Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

27

Transcript of Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

Page 1: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...
Page 2: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI CIPANASCIPANAS THEOLOGICAL SEMINARY

Diberikan kepada

Pdt. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D Sebagai Narasumber

Kuliah Umum Pascasarjana Sekolah Tinggi Teologi Cipanas yang diselenggarakanpada hari kamis, 19 November 2020

Martin Elvis, D.Min.NIDN: 2311036501

Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya

SERTIFIKAT

Cipanas, 19 November 2020

Dr. Pelita Hati SurbaktiNIDN: 2301107502

No. 002/STTC/SERT/XI/2020

Kaprodi Magister dan Doktor Teologi

Ketua STT Cipanas

Page 3: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATMENJADI PEMATERI KULIAH UMUM STT CIPANAS DENGAN TEMA MENGINGATDALAM LITURGIONLINE, 19 NOVEMBER 2020Sekolah Tinggi Teologi Cipanas mengadakan Kuliah Umum yang diberikan kepadamahasiswa pascasarjana dengan tema-tema berdasarkan penelitian terkini. Sayamenyampaikan kuliah umum pada tanggal 19 November 2020.Dalam Kuliah Umum ini, saya menyampaikan penelitian saya mengenai makna ingatandalam liturgi, di mana letaknya, dan bagaimana kita bisa menanggapi ingatan secarateologis.Kuliah umum diikuti oleh sekitar 50 orang dari mahasiswa pascasarjana STT Cipanas.Jakarta, 20 November 2020Binsar J. Pakpahan, Ph.D

Page 4: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

Teologi Ingatan dalam Liturgi Gereja1Binsar Jonathan [email protected] | @binsarjpakpahanDi dalam tradisi Kristen, liturgi adalah wadah ingatan komunal; tentunya, kitadapat berkata bahwa liturgi merupakan sebuah tindakan dari ingatan. Liturgi menjadiwadah untuk mengalami tindakan kasih Allah melalui kehidupan Yesus Kristus. SetelahAlkitab dianggap sebagai wadah untuk meneruskan memori sosial, umat Kristendiingatkan pada tindakan penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus, dan bagaimanamembuka pengalaman ini di dalam liturgi. Persekutuan mengingat pengalamantersebut di dalam liturgi mereka dan menjadikan pengalaman itu sebagai sebuahmemori sosial. Dengan demikian, liturgi merupakan dasar dari ingatan komunalterhadap tindakan Allah, ketika Allah bertindak sebagai subjek. Di dalamnya, kitadiperdamaikan dengan Allah, dan kita ditransformasi melalui pengalaman rekonsiliasi.Makalah ini akan mencoba memperlihatkan makna ingatan dalam liturgi danbagaimana liturgi menguatkan kita akan ingatan karya Allah dan undangan untukberpartisipasi dalam karya terhadap sesama.

Liturgi dan IngatanLiturgi sebagai sebuah tindakan dari ingatan dapat dilihat secara utuh di dalamPerjamuan Kudus. Perjamuan Kudus merupakan sebuah peringatan kehidupan YesusKristus. Perjamuan Kudus bukan sekadar memanggil ulang sesuatu yang terjadi padamasa lalu, tetapi juga mewujudkan kembali peristiwa tersebut pada masa kini. Hal inimerupakan misteri yang hidup dan dibuat untuk berpengaruh di dalam liturgi: sebuahtransformasi dari peristiwa masa lalu ke masa kita saat ini. Paulus berkata dalam Roma16:25-27,Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, --menurut Injil yang kumasyhurkan danpemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkanberabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurutperintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segalabangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman--bagi Dia, satu-satunya Allahyang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya!Amin.1 Tulisan ini disampaikan pada Kuliah Umum Pascasarjana STT Cipanas 19 November 2020, yang merupakansaduran dari Bab 5 buku Allah Mengingat (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2017).

Page 5: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

Frase “misteri penyataan” merujuk kepada hubungan antara masa lalu dan masa kini.Hal tersebut juga memperlihatkan penyataan rencana Allah di dalam Kristus. GeoffreyWainwright, seorang teolog dan ahli liturgi Protestan berkata, “Mystery here denotesthe divine purpose and plan to bring human beings to salvation, which has now beenbrought to light as never before through its embodiment in Jesus Christ, the incarnateSon.”2 Misteri ini juga dianggap sebagai sebuah misteri liturgi. Misteri pada masa lalutelah disingkapkan dan diketahui sehingga setiap orang pada masa kini akan percayadan taat kepada Allah. Di sini kita melihat bahwa peristiwa masa lalu dihubungkandengan masa kini, yang kemudian akan mendorong tindakan untuk masa depan.Memori liturgis ini merupakan perwujudan dari masa lalu. Namun, apa maknasebenarnya dari hal-hal tersebut?Utamanya, ingatan dalam liturgi merujuk pada kata anamnesis yang Yesusrumuskan saat Perjamuan Malam Terakhir dengan para murid. Sebagai rumusan kata-kata yang dirumuskan oleh Yesus sendiri, ada makna dari kata-kata eis tēn emēn

anamnēsin dan apa yang makna kata-kata tersebut untuk gereja? Max Thurianmenggunakan eis tēn emēn anamnēsin dengan arti “with a view to my memorial, inmemorial of me, as the memorial of me.”3 Lebih lanjut, ia berkata bahwa peringatan inibukan sekadar tindakan subjektif yang sederhana dari mengumpulkan kembali; haltersebut sebenarnya merupakan sebuah tindakan liturgis. Namun, hal tersebut bukansekadar tindakan liturgis yang membuat Allah hadir, tetapi merupakan sebuah tindakanliturgis yang memanggil kembali peringatan sebelum Bapa melakukan tindakanpengorbanan Sang Anak yang unik, dan membuat diri-Nya hadir di dalam pengenangan-Nya, di dalam tindakan pengorbanan-Nya di hadapan Bapa dan perantaraan-Nyasebagai Imam terbesar. Thurian berkata, “The eucharistic memorial is a recalling to us, arecalling by us to the Father and a proclamation by the Church; it is a thanksgiving andintercession of Christ for the Church.”4 Thurian melanjutkan dengan menyimpulkan apa2 Geoffrey Wainwright, “Christian Worship: Scriptural Basis and Theological Frame” dalam The OxfordHistory of Christian Worship, eds. Geoffrey Wainwright dan Karen B. Westerfield Tucker (New York, OxfordUniversity Press, 2006), 8. Lihat juga Eucharist and Eschatology (New York: Oxford University Press, 1981).3 Max Thurian, The Eucharistic Memorial II: The New Testament (London: Lutterworth Press, 1963), 35.Buku ini merupakan kelanjutan dari buku pertama dalam Perjanjian Lama; lihat The Eucharistic Memorial I: The OldTestament (London: Lutterworth Press, 1968).4 Thurian, The Eucharistic Memorial II, 35.

Page 6: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

makna Alkitab tentang pengenangan: “to recall before God what he has already done forhis people so that he may grant us today all the benefits thereof. The memorial is theactualization of the work of God and at the same time it is the recalling in prayer to theFather of what he has done, in order that he may continue his work today.”5David Power berkata, “The sacramental action of Christian liturgy is therecovery, the creative perception of the human within the memory of Christ and ofChrist within the human.” Ia menyatakan, “such memorial needs to affirm, enlarge, andfill, what is lost. With the advent of a new millennium, a new evangelization, a newresurgence of hope, histories cannot be remembered, Christ is not embodied in apeople, without remembrance of suffering, of time lost. Between time lost and timeregained, there lies the art of sacramental remembrance.”6Perjamuan Kudus adalah peristiwa mengingat kematian Kristus ketika dalamtindakan pengosongan diri-Nya, Allah mengambil rupa seorang manusia yang memilikipenderitaan.7 Yesus berkata, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan aku!”8 Apa maknadari mengingat kematian Kristus? Perjamuan Kudus merupakan sebuah tindakaningatan yang aktif dalam liturgi, karena Yesus yang sudah memberikan diri-Nya bagiumat manusia. Tindakan peringatan ini merupakan “guided by the power of the Spiritand focuses on the location of the memory of Christ within the memory of a people, andthe memory of the people within the memory of Christ’s kenosis.”9 Melalui PerjamuanKudus, masa lalu telah menjadi masa kini untuk di masa depan. Oleh karena itu, ingatandalam Perjamuan Kudus bukan berarti sebuah ingatan pasif dari masa lalu, tetapi hal itu5 Max Thurian, “The Eucharistic Memorial, Sacrifice of Praise and Supplication” dalam EcumenicalPerspectives on Baptism, Eucharist and Ministry, ed. Max Thurian (Geneva: World Council of Churches, 1983), 94.Dalam hubungannya dengan ingatan dalam doa, lihat Edward P. Blair, “An Appeal to Remembrance”, 41–47. Iaberkata bahwa berdoa di dalam nama Yesus, secara berulang disebut dalam Perjanjian Baru, merupakan sebuahbentuk dari mengingat Yesus. Berdasarkan pemikian Ibrani, dengan menyebut nama tersebut, seseorang memeliharajiwa dari makhluk yang hidup dan aktif lainnya pada masa kini. Orang tersebut dianggap tidak ada lagi ketika namatersebut dilupakan. Dengan demikian, berdoa di dalam nama Yesus membuat diri-Nya hadir dalam kekuasaan yanghidup. Dan untuk mengingat-Nya, seseorang yang makan roti dan minum cawan bertujuan untuk mengenal Diasebagai sosok yang hidup dan untuk menantikan datangnya kemenangan. Mengingat Dia berarti berserah kepada Dia,taat kepada Dia, hidup di dalam keharmonisan dengan tujuan anugerah pengampunan, dan untuk membagikantakdirnya.6 David N. Power, “Foundation for Pluralism in Sacramental Expression: Keeping Memory” dalam Journal ofWorship 75 no. 3 May (2001), 198. David Power menulis makalahnya dalam hubungan dengan tindakan gereja padamasa lalu yang menjaga umat tetap berada dalam akar-akar tradisional mereka. Perjamuan Kudus merupakan tempatuntuk sakramen ritual dan naratif pengenangan dan diperhadapkan dengan memori penderitaan dan panggilanuntuk mengakui dosa dan mohon ampun atas perbuatan-perbuatan masa lalu gereja.7 See Power, “Foundation”, 199.8 Lukas 22:19; 1Kor. 11:26.9 Power, “Foundation”, 199.

Page 7: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

juga merupakan sebuah pemanggilan ulang masa kini bagi masa depan melaluiperingatan akan Kristus.Ada pendapat yang berbeda mengenai bagaimana sebuah ingatan dilakukandalam anamnesis. Pertanyaan yang ditujukan untuk tindakan ingatan dalam anamnesisadalah, “apa yang sebenarnya terjadi dalam mengingat?” Apakah itu berarti bahwa kitakembali pada waktu dan membuat masa kini menjadi sesuatu yang sudah terjadisebelumnya? Wainwright mengusulkan bahwa anamnesis mengandung polaritas darimasa lalu dan masa depan. Ia berkata,At the eucharist Christ is present to the eyes of faith: at His table in the final kingdom weshall see Him face to face (cf. 1 Cor. 13:12a). The eucharist is a periodic celebration: inthe final kingdom the worship and rejoicing, as in the life of heaven, will be perpetual. Inthe eucharist, a part of mankind and a part of the world serve the glory of God. In thefinal kingdom God will be all in all. The people who celebrate the eucharist are imperfectin their obedience: in the final kingdom their submission to the rule of God will be total.Eucharistic joy is marred by our persistence in sin: the joy of the final kingdom will befull.10Yesus hadir melalui mata iman dan melalui hal itu, persekutuan memperolehharapan dan sukacita untuk masa depan, ketika Kerajaan Allah akan bertakhta setelahkedatangan Yesus kembali. Kembali, di sini kita melihat bahwa kehadiran Yesusmerupakan hal yang nyata bagi mereka yang melihat hal tersebut melalui iman.Perjamuan Kudus adalah sebuah simbol dari peristiwa yang terjadi di masa lalu, danjuga nyata untuk orang-orang beriman.Namun, ingatan akan masa lalu dalam Perjamuan Kudus memiliki arti yangberbeda-beda, karena tradisi-tradisi yang berbeda. Lee Palmer Wandel, seorangsejarawan dari Kekristenan modern perdana, telah melakukan penelitiannya terhadapteks: “inilah tubuhku,” “lakukan ini,” dan “peringatan akan aku” yang membagi duniaKristen terbagi menjadi dua pada abad ke-16. Ia berfokus kepada perkembangantafsiran filologis ini dan apa yang mereka pahami bagi tiga tradisi Kekristenan yangutama: Katolik, Lutheran, dan Gereja Reformasi. Penelitiannya membuatnya sampaimenyimpulkan bahwa ketiga denominasi tersebut memiliki penafsiran yang berbedatentang waktu dalam liturgi Perjamuan Kudus dan memengaruhi cara merekamengingat masa lalu dan masa kini.Ia menemukan bahwa tradisi Lutheran dan Katolik memiliki konsep memoriyang lebih aktif dibandingkan tradisi gereja Reformasi karena bagi mereka, Kristus10 Geoffrey Wainwright, Eucharist and Eschatology, 147.

Page 8: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

benar-benar hadir dalam Perjamuan Kudus. Bagi Lutheran, ingatan dalam PerjamuanKudus merupakan sebuah kesempatan untuk merefleksikan kematian Kristus yangmenyelamatkan. Sementara mengingat kematian Kristus pada masa lalu, Kristus secarabersama-sama hadir, ketika mereka merayakan memori. Dalam Misa Katolik, Kristushanya hadir setelah konsekrasi dilakukan dan diucapkan oleh pastor. Memori masa lalumenjadi sebuah kehadiran yang aktif setelah konsekrasi. Ingatan dalam PerjamuanKudus di gereja-gereja tradisi reformasi lebih merupakan sebuah peristiwa spesifikyang terjadi pada masa lalu yang tetap terpisah dari masa kini. Jemaat diperingatkanmelalui peristiwa spesifik ini melalui tindakan naratif dalam Perjamuan Kudus sehinggaumat diperingatkan melalui peristiwa tersebut.11Berdasarkan penelitian historisnya, Wandel melihat relasi antara memori masalalu tentang Yesus dihubungkan berbeda pada sakramen Perjamuan Kudus masa kini.Pembedaan tafsiran masa lalu ini dihubungkan dengan bagaimana gerejamempersepsikan kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus. Hal itu bukanlah maksudkita untuk berkontribusi pada pembahasan mengenai pengakuan pada isu ini. Namun,HKBP merupakan gereja yang termasuk dalam tradisi Lutheran. Berdasarkankesimpulan Wander, kita melihat bahwa tradisi Lutheran mempersepsikan dengan carayang lebih aktif untuk menyatakan Kristus benar-benar hadir. Temuan ini akan bergunauntuk penelitian kita, ketika kita membahas liturgi Perjamuan Kudus dalam HKBP.Bagaimana kita dapat melihat melampaui perbedaan tafsiran masa lalu dantafsiran masa kini dalam liturgi Perjamuan Kudus? Satu hal yang umum dari tradisiKristen adalah harapan terhadap parousia. Sementara ingatan tentang masa lalumungkin berbeda antara memori aktif atau memori pasif, harapan akan masa depandibentuk oleh Allah yang sama, yaitu Yesus Kristus.Perayaan peringatan dalam Perjamuan Kudus tidak hanya tentang masa lalu,tetapi juga banyak berhubungan dengan persekutuan orang-orang percaya pada masadepan. Peringatan bahwa rumusan yang Yesus tetapkan, mengundang orang-orangpercaya untuk berpikir tentang masa depan dan untuk mempelajari tentang tindakankasih Allah di dalam dunia. Perjamuan Kudus tidak dapat dipisahkan dari eskatologidan eklesiologi. Inilah yang menjadi alasan apabila Perjamuan Kudus, sering kalidihubungkan dengan banyak penderitaan yang harus dialami oleh gereja. Tentunya,11 Lee Palmer Wandel, The Eucharist in the Reformation: Incarnation and Liturgy (Cambridge, New York:Cambridge University Press, 2006), 260–261.

Page 9: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

dalam penelitian kita, hal tersebut adalah usaha untuk mencapai kesatuan gereja dikonteks Indonesia. Apa yang dapat kita pelajari dari liturgi Perjamuan Kudus adalahpoin utama menjalin sebuah hubungan untuk harapan masa depan tanpa mengabaikankeprihatinan terhadap masa lalu dan masa kini.Wainwright menandai bahwa aspek penantian akan masa depan dalamPerjamuan Kudus telah dikembangkan pada abad-abad terakhir ini.12 Ia berkata bahwateologi memberi penekanan atas Perjamuan Kudus hanya sebagai ingatan akan salibyang telah diperluas dalam tiga cara. Saat ini, anamnesis digunakan untuk menunjuk,“the birth, life, passion, resurrection, ascension, and heavenly intercession of JesusChrist as well as his expected parousia.”13 Perubahan kedua adalah penekanan baru ataspanggilan gereja di tengah dunia. Perubahan ketiga yang ia tulis ialah tentang aspekeskatologis dari Perjamuan Kudus. Seperti yang Morril tulis, makna eskatologisPerjamuan Kudus dalam liturgi Katolik sempat hilang hingga terjadinya gerakanpembaruan liturgi.14Secara tegas, Wainwright menghubungkan Perjamuan Kudus dengan aspekeskatologis ini. Ia memperlihatkan bahwa mulai dari doa dan liturgi Perjamuan Kudusmula-mula, eskatologi tidak pernah jauh dari pemikiran jemaat perdana ketika merekamerayakan Perjamuan Kudus. Mereka percaya dan berharap akan kedatangan kembaliYesus Kristus dalam anamnesis Yesus Kristus pada saat perayaan Perjamuan Kudus.15Wainwright mencatat bahwa salah satu bukti dari hubungan antara PerjamuanKudus dan eskatologi ditemukan dalam kata maranatha (1Kor. 11:26). Gereja perdanamerayakan Perjamuan Kudus dalam dua-lapis pengharapan: perayaan memori Yesusdan pengharapan akan parousia. Perayaan makan itu akan diulang terus hingga12 Wainwright menulis sebuah bagian pada “Recent Thinking on the Eucharist” dalam Max Thurian danGeoffrey Wainwright (editors), Baptism and Eucharist: Ecumenical Convergence in Celebration, (Geneva: WorldCouncil of Churches, 1983), 104–108. Dia menulis, kemudian gagasan-gagasan baru adalah: Sakramen merupakantanda, Transsignifikasi, Pengenangan dan Pengorbanan, dimensi eskatologi, dimensi ekklesiologi, kesepakatanekumenis, Perjamuan Kudus dan dunia, dan Perjamuan Kudus sebagai berkat. Ia menulis revisi versi lain pada“Recent Eucharistic Revision,” dalam The Study of Liturgy, eds. Cheslyn Jones et al. (New York: Oxford UniversityPress, Revised Edition, 1992), 328–338.13 Wainwright, “Recent Eucharistic Revision”, 335. Lihat juga Geoffrey Wainwright, “Sacramental Time”dalam Liturgical Time, Wiebe Vos dan Geoffrey Wainwright (Rotterdam: Liturgical Ecumenical Center Trust, 1982),135–146. Di sini Wainwright secara tepat mengusulkan bahwa pengenangan akan Kristus ini memiliki substansiontologis yang lebih besar dibandingkan hanya sekadar peristiwa psikologis yang akan diberikan.14 Lihat Wainwright, Eucharist and Eschatology, 87. Ia berkata, “The first, and indisputable, difference(between the western and eastern early liturgy) is that there is practically never any reference in the Western texts ofthe Eucharist to the second coming of Christ.”15 Lihat Wainwright, Eucharist and Eschatology, khususnya bab 3, “Maranatha”.

Page 10: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

kedatangan Kristus kembali. Ingatan akan Yesus dipelihara dengan pengharapan akanKerajaan Allah.Ketika hal tersebut dihubungkan dengan pengharapan masa depan, PerjamuanKudus mengingatkan kita bahwa Kristus akan datang baik sebagai Juruselamat maupunHakim.16 Dengan demikian, walau kita sedang mengingat masa depan, kita jugadiingatkan bahwa “the Christian’s baptismal incorporation into Christ breaks through:present judgment by the Lord (vv. 29–32a) is a gracious chastisement (v. 32a), whosepurpose is to (bring us to repentance and so) save us from final condemnation(v.32b).”17 Inilah yang menjadi alasan mengapa Wainwright menyebut liturgi mula-mula yang “made this connection of parousia and the final judgment at the end of theinstitution narrative and the anamnesis.”18 Dengan demikian, walau liturgi PerjamuanKudus dirayakan untuk mengingat keseluruhan kisah Yesus pada masa lalu, liturgitersebut juga memiliki pengharapan yang sangat besar terhadap masa depan dalamparousia, dan penghakiman yang akan dibawa Kristus.Hal tersebut layak untuk dicatat bahwa hubungan antara Perjamuan Kudusdengan masa depan selalu dilihat dalam konteks persekutuan. Kita dapat melihatkemiripan faktor komunal ini dengan pendapat Schmemann, walaupun Wainwrightjuga menekankan peran individu di dalamnya. Wainwright melihat bahwa “At theeucharist, Christians “come together to eat” (1 Cor. 11:33), and the Lord confronts eachindividual (antropos, v.28) in judgment and salvation: so will every man be judged aspart of the universal last assize.”19 Ketika waktu penghakiman datang, orang-orangKristen yang merupakan bagian dari komunitas tersebut akan tetapi berhadapandengan Tuhan sebagai individu.Mengapa pengharapan akan masa depan yang datang dari ingatan akan masalalu saling bersangkut paut? Di dalam Perjamuan Kudus, orang-orang percaya diberikanjanji “kebenaran, damai, dan sukacita” dan sebagai konsekuensinya, “The eucharistic16 Di sini Wainwright, Eucharist and Eschatology, 82, mengutip Ernst Käsemann, “Anliegen und Eigenart derpaulinischen Abendmalslehre” dalam Exegetische Versusche und Besinnungern Vol. I (Göttingen: Vandenhoeck &Ruprecht, 1960), 25. Wainwright menerjemahkan ucapan Käsemann yang mengatakan, “When the Lord comes on thescene, it is also the universal Judge who appears…His presence never leaves us unaffected. We do not, by our owndisrespect, render his gift ineffective or make the presence of Christ unhappen. We cannot paralyze God’seschatological action. Salvation scorned becomes judgment…Where the Saviour is despised, the universal Judgeremains present and shows himself in that very place as the one from whose presence there is no escape…thesacramental coming of the Lord always sets men in the perspective of the Last Day and therefore itself bears themarks of what God will do at the Last Day. It is a kind of anticipation, within the church, of the Last Day.”17 Wainwright, Eucharist and Eschatology, 83.18 Wainwright, Eucharist and Eschatology, 84. Lihat contoh liturgi dalam halaman 61–64.19 Wainwright, Eucharist and Eschatology, 148.

Page 11: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

community will act in the world in such ways as to display the righteousness, peace andjoy of the kingdom, and so it will bear witness to the giver of these gifts, cooperating inthe establishment of the kingdom without ever thought of denying that the work isentirely God’s and will be drastically completed by Him.”20 Sebagai saksi dari pekerjaan-pekerjaan Allah, Perjamuan Kudus meminta komunitas untuk mengerjakan pekerjaanAllah di dalam hidup mereka, dan –penting untuk diperhatikan—bukan hanya demikebersamaan dengan komunitas tetapi juga demi dunia secara keseluruhan.Wainwright melihat bahwa Perjamuan Kudus menawarkan komunitas untukmemberikan perhatian terhadap konteks mereka dan bertindak sesuai dengan FirmanAllah kepada mereka. Hal itu memperlihatkan bahwa ciri eskatologis dari PerjamuanKudus menunjuk pada masa depan, dan bahwa Allah ingin yang menerima perayaan inibertanggungjawab terhadap konteks historis mereka yang ada. Tawaran untukmengingat masa lalu dan sekaligus dapat mengubah cara kita untuk berurusan denganmasa kini.Ingatan dalam peringatan liturgi dalam Perjamuan Kudus tidak hanya berbicaratentang masa lalu; hal tersebut juga mentransformasi masa kini kita, dan jugamengandung harapan untuk masa depan. Saat memori masa lalu mentransformasi kitasaat ini, hal itu berarti bahwa memori memengaruhi reaksi gereja terhadap situasi masakini yang terjadi di sekitarnya. Tindakan ini mendorong gereja untuk berurusan dengankonflik masa lalu, atau anggota gereja yang memiliki trauma masa lalu. Peringatanliturgis akan menuntun kepada transformasi dan harapan bagi masa depan.Transformasi dan pengharapan diimplementasikan dalam semangat persatuanmerupakan bagian yang paling penting dalam Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudusmencerminkan persatuan dua tingkat: Kristus dan persekutuan, dan juga antaraanggota persekutuan itu sendiri.21 Persekutuan dengan Kristus berarti “to be a faithfulcovenant partner in the historical Jesus, i.e. to be a life-bearer in the remembrance of hisdeath.”22 Relasi dengan Kristus juga menawarkan kita dalam persatuan dengan anggota20 Wainwright, Eucharist and Eschatology, 148. Hal ini mendukung gagasan dari kesaksian yang disebutkanKeshkegian mula-mula.21 See Dong-sun Kim, The Bread for Today and the Bread for Tomorrow: The Ethical Significance of theLord’s Supper in the Korean Context (New York: Peter Lang Publishing Inc., 2001), 68–69. Kim menulis tentangtradisi makan sebagai bahasa yang sangat kuat untuk persatuan.22 Kim, 68. Ini berarti bahwa penyesalam dan pemeriksaan diri diperlukan sebelum datang ke mejaperjamuan. Lihat 1Kor. 16:22.

Page 12: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

tubuh Kristus lainnya. Perjamuan Kudus dapat menjadi sumber transformasi memorimasa lalu di dalam semangat persatuan dari persekutuan orang percaya.Transformasi dan harapan merupakan hasil dari partisipasi penuh iman dalamliturgi. Temuan William R. Crockett mengenai Perjamuan Kudus sebagai simboltransformasi mendukung sudut pandang kita. Ia berkata bahwa Perjamuan Kudusbukan hanya memiliki makna transenden, tetapi juga “serves as vehicles for socialtransformation.”23 Hal tersebut merupakan sebuah simbol agama yang mendukungpembaruan di dalam persekutuan secara tepat karena karakteristik komunalnya. Iaberkata, “Eucharistic participation must lead first of all to a new social vision, then to acritique of our existing society in the light of that vision, and finally to advocacy for thepoor and disadvantaged members of society and to social change.”24 Beberapapandangan tentang Perjamuan Kudus mendukung kita untuk mencari sebuah wadahdari ingatan komunal dalam liturgi.Unsur-unsur Mengingat dalam Perjamuan Kudus

Perjamuan Kudus sebagai sebuah Tindakan PengakuanSalah satu fungsi dari Perjamuan Kudus ialah menjadi dasar pluralisme dalampenyimpanan memori. Peringatan ini membuat orang-orang perlu memahami,mengenali, dan menguji ulang diri mereka sendiri sebelum datang ke meja Tuhan.Tindakan pengakuan ditampilkan di sini. Gustaf Aulen, seorang teolog Lutheran,berpikir bahwa Perjamuan Kudus mengandung gagasan tentang sebuah pengakuanmengenai apa yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Di dalam hubungannya denganperingatan dalam sakramen dan kemenangan cinta Allah, ia berkata, “The Lord’s Supperas an in memoriam celebration brings the faithful back to ‘that night in which he wasbetrayed.’ Participation in this memorial feast has, therefore, a character ofconfession.”25Aulen menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang ia maksud dengan karakterpengakuan. Hal tersebut bukan hanya diakui ketika disampaikan secara lisan; ada jugatindakan pengakuan seperti dalam Perjamuan Kudus. Ia berkata, “This act is a23 William R. Crockett, Eucharist: Symbol of Transformation (New York: Pueblo Publishing Company, 1989),250. 24 Crockett, Eucharist, 256.25 Gustaf Aulen, The Faith of the Christian Church (Philadelphia: Mulenberg Press, 1948), 385. Inilah yangmenjadi penjelasan Aulen pada satu karakteristik dan gagasan fundamental dari Perjamuan Malam Tuhan dalamiman Kristen, yaitu peringatan, pengorbanan, persekutuan (komuni), dan Perjamuan Kudus.

Page 13: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

confession which is concerned with the inner personal life and declares the confessor’sdesires to belong to the Lord’s Supper…if in this connection we speak of being “worthyand well prepared,” this “worthiness” and “preparation” consist only in this: that we arewilling to have God judge our unworthiness.”26 Hal ini berhubungan dengan prosespengujian diri dalam kehadiran Allah.Mary Anne Coate tampaknya setuju dengan gagasan mengenai pengakuan dalamperayaan Perjamuan Kudus. Ia berkata,The Eucharist or great thanksgiving stands as a remembrance and re-enactment of theredemptive work of Christ “through whom we are freed from the slavery of sin”. As suchit includes—as do all public services—prayers of penitence and confession and theproclamation of absolution…the service reiterates the truth of our human condition thatwe cannot live up to the ideal of living without sin. Confession and forgiveness are, as itwere, routine parts of our relationship with God.27Pengakuan dan pengampunan membentuk sebuah proses yang membutuhkan orangyang beribadah mengambil tanggung jawab pribadi dalam memperoleh pengetahuan—sejauh mungkin—apa yang salah dan menyebabkan situasi tersebut. PelayananPerjamuan Kudus menuntut pengakuan sebagai bagian dari hubungan dengan Allah.Apa maksud kehadiran Yesus dalam aspek peringatan Perjamuan Kudus ketikahal itu berhubungan dengan aspek pengakuan? Wainwright mengusulkan agarPerjamuan Kudus dilakukan dengan penyesalan. Ia berkata,The condemnation of sin which the divine justice demands have been carried out inthe death of Jesus, in which Father and Son cooperated for the sake of man’s salvation.It is therefore clearly the will of the Father, and of Jesus the savior that men shouldbe acquitted. The only condition is (in Johannine terminology) to believe in the Sonand in the One who sent Him (John 3:18; 5:24)—which includes recognition that thedeath of Jesus was the divine condemnation of all sin, a recognition manifested inrepentance for one’s own sin. The penitent believer is justified, acquitted; and atevery eucharist the divine acquittal is pronounced that will be heard at the lastassize.28Mengingat Kristus dan memasuki meja perjanjian baru berarti sebuah identifikasi diridan sebuah pengakuan dosa. Panggilan untuk mengakui dibuat jelas ketika Paulus

26 Aulen, The Faith, 389.27 Mary Anne Coate, Sin, Guilt, and Forgiveness: The Hidden Dimensions of a Pastoral Process (London: Societyfor Promoting Christian Knowledge, 1994), 152. Dia menghubungkan Perjamuan Kudus dengan penggunaan frase“pergilah dalam damai” dalam liturgi. Frase, “pergilah dalam damai” pada akhir ritus pengakuan memiliki pendekatanyang lebih personal bagi pendengar. Pengakuan dan pengampunan dari sebuah proses yang membutuhkan tanggungjawab pribadi dalam pengetahuan—sejauh mungkin—apa yang salah.28 Wainwright, Eucharist and Eschatology, 83. Catat: “assize” adalah kata-kata Inggris-Inggris untuk“inquest”, “verdict”.

Page 14: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

memperingatkan umat yang datang ke dalam meja dalam cara yang tidak layak (1Kor.11:27). Seseorang perlu memeriksa apakah dirinya layak untuk datang ke meja Tuhan.Hal ini berarti, seseorang pertama-tama harus berekonsiliasi dengan dirinya sendiri,sesamanya dan Allah sebelum ia datang ke meja perjamuan. Agar mampuberekonsiliasi, seseorang perlu mengingat dan mengakui dosa-dosa serta kesalahannya.Perjamuan Kudus dan Pengampunan DosaApa hubungan antara Perjamuan Kudus dan pengampunan dosa? Di antarakeempat kisah tentang Perjamuan Kudus (dalam tulisan Matius, Markus, Lukas, danPaulus), hanya Matius yang meletakkan frasa “darah perjanjian, yang ditumpahkan bagibanyak orang untuk pengampunan dosa.” Frasa ini merupakan penekanan yang sangatkuat terhadap isu keberdosaan yang tidak secara eksplisit muncul dalam tulisan-tulisanlain. Dalam Matius 26:28, darah perjanjian diucapkan untuk ditumpahkan bagipengampunan dosa. Hal ini tampaknya paralel antara peringatan dan pengampunandosa dalam Perjamuan Kudus. Hal ini berarti bahwa Perjamuan Kudus dapat dilihatsebagai peringatan akan Kristus yang mati dan memberikan penebusan terhadap dosa-dosa. Penebusan dosa-dosa pada konteks ini merupakan hasil dari tindakan Yesus yangunik di atas kayu salib dan dengan demikian, Perjamuan Kudus memiliki sebuah aspekperingatan dari tindakan pengorbanan di kayu salib ini.M. Eugene Boring mencatat bahwa pengampunan dosa merupakan satu darienam perubahan khusus dalam pengertian Markus.29 Keseluruhan tindakan yangdilakukan Yesus berhubungan dengan “pengampunan dosa”, kata-kata yang identikdibuang dari deskripsi Markus tentang Yohanes Pembaptis (Markus 1:4). Pengampunandihubungkan dengan perjanjian Yesus memperbarui kematian. Boring berkata bahwamisi utama Yesus adalah pengampunan dosa (Markus 1:21; 9:1-7). Pengampunandiselesaikan melalui kematian Yesus, dalam ungkapan pengorbanan yang menjamin

29 M. Eugene Boring, “The Gospel of Matthew”, dalam The New Interpreter’s Bible Vol. 8, ed. Leander E. Keck(Nashville: Abingdon Press, 1995), 471–472. Kelima hal lainnya adalah (1) Perkataan narrator Markus tentangcawan, “dan mereka semua minum dari cawan itu”, dibuat sebagai sebuah paralel dengan kata-kata perintahterhadap roti, sehingga setiap tindakan mengandung sebuah perintah Yesus dan respons ketaatan dari para murid.(2) Perintah untuk “makanlah” ditambahkan kemudian pada kata-kata pada pemecahan roti, untuk menambahparalelisme dengan formulasi yang baru terhadap perintah untuk “minumlah”. (3) Pada frase “bagi banyak orang,”Matius mengubah prasangka Markus dari hyper pada peri yang lebih terkait dengan konteks pengorbanan. (4) Matiusmenambahkan kata “bersama-sama dengan kamu” pada ayat 29 untuk menunjukkan penekanan pada hubungannyadengan para murid. (5) Ucapan Markus mengenai “Kerajaan Allah” menjadi “Kerajaan Bapa-Ku”.

Page 15: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

ikatan antara Allah dan umat perjanjian (bdk. Kel. 24:8; Yes. 53:12; tetapi lihat Mat. 9:2).Matius menggambarkan kematian Yesus sebagai penggantian darah korban dalamhukum perjanjian yang lama. Kematian Yesus dihubungkan dengan penderitaan darihamba Yesaya (bdk. Yes. 53:12) dan dengan perjanjian baru dari kenabian Yeremia(31:34). Hal inilah yang menjadi alasan bahwa perkataan Yesus dihubungkan denganYesaya 53, karena tanpa mereka, kata-kata Perjamuan Kudus dari Yesus mungkin tidakdapat dimengerti.30Perkataan Yesus dalam Perjamuan Kudus dapat ditafsirkan bahwa Yesusmemahami posisinya sebagai anak domba Paskah yang harus dikorbankan. Yeremiaberpendapat bahwa Yesus harus berpikir tentang dampak penebusan dari kematian-Nya. Ia berkata bahwa setiap kematian memiliki sebuah kuasa penebusan, bahkantermasuk hewan dan penjahat sekalipun yang menyesal di akhir kehidupannya. Sebuahkematian tanpa kebersalahan memiliki kuasa penebusan untuk yang lain. Yeremiaberkata bahwa inilah yang dimiliki Yesus dalam pikirannya, ketika ia menjelaskanmakna kematian-Nya, “His death is the vicarious death of the suffering servant, whichatones for the sins of the many, the peoples of the world, which ushers in the beginningof the final salvation and which effects the new covenant with God.”31 Kematian Yesusmemiliki kuasa penebusan bagi dosa yang lain.Perjamuan Kudus sebagai Meja RekonsiliasiGagasan ini dapat dihubungkan dengan aspek keempat dari Perjamuan Kudussebagai persekutuan orang percaya, tetapi gagasan mengenai meja rekonsiliasi pentingbagi penelitian kita. Saat saudara-saudara berada di dalam sengketa, bagaimanaPerjamuan Kudus dapat menjadi meja rekonsiliasi? Pada masa lalu, terdapat kisahmengenai perpecahan di dalam gereja yang membuat setiap kelompok percaya bahwahanya mereka yang hidup harmonis satu sama lain yang dapat merayakan PerjamuanKudus, dan karena itu, Perjamuan Kudus menyingkirkan orang-orang yang menjadilawan mereka, atau buruk, dan masing-masing kelompok memiliki perayaan PerjamuanKudus yang terpisah.32 Pandangan ini digunakan dalam beberapa kasus dengan

30 Lihat Donald A. Hagner, World Biblical Commentary: Matthew 14–28 (Dallas: Word Books Publisher,1995), 772–774. Lihat juga Joachim Jeremias, The Eucharistic Words of Jesus (New York: The Macmillan Company,1955). 31 Joachim Jeremias, The Eucharistic Words, 152.32 Lihat Wainwright, Eucharist and Eschatology, 142.

Page 16: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

menyatakan bahwa hanya mereka yang sudah berdamai dengan saudara-saudaranyayang dapat merayakan Perjamuan Kudus bersama di hadapan Allah, “Sebab itu, jikaengkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah, dan engkau teringat akansesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlahpersembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengansaudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu (Mat. 5:23).”33Ketika saudara-saudara melanjutkan perayaan jamuan secara terpisah, karenaperbedaan mereka, secara nyata mereka menandakan ketidaksatuan umat Allah. Hal inidapat terjadi, karena Perjamuan Kudus menampilkan banyak hal, termasuk jugakesatuan umat. Rekonsiliasi harus dibentuk di antara pihak-pihak yang berkonfliksebelum mereka datang ke hadapan Tuhan. Wainwright berkata,Common participation in the one eucharist must be allowed to promote reconciliationamong the opposing groups. The eucharist’s value as expression will not be entirely lost,for it will express both the measure of unity that still holds the two parties together andalso the will to reconciliation that already exists in those who seek fellowship at theLord’s table even with their contemporary adversaries. But more important will be thefact that common participation in the one eucharist will allow the Lord creatively tobring us closer to the perfect peace and unity that will mark the final kingdom.34Dalam terang tujuan eskatologis, Wainwright memahami bahwa undangan Allahkepada semua orang-orang yang menyesali dosanya berguna untuk mengumpulkanmereka di dalam Perjamuan Kudus dan menerima pengampunan untuk dosa yangsudah membawa mereka atas ketidaksatuan, dan dipenuhi dengan sebuah kasih yangmempersatukan melalui transformasi kehadiran Tuhan.Unsur-unsur Perjamuan Kudus dalam Dokumen BEMDokumen BEM35 menggambarkan makna dari Perjamuan Kudus seperti berikutini:

33 Bandingkan dengan 1 Yohanes 4:20, “Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membencisaudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidakmungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya”34 Wainwright, Eucharist and Eschatology, 142–143.35 World Council of Churches, Baptism, Eucharist and Ministry, Faith and Order Paper 112 (Geneva: WorldCouncil of Churches, 1982). Untuk referensi tafsiran lainnya, lihat J. M. R. Tillard, “The Eucharist, Gift of God”, dalamEcumenical Perspectives on Baptism, Eucharist and Ministry, ed. Max Thurian (Geneva: World Council of Churches,1993), 104–118. We recognizes the incompleteness of this interpretation on the rich text of the Lima Report,however it will be useful to suggest readers who are interested in this topic to go to Max Thurian (ed.), ChurchesRespond to BEM: Official Responses to the “Baptism, Eucharist and Ministry” Text Vol. 1–6, of Faith and Order Paper,Geneva: WCC, 1997). Baptism, Eucharist and Ministry is a document of the theological commission of the WorldCouncil of Churches. In it, among other things, theologians of various main Christian traditions, together explored themeaning of the Eucharist.

Page 17: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

The eucharist is essentially the sacrament of the gift which God makes to us in Christthrough the power of the Holy Spirit. Every Christian receives this gift of salvationthrough communion in the body and blood of Christ. In the eucharistic meal, in theeating and drinking of the bread and wine, Christ grants communion with himself. Godhimself acts, giving life to the body of Christ and renewing each member. In accordancewith Christ’s promise, each baptized member of the body of Christ receives in theeucharist the assurance of the forgiveness of sins (Matt. 26:28) and the pledge of eternallife (John 6:51–58). Although the eucharist is essentially one complete act, it will beconsidered here under the following aspects: thanksgiving to the Father, memorial ofChrist, invocation of the Spirit, communion of the faithful, meal of the Kingdom (II, 2).Dokumen Lima memahami anugerah dalam Perjamuan Kudus dengan cara Trinitaris;hal tersebut merupakan sebuah anugerah Allah, di dalam Kristus, dan melalui RohKudus. Inilah saat umat Kristen menerima anugerah keselamatan melalui kesatuan(komuni) di dalam tubuh dan darah Yesus. Penekanan tersebut ada di dalampemahaman bahwa Kristus menjamin kesatuan kita dengan diri-Nya. Dokumen Faith

and Order menyatakan bahwa melalui Perjamuan Kudus, setiap anggota baptisan dapatmenerima jaminan pengampunan dan janji kehidupan yang kekal. Karena hal itumerupakan anugerah Allah melalui Kristus, perayaan ini merupakan saat ketikajaminan atas pengampunan dosa diterima. Pengampunan dosa merupakan anugerahAllah; jaminan diberikan melalui makan dan minum dalam Perjamuan Kudus, dan janjiKristus.Terdapat lima aspek dari perayaan Perjamuan Kudus. Kita akan membahasaspek-aspek itu secara singkat, dengan pengecualian atas unsur pengenangan akanKristus.1. Perjamuan Kudus sebagai ucapan syukur kepada Bapa. Pertama, hal inimerupakan sebuah ucapan syukur kepada Bapa; ini merupakan ekspresi syukur kepadaBapa atas segala hal yang Allah lakukan untuk kita. Melalui Kristus, kita bersyukurkepada Allah karena tindakan penyelamatan-Nya di dalam kehidupan Kristus. Aspekpertama ini membawa makna pada relasi kita dengan Allah.2. Unsur kedua dalam Perjamuan Kudus, yang akan kita bahas dengan lebih luasdan mendalam, ialah Perjamuan Kudus sebagai anamnesis atau pengenangan akanKristus. Pusat dari Perjamuan Kudus adalah anamnesis. Hal ini merupakanpengenangan akan “penyaliban dan kebangkitan Kristus…dicapai satu kali dan untuksemua di atas kayu salib dan tetap operatif atas nama seluruh umat manusia” (II,5).Pengenangan ini bukanlah pengenangan yang “kosong”, hanya memanggil ulang masalalu; pada faktanya “Kristus sendiri, dengan semua hal yang sudah Ia kerjakan untuk

Page 18: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

kita dan untuk seluruh ciptaan (dalam inkarnasinya, kehambaan, pelayanan,pengajaran, penderitaan, pengorbanan, kebangkitan, kenaikan, dan pengiriman RohKudus) dihadirkan dalam anamnesis ini, memberikan kita persekutuan dengan diri-Nya. Perjamuan Kudus juga merupakan pendahuluan dari parousia-nya dan kerajaanterakhir” (II, 6). Ini artinya, peringatan akan Kristus dikerjakan dalam pengenanganyang utuh akan Dia, kehidupan-Nya, pekerjaan, kematian, dan kebangkitan-Nya sampaikenaikan-Nya, dan dikirimnya Roh Kudus. Hal ini merupakan pengenangan yangmenjadi “pernyataan efektif gereja mengenai janji dan tindakan kemuliaan Allah” (II,7).Karena Perjamuan Kudus adalah karunia yang istimewa dan menawarkan jalanmasuk pada karunia yang juga memohon kehadiran, respons gereja terhadap anugerahini diekspresikan dalam ucapan syukur dan perantaraan melalui Kristus, Sang Imamtertinggi. “In thanksgiving, the Church is united with the Son, its great High Priest andIntercessor (Rom. 8:34; Heb 7:25)…It is the memorial of all that God has done for thesalvation of the world…in the memorial of the Eucharist, however, the Church offers itsintercession in communion with Christ, our great High Priest” (II, 8).36Anamnesis juga diyakini menjadi dasar dan sumber dari seluruh doa umatKristen; itu bergantung pada Tuhan yang bangkit, dan “In the eucharist, Christempowers us to live with him, to suffer with him and to pray trough him as justifiedsinners, joyfully and freely fulfilling his will” (II, 9). Hal ini menunjukkan bahwa Kristusmemberdayakan kita untuk hidup dan menderita dengan-Nya meskipun kita masihmenjadi pendosa, karena saat ini kita adalah pendosa. Sebagai seorang pendosa, kitaharus mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup. “In Christ, we offerourselves as a living and holy sacrifice in our daily lives (Rom. 12:1; 1 Pet. 2:5); thisspiritual worship, acceptable to God, is nourished in the eucharist, in which we aresanctified and reconciled in love, in order to be the servants of reconciliation in theworld” (II, 10). Inilah pokok terpenting dari ungkapan pengampunan dan rekonsiliasi.Kita harus mempersembahkan diri kita sendiri, orang-orang yang berdosa, di dalamcinta kita sehari-hari. Ini berarti, kita tidak perlu membedakan hari perayaanPerjamuan Kudus dari hari-hari lainnya. Kita harus memelihara diri kita sendiri sebagaikorban yang hidup dan kudus dalam aktivitas kita sehari-hari. Dengan menghidupi36 Hal ini merupakan saat ketika dokumen ini memberikan tafsirannya terhadap masalah mengenaiperantara dalam referensinya pada Perjamuan Kudus, pengorbanan yang unik di kayu salib, yang dibuat nyata dalamPerjamuan Kudus dan ditampilkan di hadapan Bapa dengan Kristus sebagai perantara dan gereja untuk kemanusiaansecara keseluruhan.

Page 19: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

hidup kita sebagai persembahan, melalui Perjamuan Kudus, kita dikuduskan dandirekonsiliasi dalam kasih, supaya kita menjadi agen rekonsiliasi di dalam dunia.Dengan kata lain, tanpa mempersembahkan diri kita dalam aktivitas sehari-hari,peringatan kita tidak akan diterima dan kita tidak akan dikuduskan melalui PerjamuanKudus.Komuni didasarkan pada cinta dan rekonsiliasi Allah. Persembahan hidup tidakakan diterima ketika tidak ada rekonsiliasi di antara sesama manusia. Dokumen Limamelaporkan, “The eucharistic celebration demands reconciliation and sharing among allthose regarded as brothers and sisters in the one family of God and is a constantchallenge in the search for appropriate relationships in social, economy, and politicallife” (II, 20). Lebih lanjut ia berkata, “All kind of injustice, racism, separation, and lack offreedom are radically challenged when we share in the body and blood of Christ” (II,20). Di dalam Perjamuan Kudus, sebaiknya ada sebuah peringatan dari ketidakadilan,rasisme, perpecahan, dan pengekangan kebebasan, karena tanpa semuanya itu,Perjamuan Kudus menjadi “inconsistent if we are not actively participating in thisongoing restoration of the world’s situation and the human condition” (II, 20). Hal inijuga berarti bahwa peserta Perjamuan Kudus seharusnya melawan segala sesuatu yangmenantang rekonsiliasi dan cinta Allah kepada seluruh dunia, dan juga di antarasaudara-saudara. Rekonsiliasi si antara saudara-saudara harus dibuat menjadi pagiandari pendekatan Meja Tuhan. Melalui pengenangan dalam Perjamuan Kudus, komuniyang aktif merasakan kehadiran Kristus yang istimewa tetapi nyata, “Jesus said over thebread and wine of the eucharist: “This is my body….this is my blood…” what Christdeclares is true, and this truth is fulfilled every time the eucharist is celebrated. TheChurch confesses Christ’s real, living, and active presence in the eucharist” (II, 13).Dokumen tersebut mencatat bahwa di dalam pengenangan kehadiran Kristusyang nyata dalam Perjamuan Kudus, diakui bahwa ritus liturgis merengkuh “the“solidarity in the eucharistic communion of the body of Christ, and are responsible forone another and the world (in the mutual forgiveness of sins; the sign of peace;intercession for all; the eating and drinking together; the taking of the elements to thesick and those in prison or the celebration of the eucharist with them)” (II, 21).Perayaan Perjamuan Kudus tersebut berarti mentrasformasi komunitas menjadi sebuahkomunitas hamba, seperti Kristus yang menjadi hamba. Ada sebuah hubungan langsungantara komuni Perjamuan Kudus sebagai tubuh Kristus dan bertanggung jawab satu

Page 20: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

sama lain. Satu makna tanggung jawab yang dicatat di sini adalah pengampunan dosadosa bersama-sama. Solidaritas Perjamuan Kudus menuntut sebuah pengampunanbersama-sama. Pengampunan dosa bersama-sama mengandaikan bahwa ada orang-orang yang diampuni dan bahwa ada mereka yang memberi pengampunan. Dokumentersebut tidak menjelaskan secara terperinci padahal ini; namun, restorasi duniamenuntut pengampunan. Hal ini dapat dialami dalam tindakan berbagi di Meja Tuhan,peringatan akan Kristus, dan melalui itu, pengampunan dosa untuk mereka yangmengaku ada di dalam tubuh Kristus yang sama.Perjamuan Kudus juga merupakan sebuah persembahan atas anugerah Allah. Halini menjadi sebuah pengenangan dari pengorbanan yang utuh, yang dipersembahkansekali bagi semua untuk keselamatan seluruh dunia. Anugerah Allah diberikan dalamkuasa Roh Kudus, diresmikan oleh kebangkitan Kristus. Tillard berkata, “Implicit in thisgrace is care for the world, the commitment of the will to the transformation of thisworld into the world which God wills, and therefore the disappearance of injustice, war,hatred, exploitation and the sources of these evils.”37 Dengan kata lain, melalui ingatanakan Kristus dalam Perjamuan Kudus, kita harus menjadi sebuah komunitastransformasi dari dunia ke dalam kehendak Allah.3. Aspek ketiga dari Perjamuan Kudus adalah permohonan Roh Kudus (epiklese).Aspek ini berarti bahwa melalui Roh Kudus, kita dapat mewujudkan peristiwa masa lalumenjadi masa kini dan hidup bagi kita sekarang. Melalui Roh Kudus, gereja akan“sanctified and renewed, led into all justice, truth and unity, and empowered to fulfillher mission in the world (II, 17).” Dengan demikian, Roh Kudus melengkapi kehadiranAllah Trinitas dalam Perjamuan Kudus. Hal ini melengkapi hubungan kita dengan AllahTrinitas dengan mengundang Roh Kudus.4. Aspek keempat adalah Perjamuan Kudus sebagai persekutuan orang-orangpercaya. Hal ini berarti bahwa “The sharing in one bread and the common cup in a givenplace demonstrates and affects the oneness of the sharers with Christ and with theirfellow sharers in all times and places. It is in the eucharist that the community of God’speople is fully manifested (II, 19).” Itu berarti bahwa Perjamuan Kudus juga membuattuntutan bagi orang-orang yang berada dalam konflik dan datang ke meja. PerjamuanKudus menuntut rekonsiliasi dan berbagi di antara saudara-saudara dalam Kristus37 Tillard, “The Eucharist”, 113.

Page 21: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

(Mat. 5:23; 1Kor. 10:16; 1Kor. 11:20-22; Gal. 3:28). Poin ini juga penting dalam referensikita pada Perjamuan Kudus sebagai meja rekonsiliasi si antara para korban dan pelaku.Setiap orang yang berhasrat untuk menerima Perjamuan Kudus ditantang untuk beradadalam damai satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dalam unsur-unsur liturgis sebagaipengampunan dosa, tanda perdamaian, perantaraan, makan dan minum bersama-sama,merayakan Perjamuan Kudus dengan tahanan dan orang-orang sakit (II, 21). Dengandemikian aspek keempat ini berbicara soal relasi kita dengan manusia lain.5. Aspek terakhir dari Perjamuan Kudus adalah perjamuan surgawi. Inilah aspekketika Perjamuan Kudus dilihat sebagai sebuah perayaan untuk mengucap syukurkepada Allah dan menyiapkan kedatangan Kerajaan di dalam Kristus (1Kor. 11:26; Mat.26:29) (II, 22). Aspek ini memanggil “the members of the body of Christ to be servantsof reconciliation among men and women and witnesses of the joy of resurrection (II,24).” Dengan demikian, peserta Perjamuan Kudus diminta untuk bersolidaritas denganorang-orang buangan. Ini berarti bahwa partisipasi dalam perjamuan kerajaan, yangberarti sebuah komuni dari orang-orang yang diampuni dan direkonsiliasi, memberikankita penguatan untuk membagikan pesan yang sama ini degan dunia. Jika aspek ini tidakdiselesaikan, maka unsur kesaksian dari gereja akan lemah. “Insofar as Christianscannot unite in full fellowship around the same table to eat the same loaf and drink fromthe same cup, their missionary witness is weakened at both the individual and thecorporate levels (II, 26).” Kita diminta untuk berekonsiliasi secara utuh bersama-samadengan saudara-saudara kita yang membagikan perayaan yang sama supaya mampumenunjukkan pekerjaan kesaksian kita pada dunia. Kita juga dapat berkata bahwarekonsiliasi satu sama lain merupakan faktor yang penting untuk melakukan pekerjaankita sebagai saksi Kristus.Kita dapat menyimpulkan bahwa seluruh aspek Perjamuan Kudus dalamDokumen Lima memperlihatkan sebuah kesatuan, bukan hanya dengan Allah Trinitas,tetapi juga dengan umat manusia. Hal tersebut memberikan arti pada relasi vertikal kitadengan Allah dan relasi horizontal kita dengan umat manusia. Kelima elemen iniseharusnya aktif dan hadir dalam liturgi Perjamuan Kudus.Unsur-unsur Mengingat dalam Liturgi Perjamuan Kudus BEMApa saja unsur-unsur liturgis yang memberikan kita kesempatan untukmendapatkan kembali dan mentransformasi memori masa lalu? Untuk menjawab

Page 22: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

pertanyaan ini, kita perlu kembali pada tradisi liturgis. Jika kita kembali pada tradisiProtestan, karena itulah yang menjadi konteks dari proyek penelitian ini, kita akanmenghadapi berbagai macam tantangan. Sementara Gereja Katolik Roma memiliki ritusdan Doa Syukur Agung (Doa Perjamuan Kudus)-nya sendiri,38 dan Gereja Ortodoksmemiliki tiga liturgi Perjamuan Kudus (liturgi St. James, liturgi St. Basil Agung, danliturgi St. John Chrysostom), tidak ada liturgi yang dapat menjadi jembatan dariperbedaan-perbedaan yang terjadi di antara denominasi-denominasi gereja Protestan.Jika kita memiliki tradisi tunggal, dengan segera kita akan menemukan kita sendiridalam arus proses yang berbeda, perbedaan liturgis, dan bahkan simbol-simbol.39Pelayanan FirmanBagian pertama yang dapat digunakan sebagai makna mengenai penebusanterhadap memori konflik masa lalu terletak secara kuat dalam tradisi Protestanmengenai pelayanan Firman. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengingat kehidupanKristus dan pada waktu yang sama mengingat kehidupan komunitas dan pesan Kristurkepada komunitas tersebut.Khotbah sudah berakar di sinagoge Yahudi yang memiliki tradisi pembacaanFirman dan memberikan penjelasan terhadap Firman tersebut. Tradisi ini, yangdilanjutkan sebagai bagian normal dalam liturgi setelah Konsili Nicea, hilang di dalamliturgi pada abad-abad pertengahan. Reformasi gereja memberikan kembali tempatpada khotbah dalam liturgi; dan Gerakan Pembaruan Liturgi pada abad kedua puluhmembawa kembali khotbah sebagai bagian integral dama liturgi Katolik Roma.40

38 Sumber-sumber mengenai Doa Syukur Agung (Doa Perjamuan Kudus) dapat ditemukan online dalamhttp://catholic-resources.org/ChurchDocs/EP1–4.htm accessed January, 2010. Kita juga dapat menemukan DoaSyukur Agung untuk Misa Rekonsiliasi dalam http://catholic-resources.org/ChurchDocs/EPR1–2.htm, diakses padaJanuari 2010.39 Ada sebuah sumber yang baik dan ringkas mengenai perbedaan-perbedaan ini di antara perbedaandenominasi. Lihat artikel “Liturgies” dalam The New Westminster Dictionary of Liturgy and Worship, peny. J.G.Davies (Pennsylvania: The Westminster Press, 1986), 314–338. Lihat juga Max Thurian dan Geoffrey Wainwright(eds.), Baptism and Eucharist.40 Meskipun pada faktanya bahwa liturgi dan ibadah Kristen selalu memandang khotbah sebagai bagianpenting dalam kehidupan Kristen, khotbah hanya menerima pada tempat yang sentral sebagai hasil dari GerakanPembaruan Liturgi yang dimulai dalam biara Katolik Benediktin di Solesmes, Prancis pada abad kesembilan belas.Tujuan utama dari gerakan ini adalah mendorong partisipasi aktif orang-orang percaya yang merayakan ibadah.Biara ini memulai studi mengenai sejarah liturgi dan berlanjut mencapai momentum yang diperlukan untuk secaranyata memulai gerakan liturgi pada tahun 1903 ketika Paus Pius X memanggil partisipasi yang lebih aktif dalamibadah di gereja. Gerakan ini menikmati puncaknya dalam gerakan pembaruan Liturgi dalam Konsili Vatikan II dantelah “membuat dampak pada ibadah di kebanyakan komunitas Kristen.” Sejak pergerakan ini, gereja-gereja Kristenmendorong aksi komunal yang lebih besar dalam liturgi. Pembaruan liturgi dan juga pencarian ulang jugamenyediakan sebuah dasar ekumenis untuk denominasi-denominasi Kekristenan yang berbeda untuk merayakandan beribadah bersama. Untuk mengetahui informasi yang singkat mengenai asal muasal dan penyebaran gerakanini, lihat H. Ellsworth Chandlee, “The Liturgical Movement, in The New Westminster Dictionary of Liturgy and

Page 23: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

Dengan menggunakan kembali gagasan Keshkegian yang ada di bab sebelumnya,kita dapat menyebutkan bahwa khotbah dapat berfungsi sebagai memori yang menebusdan memulihkan. Khotbah dapat menjadi sarana yang kuat untuk peringatan. Haltersebut dapat berfungsi sebagai bagian dari perayaan Perjamuan Kudus. Wainwrightberpendapat kalau perbedaan tradisi-tradisi gereja sama-sama memperlihatkanpentingnya khotbah dalam pengenangan Perjamuan Kudus. “Catholic preachers havelearned to expound the scriptures, while Protestant preachers have begun to relatetheir sermon more directly to the liturgical action.”41 Pelayanan Firman memberikandasar dan ingatan terhadap hal-hal yang akan terjadi dalam meja perjamuan.Wainwright menjelaskab bahwa khotbah sebagai bagian ibadah memiliki empatkarakteristik.42 Pertama, khotbah merupakan doksologi karena khotbah mendorongpendengar pada kehidupan yang doksologis. Khotbah “has its part to play in therenewing of minds to discern the will of God for the living of lives acceptable to God. Thetransformation of the believer means an end to conformity with this world.”43 Kedua,khotbah merupakan anamnesis karena khotbah menjadi pengingat yang konstanterhadap Injil yang berwujud dalam kehidupan Yesus Kristus. Ketiga, khotbah bersifatepiclesis karena khotbah perlu dihubungkan dengan situasi masa kini. Wainwrightberkata, “Effective preaching to a concrete situation demands a “reading” of thatsituation. Since Pentecost, there is a sense in which all the Lord’s people have indeedbecome prophets (cf. Num. 11:29). The faithful have the responsibility to read “the signsof the times” (Matt. 16:2f; cf. Luke 12:54–56)… The preacher then has the responsibilityof bringing the word of God to bear on the great issues of the age, particularly as theyaffect the company of believers.”44 Karakteristik terakhir adalah eksatologis. Khotbahharus secara langsung berbicara soal penggenapan Allah dalam kedatangan Kristuskembali.Worship, ed. J.G. Davies (Pennsylvania: The Westminster Press, 1986), 307–314. Lihat juga André Haquin, “TheLiturgical Movement and Catholic Ritual Revision, in The Oxford History of Christian Worship, eds. GeoffreyWainwright and Karen B. Westerfield Tucker (New York: Oxford University Press, 2006), 696–720. Haquinmenjelaskan bahwa, “The Liturgical Movement refers essentially to the pastoral initiatives and efforts undertaken bygroups and individuals to rediscover the meaning of the Church and the liturgy and the place of the liturgy in theChristian life, in order to encourage “the active participation” of all the baptized and improve the quality of thecelebrations; for liturgy is neither the monopoly of the clergy nor a private matter but the celebration of the wholechurch.” 41 Wainwright, Baptism and Eucharist, 109.42 Lihat Geoffrey Wainwright, “Preaching as Worship,” dalam Greek Orthodox Theological Review 28, no. 4:(1983), 325–336.43 Wainwright, “Preaching as Worship”, 329. Wainwright menggunakan banyak contoh dari JohnChrysostom dalam tulisannya.44 Wainwright, “Preaching as Worship”, 334.

Page 24: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

Khotbah memegang peranan yang penting sebagai pusat dari Firman Allah didalam ibadah. Khotbah juga berperan sebagai peringatan akan Kristus di dalam gereja.Kristus akan memimpin ibadah dan Roh Kudus akan memimpin pengkhotbah dalammenyampaikan Firman Allah. Kita juga harus mengingat bahwa faktor manusia jugamemainkan sebuah peran. Khotbah berbicara soal menyampaikan janji Allah kepadaumat Allah di masa mendatang. Oleh karena itu, penting bagi pengkhotbah untukmempersiapkan khotbah dengan baik. Pengkhotbah perlu belajar tentang situasi masakini. Bagian tersulit dari berkhotbah adalah menyeimbangkan dan menafsirkan apayang sebenarnya Allah katakan kepada kita di dalam konteks kita masing-masing.Secara konkret, khotbah berfungsi sebagai pengingat akan kehidupan danpengajaran Kristus serta bagaimana kita menafsirkan pesan tersebut pada realitas masakini. Khotbah juga menjadi salah satu cara untuk mengingatkan umat apa maknasebenarnya dari Perjamuan Kudus untuk konflik pribadi atau komunitas.Doa SyafaatDoa syafaat merupakan doa untuk orang lain. Doa syafaat mengikuti modeldalam Perjanjian Lama ketika imam berfungsi pengantara antara Israel dengan Allah. Didalam liturgi, doa syafaat ditawarkan sebagai tempat untuk menunjukkan solidaritasantara gereja dan dunia. Dalam Liturgi Lima, kita dapat menemukan doa ini setelahkhotbah dan setelah pengakuan iman.To be in Christ means to be like Him, to make ours the very movement of His life. And asHe “ever liveth to make intercession” for all “that come unto God by him” (Heb. 7:25), sowe cannot help accepting His intercession as our own. The Church is not a society forescape-corporately or individually-from this world to taste the mystical bliss of eternity.Communion is not a “mystical experience”: we drink of the chalice of Christ, and He gaveHimself for the life of the world. The bread of the paten and the wine in the chalice are toremind us of the incarnation of the Son of God, of the cross and death. And thus it is thevery joy of the Kingdom that makes us remember the world and pray for it is the verycommunion with the Holy Spirit that enables us to love the world with the love of Christ.The Eucharist is the sacrament of unity and the moment of truth: here we see the worldin Christ, as it really is, and not from our particular and therefore limited and partialpoints of view. Intercession begins here, in the glory of the messianic banquet, and thisis the only true beginning for the Church’s mission. It is when, “having put aside allearthly care,” we seem to have left this world, that we, in fact, recover it in all its reality.Intercession constitutes, thus, the only real preparation for communion.45

45 Schmemann, The World as Sacrament, 44–45. Sementara itu, Wainwright juga mengutip penjelasansingkat tentang syafaat sebagai, “The fuller form will have occurred in the service of the word. The intercessions atthis point are therefore resumptive. A commemoration of the saints is often woven here.” Lihat Wainwright, Baptismand Eucharist, 103.

Page 25: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

Dengan kata lain, doa syafaat menjadi tempat saat gereja menyadari realitasnya dankonteksnya saat ini. Itulah saat gereja mengingat dunia dan meminta Allah agarmenolong gereja untuk mengasihi dunia, ketika gereja akan melihat dunia bahkandalam situasi yang gelap sekalipun, dalam sukacita Kerajaan Allah yang sudahditunjukkan dalam cinta kasih Kristus. Doa syafaat merupakan pernyataan jujur yangsituasional ketika gereja akan mengingat secara jujur dan mentransformasi memorimenjadi sebuah peringatan komunal yang sukacita.Dalam liturgi Perjamuan Kudus dalam Liturgi Lima, Wainwright menyatakanfungsi dari doa syafaat ini. Dia berkata, “The prayer of intercession unites the believingcommunity, now nourished by the Word of God, in prayer for the needs of the Churchand the world.”46 Secara singkat, doa syafaat merupakan sebuah doa untuk gereja dandunia. Perhatian untuk orang lain akan hadir setelah mendengar pelayanan Firman.Banyak gereja-gereja Indonesia sudah memberikan makna yang berbedaterhadap doa syafaat. Doa Syafaat lebih berfungsi sebagai doa untuk warga gereja danaktivitas-aktivitas gereja.47 Hal itu juga dilihat sebagai bentuk dari gereja yangmemberikan perhatian kepada warganya, terkhusus bagi yang sakit, yang sedangbergumul, atau bahkan yang berulang tahun. Doa tersebut juga mengandungpermohonan terkait situasi global masa kini. Pendeta dilihat sebagai pengantara yangmembawa situasi komunitas pada Allah di dalam doa.Pada bagian liturgi ini, kita dapat melihat sebuah kesempatan untuk mengingatsituasi masa kini di dalam gereja dan dunia dalam bentuk doa. Bagian ini menjaditempat untuk mengingat konteks seseorang dan menjadi tanda solidaritas jemaatterhadap orang-orang atau situasi-situasi yang disebutkan di dalam doa. Pada bagianini, kita dapat melihat aspek dari persekutuan orang-orang percaya dan melihat mejaperjamuan sebagai meja Kerajaan. Terkait dengan argumen Metz, kita juga dapatmenggunakan bagian ini untuk berdoa bagi mereka yang menderita, bukan hanya dalamlingkungan sekitar kita, tetapi juga dalam konteks global. Doa syafaat juga menjadisebuah tanda dari kesatuan gereja dengan dunia sebagai konteks keberadaannya.Doa Syukur Agung

46 Wainwright, Baptism and Eucharist, 244.47 Perlu disebutkan di sini bahwa kata Syafaat dalam bahasa Indonesia berasal dari sebuah kata dalambahasa Arab. Hal tersebut dapat diterjemahkan sebagai doa kepada Allah bagi orang lain agar menerima hal-hal yangbaik serta menghindari hal-hal yang buruk.

Page 26: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

Puncak dari peringatan dalam liturgi adalah Perjamuan Kudus, yang meletakkanDoa Syukur Agung sebagai pusatnya. William R. Crockett, seorang teolog sistematikaProtestan yang juga menulis tentang Perjamuan Kudus dan liturgi menjelaskan, “It wasthe Eucharistic Prayer that formed the heart of the liturgy, and the words ofinstitution.”48 Tradisi dari doa atas roti dan cawan dapat ditelusuri kembali dalamtradisi doa syukur dan berkat orang-orang Yahudi bagi makanan di atas meja. Dengankata lain, Doa Syukur Agung menjadi jantung hati dari liturgi Perjamuan Kudus.Apa saja yang ada di dalam Doa Syukur Agung? David Power berkata bahwa DoaSyukur Agung merupakan “a memorial prayer of thanksgiving and intercession,proclaimed by the celebrant in the name of the congregation over the gifts of bread andwine. By this prayer those present approach the table of Christ’s body and blood in thecontemplation of the mystery of God’s salvific work.”49Doa Syukur Agung, yang disebut juga anaphora, tidak sama dengan doa secaraumum. Tentunya perbedaan pertama karena doa ini merupakan jantung hati dariPerjamuan Kudus. Bagian liturgi yang lain juga dibentuk dengan gambaran mengenaiDoa Syukur Agung.50 Ada beberapa unsur dalam Doa Syukur Agung. Unsur-unsur yangumum ada dalam Doa Syukur Agung adalah (1) Dialog pembuka; (2) Prefasi atau(bagian pertama dari pengucapan syukur); (3) Sanctus; (4) Ucapan syukur setelahSanctus; (5) Epiklesis pendahuluan; (6) Narasi penetapan Perjamuan Kudus; (7)Anamnesis; (8) Epiklesis; (9) Syafaat Perjamuan Kudus; dan (10) Doksologi. Kita dapatmenemukan unsur-unsur ini dalam satu jenis Doa Syukur Agung; walaupun merekamungkin dapat hadir dalam urutan dan kepentingan yang berbeda bagi gereja yangberbeda-beda.51Berdasarkan tulisan Power, ada dua tempat yang dapat menjadi doa kita untukmengingat kembali misteri Allah. Ia berkata, “While the meaning of the prayer isexpressed succinctly in the anamnetic acclamation, the basis to the more precise sense48 Lihat Crockett, Eucharist, 39. Di sini Crockett memberikan sebuah sejarah singkat dari perkembanganPerjamuN Kudus, mulai dari tradisi Yahudi hingga gerakan ekumenis masa kini.49 David Noel Power, “A Prayer of Intersecting Parts: Elements of the Eucharistic Prayer,” Liturgical Ministry14 (2005), 131. Lihat juga David N. Power, The Eucharistic Mystery: Revitalizing the Mystery (New York: CrossroadPublishing Company, 1992).50 Doa Syukur Agung juga dikenal sebagai Anaphora (ἀναφορά) yang secara literer berarti “membawakembali”. Lihat W. Jardine Grisbrooke, “Anaphora,” dalam The New Westminster Dictionary of Liturgy and Worship,ed. J.G. Davies (Pennsylvania: The Westminster Press, 1986), 13–21.51 Lihat juga Max Thurian dan Geoffrey Wainwright, eds., Baptism and Eucharist, 102–103, dan Power, “APrayer of Intersecting Parts”, 120–131. Power membagi unsur-unsur Doa Syukur Agung ke dalam 7 bagian: (1)Narrasi mengenai dasar Perjamuan Kudus (2) Epiklesis; (3) Anamnesis/persembahan; (4) Sanctus; (5) Narasitentang Perjamuan Malam; (6) Syafaat; (7) Partisipasi Vokal dari umat.

Page 27: Oleh Anugarah-Nya Demi Kemuliaan-Nya SEKOLAH TINGGI ...

in which the mysteries are recalled in each prayer is its distinctive narrative foundationfor thanksgiving and intercession.”52 Kedua bagian ini dapat digunakan sebagai bagianperingatan terhadap konteks jemaat masa kini.Karena kita telah membahas tentang syafaat sebelumnya, saat ini kita akanmemberi perhatian secara singkat pada bagian pengucapan syukur. Pengucapan syukurmerupakan bagian ketika gereja mengungkapkan syukurnya keapda Allah atas tindakanpenyelamatan Allah yang dilakukan pada masa lalu.53 Doa Syukur Agung, yang berakardari tradisi Yahudi, berbicara tentang pengucapan syukur kepada Allah. Saat ini, doatersebut menjadi peringatan akan Kristus di dalam komunitas Kristen, pengucapansyukur menjadi sebuah peringatan akan tindakan yang telah Allah lakukan di dalamYesus Kristus.Bagian pengucapan syukur memampukan komunitas untuk mengingat apa yangterjadi pada masa lalu, bukan hanya peristiwa yang terjadi di atas kayu salib, tetapi jugaperistiwa masa lalu yang terjadi dalam diri masing-masing, sebagai seorang pribadimaupun dalam sebuah komunitas. Doa ucapan syukur membuat gereja secarakeseluruhan, dan pribadi-pribadi yang berada di dalam komunitasnya sendiri,mengingat tindakan penebusan Allah di dalam hidup mereka dan memberikan ucapansyukur atas hal itu melalui partisipasi mereka.

52 Power, “A Prayer of Intersecting Parts”, 131.53 Wainwright berkata “Thanksgiving is resumed with a sharp focus on God’s gift of Jesus Christ to us. Thisculminates in the recollection of the institution of the sacrament at the Last Supper, unless the institution narrative isalso preceded by a preliminary epiclesis.” Lihat Wainwright, Baptism and Eucharist, 103.