Nur Saumi (8146132052) A1W AP Kepengawasan Unimed

34
Tugas Mata Kuliah Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 4 TEBING TINGGI OLEH : NUR SAUMI NIM : 8146132052 Kelas A1W Prodi Administrasi Pendidikan Kepengawasan Dosen : Dr. DARWIN, M. Pd PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN 2015

description

Peningkatan mutu

Transcript of Nur Saumi (8146132052) A1W AP Kepengawasan Unimed

  • Tugas Mata Kuliah Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan

    PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF

    TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 4 TEBING TINGGI

    OLEH :

    NUR SAUMI

    NIM : 8146132052

    Kelas A1W

    Prodi Administrasi Pendidikan Kepengawasan

    Dosen :

    Dr. DARWIN, M. Pd

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

    MEDAN

    2015

  • i

    KATA PENGANTAR

    Segenap puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

    rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan

    judul Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Produktif Terhadap Mutu

    Pendidikan Di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi.

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah evaluasi dan

    penjaminan mutu pendidikan dan juga dengan harapan dapat bermanfaat bagi

    penulis sendiri maupun yang membaca makalah ini.

    Demikian makalah ini saya selesaikan. Kami menyadari bahwa proposal ini

    masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang sifatnya membangun akan

    saya terima untuk pembenahan pengetahuan saya selanjutnya.

    Medan, Maret 2015

    NUR SAUMI

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................ i

    DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5

    D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5

    BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 6

    A. Kompetensi Profesional Guru .............................................. 6

    B. Peningkatan Kompetensi Guru Produktif ............................. 16

    C. Mutu Pendidikan SMK ........................................................ 18

    D. Pembahasan ......................................................................... 21

    BAB III PENUTUP ................................................................................ 27

    A. Kesimpulan .......................................................................... 27

    B. Saran ................................................................................... 29

    DAFTAR PUSTAKA

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terdapat jenjang

    pendidikan berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyatakan SMK

    adalah suatu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

    dan keterampilan sehingga siswa memiliki kemampuan sebagai tenaga kerja

    tingkat menengah yang terampil, terdidik dan profesional, serta dapat

    mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi.1

    Struktur kurikulum pendidikan kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan

    (SMK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk menguasai dan memiliki

    keterampilan dalam bidang keahliannya, maka siswa SMK harus memenuhi syarat

    yaitu mengikuti pembelajaran mata pelajaran produktif. Kelompok mata pelajaran

    produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta

    didik agar memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.

    Adapun mata pelajaran yang diajarkan dalam pelajaran produktif merupakan teori

    dan praktek sesuai dengan bidang jurusan masing-masing. Mata pelajaran

    produktif merupakan bidang keahlian yang seharusnya membekali siswa secara

    skill yang siap menghadapi dunia usaha dan dunia industri.

    Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan

    menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja.

    Pendidikan kejuruan mempunyai arti yang bervariasi namun dapat dilihat suatu

    benang merahnya. Menurut Evans dalam Djojonegoro mendefinisikan bahwa

    pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan

    seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu

    bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya.2 Dengan pengertian

    bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang bidang studi

    1 Pasal 1, Undang-undang No. 20 Tahun 2003

    2 Djojonegoro, Pengembangan SDM melalui SMK, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hal 54

  • 2

    tersebut dipelajari lebih mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai

    bekal memasuki dunia kerja. Ini mengacu pada pada isi Undang-Undang Sistem

    Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai tujuan pendidikan

    nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan

    merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama

    untuk bekerja di bidang tertentu.3

    Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik

    untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Pengertian ini mengandung pesan

    bahwa setiap institusi yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan harus

    berkomitmen menjadikan tamatannya mampu bekerja dalam bidang tertentu.

    Berdasarkan definisi di atas, maka sekolah menengah kejuruan sebagai sub

    sistim pendidikan nasional seyogyanya mengutamakan mempersiapkan peserta

    didiknya untuk mampu memilih karir, memasuki lapangan kerja, berkompetisi,

    dan mengembangkan dirinya dengan sukses di lapangan kerja yang cepat berubah

    dan berkembang. Tercapai tidaknya tujuan di atas sangat tergantung pada

    masukan dan sejumlah variabel dalam proses pendidikan. Salah satu variabel

    dalam proses pendidikan yang menentukan keterampilan siswa dalam bidang

    kejuruan adalah guru. Guru produktif yang memberikan kontribusi ilmu,

    keterampilan serta pengalaman kepada siswanya. Oleh karena itu guru produktif

    sudah seharusnya memiliki kompetensi profesional yang senantiasa mengikuti

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Guru sebagai sumber daya manusia (SDM) yang ada di SMK mempunyai

    peranan yang sangat menentukan dan merupakan kunci keberhasilan dalam

    mencapai tujuan pendidikan, karena guru adalah pengelola pelaksanaan kegiatan

    belajar mengajar (KBM) bagi para siswa. Agar pelaksanaan KBM ini berjalan

    dengan efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran maka harus

    diciptakan guru yang profesional dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan SMK

    baik jumlah, kualifikasi maupun spesialisasinya.

    Mutu guru atau profesionalisme guru tidak lepas dari proses pembinaan

    guru baik pembinaan langsung oleh kepala sekolah dan pengawas atau juga oleh

    3 Pasal 3, Undang-undang No. 20 Tahun 2003

  • 3

    Pusat-pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga

    Kependidikan (P4TK). Namun pada kenyataannya, guru produktif kurang

    memiliki keterampilan dalam bidangnya. Hal ini terlihat dalam kegiatan

    pembelajaran produktif yang kurang memanfaatkan teknologi canggih yang telah

    disediakan di sekolah. Guru produktif hanya mengandalkan pengetahuan dasar

    kuno yang dimiliki mereka. Termasuk di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi yang

    merupakan sekolah yang memiliki kejuruan pertanian.

    Dalam mengolah lahan pertanian, siswa masih menggunakan teknologi

    kuno yaitu dengan cangkul. Sedangkan untuk pembibitan, perawatan dan

    peningkatan mutu produksi masih sama seperti petani yang belajar otodidak

    lainnya. Ini mengakibatkan masyarakat kurang berminat untuk memilih jurusan

    tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa tanpa harus sekolah pada jurusan juga

    mampu bertani. Padahal seharusnya banyak ilmu yang bermanfaat dapat

    dikembangkan dalam jurusan pertanian tersebut. Selain karena negara kita yang

    merupakan negara agraris, untuk berwira usaha pertanian juga merupakan

    alternatif dalam memperbaiki kehidupan keluarga. Hal ini berdampak pada mutu

    sekolah.

    Dari data guru yang didapatkan, masih terdapat guru yang bukan merupakan

    lulusan dari perguruan tinggi keguruan atau tidak memiliki latar belakang

    kependidikan atau keguruan. Hal ini menyebabkan guru-guru tersebut hanya

    mengandalkan pengalaman untuk melakukan pembelajaran. Karena pada

    perguruan tinggi non keguruan tidak ada kurikulum mengenai pendidikan

    sehingga tidak belajar bagaimana cara memahami peserta didik, cara membuat

    rencana pembelajaran, bagaimana melaksanakannya di dalam kelas dan

    bagaimana melakukan evaluasi pembelajaran.

    Selain itu, masih banyak siswa yang belum memenuhi standar ketuntasan

    minimal untuk mata pelajaran produktif. Salah satu indikator ini di tunjukkan

    antara lain dengan nilai ulangan akhir sekolah mata pelajaran produktif baik

    praktek maupun teori dua tahun terakhir yaitu tahun pelajaran 2013/2014 dan

    2014/2015 masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Hal tersebut

  • 4

    menunjukkan bahwa pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran produktif

    belum sepenuhnya efektif.

    Dari hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum di

    sekolah yang diteliti dinyatakan bahwa masih banyak guru yang bingung dalam

    menyusun perangkat pembelajarannya yang baik karena mata pelajaran produktif

    selalu berubah sesuai tuntutan silabus setiap semesternya. Selain itu fasilitas

    belajar seperti media pembelajaran jarang digunakan, hal ini menunjukkan bahwa

    penguasaan kompetensi profesional guru belum maksimal. Bahkan beberapa guru

    kurang menguasai mata pelajaran produktif yang akan disampaikannya, sehingga

    kegiatan pembelajaran tidak mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

    Akhirnya siswa kurang memiliki keterampilan sesuai jurusannya yang akhirnya

    berdampak pada mutu pendidikan di sekolah tersebut.

    Berdasarkan gambaran di atas, peneliti tertarik melakukan kajian tentang

    kompetensi profesional guru produktif dalam pemenuhan mutu pendidikan di

    sekolah. Hasil kajian diharapkan memberikan gambaran tentang penguasaan

    kompetensi profesional guru mata pelajaran produktif. Penguasaan kompetensi

    profesional guru ini bisa menjadi tolak ukur mutu pendidikan di sekolah terutama

    pada program keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat diduga adanya pengaruh

    penguasaan kompetensi profesional guru mata pelajaran produktif Program

    Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura terhadap mutu pendidikan

    di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi. Oleh sebab itu, kajian permasalahan diarahkan

    kepada :

    1. Bagaimana pola peningkatan kompetensi profesional guru mata pelajaran

    produktif Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

    SMK Negeri 4 Tebing Tinggi secara teoretis ?

    2. Bagaimana mengatasi kendala kompetensi profesional guru mata pelajaran

    produktif Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

    SMK Negeri 4 Tebing Tinggi ?

  • 5

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban secara teoretis atas

    permasalahan yang ada, secara operasional tujuan dari penelitian ini dirumuskan

    sebagai berikut:

    1. Untuk pola peningkatan kompetensi profesional guru mata pelajaran

    produktif Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

    SMK Negeri 4 Tebing Tinggi

    2. Untuk mengetahui pola mengatasi kendala kompetensi profesional guru

    mata pelajaran produktif Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan

    Hortikultura SMK Negeri 4 Tebing Tinggi

    D. Manfaat Penelitian

    Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

    memberikan masukan terhadap upaya peningkatan kualitas guru Mata Pelajaran

    Produktif Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK

    Negeri 4 Tebing Tinggi. Secara operasional manfaat yang diharapkan dari hasil

    penelitian ini adalah:

    1. Bagi guru dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui kompetensi

    profesional yang telah dimiliki, sehingga dapat digunakan sebagai tolok ukur

    usaha meningkatkan profesionalitasnya.

    2. Bagi guru dan siswa informasi tentang interaksi belajar mengajar yang

    telah berlangsung dapat menjadi pertimbangan dalam memperbaiki sistem

    pembelajaran sebagai usaha meningkatkan prestasi belajar siswa.

    3. Bagi kepala sekolah dapat menjadi fakta tentang kondisi objektif kompetensi

    profesional guru mata pelajaran produktif, sehingga menjadi dasar awal untuk

    mengusulkan pemenuhan guru produktif di sekolah. Tulisan ini juga menjadi

    dasar bagi kepala sekolah untuk memicu motivasi guru dalam peningkatan

    kompetensi guru produktif di SMK serta dapat digunakan sebagai

    mempertimbangkan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan sekolah.

  • 6

    BAB II

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Kompetensi Profesional Guru

    1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru

    a. Kompetensi

    Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Purwadarminta,

    pengertian kompetensi adalah kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan

    suatu hal. Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.4

    Menurut pendapat C. Lynn, bahwa competence my range from recall and

    understanding of fact and concepts, to advanced motor skill, to teaching

    behaviours and profesional values. Kompetensi dapat meliputi pengulangan

    kembali fakta-fakta dan konsep-konsep sampai pada ketrampilan motor lanjut

    hingga pada perilaku-perilaku pembelajaran dan nilai-nilai profesional.5

    Spencer dan Spencer dalam Hamzah B.Uno kompetensi merupakan

    karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku dan

    berfikir dalam segala situasi, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama.

    Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kompetensi menunjuk pada kinerja

    seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan

    perilaku.6

    Lebih lanjut Spencer dan Spencer dalam Hamzah B.Uno, membagi lima

    karakteristik kompetensi yaitu sebagai berikut :

    1. Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan

    sesuatu.

    2. Sifat, yaitu karakteritik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi.

    3. Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image dari sesorang.

    4. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu.

    5. Ketrampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan

    dengan fisik dan mental.

    4 Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1999), hal 405

    5 C. Lynn, Phicical Education Teacher Education, (New York : Chichester Brisbone, 1985), hal 33 6 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hal 63

  • 7

    Menurut E. Mulyasa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,

    ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

    bertindak.7 Pada sistem pengajaran, kompetensi digunakan untuk

    mendeskripsikan kemampuan profesional yaitu kemampuan untuk menunjukkan

    pengetahuan dan konseptualisasi pada tingkat yang lebih tinggi. Kompetensi ini

    dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman lain sesuai tingkat

    kompetensinya. Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

    Dosen, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku

    yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

    melaksanakan tugas keprofesionalan.8

    Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi

    merupakan seperangkat penguasaan kemampuan, ketrampilan, nilai, dan sikap

    yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru yang bersumber dari

    pendidikan, pelatihan, dan pengalamannya sehingga dapat menjalankan tugas

    mengajarnya secara profesional.

    b. Kompetensi Guru

    Menurut Zamroni , guru adalah orang yang memegang peran penting dalam

    merancang strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Keberhasilan proses

    pembelajaran sangat tergantung pada penampilan guru dalam mengajar dan

    kegiatan mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang

    telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk

    mempersiapkan sebagai seorang guru.9 Pernyataan tersebut mengantarkan kepada

    pengertian bahwa mengajar adalah suatu profesi, dan pekerjaan guru adalah

    pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan profesional dipersyaratkan memiliki

    kemampuan atau kompetensi tertentu agar yang bersangkutan dapat melaksanakan

    tugas-tugas profesionalnnya.

    Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab atas pendidikan

    muridnya. Ini berarti guru harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai 7 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004), hal 37-38 8 Pasal 1 Ayat 10 , Undang-undang No. 14 Tahun 2005

    9 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Jogjakarta : Biograf Publishing, 2001), hal 60

  • 8

    wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu

    kompetensi harus mutlak dimiliki guru sebagai kemampuan, kecakapan dan

    ketrampilan mengelola pendidikan. Guru harus memiliki kompetensi sesuai

    dengan standar yang ditetapkan atau yang dikenal dengan standar kompetensi

    guru. Standar ini diartikan sebagai suatu ukuran yang ditetapkan atau

    dipersyaratkan. Lebih lanjut Suparlan menjelaskan bahwa Standar kompetensi

    guru adalah ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan

    pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk

    menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang

    pendidikan.10

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005

    tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

    ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru

    atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.11

    Dalam hubungannya dengan tenaga kependidikan, kompetensi merujuk

    pada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi sertifikasi tertentu dalam

    melaksanakan tugas kependidikan. Tenaga kependidikan dalam hal ini adalah

    guru. Guru harus memilki kompetensi yang memadai agar dapat menjalankan

    tugas dengan baik. Menurut Piet Sahertian kompetensi guru adalah kemampuan

    melakukan tugas mengajar dan mendidik yang diperoleh melalui pendidikan dan

    latihan. Suparlan berpendapat bahwa kompetensi guru melakukan kombinasi

    kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai-nilai yang ditujukkan

    guru dalam konteks kinerja yang diberikan kepadanya.12

    Menurut Akmad Sudrajat kompetensi guru merupakan gambaran tentang

    apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan

    pekerjaanya, baik yang berupa kegiatan dalam berperilaku maupun hasil yang

    ditujukan13 Menurut Nana Sudjana kompetensi guru merupkan kemampuan

    10 Piet Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan SDM, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hal 73 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 12 Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Jogjakarta : Hikayat Publishing, 2006), hal 85 13 Akmad Sudrajat, Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah, ((http://akmadsudrajat.

    wordpress.com). Online, diakses tanggal 30 Maret 2015

  • 9

    dasar yang harus dimiliki guru.14

    Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat diartikan sebagai

    kemampuan/kecakapan seorang guru berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap

    dan nilai-nilai yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat

    melaksanakan tugasnya dengan baik.

    Menurut Sumitro dkk Sekolah memerlukan guru yang memiliki

    kompetensi mengajar dan mendidik inovatif, kreati, manusiawi, cukup waktu

    untuk menekuni profesionalitasnya, dapat menjaga wibawanya di mata peserta

    didik dan masyarakat sehingga mampu meningkatkan mutu pendidikan.15

    Kemampuan mengajar adalah kemampuan esensial yang harus dimilki oleh

    guru, tidak lain karena tugas yang paling utama adalah mengajar. Dalam proses

    pembelajaran, guru menghadapi siswa-siswa yang dinamis, baik sebagai

    akibat dari dinamika internal yang berasal dari dalam diri siswa maupun

    sebagai akibat tuntutan dinamika lingkungan yang sedikit banyak berpengaruh

    terhadap siswa. Oleh karena itu, kemampuan mengajar harus dinamis juga

    sebagai tuntutan-tuntutan siswa yang tak terelakkan. Kemampuan mengajar

    guru sebenarnya merupakan pencerminan guru atas kompetensinya.

    Kompetensi ini terdiri dari berbagai komponen penting.

    Nana Sudjana mengutip pendapat Cooper bahwa ada empat kompetensi

    yang harus dimiliki guru, yaitu:

    1. Mempuyai pengetahuan tentang belajar tingkah laku manusia.

    2. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya.

    3. Mempunyai sikap yang tepat tentang dirinya, sekolah, teman sejawat dan

    bidang studi yang dibinanya.

    4. Mempunyai kemampuan tentang teknik mengajar

    Sementara itu menurut pendapat Glasser yang dikutip Nana Sudjana, yang

    menyebutkan ada empat yang harus dikuasi oleh guru, meliputi: 1) Menguasai

    bahan pelajaran, 2) Kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa, 3)

    Kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, 4) Kemampuan mengukur hasil

    14

    Nana Sudjana, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2002), hal 17 15 Sumitro, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta : UNY, 2002), hal 17

  • 10

    belajar siswa.

    Pada tahu 1970-an terkenal wacana tentang apa yang disebut sebagai

    pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi atau Competency Based Training

    Education (CBTE). Pada saat itu, Direktorat Pendidkan Guru dan Tenaga Teknis

    (Disguntentis) pernah mengeluarkan buku saku tentang sepuluh kompetensi

    guru, yaitu:

    1. Memiliki kepribadian sebagai guru.

    2. Menguasai landasan pendidikan.

    3. Menguasai bahan pengajaran.

    4. Menyusun program pengajaran.

    5. Melaksanakan proses belajar mengajar.

    6. Melaksanakan penilaian pendidikan.

    7. Melaksanakan bimbingan.

    8. Melaksanakan administrasi.

    9. Menjalin kerjasama dan interaksi dengan guru, sejawat, dan

    masyarakat.

    10. Melaksanakan penelitian sederhana.

    Kesepuluh kompetensi di atas diharapkan dimiliki guru secara

    maksimal agar proses belajar mengajar akan lebih efektif sehingga menghasilkan

    peserta didik yang kompeten. Menurut Suparlan, kompetensi minimal yang

    harus dimiliki guru meliputi: menguasai materi, metode dan system penilaian,

    namun jika tidak dilandasi penguasaan kepribadian keguruan dan

    ketrampilan lainnya, guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya secara

    profesional.16

    Jika guru menguasai dan melaksanakan kesepuluh kompetensi tersebut

    dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar sekolah maka guru itu

    diharapkan dapat menjadi guru yang efektif. Guru yang mampu melaksanakan

    tugas profesionalnya dengan baik.

    Terkait dengan penguasaan materi bahan ajar, guru dituntut dapat

    menggunakan strategi dan metode mengajar yang tepat serta melaksanakan

    16 Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Jogjakarta : Hikayat Publishing, 2006), hal 83

  • 11

    penilaian hasil belajar yang terus-menerus dan jujur. Selain itu penguasaan materi,

    guru juga dituntut memiliki antusiasme yang tinggi dalam arti memiliki

    semangat senang mengajar dengan penuh kasih sayang. Kemampuan

    dan kemauan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya akan menjadi

    syarat utama bagi terbentuknya guru yang efektif.

    c. Kompetensi Profesional Guru

    Kata profesional erat kaitannya dengan kata profesi. Menurut Wirawan,

    profesi adalah pekerjaan yang untuk melaksanakannya memerlukan persyaratan

    tertentu. Kata profesional dapat diartikan sebagai orang yang melaksanakan

    sebuah profesi dan berpendidikan minimal S1 yang mengikuti pendidikan profesi

    atau lulus ujian profesi.17

    Guru mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam menjalankan

    perananya sebagai tenaga pendidik di sekolah. Guna mencapai tujuan

    pembelajaran yang berkualitas maka peningkatan kompetensi dan profesionalitas

    guru harus selalu ditingkatkan. Kompetensi guru perlu ditingkatkan secara

    terprogram, berkelanjutan melalui berbagai sistem pembinaan profesi, sehingga

    dapat meningkatkan kemampuan guru tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan

    peran strategis guru terutama dalam pembentukan watak siswa melalui

    pengembangan kepribadian di dalam proses pembelajaran di sekolah.

    Sesuai PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28

    menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai

    agen pembelajaran adalah sebagai berikut:

    1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

    peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan

    dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

    peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang

    dimilikinya.

    2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

    dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan

    17 Wirawan, Profesi dan Standar Evaluasi, (Jakarta : Yayasan dan UHAMKA Press, 2002), hal 9

  • 12

    berakhlak mulia.

    3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran

    secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta

    didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

    4. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

    masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

    didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,

    dan masyarakat sekitar.18

    Tanpa mengabaikan kompetensi yang lainnya, kompetensi profesional

    merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang profesional.

    Kompetensi tersebut harus dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan

    pembelajaran di sekolah. Kompetensi profesional dipandang penting untuk

    dikembangkan oleh para guru karena kompetensi profesional mencakup

    kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan

    kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran.

    Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa kompetensi profesional berarti

    Guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter

    (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti

    memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat,

    serta mampu menggunakan dalam proses belajar mengajar.19

    Oleh karena

    itu dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi professional yaitu

    kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan kemampuan

    guru dalam pengelolaan pembelajaran. Pengeloalaan pembelajaran yang

    dimaksud adalah pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pelaksanaan

    pembelajaran, penguasaan metode dan media pembelajaran serta penilaian hasil

    belajar.

    Penguasaan guru terhadap materi pelajaran sangat penting guna menunjang

    keberhasilan pengajaran. A.Samana menekankan pentingnya penguasaan bahan

    ajar oleh seorang guru untuk mencapai keberhasilan pengajaran. Guru harus

    18

    Pasal 28, PP No. 19 Tahun 2005 19 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), hal 50

  • 13

    membantu siswa dalam akalnya (bidang ilmu pengetahuan) dan membantu agar

    siswa menguasai kecakapan kerja tertentu (selaras dengan tuntutan teknologi),

    sehingga mutu penguasaan bahan ajar para guru sangat menentukan keberhasilan

    pengajaran yang dilakukan. Lebih lanjut A.Samana menjelaskan guru hendaknya

    mampu menjabarkan serta mengorganisasikan bahan ajar secara sistematis

    (berpola), relevan dengan tujuan, selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi (mutakhir), dan dengan memperhatikan kondisi serta

    fasilitas yang ada di sekolah dan atau yang ada di lingkungan sekitar sekolah.20

    Melihat keberadaan pendidik dalam proses pendidikan, substansinya

    kompetensi pendidik menduduki posisi strategis dalam menentukan kualitas

    pendidikan, sehingga pemenuhan kompetensi pendidik menjadi suatu yang harus

    diupayakan, seiring dengan dinamika tuntutan masyarakat yang dinamis, yang

    memiliki kebutuhan untuk berubah. Sadar terhadap kondisi tersebut dan tuntutan

    profesionalnya yang terus berkembang, maka pengembangan kompetensi

    pendidik perlu terus diupayakan dengan melalui berbagai tahapan secara

    berjenjang.

    Menurut pendapat Martinis Yamin guru yang profesional harus memiliki

    persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

    1. Memiliki bakat sebagai guru;

    2. Memiliki keahlian sebagai guru;

    3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi;

    4. Memiliki mental yang sehat;

    5. Berbadan sehat;

    6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas;

    7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila; dan

    8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.21

    Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

    kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran

    secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata

    20

    A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Jogjakarta : Kanisius, 1994), hal 61 21

    Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dan Implementasi KBK, (Jakarta : Gaung Persada, 2006), hal 7

  • 14

    pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta

    penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Menurut PP No. 19

    Tahun 2005 penjelasan pasal 28 yang dimaksud dengan kompetensi profesional

    adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

    yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar

    kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

    Menurut Hamzah B. Uno, kompetensi profesional guru adalah seperangkat

    kemampuan yang harus dimiliki oleh guru agar ia dapat melaksanakan tugas

    mengajar.22

    Adapun kompetensi profesional mengajar yang harus dimiliki oleh

    seorang yaitu meliputi kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan

    mengevaluasi sistem pembelajaran, serta kemampuan dalam mengembangkan

    sistem pembelajaran.

    Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi

    profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki sebagai

    dasar dalam melaksanakan tugas profesional yang bersumber dari pendidikan dan

    pengalaman yang diperoleh. Kompetensi profesional tersebut berupa kemampuan

    dalam memahami landasan kependidikan, kemampuan merencanakan proses

    pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan

    mengevaluasi proses pembelajaran

    2. Indikator Guru Profesional yang Berkompeten

    Martinis Yamin menyatakan bahwa kompetensi profesional yang harus

    dimiliki guru meliputi:

    1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus

    diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya.

    2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan

    keguruan.

    3. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa.23

    22

    Hamzah B. Uno, , Profesi ..., hal 63 23 Martinis Yamin, Profesionalisme ..., hal 5

  • 15

    Menurut pendapat Soediarto dalam Hamzah B. Uno, guru yang memiliki

    kompetensi profesional perlu menguasai beberapa kemampuan yaitu disiplin ilmu

    pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran, bahan ajar yang diajarkan,

    pengetahuan tentang karakteristik siswa, pengetahuan tentang filsafat dan tujuan

    pendidikan, pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar,

    penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, dan pengetahuan

    terhadap penilaian, serta mampu merencanakan, memimpin guna kelancaran

    proses pendidikan.

    Menurut Uzer Usman, kompetensi profesional secara spesifik dapat dilihat

    dari indikator- indikator sebagai berikut.

    1. Menguasai landasan pendidikan, yaitu mengenal tujuan pendidikan,

    mengenal fungsi sekolah dan masyarakat, serta mengenal prinsip-prinsip

    psikologi pendidikan.

    2. Menguasai bahan pengajaran, yaitu menguasai bahan pengajaran kurikulum

    pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan penghayatan.

    3. Menyusun program pengajaran, yaitu menetapkan tujuan pembelajaran,

    memilih dan mengembangkan bahan pengajaran, memilih dan

    mengembang-kan strategi belajar mengajar, memilih media pembelajaran

    yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar, melaksanakan

    program pengaja-ran, menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat,

    mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar mengajar.

    4. Menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.24

    Menurut Saiful Adi, pengertian kompetensi profesional adalah kemampuan

    atau kompetensi yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan.25

    Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting dan langsung

    berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Tingkat keprofesionalan seorang

    guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut.

    1. Kemampuan untuk memahami landasan kependidikan

    24

    Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006), hal 19 25

    Saiful Adi, Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Guru, (http://saifula di.wordpress.com/

    2007/01/06/kompetensi-yang-harus dimiliki- seorang-guru/). Online, diakses tanggal 30 Maret

    2015

  • 16

    2. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan,

    3. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi

    yang diajarkannya,

    4. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber

    belajar,

    5. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran,

    6. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran, dan

    7. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk

    meningkatkan kinerja.

    Menurut E.Mulyasa, ruang lingkup kompetensi profesional guru

    ditunjukkan oleh beberapa indikator. Secara garis besar indikator yang dimaksud

    adalah:

    1. Kemampuan dalam memahami dan menerapkan landasan kependidikan dan

    teori belajar siswa;

    2. Kemapuan dalam proses pembelajaran seperti pengembangan bidang studi,

    menerapkan metode pembelajajaran secara variatif, mengembangkan dan

    menggunakan media, alat dan sumber dalam pembelajaran,

    3. Kemampuan dalam mengorganisasikan program pembelajaran, dan

    4. Kemampuan dalam evaluasi dan menumbuhkan kepribadian peserta didik.26

    B. Peningkatan Kompetensi Guru Produktif

    Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada

    pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.

    Suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau

    dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan

    (vocational), yang kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga

    hal: keahlian, komitmen, dan keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga

    sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme.

    26

    E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2007), hal 135-136.

  • 17

    Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun

    2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa guru adalah ......

    tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

    pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

    pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

    terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.27

    Guru Sekolah Menengah Kejuruan yang disingkat Guru SMK adalah guru

    pada satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan.

    Guru sekolah kejuruan adalah guru yang mengajar pada sekolah kejuruan yang

    memiliki kompetensi paedagogis, kepribadian, profesional dan sosial. Guru

    Kejuruan pada program produktif memiliki karakteristik dan persyaratan

    (kompetensi) professional yang spesifik, yaitu antara lain : 1. Memiliki keahlian

    praktis yang memadai pada semua bidang studi (mata pelajaran) produktif; 2.

    Mampu menyelenggarakan pembelajaran (diklat) yang relevan dengan

    kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja; 3. Mampu merancang

    pembelajaran (diklat) di sekolah dan di dunia usaha atau industri. Selain

    persyaratan khusus seperti tersebut di atas yang harus dimiliki oleh guru sekolah

    kejuruan, keberadaan guru sekolah kejuruan saat ini sedang dihadapkan pada

    permasalahan yaitu beragamnya program keahlian di SMK.

    Berdasarkan kurikulum SMK tahun 2006 (KTSP), terdapat 123 program

    keahlian (program studi) yang tercakup dalam 26 bidang keahlian (jurusan) yang

    dikembangkan oleh SMK. Jumlah tersbut belum termasuk 7 (tujuh) program studi

    yang ada di SMK perikanan/kelautan yang saat ini sedang dikembangkan oleh

    Departemen Kelautan dan Perikanan. Apabila ditinjau dari status guru, dimana

    berdasarkan data dapat disampaikan bahwa dari 52.732 guru SMK negeri terdapat

    11.393 orang (21,61%) berijazah dibawah S1 dan non kependidikan hal ini

    diasumsikan bahwa tidak ada LPTK yang mencetak tenaga pengajar degan

    jenjang pendidikan di bawah S1.

    Gambaran berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kondisi guru riel

    dari guru SMK yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa masih banyak guru

    27 Pasal 39 ayat 1, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

  • 18

    yang pendidikannya tidak sesuai dengan ketentuan sehingga kelayakannya dalam

    melaksanakan kegiatan belajar mengajarpun dapat dianggap tidak layak.

    Berdasarkan UU Guru dan Dosen, sertifikai guru memang menjadi mutlak harus

    dimiliki oleh guru, yang juga harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi

    sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujukan tujuan pendikan nasional.

    Jika merujuk pada peraturan tersebut, maka masih banyak guru SMK yang

    harus memenuhi syarat-syarat agar dapat mengikuti sertifikasi. Namun demikian,

    ada beberapa permasalahan yang menyebabkan guru-guru SMK mengalami

    kesulitan untuk menyelesaikan jenjang S1 maupun D4 Permasalahan tersebut

    adalah tidak semua jurusan Prodi yang terdapat di SMK dimiliki LPTK terutama

    untuk kelompok kelautan dan pertanian. Sementara itu, permasalahan lainnya

    adalah pengembangan program D4 memerlukan spesifikasi yang mendalam serta

    biaya pendidikan yang jauh lebih besar, sementara pendanaan pendidikan secara

    umum masih jauh dari ideal.

    Upaya pembangunan berbagai sarana fisik, termasuk reformasi kurikulum,

    pertambahan jumlah sekolah dengan diversifikasi dan standar-standar bidang

    keahlian pada pendidikan kejuruan perlu sejalan dengan peningkatan mutu guru

    kejuruan. dan pada gilirannya mempengaruhi daya saing perusahaan perusahaan

    swasta Indonesia dalam persaingan internasional. Tantangan bagi LPTK dimasa

    depan menjadi lebih besar mengingat terbuka peluang bagi institusi di luar LPTK

    mendidik calon guru kejuruan. Banyak pihak menaruh harapan terhadap LPTK,

    agar lulusan LPTK dapat bersaing dengan lulusan diluar LPTK, terutama untuk

    mengisi pasar kerja pada SMK.

    C. Mutu Pendidikan SMK

    1. Pengertian Mutu Pendidikan

    Menurut Ahmad Sudrajat mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan

    sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien

    terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga

    menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau

  • 19

    standar yang berlaku.28

    Engkoswara melihat mutu atau keberhasilan pendidikan

    dari tiga sisi; yaitu: prestasi, suasana, danekonomi. Dalam hubungan dengan mutu

    sekolah.29

    Selamet berpendapat bahwa banyak masyarakat yang mengatakan

    sekolah itu bermutu atau unggul dengan hanya melihat fisik sekolah, dan

    banyaknya ekstrakurikuler yang ada di sekolah.30

    2. Mutu Pendidikan SMK secara Nasional

    Pada awalnya bagi para siswa SMK, diberlakukan masa praktek kerja

    industri selama 3 bulan. Namun menurut Gatot, hasil dan prosesnya dinilai kurang

    efisien dan terlalu sebentar. Maka, mulai tahun 1999 hingga sekarang, diterapkan

    masa praktik kerja industri selama 6 bulan. Malah, sebenarnya waktu 6 bulan ini

    juga masih dirasa cukup singkat bagi proses praktik kerja industri. Gatot

    membandingkannya dengan sistem pendidikan kejuruan yang ada di Jerman.

    Dalam sepekan, selama 2 hari anak-anak mendapatkan teori di kelas,

    sedangkan tiga hari berikutnya kegiatan pembelajaran berlangsung di industri.

    Mungkin, di Indonesia masih perlu berubah setahap demi setahap. Setelah

    pemberlakuan masa praktik kerja yang diperpanjang menjadi 6 bulan, proses ini

    juga memudahkan para siswa untuk memperoleh peluang praktik kerja ke luar

    negeri. Kegiatan praktik kerja di luar negeri ini telah dilakukan sejak tahun 1999.

    Pada mulanya, Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur)

    mengirimkan 200 kepala sekolah SMK untuk melakukan studi banding ke

    Malaysia. Berikutnya, giliran para siswanya yang diberangkatkan magang ke luar

    negeri. Di tahun yang sama, sekitar 400 siswa SMK berangkat praktik kerja ke

    luar negeri. Hingga perkembangannya sampai dengan tahun 2004, telah ada

    sekitar 2.000 siswa SMK seluruh Indonesia yang dikirim ke Malaysia. 80% nya

    melakukan praktik kerja di bidang perhotelan dan pariwisata.

    Negara tujuannya tak hanya sebatas Tanah Melayu Malaysia, melainkan juga ke

    28

    Akmad Sudrajat, Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah, ((http://akmadsudrajat. word

    press. com). Online, diakses tanggal 30 Maret 2015. 29

    Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, (Jakarta : Bina Aksara, 1988) 30

    Selamet, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Membentuk perilaku Manusia Pembangunan, (Bogor: IPB Press, 1998)

  • 20

    negara-negara lain misalnya ke Singapura, Jepang, Inggris, Jerman, Oman, dan

    Kuwait. Saat itu, Gatot Hari Priowirjanto berharap, pada tahun 2020 nanti

    sebanyak 10% dari bisnis hotel dan pariwisata di dunia, tenaga kerjanya berasal

    dari Indonesia.

    Selain memfasilitasi para siswa SMK melakukan praktik kerja di luar

    negeri, Direktorat Dikmenjur juga mendorong dan memberi kesempatan bagi para

    guru, kepala sekolah, pejabat Dinas Pendidikan dan pengajaran di tingkat provinsi

    maupun kabupaten/kota untuk ikut memperluas pengetahuan konsep

    penyelenggaraan pendidikan kejuruan di luar negeri.

    Kini setiap tahun, Direktorat Dikmenjur telah mengirim 100 sampai 200

    pejabat terkait dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan untuk berangkat ke

    luar negeri. Mereka dikirim dalam beberapa gelombang, ke negara yang berbeda

    beda, dengan biaya yang sebagian ditanggung oleh pemda masing-masing,

    sebagian lainnya ditanggung oleh Direktorat Dikmenjur.

    Menginjak periode kepemimpinan Dr. Joko Sutrisno, Direktorat Dikmenjur

    (sejak 2005) lebih menyempurnakan desain reposisi pendidikan SMK melalui

    beberapa terobosan. Beberapa hal diantaranya adalah mengembangkan SMK

    bertaraf internasional dengan metode bilingual, pencitraan kredibilitas SMK

    melalui program sosialisasi, dan memenuhi kebutuhan peralatan produksi secara

    mandiri lewat unit produksi di masing-masing SMK.

    Termasuk didalamnya, program penguatan pengetahuan eksakta/sains

    melalui peningkatan bobot jam belajar hingga 6 jam setiap minggunya bagi SMK

    jurusan elektronika, automotif dan jurusan eksaskta lainnya. Diharapkan, ini dapat

    membuka peluang seluas-luasnya bagi siswanya melanjutkan pendidikan ke

    jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga melakukan

    sertifikasi kompetensi untuk para lulusan SMK bidang otomotif, perhotelan,

    Teknologi Informasi, sekretaris, busana, dan tata boga.

    3. Relevansi Kompetensi Profesional Guru dan Mutu Pendidikan

    Kebutuhan warga SMK harus diperhatikan termasuk juga kesejahteraan

    guru dan tenaga tata usaha. Apabila kesejahteraan guru terjamin, guru dapat

  • 21

    memberi perhatian yang lebih kepada pengajaran. Dalam dunia pendidikan, peran

    dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru

    merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur

    pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap

    upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan

    dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka. Guru adalah pendidik

    profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

    melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

    Untuk meningkatkan mutu siswa, tenaga guru pun harus yang profesional.

    Tujuannya, untuk meningkatkan lingkungan hidup dan kaitan dalam ilmu

    pendidikan. Peningkatan kualifikasi guru sampai ke jenjang pendidikan S1 hingga

    S3. Kualifikasi guru yang diprioritaskan untuk ditingkatkan, terutama di daerah

    terpencil, tertinggal dan sulit dijangkau yang belum mencapai kualifikasi

    pendidikan S1. Tujuannya memperkecil kesenjangan mutu guru antar daerah,

    memenuhi persyaratan minimal profesionalisme tenaga pendidik dalam program

    sertifikasi guru serta memperluas pemerataan pendidikan bagi guru.

    D. Pembahasan

    Dalam kebijakannya, SMK Negeri 4 menentukan arah peningkatan mutu

    sekolah kepada peningkatan mutu guru. Berbagai cara dilakukan demi tercapainya

    tujuan tersebut. Karena memegang prinsip bahwasanya guru profesional adalah

    salah satu faktor utama untuk peningkatan mutu sekolah.

    1. Melalui Supervisi

    Menurut Glickman dalam Bafadal supervisi pengajaran adalah serangkaian

    kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses

    belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran.31

    Melalui supervisi pengajaran, guru akan terbiasa menggali potensi dirinya

    sendiri dan memperbaiki diri melalui supervisi yang dilakukan baik oleh kepala

    31 Bafadal, Supervisi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal 2

  • 22

    sekolah maupun pengawas sekolah. Sehingga tingkat profesionalnya semakin

    meningkat yang akhirnya berpengaruh pada mutu pendidikan di sekolah tersebut.

    2. Melalui Pelatihan

    Fungsi pelatihan dalam organisasi adalah sebagai segala kegiatan yang

    dirancang untuk memperbaiki kinerja personil dalam suatu pekerjaan di mana

    personil itu sedang atau akan diangkat menjabat pekerjaan tertentu. Pelatihan

    merupakan salah satu tipe program pembelajaran yang menitikberatkan pada

    kecakapan individu dalam menjalankan tugas-tugasnya.

    Mangkuprawira menyatakan bahwa pelatihan bagi karyawan merupakan

    sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar

    karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya

    semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan merujuk pada

    pengembangan keterampilan bekerja (vocational).32

    Berdasarkan pendapat di atas maka secara operasional pelatihan dapat

    diartikan sebagai suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan yang

    dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada personil

    yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang

    bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam bidang pekerjaan

    tertentu guna meningkatkan profesionalismenya.

    Pendidikan dan pelatihan bagi pengembangan SDM termasuk

    pengembangan profesi dan kinerja tenaga kependidikan sangat penting dikelola

    dengan baik. Mangkuprawira memberikan tiga tahapan besar dalam pengelolaan

    program pelatihan yaitu tahap asesmen, tahap pelatihan dan tahap evaluasi. Dalam

    tahap asesmen dilakukan analisis kebutuhan pelatihan dari organisasi, pekerjaan,

    dan kebutuhan individu. Dalam tahap pelatihan dilakukan kegiatan merancang

    dan menyeleksi prosedur pelatihan, serta pelaksanaan pelatihan. Tahap terakhir

    adalah tahap evaluasi, pada tahap ini dilakukan pengukuran hasil pelatihan dan

    membandingkan hasilnya dengan kriteria.

    32 Mangkuprawira, Manajemen SDM, ( Jakarta: Ghalia, 2002), hal 135

  • 23

    3. Melalui Pendidikan Lanjutan

    Hariwung yang menyatakan bahwa pendidikan dan pengajaran adalah

    proses yang memungkinkan individu untuk mengembangkan kemampuan, sikap

    serta perilaku-perilaku positif, sehingga yang bersangkutan dapat menyerap nilai-

    nilai budaya, serta memberikan respon cultural terhadap situasi tertentu di dalam

    kehidupannya.33

    Kaitanya dengan pendidikan lanjutan untuk guru/pegawai, pada

    umumnya pendidikan berkaitan dengan pegawai yang akan dipromosikan

    (promotable employees) untuk menjabat pekerjaan yang mempunyai tanggung

    jawab dan kewajiban yang lebih besar, yang akan pensiun, dan mereka yang akan

    berperan lebih signifikan di masyarakat di luar pekerjaan yang sedang dijabat.

    Pembinaan kemampuan profesional guru melalui pendidikan lanjut adalah

    bentuk pembinaan dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk

    melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan lanjutan ini

    dapat dilakukan atas insiatif sendiri dengan ijin dari atasan atau dapat juga melalui

    tugas belajar dari atasan. Adapun tujuan pendidikan lanjutan menurut Bafadal

    adalah untuk:

    a. Meningkatkan kualifikasi formal guru sehingga sesuai dengan peraturan

    kepegawaian yang diberlakukan secara nasional maupun yayasan yang

    menaunginya.

    b. Meningkatkan kemampuan akademik sehingga ada peningkatan

    profesionalnya dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan

    pendidikan di sekolah.

    c. Menumbuh kembangkan motivasi para pegawai khususnya guru dalam

    rangka meningkatkan kinerjanya.

    d. Kualifikasi tenaga pendidik khususnya guru berdasarkan Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), latar belakang

    pendidikan tinggi dengan program pendidikan sesuai dengan mata pelajaran

    yang diajarkan.

    33 A.J. Hariwung, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Ditjen Pendidikan, 1989), hal 9

  • 24

    4. Melalui Pembinaan Kemampuan Guru

    Model konseptual yang diajukan merupakan hasil dari analisis SWOT

    (strengtness, weakness, opportunity, treaths) dari data kualitatif yang penulis

    dapatkan. Data ini selanjutnya diolah dan dihimpun keunggulan-keunggulan yang

    diperoleh dan menghindari kelemahan-kelemahan dari model yang telah

    diterapkan. Dalam kajian ini yang dimaksud model adalah suatu pendekatan atau

    pola implementasi pembinaan kemampuan profesional guru sekolah menengah

    kejuruan. Atas dasar kajian teoritis, hasil penelitian, pembahasan, dan analisis

    SWOT, maka asumsi yang mendasari model konseptual sebagai berikut:

    Pertama, kelemahan pembinaan kemampuan profesional guru sekolah

    menengah kejuruan yang diterapkan selama ini masih menyimpan permasalahan

    dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Akibatnya berbagai

    program pembinaan kemampuan profesional guru sekolah menengah kejuruan

    belum berdampak pada peningkatan kemampuan profesional secara berarti.

    Kedua, pembinaan dalam bentuk diklat dalam jabatan untuk guru kejuruan

    selama ini dirasakan kurang memberikan hasil optimal, khususnya dalam

    mengembangkan kemampuan dan keahlian aktual yang sesuai dengan

    perkembangan industri/dunia usaha.

    Ketiga, pendekatan/strategi sertifikasi kompetensi guru bidang pendidikan

    teknologi dan kejuruan dengan cara teknisi yang digurukan dan guru yang

    diteknisikan (dikompetensikan) mampu memenuhi kebutuhan akan guru SMK

    bidang produktif.

    Kedua pendekatan ini akan memberikan dampak pada peningkatan mutu

    pendidikan berbasis kompetensi jika dalam pembinaannya dilakukan secara

    optimal dengan melibatkan partisipasi stakeholders, LPTK, dunia usaha/industri,

    maupun asosiasi profesi sebagai mitra dalam pembinaan profesionalisasi guru

    kejuruan bidang produktif. Model ini menggambarkan bahwa pembinaan

    kemampuan profesional guru sekolah menengah kejuruan sebagai upaya untuk

    meningkatkan mutu pembelajaran berbasis kompetensi membutuhkan keterlibatan

    banyak pihak.

  • 25

    Sekolah, musyawarah guru bidang diklat, kelompok kerja kepala sekolah,

    LPTK dan dunia usaha/industri merupakan modal dasar yang kuat untuk dapat

    memberikan pembinaan kemampuan profesional kepada guru-guru sekolah

    menengah kejuruan khususnya bidang produktif.

    Modal yang kuat ini tergambar dari (1) Manajemen berbasis sekolah yang

    telah diterapkan di SMK, sehingga manajemen sekolah dapat dengan leluasa

    membina SDM-nya sesuai dengan visi dan misi sekolah masing-masing; (2) telah

    terbentuknya wadah-wadah K3S SMK dan MGMD untuk masing-masing bidang

    diklat; (3) perangkat pembina dan program pembinaan untuk SMK di Dinas

    Pendidikan Kota; (4) keterlibatan LPTK dalam program pembinaan guru SMK;

    dan (5) terjalinnya kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri serta

    organisasi profesi. Atas dasar modal yang kuat ini memberi peluang bagi

    terbentuknya sistem pembinaan profesional guru sekolah menengah kejuruan.

    Aspek-aspek yang perlu diperhatikan pada model konseptual ini di

    antaranya : Pertama, aspek perencanaan pembinaan profesional guru mulai dari

    tingkat sekolah, MGMD, K3S, Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi juga pada

    tingkat-tingkat di atasnya. Kedua, Kebutuhan pembinaan yang didapat dari hasil

    analisis kebutuhan pembinaan ataupun dari hasil evaluasi yang memperhatikan

    CIPP sangat membantu dalam merencanakan program pembinaan sekaligus

    pelaksanaannya. Dengan kebutuhan pembinaan maka program pembinaan, yang

    menyangkut tujuan, target sasaran, materi pembinaan, pelaksanaan pembinaan,

    evaluasi, output serta outcame dari pembinaan profesional guru SMK dapat

    tercapai secara optimal, efektif, efisien, serta inovatif. Ketiga, keterlibatan

    sekolah, dinas pendidikan, organisasi profesi keahlian, dunia usaha/industri,

    dewan pendidikan dan para pakar pendidikan mulai dari perencanaan,

    pelaksanaan pembinaan profesional sampai kepada evaluasi dan monitoring

    kegiatan perlu diperhatikan peran dan tugasnya masing-masing. Keterlibatan

    unsurunsur tersebut dapat meningkatkan optimalisasi kualitas, efektivitas,

    efisiensi, dan inovasi program pembinaan profesional guru SMK. Empat,

    penghargaan terhadap hasil pembinaan profesional guru SMK. Hasil pembinaan

    profesional guru SMK (produck) dapat dijadikan bahan portofolio dalam

  • 26

    pengembangan karir profesi guru (sertifikasi profesi). Jika guru-guru dari

    penilaian portofolio masih kurang memenuhi kriteria maka hasil pembinaan

    melalui diklat dapat menjadi syarat untuk mengikuti ujian sertifikasi profesi

    selanjutnya. Diorientasikan sesuai dengan tuntutan kompetensi guru SMK

    profesional yang mampu mendidik melatih siswa sebagai calon tenaga kerja yang

    dapat bersaing di pasar kerja, yaitu pembinaan profesional guru SMK yang

    memenuhi kriteria standar kompetensi guru SMK. Pembinaan dilakukan secara

    berkelanjutan dan secara terus menerus program-program pembinaannya

    diperbaharui seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di

    dunia usaha/industri maupun di dunia pendidikan.

  • 27

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Pembinaan kemampuan profesional guru sekolah menengah kejuruan

    dilakukan Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan Dinas Pendidikan

    Kota/Kabupaten, sekolah menengah kejuruan sendiri, industri dan asosiasi

    profesi. Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan Dinas Pendidikan Kota

    Tebing Tinggi melalui pengawas sekolah menengah kejuruan melakukan

    pembinaan kemampuan profesional guru dengan melalui pendekatan supervisi.

    Kegiatan supervisi yang dilakukan ditujukan untuk mengkaji masalah-masalah

    dari segi administratif formal maupun memperhatikan upaya untuk memahami

    dan memecahkan masalah-masalah proses pembelajaran yang dihadapi guru-guru

    dengan segera.

    Pembinaan melalui supervisi baik yang bersifat administratif formal

    maupun pemecahan masalah proses pembelajaran dilakukan juga oleh kepala

    sekolah. Ada dua pendekatan supervisi yang dilakukan oleh pengawas maupun

    kepala sekolah yaitu: (1) supervisi masalah individu dengan tujuan memecahkan

    masalah individu; dan (2) supervisi masalah kelompok dengan tujuan

    memecahkan masalah kelompok.

    Masalah-masalah yang ditemukan oleh supervisor dalam kegiatan supervisi

    dapat ditindaklanjuti dengan pembinaan melalui wadah-wadah MGMD, K3S

    Sekolah Menegah Kejuruan , Organisasi Profesi, dunia usaha dan dunia industri

    (DUDI). Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan akademik baik kemampuan

    akademik kependidikan maupun kemampuan akademik bidang kejuruannya, guru

    dibina melalui pendidikan lanjutan ke pendidikan tinggi yang sesuai untuk

    mengambil jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Guru-guru bidang produktif

    yang belum memiliki akta mengajar diarahkan untuk melanjutkan ke LPTK

    sebagai lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan sertifikat akta mengajar.

    Sedangkan untuk guru-guru telah memiliki akta mengajar diarahkan untuk dapat

    memperdalam bidang kejuruannya di perguruan-perguruan tinggi yang

  • 28

    menyelenggarakan pendidikan keahlian. Untuk keperluan sertifikasi keahlian

    lulusan SMK, guru-guru bidang produktif yang telah memiliki pengalaman di

    dunia usaha atau dunia industri diberikan pembinaan mengenai kemampuan

    melakukan penilaian berbasis kompetensi (competency based assessment).

    Pembinaan kemampuan penilaian berbasis kompetensi ini biasanya

    dilakukan oleh organisasi profesi bidang keahlian tertentu. Karena orientasi

    lulusan SMK adalah dunia kerja maka penilaian berbasis kompetensi mengacu

    pada kriteria kinerja yang tercantum pada standar kompetensi keahlian. Penilai

    yang berwenang untuk melakukan penilaian berbasis kompetensi adalah guru-

    guru atau tenaga ahli yang telah memiliki sertifikat sebagai penilai (assessor).

    Guru-guru yang telah dibina kemampuan penilaian berbasis kompetensi dan

    memiliki sertifikat assessor berhak mewakili sekolah ataupun organisasi profesi

    untuk melakukan penilaian sesuai dengan bidang keahliannya. Penilaian

    kompetensi yang dilakukan melalui uji kompetensi, pengelolaannya dapat

    diselenggarakan oleh sekolah, asosiasi profesi (lembaga sertifikasi profesi/LSP)

    dan DU/DI. Idealnya lembaga uji kompetensi adalah lembaga independen yang

    tidak dapat diintervensi oleh unsur atau lembaga lain, namun penelitian ini belum

    dapat menemukan lembaga yang dimaksud. Pembinaan profesional guru bidang

    produktif di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah atau oleh tim yang ditugaskan

    kepala sekolah untuk tugas pembinaan. Pembinaan profesional guru bidang

    produktif di sekolah dilakukan melalui supervisi dan tranning. Dinas Pendidikan

    Kota/Kabupaten selain memiliki kewenangan untuk membina kompetensi dan

    profesionalisasi guru SMK juga berwenang untuk membina pengembangan

    kariernya. Ada dua bidang yang ditangani dalam upaya pengembangan karier guru

    SMK, yaitu: (1) berkenaan dengan penataan sistem pengembangan karier; dan (2)

    menyangkut peningkatan kemampuan guru pada bidang-bidang yang diperlukan

    untuk pengembangan karier. Tiga kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya

    pengembangan karier guru SMK adalah: (1) kegiatan pelatihan; (2) Penciptaan

    kondisi yang kondusif bagi pengembangan karier; dan (3) pembinaan

    berkelanjutan.

  • 29

    B. Saran

    Melalui pembahasan dari artikel ini, penulis menyarankan beberapa poin

    berikut:

    1. Bagi guru, tulisan ini hendaknya dapat digunakan sebagai referensi untuk

    meningkatkan kompetensi profesional terutama dalam mata pelajaran

    produktif di SMK..

    2. Bagi siswa, tulisan ini memberi informasi dalam hal interaksi belajar

    mengajar untuk diimplementasi guru di kelas, sehingga diharapkan prestasi

    belajar siswa meningkat.

    3. Bagi kepala sekolah, tulisan ini diharapkan dapat menjadi fakta tentang

    kondisi objektif kompetensi profesional guru mata pelajaran produktif,

    sehingga menjadi dasar awal untuk mengusulkan pemenuhan guru produktif

    di sekolah. Tulisan ini juga menjadi dasar bagi kepala sekolah untuk memicu

    motivasi guru dalam peningkatan kompetensi guru produktif di SMK serta

    dapat digunakan sebagai mempertimbangkan, menetapkan, dan melaksanakan

    kebijakan sekolah.

  • 1

    DAFTAR PUSTAKA

    BUKU

    A. Samana . 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.

    A.J. Hariwung. 1989. Supervisi Pendidikan. Jakarta : Ditjen Pendidikan.

    Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta :

    Rineka Cipta.

    Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam

    Membina Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

    Djojonegoro, Wardiman.1999. Pengembangan Sumberdaya Manusia Melalui

    Sekolah Menengah Kejuruan. Balai Pustaka. Jakarta.

    E. Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda

    Karya

    Engkoswara . 1988. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran. Bina Aksara. Jakarta

    Hamzah. B. Uno. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara

    Martinis Yamin. 2006. Profesionalisasi Guru dan Implementasi Kurikulum

    Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press

    Piet. A Sahertian 2000. Konsep Dasar danTteknik Supervisi Pendidikan dalam

    Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka

    Cipta.

    Slamet. M. 1998. Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Membetuk Pola Perilaku

    Manusia Pembangunan. Bogor: IPB Press.

    Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

    Algensindo.

    Sumitro dkk. 2002. Penghantar Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta :

    Fakultas Ilmu Pendidikan

    Suparlan. 2006. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing

    Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya

  • 2

    Vendien. C.Lynn. 1985. Phycical Education Teacher Education. New York:

    Chichester Brisbone Toronto Singapore

    Wirawan. 2002. Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan & UNHAMKA

    PRESS.

    WJS, Poerwadarminta. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

    pustaka Utama.

    Zamroni. 2001. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Biograf

    Publishing.

    INTERNET (Online)

    Sudrajat, Akhmad. 2007. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah. Online.

    http//:www.akhmadsudrajat.wordpress.com

    Saiful Adi. 2007. Kompetensi yang Harus dimiliki Seorang Guru. (Online),

    http://saifuladi.wordpress.com/2007/01/06/kompetensi-yang-harus

    dimiliki- seorang-guru/.

    REGULASI

    Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

    Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    http://saifuladi.wordpress.com/2007/01/06/kompetensi-yang-harus%20dimiliki-%20seorang-guru/http://saifuladi.wordpress.com/2007/01/06/kompetensi-yang-harus%20dimiliki-%20seorang-guru/