OkeBAB III (Sistem Proses)
-
Upload
intan-mayasary-iskandar -
Category
Documents
-
view
405 -
download
3
Transcript of OkeBAB III (Sistem Proses)
BAB III
SISTEM PROSES
3.1. Prinsip dan Gambaran Singkat Proses Produksi
Prinsip dan gambaran mengenai proses pembuatan ammonium nitrat akan
dijelaskan pada sub bab di bawah ini.
3.1.1. Prinsip Proses
Pembentukan ammonium nitrat dibagi ke dalam dua tahap besar proses produksi,
yaitu :
a) Tahap basah (wet section)
b) Tahap kering (dry section)
Proses pembentukan ammonium nitrat yang dilakukan oleh PT. MNK ini
merupakan proses operasi yang berdasarkan prinsip Kaltenbach Thuring (KT). Dasar
reaksi produksi ammonium nitrat adalah reaksi antara ammonia anhydrous gas dengan
asam nitrat cair. Reaksinya adalah sebagai berikut :
NH3 (gas) + HNO3 (liquid) NH4NO3 (aqueous) ∆H = +6290 KJ/kg
Reaksi di atas merupakan reaksi eksoterm dengan menghasilkan panas reaksi
sebesar 34,6 KKal/mol apabila konsentrasi asam nitrat yang digunakan adalah 100 %.
3.1.2. Gambaran Singkat Proses Produksi
Tahap basah dimulai dengan mereaksikan antara ammonia gas dan asam nitrat
pada suatu kondisi operasi tertentu. Ammonia dan asam nitrat yang telah dikondisikan
sesuai dengan kondisi operasinya, maka akan direaksikan ke dalam reaktor berbentuk
pipa (plug flow reactor). Dari reaksi tersebut akan dihasilkan ammonium nitrat dengan
konsentrasi sebesar 88 % larutan. Kemudian larutan ammonium nitrat 88 % tersebut
dipekatkan dalam evaporator sehingga konsentrasinya mencapai 97,5 %. Setelah larutan
ammonium nitrat tersebut mempunyai konsentrasi yang pekat, maka tahapan selanjutnya
adalah pembentukan butiran dan pengeringan yang dilakukan pada tahap kering.
Tahap kering ini dimulai dengan mengumpankan larutan ammonium nitrat pekat
ke menara pembutir sehingga nantinya akan dihasilkan butiran-butiran ammonium nitrat.
18
Bab III Sistem Proses
Produk butiran-butiran ammonium nitrat yang diperoleh akan dikeringkan melalui
rangkaian proses pendinginan dan pemanasan untuk mendapatkan produk ammonium
nitrat yang sesuai spesifikasi.
Adapun diagram blok sederhana pembuatan ammonium nitrat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 3.1. Diagram blok sederhana pembuatan ammonium nitrat.
Selain inti proses yang telah dijelaskan secara singkat di atas, ada lagi tahapan
proses lain yang merupakan salah satu bagian yang penting pada proses pembuatan
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 19
Bab III Sistem Proses
ammonium nitrat ini, karena pada tahapan ini ada pengolahan kembali gas-gas sisa proses
sehingga tidak dibuang begitu saja ke lingkungan. Tahapan proses ini disebut condensate
treatment. Pada tahapan ini, gas-gas hasil proses akan dikondensasikan untuk kemudian
akan dipisahkan antara kondensat dengan uapnya. Uapnya nanti akan dikembalikan ke
aliran proses utama, karena biasanya uap tersebut masih mengandung ammonia sisa
reaksi. Sedangkan kondensatnya akan dikirim ke unit produksi asam nitrat untuk
digunakan sebagai absorbent feed water (AFW).
3.2. Deskripsi Proses
Seperti telah dijelaskan pada gambaran singkat produksi di atas, bahwa
pembuatan ammonium nitrat pada PT. MNK ini terbagi atas dua tahapan proses produksi
yaitu wet section dan dry section serta satu tahapan pengolahan yaitu condensate
treatment. Proses ini dibuat berdasarkan proses dari Kaltenbach Thuring (KT).
3.2.1. Wet Section
Tahap ini merupakan tahap pembuatan larutan ammonium nitrat. Pembuatan
larutan ammonium nitrat ini terbagi ke dalam dua bagian lagi yaitu pembuatan larutan
ammonium nitrat dengan konsentrasi 88 % dan kemudian pemekatan larutan ammonium
nitrat dengan menggunakan evaporator sampai mencapai konsentrasi 97,5 %. Diagram
alir wet section digambarkan pada gambar 3.2.
a) Tahap Sintesa Ammonium Nitrat
Ammonia cair diumpankan ke unit vaporizer (203-KE), hal ini dikarenakan untuk
mendapatkan ammonium nitrat yang baik bahan baku ammonia yang digunakan harus
merupakan fasa gas. Karena ammonia yang tersedia adalah dalam fasa cair, maka
ammonia tersebut harus diuapkan terlebih dahulu dalam vaporizer sehingga fasanya
berubah dari ammonia cair menjadi ammonia gas. Pada unit ini ammonia dipanaskan
sampai 80 oC. Unit vaporizer merupakan alat penukar panas dengan jenis shell and
tube. Ammonia cair diumpankan pada bagian shell dan dipanaskan dengan
menggunakan panas dari steam hasil proses reaksi yang telah diolah. Tetapi pada saat
start-up, pemanasan dilakukan dengan menggunakan low pressure steam import.
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 20
Bab III Sistem Proses
Setelah ammonia berbentuk gas, maka ammonia tersebut akan dialirkan ke reaktor
pipa (206-KL).
Asam nitrat dengan konsentrasi 60 % diumpankan ke pemanas (205-KE) hingga
mencapai temperatur 90 oC. Pemanas ini merupakan pemanas dengan jenis shell and
tube dimana asam nitrat dilewatkan pada bagian shell dan pemanas dilewatkan pada
bagian tube. Pemanas yang digunakan adalah sama seperti pemanas pada ammonia
vaporizer yaitu steam hasil reaksi. Setelah itu asam nitrat dialirkan ke reaktor pipa
(206-KL).
Gambar 3.2. Diagram alir wet section.
Ammonia gas dan asam nitrat kemudian akan dicampur di reaktor pipa (206-KL).
Disini akan terjadi reaksi netralisasi secara eksoterm dan akan menimbulkan steam
proses (PS). Karena reaksinya bersifat eksoterm, maka sepanjang reaktor pipa
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 21
Bab III Sistem Proses
tersebut akan mempunyai kondisi yang bertekanan sehingga akan terjadi dua fasa
yaitu larutan ammonium nitrat dan PS. Dari sini, campuran antara PS dan larutan
ammonium nitrat yang sudah terbentuk akan dialirkan ke separator (207-KY). Pada
separator ini, akan terpisah antara larutan ammonium nitrat dengan PS tersebut secara
gravitasi, larutan ammonium nitrat ke bawah dan PS ke atas. Larutan ammonium
nitrat kemudian akan diturunkan dan ditampung di tangki penampungan (217-KK)
sedangkan PS akan diproses lebih lanjut di condensate treatment (dialirkan ke 208-
JA). Tangki penampungan larutan ammonium nitrat (217-KK) dilindungi oleh lapisan
low pressure steam untuk mencegah terjadinya kristalisasi ammonium nitrat.
Injeksi asam nitrat ke reaktor pipa diatur oleh aliran ammonium nitrat . Hal ini
didasarkan pada perbandingan molar antara ammonia dan asam nitrat agar diperoleh
efisiensi ammonia dan asam nitrat, pengendalian pH yang sesuai dan pengaturan rasio
asam nitrat/ammonia. Pengendalian aliran asam nitrat dan ammonia ini, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Densitas ammonia dihitung dari tekanan dan temperatur yang diukur.
Laju alir massa ammonia dihitung dan densitas dan laju alir volumetrik yang
terukur pada flowmeter.
Laju alir ammonia akan mengaktifkan aliran asam nitrat sekaligus dapat mengatur
rasio reaksi stoikiometri.
Pengaturan akhir yaitu dengan menggunakan aliran by-pass kecil ammonia yang
diukur berdasarkan pH yang terjadi.
pH ammonium nitrat merupakan salah satu parameter penting pengendalian yang
harus dijaga pada proses produksi ammonium nitrat ini. Hal ini dikarenakan
ammonium nitrat harus mempunyai pH minimal 2 untuk mencegah terjadinya reaksi
dekomposisi ammonium nitrat. Karena ammonium nitrat akan terdekomposisi pada
pH < 2, dan apabila hal ini terjadi pada saat proses sedang berlangsung maka akan
terjadi ledakan pada reaktor tersebut.
b) Tahap Pemekatan
Dari tangki penampungan (217-KK), larutan ammonium nitrat akan diumpankan
oleh pompa menuju evaporator untuk dipekatkan. Evaporator yang dipakai
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 22
Bab III Sistem Proses
merupakan evaporator dengan jenis falling film evaporator. Tahap pemekatan ini
merupakan tahapan akhir dari proses wet section. Hasil akhir proses ini adalah
diperolehnya konsentrasi larutan ammonium nitrat sebesar 97,5 %. Campuran akhir
ammonium nitrat pekat dan uap air yang keluar dari evaporator kemudian dipisahkan
pada condenser separator (223-KY). Larutan ammonium nitrat kemudian dialirkan
ke ammonium seal tank (224-KK) yang dilindungi oleh media pemanas sama
seperti pada tangki 217-KK. Di dalam tangki penampungan (224-KK) ini, larutan
ammonium nitrat diberi larutan additive dengan konsentrasi 500 ppm. Pemberian
additive ini berfungsi untuk menguatkan butiran ammonium nitrat, mencegah
terjadinya cracking, dan untuk membentuk serat-serat kristal ammonium nitrat.
Kemudian dari tangki penampungan ini, larutan ammonium pekat akan dialirkan ke
proses selanjutnya yaitu dry section.
3.2.2. Dry Section
Tahap ini merupakan proses pembentukan larutan ammonium nitrat menjadi
butiran-butiran. Tahapan ini terdiri dari pembutiran, pengeringan, pendinginan dan
pelapisan. Diagram alir dry section digambarkan pada gambar 3.3.
a) Tahap Pembutiran
Larutan ammonium nitrat pekat 97,5 % dipompakan ke menara pembutir (prilling
tower). Di dalam menara pembutir ini, ada sebuah tangki yang dipasang di bagian
atas menara. Tangki ini berfungsi sebagai tempat menampung larutan ammonium
nitrat pada saat diumpankan dari tangki 224-KK. Setelah disimpan di tangki
penampungan (231-KK) tersebut, larutan ammonium pekat akan mengalir secara
gravitasi ke bagian nozzleDISTRIBUTOR yang berada tepat di bawah tangki tersebut.
Sehingga larutan ammonium nitrat akan tersembur melalui nozzle tersebut dan akan
mengalami kontak dengan udara dingin. Udara dingin mengalir dari bawah karena
tersedot oleh fan yang terletak di bagian atas menara pembutir. Sehingga proses
kontak larutan ammonium pekat dengan udara dingin terjadi secara counter current.
Pada menara pendingin ini, terjadi penurunan temperatur dari larutan ammonium
nitrat hingga mencapai titik kristal (crystal point) dari ammonium nitrat. Hal ini
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 23
Bab III Sistem Proses
terjadi karena adanya kontak dengan udara dingin sehingga ammonium nitrat tersebut
akan berubah wujudnya menjadi butiran-butiran padat. Butiran-butiran padat
ammonium nitrat yang keluar dari menara pembutir mempunyai temperatur ± 80 oC.
Gambar 3.2. Diagram alir dry section.
b) Tahap Pengeringan Awal (Predryer)
Dari menara pembutir, butiran-butiran ammonium nitrat akan dilewatkan oleh
conveyor dan dialirkan ke rotary drum dryer 1. Proses ini dinamakan pengeringan
tahap awal (predryer). Pengeringan dilakukan dengan melakukan kontak butiran-
butiran ammonium nitrat terhadap udara kering secara co-current. Pengeringan ini
sekaligus berfungsi juga sebagai pendinginan karena temperatur udara yang masuk ke
drying drum ini lebih rendah daripada temperatur ammonium nitrat yang masuk. Pada
saat temperatur mulai turun, ammonium nitrat yang masih berbentuk larutan akan
membentuk kristal baru dan kristal ini diselimuti oleh air. Pada saat proses kristalisasi
itu berlangsung, maka air tersebut akan teruapkan dan berubah menjadi steam. Steam
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 24
Bab III Sistem Proses
tersebut akan keluar dari permukaan kristal ammonium nitrat setelah terjadi kontak
dengan hembusan udara kering sehingga akhirnya butiran-butiran ammonium nitrat
tersebut akan kering secara menyeluruh dari permukaan sampai ke bagian dalamnya
seiring dengan penurunan temperaturnya. Proses pendinginan ini harus terjadi secara
lambat dengan waktu tinggal tertentu, karena perpindahan panas yang terjadi harus
dari butiran ammonium nitrat ke udara kering. Jika perpindahan panas yang terjadi
adalah sebaliknya, maka panas lembab dari udara akan masuk ke butiran ammonium
nitrat tersebut dan ini akan menyebabkan kadar kelembaban ammonium nitrat naik
dan struktur kristal ammonium nitrat tersebut akan rapuh sehingga mudah terjadi
cracking. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka proses pendinginan
dihentikan ketika temperatur udara kering sudah sama dengan temperatur butiran
ammonium nitrat.
c) Tahap Pengeringan (Dryer)
Setelah terbentuk kristal ammonium nitrat yang solid, maka selanjutnya butiran
ammonium nitrat tersebut dialirkan ke rotary drum dryer 2. Di sini ammonium nitrat
dikeringkan kembali tetapi dengan sistem yang berbeda dari predryer. Pada proses
pengeringan ini udara kering dihembuskan secara counter current. Proses
pengeringan ini bertujuan untuk mempertahankan penguapan dari butiran ammonium
nitrat dan menjaga struktur kristal ammonium nitrat serta untuk menambah daya
serap minyak ammonium nitrat. Hal ini dilakukan dengan cara penambahan panas
pada ammonium nitrat melalui udara kering, tetapi penambahan panas ini harus
dilakukan dengan hati-hati dan proses pemanasan ini dilakukan dengan cepat. Karena
apabila temperatur dinaikkan, maka konsentrasi saturated solution juga akan naik dan
dapat mencairkan kristal yang sudah terbentuk. Oleh karena itu, pengeringan ini
dilakukan dengan cepat dan temperatur udara kering hanya sedikit lebih tinggi di atas
temperatur ammonium nitrat. Perbedaan temperatur yang terjadi selama proses
pengeringan tidak pernah terlalu besar, hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan
dari perubahan struktur kristal ammonium nitrat. Temperatur ammonium nitrat
tertinggi dicapai pada saat ammonium nitrat sudah kering. Pada kondisi ini,
komposisi ammonium nitrat mengandung 0,7 % saturated solution dan 99,3 % kristal
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 25
Bab III Sistem Proses
ammonium nitrat. Temperatur dikendalikan dengan mengatur bukaan (damper) pada
saluran udara ke dryer atau dari dryer.
d) Tahap Penyaringan (Screening)
Keluar dari proses pengeringan, butiran ammonium nitrat akan diumpankan ke
dalam ayakan (screen) dengan ukuran 0,8 – 4 mm untuk disaring hingga diperoleh
ukuran yang diinginkan, yaitu diameter 1 – 2 mm. Produk ammonium nitrat yang
tidak sesuai (off spec) akan dialirkan ke dissolving tank untuk kemudian dilarutkan
kembali dan akan diumpankan bersama dengan larutan ammonium pekat menuju
menara pembutir. Selain dikembalikan ke dissolving tank, produk ammonium nitrat
off spec itu juga ada yang dipakai untuk bahan baku pupuk nitrogen cair.
e) Tahap Pendinginan
Butiran ammonium nitrat yang sudah kering kemudian didinginkan dahulu
sebelum dilapisi oleh coating oil. Produk yang keluar dari screening memiliki
temperatur 80 °C akan didinginkan sampai temperatur ruangan. Pendinginan ini
dilakukan didalam fluidized bed cooler (240-KL dan 240/2-KL) dengan
menggunakan udara kering sebagai media pendingin untuk menghindari
bertambahnya kandungan air pada produk. Prosesnya adalah dengan cara
memfluidisasikan butiran ammonium nitrat oleh udara kering.
Kecepatan fluidisasi dikendalikan dengan cara mengatur bukaan (damper) pada
saluran udara ke atau dari cooler. Pada kapasitas rendah, diperlukan pemanas udara
dari pemanas udara II (246-KE) agar diperoleh temperatur yang diinginkan.
f) Tahap Pelapisan (Coating)
Tahap pelapisan (coating) dilakukan di dalam coating drum (242-KJ). Tujuan dari
coating ini adalah untuk melapisi butiran ammonium nitrat oleh campuran liquid dan
powder (bahan kimia) sehingga merata pada seluruh permukaan butiran, untuk
mencegah terjadinya caking. Coating powder tersimpan pada coating hopper (257-
JA) dan dimasukkan ke dalam coating drum (242-KJ) melalui coating screw feeder
(258-RC). Tepat sebelum masuk coating drum, produk dicampur dengan coating
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 26
Bab III Sistem Proses
powder sehingga powder yang sangat halus akan melekat pada permukaan produk.
Liquid coating akan tersimpan pada Coating Oil Tank (259-KK). Coating oil
dimasukkan ke dalam coating drum dengan menggunakan coating oil pump (260-
KH) yang pada ujung pipanya terdapat nozzle yang dapat membuat semburan (spray)
yang sangat halus. Coating drum berputar sedemikian rupa sehingga diperoleh waktu
tinggal yang cukup untuk memperoleh pelapisan yang merata. Produk yang telah
dilapisi tersebut kemudian akan dikirim ke bagging plant / Storage (267-PJ).
3.2.3. Condensate Treatment
Sistem yang dipilih untuk condensate treatment ini adalah dengan menggunakan
double effect falling film evaporator yang dioperasikan dalam kondisi vakum untuk
memperoleh kondensat ammonium nitrat dan gas ammonia berlebih. Pada pengolahan
ini, ada dua jenis kondensat yang diolah, yaitu :
Proses steam (PS) dari 208-JA
Kondensat dari 227-KE dan 225-KE
Diagram dari condensate treatment digambarkan bersatu dengan diagram alir wet
section pada gambar 3.2.
a) Proses Steam (PS) dari 208-JA
Proses steam (PS) yang berasal dari 207-KY dipanaskan kembali di
desuperheater (208-JA). Setelah dipanaskan, sebagian PS dialirkan ke unit 210-KE
pada bagian shell untuk dikondensasi dan sebagian lagi digunakan untuk media
pemanas ammonia vaporizer dan nitric acid heater. Kondensat yang keluar dari 210-
KE dialirkan ke tangki penampungan 213-KK dan dicampur dengan kondensat
lainnya.
Uap yang dihasilkan dari 210-KE dikondensasikan kembali di bagian shell 220-
KE. Kemudian uap yang dihasilkan pada unit 220-KE dikondensasikan di 218-KE.
Uap yang dihasilkan di 218-KE akan dibuang ke atmosfir sedangkan kondensatnya
akan ditampung di tangki penampungan 212-KK yang nantinya akan digunakan
untuk absorbent feed water (AFW) pada unit produksi asam nitrat.
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 27
Bab III Sistem Proses
b) Kondensat dari 227-KE dan 225-KE
Kondensat dari 227-KE berasal dari uap yang dikeluarkan oleh 222-KE
sedangkan kondensat dari 225-KE berasal dari uap yang dikeluarkan dari tangki
penampungan (217-KK). Kondensat ini masih mengandung kadar ammonium nitrat
sebesar 5 %. Kondensat ini kemudian dicampur dengan kondensat yang berasal dari
210-KE untuk kemudian dialirkan ke unit 220-KE dan dinaikkan konsentrasinya
hingga mencapai 8 %. Setelah itu larutan ammonium nitrat tersebut dialirkan kembali
ke unit 210-KE hingga konsentrasinya mencapai 25 % baru dikirimkan ke wet section
untuk diproses kembali.
3.3. Sistem Pengendalian Proses
Sistem pengendalian proses yang digunakan pada produksi ammonium nitrat ini
adalah sistem pengendalian DCS (Distribution Control System) secara digital. Sistem ini
akan bekerja apabila terjadi penyimpangan variabel proses seperti laju alir, pH,
temperatur, dan sebagainya terhadap set point. Penyimpangan ini akan terdeteksi oleh
sistem instrumentasi yang terpasang untuk kemudian dikendalikan dan dikoreksi hingga
mencapai kondisi yang normal. Jika penyimpangan tersebut tidak dapat dikendalikan
secara otomatis lagi, maka sistem pengendalian tersebut akan memerintahkan pabrik
untuk shut-down secara otomatis. Adapun sistem-sistem serta variabel proses yang
dikendalikan akan dijelaskan di bawah ini.
3.3.1. Laju Alir Ammonia
Laju alir ammonia dikendalikan oleh FRC-202 yang terdapat pada panel,
menerima sinyal yang ditransmisikan oleh dP-cell pada pipa uap ammonia. dP-cell pada
uap ammonia ini juga memberikan sinyal ke sistem instrumentasi.
Rasio laju alir ammonia dikendalikan oleh FIC-201. setiap laju alir ammonia
secara terus menerus akan diukur dan memberikan sinyal ke pengendali rasio laju alir
untuk merubah laju alir asam nitrat, sehingga dapat menjaga rasio yang tetap antara laju
alir ammonia aktual dengan laju alir asam nitrat yang diinginkan.
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 28
Bab III Sistem Proses
Aliran ammonia cair ke vaporizer diatur oleh pengendali level (LIC-201) dan
pengendali tekanan (PR-202). Tekanan umpan ammonia secara kontinyu dapat
ditunjukan pada TR-204.
3.3.2. Laju Alir Asam Nitrat
Laju alir asam nitrat aktual diukur oleh dP-cell yang memberikan sinyal ke
pengendali aliran FIC-202. Output pada pengendali rasio mengatur valve pengendali
asam nitrat sehingga diperoleh harga yang dikehendaki.
Sistem instrumentasi yang diperlukan untuk memeriksa kesetimbangan jumlah
ammonia dan asam nitrat adalah pengendali pH (FRC-202), yang mempunyai tugas
khusus untuk mengatur aliran ammonia skala kecil. Apabila terdeteksi ada penurunan pH
pada steam kondensat, maka aliran ammonia akan dinaikkan dengan menambah bukaan
valve pada pipa yang bersambungan dengan aliran by-pass orifice dan valve pengendali
aliran ammonia.
3.3.3. Reaktor (206-KL)
Temperatur di dalam reaktor diukur pada 4 titik dengan ketinggian yang berbeda
oleh TRA-205 A-D dan direkam pada multi point temperature recorder. Masing-masing
titik pengukuran dihubungkan ke high temperature alarm. Indikator temperatur lainnya
yang dapat dilihat pada Multi point temperature recorder yaitu temperatur bagian atas
separator oleh TR-211 dan temperatur separator bagian bawah oleh TRA-210.
Apabila salah satu dari 6 titik pengukuran diatas menunjukkan extra high
temperatur, maka secara otomatis pabrik akan shut-down.
3.3.4. Separator (207-KY)
Produk dan steam hasil reaksi yang keluar dari bagian bawah reaktor, akan masuk
ke separator. Disini ammonium nitrat dipisahkan dari steam dan mengalir secara
gravitasi ke tangki penampungan (217-KK) melewati valve pengendali level separator
(LV-206). Level yang terlalu tinggi pada separator akan membunyikan alarm LAH-206.
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 29
Bab III Sistem Proses
3.3.5 Desuperheater (208-JA)
Steam hasil proses masuk ke Desuperheater (208-JA), disini temperatur
dikendalikan oleh aliran larutan dari Steam Scrubber. Alarm TAH-212 akan berbunyi
apabila temperatur steam terlalu tinggi.
3.3.6. Scrubber
Level cairan pada scrubber dijaga dengan menambahkan kondensat proses yang
bersih, dan dikendalikan oleh pengendali level LIC-208. Jika level terlalu tinggi alarm
akan berbunyi dan apabila hal ini tidak dapat segera dikoreksi, pabrik akan trip. Apabila
level pada scrubber terlalu rendah maka alarm akan mati dan pompa resirkulasi akan
berhenti.
3.3.7. Flash Tank
Flash tank merupakan tempat menampung larutan ammonium nitrat dari
separator (207-KY), di dalam tangki ini ditambakan additive. Selain itu, tangki ini juga
berfungsi sebagai tangki umpan untuk evaporator separator (222-KE). Level tangki
dimonitor dan apabila level terlalu rendah, unit evaporator akan shut-down.
3.3.8. Evaporator
Operasi evaporator bergantung pada keadaan pH yang baik. pH diatur pada tangki
penampungan (217-KK) sebelum masuk ke evaporator. Pengaturan pH akhir diatur pada
ammonium seal tank (224-KK). Pengendalian pH selain untuk menjaga agar operasi
tetap aman juga untuk menjamin kualitas produk yang baik.
Temperatur ammonium nitrat yang keluar dari evaporator dikendalikan dalam
separator condenser (223-KY). Temperatur dikendalikan dengan menambahkan steam
ke evaporator. Temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan membunyikan
alarm.
3.3.9. Menara Pembutir
Menara pembutir berfungsi untuk merubah larutan ammonium nitrat pekat
menjadi butiran-butiran. Ammonium nitrat pekat akan mengalir ke menara pembutir dan
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 30
Bab III Sistem Proses
akan terbentuk butiran-butiran ammonium nitrat. Apabila lubang yang tersumbat pada
menara pembutir cukup banyak maka high level alarm pada tangki umpan menara
pembutir akan berbunyi dan akhirnya akan menyebabkan unit evaporator shut-down.
Butiran ammonium nitrat harus mengalami pendinginan yang cukup dan memiliki
kekerasan yang cukup sehingga tidak pecah ketika sampai di bagian bawah menara
pembutir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur aliran udara yang masuk ke
menara pembutir yang juga bergantung pada temperatur ambient. Temperatur butiran
ammonium nitrat yang keluar dari menara pembutir merupakan parameter yang penting,
oleh karena itu temperatur keluaran direkam secara kontinyu.
3.3.10. Cooling Drum
Butiran yang keluar dari menara pembutir masih dalam keadaan yang panas,
sehingga harus didinginkan di dalam cooling drum (236-KJ) oleh udara kering.
Temperatur yang keluar dari drum direkam secara kontinyu dan diusahakan agar
fluktasinya cukup sempit dengan cara mengatur kecepatan dan temperatur udara kering
yang masuk ke dalam cooling drum.
Butiran ammonium nitrat dikeringkan dengan menggunakan udara panas yang
keluar dari dryer air heater (253-KE). Temperatur udara pengering dikendalikan dengan
mengatur aliran steam dan apabila temperatur terlalu rendah maka alarm akan berbunyi.
Laporan Kerja Praktik di PT. Multi Nitrotama Kimia 31