi adalah data yang akan

dianalisis harus menunjukkan distribusi normal. Berdasarkan analisis data dengan

SPSS data rata-rata kadar asiatikosid dari suhu 30°C ,40°C, dan 50°C menunjukkan

distribusi normal (lampiran 13).

H0 : rata-rata kadar asiatikosid dari suhu 30°C , 40°C, dan 50° tidak berbeda

H1 : rata-rata kadar asiatikosid dari suhu 30°C, 40°C, dan 50°C berbeda.

Analisis dilakukan dengan membandingkan rata-rata kadar dari masing-

masing percobaan pada setiap suhu (Tabel VII).

Tabel VII. Hasil analisis dengan ANOVASources of

ErrorSS dF MS Fhitung Ftabel

Between 0,0004 2 2x10-4

0,030 3,68Within 0,0777 12 6,475x10-3

Total 0,0781 14

Page 61: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

41

Nilai F hitung sebesar 0,030, lebih kecil dari F tabel sehingga H0 diterima.

Dengan demikian rata-rata kadar asiatikosid untuk maserasi dengan suhu 30°C, 40°C,

dan 50°C tidak berbeda. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa suhu

pada proses maserasi, yaitu suhu 30°C, 40°C, dan 50°C tidak memberikan pengaruh

yang signifikan pada kadar asiatikosid yang tersari.

Selanjutnya, dengan menggunakan metode Simplex Lattice Design, 2

komponen penyari yang digunakan (etanol 96% dan air) dicari komposisi

optimumnya berdasarkan kadar asiatikosid yang terukur. Dalam metode SLD dengan

2 komponen, setelah data kadar diperoleh, terlebih dahulu dilakukan perhitungan

persamaan SLD untuk tiap-tiap suhu (Tabel VIII).

Tabel VIII. Persamaan SLDPersamaan SLD

Suhu 30°C Y = 0,2534 (X1) + 0,0075 (X2) – 0,15 (X1)(X2)

Suhu 40°C Y = 0,1359 (X1) + 0,0222 (X2) + 0,0616 (X1)(X2)

Suhu 50°C Y = 0,1617 (X1) + 0,0104 (X2) + 0,0408 (X1)(X2)

Persamaan SLD tersebut kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan uji F

untuk melihat apakah ada perbedaan bermakna respon kadar antara hasil percobaan

dengan hasil yang dihitung dari persamaan SLD.

Tabel IX.Perhitungan validitas persamaan SLD

Suhu 30°C Suhu 40°C Suhu 50°C

Fhitung 10,2351 3,5824 12,8261

Ftabel 3,89 3,89 3,89

Kesimpulan valid tidak valid valid

Berdasarkan perhitungan Fhitung, didapatkan hasil persamaan SLD untuk kadar

asiatikosid dengan maserasi pada suhu 30°C dan 50°C valid, sedangkan untuk suhu

40°C tidak valid. Hal ini menunjukkan bahwa data rata-rata kadar asiatikosid yang

Page 62: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

42

dihasilkan pada proses maserasi dengan suhu 30°C dan 50°C dapat digunakan untuk

menemukan komposisi etanol dan air yang optimum.

Gambar 5.Respon proporsi etanol vs kadar asiatikosid hasil maserasi pada suhu30°C dengan persamaan Y = 0,2534 (X1) + 0,0075 (X2) – 0,15 (X1)(X2)

Gambar 6. Respon proporsi etanol vs kadar asiatikosid hasil maserasi padasuhu 50° dengan persamaan Y = 0,1617 (X1) + 0,0104 (X2) + 0,0408 (X1)(X2)

Page 63: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

43

Gambar 5 dan 6 menunjukkan profil kadar asiatikosid dari ekstrak herba

pegagan. Kedua profil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi komposisi etanol,

kadar asiatikosid yang terukur juga semakin tinggi pula. Dapat juga dikatakan bahwa

semakin polar penyari yang digunakan, semakin kecil kadar asiatikosid yang tersari.

Hal ini menunjukkan bahwa aglikon triterpen dari asiatikosid tersebut bersifat

nonpolar, sehingga walaupun berikatan dengan 3 molekul gula masih tetap kecil

kelarutannya dalam air.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, untuk mendapatkan kadar asiatikosid yang

tertinggi, dipilih cairan penyari yang optimum, yaitu etanol 96%. Sesuai dengan hasil

analisis tersebut, selanjutnya dipilih suhu 30°C dalam proses maserasi karena

penanganan dengan suhu 30°C lebih mudah. Selain itu, jika dibandingkan dengan

suhu 50°C, kerusakan dari zat aktif akibat suhu yang lebih tinggi dapat dihindari.

H. Penetapan Susut Pengeringan dan Kadar Abu

Di dalam parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat, disebutkan banyak

sekali parameter yang dipersyaratkan, baik parameter spesifik maupun nonspesifik.

Parameter spesifik salah satunya adalah dengan penentuan kadar zat aktif, sedangkan

parameter nonspesifik ekstrak, di antaranya penentuan susut pengeringan dan kadar

abu.

Penentuan susut pengeringan dilakukan untuk mengetahui kualitas dari

ekstrak yang dihasilkan, yaitu mencakup kadar air yang terkandung dalam ekstrak.

Page 64: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

44

Sebelum menetapkan kadar asiatikosid dalam ekstrak herba pegagan, perlu dilakukan

penentuan susut pengeringan. Dengan kandungan air yang rendah, maka

pertumbuhan bakteri maupun kapang tidak ada, sehingga stabilitas ekstrak tetap

terjaga. Pada monografi ekstrak (Anonim, 2004b) disebutkan bahwa untuk ekstrak

herba pegagan kadar airnya tidak lebih dari 7,6 %.

Tabel X. Susut pengeringan

Besarnya susut pengeringan Rata-rata

Replikasi 1 4,6729 %4,7667 %

± 0,0842Replikasi 2 4,8358 %

Replikasi 3 4,7916 %

Berdasarkan data tersebut, ekstrak yang dihasilkan pada maserasi pada suhu 30°C

dengan pelarut etanol 96% memenuhi persyaratan susut pengeringan.

Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Pada suhu yang tinggi (600°C) zat organik habis terbakar dan air juga menguap

karena adanya pembakaran, sehingga sisa yang dihasilkan hanya unsur anorganik

saja. Kandungan abu tergantung pada kandungan mineral suatu bahan. Mineral dalam

suatu bahan dapat berupa dua macam garam, yaitu garam organik (NaCl, KCl) dan

garam anorganik seperti garam fosfat, karbonat, sulfat, dan nitrat.

Tabel XI. Kadar abu

Besarnya kadar abu Rata-rata

Replikasi 1 6,8836 %6,6819 %

± 0,5182Replikasi 2 7,0689 %

Replikasi 3 6,0931 %

Page 65: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

45

Sesuai dengan monografi ekstrak herba pegagan, kadar abu dinyatakan tidak

lebih dari 16,6 %, maka ekstrak yang dihasilkan tersebut memenuhi standar yang

telah ditetapkan.

Penentuan susut pengeringan dan kadar abu dapat menggambarkan

kandungan dan kemurnian ekstrak. Adanya lembab dan kandungan mineral yang

cukup tinggi tentunya berpengaruh pada bobot ekstrak yang akan ditetapkan kadar zat

aktifnya secara kuantitatif.

Page 66: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Suhu pada proses maserasi, yaitu 30°C, 40°C, dan 50°C tidak berpengaruh pada

kadar asiatikosid yang tersari.

2. Komposisi optimum cairan penyari untuk mendapatkan ekstrak dengan

kandungan asiatikosid terbesar adalah 0% air dan 100% etanol 96%.

B. SARAN

Perlu dilakukan standarisasi ekstrak secara lengkap sesuai dengan parameter standar

umum ekstrak tumbuhan obat.

Page 67: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

47

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, 34-39, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, 105-123, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 16-17, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1036, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, 556, EGC, Jakarta

Anonim, 1999, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Vol 1, 77-83,

World Health Organization, Geneva

Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 3-6, 13-14,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2004a, Guidelines for the Validation of Analytical Methods for Active

Constituent, Agriculture and Veterinary Chemical Products, 4-5,

http://www.apvma.gov.au/publications/guidelines/docs/gl_69_analytical_met

hods.pdf diakses pada 10 Desember 2009

Anonim, 2004b, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Vol 1, 77-79, Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2009a, Gotu Kola P.E., http://www.layn.com.cn/doc_images/

Gotu%20Kola%20P.%20E%20..pdf diakses pada 3 Desember 2009

Anonim, 2009c, Material Safety Data Sheet : Gotu Kola ,

http://www.newdirectionsaromatics.ca/msds/gotukolaBE.htm diakses pada 3

Februari 2009

Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 3rd

Ed., 590-591, 610-613, Marcel Dekker, Inc., New York

Page 68: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

48

Bruneton, J., 1999, Pharmacognosy: Phytochemistry Medicinal Plants, 2nd Ed., 703-

704, Lavoister Publishing, New York

Hardjono, 1983, Kromatografi, 32-34, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Jork, Hellmut, Werner Funk, Walter Fischer, Hans Wimmer, 1990, Thin-Layer

Chromatography : Reagents and Detection Methods, 133-134, 411-413,

VCH, New York.

Kormin, Saniah Bte, 2005, The Effect of Heat Processing On Triterpene Glycosides

and Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella asiatica L. Urban)

Drink, Tesis, 18-20, Universiti Teknologi Malaysia.

Mulja, H.M., Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 26-33, Airlangga UniversityPress, Surabaya

Mursyidi, A.,1990, Analisis Metabolit Sekunder, 192-193, 245, Penerbit: Proyek

Pengembangan Pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas (Bank Dunia

XVII)-PAU Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Petrucci, R.H., Suminar, 1985, Kimia Dasar : Prinsip dan Terapan Modern, 166,

Erlangga, Jakarta

Pramono, S., D. Ajiastuti, 2004, Standarisasi ekstrak herba pegagan (Centella

asiatica (L.) Urban) berdasarkan kadar asiatikosida secara KLT-

densitometri, Majalah Farmasi Indonesia, Vol. 15, no 3, 118-123, Universitas

Gadjah Mada Press, Yogyakarta

Pudjaatmaka, A.H., 1994, Kimia Universitas : Asas dan Struktur, 493-494, Erlangga,

Jakarta

Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, 45-54, Graha Ilmu,

Yogyakarta

Soegiharjo, C.J., Koensoemardiyah, 1995, Produksi Asiatikosida dan Senyawa

Sekerabat dengan Kultur Suspensi Sel dari Centella asiatica (L.) Urban,

Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta

Page 69: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

49

Somchit, 2004, Antinociceptive and antiinflamatory effects of Centella asiatica,

http://medind.nic.in/ibi/t04/i6/ibit04i6p377.pdf diakses pada 1 November

2009

Stahl, E., 1969, Thin-Layer Chromatography : A Laboratory Handbook, 241-247,

Springer-Verlag, Berlin

Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy : a practical

supplement to pharmacopias, diterjemahkan oleh Kosasih P. dan Soediro,

205-207, ITB, Bandung

Page 70: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

50

Page 71: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

51

Lampiran 1. Surat Keterangan Simplisia

Page 72: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

52

Lampiran 2. Gambar kromatogram hasil scanning λ maksimum

Hasil scanning λ maksimum dengan kadar asiatikosid 8,2 µg

Hasil scanning λ maksimum dengan kadar asiatikosid 26,65 µg

Hasil scanning λ maksimum dengan kadar asiatikosid 38,95 µg

Page 73: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

53

Lampiran 3. Data penetapan linearitas baku asiatikosid

Baku 1 ( g ) Baku 2 ( g ) Baku 3 ( g )

Berat gelas arloji kosong 13,6408 13,6601 13,3636

Berat gelas arloji + zat 13,6615 13,6811 13,3848

Berat gelas arloji + sisa 13,6414 13,6610 13,3647

Berat zat 0,0201 0,0201 0,0201

Konsentrasi baku asiatikosid = =

Konsentrasi asiatikosid dalam tiap totolan ( 1 µl ) = 4,02 µg.

Baku yang digunakan TECA. TECA mengandung asiatikosid (41,68%) dan asam

asiatikat-asam madekasat (61,96%).

Asiatikosid dalam baku TECA x µg

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Massa (µg) AUC Massa (µg) AUC Massa (µg) AUC

1,6755 6937,2 1,6755 5548,1 1,6755 7665,7

3,3510 19903,5 3,3510 14265,9 3,3510 19172,4

6,7020 35299,1 6,7020 34195,5 6,7020 38322,3

10,0530 54146,4 10,0530 46862,5 10,0530 57371,1

13,4040 65866,8 13,4040 59689,6 13,4040 73562,2

A = 1254,2170 A = -565,0859 A = -275,3915

B = 4998,7044 B = 4643,5898 B = 5612,2737

r = 0,995 r = 0,995 r = 0,999

Page 74: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

54

Lampiran 4. Data penimbangan penetapan presisi asiatikosid

Baku 1 ( g ) Baku 2 ( g ) Baku 3 ( g )

Berat gelas arloji kosong 13,64081 13,65080 13,62927

Berat gelas arloji + zat 13,66080 13,67091 13,64929

Berat gelas arloji + sisa 13,64081 13,65092 13,62927

Berat zat 0,01999 0,01999 0,02002

Konsentrasi baku asiatikosid 1 = =

Konsentrasi baku asiatikosid 2 = =

Konsentrasi baku asiatikosid 3 = =

Perhitungan asiatikosid dalam TECA :

Asiatikosid dalam baku 1 1,6664 µg

Asiatikosid dalam baku 2 1,6664 µg

Asiatikosid dalam baku 3 1,6689 µg

Page 75: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

55

Lampiran 5. Data presisi asiatikosid

Jumlah Totolan ( µl ) Massa ( µg ) AUC

1 1,6664 6912,5

2 3,3328 10612,3

4 6,6656 18630

6 9,9984 24042,2

8 13,3312 28086,4

10 16,6640 33866,3

12 19,9968 42038

A = 4809,5311

B = 1821,5144

r = 0,996

Persamaan kurva baku : y = 1821,5144 x + 4809,5311

Keterangan AUC Massa ( µg )

Baku 1 ( 1 µl ) 6721,2 1,0495

Baku 2 ( 1 µl ) 6766,2 1,0742

Baku 3 ( 1 µl ) 6734,4 1,0567

Rerata massa = 1,0601 µg

SD = 0,0127

CV = 1,1983 %

Page 76: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

56

Lampiran 6. Gambar kromatogram asiatikosid pada penetapan kadar

asiatikosid herba gegagan

Keterangan :

1 : baku asiatikosid 1 (1 µl)2 : baku asiatikosid 2 (2 µl)3 : baku asiatikosid 3 (4 µl)4 : baku asiatikosid 4 (6 µl)5 : baku asiatikosid 5 (8 µl)6 : baku asiatikosid 6 (10 µl)7 : baku asiatikosid 7 (12 µl)9 : sampel etanol : air = 0 : 5011 : sampel etanol : air = 12,5 : 37,512 : sampel etanol : air = 25 : 2513 : sampel etanol : air = 37,5 : 12,514 : sampel etanol : air = 50 : 0

Page 77: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

57

Lampiran 7. Hasil pengukuran kadar asiatikosid herba gegagan dengan proses

maserasi pada suhu 30°C

Replikasi 1

Keterangan Jumlah totolan (µl) Massa (µg) AUC

Baku 1 1 4,1 20096,2

Baku 2 2 8,2 43508,1

Baku 3 4 16,4 70496,8

Baku 4 6 24,6 93275,0

Baku 5 8 32,8 116025,5

Baku 6 10 41 132265,4

Baku 7 12 49,2 151642,8

A = 18608,0246

B = 2819,3626

r = 0,9917

Persamaan kurva baku

y = 2819,3626x + 18608,0246

Formula Jumlah totolan (µl) AUC Kadar asiatikosid

1 1 65726,2 16,7124 (µg/ul)

2 2 51485,3 11,6612 (µg/2 ul)

3 2 26662,7 2,8570 (µg/2 ul)

4 4 26367,2 2,7521 (µg/4 ul)

5 4 29833,8 3,9817 (µg/4 ul)

Page 78: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

58

Replikasi 2

Keterangan Jumlah totolan (µl) Massa (µg) AUC

Baku 1 1 4,1 15680,6

Baku 2 2 8,2 36364,3

Baku 3 4 16,4 77130,0

Baku 4 6 24,6 101048,8

Baku 5 8 32,8 127088,0

Baku 6 10 41 147791,4

Baku 7 12 49,2 166970,2

A = 12383,8687

B = 3320,3983

r = 0,9899

Persamaan kurva baku

y = 3320,3983x + 12383,8687

Formula Jumlah totolan (µl) AUC Kadar asiatikosid

1 1 79699,9 20,2735 (µg/ul)

2 2 73857,2 18,5138 (µg/2 ul)

3 2 50533,8 11,4896 (µg/2 ul)

4 4 22661,3 3,0952 (µg/4 ul)

5 4 17057,6 1,4076 (µg/4 ul)

Page 79: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

59

Replikasi 3

Keterangan Jumlah totolan (µl) Massa (µg) AUC

Baku 1 1 4,02 9013,9

Baku 2 2 8,04 21426,3

Baku 3 4 16,08 39499,9

Baku 4 6 24,12 51832,4

Baku 5 8 32,16 61085,6

Baku 6 10 40,20 72675,6

Baku 7 12 48,24 78483,8

A = 9567,9898

B = 1544,7852

r = 0,9833

Persamaan kurva baku

y = 1544,7852x + 9557,9898

Formula Jumlah totolan (µl) AUC Kadar asiatikosid

1 1 71482,5 40,0797 (µg/ul)

2 2 75790,2 42,8682 (µg/2 ul)

3 2 74246,6 41,8690 (µg/2 ul)

4 8 26590,3 11,0192 (µg/8 ul)

5 8 20778,6 7,2571 (µg/8 ul)

Page 80: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

60

Lampiran 8. Hasil pengukuran kadar asiatikosid herba gegagan dengan proses

maserasi pada suhu 40°C

Replikasi 1

Keterangan Jumlah totolan (µl) Massa (µg) AUC

Baku 1 1 4,1 12224,9

Baku 2 2 8,2 22793,6

Baku 3 4 16,4 44982,2

Baku 4 6 24,6 62697,3

Baku 5 8 32,8 75002,7

Baku 6 10 41 78764,6

Baku 7 12 49,2 101059,8

A = 9764,9346

B = 1867,8194

r = 0,9855

Persamaan kurva baku

y = 1867,8194x + 9764,9346

Formula Jumlah totolan (µl) AUC Kadar asiatikosid

1 1 44714,0 18,7208 (µg/ul)

2 2 80747,4 38,0125 (µg/2 ul)

3 2 71979,3 33,3182 (µg/2 ul)

4 4 18340,4 4,6008 (µg/4 ul)

5 4 27772,5 9,6506 (µg/4 ul)

Page 81: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

61

Replikasi 2

Keterangan Jumlah totolan (µl) Massa (µg) AUC

Baku 1 1 4,1 14420,8

Baku 2 2 8,2 30761,4

Baku 3 4 16,4 56974,6

Baku 4 6 24,6 77162,5

Baku 5 8 32,8 95179,0

Baku 6 10 41 107089,0

Baku 7 12 49,2 116316,3

A = 14097,2042

B = 2264,4536

r = 0,9831

Persamaan kurva baku

y = 2264,4536x + 14097,2042

Formula Jumlah totolan (µl) AUC Kadar asiatikosid

1 1 33944,5 8,7647 (µg/ul)

2 2 91939,8 34,3759 (µg/2 ul)

3 2 37259,4 10,2286 (µg/2 ul)

4 4 24198,5 4,4608 (µg/4 ul)

5 4 51867,0 16,6794 (µg/4 ul)

Page 82: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

62

Replikasi 3

Keterangan Jumlah totolan (µl) Massa (µg) AUC

Baku 1 1 4,02 10688,0

Baku 2 2 8,04 22210,8

Baku 3 4 16,08 41661,1

Baku 4 6 24,12 54343,7

Baku 5 8 32,16 67153,8

Baku 6 10 40,20 81985,4

Baku 7 12 48,24 93992,9

A = 7623,1846

B = 1843,5347

r = 0,9955

Persamaan kurva baku

y = 1843,5347x + 7623,1846

Formula Jumlah totolan (µl) AUC Kadar asiatikosid

1 1 33167,8 13,8563 (µg/ul)

2 2 57289,6 26,9409 (µg/2 ul)

3 2 36436,2 15,6292 (µg/2 ul)

4 4 26989,5 10,5050 (µg/4 ul)

5 4 14561,5 3,7636 (µg/4 ul)

Page 83: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

63

Lampiran 9. Hasil pengukuran kadar asiatikosid herba gegagan dengan proses

maserasi pada suhu 50°C

Replikasi 1

Keterangan Jumlah totolan (µl) Massa (µg) AUC

Baku 1 1 4,02 6937,2

Baku 2 2 8,04 19903,5

Baku 3 4 16,08 35299,1

Baku 4 6 24,12 54146,4

Baku 5 8 32,16 65866,8

Baku 6 10 40,20 77948,4

Baku 7 12 48,24 89008,0

A = 4631,1541

B = 1832,0683

r = 0,9930

Persamaan kurva baku

y = 1832,0683x + 4631,1541

Formula Jumlah totolan (µl) AUC Kadar asiatikosid

1 1 25912,8 11,6162 (µg/ul)

2 2 54037,6 26,9676 (µg/2 ul)

3 2 36551,1 17,4229 (µg/2 ul)

4 4 23244,8 10,1599 (µg/4 ul)

5 4 13086,1 4,6150 (µg/4 ul)

Page 84: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

64

Replikasi 2

Keterangan Jumlah totolan (µl) Massa (µg) AUC

Baku 1 1 4,02 5548,1

Baku 2 2 8,04 14265,9

Baku 3 4 16,08 34195,5

Baku 4 6 24,12 46862,5

Baku 5 8 32,16 59689,6

Baku 6 10 40,20 66264,5

Baku 7 12 48,24 74478,0

A = 4363,7456

B = 1566,3420

r = 0,9838

Persamaan kurva baku

y = 1566,3420x + 4363,7456

Formula Jumlah totolan (µl) AUC Kadar asiatikosid

1 1 29193,4 15,8520 (µg/ul)

2 2 55948,0 32,9329 (µg/2 ul)

3 2 37653,0 21,2529 (µg/2 ul)

4 4 19942,6 9,9460 (µg/4 ul)

5 4 9747,7 3,4373 (µg/4 ul)

Page 85: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

65

Replikasi 3

Keterangan Jumlah totolan (µl) Massa (µg) AUC

Baku 1 1 4,02 7665,7

Baku 2 2 8,04 19172,4

Baku 3 4 16,08 38322,3

Baku 4 6 24,12 57371,1

Baku 5 8 32,16 73562,2

Baku 6 10 40,20 84457,0

Baku 7 12 48,24 97678,0

A = 3764,9997

B = 2035,5993

r = 0,9940

Persamaan kurva baku

y = 2035,5993x + 3764,9997

Formula Jumlah totolan (µl) AUC Kadar asiatikosid

1 1 48506,3 21,9794 (µg/ul)

2 2 62655,4 28,9302 (µg/2 ul)

3 2 42814,3 19,1832 (µg/2 ul)

4 4 20833,1 8,3848 (µg/4 ul)

5 4 13084,7 4,5784 (µg/4 ul)

Page 86: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

66

Lampiran 10. Data kadar asiatikosid (µg/1 µg ekstrak) dengan proses maserasipada suhu 30°C

Replikasi 1

SampelKonsentrasi

ekstrakKadar tiap µl

Kadar (µg/µgekstrak)

Kadar (µg/1 µgekstrak)

1 0.1012 / 1 ml 16.7124 16.7124 / 101.2 0.1651

2 0.0993 / 1 ml 11.6612 11.6612 / 198.6 0.0587

3 0.0990 / 1 ml 2.8570 2.8570 / 198 0.0144

4 0.1034 / 1 ml 2.7521 2.7521 / 413.6 0.006654

5 0.1025 / 1 ml 3.9817 3.9817 / 410 0.0097115

Replikasi 2

SampelKonsentrasi

ekstrakKadar tiap µl

Kadar (µg/µgekstrak)

Kadar (µg/1 µgekstrak)

1 0.1003 / 1 ml 20.2735 20.2735/100.3 0.2021

2 0.0881 / 1 ml 18.5138 18.5138/176.2 0.1051

3 0.1009 / 1 ml 11.4896 11.4896/201.8 0.0569

4 0.0901 / 1 ml 3.0952 3.0952/360.4 0.0085882

5 0.0969 / 1 ml 1.4076 1.4076/387.6 0.0036316

Replikasi 3

SampelKonsentrasi

ekstrakKadar tiap µl

Kadar (µg/µgekstrak)

Kadar (µg/1 µgekstrak)

1 0.102/ 1 ml 40.0797 40.0797/102 0.3929

2 0.1012/1 ml 42.8682 42.8682/202.4 0.2118

3 0.1008/1 ml 41.869 41.8690/201.6 0.2077

4 0.1016/1 ml 11.0192 11.0192/812.8 0.0136

5 0.1001/1 ml 7.2571 7.2571/800.8 0.0090623

Page 87: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

67

Lampiran 11. Data kadar asiatikosid (µg/1 µg ekstrak) dengan proses maserasipada suhu 40°C

Replikasi 1

SampelKonsentrasi

ekstrakKadar tiap µl

Kadar (µg/µgekstrak)

Kadar (µg/1 µgekstrak)

1 0.1018/ 1 ml 18.7208 18.7280/101.8 0.184

2 0.1001/ 1 ml 38.0125 38.0125/200.2 0.1899

3 0.1062/ 1 ml 33.3182 33.3182/212.4 0.1596

4 0.1066/ 1 ml 4.6008 4.6008/426.4 0.0108

5 0.1186/ 1 ml 9.6506 9.6506/474.4 0.0203

Replikasi 2

SampelKonsentrasi

ekstrakKadar tiap µl

Kadar (µg/µgekstrak)

Kadar (µg/1 µgekstrak)

1 0.1017/ 1 ml 8.7647 9.7647/101.7 0.0862

2 0.1000/ 1 ml 34.3759 34.3759/200 0.1719

3 0.1052/ 1 ml 10.2286 10.2286/210.4 0.0486

4 0.1067/ 1 ml 4.4608 4.4608/426.8 0.0104

5 0.1099/ 1 ml 16.6794 16.6794/439.6 0.0379

Replikasi 3

SampelKonsentrasi

ekstrakKadar tiap µl

Kadar (µg/µgekstrak)

Kadar (µg/1 µgekstrak)

1 0.1008/ 1 ml 13.8563 13.8563/100.8 0.1375

2 0.1032/ 1 ml 26.9409 26.9409/206.4 0.1305

3 0.1001/ 1 ml 15.6292 15.6292/200.2 0.0781

4 0.1011/ 1 ml 10.5052 10.5052/404.4 0.026

5 0.1121/ 1 ml 3.7636 3.7636/448.4 0.008394

Page 88: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

68

Lampiran 12. Data kadar asiatikosid (µg/1 µg ekstrak) dengan proses maserasipada suhu 50°C

Replikasi1

SampelKonsentrasi

ekstrakKadar tiap µl

Kadar (µg/µgekstrak)

Kadar (µg/1 µgekstrak)

1 0.1021/ 1 ml 11.6162 11.6162/102.1 0.1138

2 0.1002/ 1 ml 26.9676 26.9676/200.4 0.1346

3 0.0982/ 1 ml 17.4229 17.4229/196.4 0.0887

4 0.1005/ 1 ml 10.1599 10.1599/402 0.0253

5 0.1029/ 1 ml 4.615 4.6150/411.6 0.0112

Replikasi 2

SampelKonsentrasi

ekstrakKadar tiap µl

Kadar (µg/µgekstrak)

Kadar (µg/1 µgekstrak)

1 0.1019/ 1 ml 15.852 15.8520/101.9 0.1556

2 0.1004/ 1 ml 32.9329 32.9329/200.8 0.164

3 0.1020/ 1 ml 21.2529 21.2529/204 0.1042

4 0.1020/ 1 ml 9.946 9.9460/408 0.0244

5 0.1001/ 1 ml 3.4373 3.4373/400.4 0.0085847

Replikasi 3

SampelKonsentrasi

ekstrakKadar tiap µl

Kadar (µg/µgekstrak)

Kadar (µg/1 µgekstrak)

1 0.1019/ 1 ml 21.9794 21.9794/101.9 0.2157

2 0.1014/ 1 ml 28.9302 28.9302/202.8 0.1427

3 0.9990/ 1 ml 19.1832 19.1832/199.8 0.096

4 0.1011/ 1 ml 8.3848 8.3848/404.4 0.0207

5 0.1000/ 1 ml 4.5784 4.5784/400 0.0114

Page 89: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

69

Lampiran 13. One-way analysis of variance (Anova)

Tests of Normality

suhu

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kadar 30 .208 5 .200*

.895 5 .381

40 .233 5 .200*

.899 5 .406

50 .223 5 .200*

.887 5 .341

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

H1 = Mean a, b, dan c berbeda

H0 = Mean a, b, dan c tidak berbeda

Keterangan :

a : rata-rata kadar asiatikosid hasil maserasi pada suhu 30°C

b : rata-rata kadar asiatikosid hasil maserasi pada suhu 40°C

c : rata-rata kadar asiatikosid hasil maserasi pada suhu 50°C

Xa Xb Xc Xa2 Xb2 Xc2

0,2534 0,1359 0,1617 0,0642 0,0185 0,0261

0,1252 0,1641 0,1471 0,0157 0,0269 0,0216

0,0930 0,0945 0,0963 0,0086 8,9302x10-3 9,2737x10-3

0,0096 0,0157 0,0235 9,2431x10-5 2,4649x10-4 5,5225x10-4

0,0075 0,0222 0,0104 5,5778x10-5 4,9284x10-4 1,0816x10-4

∑ 0,4887 0,4324 0,4390 0,0887 0,0551 0,0576

Rata-rata

0,0977 0,0865 0,0878

Page 90: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

70

Grand total = 1,3601

C

Total Sum of Squares = (∑ Xa2 + Xb2 + Xc2) - C

= 0,2014 – 0,1233

= 0,0781

Sum of Square Between Means

- C

= (0,0478 + 0,0374 + 0,0385) – 0,1233

= 0,0004

Residual = 0,0782 – 0,0004 = 0,0777

Sources of

Error

SS dF MS Fhitung Ftabel

Between 0,0004 2 2x10-4

0,030 3,68Within 0,0777 12 6,475x10-3

Total 0,0781 14

Fhitung < Ftabel → H0 diterima. Jadi, mean a, b, dan c tidak berbeda.

Page 91: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

71

Lampiran 14. Perhitungan persamaan Simplex Lattice Design

Persamaan umum :

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

Y : respon (hasil) percobaan

X1 : proporsi etanol 96%

X2 : proporsi air

a, b, ab : koefisien yang dihitung dari percobaan

Formula 1 2 3 4 5

Etanol 96% (X1) 100 75 50 25 0

Air (X2) 0 25 50 75 100

Persamaan SLD kadar asiatikosid ekstrak herba pegagan pada maserasi dengan

suhu 30°C

Formula 1

X1 = 1 X2 = 0

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

0,2534 = a.1 + b.0 + ab.1.0

0,2534 = a

Formula 5

X1 = 0 X2 = 1

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

0,0075 = a.0 + b.1 + ab.0.1

0,0075 = b

Page 92: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

72

Formula 3

X1 = 0,5 X2 = 0,5

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

0,0930 = 0,2534.0,5 + 0,0075.0,5 + ab.0,5.0,5

0,0930 = 0,1305 + 0,25 ab

-0,0375= 0,25 ab

-0,15 = ab

Persamaan yang diperoleh

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

Y = 0,2534 (X1) + 0,0075 (X2) – 0,15 (X1)(X2)

Formula 2

X1 = 0,75 X2 = 0,25

Y = 0,2534 (X1) + 0,0075 (X2) – 0,15 (X1)(X2)

Y = 0,2534 (0,75) + 0,0075 (0,25) – 0,15 (0,75)(0,25)

Y = 0,1638

Formula 4

X1 = 0,25 X2 = 0,75

Y = 0,2534 (X1) + 0,0075 (X2) – 0,15 (X1)(X2)

Y = 0,2534 (0,25) + 0,0075 (0,75) – 0,15 (0,25)(0,75)

Y = 0,0409

Page 93: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

73

Persamaan SLD kadar asiatikosid ekstrak herba pegagan pada maserasi dengan

suhu 40°C

Formula 1

X1 = 1 X2 = 0

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

0,1359 = a.1 + b.0 + ab.1.0

0,1359 = a

Formula 5

X1 = 0 X2 = 1

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

0,0222 = a.0 + b.1 + ab.0.1

0,0222 = b

Formula 3

X1 = 0,5 X2 = 0,5

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

0,0945 =0,1359.0,5 + 0,0222.0,5 + ab.0,5.0,5

0,0945 = 0,0791 + 0,25 ab

0,0154 = 0,25 ab

0,0616 = ab

Persamaan yang diperoleh

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

Y = 0,1359 (X1) + 0,0222 (X2) + 0,0616 (X1)(X2)

Page 94: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

74

Formula 2

X1 = 0,75 X2 = 0,25

Y = 0,1359 (X1) + 0,0222 (X2) + 0,0616 (X1)(X2)

Y = 0,1359 (0,75) + 0,0222 (0,25) + 0,0616 (0,75)(0,25)

Y = 0,1190

Formula 4

X1 = 0,25 X2 = 0,75

Y = 0,1359 (X1) + 0,0222 (X2) + 0,0616 (X1)(X2)

Y = 0,1359 (0,25) + 0,0222 (0,75) + 0,0616 (0,25)(0,75)

Y = 0,0622

Persamaan SLD kadar asiatikosid ekstrak herba pegagan pada maserasi dengan

suhu 50°C

Formula 1

X1 = 1 X2 = 0

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

0,1617 = a.1 + b.0 + ab.1.0

0,1617 = a

Formula 5

X1 = 0 X2 = 1

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

0,0104 = a.0 + b.1 + ab.0.1

0,0104 = b

Page 95: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

75

Formula 3

X1 = 0,5 X2 = 0,5

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

0,0963 = 0,1617.0,5 + 0,0104.0,5 + ab.0,5.0,5

0,0963 = 0,0861 + 0,25 ab

0,0102 = 0,25 ab

0,0408 = ab

Persamaan yang diperoleh

Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)

Y = 0,1617 (X1) + 0,0104 (X2) + 0,0408 (X1)(X2)

Formula 2

X1 = 0,75 X2 = 0,25

Y = 0,1617 (X1) + 0,0104 (X2) + 0,0408 (X1)(X2)

Y = 0,1617 (0,75) + 0,0104 (0,25) + 0,0408 (0,75)(0,25)

Y = 0,1315

Formula 4

X1 = 0,25 X2 = 0,75

Y = 0,1617 (X1) + 0,0104 (X2) + 0,0408 (X1)(X2)

Y = 0,1617 (0,25) + 0,0104 (0,75) + 0,0408 (0,25)(0,75)

Y = 0,0559

Page 96: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

76

Lampiran 15. Penentuan validitas persamaan Simplex Lattice Design

Persamaan suhu 30°C

Persamaan Y = 0,2534 (X1) + 0,0075 (X2) – 0,15 (X1)(X2)

Hipotesis :

H1 : Persamaan valid

H0 : Persamaan tidak valid

H0 ditolak jika F hitung > F tabel

F tabel (2,12) : 3,89

yij (yij)2 y y2

Formula 1 0.1651 0.0273 0.2534 0.0642

0.2021 0.0408 0.2534 0.0642

0.3929 0.1544 0.2534 0.0642

Formula 3 0.0144 0.0002 0.0930 0.0086

0.0569 0.0032 0.0930 0.0086

0.2077 0.0431 0.0930 0.0086

Formula 5 0.0097 0.0001 0.0075 0.0001

0.0036 0.0000 0.0075 0.0001

0.0091 0.0001 0.0075 0.0001

Formula 2 0.0587 0.0034 0.1638 0.0268

0.1051 0.0110 0.1638 0.0268

0.2118 0.0449 0.1638 0.0268

Formula 4 0.0067 0.0000 0.0409 0.0017

0.0086 0.0001 0.0409 0.0017

0.0136 0.0002 0.0409 0.0017

∑ 1.4659 0.3289 1.6757 0.3042

Page 97: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

77

SSTotal 0,1856

SSRegresi 0,11703

SSResidual = SSTotal – SSRegresi = 0,0686

Mean of Square Regresi 0,0585

Mean of Square Residual 0,0057

F hitung 10,2351

F hitung > F tabel jadi H0 ditolak, berarti persamaan valid.

Persamaan Suhu 40°C

Persamaan Y = 0,1359 (X1) + 0,0222 (X2) + 0,0616 (X1)(X2)

Hipotesis :

H1 : Persamaan valid

H0 : Persamaan tidak valid

H0 ditolak jika F hitung > F tabel

F tabel (2,12) : 3,89

Page 98: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

78

yij (yij)2 y y2

Formula 1 0.1840 0.0339 0.1359 0.0185

0.0862 0.0074 0.1359 0.0185

0.1375 0.0189 0.1359 0.0185

Formula 3 0.1569 0.0246 0.0945 0.0089

0.0486 0.0024 0.0945 0.0089

0.0781 0.0061 0.0945 0.0089

Formula 5 0.0203 0.0004 0.0222 0.0005

0.0379 0.0014 0.0222 0.0005

0.0084 0.0001 0.0222 0.0005

Formula 2 0.1899 0.0361 0.1190 0.0142

0.1719 0.0295 0.1190 0.0142

0.1305 0.0170 0.1190 0.0142

Formula 4 0.0108 0.0001 0.0622 0.0039

0.0104 0.0001 0.0622 0.0039

0.0260 0.0007 0.0622 0.0039

∑ 1.2974 0.1787 1.3014 0.1378

SSTotal 0,0065

SSRegresi 0,024868

SSResidual = SSTotal – SSRegresi = 0,0417

Mean of Square Regresi 0,0124

Mean of Square Residual 0,0035

F hitung 3,5824

F hitung < F tabel jadi H0 diterima, berarti persamaan tidak valid.

Page 99: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

79

Persamaan suhu 50°C

Persamaan Y = 0,1617 (X1) + 0,0104 (X2) + 0,0408 (X1)(X2)

Hipotesis :

H1 : Persamaan valid

H0 : Persamaan tidak valid

H0 ditolak jika F hitung > F tabel

F tabel (2,12) : 3,89

yij (yij)2 y y2

Formula 1 0.1138 0.0130 0.1617 0.0261

0.1556 0.0242 0.1617 0.0261

0.2157 0.0465 0.1617 0.0261

Formula 3 0.0887 0.0079 0.0963 0.0093

0.1042 0.0109 0.0963 0.0093

0.0960 0.0092 0.0963 0.0093

Formula 5 0.0112 0.0001 0.0104 0.0001

0.0086 0.0001 0.0104 0.0001

0.0114 0.0001 0.0104 0.0001

Formula 2 0.1346 0.0181 0.1315 0.0173

0.1640 0.0269 0.1315 0.0173

0.1427 0.0204 0.1315 0.0173

Formula 4 0.0253 0.0006 0.0559 0.0031

0.0244 0.0006 0.0559 0.0031

0.0207 0.0004 0.0559 0.0031

∑ 1.3169 0.1790 1.3674 0.1678

SSTotal 0,0634

SSRegresi 0,043185

SSResidual = SSTotal – SSRegresi = 0,0202

Page 100: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

80

Mean of Square Regresi 0,0216

Mean of Square Residual 0,0017

F hitung 12,8261

F hitung > F tabel jadi H0 ditolak, berarti persamaan valid

Page 101: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

81

Lampiran 16. Penetapan susut pengeringan ekstrak herba pegagan

Repli-kasi

Jamke-

Bobotbotol

timbang(g)

Bobot botoltimbang &

ekstrak awal(g)

Bobotekstrak

awal(g)

Bobot botoltimbang &

ekstrakkering (g)

Bobotekstrakkering

(g)

Susutpenge-ringan

(%)

1

0 19.5307 20.5793 1.0486

4.67295 19.5307 20.5793 1.0486 20.5353 1.0046

6 19.5307 20.5793 1.0486 20.5322 1.0015

7 19.5307 20.5793 1.0486 20.5306 0.9999

8 19.5307 20.5793 1.0486 20.5303 0.9996

2

0 17.6237 18.6287 1.0050

4.83585 17.6237 18.6287 1.0050 18.5845 0.9608

6 17.6237 18.6287 1.0050 18.5819 0.9582

7 17.6237 18.6287 1.0050 18.5805 0.9568

8 17.6237 18.6287 1.0050 18.5801 0.9564

3

0 18.5443 19.5544 1.0101

4.79165 18.5443 19.5544 1.0101 19.5116 0.9673

6 18.5443 19.5544 1.0101 19.5087 0.9644

7 18.5443 19.5544 1.0101 19.5064 0.9621

8 18.5443 19.5544 1.0101 19.5060 0.9617

Rata – rata susut pengeringan : 4,7667 % ± 0,0842

Page 102: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

82

Lampiran 17. Penetapan kadar abu ekstrak pegagan

Repli-kasi

Jamke-

Bobotkrus (g)

Bobot krus& ekstrakawal (g)

Bobotekstrakawal (g)

Bobotkrus &abu (g)

Bobotabu(g)

Kadarabu (%)

1

0 35.8655 37.9618 2.0963

6.8836

5 35.8655 37.9618 2.0963 36.0425 0.1770

6 35.8655 37.9618 2.0963 36.0418 0.1763

7 35.8655 37.9618 2.0963 36.0417 0.1762

8 35.8655 37.9618 2.0963 36.0248 0.1593

9 35.8655 37.9618 2.0963 36.0243 0.1588

10 35.8655 37.9618 2.0963 36.0263 0.1608

11 35.8655 37.9618 2.0963 36.0289 0.1634

12 35.8655 37.9618 2.0963 36.0285 0.1630

13 35.8655 37.9618 2.0963 36.0152 0.1497

14 35.8655 37.9618 2.0963 36.0157 0.1502

15 35.8655 37.9618 2.0963 36.0155 0.1500

16 35.8655 37.9618 2.0963 36.0170 0.1515

17 35.8655 37.9618 2.0963 36.0126 0.1471

18 35.8655 37.9618 2.0963 36.0130 0.1475

19 35.8655 37.9618 2.0963 36.0152 0.1497

20 35.8655 37.9618 2.0963 36.0121 0.1466

21 35.8655 37.9618 2.0963 36.0143 0.1488

22 35.8655 37.9618 2.0963 36.0148 0.1493

23 35.8655 37.9618 2.0963 36.0111 0.1456

24 35.8655 37.9618 2.0963 36.0098 0.1443

25 35.8655 37.9618 2.0963 36.0098 0.1443

2

0 34.3701 36.4779 2.1078

7.0689

5 34.3701 36.4779 2.1078 34.5222 0.1521

6 34.3701 36.4779 2.1078 34.5220 0.1519

7 34.3701 36.4779 2.1078 34.5210 0.1509

8 34.3701 36.4779 2.1078 34.5139 0.1438

9 34.3701 36.4779 2.1078 34.5162 0.1461

10 34.3701 36.4779 2.1078 34.5195 0.1494

11 34.3701 36.4779 2.1078 34.5191 0.1490

12 34.3701 36.4779 2.1078 34.5191 0.1490

Page 103: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

83

Repli-kasi

Jamke-

Bobotkrus (g)

Bobot krus& ekstrakawal (g)

Bobotekstrakawal (g)

Bobotkrus &abu (g)

Bobotabu(g)

Kadarabu (%)

3

0 36.7646 38.8243 2.0597

6.0931

5 36.7646 38.8243 2.0597 36.9114 0.1468

6 36.7646 38.8243 2.0597 36.9107 0.1461

7 36.7646 38.8243 2.0597 36.9121 0.1475

8 36.7646 38.8243 2.0597 36.8892 0.1246

9 36.7646 38.8243 2.0597 36.8893 0.1247

10 36.7646 38.8243 2.0597 36.8890 0.1244

11 36.7646 38.8243 2.0597 36.8901 0.1255

12 36.7646 38.8243 2.0597 36.8901 0.1255

13 36.7646 38.8243 2.0597 36.8901 0.1255

Rata – rata kadar abu : 6,6819 % ± 0,5182

Page 104: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

84

Lampiran 18. Foto serbuk dan ekstrak

Serbuk herba pegagan

Ekstrak herba pegagan dengan penyari etanol 96% (maserasi pada suhu 30°C)

Page 105: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

85

Lampiran 21. Foto alat

Shaker inkubator

Densitometer

Page 106: OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES … filei optimasi komposisi etanol dan air dalam proses maserasi herba pegagan (centella asiatica [l.] urban) dengan aplikasi simplex

86

Biografi Penulis

Penulis yang bernama lengkap Laurensia Utami Susanti, lahir

di Magelang pada tanggal 20 Desember 1987 adalah anak

ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak F.X. Sarkum dan

Ibu M. Th. Widi Astuti. Penulis menyelesaikan pendidikan di

TK Pius X Magelang pada tahun 1992-1994, SD Tarakanita

Magelang tahun 1994-2000, SLTP Tarakanita Magelang pada

tahun 2000-2003, dan dilanjutkan di SMA Stella Duce 1

Yogyakarta pada tahun 2003-2006. Selepas SMA penulis

masuk ke Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan

menyelesaikan studinya sampai tahun 2010. Selama kuliah, penulis pernah menjadi

asisten Praktikum Farmasi Fisika dan asisten Praktikum Formulasi dan Teknologi

Sediaan Solid. Selain itu, penulis aktif dalam bidang keorganisasian yaitu BEMF

Farmasi periode 2007-2008 (Staff Divisi Kesejahteraan Mahasiswa) dan Paduan

Suara Mahasiswa ’Cantus Firmus’ periode 2008 (Sekretaris). Berbagai kepanitian

yang diikuti penulis antara lain : Inisiasi Fakultas Farmasi TITRASI 2007 (Sie

Acara), Inisiasi Fakultas Farmasi TITRASI 2008 (Ketua I), Pelepasan Wisuda 2008

(MC), Sarasehan Hari Bumi 2008 (MC), Dies Natalis Fakultas Farmasi USD XIII

2008 (MC), Seminar Nasional POKJANAS TOI XXXVI 2009 (MC). Penulis juga

berperan serta dalam Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Farmasi USD (2007)

dan Program Kreativitas Mahasiswa USD (2009).