obat insomnia

9
obat-obatan sedatif-hipnotik diindikasikan hanya untuk insomnia jangka pendek (akut) dan tidak ada obat-obatan yang disetujui oleh FDA yang dapat digunakan untuk terapi kronik insomnia. Insomnia jangka pendek (akut) dapat disebabkan oleh stres akut, nyeri akut, perubahan lingkungan, dan obat-obatan. Insomnia jangka panjang (kronik) merupakan hal yang sering pada orang usia lanjut. Ini dapat disebabkan oleh gangguan psikiatri seperti insomnia terkondisi(semakin keras mereka berusaha tidur, semakin sulit untuk tidur), alkohol dan penggunaan narkoba, depresi dan kecemasan, nyeri kronik, sering kencing pada malam hari, dan berbagai penyakit lainnya seperti gagal jantung kongestif, hipertiroid, demensia, Parkinson’s disease, PPOK ( penyakit paru obstruksi kronik), asma, rheumatologic disease, dan gastroesophageal reflux disease (GERD). Depresi merupakan hal yang paling sering menyebabkan insomnia (seringnya bangun lebih awal dari biasanya) dan paling baik di terapi dengan menggunakan obat-obatan yang memiliki efek sedatif. Mirtazapine (Remeron), trazodone (Desyrel), paroxitene (Paxil), Nefazodone (Serzone) merupakan obat-obat yang bermanfaat untuk membantu tidur. Kecemasan merupakan penyebab psikiatri yang paling sering menyebabkan insomnia dan dapat di terapi dengan menggunakan paroxetine. Benzodiazepine merupakan obat yang digunakan untuk terapi insomnia pada orang dewasa namun dapat membahayakan apabila digunakan untuk orang usia lanjut. Pasien usia lanjut yang mendapat terapi benzodiazepine memiliki resiko tinggi untuk menderita efek samping seperti pusing, kelemahan, mudah jatuh, bingung, terantung dengan gejala withdrawal, sulit untuk mengulang kembali ingatan sebelumnya apabila sedang dalam pengobatan, amnesia, gangguan memori, disorientasi, nausea, perubahan nafsu makan, gangguan tidur, dan agitasi.

description

word

Transcript of obat insomnia

Page 1: obat insomnia

obat-obatan sedatif-hipnotik diindikasikan hanya untuk insomnia jangka pendek (akut) dan tidak ada obat-obatan yang disetujui oleh FDA yang dapat digunakan untuk terapi kronik insomnia.

Insomnia jangka pendek (akut) dapat disebabkan oleh stres akut, nyeri akut, perubahan lingkungan, dan obat-obatan.

Insomnia jangka panjang (kronik) merupakan hal yang sering pada orang usia lanjut. Ini dapat disebabkan oleh gangguan psikiatri seperti insomnia terkondisi(semakin keras mereka berusaha tidur, semakin sulit untuk tidur), alkohol dan penggunaan narkoba, depresi dan kecemasan, nyeri kronik, sering kencing pada malam hari, dan berbagai penyakit lainnya seperti gagal jantung kongestif, hipertiroid, demensia, Parkinson’s disease, PPOK ( penyakit paru obstruksi kronik), asma, rheumatologic disease, dan gastroesophageal reflux disease (GERD).

Depresi merupakan hal yang paling sering menyebabkan insomnia (seringnya bangun lebih awal dari biasanya) dan paling baik di terapi dengan menggunakan obat-obatan yang memiliki efek sedatif. Mirtazapine (Remeron), trazodone (Desyrel), paroxitene (Paxil), Nefazodone (Serzone) merupakan obat-obat yang bermanfaat untuk membantu tidur. Kecemasan merupakan penyebab psikiatri yang paling sering menyebabkan insomnia dan dapat di terapi dengan menggunakan paroxetine.

Benzodiazepine merupakan obat yang digunakan untuk terapi insomnia pada orang dewasa namun dapat membahayakan apabila digunakan untuk orang usia lanjut. Pasien usia lanjut yang mendapat terapi benzodiazepine memiliki resiko tinggi untuk menderita efek samping seperti pusing, kelemahan, mudah jatuh, bingung, terantung dengan gejala withdrawal, sulit untuk mengulang kembali ingatan sebelumnya apabila sedang dalam pengobatan, amnesia, gangguan memori, disorientasi, nausea, perubahan nafsu makan, gangguan tidur, dan agitasi.

Zolpidem ScheduleIV drug digunakan untuk maximum 1 bulan terapi. Namun beberapa pasien menggunakan obat ini sampai bertahun-tahun yang dapat menyebabkan depresi, perubahan perilaku, penurunan fungsi pernapasan, pusing, mengantuk pada siang hari, amnesia, diare, sakit kepala, dan nausea.

Zaleplon merupakan obat baru yang digunakan untuk terapi insomia jangka pendek dan batas maximum penggunaan adalah 1 bulan. Cara kerja obat ini adalah short acting (2-4 jam). Efek samping dari obat ini adalah mengantuk pada siang hari, pusing, halusinasi,tremor, vertigo, amnesia, parastesia, depresi fungsi pernapasan, anorexia, dan depersonalisasi. Obat ini diunakan untuk orang dengan keluhan sulit tidur pada malam hari atau sering terbangun pada malam hari serta untuk orang-orang yang melakukan perjalanan ke negara yang berbeda waktu negara bagian.

Antihistamin merupakan obat yang sering digunakan untuk insomnia, namun bukan merupakan rekomendasi dari FDA. Diphenhydramine (Benadryl) merupakan bahan aktif dari obat-obatan seperti Tylenol PM dll. Bahan aktif ini tidak berbahaya pada orang lanjut usia

Page 2: obat insomnia

namun efek sampingnya dapat berupa mengantuk pada siang hari, pusing,efek antikolinergik (glaukoma akut, retensi urin, mulut kering, konstipasi),gastritis, pembekuan darah, dan hipotensi. Oleh karena itu, penggunaannya untuk mengobati insomnia tidak direkomendasikan.

Insomnia berhubungan dengan penurunan aktivitas korteks. Dimana berdasarkan studi yang dilakukan oleh FDG dengan melakukan pemeriksaan PET Scan pada orang yang mengalami gangguan tidur menunjukkan penurunan metabolisme di thalamus, kortex prefrontal, dan korteks parietal bagian inferior.

Terapi

Terapi kognitif dan perilaku

Terapi farmakologi

Pengarahan masa depan (future directions)

Terapi psikologikal atau perilaku

Perilaku (restiksi tidur, kontrol stimulus (go to bed when sleepy), dan relaksasi) menghabiskan banyak waktu di atas tempat tidur, jadwal tidur yang ireguler, aktivitas tidur yang tidak sesuai, hyperarousal.

Kognitif (terapi kognitif) ekspektasi tidur yang tidak realistik, konsep yang salah dari tidur, kecemasan dari antisipasi tidur, buruknya kemampuang coping.

Edukasi (sleep hygiene) sleep hygiene yang tidak adekuat

Page 3: obat insomnia

Edukasi sleep hygiene

Kafein: sumber dan efeknya

Nikotin

Manfaat dari olahraga

Makan makanan ringan pada waktu malam (susu, kacang, mentega)

Alkohol, tobako, dan substansi lainnya

Lingkungan: cahaya, keributan, dan suhu

Aturan terapi restriksi tidur

Persingkat waktu tidur menjadi waktu tidur yang biasa dihabiskan pasien setiap malam, tetapi tidak < 4 jam/malam

Larang waktu tidur di luar waktu tersebut

Laporkan kembali jumlah waktu tidur yang telah dikumpulkan per malam

Hitung efisiensi dari tidur yang didapatkan berdasarkan rata-rata dari 5 malam. Ketika efisiensi tidur sudah >85%, tambahkan 15 menit waktu tidur.

Pada orang dewasa batasan untuk efisiensi tidur adalah 80. Perbolehkan tidur siang 30 menit.

Relaksasi

Memerlukan waktu luang untuk sendiri

Respon relaksasi (Benson, 1975)

Lingkungan yang sepi, perilaku yang pasif, posisi yang nyaman, lakukan kegiatan yang monoton.

Terapi kognitif

Nilai perilaku atau kepercayaan mengenai tidur yang menyimpang

Nilai pandangan pasien mengenai tidur

Ubah periaku atau keoercayaan mengenai tidur yang menyimpang dengan pandangan pasien mengenai tidur yang benar

Page 4: obat insomnia

Waktu cemas: Hindari mengerjakan sesuatu pada waktu tidur, uraikan pikiran (brainstorm), pusatkan atensi untuk hal-hal yang ingin diprioritaskan, gunakan strategi problem-solving, pentingnya latihan secara reguler

Pada tanggal 22 Maret 2004 FDA melaporkan bahwa terjadi perburukan depresi dan timbul keinginan untuk bunuh diri pada pasien yang mendapat terapi anti depresan. Fluoxetin (Prozac); Sertraline (Zoloft); Paroxetine (Paxil); Fluvoxamine (Luvox); Citalopram (Celexa); Escitalopram (Lexapro); Bupoprion (Wellbutrin); Venlafaxine (Effexor); Nefazodone (Serzone); dan Mirtazapine (Remeron) merupakan obat-obatan antidepresan yang perlu diberi label peringatan dimana perlu dilakukan observasi yang lebih teliti bagi mereka yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut, terutama untuk pasien dewasa dan anak-anak. Obat-obatan tersebut dapat menyebabkan agitasi, iritabilitas, insomnia, dan gejala lainnya yang memperburuk depresi dan menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.

Tabel . Obat-obatan yang sering digunakan untuk terapi insomnia

Page 5: obat insomnia

Terapi farmakologi

Obat-obatan yang disetujui FDA-Benzodiaepine reseptor agonis-Melatonin reseptor agonis

Obat-obatan yang tidak disetujui oleh FDA-Antidepresan sedatif-Antipsikotik

Pengobatan diri sendiri-Alkohol-H1 antihistamin (over the counter sleep aids)-Pengobatan tradisional (herbal)

Page 6: obat insomnia

Efek samping dari Benzodiazepin reseptor agonis dan obat hipnotik lainnya

-Somnolen

-Ataxia

-Amnesia

-Pusing

-Nausea

Efek apabila obat ini diberhentikan adalah rebound insomnia (satu gejala, eksaserbasi untuk menderita keparahan yang sama seperti pada awal timbul, durasinya 1-2 malam, dan sindrom withdrawal (gejalanya lebih kompleks dan durasi nya lebih lama)

Ramelteon (Rozerem)

Merupakan selektif melatonin MT 1/MT 2 reseptor agonis

-Menyebabkan kantuk tanpa efek sedasi

-Diindikasikan untuk terapi insomnia yang memiliki karakteristik gangguan onset tidur

-Berdasarkan data polisomnografi: tidak sering terbangun di malam hari, tidak memiliki efek rebound insomnia atau efek withdrawal, meningkatkan waktu tidur

-Tidak mengubah perilaku

Page 7: obat insomnia

-Tidak memiliki potensi keracunan

-Tidak memerlukan restriksi durasi penggunaan

Obat-obatan antidepresan untuk insomnia

-Tidak ada obat-obatan hipnotik yang disetujui oleh FDA

-Pasien dengan riwayat gangguan penggunaan zat

-Pasien dengan insomnia yang berhubungan dengan depresi dan kecemasan

-Kegagalan terapi dengan Benzodiazepine reseptor agonis

-Kecurigaan menderita sleep apnea

-Fibromialgia

-Insomnia primer (obat-obatan lini ke dua)

Doxepine (25-50mg) untuk insomnia primer

Berdasarkan penelitian, 3 dari 20 pasien tidak melanjutkan pengobatan akibat peningkatan enzim hepatik, exanthema, dan leukopenia

Quetiapine

Merupakan antagonis dopamin D2, 5-HT2, efek muskarinik kolinergik, alfa 1, reseptor H1

Waktu paruh: 6 jam, dan dimetabolisme oleh CYP3A4

Dosis: 50-200mg

Efek: memberi efek sedasi secara subjektif

Efek samping: efek ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, neuroleptic malignant syndrome, sedasi, hipotensi, pusing, penambahan berat badan, sindrom metabolik,

Indikasi: untuk pasien insomnia dengan kecemasam yang parah, gangguan bipolar, dan gangguan psikotik

Difenhidramin

Mekanisme atau cara kerja:

-Blokade reseptor H1 (basal forebrain, area preoptik di hipotalamus)

Page 8: obat insomnia

-Blokade reseptor kolinergik, serotonergik, dan adrenergik

-Dosis: 25-100 mg

-Waktu paruh: 3,4-5 jam

-Efek samping: sedasi, pusing, gangguan keseimbangan, kecemasan, efek antikolinergik

Toleransi dari antihistamin

-Setelah 4 hari, antihistamin kehilangan efek sedatif

-Difenhidramin merupakan komponen OTC sleep aids yang paling sering digunakan

-Tidak disarankan untuk penggunaan berulang