Observasi Managemen Layanan Bk
Transcript of Observasi Managemen Layanan Bk
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya mengupayakan pengembangan manusia
seutuhnya serta tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan.
Pengajaran di kelas-kelas saja ternyata tidak cukup memadai untuk menjawab
tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam itu. Pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam
upaya pendidikan secara menyeluruh, baik di sekolah, maupun di luar sekolah.
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya
landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang
lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang
selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses
berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli
memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman
atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan
bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus,
atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak
selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan
dan nilai-nilai yang dianut.1
Menurut definisinya manajemen adalah suatu proses dimana
pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi. Menurut G.R
Terry, pengertian manajemen yaitu pencapaian tujuan yang telah ditentukan
terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain. Menurutnya, Manajemen
1 http://bukunnq.wordpress.com/2012/04/01/laporan-manajemen-bk-pelaksanaan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-smpn-1-marioriwawo-soppeng/
1
merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan:
Perencanaan, Pengorganisasian, Penggiatan dan Pengawasan yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Pengertian lain manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan organisasi melalui serangkaian kegiatan berupa
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian orang-orang
serta sumber daya organisasi lainnya. Pada intinya, manajemen merupakan
serangkaian pengaturan atau pengorganisasian untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Dalam pengaplikasiannya terhadap kegiatan Bimbingan dan
Konseling, maka dapat diambil suatu dasar pengelolaan layanan Bimbingan
dan Konseling yang merujuk pada konsep dasar dan fungsi – fungsi
manajemen agar layanan Bimbingan dan Konseling tertata dan berjalan
dengan rapi demi mencapai suatu tujuan yaitu mengoptimalkan peserta didik
agar dapat mengarahkan,mengatur, serta mengerti akan dirinya sendiri juga
dapat mengambil keputusan secara mandiri namun terarah dan tepat.2
B. Tujuan
Tujuan observasi ini adalah untuk mengetahui managemen layanan
bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra di Bojongsari Depok, dan juga
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang
diberikan oleh dosen kami Zikri Neni Iska, M.Psi. Laporan ini juga berfungsi
sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan observasi selanjutnya.
2 http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/03/konsep-dasar-manajemen-dan-aplikasinya.html
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan
Penyusunan program bimbingan dan konseling disekolah dimulai dari
kegiatan asesmen atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan
masukan bagi penyusunan program. Kegiatan asesmen ini memiliki asesmen
lingkungan dan asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik. Visi dan misi
serta tujuan harus dapat dirumuskan dengan tepat dan benar. Komponen
program, meliputiu komponen pelayanan dasar, komponen pelayanan
responsif, komponen perencanaan individual, komponen dukungan sistem.
Action plane atau rencana operasional, diperlukan untuk menjamin peluncuran
program bimbingan dan konseling dapat dilaksankan secara efektif dan
efisien.
B. Pelaksanaan
Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen
pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif, (3)
perencanaan indiviual, dan (4) dukungan sistem. Keempat komponen program
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
1. Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada
seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan perilaku jangka pan-jang sesuai dengan tahap dan tugas-
tugas perkem-bangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih
dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Penggunaan
instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di
kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini.
Asesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan
pengalaman tersetruktur yang disebutkan.
3
a. Tujuan
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat,
dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain
membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan
sebagai upaya untuk membantu konseli agar (1) memiliki kesadaran
(pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,
sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan
untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku
yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu
menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu
mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
b. Fokus pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang
dikembangkan menyangkut aspek aspek pribadi, sosial, belajar dan
karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai standar kompetensi
kemandirian). Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas
dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup
pengembangan: (1) self-esteem, (2) motivasi berprestasi, (3)
keterampilan pengambilan keputusan, (4) keterampilan pemecahan
masalah, (5) keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi,
(6) penyadaran keragaman budaya, dan (7) perilaku bertanggung jawab.
Hal-hal yang terkait dengan perkembangan karir (terutama di tingkat
SLTP/SLTA) mencakup pengembangan: (1) fungsi agama bagi
kehidupan, (2) pemantapan pilihan program studi, (3) keterampilan
kerja profesional, (4) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-
rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (5) perkembangan dunia kerja,
(6) iklim kehidupan dunia kerja, (7) cara melamar pekerjaan, (8) kasus-
4
kasus kriminalitas, (9) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (10)
dampak pergaulan bebas.
2. Pelayanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli
yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan
dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan
gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling
indiviaual, konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru, dan alih
tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam
pelayanan responsif.
a. Tujuan
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat
memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya
atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat
juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah
atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat
itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah
pengembangan pendidikan.
b. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau
kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan
keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi
perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan
untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan
program studi, sumber- sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman
keras, narkotika, pergaulan bebas.
Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang
dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat
perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau
5
gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli pada
umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami
melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.
Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang mungkin dialami
konseli diantaranya: (1) merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa
rendah diri, (3) berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan
sesuatu tanpa mempertimbangkan-nya secara matang), (4) membolos
dari Sekolah/Madrasah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki kebiasaan
belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah,
(9) malas beribadah, (10) masalah pergaulan bebas (free sex), (11)
masalah tawuran, (12) manajemen stress, dan (13) masalah dalam
keluarga.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh
dengan cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan
menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas
perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi,sosiometri,
daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar masalah konseli atau alat
ungkap masalah (AUM).
3. Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli
agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
peren-canaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengan
segala karakteris-tiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan
informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki
konseli amat diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil
keputusan yang tepat di dalam mengem-bangkan potensinya secara
optimal, termasuk keber-bakatan dan kebutuhan khusus konseli. Kegiatan
orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kola-borasi, dan
advokasi diperlukan di dalam implementasi pelayanan ini.
6
a. Tujuan
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar (1)
memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu
merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembang-an dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan
pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya. Tujuan
perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya
memfasilitasi konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya
sendiri. Isi layanan perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi
kebutuhan konseli untuk memahami secara khusus tentang perkembangan
dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual
ditujukan untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan
lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan
keputusan yang ditentukan oleh masing-masing konseli. Melalui
pelayanan perencanaan individual, konseli diharapkan dapat:
1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan,
merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi,
yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang
Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka
pencapaian tujuannya.
3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
b. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan
pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci
cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek (1)
akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan
pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau
7
pelajar-an tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang
hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir,
mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk
kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi
pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan
sosial yang efektif.
4. Dukungan Sistem
Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian bimbingan dan
konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem
merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra
struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan
pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan,
yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam
memper-lancar penyelenggaraan pelayanan diatas. Sedangkan bagi
personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan
program pendidikan di Sekolah/Madrasah. Dukungan sistem ini meliputi
aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring (networking), (b) kegiatan
manajemen, (c) riset dan pengembangan.
C. Evaluasi
1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program
bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah
direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk
menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam
pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat
kegiatan penilaian.
8
Sehubungan dengan penilaian ini, Shertzer dan Stone (1966)
mengemukakan pendapatnya: “Evaluation consist of making systematic
judgements of the relative effectiveness with which goals are attained in
relation to special standards“.
Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan
informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan
ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya
mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha
mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan
perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program
kegiatan yang telah dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan adalah segala upaya, tindakan atau
proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dengan mengacu pada
kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan
yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di adalah mengacu
pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan
pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan
membantu siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang
lebih baik.
Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling,
penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan
layanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat
diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan
bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah
tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program
selanjutnya.
Evaluasi program bimbingn menurut W.S Winkel (1991: 135),
adalah usaha menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu
9
sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan. Sedangkan menurut
Dewa Ketut Sukardi (1990: 47) adalah segala upaya tindakan atau proses
untuk menentukan derajat kualiatas kemajuan kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan
mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan
program bimbngan yang dilaksanakan. Jadi Evaluasi pelaksanaan program
bimbingan adalah suatu usaha dan untuk menilai efisiensi dan efektifitas
pelayanan bimbingan dan konseling demi peningkatan mutu program
bimbingan dan konseling. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling iaiah uasaha penelitian, dengan cara mengumpulkan data secara
sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh secara
objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah
perbaikan, pengembangan dan pengarahan staf.
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan
kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
Adapun fungsi evaluasi program bimbingan dan konseling di
sekolah adalah:
1. Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing
konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program
bimbingan dan konseling.
2. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata
pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan
perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa,
agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas
implementasi program BK di sekolah.
Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling bertujuan utnuk :
1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek
yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui tingkat fisisnsi dan efektivitas stratgi pelksanaan program
bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu.
10
3. Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling ditujukan untuk:
a. Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program bimbingan dan
konseling.
b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas dari layanan
bimbingan dan konseling.
c. Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan
dan/ atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
d. Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam
usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan
dan konseling.
e. Memperoleh gambaran sampai sejauh mana peranan masyarakat
terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
f. Mengetahui sejauh mana kontribusi program bimbingan dan
konseling terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya,
TIK DAN TIU pada khususnya.
g. Mendapatkan informasi yang adekuat dalam rangka perencanaan
langkah-langkah pengembangan program bimbingan dan konseling
selanjutnya.
h. Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian
dengan kebutuhan.
2. Aspek yang Dievaluasi
Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan
bimbingan, yaitu penilain proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektivan layanan
bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan
untuk memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari
hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
1. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
2. Keterlaksanaan program;
3. Hambatan-hambatan yang dijumpai;
11
4. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
5. Respon siswa, personil, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan
bimbingan;
6. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan
bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar;
dan keberhasilan siswa setelah menamatkan baik pada studi lanjutan
ataupun pada kehidupannya di masyarakat.
Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling
lebih bersifat “penilaian dalam proses” yang dapat dilakukan dengan cara
berikut ini.
1. Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan
bimbingan.
2. Mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan
atau pemahaman/pendalaman siswa atas masalah yang dialaminya.
3. Mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa
sebagai hasil dari partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan
bimbingan.
4. Mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan bimbingan
lebih lanjut.
5. Mengamati perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini
terutama dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan yang
berkesinambungan).
6. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan
kegiatan layanan.
Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya
berbentuk angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling
berupa deskripsi tentang aspek-aspek yang dievaluasi (seperti
partisipasi/aktivitas dan pemahaman siswa; kegunaan layanan menurut
siswa; perolehan siswa dari layanan; dan minat siswa terhadap layanan
lebih lanjut; perkembangan siswa dari waktu ke waktu; perolehan guru
pembimbing; komitmen pihak-pihak terkait; serta kelancaran dan suasana
penyelenggaraan kegiatan). Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh
12
mana proses penyelenggaraan layanan/pendukung memberikan sesuatu
yang berharga bagi kemajuan dan perkembangan dan/atau memberikan
bahan atau kemudahan untuk kegiatan layanan terhadap siswa.
3. Desain Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah
sistematis sebagai berikut.
1. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.
2. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data
3. Mengumpulkan dan menganalisis data.
4. Melakukan tindak lanjut (Follow Up).
Penilaian di tingkat sekolah merupakan tanggung jawab kepala
sekolah yang dibantu oleh pembimbing khusus dan personel sekolah
lainnya. Di samping itu penilaian kegiatan bimbingan dilakukan juga oleh
pejabat yang berwenang (pengawas bimbingan dan konseling) dari instansi
yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan Nasional Kota atau kabupaten).
Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain siswa,
kepala sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh
masyarakat, para pejabat depdikbud, organisasi profesi bimbingan, sekolah
lanjutan, dan sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara dan alat seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi,
angket, tes, analisis hasil kerja siswa, dan sebagainya.
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu.
Kegiatan penilaian baik mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis
untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan
pengembangan program layanan bimbingan. Dengan dilakukan penilaian
secara komprehensif, jelas dan cermat maka diperoleh data atau informasi
tentang proses dan hasil seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Data
dan informasi ini dapat dijadikan bahan untuk pertanggungjawaban/
akuntabiltas pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
13
D. Analisis dan Tindak Lanjut
Hasil Evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan
perbaikan, kebutuhan peserta diidk yang belum terlayani, kemampuan personil
dalam melaksanakan program serta dampak program terhadap perubahan
perilaku peserta diidk dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu
proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.
E. Personal Bimbingan dan Konseling
Dibawah ini dijelaskan tugas personel sekolah yang berkaitan dengan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
1. Kepala Sekolah
2. Wakil Kepala Sekolah
3. Tugas Koordinator Bimbingan dan Konseling
4. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
5. Staf Administrasi
6. Peran Guru Mata Pelajaran
7. Peran Orang Tua Siswa
8. Siswa
9. Tenaga Ahli
14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Observasi
Hari, Tanggal : Jumat, 01 Juni 2012
Pukul : 10.00 – 11.15 WIB
Sasaran : SMA Al-Hasra
Jalan Parung Ciputat KM 24 Bojongsari Depok
Nara Sumber : Yuni Fitri Rajayu, S.Pd. (Guru BK SMA Al-Hasra)
B. Hasil Observasi
1. Pola Manajemen
Pola manajemen BK yang digunakan di SMA AL-Hasra masih bersifat
konvensional. Hal itu terlihat tidak adanya struktur organisasi BK. Dari kepala
sekolah langsung kepada guru BK. Tidak adanya jadwal pelajaran BK dalam
jadwal pelajaran sekolah memperlihatkan bahwa BK disekolah ini tidak terlalu
diperhatikan. Guru BK hanya manfaatkan waktu kosong siswa untuk
memberikan layanan BK.
2. Kegiatan Manajemen Pelayanan
Bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra belum mempunyai
kegiatan manajemen pelayanan yang baik, ini terlihat dari :
a. Tingkat kebutuhan siswa SMA Al-Hasra akan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah masih rendah, artinya tidak banyak siswa yang sadar
akan pentingnya bimbingan dan konseling. Guru BK harus bergerak aktif
agar siswa mau membicarakan masalah yang dihadapinya.
b. Jumlah guru BK di SMA Al-Hasra masih kurang memenuhi jika
dibandingkan dengan jumlah siswanya mulai dari kelas X sampai dengan
kelas XII. SMA Al-Hasra hanya memiliki seorang guru BK yaitu ibu
Yuni Fitri S.Pd di mana guru BK memegang kurang lebih 250 siswa asuh.
c. Kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra dilaksanakan di luar
jam sekolah. Guru BK tidak mempunyai jam masuk kelas sehingga
15
layanan BK dilaksanakan di luar jam sekolah seperti layanan konsultasi,
konseling individual dan bimbingan kelompok.
d. Jenis layanan BK yang dilaksanakan di SMA Al-Hasra meliputi :
Layanan informasi : intensitasnya sering
Layanan orientasi : sering
Layanan penempatan dan penyaluran : sering
Layanan bimbingan belajar : sering (Guru Mata Pelajaran)
Layanan Konseling individual : sering
Layanan bimbingan kelompok : insidental
Layanan konseling kelompok : jarang
Layanan mediasi : jarang
Konsultasi : sering
e. Kegiatan pendukung yang ada di SMA Al-Hasra, meliputi :
Aplikasi instrumentasi
Himpunan data
Konferensi kasus
Kunjungan rumah
Alih tangan kasus
C. Manajemen Komponen BK
1. Personel dalam bimbingan dan konseling
Personel merupakan sekelompok individu yang terbagi berdasarkan
tugas dan perannya di dalam manajemen bimbingan dan konseling yang saling
berhubungan. Personel-personel bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra
meliputi :
a) Kepala sekolah
Kepala sekolah SMA Al-Hasra dalam manajemen BK berkedudukan
sebagai manajer sekolah dan penanggung jawab pelaksanaan teknik
bimbingan dan konseling. Adapun sebagai penanggung jawab pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas sebagai
berikut :
16
Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah
meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, bimbingan dan konseling.
Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi
terlaksananya bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien
Melaksanakan supervisi (pengawasan dan pembinaan) terhadap program
layanan bimbingan dan konseling
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Menetapkan koordinator konselor yang bertanggung jawab atas koordinasi
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan
bersama para konselor
Membuat surat tugas konselor dalam proses bimbingan dan konseling
pada setiap awal semester
Mengadakan kerjasama dengan instalasi lain terkait dengan pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling.
2) Guru pembimbing
Guru BK di sini merupakan pelaksana utama yang mengkoordinasi
semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Sedangkan tugasnya sebagai berikut :
Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling
Merencanakan program bimbingan dan konseling
Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
Melaksanakan layanan pada berbagai bidang bimbingan terhadap sejumlah
siswa yang memadai tanggung jawab
Melaksanakan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling
Menganalisis hasil evaluasi
Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis evaluasi
Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator
konselor
17
3) Guru mata pelajaran
Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada konselor
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya
Berpertisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, dalam
upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam pengembangan
potensi serta berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi
kasus.
4) Staf tata usaha
Membantu konselor dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling
Membantu menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
layanan bimbingan dan konseling
Membantu melengkapi dokumen tentang siswa seperti catatan kumulatif
siswa.
5) Wali kelas
Membantu konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas
yang menjadi tanggung jawabnya
18
Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya
Memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas
yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan
dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling,
seperti konferensi kasus
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor.
19
BAB IV
PENUTUP
Dari hasil observasi yang dilaksanakan di SMA Al-Hasra didapatkan hasil
bahwa Sekolah ini menjalankan Bimbingan Konseling dengan baik.
Pola manajemen BK yang digunakan di SMA AL-Hasra masih bersifat
konvensional. Hal itu terlihat tidak adanya struktur organisasi BK. Dari kepala
sekolah langsung kepada guru BK.
Bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra belum mempunyai kegiatan
manajemen pelayanan yang baik, ini terlihat dari :
a. Tingkat kebutuhan siswa SMA Al-Hasra akan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah masih rendah, artinya tidak banyak siswa yang sadar
akan pentingnya bimbingan dan konseling. Guru BK harus bergerak aktif agar
siswa mau membicarakan masalah yang dihadapinya.
b. Jumlah guru BK di SMA Al-Hasra masih kurang memenuhi jika dibandingkan
dengan jumlah siswanya mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. SMA
Al-Hasra hanya memiliki seorang guru BK yaitu ibu Yuni Fitri S.Pd di mana
guru BK memegang kurang lebih 250 siswa asuh.
c. Kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra dilaksanakan di luar jam
sekolah. Guru BK tidak mempunyai jam masuk kelas sehingga layanan BK
dilaksanakan di luar jam sekolah seperti layanan konsultasi, konseling
individual dan bimbingan kelompok.
d. Jenis layanan BK yang dilaksanakan di SMA Al-Hasra meliputi :
Layanan informasi : intensitasnya sering
Layanan orientasi : sering
Layanan penempatan dan penyaluran : sering
Layanan bimbingan belajar : sering (Guru Mata Pelajaran)
Layanan Konseling individual : sering
Layanan bimbingan kelompok : insidental
Layanan konseling kelompok : jarang
Layanan mediasi : jarang
Konsultasi : sering
20