OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari...

67
OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN OLEIC ACID SEBAGAI MINYAK PEMBAWA TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : MEYLANA INTAN WARDHANI NIM. M3513033 DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Transcript of OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari...

Page 1: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING

DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN

SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN OLEIC ACID

SEBAGAI MINYAK PEMBAWA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Oleh :

MEYLANA INTAN WARDHANI

NIM. M3513033

DIPLOMA 3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

Page 2: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

i

 

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING

DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN

SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN OLEIC ACID

SEBAGAI MINYAK PEMBAWA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Oleh :

Oleh :

MEYLANA INTAN WARDHANI

NIM. M3513033

DIPLOMA 3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

Page 3: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

ii

 

Page 4: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

iii

 

Page 5: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

iv

 

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN OLEIC ACID

SEBAGAI MINYAK PEMBAWA

Meylana Intan Wardhani

Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

INTISARI Daun salam dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penyedap makanan dan

mempunyai khasiat sebagai obat. Akan tetapi ekstrak daun salam memiliki kelarutan yang rendah dan berakibat pada bioavailabilitas oral yang kurang maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi kelarutan ekstrak daun salam dengan dibuat dalam sediaan Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS).

Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental dilakukan dengan mengekstraksi daun salam dengan metode maserasi menggunakan pelarut kloroform. Kemudian dilakukan optimasi formulasi antara komposisi surfaktan, kosurfaktan dan minyak pembawa untuk memperoleh formula sediaan SNEDDS yang homogen. Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya untuk memilih sediaan yang terbaik. Setelah itu dilakukan beberapa uji terhadap formula yang optimal untuk mengetahui kualitasnya. Serangkaian uji tersebut meliputi penghitungan emulsification time, pengamatan ukuran dan distribusi ukuran partikel, potensial zeta serta morfologi nanoemulsi.

Hasil sediaan SNEDDS yang optimal memiliki perbandingan Tween 20 (surfaktan) : Propylene glycol (kosurfaktan) = 1 : 1 yang kemudian dicampur dengan Oleic Acid sebagai minyak pembawa dengan perbandingan 20 (surfaktan) : Propilen glikol (kosurfaktan) : Oleic Acid = 2,25 : 2,25 : 0,5. Sediaan tersebut memiliki nilai transmitan sebesar 83,81% dengan emulsification time kurang dari 5 menit. Sediaan SNEDDS tersebut dapat membentuk nanoemulsi dalam air dengan ukuran partikel sebesar 165,5 nm dan distribusi ukurannya cukup baik yaitu 0,198 tetesan dan potensial zeta sebesar -0,4 mV.

Kata kunci : Ekstrak kloroform daun salam, Oleic Acid, SNEDDS

Page 6: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

v

 

OPTIMATION FORMULA OF SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DOSAGE FROM CHLOROFORM

EXTRACT OF BAY LEAF (Syzygium polyanthum) WITH OLEIC ACID AS A CARRIER

Meylana Intan Wardhani

Diploma 3 Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science Sebelas Maret University

ABSTRACT Bay leaf used by the community as a flavoring of food and have efficacy as a drug. But the bay leaf extract has a low solubility and that can cause unmaximum oral bioavailability. The aim of this study is to overcome solubility of bay leaf extract which made by the preparation of Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). This research was an experimental methods which carried out by extracting the leaves with maceration method using chloroform as a solvent. Then do the optimization of the formulation of the composition of surfactant, cosurfactant and oil carrier to be obtain a homogeneous SNEDDS formula preparation. All of the homogeneous then being conducted by the observations of value transmitant to pick the best result. Then after done a several tests on the optimal formula continued by determine the quality. The series of the test includes by counting emulsification time, observations of the size and distribution of particle size, zeta potential and morphology of nanoemulsi. The results of SNEDDS optimal dosage had a ratio of Tween 20 (surfactant): Propylene glycol (cosurfactant) = 1: 1 which were then mixed with Oleic Acid as a carrier oil in the ratio of 20 (surfactant): Propylene glycol (cosurfactant) : Oleic Acid = 2.25 : 2.25 : 0.5. The result had a transmittance value of 83.81% with emulsification time less than 5 minutes. Preparations of the SNEDDS nanoemulsion could form in the water with a particle size within 165.5 nm and with distribution size that are good enough withins 0.198 droplet and zeta potential of -0.4 mV.

Keyword: Bay leaf chloroform extract, Oleic Acid, SNEDDS

Page 7: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

vi

 

 MOTTO

“Hidup berarti berjuang,

Hidup nikmat tanpa badai topan adalah laksana laut yang mati.” ( Senecka )

“Sesudah mengalami yang pahit sekali, baru kita dapat mencapai yang manis.”

( Pepatah Cina )

“Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikanya.”

(Anonim)

Page 8: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

vii

 

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdullillah, tugas akhir

ini penulis persembahkan untuk :

Kedua orang tua tercinta, Bapak Suwardi dan Ibu Sugiyanti yang selalu memberikan doa restunya dan dukungan baik secara moril maupun materil.

Adik Saya Ardhiyan Wahyu Anggawa

Dosen pembimbing Tugas Akhir saya Fea Prihapsara, S.Farm., M.Sc., Apt.

Dosen pembimbing akademik saya Sholichah Rohmani, S.Farm., M.Sc., Apt

Kedua partner terbaik saya Syahnidar Zuhra Nazila dan Atmim Nurona yang sudah membantu dalam pembuatan tugas akhir ini

Sahabat – sahabatku Augusta, Desi, Niky, Azik, July, Shinta, Sari atas doa dan dukungan serta bantuan yang telah diberikan selama ini.

Teman – teman D3 Farmasi angkatan 2013 atas dukungan dan kebersamaannya selama masa perkuliahan.

Page 9: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

viii

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

Optimasi Formula Sediaan SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery

System) dari Ekstrak Kloroform Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight)

Walp.) dengan Oleic Acid Sebagai Minyak Pembawa dengan baik dan lancar.

Penulisan tuga akhir ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh

gelar Ahli Madya Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorium menggunakan

ekstrak kloroform daun salam dan bertujuan untuk mengetahui komposisi

surfaktan, kosurfaktan dan Oleic Acid sebagai minyak pembawa dari SNEDDS

ekstrak daun salam yang memenuhi kriteria sebagai sediaan nanoemulsi.

Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan

dari berbagi pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh sebab itu

penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.

2. Estu Retnaningtyas Nugraheni S.TP.,M.Si selaku kepala progam studi D3

Farmasi FMIPA Universitas Sebelas Maret.

3. Sholichah Rohmani, S.Farm., M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing

akademik

4. Fea Prihapsara, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing tugas akhir.

5. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa restunya dan dukungan.

6. Teman-teman D3 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret angkatan 2013.

7. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan segala bantuan dan dukungannya.

Page 10: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

ix

 

Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan tugas

akhir ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Penulis berharap semoga

laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian pada khhususnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Surakarta, Juni 2016

Penulis

Page 11: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

x  

DAFTAR ISI halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii INTISARI ......................................................................................................... iv ABSTRACT ....................................................................................................... v HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 6 A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6

1. Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) ............................... 6 a. Deskripsi dan klasifikasi salam ................................................ 6 b. Kandungan kimia salam ........................................................... 7 c. Manfaat daun salam secara empiris ......................................... 8

2. Metode penyarian ........................................................................... 8 3. Nanoemulsi .................................................................................... 9 4. Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) .............. 11

a. Minyak ..................................................................................... 12 b. Surfaktan .................................................................................. 12 c. Kosurfaktan .............................................................................. 15

5. Oleic Acid (Asam Oleat) ............................................................... 16 B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 17 C. Hipotesis ............................................................................................... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 20 A. Metode Penelitian ................................................................................ 20 B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 20 C. Alat dan Bahan ..................................................................................... 21 D. Prosedur Penelitan ................................................................................ 21

1. Pembuatan ekstrak kloroform daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) ............................................................................... 21

2. Pembuatan nanoemulsi ekstrak kloroform daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) ........................................................... 22 a. Optimasi formula SNEDDS ..................................................... 22

1) Optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan ................. 22

Page 12: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

xi  

2) Optimasi komposisi minyak dengan surfaktan dan kosurfaktan ......................................................................... 23

b. Pemilihan formula SNEDDS ................................................... 23 c. Pengamatan emulsification time ............................................... 24 d. Karakterisasi tetesan nanoemulsi ............................................. 25 e. Uji visualisasi morfologi nanoemulsi...................................... 25

E. Variabel Penelitian ............................................................................... 25 1. Variabel bebas ................................................................................ 25 2. Variabel tergantung ........................................................................ 25 3. Variabel terkendali ......................................................................... 25

F. Analisis Data ........................................................................................ 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 27

A. Determinasi Tanaman .......................................................................... 27 B. Pembuatan Ekstrak Kloroform Daun Salam ........................................ 27 C. Pembuatan Nanoemulsi Ekstrak Kloroform Daun Salam .................... 28

1. Optimasi formula SNEDDS ........................................................... 28 a. Optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan ....................... 28 b. Optimasi komposisi minyak dengan surfaktan dan

kosurfaktan ............................................................................... 29 2. Pemilihan formula SNEDDS ......................................................... 31 3. Pengamatan emulsification time ..................................................... 32 4. Karakterisasi tetesan nanoemulsi ................................................... 33

a. Ukuran dan distribusi tetesan nanoemulsi ............................... 33 b. Potensial zeta tetesan nanoemulsi ............................................ 34

5. Uji visualisasi morfologi nanoemulsi............................................. 36 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 37

A. Kesimpulan .......................................................................................... 37 B. Saran ..................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39 LAMPIRAN ..................................................................................................... 43

Page 13: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

xii  

DAFTAR TABEL halaman

Tabel I. Rasio surfaktan dan kosurfaktan ................................................... 22 Tabel II. Formula Artificial Gastric Fluid (AGF) dan Artificial Intestinal

Fluid (AIF) .................................................................................... 24 Tabel III. Hasil optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan .................... 28 Tabel IV. Hasil optimasi komposisi minyak dengan surfaktan dan

kosurfaktan .................................................................................... 30 Tabel V. Hasil transmitansi komposisi surfaktan-kosurfaktan dan Oleic

Acid dengan perbandingan 4 : 1 .................................................... 31 Tabel VI. Hasil transmitansi komposisi surfaktan-kosurfaktan dan Oleic

Acid dengan perbandingan 9 : 1 .................................................... 32 Tabel VII. Hasil pengamatan emulsification time pada suhu 37 oC ................ 33 Tabel VIII. Ukuran dan nilai polydispersity index tetesan nanoemulsi ........... 34 Tabel IX. Potensial zeta tetesan nanoemulsi ................................................. 35

Page 14: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

xiii  

DAFTAR GAMBAR halaman

Gambar 1. Daun Salam .................................................................................... 6 Gambar 2. Struktur Tween 80 .......................................................................... 14 Gambar 3. Struktur Tween 20 .......................................................................... 14 Gambar 4. Struktur Propylene glycol............................................................... 15 Gambar 5. Struktur Polyethylene glycol 400 ................................................... 16 Gambar 6. Struktur Molekul Oleic Acid .......................................................... 16 Gambar 7. Hasil Transmission Electron Microscope (TEM) ......................... 36

Page 15: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

xiv  

DAFTAR LAMPIRAN halaman

Lampiran 1. Determinasi Tanaman .................................................................. 44 Lampiran 2. Pembuatan Ekstrak Kloroform Daun Salam ............................... 45 Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kloroform Daun Salam ............ 46 Lampiran 4. Pembuatan Nanoemulsi Ekstrak Kloroform Daun Salam ........... 47 Lampiran 5. Hasil Transmitansi Komposisi Surfaktan-Kosurfaktan dan

Oleic Acid ................................................................................... 48 Lampiran 6. Hasil Perhitungan Emulsification Time ....................................... 49 Lampiran 7. Hasil Pengukuran Ukuran dan Distribusi Ukuran Partikel ......... 50 Lampiran 8. Hasil Pengukuran Potensial Zeta ................................................. 51

Page 16: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

xv  

DAFTAR SINGKATAN

AGF Artificial Gastric Fluid AIF Artificial Intestinal Fluid PEG 400 Polyethylene glycol 400 PG Propylene glycol SNEDDS Self - Nanoemulsifying Drug Delivery System T20 Tween 20 T80 Tween 80 PSA Particle Size Analyzer TEM Transmission Electron Microscope

Page 17: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

      Daun salam dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penyedap makanan dan

mempunyai khasiat sebagai obat. Daun salam dapat digunakan untuk menurunkan

kadar gula darah dimana senyawa eugenol, tanin dan flavonoid yang terdapat

dalam daun salam diketahui memiliki aktifitas tersebut sehingga dapat digunakan

sebagai antidiabetes (Taufiqurrohman, 2015). Menurut Lajuck (2012) menyatakan

bahwa senyawa flavonoid, saponin, tannin, fenol dan alkaloid yang terdapat pada

daun salam dapat menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) dan meningkatkan

kadar kolestrol High Density Lipoprotein (HDL).

Efektifitas terapi dengan dosis yang cukup besar dari sediaan ekstrak tanaman

diakibatkan oleh kelarutan yang rendah dan bioavailabilitas oral yang kurang

maksimal. Oleh karena itu, sediaan diformulasikan dalam bentuk Self-

Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) dengan tujuan untuk

meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas oral dari ekstrak terutama untuk

ekstrak kloroform daun salam yang tidak larut dalam air. SNEDDS adalah metode

penghantaran obat dengan pembuatan campuran isotropik minyak, surfaktan,

kosurfaktan dan obat yang mampu membentuk nanoemulsi minyak dalam air secara

spontan di dalam saluran cerna dan menghasilkan ukuran tetesan yang berukuran

nanometer (Patel et al., 2011a & Makadia et al., 2013).

Komposisi minyak dalam formula SNEDDS akan menentukan ukuran

nanoemulsi yang terbentuk, pemilihan jenis minyak didasarkan dari

Page 18: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

2  

kemampuannya untuk melarutkan obat. Minyak merupakan basis obat dalam

SNEDDS, dalam penelitian ini digunakan Asam Oleat (Oleic Acid) sebagai

komponen minyak. Asam oleat banyak dipilih sebagai fase minyak dalam

formulasi SNEDDS karena kemampuan self-emulsifying-nya yang tinggi dan

kapasitas pelarutan obat yang besar (Kurakula & Miryala, 2013). Pada formulasi

S-SNEDDS (Solid-Self Nanoemulsifying Drug Delivery System) ketoprofen

menggunakan asam oleat, tween 20 dan propilen glikol menghasilkan nanoemulsi

dengan ukuran tetesan 25,6 nm, waktu dispersi 36,04 detik serta stabil selama 24

jam dalam media AGF dan AIF (Surya, 2014). Penggunaan asam oleat dalam

SNEDDS diharapkan dapat menghasilkan nanoemulsi sehingga meningkatkan

bioavailabilitas oral ekstrak kloroform daun salam.

Surfaktan berperan dalam menurunkan tegangan muka. Pemilihan surfaktan

dalam SNEDDS pada umumnya didasarkan pada keamanan penggunaan dan nilai

keseimbangan hidrofilik lipofilik (HLB). Tween 20 dan tween 80 dipilih sebagai

bahan awal pada skrining surfaktan karena memiliki nilai HLB yang tinggi yaitu

16,7 untuk tween 20 dan 15 untuk tween 80. Nilai HLB yang tinggi akan

mempermudah turunnya tegangan antarmuka minyak dengan air saat formula

SNEDDS bertemu dengan cairan lambung. Kosurfaktan menentukan waktu

emulsifikasi di dalam media serta ukuran nanoemulsi disebabkan molekul

kosurfaktan akan menempatkan posisinya diantara surfaktan. Kosurfaktan berupa

senyawa amfifilik seperti Propilen glikol, polietilen glikol, dan glikol ester yang

memiliki afinitas terhadap fase air dan minyak (Makadia et al., 2013). Propilen

glikol dan PEG 400 dipilih sebagai bahan awal pada skrining kosurfaktan karena

Page 19: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

3  

dapat membantu solubilisasi surfaktan hidrofilik maupun obat dalam basis minyak

(Amrutkar et al., 2014).

Pada penelitian ini dilakukan optimasi komponen surfaktan dan kosurfaktan

dengan minyak. Hasil optimasi tersebut kemudian diukur nilai transmitannya

menggunakan spektrofotometer UV/Vis untuk mengetahui sedian tersebut

mempunyai nilai transmitan mendekati nilai transmitansi akuades kemudian

diamati emulsification time dalam media dengan pH yang berbeda. Hasil tersebut

kemudian dianalisis untuk mengetahui ukuran dan distribusi partikel serta nilai

potensial zeta. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas sediaan

SNEDDS yang dihasilkan apakah sudah memenuhi kriteria sebagai sediaan

nanoemulsi atau belum. Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai pengembangan sediaan farmasi menggunakan bahan aktif

berupa ekstrak kloroform daun salam dengan teknik SNEDDS sebagai alternatif

penghantaran oral yang efektif dan efisien.

Page 20: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

4  

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Apakah hasil optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan dari SNEDDS

ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

mampu menghasilkan fase homogen?

2. Apakah hasil optimasi komposisi surfaktan, kosurfaktan dan minyak (Oleic

Acid) dari SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium polyanthum

(Wight) Walp.) mampu menghasilkan fase homogen?

3. Apakah hasil optimasi komposisi surfaktan, kosurfaktan dan minyak (Oleic

Acid) dari SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium polyanthum

(Wight) Walp.) memenuhi kriteria sebagai sediaan nanoemulsi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah tersebut

yaitu :

1. Mengetahui hasil optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan dari

SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)

Walp.) mampu menghasilkan fase yang homogen.

2. Mengetahui hasil optimasi komposisi surfaktan, kosurfaktan dan minyak

(Oleic Acid) dari SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium

polyanthum (Wight) Walp.) mampu menghasilkan fase homogen.

Page 21: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

5  

3. Mengetahui hasil optimasi komposisi surfaktan, kosurfaktan dan minyak

(Oleic Acid) dari SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium

polyanthum (Wight) Walp.) memenuhi kriteria sebagai sediaan nanoemulsi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diantaranya yaitu :

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang teknologi

farmasi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam hal

formulasi sediaan SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium

polyanthum (Wight) Walp.)

2. Bagi industri farmasi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar

pengembangan produk baru berupa sediaan SNEDDS ekstrak kloroform

Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) menggunakan Oleic Acid

sebagai minyak pembawa.  

Page 22: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

1

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

a. Deskripsi dan klasifikasi salam

Gambar 1. Daun Salam

Tinggi pohon mencapai 25 m, batang bulat, permukaan licin,

bertajuk rimbun dan berakar tunggang. Daun salam berupa warna

kecoklatan, bau aromatik lemah, rasa kelat. Daun tunggal bertangkai

pendek, panjang tangkai daun 5 - 10 mm; helai daun berbentuk jorong

memanjang, panjang 7 - 15 cm; ujung daun dan pangkal daun

meruncing, tepi rata; permukaan atas berwarna coklat kehijauan, licin,

mengkilat; permukaan bawah berwarna coklat tua; tulang daun

menyirip, dan menonjol pada permukaan bawah dan tulang cabang

halus. Bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung

6

Page 23: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

7  

ranting, berwarna putih, baunya harum, biji bulat, diameter sekitar 1 cm

berwarna cokelat. Buahnya berbentuk bulat berdiameter 8 - 9 mm, buah

muda berwarna hijau, setalah masak menjadi merah gelap dan rasa

agak sepat (Dalimartha, 2000).

Klasifikasi tumbuhan salam menurut Van Steenis (2003) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Superdivisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp

b. Kandungan kimia salam

Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman salam ini antara

lain adalah tanin, flavonoid, minyak atsiri, sitral, eugenol, seskuiterpen,

triterpenoid, lakton dan saponin. Selain itu, daun salam juga

mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A,

thiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, vitamin B12 dan folat. Bahkan

mineral seperti selenium terdapat di dalam kandungan daun salam

(Sudarsono dkk., 2002). Senyawa flavonoid polimetil larut dengan baik

dalam kloroform (Markham, 1988). Menurut Ayyida (2014) senyawa

terpenoid dan beberapa alkaloid dapat terlarut dalam kloroform.

Page 24: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

8  

c. Manfaat daun salam secara empiris

Daun salam selain digunakan sebagai penyedap bahan makanan

juga digunakan sebagai obat alami. Daun salam dapat digunakan untuk

pengobatan kolesterol tinggi, kencing manis, tekanan darah tinggi

(Hipertensi), gatal, radang lambung/maag (gastritis), diare dan asam

urat (Wijayakusuma, 2002).

2. Metode Penyarian

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan

pelarut diuapkan hingga diperoleh ekstrak kering. Metode penyarian yang

akan digunakan tergantung dari wujud dan kandungan dari bahan yang

akan disari (Harborne, 1987). Beberapa metode penyarian seperti

maserasi, perkolasi, refluks, infudasi dan soxhletasi. Pemilihan terhadap

metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari

yang baik (Anonim, 1986).

Maserasi merupakan proses penyarian yang paling sederhana dan

banyak digunakan untuk menyari bahan obat yang berupa serbuk simplisia

halus. Prinsip metode maserasi adalah dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperatur

kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk ke dalam sel tanaman

melewati dinding sel. Kemudian isi sel akan larut karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.

Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar diganti oleh

Page 25: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

9  

pelarut dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan

berlangsung sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di

dalam sel dan di luar sel. Keuntungan metode maserasi adalah cara

pengerjaannya mudah dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

kerugiannya adalah proses penyariannya membutuhkan waktu yang lama

dan kurang sempurna, perlu proses pengadukan dan terjadinya kejenuhan

sehingga kandungan kimia yang tersari terbatas (Harborne, 1987).

3. Nanoemulsi

Nanoemulsi adalah sistem emulsi transparan atau bening dengan

ukuran partikel berkisar antara 50 nm – 500 nm (Shakeel et al.,2008). Ada

empat komponen penting penyusun nanoemulsi yaitu fase minyak, fase

air, surfaktan, dan kosurfaktan. Daya tarik utama dari formulasi nanoemulsi

minyak dalam air adalah kemampuan membawa obat yang hidrofobik dalam

minyak sehingga dapat teremulsi di dalam air dan akhirnya meningkatkan

kelarutan obat ketika berada dalam tubuh (Shafiq-un-Nabi dkk., 2007).

Keunggulan partikel berukuran nanometer yakni kemudahan penetrasi

melalui kapiler sehingga ketersediaan obat pada sel target lebih maksimal.

Nanopartikel dapat menghantarkan obat dengan lebih baik ke unit yang

lebih kecil dalam tubuh, mengatasi resistensi akibat barrier fisiologi tubuh,

dapat ditargetkan sehingga mengurangi toksisitas dan meningkatkan

efisiensi distribusi obat, peningkatan ketersediaan hayati obat yang

absorbsinya rendah, mengurangi risiko efek samping akibat penggunaan

obat yang mengiritasi saluran cerna, percepatan waktu disolusi obat dan

Page 26: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

10  

meningkatkan dispersi obat (Pinto et al., 2006). Nanopartikel dibuat

dengan cara mengembangkan formulasi dalam pembuatan nanopartikel

dengan bantuan alat seperti vortex dan stirrer (Balakumar et al., 2013).

Metode pembuatan tersebut lebih mudah dilakukan untuk membuat

SNEDDS dalam skala laboratorium

Karakterisasi tetesan nanoemulsi umumnya dengan meninjau ukuran,

distribusi ukuran dan potensial zeta tetesan nanoemulsi. Penentuan ukuran,

distribusi ukuran dan potensial zeta biasanya menggunakan

spektrofotometer korelasi foton atau particle size analyzer (PSA).

Nanopartikel dengan nilai potensial zeta melebihi +30 mV atau kurang

dari -30 mV menunjukkan kestabilan, karena muatan listrik dari droplet

cukup kuat untuk menolak antara droplet yang dominan dalam sitem

nanoemulsi (Diba et al., 2014). Pengamatan morfologi nanoemulsi

menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM) (Mohanraj &

Chen, 2006).

Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan selama persiapan

nanoemulsi antara lain :

a. Persyaratan utama dalam produksi nanoemulsi adalah tegangan

antarmuka ultra rendah harus dicapai pada antarmuka air – minyak,

sehingga surfaktan harus dipilih dengan hati-hati.

b. Konsentrasi surfaktan harus cukup tinggi untuk menyediakan jumlah

molekul surfaktan yang diperlukan untuk menstabilkan tetesan nano.

Page 27: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

11  

c. Antarmuka harus fleksibel untuk mempromosikan pembentukan

nanoemulsi (Haritha et al., 2003).

4. Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS)

Self-Nanoemulsifying Drug Delivery Systems (SNEDDS) adalah

prekonsentrat nanoemulsi atau bentuk anhidrat nanoemulsi berupa

campuran isotropik obat, minyak, dan surfaktan yang ketika digabungkan

dengan fase air pada kondisi agitasi perlahan akan membentuk nanoemulsi

fase minyak dalam air (M/A) secara spontan (Date et al., 2010). SNEDDS

memiliki komponen utama berupa minyak sebagai pembawa obat,

surfaktan sebagai pengemulsi minyak ke dalam air melalui pembentukan

lapisan film antarmuka dan menjaga stabilitas, dan kosurfaktan untuk

meningkatkan penggabungan obat atau memfasilitasi nanoemulsifikasi

dalam SNEDDS. Secara substansial SNEDDS terbukti meningkatkan

bioavailabilitas obat lipofilik melalui pemberian oral. Perkembangan

teknologi memungkinkan SNEDDS memecahkan masalah terkait

penghantaran obat dengan kelarutan dalam air yang buruk (Makadia et al.,

2013).

SNEDDS memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan sediaan

nanoemulsi yang siap digunakan, antara lain : memiliki kestabilan fisik

dan/atau kimia yang lebih tinggi pada penyimpanan jangka panjang,

memiliki volume bentuk sediaan lebih kecil yang dapat diberikan dalam

bentuk kapsul lunak maupun keras serta meningkatkan kepatuhan pasien

(Date et al., 2010).

Page 28: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

12  

Formulasi SNEEDS yang optimal dipengaruhi oleh sifat fisikokimia

dan konsentrasi minyak, surfaktan, kosurfaktan, rasio masing-masing

komponen, pH dan suhu emulsifikasi terjadi, serta sifat fisikokimia obat

(Date et al., 2010).

a. Minyak

Minyak merupakan eksipien penting dalam pembuatan nanoemulsi

karena dapat menentukan spontanitas emulsifikasi, kelarutan obat, dan

ukuran tetesan emulsi. Selain itu mampu meningkatkan fraksi obat

lipofilik yang ditranspor melalui sistem intestinal limpatik sehingga

absorbsi pada saluran gastrointestinal (Gursoy & Benita, 2004).

Komponen minyak yang digunakan dalam formulasi SNEDDS

adalah minyak yang dapat melarutkan obat dengan maksimal serta

harus mampu menghasilkan ukuran tetesan yang kecil sehingga dapat

terbentuk nanoemulsi (Date et al., 2010). Komponen minyak/lemak

umumnya adalah ester asam lemak atau hidrokarbon jenuh dengan

rantai sedang hingga panjang, dalam bentuk cair, semipadat, maupun

padat pada temperatur ruangan (Gershanik & Benita, 2000).

b. Surfaktan

Surfaktan merupakan salah satu komponen penting dalam

pembuatan SNEDDS. Surfaktan adalah zat yang dalam struktur

molekulnya memiliki bagian lipofil dan hidrofil. Molekul surfaktan

memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non

polar yang suka dengan minyak/lemak (lipofilik) (Fudholi, 2013).

Page 29: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

13  

Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan antarmuka dan

berpengaruh besar terhadap proses pembentukan nanoemulsi, serta

ukuran tetesan nanoemulsi. Kemampuan SNEDDS terdispersi secara

cepat dalam kondisi pengadukan ringan ditentukan oleh kemampuan

emulsifikasi surfaktan (Patel et al., 2011b). Surfaktan dalam SNEDDS

dapat berupa sebagai surfaktan tunggal atau kombinasi beberapa

surfaktan (Date et al., 2010). Surfaktan yang berbeda diskrining untuk

melihat kemampuan emulsifikasi fase minyak yang dipilih. Surfaktan

dipilih berdasarkan transparansi dan kemudahan emulsifikasi (Patel et

al., 2011a).

Secara umum, surfaktan untuk SNEDDS harus sangat hidrofilik

dengan HLB berkisar antara 15 – 21 (Rowe et al., 2009). Penggunaan

surfaktan nonionik dengan nilai HLB tinggi akan membantu dalam

pembentukan nanoemulsi o/w dengan cepat dalam media berair.

Surfaktan nonionik lebih sering digunakan mengingat sifatnya yang

kurang terpengaruh oleh pH, aman, dan biokompatibel sehingga

penggunaan surfaktan nonionik lebih sering daripada ionik dan

umumnya surfaktan nonionik diizinkan untuk penggunaan melalui rute

oral (Azeem et al., 2009).

Surfaktan yang sering digunakan dalam pembuatan SNEDDS yakni

tween 80 dan tween 20 yang termasuk dalam jenis surfaktan nonionik.

Tween 80 memiliki nama kimia polyoxyethylene 20 sorbitan monooleat

dan memiliki rumus molekul C64H124O26. Tween 80 memiliki HLB

Page 30: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

14  

sebesar 15 yang sesuai untuk sediaan SNEDDS. Tween 20 dan Tween

80 dikategorikan sebagai generally regarded as nontoxic and

nonirritant (Rowe et al., 2009).

Gambar 2. Struktur Tween 80

      Tween 20 memiliki nama kimia polyoxyethylene 20 sorbitan

monolaurat dengan rumus kimia C58H114O26. Tween 20 memiliki nilai

HLB sebesar sekitar 16,7 (Bouchemal et al., 2004; Singh et al., 2009).

Tween 20 juga terbukti dapat memperbaiki disolusi dan absorpsi

molekul obat lipofilik (Bandivadekar et al., 2013).

Gambar 3. Struktur Tween 20

Page 31: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

15  

c. Kosurfaktan

      Penggunaan kosurfaktan pada SNEDDS bertujuan untuk

meningkatkan drug loading, mempercepat self-emulsification, dan

mengatur ukuran droplet nanoemulsi (Date et al., 2010). Senyawa

amfifilik kosurfaktan memiliki afinitas terhadap air dan minyak. Secara

umum, kosurfaktan yang dipilih berupa alkohol rantai pendek karena

mampu mengurangi tegangan antarmuka, meningkatkan fluiditas

antarmuka, dan mampu meningkatkan pencampuran air dan minyak

karena partisinya diantara dua fase tersebut (Azeem et al., 2009).

Kosurfaktan yang umum digunakan dalam formulasi SNEDDS

adalah PEG 400 dan propilen glikol, keduanya berupa cairan kental,

tidak berwarna dan transparan. Propilen glikol memiliki nama kimia

1,2-propanediol dengan struktur kimia C3H8O2 memiliki nilai HLB

sebesar 3,4. Propilen glikol termasuk dalam kategori generally

regarded as a relatively nontoxic material (Rowe et al., 2009).

Penggunaan propilen glikol bersama-sama dengan asam oleat diketahui

dapat membantu dalam mempertinggi laju penetrasi bermacam-macam

senyawa (Barry, 1987).

Gambar 4. Struktur Propylene glycol

Page 32: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

16  

PEG 400 memiliki nilai HLB sebesar 11,6 dan dikategorikan sebagai

generally regarded as nontoxic and nonirritant material (Rowe et al.,

2009).

Gambar 5. Struktur Polyethylene glycol 400

5. Oleic Acid (Asam Oleat)

Asam oleat (cis-9-octadecenoic acid, oleinic acid) adalah asam lemak

tak jenuh yang berwarna kekuningan hingga coklat terang, dengan berat

jenis 0,895 g/cm3, titik leleh 13-14oC dan viskositas 26 mPa.s pada 25oC.

Asam oleat merupakan asam lemak rantai panjang yang tersusun dari 18

atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10 yang

banyak dipakai sebagai minyak dalam formulasi SNEDDS karena

memiliki kapasitas pelarutan obat yang besar dan kemampuan

pembentukan dispersi yang tinggi (Rowe et al., 2009).

Gambar 6. Struktur Molekul Oleic Acid

Pada penelitian yang dilakukan Kurakula & Miryala (2013)

menyatakan bahwa Asam Oleat banyak dipilih sebagai fase minyak dalam

formulasi SNEDDS karena kemampuan self-emulsifyingnya yang tinggi

Page 33: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

17  

dan kapasitas drug loading yang besar. Menurut Kibbe (2000) penggunaan

asam oleat dalam sediaan obat peroral dapat membantu meningkatkan

bioavailibilitas obat yang sukar larut dalam air dengan cara bertindak

sebagai agen pengemulsi.

B. Kerangka Pemikiran

Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan alami. Salah satu

tanaman yang dipercaya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan adalah

daun salam. Ekstrak kloroform daun salam digunakan sebagai model ekstrak

yang tidak larut dalam air. Ekstraksi daun salam dilakukan dengan metode

maserasi yaitu dengan merendam serbuk simplisia dengan pelarut kloroform.

Tujuan pemilihan metode tersebut karena maserasi merupakan metode

penyarian paling sederhana. Penggunaan ekstrak sebagai zat aktif biasanya

memiliki kelarutan yang rendah, maka untuk memperbaiki masalah tersebut

ekstrak kloroform daun salam diformulasikan dalam bentuk SNEDDS.

SNEDDS memiliki komponen utama berupa minyak sebagai pembawa obat,

surfaktan berperan dalam menurunkan tegangan antarmuka, dan kosurfaktan

untuk menentukan waktu emulsifikasi di dalam media serta ukuran

nanoemulsi (Date et al., 2010).

Penelitian ini dipilih tween 20 dan tween 80 sebagai surfaktan. Hal ini

dikarenakan Tween 20 dan tween 80 merupakan senyawa non – ionik yang

memiliki nilai HLB yang tinggi yaitu 16,7 untuk tween 20 dan 15 untuk

tween 80. Nilai HLB yang tinggi akan mempermudah turunnya tegangan

antarmuka minyak dengan air saat formula SNEDDS bertemu dengan cairan

Page 34: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

18  

lambung. Surfaktan jenis ini lebih aman dan dapat menyebabkan perubahan

reversibel pada permeabilitas lumen usus halus sehingga dapat meningkatkan

permeabilitas dan absorpsi obat (Wakerly et al., 1986). Propilen glikol dan

PEG 400 dipilih sebagai kosurfaktan karena merupakan senyawa amfifilik

yang memiliki afinitas terhadap fase air dan minyak (Makadia et al., 2013).

Minyak merupakan salah satu komponen penting dalam formulasi

SNEDDS, dalam penelitian ini digunakan Asam Oleat (Oleic Acid) sebagai

komponen minyak. Pemilihan asam oleat sebagai fase minyak pada formulasi

SNEDDS berdasarkan pada kemampuan self-emulsifying yang tinggi dan

kapasitas drug loading yang tinggi (Kurakula & Miryala, 2013).

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut maka dapat dibuat beberapa

hipotesis, sebagai berikut :

1. Hasil optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan dari SNEDDS ekstrak

kloroform Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) mampu

menghasilkan fase yang homogen.

2. Hasil optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan dengan minyak

pembawa Oleic Acid dari SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam

(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) mampu menghasilkan fase yang

homogen.

3. Hasil optimasi komposisi surfaktan, kosurfaktan dan minyak (Oleic Acid)

dari SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium polyanthum

(Wight) Walp.) mampu memenuhi kriteria sediaan nanoemulsi meliputi

Page 35: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

19  

nilai transmitansi mendekati nilai transmitansi akuades, emulsification time

kurang dari 5 menit, karakteristik nanoemulsi dengan ukuran tetesan antara

50 sampai 500 nm, nilai polydispersity index kurang dari 1 dan nilai

potensial zeta melebihi +30 mV atau kurang dari -30 mV.

Page 36: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

      Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk

memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu ekstraksi

daun salam, optimasi fomulasi SNEDDS meliputi optimasi formulasi komposisi

surfaktan – kosurfaktan dan optimasi formulasi komposisi surfaktan – kosurfaktan

dengan minyak pembawa dan analisis hasil optimasi formulasi SNEDDS meliputi

pengukuran transmitansi, pengamatan emulsification time, pengamatan ukuran,

distribusi tetesan nanoemulsi dan potensial zeta serta pengamatan morfologi

nanoemulsi menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Desember 2015. Pembuatan

nanoemulsi dilaksanakan di Laboratorium Farmasi dan Laboratorium Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Sedangkan untuk pengeringan dan penggilingan simplisia dilakukan

Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. Pengujian ukuran partikel dan

potensial zeta dilakukan di Laboratorium MIPA Terpadu Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta dan pengamatan deskripsi morfologi nanoemulsi di

Laboratorium Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

20

Page 37: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

21  

  

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk pembuatan nanoemulsi diantaranya adalah

oven, blender, kain flanel, rotary evaporator (RVO 400 SD Boeco Germany),

waterbath (Grant), vortex (Maxi Mix II Thermolyne), sonikator (Branson

1510), magnetic stirrer (Cimarec), stirer bar, flakon, Botol kaca, neraca

analitik (Metler Teledo) dan alat gelas (Pyrex), stopwatch, spektrofotometer

UV/Vis (Perkin Elmer Lambda 25), yellow tip (Kan Jian), pipet mikro 50 – 200

µL, Particle Size Analyzer (PSA) (Horiba SZ – 100) dan Transmission

Electron Microscopy (TEM).

Bahan pembuatan SNEDDS meliputi Daun Salam, kloroform (Brataco),

akuades, minyak pembawa: Oleic Acid (Brataco); kosurfaktan: PEG 400 dan propilen

glikol (Brataco), surfaktan: tween 80 dan tween 20 (Brataco). Bahan pembuatan

artificial gastric fluid (AGF) dan artificial intestinal fluid (AIF) terdiri dari akuades

(General), NaCl, asam sulfat, MgCl2, CaCl2, NaHCO3, dan KCl (E. Merck).

D. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan ekstrak kloroform daun salam (Syzygium polyanthum (Wight)

Walp.)

Setelah diperoleh serbuk simplisia, lalu diekstraksi menggunakan metode

maserasi. Maserasi dilakukan dengan merendam 500 gram serbuk simplisia

dengan pelarut kloroform sebanyak 4 L selama 5 hari. Selanjutnya maserat

disaring melalui corong kaca yang sudah dilengkapi dengan kain flanel untuk

memisahkan maserat dengan serbuk simplisia. Kemudian dilakukan penguapan

kloroform menggunakan rotary evaporator dengan suhu 55o C dan kecepatan

rotary 6 hingga volume maserat berkurang sekitar sepertiganya. Setelah itu

Page 38: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

22  

  

maserat yang telah dievaporasi dengan rotary evaporator dipanaskan diatas

waterbath suhu 55°C hingga menjadi ekstrak kental.

2. Pembuatan nanoemulsi ekstrak kloroform daun salam (Syzygium

polyanthum (Wight) Walp.)

Tahapan dalam pembuatan nanoemulsi ekstrak kloroform daun salam

adalah sebagai berikut :

a. Optimasi formula SNEDDS

Tahapan optimasi formula SNEDDS sebagai berikut :

1) Optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan

Setiap formula dibuat sebanyak 5 mL dalam flakon. Campuran

dihomogenkan dengan bantuan magnetic stirer selama 30 menit, sonikator

selama 15 menit, dan dikondisikan dalam waterbath pada suhu 45°C selama

10 menit. Hasil pencampuran didiamkan selama 24 jam pada suhu ruangan

(tidak terkontrol) untuk dilihat homogenitasnya. Formula yang tetap

homogen (tidak memisah) merupakan formula yang dipilih untuk formulasi

nanoemulsi selanjutnya.

Tabel I. Rasio surfaktan dan kosurfaktan

Rasio Komposisi Surfaktan Kosurfaktan

1 1 1 2 1 3 2 3 3 2 2 1 3 1

Page 39: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

23  

  

2) Optimasi komposisi minyak dengan surfaktan dan kosurfaktan

Ekstrak kloroform daun salam sebanyak 0,15 gr ditambahkan ke

dalam 5 mL komponen pembawa (minyak pembawa: Oleic Acid,

surfaktan: tween 20 dan/atau tween 80, serta kosurfaktan: PEG 400

dan/atau propilen glikol) dengan komposisi surfaktan dan kosurfaktan

yang optimal sesuai dengan hasil optimasi yang telah dilakukan.

Kemudian perbandingan surfaktan dan kosurfaktan dengan minyak

sebesar 4 : 1. Campuran tersebut dihomogenkan dengan magnetic stirrer

selama 30 menit, sonikator selama 15 menit, dan dikondisikan dalam

waterbath pada suhu 45°C selama 10 menit. Hasil pencampuran

didiamkan selama 24 jam pada suhu ruangan untuk dilihat

homogenitasnya. Formula yang tetap homogen (tidak memisah)

merupakan formula yang dipilih untuk dilakukan pemilihan formula

SNEDDS.

b. Pemilihan formula SNEDDS

Sebanyak 100 µL calon formula SNEDDS ditambah akuades hingga

volume akhir 50 mL (Patel et al., 2011a, 2011b). Homogenisasi campuran

dilakukan dengan bantuan vortex selama 30 detik. Hasil pencampuran

berupa emulsi yang homogen dan memberikan tampilan visual jernih

menjadi tanda awal keberhasilan pembuatan nanoemulsi.

SNEDDS yang telah diemulsikan kemudian diukur transmitansinya

menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 650 nm dengan

blanko akuades untuk mengetahui tingkat kejernihannya (Patel et al., 2011a,

Page 40: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

24  

  

2011b). Semakin jernih atau transmitansi semakin mendekati transmitansi

akuades maka diperkirakan tetesan emulsi telah mencapai ukuran

nanometer.

c. Pengamatan emulsification time

Perhitungan emulsification time dilakukan terhadap nanoemulsi ekstrak

herbal dalam tiga media yaitu akuades, artificial gastric fluid tanpa pepsin, dan

artificial intestinal fluid tanpa pankreatin (Tabel II). Media sebanyak 500 mL

dikondisikan pada suhu 37°C diatas magnetic stirrer dengan kecepatan 120

rpm. SNEDDS yang berisi ekstrak herbal sejumlah 1 mL diteteskan ke dalam

media secara cepat. Pengamatan dilakukan terhadap waktu yang diperlukan

sejak awal penetesan hingga terbentuk nanoemulsi. Pengamatan visual

dilakukan dengan melihat efisiensi nanoemulsi, transparansi, pemisahan fase

dan tetesan ekstrak. Nanoemulsi yang terbentuk, ditandai dengan terlarutnya

SNEDDS ekstrak herbal secara sempurna dalam media (Patel dkk., 2011a,

2011b).

Tabel II. Formula Artificial Gastric Fluid (AGF) dan

Artificial Intestinal Fluid (AIF)

Formula artificial Gastric Fluid Formula artificial intestinal fluid NaCl 200 mg MgCl2 0,1523 g HCl 37% 0,7 mL CaCl2 0,1470 g Akuades Ad 100 mL KCl 0,0931 g NaCl 1,75850 g NaHCO3 0,4200 g Akuades bebas

CO2 Ad 500 mL

*Kondisi pH 1,2 *Kondisi pH 7

Page 41: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

25  

  

d. Karakterisasi tetesan nanoemulsi

Untuk mengetahui ukuran dan distribusi ukuran dan zeta potensial

nanoemulsi dilakukan pengukuran menggunakan Particle Size Analyzer (PSA).

Sebanyak 2 tetes sampel nanoemulsi dicampur kedalam 5 mL akuades, diambil

3 mL dan dimasukkan ke dalam kuvet untuk dianalisis.

e. Uji visualisasi morfologi nanoemulsi

Untuk mengetahui morfologi dari partikel nanoemulsi secara visual.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Transmission Electron

Microscope (TEM).

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini meliputi perbandingan antar komponen

dalam sediaan SNEDDS yang meliputi surfaktan, kosurfaktan dan minyak

pembawa (Oleic Acid).

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini yaitu homogenitas fase, ukuran dan

distribusi tetesan nanoemulsi, nilai potensial zeta tetesan nanoemulsi,

emulsification time, nilai transmitansi sediaan dan morfologi nanoemulsi.

3. Variabel terkendali

Variabel terkendali pada penelitian ini adalah jenis minyak yang digunakan

(Oleic Acid), jenis surfaktan yang digunakan (Tween 80 dan tween 20), jenis

kosurfaktan yang digunakan (Propilen glikol dan PEG 400) serta kondisi

percobaan yang meliputi suhu, kecepatan pencampuran dan waktu

pencampuran.

Page 42: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

26  

  

F. Analisis Data

1. Hasil optimasi formula SNEDDS dianalisis secara visual berdasarkan

homogenitasnya.

2. Penentuan emulsification time dilakukan menggunakan stopwatch, nilai

transmitansi diamati dengan spektrofotometer UV/Vis, ukuran dan distribusi

partikel serta potensial zeta nanoemulsi diamati dengan Particle Size Analyzer

(PSA), konfirmasi visualisasi morfologi nanoemulsi dilakukan menggunakan

Transmission Electron Microscope (TEM).

3. Data hasil nilai transmitansi, emulsification time, penentuan ukuran dan

distribusi partikel serta potensial zeta dibandingkan dengan persyaratan dari

beberapa sumber pustaka yang ada untuk menentukan formula yang optimal.

4. Data hasil pengamatan morfologi partikel nanoemulsi dianalisis secara

deskriptif.

Page 43: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi Daun Salam dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hasil determinasi menunujukkan bahwa

daun yang digunakan merupakan Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)

Walp.) dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Pembuatan Ekstrak Kloroform Daun Salam

Pembuatan ekstrak ini bertujuan untuk memperoleh ekstrak kental daun

salam yang kemudian akan digunakan sebagai model ekstrak yang tidak larut

dalam air pada sediaan SNEDDS (lampiran 2). Serbuk simplisia daun salam

diekstrak menggunakan pelarut kloroform sebanyak 8 mL untuk setiap gram

serbuk simplisia daun salam menggunakan metode maserasi. Metode ini perlu

dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk meratakan konsentrasi larutan di

luar butir serbuk simplisia sehingga terjadi keseimbangan antara konsentrasi

di dalam dan di luar sel. Dari proses ekstraksi tersebut akan diperoleh maserat

yang kemudian dipanaskan dengan suhu 55oC sehingga dihasilkan ekstrak

kental. Tujuan dari penggunaan suhu yang tidak melebihi 55oC adalah untuk

menjaga kandungan dari daun salam yang tidak tahan pemanasan tinggi

sehingga kualitasnya tetap terjaga. Metabolit sekunder yang terkandung di

dalam ekstrak kental daun salam tersebut memiliki kepolaran yang sama

dengan kloroform sehingga dapat terekstrak sempurna sesuai dengan konsep

Page 44: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

28  

like disolve like. Berdasarkan hasil ekstraksi diperoleh ekstrak kental sebesar

28,37 gram sehingga diperoleh rendemen ekstrak sebesar 5,647% (lampiran 3)

C. Pembuatan Nanoemulsi Ekstrak Kloroform Daun Salam

1. Optimasi formula SNEDDS

a. Optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan

Optimasi ini bertujuan untuk menentukan komposisi surfaktan dan

kosurfaktan yang mampu menghasilkan fase homogen setelah

pencampuran.

Tabel III. Hasil optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan

Surfaktan Rasio Komposisi Surfaktan : co -

Surfakatan

Hasil PG PEG

T80

1 : 1 X √ 2 : 1 X X 3 : 1 X X 3 : 2 X √ 2 : 3 X √ 1 : 3 X X 1 : 2 X X

T20

1 : 1 √ X 2 : 1 √ X 3 : 1 √ X 3 : 2 √ X 2 : 3 √ X 1 : 3 X X 1 : 2 √ X

T80 : T20

Rasio Komposisi Kombinasi Surfaktan

T80/T20 : PG (1 : 3 )

T80/T20 : PEG (1 : 3 )

1 : 1 X X 2 : 1 X X 3 : 1 X X 3 : 2 X X 2 : 3 X X 1 : 3 X X 1 : 2 X X

Keterangan : Surfaktan = T80 (tween 80), T20 (tween 20); Kosurfaktan = PG (Propylene glycol), PEG (Polyethylene glycol 400); √ = homogen; X = memisah (dalam 24 jam) 

Page 45: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

29  

      Optimasi ini dilakukan dengan cara mencampurkan surfaktan dan

kosurfaktan dalam suhu ruang menggunakan magnetic stirer selama 30

menit, kemudian disonikasi selama 15 menit. Tujuan dilakukan sonikasi

tersebut untuk memperkecil ukuran partikel dari campuran sehingga

homogenitas campuran meningkat. Setelah itu campuran tersebut

dikondisikan dalam waterbath pada suhu 45°C 10 menit, lalu disimpan

selama 24 jam pada suhu ruang sebelum diamati apakah campuran tersebut

memisah atau tetap homogen (lampiran 4).

Berdasarkan hasil optimasi formulasi komposisi surfaktan dan

kosurfaktan (Tabel III) menunjukkan bahwa untuk menghasilkan

campuran yang homogen diperlukan rasio perbandingan 1: 1; 3 : 2 dan 2 :

3 antara tween 80 dan PEG 400 sedangkan antara tween 20 dan propilen

glikol hanya perbandingan 1 : 3 yang tidak dapat menghasilkan campuran

yang homogen. Untuk penggunaan kombinasi surfaktan dengan

propilenglikol maupun PEG 400 tidak mampu menghasilkan campuran

yang homogen dalam berbagai rasio perbandingan. Tween 20 sebagai

surfaktan dapat membentuk fase homogen. Hal ini ditunjukkan terdapat 6

formula terdiri dari tween 20 – propilen glikol membentuk fase homogen

dan 3 formula untuk tween 80 – PEG 400.

b. Optimasi komposisi minyak dengan surfaktan dan kosurfaktan

Optimasi ini bertujuan untuk menentukan rasio komposisi surfaktan

dan kosurfaktan dengan minyak (Oleic Acid) yang mampu menghasilkan

fase homogen setelah pencampuran.

Page 46: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

30  

Pada optimasi sebelumnya diperoleh perbandingan surfaktan –

kosurfaktan yang optimal. Kemudian dari setiap perbandingan tersebut

dilakukan optimasi dengan Oleic Acid sebagai minyak pembawa dengan

perbandingan minyak : surfaktan – kosurfaktan adalah 1 : 4.

Tabel IV. Hasil optimasi komposisi minyak dengan surfaktan dan kosurfaktan

Surfaktan Kosurfaktan Rasio Komposisi surfaktan :

kosurfakatan

Hasil komposisi minyak : surfaktan – kosurfaktan

(1 : 4)

T80 1 : 1 X

PEG 3 : 2 X 2 : 3 X

T20 PG

1 : 1 √*1 2 : 1 X 3 : 1 X 3 : 2 X 2 : 3 √*2 1 : 2 X

Keterangan : Surfaktan = T80 (tween 80), T20 (tween 20); Kosurfaktan = PG (Propylene glycol), PEG (Polyethylene glycol 400); Minyak = Asam Oleat; √ = homogen; *(angka) = kode formula; X = memisah (dalam 24 jam)

Berdasarkan hasil optimasi komposisi surfaktan – kosurfaktan dan

minyak (Tabel IV) menunjukkan bahwa campuran antara tween 80 baik

dengan propilenglikol dan PEG 400 tidak mampu menghasilkan fase

homogen dalam berbagai perbandingan. Sedangkan campuran antara tween

20 dengan propilenglikol dalam perbandingan 1 : 1 dan 2 : 3 mampu

menghasilkan campuran yang homogen (tidak memisah). Untuk penggunaan

kombinasi surfaktan dengan propilenglikol maupun PEG 400 tidak mampu

menghasilkan campuran yang homogen dalam berbagai perbandingan.

Berdasarkan hasil tersebut asam oleat sebagai minyak pembawa lebih mampu

bercampur dengan tween 20 dibanding dengan tween 80.

Page 47: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

31  

2. Pemilihan formula SNEDDS

Pemilihan formula SNEDDS bertujuan untuk menentukan formula yang

mampu menghasilkan emulsi yang memiliki tingkat kejernihan paling

mendekati transmitansi akuades yaitu sebesar 100%. Tahap ini dilakukan

pada calon formula SNEDDS yang terpilih dari hasil optimasi formulasi

komposisi surfaktan – kosurfaktan dan minyak yaitu formula 1 dan 2 yang

diambil sebanyak 100 µL kemudian diemulsifikasikan ke dalam 50 mL

akuades dengan bantuan vortex dengan tujuan untuk membantu proses

pengelmusian sehingga terbentuk emulsi yang homogen selama 30 detik.

Nilai transmitansi (T%) diperoleh melalui pengamatan secara turbidimetri

(kekeruhan) menggunakan spektrofotometer UV/Vis pada panjang

gelombang 650 nm dengan replikasi uji sebanyak 3 kali. Pada penelitian ini

formula yang terpilih diambil berdasarkan nilai transmitansi (T%) lebih dari

75% (lampiran 4).

Tabel V. Hasil transmitansi komposisi surfaktan-kosurfaktan dan Oleic Acid

dengan perbandingan 4 : 1

Formula Surfaktan Kosurfaktan

Rasio komposisi surfaktan : kosurfaktan

% transmitan (x ± sd)

1 T20 PG

1 : 1 34,43 ± 0,612* 2 2 : 3 14,88 ± 0,015

Keterangan : Surfaktan = T20 (tween 20); Kosurfaktan = PG (Propylene glycol); *(angka) = kode formula; * = formula yang terpilih

Berdasarkan hasil tersebut (Tabel V) formula SNEDDS memiliki nilai

transmitansi yang jauh dari nilai transmitansi akuades (lebih dari 75%)

Page 48: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

32  

menunjukkan bahwa sediaan tidak jernih (lampiran 5). Hal ini dikarenakan

perbandingan surfaktan – kosurfaktan terlalu kecil dibandingkan dengan

minyak. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan rasio

komposisi surfaktan dan kosurfaktan terhadap minyak. Maka perbandingan

antara surfaktan – kosurfaktan dan minyak dinaikkan menjadi surfaktan –

kosurfaktan : minyak = 9 : 1. Formula 1 memiliki nilai transmitansi lebih

besar dibandingkan formula 2 sehingga formula 1 yang dipilih untuk dibuat

dengan perbandingan minyak : surfaktan – kosurfaktan = 1 : 9.

Tabel VI. Hasil transmitansi komposisi surfaktan-kosurfaktan dan Oleic Acid

dengan perbandingan 9 : 1

Formula Surfaktan Kosurfaktan

Rasio komposisi surfaktan : kosurfaktan

% transmitan (x ± sd)

1 T20 PG 1 : 1 83,81 ± 0,30 Keterangan : Surfaktan = T20 (tween 20); Kosurfaktan = PG (Propylene glycol)

Berdasarkan hasil tersebut (Tabel VI) dengan perbandingan maksimal

komposisi surfaktan – kosurfaktan : minyak yaitu 9 : 1 menghasilkan nilai

rata – rata dari 3 kali pengujian transmitansi sebesar 83,81% (lampiran 5)

dimana nilai tersebut lebih dari 75% yang menandakan ukuran tetesan yang

terbentuk oleh minyak di dalam air semakin kecil sehingga diperkirakan

memiliki ukuran tetesan berkisar 50 – 500 nm.

3. Pengamatan emulsification time

Penghitungan emulsification time bertujuan untuk memperoleh gambaran

waktu yang dibutuhkan SNEDDS untuk membentuk nanoemulsi ketika

Page 49: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

33  

bertemu dengan cairan saluran cerna. Proses pengamatan emulsification time

dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel VII. Hasil pengamatan emulsification time pada suhu 37oC

Formula Media Emulsification time (detik)

(x ± sd)

1

Akuades 34,17 ± 0,8802

AGF 103,25 ± 0,9725

AIF 100,17 ± 0,0814

Keterangan : AGF = artificial gastric fluid; AIF = artificial intestinal fluid

Berdasarkan hasil tersebut (Tabel VII) SNEDDS formula 1 mampu

membentuk nanoemulsi dalam media aquadest dengan rata – rata selama

34,17 detik sementara dalam media AGF memerlukan rata – rata waktu

selama 103,25 detik (sekitar 1 menit 43 detik) dan 100,17 detik (sekitar 1

menit 40 detik) dalam media AIF (lampiran 6). Menurut penelitian yang

dilakukan Meirista (2014) syarat emulsification time untuk sediaan SNEDDS

yaitu kurang dari 5 menit. Hal ini menunjukkan bahwa formula 1 mampu

memberikan hasil emulsification time kurang dari 5 menit dalam ketiga media

tersebut sehingga formula 1 merupakan formula SNEDDS yang optimal

dengan perbandingan komposisi Tween 20 : Propilen glikol : Oleic Acid =

2,25 : 2,25 : 0,5 yang memiliki nilai transmitansi sebesar 83,81%.

4. Karakterisasi tetesan nanoemulsi

a. Ukuran dan distribusi tetesan nanoemulsi

Karakterisasi ukuran tetesan dilakukan untuk mengetahui apakah

ukuran tetesan nanoemulsi yang terbentuk telah berukuran antara 50 nm

Page 50: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

34  

– 500 nm. Distribusi ukuran atau polydipersity index merupakan nilai

standar deviasi dari rata – rata ukuran partikel yang digunakan sebagai

parameter keseragaman dan reliabilitas metode pembuatan nanoemulsi.

Nilai polydispersity index semakin di bawah 1 mengartikan

keseragaman ukuran nanoemulsi yang terbentuk (Meirista, 2014)

Tabel VIII. Ukuran dan nilai polydispersity index tetesan nanoemulsi

Formula Ukuran tetesan (nm) Polydispersity index (PI) tetesan

1 165,5 0,198

Berdasarkan hasil yang tersaji pada tabel VIII menunjukkan bahwa

ukuran tetesan nanoemulsi berada dalam rentang 50 - 500 nm dengan

nilai polydispersity index (PI) tetesan nanoemulsi kurang dari 1

(lampiran 7). Perolehan ukuran tetesan nanoemulsi telah mencapai hasil

yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan hasil transmitansi sebelumnya

yang memberikan gambaran awal perolehan ukuran tetesan nanoemulsi.

Tetesan nanoemulsi terdistribusi pada rentang 35,03 nm – 454,69 nm

(lampiran 7). Nilai polydispersity index (PI) kurang dari satu (0,198)

berfungsi sebagai indikator distribusi ukuran yang homogen. Hal ini

menunjukkan bahwa metode pembuatan SNEDDS yang digunakan

untuk preparasi nanoemulsi memiliki reliabilitas yang baik.

b. Potensial zeta tetesan nanoemulsi

Zeta Potensial adalah parameter muatan listrik antara partikel

koloid. Karakterisasi potensial zeta tetesan nanoemulsi dilakukan untuk

Page 51: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

35  

mengetahui kestabilan sediaan SNEDDS. Tetesan nanoemulsi yang

dihasilkan dari penelitian ini memiliki nilai potensial zeta seperti yang

terdapat pada tabel IX.

Tabel IX. Potensial zeta tetesan nanoemulsi

Formula Potensial zeta tetesan nanoemulsi (mV)

1 -0,4

Berdasarkan hasil tersebut (Tabel IX) menunjukkan bahwa

SNEDDS formula 1 memiliki nilai potensial zeta yang tidak melebihi

+30 mV dan tidak kurang dari -30 mV (lampiran 8). Potensial zeta yang

rendah mengakibatkan daya tarik menarik muatan antar partikel dispersi

melebihi daya tolak menolaknya sehingga kemungkinan terjadinya

flokulasi lebih besar. Namun karena sediaan dibuat dalam bentuk

SNEDDS maka sediaan tersebut dirasa sudah tepat karena sediaan lebih

stabil dibandingkan dalam bentuk nanoemulsi dimana sediaan dalam

bentuk SNEDDS hanya akan teremulsi ketika sudah dikonsumsi dan

kontak dengan cairan gastrointestinal.

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa untuk mendapatkan

formula SNEDDS ekstrak kloroform daun salam dengan oleic acid

sebagai minyak pembawa yang memenuhi kriteria sediaan nanoemulsi

diperlukan perbandingan komposisi minyak (Oleic Acid) yang jauh

lebih kecil dibanding surfaktan dan kosurfaktan.

Page 52: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

36  

5. Uji visualisasi morfologi nanoemulsi

Morfologi partikel nanoemulsi perlu diketahui karena jika bentuk partikel

nanoemulsi yang kurang sferis akan mempermudah kontak antar partikel

menjadi berujung pada agregasi (Couvreur et al., 2002).

Gambar 7. Hasil Transmission Electron Microscope (TEM)

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa bentuk partikel

nanoemulsi yang dihasilkan berbentuk sferis meskipun masih ada partikel

yang berbentuk kurang sferis sehingga kontak antar partikel tidak membentuk

agregat.

Page 53: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

37

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan dari SNEDDS ekstrak

kloroform Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dapat

menghasilkan fase yang homogen.

b. Optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan dengan minyak (Oleic Acid)

dari SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium polyanthum

(Wight) Walp.) dapat menghasilkan fase yang homogen.

c. Optimasi komposisi surfaktan dan kosurfaktan dengan minyak (Oleic Acid)

dari SNEDDS ekstrak kloroform Daun Salam (Syzygium polyanthum

(Wight) Walp.) menghasilkan formula yang optimal dengan perbandingan

komposisi Tween 20 : Propilen glikol : Oleic Acid = 2,25 : 2,25 : 0,5 yang

memenuhi beberapa kriteria sediaan nanoemulsi meliputi emulsification

time kurang dari 5 menit dan memiliki ukuran partikel 50 – 500 nm (165,5

nm) dengan nilai polydispersity index kurang dari 1 (PI = 0,198) meskipun

sediaan tersebut kurang stabil yang ditunjukkan dengan nilai potensial zeta

tidak melebihi +30 mV dan tidak kurang dari -30 mV serta memiliki bentuk

partikel yang sferis

Page 54: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

38  

  

B. Saran

a. Untuk memperoleh formula SNEDDS yang lebih stabil maka dapat

dilakukan solidifikasi SNEDDS dalam bentuk solid SNEDDS sehingga

dapat diperoleh formula yang lebih stabil.

b. Penggunaan asam lemak rantai panjang kurang tepat digunakan dalam

formulasi SNEDDS ekstrak kloroform daun salam dikarenakan

perbandingan komposisi minyak jauh lebih kecil dibanding surfaktan dan

kosurfaktan sehingga jumlah obat yang dapat larut dalam minyak sedikit

yang berakibat pada ketidakoptimalan efek terapi.

Page 55: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

39  

  

DAFTAR PUSTAKA

Amrutkar, C., Salunkhe, K., Chaudhari, S., 2014, Study on Self Nano Emulsifying Drug Delivery System of Poorly Water Soluble Drug Rosuvastatin Calcium, World Journal of Pharmaceutical Research, 3 (4): 2137-2151.

Anonim, 1986, Sediaan Galenik 5, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta. Ayyida, K., 2014, Studi Komparasi Aktivitas Antioksidan pada Daun Salam

(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dengan Daun Jambu Air (Syzygium samarangense (BL.) Merr et Perry) Varietas Delima, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurua, Institusi Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang.

Azeem, A., Rizwan, M., Ahmad, F.J., Iqbal, Z., Khar, R.K., Aqil, M., et al., 2009,

Nanoemulsion Components Screening and Selection: a Technical Note. AAPS PharmSciTech, 10: 69–76.

Balakumar, K., Raghavan, C.V., selvan, N.T., prasad, R.H., dan Abdu, S., 2013,

Self Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) of Rosuvastatin Calcium: Design, Formulation, Bioavailability and Pharmacokinetic Evaluation, Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, 112: 337–343.

Bandivadekar, M., Pancholi, S., Kaul-Ghanekar, R., Choudhari, A., Koppikar, S.,

2013, Single Non-ionic Surfactant Based Self-Nanoemulsifying Drug Delivery Systems: Formulation, Characterization, Cytotoxicity and Permeability Enhancement Study, Drug Development and Industrial Pharmacy, 39 (5): 696-703.

Bansal, A., Munjal, B., dan Patel, S., 2010, Self-Nano-Emulsifying Curcuminoids

Composition with Enhanced Bioavailability, WO/2010/010431 cit Meirista, I., 2014, Formulasi dan Uji Aktivitas Nano-herbal Anti-hiperkolesterol dari Kombinasi Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dan Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) menggunakan Myritol 318 sebagai Fase Minyak, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Barry, B. W., 1987, Mode of action of penetration enhancers in human skin cit

Anderson, James M, & Sung Wan Kim., 1987, Advances in drug delivery, European Journal of Pharmaceutical Sciences, 101 – 114.

Page 56: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

40  

  

Bouchemal, K., Briançon, S., Perrier, E., dan Fessi, H., 2004, Nano-emulsion Formulation using Spontaneous Emulsification: Solvent, Oil and Surfactant Optimization, Int J Pharm, 280: 241–251.

Couvreur, P., Barrat, G., Fattal, E., Legrand, P., dan Vauthier, C., 2002,

Nanocapsule Technology: a Review, Crit. Rev. Ther. Drug Carrier Sys, 19: 99-134

Dalimartha, S., 2000, Atlas tumbuhan obat Indonesia Jilid 2, Niaga Swadaya,

Jakarta.

Date, A.A., Desai, N., Dixit, R., dan Nagarsenker, M., 2010, Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System: Formulation Insights, Applications and Advances, Nanomedicine, 5: 1595–1616.

Diba, Rovie Farah., Sedarnawati Yasni., Sri Yuliani., 2014, Nanoemulsifikasi

Spontan Ekstrak Jinten Hitam dan Karakteristik Produk Enkapsulasinya, Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 25 (2): 134 – 139.

Fudholi, A., 2013, Disolusi dan Pelepasan Obat In-vitro, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta. Gershanik, T. & Benita, S., 2000, Self-dispersing Lipid Formulations for

Improving Oral Absorption of Lipophilic Drugs, European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, 50 (1): 179-188.

Gursoy, R.N. & Benita, S., 2004, Self-Emulsifying Drug Delivery System

(SEDDS) for Improved Oral Delivery of Lipophilic Drugs, Biomed and Pharmacother, 58: 173-182.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: penuntun cara modern menganalisis

tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih, P., Penerbit ITB Press, Bandung. Haritha, Basha, S.P., Rao P, K., dan Vedantham, C., 2003, A Brief Introduction to

Methods of Preparation, Applications and Characterization of Nanoemulsion on Drug Delivery Systems, Ind J Res Pham Biotech, 1: 25–28.

Kibbe, A.H., 2000, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 3rd ed, The

Pharmaceutical Press, London Kurakula, M. & Venkatesh Miryala., 2013, Self-Nanoemulsifying Drug Delivery

System (SNEDDS) for Oral Delivery of Atorvastatin-Formulation and Bioavailability Studies, Journal of Drug Delivery & Therapeutics, 3 (3): 131 – 142.

Page 57: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

41  

  

Lajuck, P., 2012, Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) Lebih Efektif Menurunkan kadar Kolesterol Total dan Low Density Lipoprotein (LDL) Dibandingkan Statin pada Penderita Dislipidemia, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar.

Makadia H. A., Bhatt A. Y., Parmar R. B., Paun J. S., dan Tank H. M., 2013, Self-

Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS): Future Aspects, Asian J Pharm Res, 3(1): 21-24.

Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, 15, Penerbit ITB Press, Bandung.

Meirista, I., 2014, Formulasi dan Uji Aktivitas Nano-herbal Anti-hiperkolesterol dari Kombinasi Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dan Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) menggunakan Myritol 318 sebagai Fase Minyak, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mohanraj, V.J. dan Chen, Y., 2006, Nanoparticles, Trop J Pharm Res, 5: 561–

573. Patel, J., Kevin, G., Patel, A., Raval, M., dan Sheth, N., 2011a, Design and

Development of a Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System for Telmisartan for Oral Drug Delivery, Int J Pharm Investig, 1: 112–118.

Patel, J., Patel, A., Raval, M., dan Sheth, N., 2011b, Formulation and

Development of a Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System of Irbesartan, J Adv Pharm Technol Res, 2: 9–16.

Pinto Reis, C., Neufeld, R.J., Ribeiro, A.N.J., dan Veiga, F., 2006,

Nanoencapsulation I, Methods for preparation of drug-loaded polymeric nanoparticles, Nanomedicine: Nanotechnology, Biology and Medicine, 2: 8-21.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, sixth. Ed, Pharmaceutical Press, London.

Shafiq-un-Nabi, S., Shakeel, F., Talegaonkar, S., Ali, J., Baboota, S., Ahuja, A.,

2007, Formulation Development and Optimization using Nanoemulsion Technique: A technical note, AAPS Pharm SciTech, 8: E12 – E17.

Shakeel F., Baboota S., Ahuja A., Ali J., Faisal M.S., dan Shafiq S., 2008,

Stability Evaluation of Celecoxib Nanoemulsion Containing Tween 80, Thai Journal Pharm Sci, 32: 4-9.

Page 58: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

42  

  

Singh, B., Bandopadhyay, S., Kapil, R., Singh, R., dan Katare, O., 2009, Self-emulsifying Drug Delivery System (SEDDS): Formulation Development, Characterization and Applications, Crit Rev Ther Drug Carrier Syst, 26: 427–521.

Sudarsono, Gunawan D., Wahyono S., Donatus, I.A., Purnomo., 2002, Tumbuhan

Obat II, Sifat-sifat, dan Penggunaan, Pusat Studi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Surya, E.R., 2014, Pembuatan S-SNEDDS Ketoprofen dengan Asam Oleat

Sebagai Fase Minyak, Tween 20 Sebagai Surfaktan, dan Propilen Glikol Sebagai Kosurfaktan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Taufiqurrohman., 2015, Indonesian Bay Leaves as Antidiabetic for Type 2

Diabetes Mellitus, J. Majority, 4: 101-108 Van Steenis, C.G.G.J., 2003, Flora, PT Pradya Paramita, Jakarta.

Wakerly, M.G., Pouton, C.W., Meakin, B.J., Morton, F.S., 1986, Selfemulsification of Vegetable Oil-non-ionic Surfactant Mixtures, ACS Symp Series, 3 (11): 242-255.

Wijayakusuma, H., 2002, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Erlangga, Jakarta.

 

Page 59: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

43  

  

L A M P I R A N

Page 60: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

44  

  

Lampiran 1. Determinasi Tanaman

Page 61: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

45  

  

Lampiran 2. Pembuatan Ekstrak Kloroform Daun Salam

Pengumpulan Bahan Baku Daun Salam Penyortiran Segar

Pengeringan Daun Salam Serbuk Simplisia Daun Salam

Proes Maserasi Daun Salam

Penyaringan maserat Penguapan maserat

Page 62: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

46  

  

Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kloroform Daun Salam Bobot ekstrak kental = 28,37 gram Bobot simplisia daun salam = 500 gram Rendemen ekstrak = Bobot ekstrak kental Bobot simplisia = 28,37 gram 500 gram = 5,674 % Jadi rendemen ekstrak kloroform daun salam sebesar 5,647 %

x 100%

x 100%

Page 63: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

47  

  

Lampiran 4. Pembuatan Nanoemulsi Ekstrak Kloroform Daun Salam

Pencampuran dengan menggunakan bantuan

magnetic stirer Proses sonikasi Dikondisikan pada suhu 45o C

Proses pengukuran nilai transmitansi menggunakan Spektrofotometer UV/Vis

Proses pengamatan emulsification time

Page 64: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

48  

  

Lampiran 5. Hasil Transmitansi Komposisi Surfaktan-Kosurfaktan dan Oleic Acid Perbandingan komposisi surfaktan – kosurfaktan : oleic acid = 4 : 1

A B C D T% 1 T% 2 T% 3 T% Rata –

rata

T20 PG 1 : 1 1 : 4

33,96 35,12 34,20 34,43 2 : 3 14,88 14,87 14,90 14,88

Perbandingan komposisi surfaktan – kosurfaktan : oleic acid = 9 : 1 A B C D T% 1 T% 2 T% 3 T%

Rata – rata

T20 PG 1 : 1 1 : 9 84,30 83,75 83,37 83,81 Keterangan : A = Surfaktan B = Kosurfaktan C = Rasio surfaktan : kosurfaktan D = Minyak pembawa (oleic acid) : surfaktan – kosurfaktan T20 = Tween 20 PG = propylene glycol T% 1 = Transmitansi replikasi 1 T% 2 = Transmitansi replikasi 2 T% 3 = Transmitansi replikasi 3 T% rata – rata = rata – rata nilai transmitansi dari ketiga replikasi uji

Page 65: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

49  

  

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Emusification Time

A B C Replikasi Akuades (detik)

AGF (detik)

AIF (detik)

T20 1:1 PG 1 2 3

34,19 35,04 33,28

102,32 104,26 103,17

100,13 100,26 100,11

Keterangan : A = Surfaktan B = Rasio komposisi surfaktan : kosurfaktan C = Kosurfaktan T20 = Tween 20 PG = propylene glycol AGF = Artificial Gastric Fluid AIF = Artificial Intestinal Fluid

Page 66: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

50  

  

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Ukuran dan Distribusi Ukuran Partikel

Page 67: OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF …eprints.uns.ac.id/28167/1/M3513033_pendahuluan.pdf · Dari semua sediaan yang homogeny kemudian dilakukan pengamatan terhadap nilai transmitannya

51  

  

Lampiran 8. Hasil Pengukuran Potensial Zeta