Obat-obat sistem saraf pusat

74
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang obat system saraf. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang. Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin. Sukabumi, 13 Mei 2014 Kelompok 5 1

description

Stikes Kota Sukabumi (Viliansyah).

Transcript of Obat-obat sistem saraf pusat

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang obat system saraf.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.

Sukabumi, 13 Mei 2014

Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....1

DAFTAR ISI........2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..3

1.2 Rumusan Masalah.....41.3 Tujuan.......4

1.4 Manfaat.....4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Analgetik antipiretik ........5

2.2 Analgetik narkotik ...........82.3 Analgetik anti inflamasi .....102.4 Hipnotik sedatif .............172.5 Anti konvulsi .242.6 Anastesi .26BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...463.2 Saran.....46DAFTAR PUSTAKA....47BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya.Adapun Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel Schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan sel penyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari sistem saaf pusat. Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-sifat akson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti cumi-cumi dan gurita. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari sejumlah sel saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut yang sejenis adalah serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah campuran antara sejumlah akson dari sel saraf motorik dan sensorik. Apabila rangsangan dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sels araf, membran akan mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan terjadinya permiabel tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan depolarisasi lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan yang diberi cukup kuat, arus lokal yang timbul pada membran yang terdepolarisasiakan merangsang membran disebelahnya yang masih dalam keadaan istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi. Peristiwa ini menunjukkan penjalaran impuls. Depolarisasi adalah nilai potensial aksi yang terjadi akibat adanya rangsangan. Bagian otak depan terakhir adalah telensefalon, telah mengalami perubahan sangat besar selama evolusi vertebrata. Pada ikan dan amphibi, telensefalon lebih dari sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima input dari bulbus olfaktori. Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari. Oleh karena itu, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai obat-obat gangguan neurologi (saraf).1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

Seperti apa obat analgetik antipiretik itu ?

Seperti apa obat analgetik narkotik itu ?

Seperti apa obat analgetik anti inflamasi itu ?

Seperti apa obat hipnotik sedatif itu ?

Seperti apa obat anti konvulsi itu ?

Seperti apa obat anastesi itu ?

1.3 Tujuan

Untuk memenuhi tugas ilmu dasar keperawatan 5 (Farmakologi). Memahami obat analgetik anti piretik. Memahami obat analgetik narkotik. Memahami obat analgetik anti inflamasi. Memahami obat hipnotik sedatif. Memahami obat anti konvulsi. Memahami obat anastesi.1.4 Manfaat

Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan dapat mengaplikasikan langsung di lapangan tentang obat system saraf.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analgetik antipiretik.

Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgesik atau pereda nyeri.

Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh atau obat untuk menurunkan panas. Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan panas karena dapat menghambat prostatglandin pada CNS.

Penyebab sakit/ nyeri.

Didalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau peradangan beberapa bahan algesiogenic kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung dalam prostaglandin dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah perangsang reseptor rasa nyeri. Sedangkan prostaglandin ada 2 yang pertama Hiperalgesia yang dapat menimbulkan nyeri dan PG(E1, E2, F2A) yang dapat menimbulkan efek algesiogenic.

Mekanisame:

Menghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.

Karakteristik:

1.Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit

2.Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira

3.Tidak mempengaruhi pernapasan

4.Gunanya untuk nyeri sedang, ex: sakit gigi

Contoh obat golongan analgetik :1. Antalgin / Methampiron :

Indikasi

: Meringankan rasa nyeri,seperti sakit kepala,sakit

gigi,neuralgia,sakit akibat cedera,setelah operasi,sakit waktu

haid.

Efek samping

: Reaksi hipersensitivitas,agranulositosis,dan lain-lain.Kontra indikasi : Hepersensitif,wanita hamil dan menyusui,tekanan darah < 100

mmHg,anak umur kurang dari 3 tahun dan berat badan kurang

dari 5 kg.Dosis

: Dewasa 3 X 1-2 tablet,anak 6-12 tahun 3X -1 tablet 500 mg.2. Natrium Diclofenat :

Indikasi

: Peradangan dan mengurangi rematik,atritis rheumatoid

(encok),rasa nyeri pada tulang.

Efek samping

: Kadang-kadang terjadi gangguan system pencernaan,sakit

kepala pusing,vertigo, dan kemerahan pada kulit.

Kontra indikasi: Ulkus peptikum, dan hipersensitif.

Dosis

: Dewasa 2-3 X sehari 50 mg.

3. Piroxicam

:

Indikasi

: Rematoid atritis,rematoid spondylitis,gangguan otot skelet

akut seperti bursitis.

Efek samping

: Saluran pencernaan,sakit kepala,ruam kulit, dan pusing.Kontra indikasi: Hipersensitifitas,tukak peptic akut,tukak duodenal,perdarahan

pada saluran pencernaan, dan gastritis.

Dosis

: Dewasa 1 X 1 20 mg.

4. Melosikam

:

Indikasi

: Atritis rheumatoid dan osteoatritis.

Efek samping

: Nyeri,peningkatan tekanan darah,pusing,sakit kepala,vertigo.

Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap antisocial atas AINS lain,penyakit

ginjal berat,insufiensi hati berat,ulkus peptic aktif,perdarahan

serebrovaskular dan gangguan pembekuan darah,wanita hamil

dan menyusui.

Dosis

: 1 X 7,5 mg.

Contoh obat golongan antipiretik :1. Paracetamol / Accetaminopen :

Indikasi

: Menurunkan panas,menghilangkan rasa sakit.

Efek samping

: Penggunaan secara jangka panjang dapat merusak organ hati.

Kontra indikasi: Hipersensitif,penderita dengan fungsi hati yang berat.

Dosis

: Dewasa 2-3 X sehari 1-2 tablet ; anak 6-12 tahun 2-3 X sehari

- 1 tablet.

2. Ibupropen :

Indikasi

: Menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang pada

penyakit gigi atau pencabutan gigi,nyeri kepala,nyeri setelah

operasi,nyeri penyakit rematik,nyeri karena terkilir,serta

menurunkan demam.Kontra indikasi: Hipersensitifitas,anti inflamasi lain,tukak peptic,penggunaan

aspirin,wanita hamil trimester III.Dosis

: 400 mg 3 X sehari.

3. Mepenamid acid :

Indikasi

: Menghilangkan nyeri pada sakit gigi,sakit kepala,nyeri

otot,nyeri paska bedah dan persalinan.

Efek samping

: Mual,muntah,agranulositosis,aeukopenia,gangguan saluran

cerna seperi iritasi lambung,gangguan penglihatan,dan reaksi

pada kulit.

Kontra indikasi: Ulkus peptic atau lambung,gangguan ginjal dan kerusakan

hati.

Dosis

: Awal 500 mg dilanjutkan dengan 250 mg tiap 6 jam.

Pengobatan tidak boleh lebih dari 7 hari.4. Asetosal :

Indikasi

: Demam,sakit kepala,sakit gigi,rasa nyeri pada otot dan sendi.

Kontra indikasi: Tukak pada lambung.

Dosis

: 80 mg : Jika perlu berikan tiap 3 jam : Bayi,1/2-1 tablet,2-3

tahun 1 tablet;4-5 tahun 2 tablet,6-9 tahun 4 tablet.

500 mg : Dewasa 1 tablet / hari;anak > 5 tahun -1 tablet;

maksimum 1 1/2 3 / hari.

2.2 Analgetik narkotik.

Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhanPapaver somiferumatau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari prgan viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Toleransi ialah adanya penurunanefek, sehingga untuk mendapatkan efek seperti semula perlu peningkatan dosis. Krena dapat menimbulkan ketergantungan, obat golongan ini diawasi secara ketat dan hanya untuk nyeri yang tidak dapat diredakan oleh AINS.

Nyeri minimal disebabkan oleh 2 hal, yaitu iritasi lokal (menstimuli saraf perifer) dan adanya persepsi(pengenalan) nyeri oleh SSP. Pngenalan nyeri bersifat psikologis terhadap adanya nyeri lokal yang disampaikan ke SSP. Analgetik Narkotik engurangi nyeri dengan menurunkan persepsi nyeri atau menaikan nilai ambang rasa sakit. analgetik narkotik tidakmempengaruhi saraf perifer, nyeri tetap ada tetapi dapat diabaikan atau pasien dapat mentolerirnya. Untuk mendapatkan efek yang maksimal analgetik narkotik harus diberikan sebelum nyeri yang hebat datang, seperti sebelum tindakan bedah.

Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat,tetapi potensi, onzet, dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun kuantitatif. Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi pernafasan.

Morfinadanpetidinmerupakananalgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merpakanstandar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euforia dan gangguan mental. Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia :

morfinHCl,

Kodein(tunggalataukombinasi dengan parasetamol)

fentanilHCl

Petidin,dan

Tramadol

Khusus untuk tramadol secara kimiawi memangtegolong narkotik tetapi menurut undang-undang tidak, karena kemungkinan menimbulkan ketergantungan kecil.

Analgetik Narkotik, Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.

Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:

1. Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.

2. Obat perifer bersama kodein atau tramadol.

3. Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.

4. Obat Opioid parenteral.

Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :

a.Alkaloid alam : morfin,codein

b.Derivate semi sintesis : heroin

c.Derivate sintetik : metadon, fentanil

d.Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping1.Morfin

Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut.

Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi pada over dosis.

2.Kodein fosfat

Indikasi : nyeri ringan sampai sedang

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut

Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi over dosis

3.Fentanil

Indikasi : nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut

Efek samping: mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis

4.Petidin HCl

Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut

Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis

5.Tremadol HCl

Indikasi : nyeri sedang sampai berat

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut

Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis

2.3 Analgetik anti inflamasi. (NSAIDs)

NSAIDS (non steroidal anti-inflammatory drugs) sebagai analgetika antiradang sangat berguna untuk gejala rema. Zat-zat ini lebih efektif daripada analgetika perifer (parasetamol, asetosal, atau kombinasinya dengan obat lain). Berbagai salicylate dan agen-agen lain yang mirip yang dipakai untuk mengobati penyakit reumatik sama-sama memiliki kemampuan untuk menekan tanda-tanda dan gejala-gejala inflamasi. Obat-obat ini mempunyai efek antipiretik dan analgesik, tetapi sifat-sifat anti inflamasi merekalah yang membuat mereka paling baik dalam menangani gangguan-gangguan dengan rasa sakit yang dihubungkan dengan intensitas proses inflamasi.

Meskipun semua NSAID tidak disetujui oleh FDA untuk semua rentang penyakit reumatik, semuanya mungkin efektif pada atritis rheumatoid, berbagai spondiloartropati seronegatif (misalnya atritis psoriatis dan atritis yang dikaitkan dengan penyakit usus meradang), osteroartritis, muskuloskeletal terlokalisir (misalnya terkilir dan sakit punggung bawah) dan pirai (kecuali tolmetin yang nampaknya tidak efektif pada pirai). Karena aspirin, permulaan NSAID, mempunyai beberapa efek yang merugikan, banyak NSAID lainnya telah dikembangkan dalam usaha untuk memperbaiki efektifitas dan toksisitasnya.

KIMIA DAN FARMAKOKINETIK

NSAID dikelompokkan dalam berbagai kelompok kimiawi, beberapa di antaranya (propionic acid deretivative, inodole derivative, oxicam, fenamate,dll.) keanekaragaman kimiawi ini memberi sebuah rentang karakteristik farmakokinetik yang luas. Sekalipun ada banyak perbedaan dalam kinetika NSAID , mereka mempunyai beberapa karakteristik yang sama. Sebagian besar dari obat ini diserap dengan baik, dan makanan tidak mempengruhi biovailabilitas mereka secara substansial. Sebagian besar dari NSAID sangat di metabolism, beberapa oleh mekanisme fase I dan fase II dan lainnya hanya oleh glukuronidasi langsung (fase II). Metabolisme dari seberapa besar NSAID berlangsung sebagian melalui enzim P450 kelompok CYP3A dan CYP2P dalam hati. Sekalipun ekskresi ginjal adalah rute yang paling penting untuk eliminasi terakhir, hampir semuanya melalui berbagai tingkat ekskresi empedu dan penyerapan kembali (sirkulasi enterohepatis). Kenyataanya tingkat iritasi seluruh cerna bagian bawah berkolerasi dengan jumlah sirkulasi enterohepatis. Sebagian besar dari NSAID berikatan protein tinggi , biasanya dengan albumin.

FARMAKODINAMIKA

Aktivitas anti inflamasi dari NSAID terutama diperantari melalui hambatan biosintesis prostaglandin. Berbagai NSAID mungkin memiliki mekanisme kerja tambahan, termasuk hambatan komitaksis, regulasi rendah, produksi interleukin-1, penurunan produksi redaikal bebas dan superoksida, dan campur tangan dengan kejadian-kejadian intraseluler yang diperantari kalsium. Aspirin secara ireversibel mengasetilasi dan menyekat platelet cyloxigenase., tetapi NSAID yang lain adalah penghambat- penghambat yang reversible. Selektivitas COX-1 versus COX-2 dapat bervariasi dan tidak lengkap bagi bahan-bahan yang lebih lama, tetapi penghambat-penghambat COX-2 yang sangat selektif sekarang bisa di dapat. Dalam pengujian dengan memakai darah utuh manusia, entah mengapa, aspirin, indomethacine, pirixicam, dan sulindac lebih efektif dalam menghambat COX-1, ibuprofen dan mectofenamate menghambat kedua isozim yang kurang lebih sama. Hambatan sintesis lipoxigenase oleh NSAID yang lebih baru, suatu efek yang di inginkan untuk obat anti inflamasi , adalah terbatas tetapi mungkin lebih besar daripada dengan aspirin. Benoxaprofen, NSAID lain yang lebih baru, diperlihatkan menghambat sintesisi leuxotriene dengan baik tetapi di tarik kembali karena sifat toksiknya. Dari NSAID yang sekarang ini bisa didapat , indomethacine dan diclofanac telah dilaporkan mengurangi sintesis prostaglandin dan leukotriene. Kepentingan klinis dari selektivitas COX-2 sekarang ini sedang diselidiki. Keefektifan mungkin tidak terpengruh tetapi keamanan gastrointestinal mungkin dapat di tingkatkan. Gunakan NSAID secara hati-hati pada pasien pasien dengan riwayat gangguan perdarahan / perdarahan gastrointestinal, penyakit hati, ginjal , dan cardiofaskuler berat. Sedangkan keamanan NSAID pada kehamilan belum di tetapkan.

A.ASPIRIN

Pemakaian aspirin yang lama dan kemudahan memprolehnya tanpa resep telah menghapus daya tariknya di bandingkan dengan NSAID yang lebih baru. Akan tetapi, aspirin adalah standart ukuran bagi semua agen-agen anti inflamasi, hingga mulai adanya ibuprofen bebas yang seefektif aspirin tetepi lebih aman. Aspirin sekarang kurang dipakai sebagai pengobatan anti inflamasi daripada sebelumnya. Ibuprofen dan naproxen mengikuti aspirin sebagai NSAID bebas di Amerika Serikat. Keduanya memiliki catatan keamanan yang baik hingga baik sekali., dan khusus ibuprofen sekarang merupakan setandart umum terhadap NSAID lain yang dibandingkan.

Farmakokinetika

Asam salisilat adalah asam organic sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin mempunyai pKa 3,5. Sodium salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang sama efektifnya , walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesik. Salicylate dengan cepat diserap oleh lambung dan usus kecil bagian atas, menghasilkan kadar puncak plasma salysilate dalam 1-2 j1m. Aspirin diserap dalam cara yang sama dan dihidrolisis cepat menjadi acetic acid dan salicylate oleh esterase-esterase dalam jaringan dan darah.

Farmakodinamika

1)Efek-efek anti inflamasi. Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua isoform COX , tetapi salicylate jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua isoform. Salicylate yang tidak di asetilasi mungkin bekerja sebagai pemangsa (scavenger) radikal oksigen. Dari catatan diketahui bahwa berbeda dari kebanyakan AINS lainnya, aspirin menghambat COX secara irreversible, dan bahkan dosis rendah bisa efektif dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet.

Selain mengurangi sintesis mediator-mediator eicosanoid, aspirin juga mempengaruhi mediator-mediator kimia dari sistem kallikrein. Sebagai akibatnya, aspirin menghambat melekatnya granulosit pada vasculature yang rusak, menstabilkan lysosome, dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear danb makrofag ke dalam daerah inflamasi.

2)Efek-efek analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap inflamasi, tetapi mungkin juga menghambat rangsangan nyeri pada daerah subkortikal.

3)Efek-efek antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan normal hanya terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik aspirin mungkin diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama episode inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan (superfisial) dan disertai keluarnya keringat yang banyak.

4)Efek-efek platelet. Aspirin mempengaruhi hemostasis. Dosis rendah tunggal aspirin (kira-kira 80 mg sehari) menyebabkan sedikitnya perpanjangan waktu pendarahan, yang menjadi dua kali lipat bila pemberiannya dilanjutkan selama seminggu. Perubahan disebabkan oleh hambatan platelet COX yang irreversible, sehingga efek antiplatelet dari aspirin berlangsung 8-10 hari (umur platelet). Secara umum, aspirin harus dihentikan satu minggu sebelum pembedahan untuk menghindari komplikasi perdarahan.

Pemakaian Klinis

Aspirin adalah salah satu dari obat-obat yang paling sering dipakai untuk meredakan nyeri ringan sampai nyeri sedang yang sebabnya beragam,tetapi tidak efektif untuk nyeri organ dalam, seperti infraktus miokardium atau kolik ginjal atau empedu. Aspirin sering dikombinasikan dengan analgesik ringan lain dal lebih dari 200 produk semacam itu bisa dibeli tanpa resep. Kombinasi yang lebih mahal ini tidak pernah menunjukkan lebih efektif atau kurang toksik daripada aspirin saja. Aspirin dan NSAID lainnya telah dikombinasikan dengan analgesik opoid untuk meredakan nyeri pada kanker, yang efek antiinflamasi mereka bekerja secara sinergis dengan opoid untuk menungkatkan analgesia.

Dosis

Dosisi analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara umum dipergunakan adalah kurang dari 0,6 gram dosisi oral. Dosis yang lebih besar mungkin memprpanjang efek. Dosisi biasa tersebut bisa di ulang setiap 4 jam dan dosisi yang lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk anak-anak adalah 50-75 mg/kg/hari dalam dosisi yang terbagi.

Dosis antiinflamasi rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk anak-anak 50-75 mg/kg/hari. Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu paro 12 jam. Biasanya dosi terbagi 3 kali/hari, sesudah makan.

Pemilihan Obat

Aspirin dapat diperoleh dari berbagai macam pabrik, dan meskipun bisa bervariasi dalam tekstur dan penampilan, kandungn aspirin tetap. Tes disintegrasi adalah bagian dari standart resmi, dan sedikit bukti yang menunjukkan bahwa perbedaan antara tablet tersebut memiliki keamanan klinis. Buffered Aspirin yang paling popular tidak mengandung cukup alkali untuk mengurangi iritasi lambung dan tidak ada bukti bahwa preparat yang lebih mahal ini dikaitkan kadar darah yang lebih tinggi atau evektivitas klinis yang lebih besar.

Efek Samping Obat

Pada dosis yang biasa, efek aspirin yang paling berbahaya adalah gangguan lambung. Efek ini bisa dikurangi denggan penyanggaan yang sesuai (menelan aspirin bersamaan dengan makanan diikuti dengan segelas air atau antacid).

Dengan dosisi lebih tinggi , pasien-pasien mungkin mengalami salicylism, muntah - muntah, tinnitus, pendengaran yang berkurang, dan vertigo yang reversible dengan mengurangi dosis. Dosis salicylate yeng lebih tinggi menyebabkan hiperpne melalui efek langsung pada medulla batang otak, sedangkan dosis salicylate yang lebih rendah alkalosisi respiratorik mungkin terjadi.

Terkadang juga dapat menyebabkan hepatitis ringan dan penurunan filtrasi glomeruli. Pada dosisi harian 2 gr atau kurang, akan menaikan kadar asam urat dalam serum.

Obat Obat Antiinflamasi Yang Lebih baru

Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan dalam 7 kelompok besar :

1.Derivat asam propionate

2.Derivat inidol

3.Fenamat

4.Asam pirolalkanoat

5.Derivate Pirazolon

6.Aksikam

7.Asam salisilat

Aktifitas anti inflamasi dari obat NSAID tersebut mempunyai mekanisme yang sama dengan aspirin, terutama karena kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin.

Proses inflamasinya dikurangi dengan penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil, dan sel must. Obat-obat NSAID juga menurunkan sensitivitas pebuluh darah terhadap bradikinin dan histamine, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T dan meniadakan vasodilatasi. Semuanya ialah penghambat sintesis protrombin, walau derajatnya berbeda-beda. Mereka semua juga :

1.Analgesik

2.Antiinflamasi

3.Antipiretik

4.Menghambat agregasi platelet

5.Menyebabkan iritasi lambung

6.Bersifat nofrotoksik

1.Ibuprofen

Ibuprofen merupakan derivate dari asam fenilpropionat. Pada dosis 2400 mg, efekantiinflamasinya setara dengan 4gr aspirin. Pada dosis lebih rendah, hanya efek analgesiknya yang jelas, sedangkan efek antiinflamasinya sedikit. Waktu paro 2 jam , metabolism di hati, 10% diekskresi tanpa di ubah.

2.Fenoprofen

Merupakan derivate asam propionate. Waktu paronya 2 jam . Dosis anti atritis (inflamasi) ialah 600-800 mg, 4 kali sehari. Efek smpingnya menyerupai ibuprofen yaitu nefrotoksis, interik, nausea, dispepsi, udema perifer, rash pruritas, efek sistem saraf pusatdan kardiovaskuler.

3.Indomethacin

Indometasin merupakan derifat indol. Walaupun lebih toksik dari aspirin, tetapi efektivitasnya juga lebih tinggi. Ia juga penghambat sintesis prostaglandin. Metabolisme di hati. Waktu paro serum 2 jam.

4.Sulindac

Suatu obat sulfosid, yang baru aktif setelah di ubah oleh enzim hati menjadi sulfide, duraksi aksi 16 jam. Indikasi dan reaksi buruknya menyerupai obat NSAID yang lain. Dapat juga terjadi sindrom Stevens-Jhonson, trombositipenia, agranulositosi dan sindrom nefrotik. Dosis rata-rata untuk arthritis inflamasi ialah 200mg, 2 kali sehari.

5.Maclofenamate

Derifat fenamat, mencapai kadar puncak dalam plasma darah 30-60 menit, waktu paro 2 jam. Ekskresi lewat urin sebagai besar dalam bentuk konjungasi glukuronid. Efek sampingnya menyerupai obat NSAID lain, nampaknya tidak mempunyai keistimewaan disbanding yang lain.

Kontraindikasi : hamil, belum terbukti keamanan dan efekasinya pada anak. Dosis untuk atritis inflamasi ialah 200-400 mg/hari, terbagi dalam 4 dosis.

6.Asam Mefenamat

Juga drifat fenamat, mempunyai efek analgesik, tapi sebagai antiinflamasi kurang kuat disbanding aspirin serta lebih toksik. Obat ini tidak boleh di berikan berturut-turut lebih dari 1 minggu dan tidak diindikasikan untuk anak-anak. Dosis awal 500mg 9dewasa), selanjutnya 250 mg.

7.Tolmetin

Suatau derivate dari asam pirololkanoat, menyerupai aspirin dalam efektivitasnya terhadap arthritis rematoid dan osteortritis pada penderita dewasa dan remaja. Waktu paronya pendek 1 jam. Rata-rata dosis dewasanya ialah 400mg, 4 kali sehari

8.Fenilbutazon

Merupakan derifat pirazolon, mempunyai efek antiinflamasi yang kuat. Akan tetapi di temukan berbagai pengaruh buruknya seperti : agranulositosis, anemia aplastika, anemia hemolitik, sindrom nefrotik, neuritis optic, tuli, reaksi alergi serius, dermatitis eksfoliotif serta nekrosis hepar dan tubuler ren.

9.Piroxicam

Waktu paronya 45 jam, oleh karena itu pemakaiannya cukup sekali sehari. Obat ini cepat diabsorbsidari lambung, dan dalam 1 jam konsentrasi dalam plasma mencapai 80% dari kadar puncaknya. Keluhan gastrointestinal di alami oleh sekitar 20 % penderita, efek buruk lainnya ialah dizziness, tinnitus, nyeri kepala dan ruam kulit.

10.Diflunisal

Diflunsial ialah derivate difluorofenil asam salisilat. Waktu paronya dalam plasma ialah 8-12 jam dan mencapai steady state setelah beberapa hari. Seperti halnya aspirin, ia mempnyai efek analgesik dan antiinflamasi akan tetapi efek antipiretiknnya kecil. Indikasinya ialah nyeri dan osteoarthritis. Efek buruknya menyerupai NSAID yang lain

11.Meloxicam

Merupakan generasi baru NSAID. Suatu penghambat sikloogsigenase-2 selektif (COX-2). Banyak study menunjukkan bahwa meloxicam mempunyai efek samping pada saluran gastrointestinal lebih renfdah di banding dengan NSAID yang lain, dengan kekuatan antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Pemakaian meloxicam 15 mg tidak memperlihatkan perbedaan dalam hal efek sampingnya terhadap saluran gastrointestinal yang dinilai sebelum dan sesudah pengobatan.

2.4 Hipnotik sedative.

Hipnotik Sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung kepada dosis.Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respon terhadap rangsangan emosi dan menenangkan. Obat Hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. Obat hipnotika dan sedatif biasanya merupakan turunan Benzodiazepin. Beberapa obat Hipnotik Sedatif dari golongan Benzodiazepin digunakan juga untuk indikasi lain, yaitu sebagai pelemas otot, antiepilepsi, antiansietas dan sebagai penginduksi anestesis.

Sedatifadalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Hipnotikadalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.

PENGGOLONGAN OBAT SEDATIF-HIPNOTIK

Secara klinis obat-obatan sedatif hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anesthesia, penatalaksanaan kejang serta insomnia. Obat-obatan sedatiif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni:

1.Benzodiazepin

2.Barbiturat

3.Golongan obat nonbarbiturat-nonbenzodiazepin

1.Benzodiazepin

Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yakni anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medulla spinalis, dan amnesia retrograde. Benzodiazepin banyak digunakan dalam praktik klinik. Keunggulan benzodiazepin dari barbiturat yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom di hati. Benzodiazepine telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturate sebagai pramedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitoring anestesi. Dalam masa perioperative, midazolam telah menggantikan penggunaan diazepam. Selain itu, benzodiazepine memiliki antagonis khusus, yaitu flumazenil.

Mekanisme Kerja

Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak dapat dieksitasi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alcohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.

Efek sedative timbul dari aktivasi reseptor GABAAsub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari reseptor GABA di otak (korteks serebral, korteks sereblum, thalamus). Sementara efek ansiolitik timbul dari aktifasi GABA sub unit alpha 2 (Hipokampus dan amigdala).

Perbadaan onset dan durasi kerja diantara benzodiazepine menunjukkan perbedaan potensi (afinitas terhadap reseptor), kelarutan lemak (kemampuan menembus sawar darah otak dan redistribusi jaringan perifer) dan farmakokinetik (penyerapan, distribusi, metabolism dan ekskresi). Hampir semua benzodiazepine larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma. Sehingga keadaan hipoalbumin pada cirrhosis hepatis dan chronic renal disease akan meningkatkan efek obat ini.

Benzodiazepine menurunkan degradasi adenosine dengan menghambat transportasi nukleosida. Adenosine penting dalam regulasi fungsi jantung (penurunan kebutuhan oksigen jantung melalui penurunan detak jantung dan meningkatkan oksigenase melalui vasodilatasi arteri koroner) dan semua fungsi fisiologi proteksi jantung.

Efek Samping

Kelelahan dan mengantuk adalah efek samping yang biasa pada pengunaan lama benzodiazepine. Sedasi akan mengganguaktivitas setidaknya selama 2 minggu. Penggunaan yang lama benzodiazepine tidak akan mengganggu tekanan darah, denyut jantung, ritme jantung dan ventilasi. Namun penggunaannya sebaiknya hati-hati pada pasien dengan penyakit paru kronis.

Penggunaan benzodiazepine akan mengurangi kebutuhan akan obat anestesi inhalasi ataupun injeksi. Walaupun penggunaan midazolam akan meningkatkan efek depresi napas opioid dan mengurangi efek analgesiknya. Selain itu, efek antagonis benzodiazepine, flumazenil, juga meningkatkan efek analgesic opioid.

Contoh obat :

a.Midazolam

Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur cincinyang stabil dalam larutan dan metabolism yang cepat. Obat ini telah menggatikan diazepam selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali lebih kuat. Selain itu afinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat disbanding diazepam. Efek amnesia pada obat ini lebih kuat dibandingkan efek sedasi sehingga pasien dapat terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang terjadi selama beberapa jam. Larutan midazolam dibuat asam dengan pH < 4 agar cincin tidak terbuka dan tetap larut dalam air. Ketika masuk ke dalam tubuh, akan terjadi perubahan pH sehingga cincin akan menutup dan obat akan menjadi larut dalam lemak. Larutan midazolam dapat dicampur dengan ringer laktat atau garam asam dari obat lain.

Farmakokinetik

Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui sawar darah otak. Namun waktu equilibriumnya lebih lambat disbanding propofol dan thiopental. Hanya 50% dari obat yang diserap yang akan masuk ke sirkulasi sistemik karena metabolism porta hepatik yang tinggi. Sebagian besar midazolam yang masuk plasma akan berikatan dengan protein. Waktu durasi yang pendek dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi mempercepat distribusi dari otak ke jaringan yang tidak aktif begitu juga dengan klirens hepar yang cepat.

Waktu paruh midazolam adalah antara 1-4 jam lebih pendek daripada waktu paruh diazepam. Waktu paruh ini dapat meningkat pada pasien tua dan gangguan fungsi hati. Pada pasien dengan obesitas, klirens midazolam akan lebih lambat karena obat banyak berikatan dengan sel lemak. Akibat eliminasi yang cepat dari midazolam, maka efek pada CNS akan lebih pendek dibanding diazepam.

b.Diazepam

Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut dalam lemak dan memiliki durasi kerja yang lebih panjang dibandingkan midazolam. Diazepam dilarutkan dengan pelarut organic (propilen glikol, sodium benzoat) karena tidak larut dalam air. Larutannya pekat dengan pH 6,6-6,9. Injeksi secra IV atau IM akan menyebabkan nyeri.

Farmakokinetik

Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya dalam 1 jam (15-30 menit pada anak-anak). Kelarutan lemaknya yang tinggi menyebabkan Vd diazepam lebih besar dan cepat mencapai otak dan jaringan terutama lemak. Diazepam juga dapat melewati plasenta dan terdapat dalam sirkulasi fetus.

Ikatan protein benzodiazepine berhubungan dengan tingginya kelarutan lemak. Diazepam dengan kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan protein plasma yang kuat. Sehingga pada pasien dengan konsentrasi protein plasma yang rendah, seperti pada cirrhosis hepatis, akan meningkatkan efek samping dari diazepam.

c.Lorazepam

Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda pada adanya klorida ekstra pada posisi orto 5-pheynil moiety. Lorazepam lebih kuat dalam sedasi dan amnesia disbanding midazolam dan diazepam sedangkan efek sampingnya sama.

Farmakokinetik

Lorazepam dikonjugasikan dengan asam glukoronat di hati menjadi bentuk inaktif yang dieksresikan di ginjal. Waktu paruhnya lebih lama yaitu 10-20 jam dengan ekskresi urin > 80% dari dosis yang diberikan. Karena metabolismenya tidak dipengaruhi oleh enzim mikrosom di hati, maka metabolismenya tidak dipengaruhi oleh umur, fungsi hepar dan obat penghambat enzim P-450 seperti simetidin. Namun onset kerja lorazepam lebih lambat disbanding midazolam dan diazepam karena kelarutan lemaknya lebih rendah.

2. Barbiturat

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan sedative. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturate telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital yang memiliki anti konvulsi yang masih sama banyak digunakan.

Secara kimia, barbiturate merupakan derivate asam barbiturate. Asam barbiturate (2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara ureum dengan asam malonat.

Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hypnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antisietas barbiturate berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Efek anastesi umumnya diperlihatkan oleh golongan tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk anastesi umum. Untuk efek antikonvulsi umumnya diberikan oleh barbiturate yang mengandung substitusi 5- fenil misalnya fenobarbital.

Farmakokinetik

Barbiturat secarra oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus ke dalam darah. Secra IV barbiturate digunakan untuk mengatasi status epilepsy dan menginduksi serta mempertahankan anestesi umum. Barbiturate didistribusi secra luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kalarutan dalam lemak.

Barbiturat yang mudah larut dalam lemak, misalnya thiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak turun dengan cepat. Barbiturate yang kurang lipofilik misalnya aprobarbital dan fenobarbital, dimetabolisme hampir sempurna di dalam hati sebelum diekskresi di ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak mempengaruhi eliminasi obat. Fenobarbital diekskresikan ke dalam urin dalam bentuk tidak berubah sampai jumlah tertentu (20-30%) pada manusia.

Faktor yang mempengatuhi biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi oleh berbagai hal terutama perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia tua yang mengakibatkan penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme yang terjadi hampir pada semua obat golongan barbiturat.

Kontraindikasi

Barbiturate tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturate, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut.

3. Nonbarbiturat- nonbenzodiazepin

1)Propofol

Propofol adalah substitusi isopropylphenol yang digunakan secara intravena sebagai 1% larutan pada zat aktif yang terlarut, serta mengandung 10% minyak kedele, 2,25% gliserol dan 1,2% purified egg phosphatide. Obat ini secara struktur kimia berbeda dari sedative-hipnotik yang digunakan secara intravena lainnya. Penggunaan propofol 1,5-2,5 mg/kg BB (atau setara dengan thiopental 4-5 mg/kg BB atau methohexital 1,5 mg/kgBB) dengan penyuntikan cepat (