NURUL VIVI ARYANTI PULUNGAN-FDK.pdf
Transcript of NURUL VIVI ARYANTI PULUNGAN-FDK.pdf
EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PPPA (Program
Pembibitan Penghafal Al-Qur’an) DAARUL QUR’AN
TERHADAP PEDAGANG KECIL DI KETAPANG KOTA
TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Disusun Oleh :
NURUL VIVI ARYANTI PULUNGAN
NIM. 1110054000007
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
t.I
il-
LEMBAR PENGE,SAHAN
EVAI,UASI PROGRAIVI PEMBERDAVAAN PPPA DAARUL QUR,ANTERHADAP PEDAGANG KECIL DI KETAPANG KOTA TAI\IGERANG
SlaipsiDiaj'kan kepada Fakultas Irmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Komunikasi (s.Kom.I)
Di Bawah Bimbingan
,!
--_-..--4&p)r-NrP. 19600720 199t03 1-00i-
- JURUSAN PIE}{GEilIBANCATT MASYARAKAT ISLAJUFAKTILTAS ILMU DAKWAH DAIY KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1436H/201sM
NIM. 1110054000007
I
LEMBAR PERI{YATAAII
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan unhrk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (Sl) di UniversitasIslarn Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tlniversitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti batrwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlaku di universitas Islam Negeri syarifHidayatullah Jakartra.
Jakart4 05 Juni 2015
Nurul Vivi Aryanti Pulungan
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang beq'udul "Evaluasi Program Pemberdayaan PPPA Daarul
Qur'an Terhadap Pedagang Kecil di Ketapang Kota Tangerango' telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis 11
Juni 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sa{ana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam.
Jakarta, 11 Juni 2015
Sidang Munaqasyah
vr.}ua[ vr-". vregNrP. 19720606 199803 1003
Penguji I
-t-
1' ?2:\z-/_,.'tg
Prof. Dr. H. Syamsir Salam. MSNIP. 194s0720 t97803 r 002
Ketua Sidang,
20t99903 2 002
Penguji II
Mengetahui
Dosen Pembimbing Skripsi
199103 I 001
i
ABSTRAK
Nurul Vivi Aryanti Pulungan
Evaluasi Program Pemberdayaan PPPA Daarul Qur’an Terhadap Pedagang
Kecil di Ketapang Kota Tangerang.
PPPA Daarul Qur’an adalah salah satu lembaga nirlaba yang mengelola sedekah
umat. Daarul Qur’an mempunyai kepedulian terhadap masyarakat, khususnya
masyarakat ekonomi lemah dan marginal. PPPA Daarul Qur’an mempunyai
banyak program salah satunya adalah Community Development. Community
Development adalah sebuah program berbasis pemberdayaan dan pendampingan
masyarakat di sekitar Pesantren Daarul Qur’an dan kawasan marginal. Comdev
Daarul Qur’an berikhtiar membangun masyarakat yang memiliki kemandirian
secara ekonomi dan memiliki budaya sosial yang islami. Salah satu bentuk
pemberdayaannya adalah pemberdayaan ekonomi bantuan modal usaha untuk
pedagang kecil. Pemberdayaan ekonomi yang dilakukan Daarul Qur’an ini
bertujuan untuk mendekatkan dan memberikan peningkatan kebutuhan hidup bagi
masyarakat sekitar pondok pesantren yang memiliki ekonomi lemah.
Untuk mengukur apakah program yang dijalankan berhasil atau tidak maka
diperlukan evaluasi terhadap program tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan
dengan mengamati sejauh mana penilaian program Daarul Qur’an dalam
pemberdayaan ekonomi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model
evaluasi yang digunakan oleh Pietrzak dkk.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data
dikumpulkan dengan pengamatan langsung (observasi), wawancara dan studi
dokumentasi. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan analisis deskriptif
yaitu berupaya menggambarkan secara menyeluruh proses pemberdayaan yang
dilakukan oleh Daarul Qur’an dan hasilnya. Sasaran yang diteliti adalah pedagang
kecil yang menerima bantuan modal yang berada di Ketapang Tangerang.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa program
pemberdayaan yang dilakukan oleh Daarul Qur’an berdampak baik dan sangat
bermanfaat bagi masyarakat sekitar pondok pesantren Daarul Qur’an, khususnya
masyarakat yang memiliki ekonomi lemah. Dengan diberikannya bantuan modal
usaha maka penghasilan dari para pedagang kecil jadi meningkat dan dari
keuntungan yang didapatkan dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya
dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga para pedagang kecil mempunyai
kehidupan yang lebih baik dan mencapai kehidupan yang sejahtera.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt atas segala karunia dan nikmatNya hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Evaluasi Program Pemberdayaan PPPA Daarul Qur’an
Terhadap Pedagang Kecil Di Ketapang Kota Tangerang”Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1).Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada “Our Prophet” Baginda Nabi
Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya.
Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan ungkapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya,
baik moril maupun materiil, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Wati Nilamsari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islambeserta M. Hudri, M.Ag selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ismet Firdaus. M.Si, selaku dosen Penasehat Akademik Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2010.
4. Seluruh dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi khususnya jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam yang telah memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.
iii
5. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA, selaku dosen pembimbing penulis yang
telah meluangkan segala waktunya dan mencurahkan pikirannya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Para staff Perpustakaan yang telah memberikan kesempatan dan pelayanan
kepada penulis untuk memanfaatkan koleksi buku-buku nya.
7. Yang terkhusus di antara khusus pada Ayahanda Agus Salim Pulungan dan
Ibunda Yatini, “Allaahummaghfirlii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa
rabbayaanii shaghiiraa..” yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian,
doa serta dukungan moril maupun materiil kepada penulis. Serta adikku
Sherlyana Pulungan dan seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan
semangat tiada henti kepada penulis.
8. Bapak Rozali, selaku penanggung jawab program ComDev PPPA Daarul
Qur’an yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis dalam
memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan ku di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
angkatan 2010 yang telah banyak mewarnai perjalanan kehidupan penulis
selama masa perkuliahan (Resa Purnama, Mia Maisyatur Rodiah, Lilis
Yunengsih, Nur Handayani, Maya Indah Jumanten, Annisa Fathonah, Sri
Rahmayani, Desia Cahya Ningrum, Ika Septi Trisnowati, Yulia Yusyunita,
dll)serta teman-teman ku di LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Syahid.
10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah
Swt memberikan balasan yang berlipat ganda dan menjadi amal kebajikan di
akhirat kelak. aamiin
iv
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna,
masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dari isi maupun teknik
penyusunannya. Namun demikian, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat
dan berguna sebagai bahan tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 05 Juni 2015
Nurul Vivi Aryanti Pulungan
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 9
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 18
BAB II KERANGKA TEORETIS
A. Evaluasi Program ...................................................................... 20
1. Pengertian Evaluasi ............................................................. 20
2. Tujuan Evaluasi ................................................................... 22
3. Model Evaluasi .................................................................... 24
4. Indikator Evaluasi ................................................................ 26
B. Pemberdayaan ............................................................................ 28
1. Pengertian Pemberdayaan.................................................... 28
2. Tujuan Pemberdayaan ........................................................ 31
3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan ......................................... 31
BAB III PROFIL PPPA DAARUL QUR’AN
A. Sejarah Singkat Berdirinya PPPA Daarul Qur’an ..................... 36
B. Visi, Misi dan Tujuan PPPA Daarul Qur’an ............................. 37
C. Program-Program PPPA Daarul Qur’an.................................... 38
D. Gambaran Umum Program Bantuan Modal Usaha PPPA
Daarul Qur’an Terhadap Pedagang Kecil .................................. 54
1. Latar Belakang Program Pemberdayaan Pedagang Kecil ... 54
2. Sasaran dan Tujuan Pemberdayaan ..................................... 54
3. Kualifikasi Penerima ........................................................... 55
4. Pola Pemberdayaan.............................................................. 55
5. Pembinaan ........................................................................... 56
6. Sumber Dana ....................................................................... 57
7. Jumlah Dana yang diberikan ............................................... 57
vi
BAB IV ANALISA EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN
PPPA DAARUL QUR’AN TERHADAP PEDAGANG
KECIL DI KETAPANG TANGERANG
A. Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberdayaan ........................ 58
B. Evaluasi Keberhasilan Program Pemberdayaan ....................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 77
B. Saran .......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang cukup panjang guna
mewujudkan kesejahteraan di Tanah Air. Upaya yang dilakukan pemerintah
hingga kini masih belum membuahkan hasil yang memuaskan. Data terbaru
yang didapat penulis dari Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan 28,55 juta
penduduk Indonesia yang masuk kategori miskin. Penduduk miskin
dikategorikan sebagai kalangan masyarakat dengan pengeluaran per kapita per
bulan di bawah garis kemiskinan. Indikator garis kemiskinan terbentuk dari
dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan
bukan makanan (GKBM). Mengutip laporan terbaru BPS, jumlah penduduk
miskin pada September 2013 bertambah 0,48 juta orang dibandingkan posisi
Maret sebanyak 28,07 juta.1
Jumlah dan persentase penduduk miskin sepanjang 2004-September
2013 bergerak fluktuatif. Pada periode 2004-2005, jumlah penduduk miskin
tercatat menurun, namun setahun kemudian penduduk miskin justru
bertambah akibat kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok. Pada
periode ini, inflasi umum mencetak level tinggi hingga 17,95 %. Selanjutnya
pada 2007-Maret 2013, jumlah maupun persentase penduduk miskin kembali
menurun. Terakhir periode Maret-September 2013, angka penduduk miskin
kembali mengalami kenaikan. BPS juga melaporkan, garis kemiskinan
sepanjang periode Maret-September 2013 mengalami kenaikan sebesar 7,85
1 http://bisnis.liputan6.com/read/790061/jumlah-penduduk-miskin-indonesia-meningkat-
jadi-2855-juta-jiwa, pada tanggal 01 Oktober 2014 pukul 14.08
2
%. Jika pada Maret garis kemiskinan berada di level Rp 271.626 per kapita per
bulan, maka enam bulan kemudian naik menjadi Rp 292.951 per kapita per
bulan.2
Belum lagi kebijakan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang
diterapkan oleh pemerintah sejak akhir tahun 2005 tidak banyak membantu
rakyat miskin, karena kompensasi seratus ribu akibat naiknya Bahan Bakar
Minyak (BBM) yang mencapai lebih dari seratus persen diklaim oleh berbagai
pihak justru menambahkan angka kemiskinan sekaligus mendidik rakyat
menjadi manusia-manusia “pemalas”, karena pemberian BLT itu tidak
didasarkan pada pemaknaan yang kreatif.3
Dari gambaran data dan fakta diatas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat Indonesia masih belum bisa dikatakan sejahtera.
Kenyataan yang menandai perkembangan kota-kota besar di negara
sedang berkembang adalah cenderung berkembang secara luar biasa, namun
ironisnya pertumbuhan kota yang ekspansif itu tidak diimbangi dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi guna memberikan kesempatan kerja
bagi penduduk yang bertambah cepat di kota itu (over urbanization). Menurut
T. McGee (1971) sebagaimana dikutip oleh Moh Ali Aziz dituliskan bahwa,
kota yang tumbuh menjadi metropolis dan gigantis (pertumbuhan yang tidak
normal) ternyata di saat yang sama harus berhadapan dengan masalah
keterbatasan biaya pembangunan dan kemampuan kota untuk menyediakan
lapangan pekerjaan bagi kaum migran yang berbondong-bondong memasuki
berbagai kota besar. Di berbagai kota besar, kesempatan kerja yang tersedia
2 Ibid.
3 Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam & Masyarakat Modern Teori, Fakta dan Aksi Sosial
(Jakarta: Kencana, 2010), h. 101.
3
biasanya lebih banyak di sektor formal dan jasa yang menuntut prasyarat
pendidikan tinggi. Padahal, ciri-ciri migran yang melakukan urbanisasi ke kota
besar umumnya adalah pendidikan rendah, relatif tua, dan sudah berkeluarga
(Tjiptoherijanto, 1997).4
Di Indonesia, pengalaman telah menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembangunan yang hanya mengutamakan kota besar menimbulkan implikasi
sosial yang kontraproduktif. Pembangunan kota besar yang hanya
menekankan pada aspek pertumbuhan ekonomi secara fisik ternyata dalam
banyak hal justru melahirkan orang-orang miskin baru, masyarakat rentan, dan
masyarakat pinggiran di perkotaan atau yang lazim disebut dengan istilah
masyarakat marginal.5
Di kota besar, golongan masyarakat yang mengalami proses
marginalisasi umumnya adalah kaum migran, seperti pedagang kaki lima,
penghuni pemukiman kumuh, dan pedagang asongan yang umumnya tidak
terpelajar dan tidak terlatih, atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled
labour. Golongan masyarakat marginal ini meliputi juga para pengusaha
modal dan tanpa fasilitas dari pemeritah yang sekarang dapat dinamakan
dengan golongan ekonomi yang sangat lemah (Soejatmoko, 1981: 46-61).6
Kemiskinan juga merupakan suatu budaya. Maka memberantasnya tidak
cukup hanya dengan memberikan bantuan yang bersifat material dan einmalig
(sekali terjadi) saja, tetapi seharusnya disertai bimbingan sosial yang
sistematis, pasti dan terarah, mampu mengubah pandangan, sikap dan tingkah
4Moh. Ali Aziz, Rr. Suhartini, A. Halim, ed., Dakwah Pemberdayaan Masyarakat:
Paradigma Aksi Metodologi (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 165. 5Ibid., h. 166.
6 Ibid., h. 167.
4
laku dan cara hidup kaum miskin. Tanpa upaya perubahan sikap, tingkah laku,
cara hidup dan pandangan hidup, mereka yang telah bertahan dari generasi ke
generasi hidup dalam kemiskinan adalah sangat sulit dunia kemiskinan mereka
itu diberantas. Dengan demikian upaya pengentasan kemiskinan tak pelak lagi
merupakan program yang terkait dengan mengoptimasikan sumber daya
manusia.7
Kemiskinan bukan sekedar tanggung jawab pemerintah. Tak pelak lagi,
kemiskinan selain menjadi tanggung jawab pemerintah juga menjadi tanggung
jawab masyarakatnya. Maka, masyarakat melalui yayasan atau lembaga-
lembaga pendidikan tentunya berkewajiban melakukan sebuah strategi untuk
mengentaskan kemiskinan di daerah sekitarnya. Keterlibatan yayasan atau
lembaga pendidikan dapat merupakan program yang mempunyai nilai strategi
yang cukup tajam.8
Konsep pembangunan bangsa dan rakyat Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari pembangunan umat Islam. Rakyat Indonesia tidak akan
makmur jika mayoritas penduduknya yang beragama Islam tidak makmur.
Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi rakyat dapat dianalogikan dengan
perang melawan salah satu musuh agama, yaitu kemiskinan.9
Salah satu masalah klasik yang dihadapi oleh para pelaku perekonomian
kecil baik yang bergerak dalam produksi, distribusi, perdagangan, maupun
jasa adalah sulitnya mendapatkan modal khususnya kredit usaha.
Ketidakmampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi setiap
7 Tutty Alawiyah, Membangun Kesadaran Beragama (Jakarta: Yayasan Alawiyah, 1999),
h. 84. 8 Ibid., h. 85.
9 Cik Hasan Bisri dan Eva Rufaidah, Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial
Himpunan Rencana Penelitian (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 232.
5
persyaratan yang diajukan oleh lembaga keuangan formal seperti bank
menjadikan sulitnya dana usaha terealisasikan. Para pengusaha kecil pada
umumnya tidak memiliki aset yang cukup untuk menjamin kepada pihak
bank.10
Guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
muslim jadi yang lebih baik salah satunya melalui pemberdayaan maupun
pengembangan masyarakat.11
Proses pemberdayaan pada intinya adalah membantu klien memperoleh
daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia
lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang
ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.12
Pengembangan masyarakat (community development) di sisi lain adalah
salah satu istilah di antara setidaknya dua istilah lain yang mempunyai fokus
yang mirip, social welfare (kesejahteraan sosial) dan social work (pekerjaan
sosial). Kesejahteraan sosial merujuk pada upaya untuk meningkatkan
kehidupan yang layak (well being). Sementara pekerjaan sosial lebih merujuk
pada profesi dalam upaya membantu masyarakat melakukan perubahan,
memperbaiki kehidupannya atau membantu memecahkan persoalan hidup dan
hubungan manusia dalam pemberdayaan atau pembebasan manusia untuk
10
Asep Usman Ismail, ed., Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa
(Jakarta: Dakwah Press, 2008), h. 227. 11
Asep Usman Ismail, Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial; Sebuah Rintisan Membangun
Paradigma Sosial Islam yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan (Tangerang: Lentera Hati, 2012),
h. 49. 12
Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan, Intervensi
Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,
2001), h. 32.
6
meningkatkan kehidupan mereka. Keberadaan hidup yang lebih baik ini
pulalah yang menjadi perubahan pengembangan masyarakat. 13
Pengembangan masyarakat merupakan proses belajar dan pencerahan
masyarakat yang terus menerus untuk meningkatkan kualitas hidup, harkat
dan martabatnya lewat kegiatan emansipasi dan pencerahan sosial yang
terencana, terarah dan terkendali secara berkelanjutan. Sebagai proses belajar
yang bersifat partisipatif dan emansipatoris, pengembangan masyarakat
merupakan proses yang dinamis yang senantiasa melakukan pembaruan diri
dengan upaya penajaman analisis, alat analisis serta sasarannya. Demikian
pula ia senantiasa mengupayakan pengembangan konsep, metode dan teknik-
teknik serta manajemennya.14
PPPA Daarul Qur’an dapat kita kategorikan sebagai lembaga pengelola
sedekah yang mempunyai kepedulian terhadap masyarakat, mengelola
sedekah yang diamanatkan umat kepada lembaga. Memanfaatkan sedekah
umat untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya membantu masyarakat
dengan melakukan pemberdayaan. PPPA Daarul Qur’an juga terlibat dalam
pembangunan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat berbasis tahfidzul
Qur’an. Memberikan bantuan modal masyarakat kurang mampu dan
pemberdayaan masyarakat. PPPA Daarul Qur’an berikhtiar membangun
masyarakat yang punya kemandirian secara ekonomi. Beberapa bentuk
pemberdayaan yang dilakukan oleh PPPA Daarul Qur’an adalah Tim KASIH,
Pemberdayaan tukang ojek, dan bantuan modal pedagang kecil. 15
13
Kusmana, ed., Bunga Rampai Islam & Kesejahteraan Sosial (Jakarta: PIC UIN Jakarta,
2006), h. 88. 14
Ade Ma’ruf WS dan Zulfan Heri, Muhamadiyah dan Pemberdayaan Rakyat
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 40. 15
Website PPPA Daarul Qur’an www.pppa.or.id
7
Salah satu bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh PPPA Daarul
Qur’an adalah pemberian bantuan modal usaha untuk para pedagang kecil.
Bertujuan untuk membantu para pedagang kecil yang berada di sekitar pondok
pesantren Daarul Qur’an dan kawasan marginal. Yang sudah kita ketahui
selama ini proses peminjaman ke bank sangat sulit karena keterbatasan
kemampuan dalam memenuhi persyaratan. Selain hal tersebut untuk
menghindari para pedagang kecil dari rentenir dan usaha yang melanggar
syariat Islam lainnya. Dengan adanya program yang dijalankan oleh PPPA
Daarul Qur’an melalui pemberian bantuan modal usaha kepada para pedagang
kecil, sekarang para pedagang kecil terbantu, sudah bisa menjalankan
usahanya dengan berjualan kecil-kecilan.
PPPA Daarul Qur’an melakukan pemberdayaan pemberian bantuan
modal usaha dengan tidak memberatkan umat. Akadnya adalah sedekah yaitu
mau bantu sedekah modal usaha. Karena dari sedekah dan akan disedekah kan
lagi. Tidak ada batasan waktu untuk pengembaliannya, serta apabila tidak
mampu mengembalikan karena usaha bangkrut dan lain sebagainya tidak
masalah.16
PPPA Daarul Qur’an berharap dengan adanya pemberdayaan pemberian
bantuan modal usaha, dapat membantu para pedagang kecil dari kurangnya
modal dan meningkatkan pendapatan mereka sehingga para pedagang kecil
merasa kehidupan ekonominya sejahtera.
PPPA Daarul Qur’an berupaya untuk melakukan penguatan dan
pemberdayaan perekonomian di masyarakat khususnya para pedagang kecil,
16
Wawancara Pribadi dengan Bayu, Tangerang, 25 November 2014.
8
dan itu semua perlu diarahkan untuk mendorong terjadinya perubahan yang
meliputi proses perubahan dari pola ekonomi yang lemah ke ekonomi yang
tangguh serta dari ketergantungan menjadi kemandirian.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis bermaksud mengadakan suatu
penelitian ilmiah yang lebih mendalam mengenai bagaimana pelaksanaan
evaluasi program guna mengetahui tingkat keberhasilan program, maka
diperlukan adanya evaluasi terhadap program. Hal tersebut perlu dilakukan,
karena dengan melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
program, maka akan terlihat juga bermanfaat atau tidaknya program tersebut.
Sehingga, jika pelaksanaannya berhasil, program dapat dilanjutkan dan
jikapun tidak dapat diperbaiki.
Dengan demikian, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian
terhadap para pedagang kecil yang berada di wilayah pondok pesantren Daarul
Qur’an Ketapang. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
menuangkan dalam skripsi dengan judul “EVALUASI PROGRAM
PEMBERDAYAAN PPPA DAARUL QUR’AN TERHADAP
PEDAGANG KECIL DI KETAPANG KOTA TANGERANG ”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak melebar, maka penulis
membatasi penelitian ini pada ruang lingkup evaluasi program
pemberdayaan dan pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh pihak
PPPA Daarul Qur’an.
9
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana evaluasi pelaksanaan (proses) program pemberdayaan di
PPPA Daarul Qur’an?
b. Bagaimana tingkat keberhasilan program pemberdayaan di PPPA
Daarul Qur’an?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan permasalahan di atas dapatlah diketahui bahwa
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menilai pelaksanaan dari program pemberdayaan di PPPA Daarul
Qur’an.
2. Untuk menilai hasil pelaksanaan dari program pemberdayaan di PPPA
Daarul Qur’an.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan kajian dan peningkatan wawasan akademis khususnya ilmu
dalam bidang social kemasyarakatan.
2. Diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelola PPPA Daarul Qur’an sebagai
bahan masukan yang dapat dipergunakan dalam mengembangkan dan
meningkatkan program-program pemberdayaan dan pendampingan
masyarakat.
3. Mengenal lebih jauh eksistensi PPPA Daarul Qur’an sebagai salah satu
lembaga pengelola sedekah yang peduli terhadap masalah kemiskinan
dengan melakukan pemberdayaan.
10
4. Menambah wawasan dan pengalaman penulis secara langsung di lapangan
melalui penelitian ini.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif.
Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha
mengungkap fakta suatu kejadian, objek, aktivitas, proses, dan manusia
secara “apa adanya” pada waktu sekarang atau jangka waktu yang masih
memungkinkan dalam ingatan responden. Di dalamnya tidak terdapat
perlakuan atau manipulasi terhadap objek penelitian, sebagaimana yang
terjadi pada metode eksperimen. Maka, metode penelitian ini mencakup
berbagai jenis metode penelitian lainnya, seperti metode survei, metode
studi kasus, metode studi perkembangan, dan sebagainya.17
Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk menggambarkan dan
menganalisis secara menyeluruh proses pemberdayaan yang dilakukan
oleh PPPA Daarul Qur’an.
Tujuan dari data deskriptif ini adalah untuk membuat suatu gambaran
yang sistematis, faktual, dan akurat tentang fenomena-fenomena yang
diselidiki dalam penelitian. Sehingga peneliti mendeskripsikan penelitian
ini mengenai “Evaluasi Program Pemberdayaan PPPA Daarul Qur’an
Terhadap Pedagang Kecil Di Ketapang Kota Tangerang”
17 Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2011), h. 203.
11
2. Pendekatan Penelitian
Dalam upaya penyelesaian karya ilmiah ini penulis melakukan
penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Melalui penelitian ini penulis
berupaya untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-
lain., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.18
Pendekatan kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep,
serta memberikan kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala
ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna di
lapangan.19
Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian
karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif, didapatkan
hasil penelitian yang menyajikan data akurat, dan digambarkan secara jelas
dari kondisi sebenarnya.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Graha Daarul Qur’an kawasan bisnis CBD
Ciledug, Blok A3 No. 21, Jl. HOS. Cokroaminoto, Karang Tengah, Kota
Tangerang 15157 dan kampung Ketapang, kecamatan Cipondoh kota
Tangerang, Banten 15147.
18
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya,
2007), h. 6. 19
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.
39.
12
Alasan peneliti memilih lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut: lokasi PPPA Daarul Qur’an yang sangat strategis dan
dekat dari tempat tinggal sehingga mudah untuk dijangkau oleh peneliti
dan adanya program pemberdayaan masyarakat yang diadakan oleh PPPA
Daarul Qur’an untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat di
sekitar pesantren Daarul Qur’an dan kawasan marginal.
4. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian
Teknik yang digunakan untuk penentuan subyek dalam penelitian ini
adalah teknik sampel bertujuan (Purposive Sample) dimana informan
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-
orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian.20
Subjek penelitian ini adalah para staf PPPA Daarul Qur’an yang
terkait dalam pemberdayaan dan pihak penerima program yang menjadi
sasaran pelaksanaan program pemberdayaan di PPPA Daarul Qur’an.
Objek penelitiannya adalah Evaluasi Program Pemberdayaan PPPA
Daarul Qur’an terhadap pedagang kecil di Ketapang, Kota Tangerang.
Rancangan Informan
No. Informan Jabatan Informasi yang Dicari
1. Bapak Rozali M.Z Penanggung Jawab
Program ComDev
Gambaran lembaga,
latar belakang program
kegiatan, Pelaksanaan
Pemberdayaan, serta
Hasil yang telah
20
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya (Bandung: Rosda, 2004), h. 63.
13
dicapai.
2. Ibu Maswanih Penerima Manfaat Perihal program yang
diterima serta hasil dari
program.
3. Bapak Yunus Penerima Manfaat Perihal program yang
diterima serta hasil dari
program.
4. Ibu Lilis Penerima Manfaat Perihal program yang
diterima serta hasil dari
program.
5. Bapak Jejen Penerima Manfaat Perihal program yang
diterima serta hasil dari
program.
6. Ibu Toyanah Penerima Manfaat Perihal program yang
diterima serta hasil dari
program.
5. Sumber Data
Sumber data adalah objek utama dalam meneliti masalah di atas untuk
memperoleh data-data yang kongkrit. Adapun sumber data dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, yaitu staf PPPA Daarul Qur’an dan
masyarakat.
b. Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
14
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain, internet dan
dokumen.21
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan ini. Teknik pengumpulan data yang akan di pergunakan
dalam penelitian ini meliputi:
a. Observasi
Istilah observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti
“melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
mucul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut.22
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi secara
langsung ke lapangan, melakukan pencatatan apa yang bisa di lihat
oleh mata, di dengar oleh telinga, di raba oleh tangan kemudian
peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi sesuai dengan data yang
dibutuhkan.
b. Wawancara
Dalam bentuknya yang paling sederhana wawancara terdiri atas
sejumlah pertanyaan yang dipersiapkan oleh peneliti dan diajukan
kepada seseorang mengenai topik penelitian secara tatap muka, dan
21
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 62. 22
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 143.
15
peneliti merekam jawaban-jawabannya sendiri.23
Peneliti berusaha mengumpulkan data dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada staf PPPA Daarul
Qur’an dan masyarakat sekitar pesantren yang terlibat langsung dalam
proses pemberdayaan tentang segala sesuatu yang menyangkut dan
berkaitan dengan penelitian skripsi ini, dan mencatat hasilnya pada
transkip wawancara dengan bahasa apa adanya.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi, yakni penelusuran dan perolehan data yang
diperlukan melalui data yang telah tersedia. Biasanya berupa data
statistik, agenda kegiatan, produk keputusan atau kebijakan, sejarah,
dan hal lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Kelebihan teknik
dokumentasi ini adalah karena data tersedia, siap pakai, serta hemat
biaya dan tenaga.24
Dalam studi dokumentasi ini peneliti berupaya mencari data
berupa buku, brosur, catatan, jurnal, foto dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh
PPPA Daarul Quran yang dapat dijadikan sebagai bahan pendukung
penulisan skripsi ini.
7. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang
sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen
23
Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Press, 2001),
h. 49. 24
Mahi M. Hikmat, Metodologi Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 83.
16
resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan
ditelaah, langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang
dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang
perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya
adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori ini dibuat
sambil melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data ini ialah
mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini,
mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara
menjadi teori substansif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.25
Maka penulis akan menggambarkan objek penelitian dengan apa
adanya sesuai dengan kenyataan. Pada saat menganalisa data hasil
observasi penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada
kemudian disimpulkan setelah itu, diolah kembali hasilnya dibaca oleh
penguji.
8. Teknik Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik
triangulasi. Teknik ini merupakan teknik pemeriksa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan
atau pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang paling
banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.26
Dalam
25
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 247. 26
Ibid., h. 330.
17
hal ini, penulis menggunakan klien sebagai sumber pengecekan keabsahan
data yang penulis peroleh dari pengurus/staf PPPA Daarul Qur’an.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti sebelumnya mengadakan
penelitian lebih lanjut dan menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah.
Langkah awal yang peneliti lakukan adalah mengkaji terlebih dahulu karya
ilmiah yang mempunyai judul hampir sama. Adapun maksud dari penelitian
ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang peneliti teliti berbeda dengan
karya ilmiah sebelumnya.
Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini diantaranya adalah:
1. Skripsi Abdul Rahman yang berjudul “Evaluasi Program Kencleng LAZ
AL-MADINAH Ciledug dalam Pemberdayaan Umat” Skripsi S1, Jurusan
Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tahun 2011M. Skripsi ini berisikan tentang upaya
memberdayakan umat di LAZ Al-Madinah melalui program kencleng.
2. Skripsi Serly Risnawati yang berjudul “Evaluasi Hasil Program Simpan
Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam
Pemberdayaan Ekonomi Karyawan” Skripsi S1, Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2010M. Skripsi ini berisikan tentang upaya
memberdayakan ekonomi karyawan melalui simpan pinjam di koperasi
pegadaian “Budi Setia”.
Adapun judul skripsi yang peneliti buat berjudul “Evaluasi Program
Pemberdayaan PPPA Daarul Qur’an Terhadap Pedagang Kecil Di Ketapang
18
Kota Tangerang” tentu subjek dan objek dari penelitian skripsi ini berbeda
dengan yang di atas.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ditujukan untuk mempermudah pembaca dalam
memahami penelitian ini, maka penulis membagi skripsi ini menjadi lima
bagian yang terdiri dari bab per bab yang berkaitan dan merupakan satu
kesatuan yang utuh dari skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan: mencakup latar belakang masalah, batasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teoretis, yang terdiri dari dua sub bahasan yakni:
pertama, tentang evaluasi program, yang menjelaskan tentang:
pengertian evaluasi program, tujuan evalusi program, model
evaluasi dan indikator evaluasi. kedua, tentang pemberdayaan,
yang menjelaskan tentang pengertian pemberdayaan, tujuan
pemberdayaan, dan tahapan-tahapan pemberdayaan.
BAB III Profil PPPA Daarul Qur’an: mencakup tentang sejarah singkat
berdirinya PPPA Daarul Qur’an, Visi, Misi dan Tujuan PPPA
Daarul Qur’an, Program-program PPPA Daarul Qur’an,
Gambaran Umum Program Bantuan Modal Usaha PPPA
Daarul Qur’an Terhadap Pedagang Kecil, mencakup: Latar
Belakang Program Pemberdayaan Pedagang Kecil, Sasaran dan
Tujuan Program Pemberdayaan, Kualifikasi Penerima, Pola
19
Pemberdayaan, Pembinaan, Sumber Dana, serta Jumlah Dana
yang diberikan.
BAB IV Memaparkan dan menjelaskan tentang analisa evaluasi program
pemberdayaan PPPA Daarul Qur’an terhadap pedagang kecil di
Ketapang kota Tangerang yang meliputi: Evaluasi Pelaksanaan
Program Pemberdayaan dan Evaluasi Keberhasilan Program
Pemberdayaan.
BAB V Penutup: mencakup kesimpulan dari semua pembahasan skripsi
ini dan saran-saran.
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris (to evaluate – value =
evaluation), secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian.1
Definisi lain yang dituliskan dalam kamus Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Current English (AS Hornby, 1986) evaluasi adalah to find
out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata-
kata yang terkandung di dalam definisi tersebut pun menunjukkan bahwa
kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab,
menggunakan strategi, dan dapat dipertanggung jawabkan.2
Menurut Nurul Hidayati dalam bukunya yang berjudul Metodologi
Penelitian Dakwah, evaluasi adalah mengkritisi suatu program dengan
melihat kekurangan, kelebihan, pada kontek, input, proses, dan produk
pada suatu program.3
Wirawan dalam bukunya Evaluasi mendefinisikan evaluasi sebagai
riset untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi yang
bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya dengan
1Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 3. 2Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 1. 3Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendeketan Kualitatif (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 124.
21
membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan
untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.4
Menurut Scriven yang di kutip oleh Farida Yusuf Tayibnapis dalam
bukunya yang berjudul Evaluasi Program dan Instrumen Program, Beliau
orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Kemudian Stufflebeam juga
membedakan sesuai di atas yaitu Proactive Evaluation untuk melayani
pemegang keputusan, dan Retroactive Evaluation untuk keperluan
pertanggungjawaban. Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan
yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi
sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi
atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan,
implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program,
pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan
dukungan dari mereka yang terlibat.5
Selain itu terdapat beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh
para pakar, sebagai berikut:
a. Edwin Wandt dan Gerald W. Brown (1997) mengemukakan: Istilah
evaluasi menunjukkan pada suatu pengertian, yaitu suatu tindakan atau
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
4Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2011), h. 7. 5Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 4.
22
b. Ten Brink dan Terry D (1994) mengemukakan: evaluasi adalah proses
mengumpulkan informasi dan menggunakannya sebagai bahan untuk
pertimbangan dalam membuat keputusan.
c. Suharsimi Arikunto (2004) mengemukakan: evaluasi adalah kegiatan
mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu
tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam
menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif
strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.6
d. Ralph Tyler, menyatakan bahwa evaluasi program adalah proses untuk
mengetahui apakah tujuan dalam setiap program sudah dapat
direalisasikan.7
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa, evaluasi adalah
suatu kegiatan penilaian terhadap suatu kegiatan atau program untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan program. Agar dapat
diketahui apakah program tersebut sudah mencapai tujuan yang telah
ditentukan, apakah sasaran-sasaran yang dituju sudah tercapai. Sehingga
jika pelaksanaannya berhasil program dapat dilanjutkan dan jika gagal
dapat diperbaiki menjadi lebih baik lagi untuk program selanjutnya.
2. Tujuan Evaluasi
Tujuan Evaluasi yang disebutkan dalam buku Wirawan terdapat 13
(tiga belas) tujuan melaksanakan evaluasi, namun yang sesuai dengan
tujuan penulis hanya ada beberapa yaitu: (a) Mengukur pengaruh program
terhadap masyarakat; (b) Menilai apakah program telah dilaksanakan
6Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, h.
2. 7Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 41.
23
sesuai dengan rencana; (c) Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai
dengan standar; (d) Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan
menemukan mana dimensi program yang jalan, mana yang tidak berjalan;
dan (e) mengambil keputusan mengenai program.8
Menurut Edi Suharto dalam bukunya yang berjudul Membangun
Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Evaluasi bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar rencana (externalities).9
Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat
Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari
pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan ada 10 (sepuluh) alasan
mengapa suatu evaluasi dilakukan, yaitu:
a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.
b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif
program.
c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat
program itu sendiri.
e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat
perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program.
8Wirawan, Evaluasi; teori, model, standar, aplikasi, dan profesi, h. 22-24.
9Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h. 119.
24
f. Biaya dan manfaat (cost benefit). Melihat apakah biaya yang
dikeluarkan cukup masuk akal (reasonable).
g. Mengumpulkan informasi. Guna merencakan dan mengelola kegiatan
program secara lebih baik.
h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam
kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut
melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah
berhasil dengan baik.
i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang
lebih luas.
j. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena
memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari
masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal. 10
3. Model Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi program, tentunya ada beberapa model
evaluasi yang akan digunakan. Dalam kaitan dengan kegiatan evaluasi,
seperti telah disinggung terdahulu, Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan
Gilbert (1990: h.12-14; 45-47) mengemukakan tiga tipe evaluasi guna
mengawasi suatu program secara lebih seksama, yaitu: evaluasi input
(masukan), evaluasi proses, dan evaluasi hasil. Dalam konteks ini, penulis
akan menggunakan model evaluasi program yang dikemukakan oleh
Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert seperti yang sudah dipaparkan
diatas. Oleh sebab itu, akan lebih baik jika penulis memaparkan secara
10
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan, Intervensi
Komunitas (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 127-128.
25
jelas mengenai evaluasi input (masukan), Proses, dan hasil, sebagai
berikut:
a. Evaluasi input
Memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu
pelaksanaan suatu program. Tiga unsur (variabel) utama yang terkait
dengan evaluasi input adalah klien, staf dan program. Pietrzak dan
kawan-kawan (1990:h.46;h.49) menjelaskan bahwa variabel klien
meliputi karakteristik demografi klien, seperti: susunan (konstelasi)
keluarga dan berapa anggota keluarga yang ditanggung. Variabel staf
meliputi aspek demografi dari staf, seperti: latar belakang pendidikan
staf, dan pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek
tertentu, seperti: lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber
rujukan yang tersedia. Dalam kaitan dengan evaluasi input program,
Pietrzak, et.al (1990:h.54) mengemukakan 4 kriteria yang dapat dikaji,
baik sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. Kriteria tersebut
adalah: (1) tujuan dan objektif; (2) penilaian terhadap kebutuhan
komunitas; (3) standar dari suatu „praktek yang terbaik‟; dan (4) biaya
per unit layanan.
b. Evaluasi Proses
Menurut Pietrzak, et.al (1990:h.111-116) memfokuskan diri pada
aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien
dengan staf „terdepan‟ (line staff) yang merupakan pusat dari
pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan
analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam
26
upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis
harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti: „standar praktek
terbaik‟ (best practice standards), kebijakan lembaga, tujuan proses
(process goals) dan kepuasan klien.
c. Evaluasi hasil
Menurut Pietrzak, et.al. (1990:h.14) diarahkan pada evaluasi
keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap
penerima layanan (receipients). Pertanyaan utama yang mucul dalam
evaluasi ini adalah: bila suatu program telah berhasil mencapai
tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah
ia menerima layanan tersebut? Berdasarkan pertanyaan ini seorang
elevator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu
program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai
dengan kemajuan suatu program (berorientasi pada
program=programme oriented) ataupun pada terjadinya perubahan
perilaku dari klien (berorientasi pada klien=Client oriented).11
4. Indikator Evaluasi
Feurstein (1990:h.25-27) mengajukan beberapa indikator yang perlu
untuk dipertimbangkan. Indikator di bawah ini adalah Indikator 9
(sembilan) indikator yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi
suatu kegiatan:
1) Indikator Ketersediaan (Indicators of Availability)
Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam
suatu proses itu benar-benar ada.
11
Ibid., h. 128-129.
27
2) Indikator Relevansi (Indicators of Relevance)
Indikator ini menunjukkan seberapa relevan maupun tepatnya
sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan.
3) Indikator Keterjangkauan (Indicators of Accessibility)
Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih
berada dalam „jangkauan‟ pihak-pihak yang membutuhkan.
4) Indikator Pemanfaatan (Indicator of Utilisation)
Indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah
disediakan oleh pihak pemberi layanan, dipergunakan
(dimanfaatkan) oleh kelompok sasaran.
5) Indikator Cakupan (Indicators of Coverage)
Indikator ini menunjukkan proporsi orang-orang yang
membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut.
6) Indikator Kualitas (Indicators of Quality)
Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari layanan yang
disampaikan ke kelompok sasaran.
7) Indikator Upaya (Indicators of Efforts)
Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah
„ditanamkan‟ dalam rangka mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan.
8) Indikator Efisiensi (Indicators of Efficiency)
Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang
dilaksanakan guna mencapai tujuan di manfaatkan secara tepat
guna (efisien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada
dalam upaya mencapai tujuan.
28
9) Indikator Dampak (Indicators of Impact)
Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-
benar memberikan suatu perubahan di masyarakat.12
B. Pengertian Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yaitu
empowerment yang secara harfiah berarti pemberkuasaan. Pemberkuasaan
itu sendiri dapat dipahami sebagai upaya memberikan atau meningkatkan
kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah atau kurang beruntung
(disadvantaged). Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun
eksistensi seseorang dalam kehidupannya dengan memberi dorongan agar
memiliki kemampuan/keberdayaan (Triyanti, 2001, h.35).13
Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam
adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model
pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, dan lingkungan dalam
perspektif Islam. Imang Mansur Burhan mendefinisikan pemberdayaan
umat atau masyarakat sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam
ke arah yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial, politik maupun
ekonomi.14
Istilah perubahan sosial sesungguhnya mempunyai arti yang sama
dengan pembangunan dan pemberdayaan. Hanya saja istilah pembangunan
12
Ibid., h. 130-132. 13
Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syahid, 2008), h. 232. 14
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 41-42.
29
biasanya menggunakan strategi top down yang berarti masyarakat hanya
sebagai objek dan sasaran dari pembangunan itu, sedangkan
pemberdayaan biasanya menggunakan strategi bottom up. Artinya,
masyarakat sejak awal dilibatkan dalam proses perencanaan sampai pada
pelaksanaan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan itu. Dengan
demikian di samping menjadi objek, masyarakat juga menjadi subjek dan
pelaku pembangunan. Antara pembangunan dan pemberdayaanitu,
keduanya merupakan bagian dari proses perubahan sosial.15
Menurut Jim Ife, pemberdayaan adalah penyediaan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan bagi masyarakat untuk
meningkatkan kapasitas mereka sehingga mereka bisa menemukan masa
depan mereka yang lebih baik. Sedangkan pemberdayaan menurut
Gunawan Sumodiningrat adalah upaya untuk membangun daya yang
dimiliki masyarakat dengan mendorong, memberikan motivasi, dan
meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka, serta
berupaya untuk mengembangkannya.16
Menurut Payne yang di kutip oleh Isbandi Rukminto pemberdayaan
(empowerment) membantu klien memperoleh daya untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengan
diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan
15
Rr. Suhartini, dkk., Model-Model Pemberdayaan (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005), h. 133-134. 16
Asep Usman Ismail, ed., Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa
(Jakarta: Dakwah Press, 2008), h. 9.
30
dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain
melalui transfer daya dari lingkungan.17
Shardlow (1998: h. 32) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada
mengenai Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu,
kelompok ataupun komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka
sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan
keinginan mereka. Dalam kesimpulannya, Shadlow menggambarkan
bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan
gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan Ilmu
Kesejahteraan Sosial dengan nama “Self Determination”. Prinsip ini pada
intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia
lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia
hadapi. Sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam
membentuk hari depannya 18
Menurut Edi Soeharto, Pemberdayaan adalah sebuah proses dan
tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
17
Isbandi Rukminto, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial
(Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h. 162. 18
Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, h. 33.
31
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya.19
2. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan,
baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun
karena kondisi eskternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak
adil).20
Tujuan pengembangan masyarakat adalah untuk mendukung keterjaminan,
kesempatan dan keberdayaan melalui:21
a. Pengembangan kualitas dan kuantitas pelayanan sosial
b. Penguatan akuntabilitas dan inklusifitas kelompok-kelompok
masyarakat
c. Peningkatan partisipasi berbasis luas
d. Perluasan akses masyarakat terhadap informasi dan jaringan sosial
e. Penyempurnaan pemerintahan, lembaga dan kebijakan pada skala lokal
dan nasional sehingga responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal
(Edi Suharto, Analisis Jaringan Sosial. Hal 2).
3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan
Ada beberapa tahapan yang seharusnya dilalui dalam melakukan
pemberdayaan, yakni:
19
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 59-60. 20
Ibid., h. 60. 21
Asep Usman Ismail, dkk., Pengembangan Komunitas Muslim (Jakarta:FIDKOM UIN
Jakarta, 2007), h. 53-54.
32
a. membantu masyarakat dalam menemukan masalah
b. melakukan analisis (kajian) terhadap permasalahan tersebut secara
mandiri (partisipatif). Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara
curah pendapat, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan
mengadakan pertemuan warga secara periodik. (terus-menerus)
c. menentukan skala prioritas masalah, dalam arti memilah dan memilih
tiap masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan.
d. Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, antara lain
dengan pendekatan sosio-kultural yang ada dalam masyarakat.
e. Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi.
f. Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk
dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.22
Tahapan-tahapan pemberdayaan:
Pada dasarnya tahapan yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat
mencakup beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan pemberdayaan menurut
Isbandi Rukminto, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan ini didalamnya ada tahap (a) penyiapan petugas; dan (b)
penyiapan lapangan. Penyiapan petugas diperlukan karena untuk
menyamakan persepsi antar anggota tim agen perubah (change agent)
mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan
pengembangan masyarakat. sementara, penyiapan lapangan pada awalnya
22
Rr. Suhartini, dkk., Model-model Pemberdayaan, h. 135.
33
melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran,
baik dilakukan secara informal maupun formal.
2. Tahap assesment
Proses assesment yang dilakukan disini dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan
juga sumber daya yang dimiliki klien. Dalam proses assesment ini
masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan
bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan
yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Disamping itu, pada tahap ini
pelaku perubahan juga memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari
permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu tahap
perencanaan.
3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan
Pada tahap ini petugas (community worker) secara partisipatif mencoba
melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang
ada masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program
dan kegiatan yang akan mereka kembangkan tentunya harus disesuaikan
dengan tujuan pemberian bantuan sehingga tidak muncul program-
program yang bersifat charity (amal) yang kurang dapat dilihat
manfaatnya dalam jangka panjang. Dalam proses ini petugas bertindak
sebagai fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan
program dan kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan pada itu.
34
4. Tahap pemformulasian rencana aksi
Pada tahap ini agen perubahan (community worker) membantu masing-
masing kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka
dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan
proposal kepada pihak penyandang dana. Dalam tahap pemformulasian
rencana aksi ini, diharapkan community worker dan masyarakat sudah
dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang
akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
5. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan
di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan warga
masyarakat, maupun kerja sama antar warga. Pertentangan antar kelompok
warga juga dapat menghambat pelakasanaan suatu program ataupun
kegiatan.
6. Tahap evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga.
7. Tahap terminasi
Tahap ini merupakan tahap „pemutusan‟ hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena
masyarakat sudah dapat dianggap „mandiri‟, tetapi tidak jarang terjadi
35
karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu
yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak
ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan. 23
23
Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, h. 173-178.
36
BAB III
PROFIL PPPA (Program Pembibitan Penghafal Al-Qur’an)
DAARUL QUR’AN
A. Sejarah Singkat Berdirinya PPPA (Program Pembibitan Penghafal Al-
Qur’an) Daarul Qur’an
PPPA (Program Pembibitan Penghafal Al-Qur’an) Daarul Qur’an,
lembaga pengelola sedekah yang berkhidmat pada pembangunan masyarakat
berbasis tahfidzul Qur’an yang dikelola secara profesional dan akuntabel.
Bermula pada 2003, saat Ustadz Yusuf Mansur berkhidmat untuk
menciptakan kader-kader penghafal Al-Qur’an di Indonesia lahir Program
Pembibitan Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an. Dimulai dengan
mengasuh beberapa santri tahfidz, kemudian berkembang hingga ribuan santri
yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari sudut sempit musholla Bulak Santri
yang bersebelahan dengan makam desa, di tempat inilah berawal aktivitas
PPPA Daarul Qur’an dengan mengusung visi dan cita-cita yang besar.1
Dari awal, PPPA Daarul Qur’an berkonsentrasi dalam upaya membangun
kesadaran masyarakat untukkembali kepada Al-Qur’an, dengan menggulirkan
program-program yang bertujuan untuk menyiapkan dan mencetak Penghafal
Al-Qur’an. Makin hari, gerakan dan kesadaran masyarakat untuk melahirkan
para penghafal Al-Quran terus meluas. Maka diperlukan payung kelembagaan
yang kuat dan profesional.2
Pada 29 Maret 2007 di Balai Sarbini Jakarta, Identitas PPPA Daarul
Qur’an resmi diperkenalkan ke publik. Dikukuhkan melalui akte notaris
tertanggal 11 Mei 2007. Dengan adanya kelembagaan formal yang dikelola
1Website PPPA Daarul Qur’an www.ppp.or.id
2 Ibid.
37
secara profesional PPPA Daarul Qur’an mendirikan pesantren Tahfidz Daarul
Qur’an, Daqu School, dan Perguruan Tinggi di berbagai daerah sebagai sentral
pendidikan dan pembibitan penghafal Al-Qur’an. Selain itu, PPPA Daarul
Qur’an juga telah menggulirkan program-program yang mempunyai tujuan
yang sama untuk memuliakan Al-Qur’an. Salah satu yang kini jadi gerakan
nasional bahkan internasional adalah rumah tahfidz. Dalam program dakwah
dan sosial, PPPA Daarul Qur’an juga terlibat dalam pembangunan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat berbasis tahfidzul Qur’an.3
Dimulai dengan bantuan beasiswa, kemanusiaan, kesehatan, pemukiman
masyarakat kurang mampu dan pemberdayaan masyarakat. Dengan program
yang kreatif dan membumi, PPPA Daarul Qur’an terus dipercaya masyarakat
sebagai mitra pengelola sedekah. Dengan kepercayaan yang terus tumbuh,
PPPA Daarul Qur’an akan terus berevolusi, sebagai lembaga profesional yang
terlibat dalam pembangunan bangsa berbasis tahfidzul Qur’an.4
B. Visi, Misi dan Tujuan PPPA Daarul Qur’an
1. Visi PPPA Daarul Qur’an:
Membangun masyarakat madani berbasis tahfidzul Qur’an untuk
kemandirian ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan bertumpu pada
sumberdaya lokal yang berorientasi pada pemuliaan Al-Qur’an.
2. Misi PPPA Daarul Qur’an:
a. Menjadikan tahfidzul Qur’an sebagai budaya hidup masyarakat
Indonesia.
b. Mewujudkan kemandirian ekonomi, pangan, pendidikan dan
3 Website PPPA Daarul Qur’an www.ppp.or.id
4 Ibid.
38
kemandirian teknologi berbasis tahfidzul Qur’an.
c. Menjadikan Indonesia bebas buta Al-Quran.
d. Menjadi lembaga yang menginspirasi masyarakat untuk peduli dan
berpihak pada kaum lemah melalui nilai-nilai sedekah.
e. Menjadi lembaga pengelola sedekah yang profesional, transparan,
akuntabel dan terpercaya.5
3. Tujuan PPPA Daarul Qur’an:
Membumikan Al-Qur’an dan melahirkan generasi atau pemimpin
Qur’ani.6
C. Program-Program PPPA Daarul Qur’an7
1. Program PPPA Daqu- Reguler
a. Rumah Tahfidz
Rumah Tahfidz Daarul Qur’an merupakan program yang digagas oleh
Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an, program ini mengembangkan
centra-centra tahfidz dilingkungan masyarakat dan perusahaan. Ide
dasarnya untuk membibit dan mencetak para penghafal Al-Qur’an
dengan melibatkan potensi masyarakat yang ada. Rumah Tahfidz
Daarul Qur’an menjadi salah satu sarana membangun generasi yang
qur’ani dan berakhlakul karimah. Saat ini sudah berdiri 300 rumah
tahfidz yang di dirikan secara mandiri oleh masyarakat di seluruh
Indonesia dengan supervisi dari PPPA Daarul Qur’an. Sedang sebagai
sebuah gerakan telah berdiri lebih 3000 rumah tahfidz yang
5 Hasil dokumentasi foto
6Wawancara Pribadi dengan Bapak Rojali, Tangerang. 15 Januari 2015.
7 Website PPPA Daarul Qur’an www.ppp.or.id
39
dikembangkan masyarakat dengan polanya sendiri. Rumah tahfidz
yang dikembangkan oleh PPPA adalah rumah tahfidz yang tidak saja
sekadar melakukan aktifitas hapalan dan kajian Al Qur’an. Namun
yang tidak kalah penting adalah bagaimana rumah tahfidz juga
mengaplikasi Al Qur’an di dalam kehidupan sosial masyarakat sekitar.
Oleh karenanya selain kegiatan mengaji dan menghafal Al Qur’an,
rumah tahfidz juga menjadi tempat kegiatan sosial dan ekonomi
seperti: pemberdayaan ekonomi rumah tahfidz melalui program
Ekonomi Pesantren Produktif (EKSPORT), penyembelihan dan
penyaluran hewan qurban melalui program Qurban Istimewa (QUIS),
kepedulian bencana melalui Santri Siaga dan Tanggap Bencana
(SIGAB), program orangtua asuh melalui program Jadikan Aku Santri
Qur’an (JARIQU), santunan anak yatim melalui Beasiswa Santri
Yatim dan Bingkisan Untuk Yatim (BUY), dan bantuan guru rumah
tahfidz melalui program Simpatik Guru. Oleh karenanya rumah tahfidz
PPPA adalah rumah tahfidz yang tidak bersifat ekslusif tetapi inklusif
atau terbuka. Sehingga rumah tahfidz PPPA dapat menjadi pusat syiar
dan pembelajaran Al Qur’an beserta aplikasinya.
b. Kampung Qur’an Pedalaman
Merupakan program pembangunan kawasan berbasis penghafal Al
Qur’an melalui hunian sehat yang diberi nama Rumah Qur’an serta
juga dibangun Saung Qur’an dan asrama tahfidz sebagai pusat
pendidikan menghafal Qur’an. Melalui Rumah Qur’an masyarakat
dibentuk dalam budaya keislaman yang akrab dengan menghafal Al-
40
Qur’an, mengamalkannya dan mewujudkan dalam prilaku lingkungan
yang islami dan religius dengan kesadaran pada sosial dan kemanusian
tinggi. Saat ini sudah ada 2 program kampung Qur’an pedalaman yang
sudah berjalan yaitu Kampung Qur’an Merapi dan Kampung Qur’an
OeUe NTT dan terus akan bertambah kampung Qur’an berikutnya
yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia sehingga mereka bisa
merasakan nikmatnya hidup dekat dengan Al Qur’an.
c. Mobile Qur’an
Dalam rangka semakin memasyarakatkan pengenalan terhadap Al
Qur’an terutama di kalangan anak-anak sebagai upaya menumbuhkan
kecintaan terhadap Al Qur’an sejak usia dini, maka PPPA Daarul
Qur’an menggunakan Mobile Qur’an (MoQu).
MoQu mengunakan sarana mobil perpustakaan yang siap berkeliling
ke pusat komunitas seperti: Masjid, TPA, sekolah, dan pusat-pusat
keramaian. MoQu ini juga dilengkapi dengan perlengkapan multi
media. Serta dipandu oleh seorang trainer yang akan mengajak dan
memotivasi anak-anak untuk mencintai dan menghafal Al Qur’an
d. Qur’an Call
Bagaimana bisa membaca dan menghafal Al Qur’an tanpa harus
terkendala oleh ruang dan waktu, itulah yang menjadi maksud
keberadaan Qur’an Call. Program ini menawarkan bagi siapa pun
untuk membaca dan menghafal Al Qur’an dengan menggunakan
telepon. Cukup dengan menghubungi 500311, maka siapapun bisa
mengecek / memperbaiki bacaan Qur’an nya, dan menyetor
41
hapalannya melalui telepon yang langsung akan dilayani oleh para
operator telepon yang hafidz Qur’an. Pelayanan Qur’an Call
berlangsung selama 24 jam. Dan selain tersedia di PPPA Daarul
Qur’an Pusat, juga di cabang-cabang PPPA, yaitu di Surabaya,
Malang, Yogyakarta, Semarang, Bandung dan Bogor.
e. SIGAB (Santri Siaga & Tanggap Bencana)
Merupakan unit program yang khusus bergerak dalam kesiapsiagaan
dan penanganan tanggap bencana alam dan kemanusiaan. Pelatihan
siaga dan tanggap bencana untuk rumah tahfidz, pondok pesantren dan
komunitas masyarakat, mitigasi bencana, respon dan recovery di
kawasan bencana baik apsek fisik dan masyarakat menjadi aktifitas
rutin program ini. Unit di dukung oleh jaringan relawan yang tersebar
di seluruh Indonesia.
f. BASIQ (Beastudi Santri Qur’an)
Program paket beasiswa satu tahun penuh yang diberikan kepada
santri-santri Qur’an dari kalangan keluarga kurang mampu tetapi
memiliki kemampuan menghafal dan kemauan yang tinggi dalam
menghafal Al Qur’an. Bantuan berupa beastudi bagi para santri tahfidz
dari berbagai rumah tahfidz dan pondok pesantren di Indonesia serta
memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi. Alhamdulillah sekitar 1000 santri telah memperoleh
manfaat program baik dari tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan
tinggi. Paket beastudi meliputi biaya pendidikan dan kebutuhan santri
sehari-hari.
g. Aqiqah Istimewa
42
Kegiatan penyembelihan hewan ternak yaitu kambing/domba sebagai
bentuk rasa syukur dan cinta kepada Alloh SWT atas karunia anak
yang telah dilahirkan. Dan istimewanya hewan qurban ini berasal dari
ternak yang dikelola oleh Rumah/Pesantren Tahfidz melalui program
Eksport, sesuai syariah Islam dan distribusikan untuk santri Qur’an,
warga rumah/pesantren tahfidz serta masyarakat sekitarnya.
h. Qurban Istimewa
i. Layanan Mustahiq
Program pelayanan charity/ bantuan langsung terhadap kebutuhan
hidup masyarakat kalangan bawah / keluarga pra sejahtera.
Alhamdulillah, Saat ini penerima manfaat program ditahun 2012
berjumlah 2000 orang.
j. EKSPOR (Ekonomi Pesantren Produktif)
Program pemberdayaan yang digulirkan untuk membangun
kemandirian pesantren-pesantren tahfidz di Indonesia.
k. JARIQU (Jadikan Aku Santri Qur’an)
Program Orang Tua Asuh untuk para santri penghafal Al Qur’an.
l. Bantuan Untuk Pesantren Tahfidz
Membantu biaya operasional pondok pesantren dalam pemeliharaan
fasilitas serta aktifitas belajar mengajar sebagai ikhtiar menghidupkan
pesantren-pesantren tahfidz di Indonesia.
m. S G M (Santri Gemar Membaca)
Program Pengadaan Perpustakaan bagi pondok pesantren dan sekolah
untuk mendorong minat baca bagi para santri dan masyarakat agar
43
gemar membaca.
n. B U Y (Bingkisan Untuk Yatim)
Setiap bulan Muharram, PPPA Daarul Qur’an memberikan bingkisan
untuk anak yatim. Distribusi bingkisan ini untuk anak yatim di daerah-
daerah terpencil dan pedesaan sebagai ikhtiar menyambung tali
silaturrahim.
o. Q-Learn
Program belajar Al-Qur’an yang difasilitasi oleh PPPA Daarul Qur’an
dengan menyediakan tenaga pengajar Al-Qur’an/Guru ngaji Privat
yang di peruntukkan bagi mereka yang tidak mempunyai waktu khusus
tetapi ingin belajar mengaji. Program Q- Learn akan memberikan
pembelajaran mulai dari tingkat awal sampai mahir baca tulis Al-
Qur’an sampai belajar cara menghafalnya.
p. PPPA Training Center
Sebagai pusat pengembangan dalam bidang Pembibitan, pelatihan,
konsultasi dan kajian Al-Qur’an, PPPA Training Center menggulirkan
berbagai program antara lain : Majelis Konseling, Majelis konseling
ini sebagai sarana masyarakat untuk berkonsultasi berbagai masalah
dan diasuh oleh para asaatidz PPPA Daarul Qur’an. Pusat Kajian
Qur’an Terpadu (PUQAT) Sebagai Pusat Pengkajian berbagai macam
metode yang mempunyai tujuan mencetak menghafal Al-Qur’an.
q. Simpatik Guru
Simpatik Guru bertujuan memberikan subsidi sebagai wujud simpati
kepada para asaatidz/asaatidzah yang mengabdikan ilmunya di
madrasah, TPA/ TPQ, majlis iqra dan masjid. Sasaran dari program ini
44
diprioritaskan pada kepada TPA/ TPQ yang mendidik anak-anak
kurang mampu sebagai motivasi untuk terus mengajarkan Al-Qur’an,
Para asaatidz juga di dorong untuk membiasakan dan mengajarkan
anak didik mereka sholat dhuha, tahajud dan sholat sunnah lainnya
diluar ibadah fardhu.
r. G-Waqtu
Gerakan Wakaf Tunai yang digulirkan untuk membangun fasilitas
umum: pendidikan, kesehatan, ibadah dll yang bermanfaat untuk
masyarakat. PPPA Daarul Qur’an telah mendirikan Pondok Pesantren
Daarul Qur’an di Bulak santri, Ketapang, Tangerang, Solo dan di
Bogor. Pondok Pesantren ini peruntukan bagi anak- anak dhuafa/
kurang mampu. Selama 6 tahun mereka belajar tahfidz dan juga
dibekali dengan pendidikan formal untuk jenjang SMP sampai SMA.
Semua kebutuhan hidup santri termasuk boarding/asrama gratis. Selain
Itu, PPPA juga telah mendirikan Daqu Kids di Semarang, Jateng. Daqu
Kids adalah sebuah lembaga pendidikan bagi anak-anak usia dini.
Untuk memenuhi keinginan para jamaah Sekolah bertaraf
Internasional pun di bangun untuk menjaring masyarakat mampu yang
hasilnya direncanakan untuk membantu program PPPA Daarul Qur’an.
s. Sedekah Produktif
Jadikan Sedekah Anda Luar Biasa Sedekah produktif bagai pohon dari
bibit terbaik, yang akarnya kuat menghunjam, rindang dahannya
kokoh, rimbun daunnya menyejukkan, dan panen buahnya dinikmati
banyak orang. Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar ra, bahwa
45
suatu hari Umar bin Khattab mendatangi Nabi dan berkata, Aku
mendapat bagian tanah di Khaibar yang luar biasa produktif. Aku
bahkan belum pernah mendapatkan harta yang lebih berharga dari
tanah itu. Apa yang sebaiknya kulakukan terhadapnya? Rasulullah
menjawab, Tahan modalnya, dan sedekahkan hasilnya. Maka Umar
lalu menyedekahkan tanahnya itu untuk kepentingan kaum dhuafa. Ia
tidak boleh dimiliki perorangan, dijual, dihibahkan, dan tidak pula
diwariskan. Penggarap tanah dipersilakan mengambil sebagian hasil
panen secukupnya, dan sebagian besar lainnya untuk fakir-miskin di
sekitar kebun. Demikianlah, jika sedekah berupa asset produktif, atau
dana sedekah ditumbuh-kembangkan melalui usaha produktif. Pokok
dana sedekah terjaga, dan hasil perputarannya menghidupi Rumah
Tahfidz, Pendidikan Penghafal Al-Qur’an, Guru dan Pesantren
Tahfidz, dan sebagainya yang mendukung pemuliaan Al-Qur’an. Lalu
biarkan sedekah Anda bekerja untuk mewujudkan janji-Nya:
Perumpamaan (derma) orang yang membelanjakan hartanya di jalan
Allah adalah seperti sebiji benih yang tumbuh menumbuhkan tujuh
bulir, yang tiap bulir mengandung seratus biji. Ingatlah, Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui, Al-Baqarah 261.
t. B P N (Berbagi Parcel Nusantara)
Memaknai Lebaran dengan BERBAGI Budaya kebiasaan mengirim
parcel dan bingkisan lebaran tampak marak di mana-mana. Tetapi
budaya positif ini tidak tepat sasaran, karena pemberian parcel
46
diberikan kepada masyarakat yang mampu dan parcel pun hanya
berputar dilingkungan itu-itu saja. Yang sehari-hari sudah terbiasa
dengan kemewahan. Andai saja parcel atau bingkisan lebaran tersebut
diterima kepada yang mereka memang memerlukan uluran tangan.
Mereka yang menangis karena tidak punya makanan, sedih karena
tidak mampu membelikan baju baru untuk anaknya atau mereka yang
memang sedang menunggu uluran tangan. Jika parcel merupakan
budaya saling memberi dan berbagi, maka pemberian parcel kepada
mereka yang lebih membutuhkan merupakan esensi dalam berbagi
(sedekah) PPPA pun mengagas program Berbagi Parcel Nusantara
(BPN) Program ini melibatkan ratusan guru TPA, Madrasah dan
Pondok Pesantren binaan PPPA Daarul Qur'an. Mereka diberikan
pelatihan dan keterampilan dalam membuat parcel. Jadi, selain sebagai
program charity, BPN juga memberikan pemberdayaan ekonomi untuk
guru TPA, Madrasah dan Pondok Pesantren sebagai bekal Iedul Fitri.
Dengan Rp. 311.000, Anda telah memberikan bingkisan parcel untuk
mereka yang membutuhkan dan membantu ekonomi para guru. Kami
menunggu donasi anda.
u. Duta Qur’an
Program ini merupakan aplikasi program One Day One Ayat bagi
masyarakat Indonesia di luar negeri. Melalui Duta Qur’an, mengajak
saudara-saudara di luar negeri untuk semakin akrab dengan Qur’an.
Bahkan menghafal Qur’an itu bukan sesuatu yang mustahil buat
mereka. Program Duta Qur’an diperkuat 11 santri terbaik Pesantren
47
Tahfidz Daarul Qur’an. Selain memiliki hafalan Qur’an, mereka
mempunyai wawasan dan pengetahuan yang memadai untuk menjadi
ujung tombak syiar Qur’an. Dalam tahap pertama ini, Program Duta
Qur’an akan dilaksanakan di 9 negara yaitu Singapura, Taiwan,
Malaysia, Jepang, Australia, Selandia Baru, Arab Saudi, Afrika
Selatan, dan Hongkon. Ke setiap negara tersebut, PPPA akan
mengutus 3 perwakilan yang terdiri seorang Santri Duta, yang
didampingi seorang Ustadz dan seorang perwakilan manajemen. Di
satu negara mereka akan bermukim sepekan untuk syiar menghafal
Qur’an melalui kegiatan Tabligh Majlis Taklim, Road Show One Day
One Ayat, Majelis Dhuha, dan Majelis Konseling. Tim juga akan
bersilaturahmi kepada komunitas muslim dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia setempat.
2. Program PPPA Daqu – Khusus8
a. Rumah Susun Dhuafa Berbasis Tahfidz
Merupakan pembangunan hunian susun/tingkat yang nyaman, sehat
dan islami. InsyaAllah program ini merupakan program unggulan di
tahun 2013 M/1434 H yang akan dibangun 2 unit di wilayah Jakarta
dan Surabaya serta diberikan kepada keluarga kurang mampu. Disini
akan ditempatkan tim assatidz Daarul Qur’an yang membimbing dan
mendampingi dengan tujuan terciptanya budaya keislaman yang akrab
dengan menghafal Al- Qur’an, mengamalkannya dan mewujudkan
dalam prilaku lingkungan yang islami.
b. Tempat Pemakaman Muslim Daarul Qur’an
8Website PPPA Daarul Qur’an www.ppp.or.id
48
Kawasan tamam makam muslim dari keluarga yang kurang
mampu/pra sejahtera dengan pelayanan secara gratis mulai dari
pelayanan ambulance jenazah hingga tanah makam.
c. Pengembangan Pertanian Organik (PPPO)
Program pengelolaan lahan dan sawah pertanian berbasis organik. Ini
ikhtiar Daarul Qur’an menyelamatkan aset tanah dan sawah yang tidak
produktif, untuk dikelola dengan teknologi yang ramah lingkungan
agar menghasilkan produk pertanian sehat bebas pestisida.
Laboratorium seluas 6 hekatar terletak di Kadudampit, Sukabumi.
PPPO akan mendampingi para petani kecil di seluruh Indonesia,
melalui pelatihan teknik bertani organik dan menciptakan pupuk
organik hingga pestisida nabati sendiri. Ketergantungan pada pestisida
yang merusak tubuh harus dihentikan. PPPO didukung program
Sedekah Sawah Daarul Qur’an yang mulai membebaskan lahan dan
sawah, untuk dikelola dengan teknologi berbasis organik yang hasilnya
menyejahterakan petani dan mendukung dakwah di Indonesia.
d. Community Development
Program berbasis pemberdayaan dan pendampingan masyarakat di
sekitar pesantren Daarul Qur’an dan kawasan marginal. Comdev
Daarul Qur’an, berikhtiar membangun masyarakat yang punya
kemandirian secara ekonomi dan memiliki budaya sosial yang Islami
berbasis tahfidzul Quran. Seperti bantuan modal pedagang kecil,
Kampung Bersih (Kasih), Layanan Ambulance jenazah dan pasien,
serta pemberdayaan tukang ojeg.
49
3. Program – Jaringan Dakwah9
a. Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an
Banyak permintaan masyarakat dan jamaah Ustadz Yusuf Mansur
untuk mendirikan pesantren yang khusus membumikan Al-Qur'an dan
As-Sunnah. Masukan itu akhirnya direspon PPPA Daarul Qur’an
dengan mendirikan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an. Sebuah
pesantren yang menggabungkan pendidikan anak - anak berprestasi di
seluruh Indonesia, menjadi pusat pendidikan tahfidzul Qur’an terbaik
untuk anak-anak terbaik.Program pendidikan yang diusung Pesantren
Tahfidz, adalah program pendidikan para penghapal Al Qur'an sebagai
cikal bakal generasi bangsa, agama, negara Indonesia bahkan meluas
ke penjuru dunia menjadi mercusuar terwujudnya ummatan wahidatan,
baldatun toyyibatun wa robbun ghaffur.Sampai 2013 sudah berdiri
Pesantren Tahfidz di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Ketapang,
Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Cikarang, Pesantren Tahfidz Daarul
Qur’an Semarang, Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Lampung,
Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Cilegon, dan Pesantren Tahfidz
Daarul Qur’an Ambon.
b. Baitul Zakah
Sejak didirikan, PPPA Daarul Qur’an sudah dipercaya masyarakat
untuk mengelola dana infak dan sedekah. Tapi, tidak secara khusus
menghimpun dana zakat masyarakat. Namun, kepercayaan masyarakat
yang ingin mengamanahkan zakatnya melalui PPPA Daarul Qur’an tak
9Website PPPA Daarul Qur’an www.ppp.or.id
50
dapat dihindari. Meski, jika dihitung prosentasenya amanah zakat
masyarakat melalui PPPA Daarul Qur’an tak lebih dari 10 persen dari
total penghimpunan lembaga. Maka, untuk memaksimalkan amanah
zakat, dibentuk Baitul Zakat yang khusus menerima amanah zakat
masyarakat. Pun, dalam pendisribusiannya, zakat di Baitul Zakat
disalurkan seluruhnya tidak diambil operasional amil. Dengan
demikian keinginan masyarakat dan jamaah Daarul Qur’an
menunaikan kewajiban zakat, tetap difasilitasi dan disalurkan secara
langsung berdasarkan asnaf zakat. Kecuali amil karena pengelola
Baitul Zakat adalah orang yang jadi tanggungan sepenuhnya PPPA
Daarul Qur’an.
c. DaQu Klinik
Di Indonesia, mungkin ini kali pertama. Penanganan medis untuk para
ibu hamil dan pasien umum, dengan terapi Al-Qur’an. Konsep medis
baru ini, mulai dioperasikan di Klinik Daqu Sehat yang didirikan
PPPA Daarul Qur’an di Malang. Pasien ibu hamil yang datang ke
Klinik Daqu Sehat, tak hanya dapat penanganan medis umum, tetapi
juga dapat terapi Al-Quran yang dirancang khusus. Para orang tua, bisa
menyiapkan anak-ankanya jadi penghafal Al-Qur’an sejak dini. Para
pasien akan dapat dua resep. Yakni, resep obat umum dan resep terapi
Al-Qur’an, juga panduan riyadho bagi ibu hamil dan pasien umum.
Klinik Daqu Sehat, tak hanya melayani para Ibu hamil, tapi juga
pengobatan bagi pasien umum. Klinik yang sudah dapat ijin resmi
Dinas Kesehatan Kota Malang itu, masuk kategori Klinik Pratama.
Layanan medic meliputi: Poli Umum, Poli Bidan, UGD 24 jam, Rawat
51
Inap, Operasi minor, Khitan, Imunisasi, Pemeriksaan Kehamilan,
Persalinan, Laboratorium, Kamar Obat, dan Rekam jantung (EKG).
Klinik juga dilengkapi fasilitas rawat inap, kesediaan ambulance,
dokter dan para medis profesional. Juga layanan unggulan lain seperti;
Konsultasi Marhamah (problem keluarga dan anak keturunan),
Pendampingan Riyadho Ibu Hamil, Pendampingan Riyadho pasca
melahirkan dan Ibu menyusui, dan Pendampingan Riyadho saat
melahirkan. Selain di Malang, Klinik Daqu juga akan didirikan di
berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya yang sudah didirikan
Klinik Daqu Yogyakarta. Segera menyusul Klinik Daqu terutama di
area operasional cabang PPPA Daarul Qur’an.
d. DaQu TV
Sudah banyak hasil penelitian memperingatkan, layar kaca bisa
menjadi guru yang buruk bagi keluarga, khususnya kaum remaja.
Memang, TV konvensional juga memiliki tayangan-tanyangan yang
baik. Namun, kuantitas maupun kualitasnya minim. Demikian pula
setting jam tayangnya. Acara yang baik tidak baik ketika disiarkan
tepat pada jam sholat atau diiringi dengan iklan-iklan yang buruk.
Karena itu, DaquTV hadir sebagai alternatif TV yang sehat bagi
keluarga Indonesia. Prinsip DaquTV adalah menghibur menebar dan
sekaligus mengajak kebajikan. Baik untuk meningkatkan keimanan
maupun amal soleh. Melalui TV yang bisa diakses lewat internet dari
piranti komunikasi Anda ini, pemirsa dapat menyaksikan berbagai
program acara yg edukatif, informatif dakwah dan juga dapat
menikmati berbagai hiburanPPPA Daarul Qur’an. Cukup mudah untuk
52
bisa mengkases DaquTV. Cukup klik www.daqutv.com untuk mengisi
aplikasi berlangganan. Bahkan, bagi anda pengguna IPhone/iPad/iPod
touch, kini aplikasi Daqutv telah hadir, sehingga dapat dengan mudah
melihat tayangan live streaming.
e. DaQu Radio
Di era globalisasi ini teknologi mempercepat penyampaian informasi.
Peristiwa yang berlangsung di satu benua dapat diketahui di benua
lainnya dalam hitungan detik saja. Pada akhirnya kemajuan teknologi
inilah yang mendorong dan memungkinkan timbulnya bisnis dalam
bidang informasi. Salah satunya radio. Radio selain juga menyajikan
berbagai informasi tentang berbagai hal juga sebagai media yang
cukup berperan dalam bidang pendidikan serta hiburan. Menyikapi
banyaknya radio komersial yang lebih menitik beratkan pada materi
siaran yang berisi informasi dan hiburan PPPA Daarul Qur’an
mendirikan radio streaming, sebagai alternative pendengar akan
informasi berita, pengetahuan tentang ajaran Islam, dan dakwah. Radio
Daqu juga mendukung pengembangan budaya masyarakat berbass
tahfidzul Qur’an.
4. Program – Jejaringan Bisnis Sosial10
a. DaQu Travel
Jamaah Daarul Qur’an yang mencapai ratusan ribu orang, telah
mendorong adanya fasilitas yang memudahkan masyarakat untuk
menunaikan Haji dan Umroh. Merespon prospek yang luas itu, PPPA
10
Website PPPA Daarul Qur’an www.ppp.or.id
53
Daarul Qur’an mendirikan Daqu Travel Haji dan Umroh. Tiap tahun,
jamaah yang ikut Haji dan Umroh melalui Daqu Travel terus
meningkat. Tak hanya pelayanan Haji dan Umroh, Daqu Travel juga
mengembangkan unit bisnis ticketing, visa, dan traveling ke berbagai
negara tujuan wisata.
b. PPPA Shop
Unit bisnis yang memproduksi berbagai jenis merchandise berbasis
pesan dakwah dan sosial. Juga memproduksi CD, DVD, dan mencetak
buku. PPPA Shop juga menjual berbagai barang elektronik hingga
motor dan mobil sedekahan. Semua hasil penjualan melalui PPPA
Shop, digunakan untuk membantu membiayai Rumah Tahfidz dan
Pesantren Tahfidz. Berniaga melalui PPPA Shop ikut melahirkan
kader-kader penghafal Al-Qur’an.
c. BMT Daarul Qur’an
PPPA Daarul Qur’an mendirikan Baitul Mal Wa Tanwil (BMT), untuk
melayani kebutuhan simpan pinjam secara syariah.
d. Percetakan
Kebutuhan akan produk cetakan seperti buku dan Al-Qur’an yang
terus meningkat, PPPA Daarul Qur’an mendidikan percetakan sendiri
kerjasama dengan PT. Exagrafika Arkan Lima. Selain hasil unit bisnis
ini menopang sebagian operasional pesantren tahfidz, PPPA Daarul
Qur’an juga bisa secara cepat memenuhi permintaan wakaf Al-Qur’an
dari masyarakat di berbagai penjuru tanah air.11
11
Website Daarul Qur’an www.pppa.or.id
54
D. Gambaran Umum Program Bantuan Modal Usaha Daarul Qur’an
Terhadap Pedagang Kecil
1. Latar Belakang Pemberdayaan Pedagang Kecil
Awal mulanya program ini terbentuk yaitu dari sebuah divisi ComDev
yang fungsinya untuk mensinergikan antara masyarakat dan pondok
pesantren Daarul Qur’an. Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan
Bapak Rozali tentang latar belakang terbentuknya pemberdayaan
pedagang kecil, beliau mengatakan sebagai berikut:
“Awalnya itu berdirinya sebuah divisi, namanya ComDev (Community
Development). Comdev ini fungsinya untuk mensinergikan antar
masyarakat dengan Pondok Pesantren. Jadi yang selama ini Pondok
Pesantren ibarat seperti mercusuar nah bagaimana supaya ada sebuah
kedekatan antara masyarakat dengan pesantren maka dibuatlah sebuah
ComDev. Jadi dimana disitu ada Pondok Pesantren Daarul Qur’an disitu
ada ComDev tapi berpusat di Ketapang karena Ketapang sendiri
merupakan sebuah Pesantren yang sangat besar maka pusat kegiatannya
juga berada disitu Ketapang Cipondoh.”12
2. Sasaran dan Tujuan Pemberdayaan
Adapun sasaran dari program ini adalah masyarakat-masyarakat
sekitar Pondok Pesantren yang ekonomi lemah.
Sedangkan tujuan dari program ini dibentuk adalah untuk
mendekatkan dan memberikan peningkatan kebutuhan hidup bagi
masyarakat sekitar Pondok Pesantren. Sesuai dengan wawancara peneliti
dengan Bapak Rozali, beliau mengatakan sasaran dan tujuan dari program
ini dibentuk adalah:
“Sasarannya masyarakat-masyarakat sekitar Pondok Pesantren yang
ekonomi lemah dan ada yang sifatnya pribadi dan yang berbasis
komunitas. Kalo yang pribadi yang punya kecenderungan ibadah. Jadi kita
kasih bantuan tidak sebatas kasih begitu saja. Kita lihat gimana sehari-
12
Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali, Tangerang. 15 Januari 2015.
55
harinya ibadahnya rajin enggak, nah disitu. Tujuannya mendekatkan dan
memberikan peningkatan kebutuhan bagi masyarakat sekitar Pondok
Pesantren. Peningkatan kebutuhan hidup”13
3. Kualifikasi atau Persyaratan Penerima14
a. Aktif di masjid (marbot)
b. Istri nya marbot
c. Janda-janda tua yang ada di sekitar lokasi masjid dan Pondok
Pesantren
d. Orang yang tidak mampu
e. Dhuafa
f. Dan orang-orang yang kira-kira pantas dalam kacamata mustahik
4. Pola Pemberdayaan
Pola pemberdayaan yang dilakukan Daarul Qur’an adalah dengan
memberikan bantuan modal usaha kepada masyarakat yang ekonomi
lemah dan sifatnya lepas dalam artian akadnya adalah sedekah jadi tidak
ada tanggung jawab untuk mengembalikan, meskipun tidak ada tanggung
jawab untuk mengembalikan tetap dibimbing juga tidak dilepas begitu saja
ketika diberikan bantuan modal usaha. Apa yang mereka butuhkan nanti
disediakan kebutuhan dan peralatannya. Dan jika ingin beli sendiri harus
ada bukti dengan nota. Jadi Daarul Qur’an mendistribusikan dana zakat
dan sedekah secara konkrit melalui pemberdayaan dan diberikan kepada
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Daarul Qur’an. Ini merupakan
bagian dari tugas kemanusiaan. Bentuk bantuan yang diberikan oleh
Daarul Qur’an berupa sesuatu yang bisa diperlihara seperti bantuan modal
13
Wawancara pribadi dengan Bapak Rozali 14
Wawancara pribadi dengan Bapak Rozali
56
usaha ini. Yang sudah memiliki usaha tapi berhenti atau sudah memiliki
usaha tapi masih setengah-setengah. Dan sebelum memberikan bantuan
pihak Daarul Qur’an mensurvei terlebih dahulu sasaran yang akan dituju.
Jumlah pedagang kecil yang menerima bantuan modal usaha ada sekitar ±
45 orang penerima. Itu dari tahun 2012 hingga pertengahan tahun 2014.
Jenis-jenis usaha kecil dari mereka adalah ada usaha potong ayam dorong,
nasi uduk dorong beserta jual lauk-pauk matang, usaha lepet, warung
klontong (sembako), gado-gado, minuman pop ice. Rata-rata lapangan
usahanya seputar itu.15
5. Pembinaan
Dalam melakukan pembinaan pihak Daarul Qur’an menyarankan para
penerima untuk menabung atau menyisihkan dari hasil keuntungannya di
bank. Seperti dalam hasil wawancara dengan Bapak Rozali yang tertuang
dibawah ini:
“Kalo saya kan cuma menyarankan apa? nabung 1 hari gak usah
banyak-banyak dari keuntungan 3 ribu sampe 5 ribu disimpen aja nah
ditaro nanti setelah itu udah masuk sebulan berarti kan 150 ribu taro di
rekening. Rekening itu sekarang buka rekening gak harus 500 ribu 50
ribu mau kan bri nah kasih buktinya ke saya nih tadz saya sudah
nabung nih ada begitu aja nanti berikutnya nabung lagi 150 ribu
sebulan. Alhamdulillah sih yang begitu jalan, ada yang gak mau
ngikutin kebanyakan yang gak ngikutin banyak. Aah repot tadz, ga
berani sama bank begini-begini, malu tadz ga bisa nulis tadz ya gitu
macem-macem. Ada masih. Malah ada yang punya rumah sekarang
udah bagus di Ketapang. Kita ngarahin gitu aja gak minta hasilnya gak
minta berapa-berapa setornya nggak. ya paling kita singgung-singgung
ya sedekah juga lah dikit-dikit kalo ada rezeki buat anak yatim bagi
gitu perhatiin anak yatim.”16
15
Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali. 16
Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali.
57
6. Sumber Dana
Semua aktivitas dari program-program Daarul Qur’an, termasuk
pemberdayaan ekonomi bantuan modal usaha, berjalan atas partisipasi dan
dukungan dari para muzakki dan donatur. Karena seperti yang telah kita
ketahui Daarul Qur’an adalah sebuah lembaga pengelola sedekah dan
zakat.17
7. Jumlah Dana yang diberikan
Jumlah dana bantuan modal usaha yang diberikan oleh pihak Daarul
Qur’an untuk pemberdayaan ekonomi bantuan modal usaha pedagang
kecil sangat bervariasi, tergantung jenis usahanya. Uang yang diberikan
untuk bantuan modal usaha tidaklah banyak yakni minimal lima ratus ribu
dan maksimal satu juta, pemberiannya pun dilihat berdasarkan jenis
usahanya.18
17
Kabar DaQu Edisi Ramadhan 1434 H. 18
Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali.
58
BAB IV
ANALISA EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PPPA DAARUL
QUR’AN TERHADAP PEDAGANG KECIL
A. Evaluasi Pelaksanaan (proses) Program Pemberdayaan PPPA Daarul
Qur’an
Menurut Peitrzak yang dikutip oleh Isbandi Rukminto, evaluasi proses
dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang telah dilaksanakan
telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.1
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan pengurus Daarul
Qur’an diketahui bahwa pelaksanaan program yang dilakukan oleh Daarul
Qur’an dalam memberdayakan ekonomi pedagang kecil, mengutamakan
masyarakat yang berekonomi lemah dan marginal di sekitar Pondok Pondok
Daarul Qur’an. Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan oleh Daarul Qur’an
berjalan dari tahun 2012 hingga pertengahan tahun 2014 sudah berhenti.
Dengan adanya program ini Daarul Qur’an berupaya menciptakan masyarakat
yang memiliki kemandirian secara ekonomi.
Daarul Qur’an melakukan pemberdayaan ekonomi dengan memberikan
bantuan modal usaha dan para penerima bantuan tidak ada tanggung jawab
untuk mengembalikan dananya.
Dana bantuan modal usaha yang diberikan oleh Daarul Qur’an sifatnya
lepas atau dana hibah. Dalam artian ketika dana sudah diterima kepada
masyarakat, mereka tidak ada tanggung jawab untuk mengembalikan karena
disinikan dari ummat untuk ummat dan digunakan untuk memberdayakan
1 Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan, Intervensi
Komunitas, h. 129.
59
ummat meskipun sifatnya dilepas tetapi tetap ada pendampingan yang lebih
bersifat kontroling. Pemberian bantuan modal usaha kepada para pedagang
kecil diharapkan bisa membantu mereka dari kesulitan dan membuat mereka
menjadi berkembang, sehingga kehidupan mereka menjadi sejahtera.
Setelah penerima mendapatkan modal usaha, Daarul Qur’an tidak lepas
tangan begitu saja. Daarul Qur’an terus melakukan pembinaan agar penerima
manfaat yang telah diberikan modal tersebut tidak salah langkah dalam
mengembangkan usahanya, dengan memantau setiap perkembangan kegiatan
usaha penerima manfaat termasuk berkunjung kepada mereka. Jadi bantuan
modal usaha yang diberikan kepada masyarakat ekonomi lemah tidak
langsung diberikan begitu saja ada beberapa tahapan yang dilakukan,
diantaranya:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini didalamnya ada tahap (a) persiapan petugas, yang
dimana dalam persiapan petugas disini antar anggota tim perlu
menyamakan persepsinya mengenai pendekatan yang dipilih dalam
pemberdayaan; dan (b) persiapan lapangan awalnya melakukan studi
kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran.
Pada pelaksanaan persiapan petugas, Daarul Qur’an mempercayai
hanya satu orang yang bertugas menjalankan program pemberdayaan
dikarenakan meminimalisir pembiayaan. Dan petugas pelaksana program
bukan dari orang yang berlatar belakang pemberdayaan masyarakat, tetapi
meskipun begitu petugas pelaksana tersebut memiliki pengalaman yang
serupa dengan pemberdayaan masyarakat.
60
Pada persiapan lapangan, petugas melakukan kegiatan sebagai berikut:
melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran,
baik dilakukan secara informal maupun formal dan survei masyarakat
yang akan diberikan bantuan modal, selanjutnya petugas menjalin kontak
dengan tokoh-tokoh masyarakat. Dalam menjalankan programnya, pihak
Daarul Qur’an pun memiliki persyaratan untuk masyarakat yang akan
mendapatkan modal usaha. Salah satu kriterianya adalah masyarakat yang
memiliki ekonomi lemah. Selain itu, pihak Daarul Qur’an perlu
menyeleksi calon penerima bantuan modal usaha dengan terjun langsung
ke lapangan atau mensurvei untuk mengetahui lebih dekat dengan kondisi
kehidupan, dan perekonomian calon penerima yang akan dibantu tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh Pak Rozali dalam wawancara sebagai berikut:
“survey dulu, diproses, iya pengenalan. Bagaimana kondisinya dan ga
semua. Saya selalu berusaha menyakinkan hal ini di forum-forum.
Bikin pertemuan dengan kelurahan dengan RT RW. Kita ini dulu
wawancara juga dulu. Usaha apa nih. Gimana usahanya gitu. Jadi ada
alur cerita. sebelum di survey ada pendekatan person pendekatan
pribadi. Kita kenal dulu nih, kenal dulu orang ini makanya apa? Gak
cukup yang namanya survey tuh satu dua tiga hari, kita jauh dimana
tempat datang survey gak bisa, jadi harus mengikuti proses pengenalan
jadi kita harus faham nih karakter individunya karakter lingkungannya
kira-kira orang sini bisa gak nih untuk bisa digulirkan program seperti
ini kayak gitu. Makanya kan kalo kerja kayak gini gak cukup harus
survey satu dua tiga hari kita butuh pengenalan dengan mereka, kita
harus faham dengan mereka, mereka juga harus faham dengan kita. Itu
tadi butuh keberanian. Kan itu nanti akan berhadapan dengan tokoh
dengan berbagai macam elemen, ormas, pemuda, karang taruna.”2
Dapat disimpulkan evaluasi dalam tahap persiapan pemberian bantuan
modal usaha sudah sesuai dengan tahapan pemberdayaan pada umumnya
hanya saja dalam persiapan petugas Daarul Qur’an mempercayai hanya
2Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali, Tangerang. 10 Maret 2015.
61
satu orang yang bertugas menjalankan program jadi tidak ada
kemungkinan dalam perbedaan pendapat dalam melakukan pendekatan
yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat.
Petugas pelaksana program baiknya adalah orang berasal dari latar
belakang pemberdayaan masyarakat, meskipun petugas bukan dari orang
yang berasal dari latar belakang pemberdayaan, akan tetapi petugas
memiliki pengalaman dan mengerti akan teknik-teknik yang akan
dilakukan dalam melakukan perubahan dimasyarakat.
2. Tahap Assesment
Proses assesment yang dilakukan disini dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan
juga sumber daya yang dimiliki klien. Dalam proses assesment ini
masyarakat sudah dilibatkan secara aktif.
Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan oleh petugas adalah
mengidentifikasi permasalahan yang ada di masyarakat tersebut. Proses
assesment yang dilakukan oleh Daarul Qur’an dengan metode wawancara,
analisis hingga observasi langsung. Dengan demikian petugas bisa
menganalisis kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Seperti yang
dikatakan oleh Pak Rozali sebagai berikut:
“Kita ini dulu wawancara juga dulu. Usaha apa nih. Gimana
usahanya gitu. Jadi ada alur cerita.”3
Daarul Qur’an dalam menyelektif sasarannya juga tidak sembarangan,
mereka yang terpilih mendapat bantuan modal usaha itu dipilih dari orang-
orang yang memiliki kecenderungan dalam beribadah. Seperti yang
3 Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali, Tangerang. 10 Maret 2015
62
dikatakan oleh Bapak Rozali dibawah ini:
“jadi kita lihat orang-orang yang memang kita kenal. Yang
punya kecenderungan ibadah, kita lihat dulu jadi ada pengkajian ga
satu dua hari tiga hari. Gimana keluarganya rajin ibadah gak?”4
Jadi memang sengaja mereka yang memiliki kecenderungan dalam
beribadah dipilih menerima bantuan modal usaha agar para donatur
bahagia dana sedekah yang diberikan dipakai tidak sembarang orang.
Dapat disimpulkan evaluasi dalam tahap assesment pemberian bantuan
modal usaha sesuai prosedur dalam tahapan pemberdayaan pada umumnya
yaitu dimulai dari mengidentifikasi masalah. Dari pengidentiifikasian
masalah petugas bisa tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang krusial
(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan
di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan warga
masyarakat, maupun kerja sama antar warga.
Dalam proses pelaksanaannya, pemberdayaan ekonomi bantuan
modal usaha yang dilakukan Daarul Qur’an seperti yang dikatakan oleh
Pak Rozali adalah sebagai berikut:
“Cukup sekali, nanti kita kontrol, kita lihat bener-bener gak?
kan bantuan itu kan kita bimbing, jadi saya gak ngelepas. Mau
usaha apa misalkan? saya mau usaha nasi uduk nih ustadz, usaha
nasi uduk? berapa modalnya? apa yang dibutuhkan? nanti saya
yang menyediakan peralatannya jangan dia nanti abis buat makan.
Nanti misalkan nih bantuannya berapa nih. Nasi uduk kan paling
ga juga pake modal jutaan kan 500 ribu juga cukup nasi uduk mah
yang penting ada punya meja. 500 ribu juga terlalu besar ya kan?
4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali, Tangerang. 15 Januari 2015
63
orang beras 5 liter 7000 kali 5 udah 35 ribu. Terus kita kalkulasi
nanti. Tahu berapa? kentang berapa? kira-kira yang dibutuhkan?
nah 300 ribu, 200 ribu udah banyak nasi uduk. Nah selebihnya apa
desain meja kan gitu kan? apa aja peralatannya yang gak punya,
nanti kita inih. Saya yang beli ustadz, oke yang beli situ nih mana
notanya gitu. Jadi kita minta bukti...”5
Melalui pemberdayaan yang dilakukan oleh Daarul Qur’an dengan
pemberian bantuan modal usaha masyarakat sekitar Pondok Pesantren jadi
terbantu kebutuhan hidupnya. Karena pemberdayaan ekonomi yang
dilakukan oleh Daarul Qur’an dapat meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat sekitar Pondok yang ekonomi lemah.
Pada pelaksanaan dilapangan, evaluasi tahap ini berjalan seperti yang
direncanakan. Di Daarul Qur’an, tahap pelaksanaan diwujudkan dengan
pemberian bantuan modal usaha.
4. Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga.
Dalam tahap ini, pelaksanaannya dilapangan, evaluasi dilakukan hanya
dengan memonitoring hasil dari usaha masing-masing masyarakat yang
menerima bantuan. Seperti dari hasil wawancara saya dengan Bapak
Rozali sebagai berikut:
“evaluasinya saya gitu aja. bagaimana usahanya? Tanya aja. kalo
emang dia mengikuti saran-saran saya ya insya Allah kayak begitu tadi
kan buktinya banyak kan, ya kalo nggak rasain sendiri.”6
Dalam pelaksanaannya dilapangan, evaluasi yang dilakukan hanya
dengan memonitoring hasil usaha masing-masing masyarakat yang
5 Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali, Tangerang. 10 Maret 2015.
6 Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali
64
menerima bantuan saja. Karena memang pemberian bantuan modal usaha
yang dilakukan oleh Daarul Qur’an sifatnya lepas. Ini tidak sesuai dalam
tahapan pemberdayaan. Karena dalam tahapan pemberdayaan tahap
evaluasi dilakukan dengan melibatkan masyarakat.
Tabel Evaluasi Pelaksanaan (Proses)
No. Tahapan Petunjuk Pelaksanaan Implementasi Hasil
1. Persiapan Persiapan Petugas
dan Persiapan
Lapangan.
Petugas melakukan
survei wilayah dan
masyarakat yang akan
digulirkan program
dari Daqu. Daarul
Qur’an mempercayai
petugas pelaksana
hanya satu orang. Dan
petugas bukan berasal
dari latar belakang
pemberdayaan.
Sesuai, semua runtutan
dalam tahap persiapan
dimulai dari persiapan
petugas hingga lapangan,
akan tetapi petugas yang
menjalankan program bukan
berasal dari orang yang
memiliki latar belakang
pemberdayaan, tetapi
petugas memiliki
pengalaman serta faham
akan teknik-teknik yang
akan dilakukan dilapangan.
2. Assesment Mengidentifikasi
masalah dan sumber
daya yang dimiliki
klien.
Petugas
mengidentifikasi
masalah dengan
wawancara dan
observasi langsung.
Sesuai, Petugas Daarul
Qur’an sudah menjalankan
proses tahapan Assesment
dengan mengidentifikasi
masalah melalui wawancara
65
Ada kriteria khusus
dari Daarul Qur’an
dalam menyelektif
sasarannya yaitu
dipilih dari orang-
orang yang memiliki
kecenderungan dalam
beribadah.
dan observasi. Dengan
menyelektif masyarakat
penerima yang memiliki
kecenderungan beribadah.
3. Pelaksanaan Tahapan
implementasi dari
proses
pemberdayaan.
Dalam tahapan ini
Daarul Qur’an
melakukannya dengan
pemberian bantuan
modal usaha.
Sesuai, dalam tahapan
pelaksanaan diwujudkan
dengan pemberian bantuan
modal usaha.
4. Evaluasi Pengawasan dari
warga dan petugas
terhadap program
yang sedang berjalan
sebaiknya dilakukan
dengan melibatkan
warga.
Petugas hanya
memonitoring hasil
usaha masing-masing
masyarakat.
Tidak Sesuai, karena dalam
tahapan pemberdayaan,
evaluasi dilakukan dengan
petugas serta melibatkan
masyarakat.
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Penanggung Jawab Program
B. Evaluasi Keberhasilan Program Pemberdayaan PPPA Daarul Qur’an
Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan mengenai evaluasi hasil yang
dimana menurut Pietrzak sebagaimana dikutip oleh Isbandi Rukminto
66
dituliskan bahwa evaluasi hasil dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-
tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai. Dengan demikian, evaluasi ini
diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima
(masyarakat).7
Untuk mencapai tujuan program yang baik, hendaknya suatu lembaga
memiliki suatu rumusan tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari
pemberdayaan ekonomi bantuan modal usaha yang dilakukan oleh Daarul
Qur’an menurut Bapak Rozali dalam wawancaranya sebagai berikut:
“itu tadi mendekatkan dan memberikan apa namanya peningkatan
kebutuhan bagi masyarakat sekitar Pondok. Peningkatan kebutuhan
hidup seperti itu.”8
Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan tujuan utama dari
program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Daarul Qur’an adalah
mendekatkan dan memberikan peningkatan kebutuhan hidup bagi masyarakat
sekitar Pondok, khususnya masyarakat yang memiliki ekonomi lemah dalam
usaha berskala mikro. Jadi Daarul Qur’an memfasilitasi kepada masyarakat
sekitar Pondok dengan memberikan mereka bantuan modal untuk usaha dan
tidak ada tanggung jawab untuk mengembalikannya.
Berikut adalah profil dari para penerima manfaat.
Profil Penerima Manfaat Sebelum Mendapat Bantuan
No. Nama Alamat Kondisi Sosial
Ekonomi
1. Ibu Maswanih Kampung Ketapang,
Cipondoh, Tangerang
Rendah
7 Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan, Intervensi
Komunitas, h. 129. 8Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali, Tangerang. 15 Januari 2015.
67
2. Bapak Yunus Kampung Ketapang,
Cipondoh, Tangerang.
Sedang
3. Ibu Lilis Kampung Ketapang,
Cipondoh, Tangerang.
Rendah
4. Bapak Jejen Kampung Ketapang,
Cipondoh, Tangerang
Sedang
5. Ibu Toyanah Kampung Ketapang,
Cipondoh, Tangerang
Sedang
Sumber: observasi langsung dan wawancara pribadi dengan masyarakat
Dengan adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh Daarul Qur’an
masyarakat Ketapang yang pada awalnya mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya setelah mendapat bantuan modal usaha dapat
terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun indikator yang digunakan untuk menilai (evaluasi), peneliti
menggunakan indikator dampak, yakni indikator ini melihat apakah sesuatu
yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat.
Adanya program pemberdayaan ekonomi yang dijalankan oleh Daarul
Qur’an ternyata berdampak oleh beberapa penerima manfaat tersebut yang
kebanyakan adalah pedagang yang berskala mikro, seperti pedagang nasi
uduk, pedagang ayam potong keliling, peternak lele dan pedagang lauk pauk
mateng (warteg) di Ketapang, khususnya masyarakat yang kesulitan
mengenai masalah permodalan. Program pemberian bantuan modal usaha ini
membantu sekali dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Maka untuk
mengukur tingkat keberhasilan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh
Daarul Qur’an melalui pemberian bantuan modal usaha dapat dilihat
68
berdasarkan peningkatan pendapatan ekonomi yang dialami masyarakat
setelah mendapat bantuan modal usaha. Penulis akan menganalisis
penghasilan masyarakat sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan. seperti
yang dikatakan oleh Bapak Rozali sebagai berikut:
“liat aja dari peningkatan pendapatan ekonomi dari situ”, ...dia
udah bisa ngontrak berani 500 ribu sebulan, dia udah berani pinjem
duit buat bangun rumah kan gitu kan nyatanya. Ya kan? Terus yang
satu udah bisa mengembangkan dengan itiknya. Ada lagi orang-orang
gitu. ya tadi bukan, itu kan bagian yang keberhasilannya Bukan berarti
bukan tidak ada yang tidak berhasil. Ada yang tidak berhasil juga”9
Dari hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pemberdayaan ekonomi yang telah dilakukan Daarul Qur’an telah berhasil. Ini
bisa dilihat dari peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat yang mendapat
bantuan modal usaha. Masyarakat juga mendapatkan kepuasan karena
mendapat keuntungan lebih besar dan usahanya bisa berjalan serta bisa
memperbesar usahanya.
Ada baiknya jika pendapat pengurus penulis bandingkan dengan jawaban
masyarakat yang mendapat bantuan modal usaha, agar jawaban menjadi
absah, selaras dengan apa yang terjadi di lapangan. Apakah jawaban pengurus
dirasakan juga oleh masyarakat atau tidak. Berikut pemaparan beberapa
masyarakat apakah mereka merasakan adanya keberhasilan atau kemajuan
setelah mendapat bantuan modal usaha ini atau tidak.
Seperti Bapak Yunus yang mengalami perubahan penghasilan yang ia
alami dalam usaha budi daya lelenya setelah mendapatkan bantuan modal
usaha dari Daarul Qur’an, sebagai berikut:
“jumlah penghasilan? Wah kalo jumlah penghasilan kita belum
9 Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali, Tangerang. 10 Maret 2015.
69
dikalkulasikan ya orang kan dibuat makan, ya 50 ribu lah gitu sekitar
segitu buat makan, apa. Ya begitulah 65 ribu lah.”10
Senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Yunus, Ibu Lilis pun
mengalami perubahan ekonomi. Dulu ketika belum dapat bantuan modal
usaha ia sempat mengutang ke agen ayam ketika ingin mengambil ayam
karena belum adanya modal. Dan juga bekerja menjadi kuli cuci gosok di
delapan pintu untuk menambah keuangan keluarganya. Tetapi setelah
mendapat bantuan modal usaha pekerjaan sebagai kuli nyuci sudah dikurangi
menjadi satu pintu, sebagai berikut:
“diutangin, belum ada modal jadi diutangin. Cuma dulu mah
ngutang, ngutang-ngutang terus kalo ngambil 5 ayam juga kan
ngutang kalo sekarang mah 5 10 udah Alhamdulillah ga ngutang.”
“kalo sebelum mah ya namanya ayam 3 kali itu paling 15 ribu
kalo sebelum dapet bantuan. Ya kalo sekarang mah Alhamdulillah
lebih. Ya kalo 30 mah dapet 25 30 dapet yah namanya ayamnya 10
paling itu kadang 8.”11
Dengan demikian setelah mendapat bantuan modal usaha keuntungannya
menjadi sekitar Rp 25.000-Rp. 30.000.
Peningkatan pendapatan pun dialami oleh pak Jejen. Pak Jejen dahulu
adalah bagian dari komunitas ojek Daarul Qur’an. Menurut Pak Jejen,
peningkatan pendapatan yang ia dapati adalah berawal dari bantuan modal
usaha yang diberikan oleh Daarul Qur’an. Kalo dulu ia berdagang nasi uduk di
depan rumahnya dengan penghasilan yang diperoleh sebesar Rp 200.000
hingga Rp 300.000 setelah mendapat bantuan modal usaha penghasilan yang
diperoleh sebesar Rp 500.000. Seperti dalam hasil wawancara yang tertuang
dibawah ini:
10
Wawancara Pribadi dengan Bapak Yunus, penerima bantuan, Tangerang. 10 Maret
2015. 11
Wawancara Pribadi dengan Ibu Lilis, penerima bantuan, Tangerang. 10 Maret 2015.
70
“yang sekarang nih. Yang sekarang 500 lah. Kita pukul rata 500
an lah ya. Sebelumnya ya 300-250 kalo yang dagang nasi uduk pake
gerobak. Paling gede ya 300, ada yang 200-250 an sampe 300 an.
Kalo sekarang 500 ya kita pukul rata 500 dah.”12
Ibu Maswanih dalam wawancara mengemukakan mengenai perubahan
penghasilan yang ia alami dalam berdagang nasi uduk dan kue khas Betawi
setelah mendapat bantuan modal usaha dari Daarul Qur’an, sebagai berikut:
“yang saya alamin baru sekarang ini. Pertama kemarin dapet 200
pertama tuh pas abis 2 liter terus ningkat lagi 3 liter.”
“...Nih udah 3 hari ningkat terus nih pendapatan. Karna orang-
orangnya udah banyak yang tahu. Kalo tadi terakhir nih rada gedean
dikit tadi nih. Dari 200 sampe mau 200 lebih. Tadi 360 tadi nih yang
ini nih.”13
Jika melihat pemaparan diatas program ini bisa dikategorikan mencapai
keberhasilan. Walaupun kenaikan yang dialami mereka tidak signifikan. Tapi
sudah bisa dikatakan mengalami kenaikan yang lumayan. Dari sekian
masyarakat yang menerima bantuan dapat dikatakan yang ekonominya
berkembang atau mencapai keberhasilan dapat diukur dengan mencapai angka
30% (tiga puluh persen). Seperti yang dikemukakan oleh bapak Rozali,
sebagai berikut:
“yang berkembang? ada kurang lebih sekitar. 30 persen ada. Itu
yang nurut. 30 persen. Lumayan 30 persen, ya kan? Lumayan 30
persen. udah mengurangi dari 100 persen orang yang susah udah 30
persen yang berhasil. Bukan tidak mustahil. Mereka juga yang 30
persen pasti akan mau membantu menjadi muzzaki lagi bukan
menjadi mustahik. Menjadi muzzaki.”14
Jadi, para pedagang kecil yang berada di sekitar lingkungan Pondok
Pesantren Daarul Qur’an belum mengalami kenaikan yang tidak terlalu
signifikan akan tetapi penghasilan yang diperoleh memang mengalami
12
Wawancara Pribadi dengan Bapak Jejen, penerima bantuan, Tangerang. 10 Maret 2015. 13
Wawancara Pribadi dengan Ibu Maswanih, penerima bantuan,Tangerang. 10 Maret
2015. 14
Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali, Tangerang. 10 Maret 2015
71
peningkatan. Dengan begitu dengan adanya program ini, Daarul Qur’an sudah
mengurangi tingkat kemiskinan dan membantu pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan meskipun ruang lingkupnya di sekitar Pondok
Pesantren Daarul Qur’an.
Adanya program ComDev yang selama ini dijalankan oleh Daarul
Qur’an dirasakan oleh beberapa masyarakat Ketapang yang mendapat bantuan
modal usaha. Program ini sangat membantu kesulitan perekonomian mereka.
Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa masyarakat Ketapang yang berhasil
penulis wawancarai.
Seperti Bapak Yunus seorang peternak lele telah mengalami
perkembangan dalam usaha yang digelutinya setelah mendapat bantuan modal
usaha dari Daarul Qur’an. Kini ia dapat mengembangkan usahanya selain
peternak lele ia menambahkan usahanya dengan beternak itik. Seperti dalam
pemaparannya sebagai berikut:
“ya cukup berkah. Cukup berkah rasanya nyaman kayaknya kita
bersyukur banget orang lain belum tentu bisa mengasih memberikan
bantuan yang orang-orang seperti saya, ...Hasilnya itu diputerin.
Dibeliin itik dibeliin iya diproduksi Dikembangin lagi. Jadi tadinya
kan lele sekarang itik. Dikembangin lagi. Ditambahin usaha lagi.”15
Hal senada juga dikemukakan oleh penerima lain, Ibu Lilis seorang
pedagang ayam potong keliling. Setelah mengalami pasang surut dalam
usahanya, kini ia sekarang sudah bisa merenovasi rumahnya dan mencukupi
kebutuhan rumah tangganya seperti kebutuhan konsumsi, pendidikan, dan
kebutuhan lainnya juga dapat dipenuhi dengan baik. Seperti dalam hasil
wawancara yang tertuang dibawah ini:
15
Wawancara Pribadi dengan Bapak Yunus, penerima bantuan, Tangerang. 10 Maret
2015.
72
“Dulu mah rumah belum begini masih sepotong dari sono kesono nah ini Alhamdulillah usaha jualan ayam dikit-dikit itu dikumpulin., ...Orang kemarin mah segini doang kesono ama kamar mandi. Ga diubin ga dipelur dulu mah sampe kesono plong aja tanah gitu,...sebelum dapet bantuan mah ya bukan segituan. Yaah kalo diomongin mah, makan juga kadang...,...buat makan mah hmm baru-baru kesini mah, buat makan mah senin kamis...,Tapi Alhamdulillah mba ada bantuan berkah dah gitu. Dulu mah pengen kalo ada yang sumbangan dari masjid juga boro-boro bisa nyumbang kata saya paling maaf paling serebu sekarang yah Alhamdulillah tiap minggu gedenya 10 kecilnya 5 ribu mah kalo baitul amil kan tiap minggu datang ya. Alhamdulillah udah bisa, ya buat jajan anak juga udah gak ngutang-ngutang kalo kemarin mah kan, buat makan, makan dulu udah itu baru dibayar seminggu sekali gitu. Ngambil beras ngambil dulu gitu beras sayuran juga Alhamdulillah pada ituan kadang dibagi ama sekarang mah Alhamdulillah dah beli gitu hehe..gak makan boleh ngutang sekarang Alhamdulillah gak diituin bisa ngebantu orang tua, kan orang tua juga susah dikampung lagi, ya Alhamdulillah kata saya juga ketutup buat ngaji gitu, ...terus buat les.”
16
Begitu juga dengan Pak Jejen seorang pedagang warteg, kini ia telah
mengalami perubahan setelah mendapatkan bantuan dari Daarul Qur’an.
Usahanya semakin berkembang ke skala yang lebih besar. Sebelumnya hanya
berjualan nasi uduk di meja, tetapi setelah ia mendapat bantuan dari Daarul
Qur’an berupa gerobak dan sejumlah uang untuk modal usaha kini ia sudah
berani mengontrak kios dan mengembangkan menjadi usaha warteg. Seperti
dalam hasil wawancara yang tertuang dibawah ini:
“Jualan juga saya dimeja ya dikit ya, begitu ini saya kembangin
begitu ada sumbangan dari daqu saya pake gerobak jualan pindah
kedepan ke pinggir jalan sana tadinya saya disini aja, terus saya
kedepan pake gerobak ya Alhamdulillah bantuan dari daqu saya bisa
berkembang gitulah. Kalo jualan Cuma 2 jam, jam 6 saya keluar jam 7
jam 8 saya udah pulang kadang bisa satu jam kalo jualan sarapan
paginya, tapi kalo ini yang sekarang sih ampe malam saya., ...Ya
untung ada daqu lah kita ngajuin begitu proses-proses begini dibantu
ama pak Rozali ya cepat keluar yaudah saya Alhamdulillah itu
langsung dikasih gerobak. Ya dagangan saya agak meningkat gitu.”17
Ibu Maswanih seorang penjual kue keliling juga memberikan
16
Wawancara Pribadi dengan Ibu Lilis, penerima bantuan, Tangerang. 10 Maret 2015. 17
Wawancara Pribadi dengan Bapak Jejen, penerima bantuan, Tangerang. 10 Maret 2015.
73
pendapatnya tentang penghasilan yang diterima setelah mendapat bantuan
modal usaha. Sekarang dagangnya jadi bertambah banyak, meskipun pernah
juga sempat putus modal. Ia mengatakan bahwa:
“beda lah. Jauh apalagi sebelum dapet bantuan duuh nyeker mulu
hehe.. Makanya rame mah sekarang. Udah tau semua. Ya kalo pada
mesen kue tetep kemari sih. Kemarin buat arisan kemarin lopis.
Kemarin ada nambah nambah juga ada pesenan kue bakal tahlilan,
...kalo sekarang kan udah muternya muter banyak gitu nambah
nambah bawanya udah rada banyak.”18
Selain pernyataan di atas ada pula pernyataan yang disampaikan oleh Ibu
Toyanah, hasil yang dari rasa dari peningkatan ekonominya ia bisa membeli
motor. Pernyataan ini tertuang dalam wawancara sebagai berikut:
“Ya saya ampe gimana ya hehe orang dapat bantuan. Saking
itunya begitu girang banget deh saya senang gitu dapat bantuan. Saya
emang buat usaha iya begitu. Bisa maju begitu usaha.
Alhamdulillah udah kebeli motor saya juga itu. Alhamdulillah
banget saya ampe dapat kebeli motor satu tuh ngambil aja dari
tabungan.”19
Setelah diamati dari hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan
bahwasannya adanya program yang dilaksanakan oleh Daarul Qur’an
membawa dampak bagi masyarakat sekitar Pondok yang memiliki ekonomi
lemah, terbukti bantuan modal tersebut dipergunakan untuk membantu
keberlanjutan usaha mereka seperti pengembangan usaha. Adanya program
tersebut sangat membantu masyarakat kecil khususnya mereka yang ingin
melakukan usaha tetapi mengalami kesulitan dalam urusan modal.
Maka dapat disimpulkan bahwasannya adanya program yang
dilaksanakan oleh Daarul Qur’an berdampak positif bagi perkembangan usaha
mereka. Dampak positif juga bagi pihak Daarul Qur’an sendiri adalah jadi
18
Wawancara Pribadi dengan Ibu Maswanih, penerima bantuan, Tangerang. 10 Maret
2015. 19
Wawancara Pribadi dengan Ibu Toyanah, penerima bantuan, Tangerang. 18 Mei 2015.
74
dikenal lebih dekat dengan masyarakat. Seperti penuturan berikut dari pak
Rozali:
“...nah menjadi sebuah lembaga yang dikenal lebih dekat dengan
masyarakat sekitar. Menjadi sebuah lembaga yang selalu mendapatkan
kepercayaan dari para donatur...”20
Bagi masyarakat sekitar Pondok Pesantren, adanya pemberian bantuan
modal usaha ini berdampak kepada kemampuan mereka dalam segi
permodalan untuk pengembangan usahanya kearah yang lebih maju dan
berkembang yang secara otomatis hal tersebut berdampak pada peningkatan
kesejahteraan hidupnya, terutama dalam bidang ekonomi.
Artinya program pemberdayaan Daarul Qur’an telah melakukan
peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya pemberdayaan ekonomi
seperti inti dari pemberdayaan adalah membuat masyarakat menjadi berdaya
dan mandiri. Dengan usaha yang berkembang kini masyarakat telah
meningkatkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik lagi. Kini mereka dapat
menghasilkan sesuatu yang berharga.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu
proses yang dinamis, artinya perubahan yang terjadi menuntut adanya
dinamika masyarakat dalam meningkatkan income per capita untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dan mempersiapkan kondisi
ekonomi di masa mendatang.21
Adanya pemberian bantuan modal usaha yang dilakukan oleh Daarul
Qur’an dapat dirasakan beberapa manfaatnya yakni: permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat sekitar Pondok Pesantren terkait tentang masalah
20
Wawancara Pribadi dengan Bapak Rozali, penerima bantuan, Tangerang. 10 Maret
2015. 21
Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h.57-58.
75
permodalan usaha dapat dicarikan jalan keluarnya dengan pemberian bantuan
modal usaha.
Dalam buku Edi suharto keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat
dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi.
Peneliti melihat bahwa adanya indikator keberhasilan program, yakni
terpenuhinya kemampuan individu membeli komoditas kecil seperti membeli
barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari dan kemampuan individu
membeli komoditas besar seperti membeli barang-barang skunder atau tersier.
Untuk melihat perkembangan tingkat penghasilan para penerima manfaat,
penulis membuat sebuah tabel rekapitulasi penghasilan para penerima sebelum
dan sesudah mendapat bantuan modal dari Daarul Qur’an sebagai berikut:
Data Dampak Penghasilan Masyarakat yang Menerima Bantuan
Nama
Penerima
Awal
Modal
Usaha
Besar
Tambahan
Modal
Penghasilan
Sebelum
Mendapat
Pinjaman
Penghasilan
Sesudah
Mendapat
Pinjaman
Besar
Peningkatan
Penghasilan
Ibu
Maswanih
Rp. 600.000 Rp. 1.000.000 Rp. 200.000 Rp 360.000 Rp. 160.000
Bapak M.
Yunus
Rp.5.000.000 Rp. 1.500.000 Rp. 50.000
(keuntungan)
Rp 65.000
(keuntungan)
Rp. 15.000
Ibu Lilis Mengutang Rp. 1.000.000 Rp 135.000 Rp 450.000 Rp 315.000
Bapak Jejen Tidak
diketahui
Rp. 500.000 Rp. 300.000 Rp. 500.000 Rp. 200.000
Ibu
Toyanah
Rp. 500.000 Rp. 1.000.000 Rp. 200.000 Rp 300.000 Rp 100.000
Sumber: wawancara pribadi dengan penerima manfaat (masyarakat), Tanggal 10 Maret 2015
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pemberdayaan ekonomi ini
berdampak kepada masyarakat sekitar pondok pesantren Daarul Qur’an yang
ekonomi lemah. Dengan adanya program ini, masyarakat mengalami
76
peningkatan penghasilan setelah mendapat bantuan modal usaha dari Daarul
Qur’an. Daarul Qur’an telah memberikan solusi dari permasalahan yang
paling sering terjadi di masyarakat yang ingin melakukan usaha berskala
mikro yaitu masalah permodalan. Dan juga untuk menolong mereka dari
jeretan para rentenir yang pada umumnya mencekik mereka, karena tidak
menutup kemungkinan para rentenir masih banyak berkeliaran disekitar
mereka.
72
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan, maka penelitian ini dapat
ditarik kesimpulan mengenai hasil penelitian yang penulis lakukan di PPPA
Daarul Qur’an sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Mengenai evaluasi pelaksanaan pemberdayaan ekonomi bantuan modal
usaha yang dilakukan oleh Daarul Qur’an dilakukan dengan beberapa
tahapan diawali dengan survei wilayah dan sasaran penerima.
Pemberdayaan yang dilakukan Daarul Qur’an adalah dengan memberikan
bantuan modal usaha kepada masyarakat yang ekonomi lemah dan
sifatnya lepas dalam artian akadnya adalah sedekah jadi tidak ada
tanggung jawab untuk mengembalikan.
2. Mengenai evaluasi hasil dari pengamatan penulis dengan adanya bantuan
modal usaha yang digulirkan oleh Daarul Qur’an kepada masyarakat
sangat bermanfaat sekali dan membantu bagi pengembangan modal usaha,
terutama bagi mereka yang telah memiliki usaha. Masyarakat jadi terbantu
sekali dengan adanya program ini, masalah yang dulu menimpa mereka
seperti kekurangan modal yang akhirnya membuat usahanya tidak berjalan
jaditeratasi dengan adanya bantuan modal usaha.
Beberapa masyarakat yang merasakan hasil manfaat dari adanya
pemberdayaan ekonomi bantuan modal usaha yang dilakukan Daarul
Qur’an adalah: (1) Bapak Yunus kini ia dapat mengembangkan usahanya
73
selain peternak lele ia menambahkan usahanya dengan beternak itik; (2)
Ibu Lilis sudah bisa merenovasi rumahnya dan memenuhi kebutuhan
hidupnya menjadi lebih baik lagi; (3) Pak Jejen yang dahulu hanya
berjualan nasi uduk di meja kini ia sudah berani mengontrak kios dan
mengembangkan menjadi usaha warteg; (4) Ibu Maswanih setelah
mendapat bantuan modal dagangannya jadi banyak dan sudah dikenal oleh
banyak orang dan (5) Ibu Toyanah dari usaha nasi uduknya bisa membeli
motor satu.
Daarul Qur’an memiliki peran yang baik dan tepat dalam peningkatan
ekonomi masyarakat sekitar Pondok terbukti yang pada awalnya mereka
membuka usaha kecil-kecilan, kini usaha mereka sudah berubah menjadi
berkembang. Daarul Qur’an memberikan dampak yang positif bagi para
pedagang kecil yang memang membutuhkan suntikan modal untuk usaha
mikro mereka. Karena adanya bantuan modal usaha para pedagang kecil
bisa mengembangkan usahanya, jika usahanya maju kebutuhan sehari-hari
jadi tercukupi. Untuk itu bisa dkatakan bantuan modal usaha sudah
mencapai tujuan dalam meningkatkan penghasilan demi tercapainya
kehidupan yang lebih baik dan sejahtera dan juga adanya bantuan modal
usaha ini meminimalisir peran rentenir yang ada di masyarakat. Dan
dengan adanya bantuan modal usaha, masyarakat jadi terhindar dari jurang
kemiskinan dan mampu berubah menjadimasyarakat yang mandiri dan
berdaya.
74
B. Saran
Dari hasil analisis yang peneliti lakukan mengenai evaluasi pemberdayaan
ekonomi masyarakat melalui bantuan modal usaha oleh Daarul Qur’an di
Ketapang kota Tangerang. Peneliti akan mengemukakan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bantuan modal usaha yang diberikan oleh Daarul Qur’an di Ketapang kota
Tangerang kepada masyarakat sekitar Pondok, hendaknya digunakan dan
dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan masyarakat
diharapkan agar dapat produktif dan inovatif dalam mempertahankan dan
melanjutkan usahanya dengan lebih giat lagi.
2. Pemberdayaan ekonomi melalui pemberian bantuan modal usaha bagi
masyarakat ekonomi lemah cukup baik, namun akan lebih baik jika
masyarakat tersebut diberikan pendampingan dan pengawasan yang lebih
intensif agar mereka selalu semangat dalam menjalankan usahanya dan
juga agar menghindar terjadinya penyalahgunaan dan dan ketidaktepatan
sasaran.
Dengan demikian saran dan harapan yang penulis pandang perlu untuk
disumbangkan, dengan harapan akan memperoleh respon positif dari pihak
yang dituju atau bersangkutan. Mohon maaf apabila penulis salah kata dalam
penulisan skripsi yang berkenaan dengan Daarul Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan,
Intervensi Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001.
___________. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial.
Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002.
Alawiyah, Tutty. Membangun Kesadaran Beragama. Jakarta: Yayasan Alawiyah,
1999.
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi Safruddin Abdul. Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Aziz, Moh. Ali. dkk, ed. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi
Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.
Bariadi, Lili. dkk. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005.
Bisri, Cik Hasan dan Rufaidah, Eva. Model Penelitian Agama dan Dinamika
Sosial Himpunan Rencana Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press,
2012.
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press,
2001.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendeketan Kualitatif.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006.
Hikmat, Mahi M. Metodologi Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan
Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Ismail, Asep Usman. Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial; Sebuah Rintisan
Membangun Paradigma Sosial Islam yang Berkeadilan dan
Berkesejahteraan. Tangerang: Lentera Hati, 2012.
Ismail, Asep Usman, ed. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press, 2008.
_____________. dkk. Pengembangan Komunitas Muslim. Jakarta:FIDKOM UIN
Jakarta, 2007.
Jurdi, Syarifuddin. Sosiologi Islam & Masyarakat Modern Teori, Fakta dan Aksi
Sosial. Jakarta: Kencana, 2010.
Kusmana, ed. Bunga Rampai Islam & Kesejahteraan Sosial. Jakarta: PIC UIN
Jakarta, 2006.
Machendrawaty, Nanih dan Safei, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosada
Karya, 2007.
Prastowo, Andi. Memahami Metode-Metode Penelitian. Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2011.
Salam, Syamsir dan Fadhilah, Amir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syahid, 2008.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosda, 2004.
Sofyan, Ahmad. dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006.
Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
Suhartini, Rr.dkk.Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT
Refika Aditama, 2005.
Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk
Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Wirawan. Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2011.
WS, Ade Ma’ruf dan Heri, Zulfan. Muhamadiyah dan Pemberdayaan Rakyat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Transkrip Wawancara
Penanggung jawab Program Pemberdayaan Pemberian Bantuan Modal Usaha
Di PPPA Daarul Qur’an
A. Data Pribadi
1. Nama Informan : Pak Rozali M. Z
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur Informan : 48 Tahun
4. Alamat Informan : Jalan H. Mawi Parung Bogor
5. Pekerjaan Informan : PJ ComDev / Relawan ComDev
6. Tanggal Wawancara : 10 Februari 2015
B. Wawancara
1. Apa melatarbelakangi berdirinya program ini?
Jawab:Awalnya itu berdirinya sebuah divisi, namanya ComDev
(Community Development). Comdev ini fungsinya untuk mensinergikan
antar masyarakat dengan Pondok Pesantren. Jadi yang selama ini
Pesantren ibarat seperti mercusuar nah bagaimana supaya ada sebuah
kedekatan antar masyarakat dengan pondok pesantren maka dibuatlah
sebuah ComDev. Jadi dimana disitu ada Pondok Pesantren Daarul Qur’an
disitu ada ComDev tapi berpusat di Ketapang karena Ketapang sendiri
merupakan sebuah ya Pesantren yang sangat besar maka pusat kegiatannya
juga adanya disitu Ketapang Cipondoh.
2. Tujuan di Bentuk Program?
Jawab:itu tadi mendekatkan dan memberikan apa namanya peningkatan
kebutuhan bagi masyarakat sekitar Pondok. Peningkatan kebutuhan hidup
seperti itu.
3. Siapa saja yang mendapat bantuan modal usaha ini?
Jawab:sasarannya masyarakat-masyarakat sekitar Pondok yang ekonomi
lemah dan ada yang sifatnya pribadi dan yang berbasis komunitas.
4. Apa kualifikasi atau persyaratan pedagang kecil yang menerima
bantuan modal usaha?
Jawab: yang pertama aktif dimasjid ya semacam marbot kayak gitu atau
istrinya marbot mau dagang gado-gado kan gitu marbot kan punya istri,
atau mantan istrinya marbot gitu ya janda-janda tua-tua yang disekitar
lokasi masjid, pondok. Gak mampu ya kan, yang bener-bener dhuafa, tadi
tuh janda-janda, janda janda yang tua ya bukan janda-janda muda kalo
janda muda gak mau saya jadi bala, hehe janda tua, ya terus ya pokoknya
yang kira-kira panteslah dalam kacamata mustahik.
5. Terus berapa orang yang menerima pak?
Jawab: yang menerima? Saya datanya kurang lebih saat itu ada kurang
lebih. Datanya gak saya simpen sih, saya simpen di, gak bawa itu lagi. Ada
kurang lebih sekitar 45 orang. Iya 45 penerima. Tahun 2012, 2013,
pertengahan 2014 sudah mulai stop. Semenjak saya diminta disini, sejak
saya ditarik kesini. Kan tadinya saya dimasyarakat gak disini. Jadi di
ComDev itu kan kerjanya bukan dikantor dilapangan, saya jadi ngontrak
disana berbaur dengan masyarakat jadi menyatu dengan masyarakat.
6. Berapa jumlah besaran bantuan modal yang diterima oleh masing-
masing Pedagang Kecil?
Jawab: antara 500 sampe 1 juta ga lebih. Maksimal 1 juta.
7. Jenis usaha kecil mereka itu apa saja?
Jawab: Ayam potong, nasi uduk dorong keliling sama makanan lauk pauk
mateng, sama usaha lepet, terus sama gado-gado. Ya rata-rata mereka
emang lapangan usahanya seputar itu sama lagi sembako warung
klontongan. Warung klontongan kan sifatnya tambahan aja tambahan
modal.Oh minuman, minuman itu kemarin ada yang usaha minuman
kayak semacam pop ice kan gitu dirumahnya beli jus.
8. Apakah di Monitoring dan Evaluasi program ini?
Jawab: Awalnya dimonitor setiap 2 pekan. Tapi sekarang enggak, nah
rencananya kita kemarin saya sempat silaturahim lagi ke mereka
rencananya mau diaktifin lagi pengajiannya kan ada pengajian tiap 2 pekan
sekali. Jadi tanggung jawab dalam komunitas ini yang diberdayakan sama
Daarul Qur’an ya cuma ngaji aja sih ikutin pengajian 2 minggu sekali itu
aja gak lebih.
9. Bagaimana cara serah terima dananya?
Jawab: kwitansi dari kantor. Terus kwitansinya sebagai bukti bahwa uang
itu sudah diberikan kepada mereka. Ya disetorkan ini ke TU ke bagian
keuangan. Kan sifatnya lepas jadi ga ada akad untuk mengembalikan itu
memang dana sedekah masyarakat jadi dimanfaatkan untuk masyarakat.
10. Bagaimana tahapan-tahapannya dalam pemberian bantuan modal
usaha?
Jawab: survey dulu, diproses, iya pengenalan. Bagaimana kondisinya dan
ga semua. Awalnya ketika mau melakukan program seperti
initantangannya banyak ga percaya dari pihak tokoh-tokoh masyarakat
dana siapa jangan-jangan dana-danaya begitu. Mereka kan praduga-
praduga dulu jadi kebanyakan kan mending kalo praduganya apa?
praduganya praduga yang negatif dari tokoh dari pimpinan dari aparat
pemerintahan tapi ternyata begitu dijalanin sudah masuk beberapa bulan
nah semakin banyak masyarakat yang bisa merasakan dan mereka semakin
terbuka saya selalu berusaha menyakinkanhal ini di forum-forum. Bikin
pertemuan dengan kelurahan dengan RT RW. Ada RT yang menerima RW
yang menerima ada yang apatis. Kita ini dulu wawancara juga dulu.Usaha
apa nih. Gimana usahanya gitu. Jadi ada alur cerita.
sebelum di survey ada pendekatan person pendekatan pribadi. Kita kenal
dulu nih, kenal dulu orang ini makanya apa? Gak cukup yang namanya
survey tuh satu dua tiga hari, kita jauh dimana tempat datang survey gak
bisa, jadi harus mengikuti proses pengenalan jadi kita harus faham nih
karakter individunya karakter lingkungannya kira-kira orang sini bisa gak
nih untuk bisa digulirkan program seperti ini kayak gitu. Makanya kan
kalo kerja kayak gini gak cukup harus survey satu dua tiga hari kita butuh
pengenalan dengan mereka, kita harus faham dengan mereka, mereka juga
harus faham dengan kita. Itu tadi butuh keberanian. Kalo kita lemah ya
kita jadi manfaat mereka. Pendekatan tokohnya kan itu nanti akan
berhadapan dengan tokoh dengan berbagai macam elemen, ormas,
pemuda, karang taruna.
11. Bagaimana mekanisme sebelum melakukan program?
Jawab: jadi kita lihat orang-orang yang memang kita kenal. Yang punya
kecenderungan ibadah, kita lihat dulu jadi ada pengkajian ga satu dua hari
tiga hari. Gimana keluarganya rajin ibadah gak? makanya salah satunya
apa? kita rekrut yang komunitas-komunitas kayak gitu ojek. Sampe sejauh
mana keikutsertaan mereka untuk ngaji. kan mereka kalo ngaji ga ada yang
mau. Ngaji apa sih? Ditanyakan,disini juga ngaji. Ngaji apa nih ngaji
apa?Ini pengajian tiap 2 minggu sekali. Jadi kita seleksi dulu jadi ga
sembarangan orang-orang yang mau dikasih juga itu pun udah kecolongan
akhirnya kecolongan juga ada beberapa yang ternyata diluar dugaan
kecolongan dia ternyata rajin ibadahnya kurang, ngaji ga mau ikut, pengen
minta duitnya, banyak di lapangan fenomena kayak gitu itu. Itu sekali lagi.
Kita butuh keberanian dan ketegasan si operatornya. Kalo operatornya
lemah udah dimanfaatkan sama mereka.
12. Bagaimana tahapan pelaksanaan program pemberian bantuan modal
usaha?
Jawab: Cukup sekali, nanti kita kontrol, kita lihat bener-bener gak? kan
bantuan itu kan kita bimbing, jadi saya gak ngelepas. Mau usaha apa
misalkan? saya mau usaha nasi uduk nih ustadz, usaha nasi uduk? berapa
modalnya? apa yang dibutuhkan? nanti saya yang menyediakan
peralatannya jangan dia nanti abis buat makan. Nanti misalkan nih
bantuannya berapa nih. Nasi uduk kan paling ga juga pake modal jutaan
kan 500 ribu juga cukup nasi uduk mah yang penting ada punya meja. 500
ribu juga terlalu besar ya kan? orang beras 5 liter 7000 kali 5 udah 35 ribu.
Terus kita kalkulasi nanti. Tahu berapa? kentang berapa? kira-kira yang
dibutuhkan? nah 300 ribu, 200 ribu udah banyak nasi uduk. Nah
selebihnya apa desain meja kan gitu kan? apa aja peralatannya yang gak
punya, nanti kita inih. Saya yang beli ustadz, oke yang beli situ nih mana
notanya gitu. Jadi kita minta bukti.
13. Tahapan evaluasi program bantuan modal usaha seperti apa?
Jawab:evaluasinya saya gitu aja. bagaimana usahanya? Tanya aja. kalo
emang dia mengikuti saran-saran saya ya insya Allah kayak begitu tadi
kan buktinya banyak kan ya kalo nggak rasain sendiri. malah ada yang
kurang nih, wah modalnya segitu. Tambahan lagi dong tadz. mbahmu.
7. Apakah menurut bapak bantuan modal tanpa adanya jaminan
pengembalian dana merupakan cara yang paling tepat dalam
memberdayakan masyarakat?
Jawab: kalo untuk mengelola dana umat itu menurutsaya sebuah cara
yang tepat apalagi kan Indonesia banyak punya dana-dana yang
mengendap. Terutama dana haji. Ya kan? Dana haji berapa miliyar tuh
sampe sekarang? Gak jelas. Akhirnya dipergunakan sama orang-orang
yang gak jelas kan memanfaatkan seperti itu. Mendingan digulirkan. Cari
operator Orang-orang yang memang bisa untuk eee.. artinya apa? mencari
masyarakat yang membutuhkan kayak begitu dan kalo pun gak
dikembalikan ya emang itu dana umat ya kan? Ya dana zakat haji kan dana
umat itu, Lazis. Berapa dana miliyar yang mengendap disitu? Indonesia
sebenarnya kaya bisa keluar dari krisis bisa keluar dari segala
permasalahan ekonomi cuma masalahnya pengelolaaannya aja pimpinan
kita mereka gak ada yang amanah gitu amanahnyasebatas dikonsep doang
ya kan? Daarul Qur’an yang ga diperhitungkan bisa mencari lembaga
bukan berarti saya harus membanggakan diri saya bisa mengontrol
mereka.Daarul Qur’an seperti itu bisa mencari orang-orang yang bisa
untuk mengelola dana ini bisa bermanfaat toh hasilnya kamu bisa liat kan.
dia udah bisa ngontrak berani 500ribu sebulan, dia udah berani pinjem duit
buat bangun rumah kan gitu kan nyatanya.Ya kan?Terus yang satu udah
bisa mengembangkan dengan itiknya. Adalagi orang-orang gitu. ya tadi
bukan, itu kan bagian yang keberhasilannya Bukan berarti bukan tidak ada
yang tidak berhasil. Ada yang tidak berhasil juga.
8. Apa harapan bapak atau PPPA Daarul Qur’an terhadap masyarakat
ketapang pasca pemberian bantuan modal usaha ini?
Jawab: semoga mereka dapat menjadi apa namanya eee.. bagian daripada
masyarakat yang dapat memperhatikan lingkungannya. Dan mereka
menjadi ya menjadi muzzaki lah gak menjadi mustahik lagi.
9. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
ini?
Jawab: pendukungnya? Kalo pendukungnya ya materi aja finansial itu
pokok dan itu tidak bisa dipungkiri gak bisa dinafikan karna ya namanya
pemberdayaan kan kita bukan pelatihan, bukan pelatihan sifatnya.
Pembentukan kualitas sumber daya untuk mempunyai karakter keahlian
bukan. Ini kan sifatnya pengolahan dana, dana sedekah dana donatur kayak
gitu aja. Hambatannya? Kalo hambatannya ya adanya ketidakpercayaan
masyarakat ya terutama masalah dana. Mereka akan bertanya dana
darimana nih? kan begitu, Dana siapa?
10. Hasil atau manfaat apa yang dicapai PPPA Daarul Qur’an sendiri
setelah adanya program pemberian bantuan modal usaha ini?
Jawab: nah menjadi sebuah lembaga yang dikenal lebih dekat dengan
masyarakat sekitar. Menjadi sebuah lembaga yang selalu
mendapatkankepercayaan dari para donatur.
11. Menurut bapak apakah pemberdayaan ini berhasil?
Jawab: Insya Allah berhasil. Kan keberhasilan itu tidak harus 100% kan?
Ada Alhamdulillah yang berhasil masih jalan sih, ada juga beberapa yang
udah gak jalan lagi ya tergantung mereka ini nya sih kalo yang mau
ngikutin arahan saya mereka maju berkembang kalo yang ga mau ya
begitu. Kalo saya kan cuma menyarankan apa? nabung 1 hari gak usah
banyak-banyak dari keuntungan 3 ribu sampe 5 ribu disimpen aja nah
ditaro nanti setelah itu udah masuk sebulan berarti kan 150 ribu taro di
rekening. Rekening itu sekarang buka rekening gak harus 500 ribu 50 ribu
mau kan bri nah kasih buktinya ke saya nih tadz saya sudah nabung nih
ada begitu aja nanti berikutnya nabung lagi 150 ribu sebulan.
Alhamdulillah sih yang begitu jalan, ada yang gak mau ngikutin
kebanyakan yang gak ngikutin banyak. Aah repot tadz, ga berani sama
bank begini-begini, malu tadz ga bisa nulis tadz ya gitu macem-macem.
Ada masih. Malah ada yang punya rumah sekarang udah bagus di
Ketapang. Kita ngarahin gitu aja gak minta hasilnya gak minta berapa-
berapa setornya, nggak ya paling kita singgung-singgung ya sedekah juga
lah dikit-dikit kalo ada rezeki buat anak yatim bagi gitu perhatiin anak
yatim.
12. Diukur dari mana tingkat keberhasilan pada program?
Jawab: dari liat aja dari peningkatan pendapatan ekonomidari situ.
13. Berapa persenkah penerima manfaat yang ekonominya berkembang?
Jawab: yang berkembang?ada kurang lebih sekitar. 30 persen ada. Itu
yang nurut. 30 persen. Lumayan 30 persen, ya kan?Lumayan 30 persen.
udah mengurangi dari 100 persen orang yang susah udah 30 persen yang
berhasil. Bukan tidak mustahil. Mereka juga yang 30 persen pasti akan
mau membantu menjadi muzzaki lagi bukan menjadi mustahik. Menjadi
muzzaki.
14. Kalo dananya habis dipake untuk makan aja bagaimana?
Jawab: Ya biarin gapapa, kan memang udah dana lepas resiko gapapa.
Kan itu bukan dana pribadi kalo pun dana pribadi juga titipan orang yang
untuk sedekahya dimanfaatkan sama orang yang yang rajin ibadah ya
gapapa makanya dipilih yang dikasih bantuan itu orang-orang yang
memang rajinke mesjid kalo pun gak rajin ke mesjid ya liat nih di antara
pasangan itu dia rajin ibadah gak? Gitu aja. Kan emang apa namanya
orientasinya kesitu dana itu bisa dipake sama orang-orang yang
mempunyai kecenderungan ibadah jadi orang para-para sedekahwan para
donatur memberikan dananya ini bahagia dananya dimakan ga
sembarangan orang ya kan? insya Allah mereka juga akan bertambah lagi,
PPPA juga semakin dipercaya, semakin besar dan saya semakin dipake
terus hehe yang penting amanah.
Pedoman Wawancara
Penerima Bantuan Modal Usaha
Di Ketapang Tangerang
A. Data Pribadi
1. Nama Informan : Bu Maswanih
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Alamat Informan : Ketapang Tangerang
4. Bidang Usaha Informan : menjual aneka macam kue khas Betawi,
nasi uduk, dan lontong sayur.
5. Tanggal Wawancara : 10 Maret 2015
6. Tempat Wawancara : Rumah Ibu Maswanih
B. Hasil wawancara
1. Usaha apa yang sedang dijalani?
Jawab: nyuci
2. Apakah rumah yang ibu atau bapak tempati saat ini milik pribadi
atau sewa?
Jawab: ini? Rumah saya ini mah. Rumah peninggalan dari ibu saya.
3. Jualannya dari jam berapa sampe jam berapa ibu atau bapak?
Jawab: ya kalo keluar abis setelah shalat shubuh ya jam 5 atau jam 5
seperempat baru keluar dari rumah gitu. Dari jam setengah 6 sampe
setengah 8 udah pulang paling telat jam 8 lah. Udah banyak bawanya.
Kalo yang biasanya mah jam 7 setengah 7.
4. Bagaimana awal mula ibu mengetahui program pemberdayaan yang
dilakukan oleh PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: ini bapak kerja di tim KASIH.
5. Sejak kapan ibu atau bapak mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: yaah udah lama. Udah ya udah putus modal ampe minjem modal
lagi ama bos itu gitu. Tahun 2014 awal. Sejak pendirian ComDev.
6. Berapa jumlah besaran modal uang yang diberikan oleh PPPA
Daarul Qur’an?
Jawab:1 juta ya kalo gak salah. Bikin gerobak ama modal gitu lah
berikut modal berikut isi,ama buat jualannya.
7. Apakah dana pemberian bantuan modal ini digunakan seluruhnya
untuk modal usaha atau sebagiannya digunakan untuk keperluan
yang lainnya?
Jawab: ya kan bukan itu keperluan lain aja kan bukan khusus untuk buat
dagang. Ya kadang-kadang bisa ampe buat itu. Buat bikin gerobak.
8. Apakah PPPA Daarul Qur’an pernah melakukan pembinaan atau
pendampingan membuat buku kas atau menyuruh menabung?
Jawab: iya ngasih tahu dia.Nabung tiap hari yang waktu belum sakit.
Saya punya tabungan. Ini di sini di inian disitu juga sama. Lagi itu pas
saya mau berhenti dagang disitu saya ngambil ada 900. Jadi sisa 50 kali
ga boleh diambil semua, nanti ngambil lagi bu kalo udah usaha pas ini
sakit dapet 900 saya ambil nanti kalo udah berjalan lagi bu panjangin
lagi. Sekarang saya dibikin buku baru lagi. Kemarin baru nabung dapet
400 kemarin. Dulu emang nabung disitu. Karena bapak nasehatinnya
begitu sisanya dikit tabungin. Bagus banget bapak nasehatinnya ngasih
jalannya gitu sisanya tabungin. Nabung saya. Emang udah lama itu
punya ibu-ibu gituan.Dari bank BTN. Sama itu ibu RT 02. Sekarang 400.
Kalo dia ga sakit kali udah banyak kali.
9. Bagaimana mengelola modal usaha ini? Apakah menyimpan
dirumah atau dibank?
Jawab: saya nabung. Di itu apa sih bank apa namanya itu yang 2 minggu
sekali saya ikut kemarin. Ikut ama ibu-ibu RT itu, RT mili situ. Bank
syariah. Paling 2 minggu ya seadanya sih boleh sih berapa aja boleh.
10. Digunakan untuk apa kalo ditabung?
Jawab:belom. Baru 400. Hehe..baru kemarin sih. Mudah-mudahan aja
seterusnya dapet.
11. Sekalinya nabung berapa?
Jawab:ada 200. Berapa aja boleh sih. Ada 20 boleh aja. Sehari 20 ada 10
naro tuh. Ntar ada 200 jadi dikolektifin dirumah.
12. Berapa modal awal sebelum mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: saya megang duit itu aja 600 kemarin itu. Ya itu diolah
terushingga sampe sekarang nambah nambah nambah itu sebulan gaji
saya itu dapet modal. Terus nambah nambah nambah udah terus nambah
gede terus gitu. Nah sampe dapet sekarang 4 liter. Mudah-mudahan aja
ga putus. Ampe manjang terus.
13. Apakah ada peningkatan dalam usaha ibu atau bapak setelah
mendapat bantuan modal usaha ini?
Jawab:ningkat sih. Nih udah 3 hari ningkat terus nih pendapatan. Karna
orang-orangnya udah banyak yang tahu. Kalo tadi terakhir nih rada
gedean dikit tadi nih. Dari 200 sampe mau 200 lebih. Tadi 360 tadi nih
yang ini nih.
14. Berapa omzet ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: yang saya alamin baru sekarang ini. Pertama kemarin dapet
200pertama tuh pas abis 2 liter terus ningkat lagi 3 liter. Kalo tadi nih
gedean juga nih ampe 360. Berarti pendapatannya pukul rata-rata 250
jadi kelebihannya 50. Jadi keuntungannya antara 30-50ribu kelebihannya
dari sisa belanja.
15. Berapa jumlah penghasilan ibu atau bapak sebelum dan setelah
mendapat bantuan modal usaha?
Jawab:waktu kemarin mah paling 200, abis modalnya belum ada,
dagang sedikit, 200 buat saya belanja aja kurang yang pertama itu, kalo
sekarang kan udah muternya muter banyak gitu nambah nambah
bawanya udah rada banyak.
16. Apakah dari penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi
kebutuhan ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: ya makan mah cukup dari penghasilan dan kelebihan kita.
Berkah dah.
17. Darimana saja pendapatan untuk memenuhi kebutuhan ibu atau
bapak?
Jawab: pemasukannya dari jualan dan nyuci, udah ga ada lagi
pemasukan.
18. Berapa keuntungan yang ibu atau bapak dapatkan?
Jawab: ya kurang lebih segitu lah. Bisa lebih bisa dikit gitu doang. Yang
namanya orang dagang kadang pasang kadang surut gitu doang.
19. Keuntungan yang ibu atau bapak peroleh digunakan untuk apa?
Jawab: ya ada buat makan, masak, buat anak sekolah ya ada sisanya ya
baru dilebihin buat nabung gitu doang. Makanya kalo udah sore ga ada
yang dibeli diiket paket karet ditaro udah ga dipake lagi ntar besok kalo
ada lagi sisanya taro lagi begitu nah ntar waktunya tabungan disono
datang ibunya baru saya bawa kesono gitu.
20. Manfaat apa yang ibu atau bapak rasakan setelah adanya program
bantuan modal usaha?
Jawab: beda lah. Jauh apalagi sebelum dapet bantuan duuh nyeker mulu
hehe.. Makanya rame mah sekarang. Udah tau semua. Ya kalo pada
mesen kue tetep kemari sih. Kemarin buat arisan kemarin lopis. Kemarin
ada nambah nambah juga ada pesenan kue bakal tahlilan.
Pedoman Wawancara
Penerima Bantuan Modal Usaha
Di Ketapang Tangerang
A. Data Pribadi
1. Nama Informan : Pak M. Yunus
2. Jenis Kelamin : laki-laki
3. Umur Informan : 58 Tahun
4. Alamat Informan : Ketapang Tangerang
5. Bidang Usaha Informan : budidaya bibit lele dan peternak itik
6. Tanggal Wawancara : 10 Maret 2015
7. Tempat Wawancara : Rumah Pak Yunus
B. Hasil wawancara
1. Usaha apa yang sedang dijalani?
Jawab: peternak itik
2. Apakah rumah yang ibu atau bapak tempati saat ini milik pribadi
atau sewa?
Jawab: pribadi
3. Bagaimana awal mula ibu mengetahui program pemberdayaan yang
dilakukan oleh PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: dari tim KASIH
4. Sejak kapan ibu atau bapak mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: 2013
5. Berapa jumlah besaran modal uang ng diberikan oleh PPPA Daarul
Qur’an?
Jawab: 1,5. Satu juta setengah
6. Apakah dana pemberian bantuan modal ini digunakan seluruhnya
untuk modal usaha atau sebagiannya digunakan untuk keperluan
yang lainnya?
Jawab: buat usaha. Udah buat usaha aja. Buat usaha lele
7. Apakah PPPA Daarul Qur’an pernah melakukan pembinaan atau
pendampingan membuat buku kas atau menyuruh menabung?
Jawab: ya instruksinya sih begitu. Yaa karna nabung kita belum ga biasa
main di bank, orang apa namanya udah aki-aki begini ga ngerti ga faham
yaudahlah yang penting berkah aja. Yang penting disimpen aja. Yang
penting jalan.
8. Bagaimana mengelola modal usaha ini? Apakah menyimpan dirumah
atau dibank?
Jawab: dirumah.
9. Digunakan untuk apa kalo ditabung?
Jawab: tabungannya diputerin aja udah disitu.
10. Sekalinya nabung berapa?
Jawab: gak pernah nabung. Diputer-puterin aja. Hasilnya itu diputerin.
Dibeliin itik dibeliin iya diproduksi Dikembangin lagi. Jadi tadinya kan
lele sekarang itik. Dikembangin lagi. Ditambahin usaha lagi.
11. Berapa modal awal sebelum mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: modal usahanya sebelum dapet bantuan ya sekitar ya 5 jutaan ada
lah itu mah tambahan aja. Tambahan aja.
12. Apakah ada peningkatan dalam usaha ibu atau bapak setelah
mendapat bantuan modal usaha ini?
Jawab: Alhamdulillah ada.
13. Berapa omzet ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: omzet sehari-harinya belum kita kalkulasikan dah. Masih disitu
aja dah, masih muter aja dah. Ntar beli empannya, buat dedek itik itu.
Yang penting usaha jalan terus masih berjalan.
14. Berapa jumlah penghasilan ibu atau bapak sebelum dan setelah
mendapat bantuan modal usaha?
Jawab: jumlah penghasilan? Wah kalo jumlah penghasilan kita belum
dikalkulasikan ya orang kan dibuat makan, ya 50 ribu lah gitu sekitar
segitu buat makan, apa. Ya begitulah 65 ribu lah.
15. Apakah dari penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan
ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: cukup. Kita mintanya emang kaya? kan cukup. Ya kan? Cukup
buat beli mobil, buat beli motor, buat makan, buat bayar sekolah.
Mintanya cukup bukan kaya. Kalo kaya ga bisa cukup.
16. Darimana saja pendapatan untuk memenuhi kebutuhan ibu atau
bapak?
Jawab: dari itu aja.
17. Berapa keuntungan yang ibu atau bapak dapatkan?
Jawab: tadi kan udah. 50 sebelum dikasih modal terus dikasih ditambah
lagi sejuta setengah 65. Ditambah sebelum dikasih modal 50.
18. Keuntungan yang ibu atau bapak peroleh digunakan untuk apa?
Jawab: muter juga buat makan juga. Ya orang udah gini aki-aki ama
nenek-nenek asal kebeli beras seliter aja juga.
19. Manfaat apa yang ibu atau bapak rasakan setelah adanya program
bantuan modal usaha?
Jawab: ya cukup berkah. Cukup berkah rasanya nyaman kayaknya kita
bersyukur banget orang lain belum tentu bisa mengasih memberikan
bantuan yang orang-orang seperti saya.
Pedoman Wawancara
Penerima Bantuan Modal Usaha
Di Ketapang Tangerang
A. Data Pribadi
1. Nama Informan : Lilis
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur Informan : 41 Tahun
4. Alamat Informan : Ketapang Tangerang
5. Bidang Usaha Informan : Ayam Potong Keliling
6. Tanggal Wawancara : 10 Maret 2015
7. Tempat Wawancara : Rumah Ibu Lilis
B. Hasil wawancara
1. Usaha apa yang sedang dijalani?
Jawab: Potong Ayam Keliling
2. Apakah rumah yang ibu atau bapak tempati saat ini milik pribadi
atau sewa?
Jawab: ini mah dulu dari orang tua dari Jawa dapet bantuan gitu. Ya
punya sendiri. Yang waktu boleh dapet pinjeman mah belum gini. Belum.
Cuma Alhamdulillah Bapak Rozali itu yang bantuan saya jual ayam dikit-
dikit ama kuli nyuci. Masih, kuli nyuci mah masih.
3. Bagaimana awal mula ibu mengetahui program pemberdayaan yang
dilakukan oleh PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: di bilangin RT.
Dulu mah rumah belum begini masih sepotong dari sono kesono nah ini
Alhamdulillah usaha jualan ayam dikit-dikit itu dikumpulin.
Dulu mah sebelum itu, sebelum dapet bantuan dari bapak ituan apa kuli
nyuci gitu, terus jualan ayam dikit-dikit sekarang mah udah Alhamdulillah
buat makan mah hmm baru-baru kesini mah, buat makan mah senin kamis.
Iya saya motong besi manggulin apa? pasir.
Dulu mah bapaknya nyari kerjaan susah mba kesono kesini susah jadi saya
yang nyari kerja. Kuli nyuci 8 pintu pa 12 apa 10 pintu 8 kayaknya mah
dah. sekarang mah udah dapet bantuan dari bapak modal ayam jualan ya
kadang 10 kadang tergantung ya kadang ada yang ramean gitu ituin dari
sono udah dipercaya sekarang jadi kuli nyuci turun, keluar. Jadi satu. saya
udah ini turun bero dibawa ke rumah sakit husada jadinya ini dioper ke
bank ini surat tanahnya buat berobat gitu. sekarang masih kuli nyuci satu
pintu nih disini.
Saya ketemu bapak Rozali mah Alhamdulillah banget kata saya.
4. Sejak kapan ibu atau bapak mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: Udah lama sih. Udah lama. Tau, orang kagak inget itu tanggal
tanggal bulan berapanya mah. 2012 kali ya. 2012 atau 2000 berapa coba
tanya pak Rozali. Orang kagak inget.
5. Berapa jumlah besaran modal uang yang diberikan oleh PPPA
Daarul Qur’an?
Jawab: 1 juta.
6. Apakah dana pemberian bantuan modal ini digunakan seluruhnya
untuk modal usaha atau sebagiannya digunakan untuk keperluan
yang lainnya?
Jawab: buat usaha. Tadi dibikin gerobak seitu separo gerobaknya. Karna
hujan karna itu saya ngebangun, rusak. Udah di foto waktu itu udah rusak
ancur. Orang tempat tidur aja pada ancur yang waktu ngebangun ini
renovasi. Orang kemarin mah segini doang kesono ama kamar mandi. Ga
diubin ga dipelur dulu mah sampe kesono plong aja tanah gitu.
7. Jualannya dari jam berapa bu?
Jawab: Dari jam? Tergantung saya mah kadang jam 5 lebih kadang
setengah 6 tergantung keburu, pokoknya setengah 6 dah udah keluar. Gak
nentu, kadang jam 10 kadang jam 11 kalo pulang mah pulang jualan mah
tergantung udah habisnya.
8. Apakah PPPA Daarul Qur’an pernah melakukan pembinaan atau
pendampingan membuat buku kas atau menyuruh menabung?
Jawab:Ya nabung ya disuruh, cuma nabung dikit-dikit kadang dipake lagi
kalo pas sakit diambil lagi gitu. kadang nabung ama tetangga. Kadang, Ya
nabung gede mah ga ada. Kalo pas sakit kan diambil lagi. Kayak mau ini
nih mau periksa ini. Ada tabungan pak 700 saya ambil eh kaga bisa
katanya harus ke Cicendo katanya. Pernah. Kan kalo ada dirumah gitu ntar
cuma suka kepake lagi kalo pas sakit ya namanya penghasilannya ga
nentu.
9. Bagaimana mengelola modal usaha ini? Apakah menyimpan dirumah
atau dibank?
Jawab: sekarang mah udah enggak, ya dulu mah suka itu kadang 10ribu.
nih di bu haji dulu. Sekarang mah udah enggak paling megang sendiri aja
gitu abis kagak enak asal ada itu diambil baru berapa diambil kasian
nulisnya dibagi enggak dia, kalo dibagi juga gak mau udah biarin aja
katanya gitu.
10. Digunakan untuk apa kalo ditabung?
Jawab: ya itu kalo pas sakit diambil. Kayak kemarin ada 200ribu udah
pake periksa anak saya yang pertama, terus saya yang 150 yang 115, terus
anak saya yang gede kayaknya 45 apa 75 dah.
11. Sekalinya nabung berapa?
Jawab: ya ga nentu kadang 10 sehari. Kadang ya ada 20 ya 20 gitu. Ini
mah lagi kosong lagi kemarin abis diambil abis pada sakit. Diurut
dibekam.
12. Berapa modal awal sebelum mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: diutangin, belum ada modal jadi diutangin. Cuma dulu mah
ngutang, ngutang-ngutang terus kalo ngambil 5 ayam juga kan ngutang
kalo sekarang mah 5 10 udah Alhamdulillah ga ngutang. Ntar tadinya mah
kan gak itu. Cuma liat kesini liat kesini. ibu emang rumahnya, iya ya dulu
mah kan serebu juga ga boleh yah ga boleh itu untung ayam paling berapa
bu katanya yaudah kata saya kerumah aja saya mah enggak gak
bakalanbohongkata saya begitu eh datang kesini terus datang kesini diliat
yaudah bu kalo itu mah gitu. Terus ngutang,dari mulai 3 biji tuh cuma
keburu kesambung ama. Alhamdulillah berkah dah sampe sekarang kata
saya.
13. Apakah ada peningkatan dalam usaha ibu atau bapak setelah
mendapat bantuan modal usaha ini?
Jawab:Alhamdulillah, sebelum dapet bantuan mah ya bukan segituan.
Yaah kalo diomongin mah, makan juga kadang sekarang macem
Alhamdulillah dari tetangga juga udah ituin. Kata saya udah jangan suka
pada ngasih terus kalo masak kan kadang nih dari sini dari sini.
Alhamdulillah saya punya tetangga dimana-dimana Alhamdulillah.
14. Berapa omzet ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: ga nentu soalnya saya mah. Gak ituan, cuman kalo dari satu ayam
gitu 5 ribu dari satu ayam gitu cuma dipotong bumbu gitu. Dikuningin jual
ayam kuning yah ada yang mentah ya dijual yang mentah gitu ada yang
itu.
Tapi Alhamdulillah mba ada bantuan berkah dah gitu. Dulu mah pengen
kalo ada yang sumbangandari masjid juga boro-boro bisa nyumbang kata
saya paling maaf paling serebu sekarang yah Alhamdulillah tiap minggu
gedenya 10 kecilnya 5 ribu mah kalo baitul amil kan tiap minggu datang
ya. Alhamdulillah udah bisa, ya buat jajan anak juga udah gak ngutang-
ngutang kalo kemarin mah kan, buat makan, makan dulu udah itu baru
dibayar seminggu sekali gitu. Ngambil beras ngambil dulu gitu beras
sayuran juga Alhamdulillah pada ituan kadang dibagi ama sekarang mah
Alhamdulillah dah beli gitu hehe..gak makan boleh ngutang sekarang
Alhamdulillah gak diituin bisa ngebantu orang tua, kan orang tua juga
susah dikampung lagi.
15. Berapa jumlah penghasilan ibu atau bapak sebelum dan setelah
mendapat bantuan modal usaha?
Jawab: kalo sebelum mah ya namanya ayam 3 kali itu paling 15ribu kalo
sebelum dapet bantuan. Ya kalo sekarang mah Alhamdulillah lebih. Ya
kalo 30 mah dapet 25 30 dapet yah namanya ayamnya 10 paling itu
kadang 8.
16. Apakah dari penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan
ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: Alhamdulillah sekarang mah buat makan mah. Cuma belum bisa
nabung doang gitu. Nabung kan kalo lagi ada kan nabung 10ribu 20ribu
ntar kalo lagi pas sakit diambil gitu belum bisa nabung gak diambil gitu
jadinya kalo itu aah ada simpenan daripada minjem ke tetangga ya
mendingan ambil simpenan buat berobat.
17. Darimana saja pendapatan untuk memenuhi kebutuhan ibu atau
bapak?
Jawab: ya saya dari kuli nyuci 350, bapaknya seminggu kadang ngasih
300 gitu, terus anak yang laki ngasih. Kalo anak yang perempuan juga
Alhamdulillah mba punya anak ngerti ngajar les disini di bu Haji Ros les
SD ama TK kadang sebulan dikasihada. Tergantung banyaknya yang
lesnya kan kalo les bayar gak les gak bayar sekali les 3000 satu orang,
terus kadang jualan kue di sekolah.
18. Berapa keuntungan yang ibu atau bapak dapatkan?
Jawab: ya kalo dari satu ayam 5 ribu. Kadang habis 8 kadang 7. Kadang
10 gitu.
19. Keuntungan yang ibu atau bapak peroleh digunakan untuk apa?
Jawab: makan nambah-nambahin sekolah.
20. Manfaat apa yang ibu atau bapak rasakan setelah adanya program
bantuan modal usaha?
Jawab: ya Alhamdulillah kata saya juga ketutup buat ngaji gitu. Ngaji kan
sebulan. Ngaji tiap malam bayarannya kan sebulan sekali. Kalo dulu mah
udah gak boleh bayaran ceu yang penting mah eceu ngaji rajin pak Rozali
juga tau ibu Masnih cuma saya sekarang mah udah Alhamdulillah kata
saya mudah-mudahan aja saya sehat nih dikasih sebulan gocap ya guru
ngaji kalo, ya kalo. malam jumat doang yang nggak, malam jumat kan
pere yasinan ibu gurunya gitu. Terus buat les, buat les 200 sebulan. Tapi
kalo ada. Cuma kalo ada dapet dari itu dari sekolahan yang BSM
ditambahin lagi buat les gitu kalo lagi itu mah kan kadang nunggak.
Pedoman Wawancara
Penerima Bantuan Modal Usaha
Di Ketapang Tangerang
A. Data Pribadi
1. Nama Informan : Pak Jejen Sukardi
2. Jenis Kelamin : laki-laki
3. Umur Informan : 54 Tahun
4. Alamat Informan : Ketapang Tangerang
5. Bidang Usaha Informan : nasi uduk
6. Tanggal Wawancara : 10 Maret 2015
7. Tempat Wawancara : Rumah Pak Jejen
B. Hasil wawancara
1. Usaha apa yang sedang dijalani?
Jawab: nasi uduk.
2. Apakah rumah yang ibu atau bapak tempati saat ini milik pribadi
atau sewa?
Jawab: rumah mah rumah sendiri Alhamdulillah.
3. Bagaimana awal mula ibu atau Bapak mengetahui program
pemberdayaan yang dilakukan oleh PPPA Daarul Qur’an?
Jawab:ini dulu tim ojek yang diberdayakan sama Daarul Qur’an. Tim ojek.
Ojek daqu. Tim ojek Daarul Qur’an. Jadi dulu Daarul Qur’an bikin yang
namanya tim ojek. Kerjasama seperti itu. Nah seiring dengan perjalanan
jadi anggota tim ojek istri beliau ini punya niatan mau usaha nasi uduk
ngajuin saya.
4. Sejak kapan ibu atau bapak mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: tahun berapa lupa ya..ini lah 2013 kali ya. 2013 an kali ya.
5. Berapa jumlah besaran modal uang yang diberikan oleh PPPA Daarul
Qur’an?
Jawab: ya saya dikasih gerobak sama uang Rp. 500.000.
Jualan juga saya dimeja ya dikit ya, begitu ini saya kembangin begitu ada
sumbangan dari daqu saya pake gerobak jualan pindah kedepan ke pinggir
jalan sana tadinya saya disini aja, terus saya kedepan pake gerobak ya
Alhamdulillah bantuan dari daqu saya bisa berkembang gitulah. Kalo
jualan Cuma 2 jam, jam 6 saya keluar jam 7 jam 8 saya udah pulang
kadang bisa satu jam kalo jualan sarapan paginya, tapi kalo ini yang
sekarang sih ampe malam saya.
6. Apakah dana pemberian bantuan modal ini digunakan seluruhnya
untuk modal usaha atau sebagiannya digunakan untuk keperluan
yang lainnya?
Jawab: ya untuk usaha. gak saya campur-campurin, emang saya buat
usaha. emang tujuan saya buat jualan buat usaha, gak saya buat lain-lain.
7. Apakah PPPA Daarul Qur’an pernah melakukan pembinaan atau
pendampingan membuat buku kas atau menyuruh menabung?
Jawab:oh.. kalo itu sih ya, ya mungkin tanpa disuruh juga kalo saya udah
ini bisa-bisa aja. Nggak sih nggak.Semua orang ya nyaranin mungkin
kayak begitu kalo udah berjalan lancar mah sisihkan sebagian rezeki ya
begitu. Ya cuma sementara ini saya belum bisa kayak begitu.
Ini juga modal boleh dikata kan ya pas-pasan lah, puterannya kayak gitu
aja. Modal saya 500 yaudah 500 itu aja saya puter udah. Sementara saya
belum bisa bersayap belum bisa masih ya kepotong buatkebutuhan itu aja.
Kan biaya-biaya tak terduga banyak kadang-kadang buat kondangan yang
ke arisan apa gitu, seperti kemarin saya, saya ini minggu kemarin aja itu
180 kondangan aja belum bawa-bawaanya ya kan kita ngambil darimana
emang dari situ kan kayak gitu. Ntar nih yang anak tasnya rusak lah yang
sepatunya jebol lah ya kan ngambil dari situ makanya kita belum bisa gitu
menabung, menyisihkan perhari sekian perhari sekian nanti sih ada, ada
punya tekanan dimatikan uang perhari umpama 50 ribu. Untuk apa kalo
kita ntar buat seminggu juga udah kepake lagi kan. Sementara berjalan
masih seperti itu aja. Mau minjem-minjem juga kita minjem kemana ya
kan.
8. Bagaimana mengelola modal usaha ini? Apakah menyimpan dirumah
atau dibank?
Jawab: ya dirumah lah segitu aja dirumah. Itu kan udah putaran setiap hari.
Saya berjalannya ya Alhamdulillahnya ya pokoknya itu setiap hari
pengeluaran yang rutin buat anak sekolah ya paling kecil dah 50ribu. Pagi-
pagi jam 6 tuh udah keluar duit 50ribu. Udah rutin pengeluaran saya.Udah
ga bisa ditunda-tunda itu. Karena itu kan ya. Minimal kalo ekonomi rumah
tangga ya 100 ribu lah udah ama uang makan. Iya satu hari. Ya tapi
Alhamdulillahya Allah kasih jalan pasti ketemu.
9. Berapa modal awal sebelum mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: waduh saya kurang tau dah kalo itu mah, sebisa-bisa saya aja ya.
Saya bikin 8,2 liter apa 3 liter. Saya ada peningkatan emang dimana? dari
daqu bisa berkembang.
10. Berapa omzet ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: yang sekarang nih. Yang sekarang 500 lah. Kita pukul rata 500 an
lah ya. Sebelumnya ya 300-250 kalo yang dagang nasi uduk pake gerobak.
Paling gede ya 300, ada yang 200-250 an sampe 300 an. Kalo sekarang 500
ya kita pukul rata 500 dah.
11. Apakah dari penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan
ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: ya sementara ini sih kita masih cukup. Tinggal kita bagaimana.
Soalnya kita tenaganya terbatas. Kadang-kadang kita pengen ngolah ini
ngolah ini udah gak keburu dengan waktu. Barang yang sudah saya beli
belum ke olah. Saya kalo lagi/berpikir muter bagaimana caranya gitu kalo
kita mau pake pembantu kayaknya belum bisa begitu. Suatu saat saya
bakalan pasti kita bakal saya kembangin kayakbegitu. Kalo sekarang
sementara saya belum bisa masih kita tangani berdua aja.
12. Darimana saja pendapatan untuk memenuhi kebutuhan ibu atau
bapak?
Jawab: ya dari hasil itu aja. Saya sudah gak ngojek kan. Pokoknya hasil
udah. Dari hasil jualan aja.
Itu saya belum bisa istilah menabung diluar saya belum bisa. Masalahnya
ya puterannya masih kayak begini aja. Ya nabungnya begitu aja paling saya
sisihkan ya untuk kontrakan perbulannya 500 itu harus kan. Kita sisihkan
ya 20 ribu atau berapa gitu ya kan yang penting itu minimal per bulan kita
itu kan ketemu buat konrtakan begitu, udah ketemu kita buat sehari-hari
buat sehari-hari kita makan ketemu buat bayar kontrakan begitu. Kalo
untuk menabung kita diluar rumah ya sementara sekarang ini saya belum
bisa.
13. Berapa keuntungan yang ibu atau bapak dapatkan?
Jawab: wah kalo keuntungan saya kurang tau, karna itu istri saya yang
megang ya, ya saya kurang tau dah kalosoal kelebihan mah ya. Ya itu
minimal sih kalo menurut saya mungkin ya 100 atau 100 lebih mungkin
ada kali ya. Ya mungkin 100ribu an kali ya.
14. Keuntungan yang ibu atau bapak peroleh digunakan untuk apa?
Jawab: untuk biaya sekolah ama makan. Yaudah gitu puterannya kayak
begitu aja.
15. Manfaat apa yang ibu atau bapak rasakan setelah adanya program
bantuan modal usaha?
Jawab: ya manfaat yang kita rasa ya gimana ya agak lega aja kita ga begitu
kepusingan begitu mengenai modal. Kita memang istilah kata pinjem-
pinjem tetangga emang belum pernah gak bisa bukannya apa emang ga
bisa ga pernah gitu. Ya untung ada daqu lah kita ngajuin begitu proses-
proses begini dibantu ama pak Rozali ya cepat keluar yaudah saya
Alhamdulillah itu langsung dikasih gerobak. Ya dagangan saya agak
meningkat gitu.
Ya Alhamdulillah memang sangat membantu. Bukan membantu-bantu lagi
yang saya syukuri banget itu Alhamdulillah. Ya untuk saya bermanfaat
banget gitu ya, ya ga tau bagi orang lain. Kalo untuk saya, Emang saya
manfaatin kesitu gak kemana-mana. Gak kemana-mana lagi. Emang saya
manfaatinbuat tujuannya buat usaha.
Pedoman Wawancara
Penerima Bantuan Modal Usaha
Di Ketapang Tangerang
A. Data Pribadi
1. Nama Informan : Toyanah
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur Informan : 44 Tahun
4. Alamat Informan : Ketapang Tangerang
5. Bidang Usaha Informan : nasi uduk dan kopi
6. Tanggal Wawancara : 18 Mei 2015
7. Tempat Wawancara : Rumah Ibu Toyanah
B. Hasil wawancara
1. Usaha apa yang sedang dijalani?
Jawab: kalo pagi nasi uduk warung kopi, pagi-pagi saya jualan uduk
gorengan dah ama kopi.
2. Apakah rumah yang ibu atau bapak tempati saat ini milik pribadi
atau sewa?
Jawab: enggak, rumah asli sendiri.
3. Bagaimana awal mula ibu atau Bapak mengetahui program
pemberdayaan yang dilakukan oleh PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: dari pak RT. Saya kan lapor pak RT tolonglah orang saya pengen
modal gitu, terus sama dia diituin diunjukin ke dia pak Rozali.
4. Sejak kapan ibu atau bapak mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: hmm yaudah setahun lalu lah, kirain tiap tahun kali kata saya mah
ini udah lewat, bareng ama dia tadi. Barengan saya kalo gak salah sama
siapa lagi ya ada.
5. Berapa jumlah besaran modal uang yang diberikan oleh PPPA
Daarul Qur’an?
Jawab: sejuta. Suruh ngerapiin warung itu waktu itu ya buat belanja dikit
kebagiannya. Ngerapiin warung kan suruh di cat merah begitu tuh
warnanya. Ada juga belum rapi gitu maksudnya jadi buat ngerapiin dulu
gitu. Sisanya tuh baru belanjain.
6. Apakah dana pemberian bantuan modal ini digunakan seluruhnya
untuk modal usaha atau sebagiannya digunakan untuk keperluan
yang lainnya?
Jawab: saya tabungin sisanya. Ntar gampang kalo lagi kurang saya ambil
lagi begitu maksud saya mah. Ya usaha ya paling sisain, kan udah ada
semuanya. Kan udah semuanya yaudah udah semuanya udah ada yah
sisanya dah saya taro begitu. Ya kadang-kadang ya kalo lagi itu ya buat
usaha sih ya orang semuanya ada penuh. Beras udah semuanya ada dibeli
paling sisa ya besok kalo lagi kurang bisa nambahin lagi apa yang belom
ada begitu.
7. Apakah PPPA Daarul Qur’an pernah melakukan pembinaan atau
pendampingan membuat buku kas atau menyuruh menabung?
Jawab: iya nyuruh buat nabung emang ya nyuruh sih ada lebihnya dikit
tabungin begitu. Nabung sih saya. Ya nggaklah Paling kalo lagi ada aja
gitu nabung bakal jaga-jaga kalo kurang modal apa gitu, nabung saya juga.
Sisa-sisanya saya tabungin gitu.
8. Bagaimana mengelola modal usaha ini? Apakah menyimpan dirumah
atau dibank?
Jawab: di sekolahan kalo gak salah. Sekolahan apa dimana, kadang-
kadang di bank juga, bank syariah. Nitip ama teman aja enak ga ada
potongan hehe..
9. Sekalinya nabung berapa?
Jawab: kalo lagi ada ya bisa 50 seminggu bisa. Kalo gak salah 2 minggu
sekali dah. Bisa 100 ya sak ini nya dah. Bisa lebih dari itu.
10. Berapa modal awal sebelum mendapat bantuan modal usaha dari
PPPA Daarul Qur’an?
Jawab: dulu, ya kurang lebih gede juga sih ya diatas 500 lebih sih emang
kadang-kadang ampe dari uang bapak saya satuin pake lah abis belum ada
bantuan jadi ya gimana ya.
11. Apakah ada peningkatan dalam usaha ibu atau bapak setelah
mendapat bantuan modal usaha ini?
Jawab: ya Alhamdulillah sih namanya. Ya namanya orang jualan ya
kadang-kadang ada sepi ada rame gitu. Alhamdulillah depan jalanan mah.
12. Berapa omzet ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: sehari kalo gak salah kurang lebih 300, jadi satu dah tuh. 300 dah
sehari tuh. Pagi jualan nasi uduk sih. Kalo siang kopi gini aja dah
makanan-makanan ringan kopi tuh.
13. Kalo sebelum dapat bantuan berapa bu?
Jawab: penghasilan sebelum ada itu ya. Penghasilan ya orang dikit
modalnya ya kurang lebih 200 begitu orang modalnya ga ada. ya
Alhamdulillah sih berkah.
14. Apakah dari penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan
ibu atau bapak sehari-hari?
Jawab: oh cukup banget cukup, lebih dari cukup. Tercukupi banget.
15. Darimana saja pendapatan untuk memenuhi kebutuhan ibu atau
bapak?
Jawab: dari ibu dan bapak. Bapak kerja.
16. Berapa keuntungan yang ibu atau bapak dapatkan?
Jawab: paling kalo kan ntar dibelanjain abisnya 150 an tuh ya sisanya
masih ada sih gitu. Sisa kan kalo gak salah masih bangsa 100 lebih dah
begitu sisa belanja itu yang buat itu aja dah.
17. Keuntungan yang ibu atau bapak peroleh digunakan untuk apa?
Jawab: kadang-kadang tuh yang ada sisanya dikit 50ntar buat makan bisa
begitu. Ntar ada 100 itu ya saya kalo ga ada halangan apa-apa mah ya bisa
sih saya iniin bisa. Kadang-kadang barengin listrik dah tuh kan begitu.
18. Manfaat apa yang ibu atau bapak rasakan setelah adanya program
bantuan modal usaha?
Jawab: Ya saya ampe gimana ya hehe orang dapat bantuan. Saking itunya
begitu girang banget deh saya senang gitu dapat bantuan. Saya emang buat
usaha iya begitu. Bisa maju begitu usaha.
Alhamdulillah udah kebeli motor saya juga itu.Alhamdulillah banget saya
ampe dapet kebeli motor satu tuh ngambil aja dari tabungan.
cccc