Oleh : Dina Imelda Pembimbing : dr. Diah Kurnia Mirawati, Sp. S(K)
description
Transcript of Oleh : Dina Imelda Pembimbing : dr. Diah Kurnia Mirawati, Sp. S(K)
1
Oleh : Dina Imelda
Pembimbing : dr. Diah Kurnia Mirawati, Sp. S(K)
1
Journa l EMG
UTILITY OF ELECTRODIAGNOSTIC TESTING IN EVALUATING PATIENTS
WITH LUMBOSACRAL RADICULOPATHY: AN EVIDENCE-BASED REVIEW
S. Charles Cho, MD, Mark A. Ferrante, MD, Kerry H. Levin, MD, Robert L. Harmon, MD, MS, & Yuen T. SO, MD, PhD
ABSTRAK
Awal diperoleh 355 Artikel 119
membahas studi konduksi saraf,EMG
atau potensial bangkitan, detail studi adekuat pengkajian
lbh lanjut
53 studi memenuhi kriteria inklusi, dikelompokkan menggunakan
kriteria yang telah ditentukan, berdasar klasifikasi bukti utk
kategori studi diagnostik
* Kajian berbasis bukti (evidence
based review) atas uji elektrodiagnostik
(EDX testing)
Dilakukan pada pasien-pasien suspek
penderita radikulopati lumbosakral
Tujuan: Menentukan kegunaan & manfaat
pelaksanaannya dalam diagnosis &
prognosisPencarian literatur untuk identifikasi
artikel2 yg membahas & menggunakan teknik
EDX
ABSTRAK
2 studi kelas II, menunjukkan
keberadaan manfaat pelaksanaan
peripheral myotomal limb
electromyography dlm Dx & evaluasi kasus radikulopati
* 2 studi kelas II, 7 studi kelas III, 34
studi kelas IV
Sebuah artikel mengenai studi kelas II & 3 artikel kelas
IV membahas H-Reflex
signifikansi statistik, utk diagnostik &
konfirmasi ps diduga radikulopati
lumbosakral S1
2 studi kelas II & 2 studi kelas III,
memiliki rentang sensitivitas berbeda2 digunakan pemetaan
otot-otot paraspinalis
ABSTRAK
Anggota satuan tugas dipilih berdasarkan keahlian dan
pengalaman mereka dalam EDX dan metodologinya
* Diagnosis ditegakkan
berdsrkan riw. klinis dan PF, Px
penunjang radiologi dan uji EDX
Kesulitan utama kajian sistematis ketiadaan referensi
standar yang digunakan dalam
diagnosis radikuloapti lumbosakral
The Lumbosacral Radiculopathy Task Force dibentuk oleh
The American Association of
Neuromuscular and Electrodiagnostic
Medicine (AANEM) melakukan
systematic review dari berbagai
literatur yang ada evaluasi kegunaan
EDX dalam diagnosis
radikulopati
• Pencarian pertama artikel-artikel tertentu yang terdapat dalam the United States National Library of Medicine’s MEDLINE database
• Ketentuan: dalam bahasa inggris, menggunakan header (medical subject headings; MeSHS),
METODE2003 Oktober
• Pencarian kedua• Pencarian ketiga• Pencarian keempat: kriteria pencarian diperluas mll
penambahan istilah MeSH yang digunakan, bibliografi, buku2 teks & artikel-artikel relevan dipublikasikan oleh anggota, komite, maupun rekanan AANEM
2005 Oktober2006 Januari2006 Agustus
• Sehingga diperoleh artikel2 yang mendeskripsikan penggunaan EDX dalam D/ atau prognostikasi kasus-kasus radikulopati lumbosakaral,selanjutnya akan dikaji lebih lanjut
Abstrak yang diperoleh dikaji setidaknya oleh
2 anggota
Kriteria inklusiLingkup pengkajian: hanya pada metode elektrofisiologis standar
(EMG, pemetaan paraspinalis [paraspinal mapping, PM], konduksi saraf [termasuk H-reflex dan F-wave], dan potensial bangkitan motorik melalui stimulasi radiks saraf dan potensial bangkitan somatosensorik
Kajian dilakukan terhadap studi yg memenuhi 4 dari 8 kriteria
1. Studi kohort prospektif atau case control study
5. Prosedur EDX
terdeskripsi mendetail
6. Nilai dan kriteria
rujukan dalam interpretasi hasil tidak
terlalu berbeda dgn
standar
2. Masking hasil EDX ketika menerapkan acuan
standar
7. Studi memba
has teknik
konduksi saraf
dan SEP,
kriteria hasil abn
dijabarkan
adekuat dlm
metode statistik sesuai
8. Studi memba
has teknik
konduksi saraf
dan SEP,
dicantumkan
temperatur kaki
ps
4. Memili
ki standar referensi yang valid
3. Memiliki kriteria penyeleksian ps baik
HASIL9 artikel teridentifikasi sebagai studi dengan bukti kelas II
atau III3 artikel mempelajari penggunaan latensi gelombang F
dan potensial bangkitan dan 4 artikel mengenai refleks H dan EMG
4 studi dalam tatanan blinded evaluationOutcome artikel lain non-blinded evaluation
diklasifikasikan studi kelas III karena pengukuran EDX bersifat obyektif
Studi kelas IV tidak dilakukan pengkajian
Karakteristik StudiKriteria inklusi memiliki desain studi dan cohort assembly
method bervariasi
Dua studi prospektif, menggunakan masking dan terkontrol, 5 studi case control prospective, 3 studi case control retrospective
Jumlah pasien masing-masing studi 16-206 pasien. Rerata usia 18-80 tahun
Penilaian EMG dilakukan dalam tatanan blinded, random, prospektif dan dibandingkan dengan modalitas ”standar baku” yang obyektif
Cont..Derajat manifestasi klinis yang digunakan dalam
penegakan diagnosis juga bervariasi
Presentasi klinis yang terjadi berupa nyeri punggung, pain radiation, abnormalitas refleks, defisit kekuatan dan kemampuan mobilisasi, baik dalam kelompok kohort maupun kelompok pasien-pasien LBP yang tidak mengalami radikulopati
Cont..Gejala lain, sciatica dalam waktu tertentu, 60% reduksi
refleks tendon achilles, 17%-nya reduksi refleks patella, 61%-nya kelemahan ekstensi tumit, 30%-nya reduksi kemampuan merasakan sensasi, 40%nya atrofi otot, 95%-nya dijumpai positive straight leg raises.
Sebagian besar menggunakan nyeri radikuler untuk skrining awitan
EMG/Pemetaan paraspinalBeberapa studi menginvestigasi pelaksanaan limb
myotomal EMG dan PM, dimana ditemukan aktivitas/gerakan spontan abnormal digunakan sebagai definisi dari abnormalitas yang terjadi (tabel 1)
Studi kelas III membandingkan PM dengan modalitas pencitraan (CT Scan maupun MRI) pada 43 pasien dan EMG ekstremitas pada 110 pasien
Kelompok pasien dikategorikan berdasarkan derajat kepastian diagnosis radikulopati lumbosakral
Cont..Temuan radiologis diklasifikasikan ke dalam kelompok normal
dan abnormal (possible, probable, single level atau multilevel)
Perbandingan hanya dari beberapa kelompok tertentu (eksklusi kelompok possible & probable) dari abnormalitas (single-level abnormality imaging findings) yang ditemukan melalui modalitas pencitraan terhadap PM, sensitivitas 63%, spesifitas 92%, Positive Predictive Value (PPV) 87%, Negative Predictive Value (NPV) 75%
Pada multilevel imaging abnormalities secara berurutan 71%, 92%, 83 % dan 85%
Cont..Studi kelas III lain, PM dibandingkan dengan modalitas
pencitraan, EMG ekstremitas, pemeriksaan fisik & dikombinasikan dengan EMG/modalitas pencitraan sebagai standar referensi terpisah.
Modalitas pencitraan sebagai standar referensi, sensitivitas dan spesifitas PM mencapai 66% dan 92%
EMG ekstremitas sebagai standar referensi, sensitivitas dan spesifitas 50% dan 85%
Cont..Kombinasi EMG dengan modalitas pencitraan sebagai standar
referensi ,sensitivitas dan spesifitas 58% dan 90%
Studi kelas II, mendokumentasi pelaksanaan PM pada 4 atau lebih otot, sensitivitas dan spesifitas 30.4% dan 100%
EMG tambahan pada sejumlah otot-otot kaki, sensitivitas 47.8% dan spesifitas 87.5%
Kombinasi salah satu dari beberapa varian modalitas EMG, sensitivitas 79.2% dan spesifitas 50%
Studi kelas II lain, digunakan modalitas EMG mencakup 4-5 otot ekstremitas
Cont..Studi kelas II lain, EMG mencakup 4-5 otot ekstremitas
dilengkapi PM, sensitivitas 89-92%, tanpa PM 77-89%, spesifitas tidak dapat dikalkulasikan karena tidak menyertakan batas-batas hasil positif palsu dan negatif palsu sebenarnya.
Cont..
H-ReflexStudi kelas II dan 2 buah studi kelas III melakukan investigasi
tibial nerve H-reflex sebagai salah satu modalitas diagnosis radikulopati lumbosakral (Tabel 2)
Sensitivitas dan spesifitas bervariasi
Kelompok radikulopati S1, sebuah studi sensitivitas dan spesifitas, 100%, beberapa studi 51% dan 91%, PPV 64% dan NPV 84%
Pada kelompok L5 mengalami penurunan mencapai 6%
Cont..Melalui penggunaan H-Wave absence atau asymmetry sebagai
penanda abnormalitas, sensitivitas sebesar 36.4% dan 18.2% dan spesifitas mencapai 91.3% dan 100%
Studi-studi terkait F-Wave2 Studi kelas II mempelajari latensi F-Wave dari n. Peroneal
(radikulopati L5) dan n. tibialis posterior (radikulopati S1) dan interside latency differences sebagai penanda dari abnormalitas dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai-nilai normal (Tabel 3)
Perekaman n. peroneal, sensitivitas 65%, n.tibial 56%
Studi kelas III, sensitivitas kombinasi perekaman peroneal/tibial mencapai 25%, spesifitas 62%, PPV 57%, NPV 29%
Cont..Studi kelas III menginvestigasi F peroneal tanpa F tibial,
penanda abnormalitas yang terjadi, berupa ketiadaan gelombang F (ipsilateral atau bilateral) atau keberadaan gelombang F asimetris , sensitivitas 4.8% dan spesifitas 95.5%
Motor Evoked Potential dengan Stimulasi Akar SarafSatu Studi kelas III menguji Motor Evoked Potentials (MEPs)
dirangsang dengan permukaan elektrode di atas garis tengah daerah lumbosakral dan pencatatan otot tibialis anterior (L5) dan soleus (S1)
Latensi MEP AbN jika 3 standar deviasi > mean dari subyek kontrol normal atau perbedaan interside latensi > 0.8 ms
Latensi MEP L5 72% sensitif dan 100% spesifik, PPV 100%, NPV 83% dalam mendeteksi radikulopati lumbal
Latensi S1 sensitif 66.7% dan 100% spesifik, PPV 100%, NPV 74% dalam mendeteksi radikulopati sakral
SEP Segmental/DermatomalDua Studi kelas III menggunakan SEP dermatomal (Tabel 4)
Sensitivitas 29%, spesifitas 67% PPV 63%, NPV 33%
SEP dermatomal L5 90% sensitif dan 97.7% spesifik
SEP dermatomal S1 20% sensitif dan 97% spesifik
SEP peroneal superfisial mencapai sensitivitas terbaik pada radikulopati L5, hingga mencapai 70%
20% pasien dengan diagnosis radikulopati L5, telah pasti diketahui memiliki abnormalitas S1 dermatomal
10% pasien dengan diagnosis radikulopati S1, telah pasti memiliki abnormalitas L5 dermatomal yang nyata
KESIMPULAN1. Pasien-pasien tersangka radikulopati lumbosakral, studi
EDX berikut mungkin membantu diagnosis klinis:a.EMG ext. Perifer (bukti kelas II, rekomendasi Level B)b.PM dengan EMG jarum pada radikulopati lumbal (bukti kelas II, rekomendasi Level B)c.H-refleks pada S1 radikulopati (bukti kelas II dan III, rekomendasi Level C)
2. Bukti menunjukkan sensitivitas rendah pada F-Wave peroneal dan tibialis posterior (bukti kelas II dan III, rekomendasi Level C)
3.Terdapat bukti tidak memadai untuk mendapatkan kesimpulan manfaat dari studi EDX berikut:a. Dermatom/SEP segmental dari dermatom L5 atau S1 (bukti kelas III, rekomendasi Level C)b. PM dengan EMG jarum pada radikulopati sakral (kelas II, Level U)c. MEP dengan stimulasi akar saraf membuat diagnosis mandiri dari radikulopati lumbosakral (bukti kelas III, Level U)
DISKUSIBukti yang tersedia terbatas oleh kurangnya penerimaan secara
universal definisi dari kasus radikulopati lumbosakral
Tidak ada satupun studi yang mengemukakan data metodologi layak untuk perbandingan tidak bias dari obyek acuan standar dengan diagnosis EDX
Penelitian terakhir tidak dapat menangani optimal kombinasi ataupun urutan dari pengujian pada keseluruhan proses evaluasi.
Tak ada satupun dari penelitian terakhir yang menangani kegunaan dari EDX dalam meramalkan hasil atau respon terhadap terapi
REKOMENDASIStudi akan datang harus menghilangkan potensi bias dan
menyediakan data cukup untuk menentukan kontribusi independen dari teknik EDX yang digunakan dalam mendiagnosis tersangka radikulopati lumbosakral
Unsur-unsur direkomendasikan untuk ketepatan diagnostik: 1.Desain penelitian kohort prospektif2.Kohort mencakup spektrum luas3.Standar acuan berbasis konsensus (standar baku) dari radikulopati lumbosakral harus dikembangkan untuk tujuan penelitian
4. Penelitian menggunakan spektrum luas dengan diagnosis alternatif dan berbagai derajat keparahan radikulopati5.Pasien yang terdaftar harus menyelesaikan EDX6.Peneliti yang tidak menyadari hasil EDX harus menentukan diagnosis akhir7.Penelitian dapat dilakukan untuk menilai manfaat EDX dalam kombinasi dengan atau dalam isolasi dari studi diagnostik alternatif dan urutan studi dan kombinasi studi yang memberikan hasil tertinggi
TERIMA KASIH