Npt Print Kel 18 New

49
BAB I PENDAHULUAN Pakan merupakan seluruh bahan makanan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan ternak yang mengandung berbagai macam nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Pakan digunakan oleh ternak untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi bagi ternak yang bersangkutan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus mengandung gizi yang tinggi. Penyusun utama bahan pakan yang dapat dicerna dan bermanfaat bagi ternak disebut nutrien (zat makanan). Besar kecilnya kandungan nutrien didalam bahan pakan yang dapat dicerna dan bermanfaat akan mencerminkan besar kecilnya nilai nutriennya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, sistem dan fungsi saluran pencernaan ternak. Ketersediaan makanan ternak akan melimpah pada musim penghujan dan akan turun pada musim kemarau. Konsentratpun akan turun kualitasnya jika kelembaban udara disekitarnya tinggi. Bahan pakan perlu dilakukan analisis agar diketahui kandungan nutriennya sehingga dalam penyusunan ransum dapat diketahui pasti proporsi yang sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak. 1

description

nutrisi ternak dasar

Transcript of Npt Print Kel 18 New

Page 1: Npt Print Kel 18 New

BAB IPENDAHULUAN

Pakan merupakan seluruh bahan makanan yang dibuat untuk

memenuhi kebutuhan ternak yang mengandung berbagai macam nutrisi

meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Pakan

digunakan oleh ternak untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan

reproduksi bagi ternak yang bersangkutan. Pakan yang dikonsumsi oleh

ternak harus mengandung gizi yang tinggi. Penyusun utama bahan pakan

yang dapat dicerna dan bermanfaat bagi ternak disebut nutrien (zat

makanan). Besar kecilnya kandungan nutrien didalam bahan pakan yang

dapat dicerna dan bermanfaat akan mencerminkan besar kecilnya nilai

nutriennya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan,

karakteristik, sistem dan fungsi saluran pencernaan ternak.

Ketersediaan makanan ternak akan melimpah pada musim

penghujan dan akan turun pada musim kemarau. Konsentratpun akan

turun kualitasnya jika kelembaban udara disekitarnya tinggi. Bahan pakan

perlu dilakukan analisis agar diketahui kandungan nutriennya sehingga

dalam penyusunan ransum dapat diketahui pasti proporsi yang sesuai

dengan kebutuhan sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak.

Praktikum nutrisi pakan ternak ini diharapkan dapat mengetahui

kandungan nutrien bahan pakan sehingga nutrien yang digunakan sesuai

dengan kebutuhan ternak dan mampu meningkatkan produktivitas ternak.

Metode penyusunan yang tepat dan sesuai juga perlu dilakukan agar tidak

terjadi kerugian dalam penyusunan bahan pakan. Kegiatan praktikum

nutrisi dan pakan ternak diadakan agar praktikan mampu menguasai

metode penyusunan ransum yang seimbang (balance) dan sesuai dengan

kebutuhan ternak itu sendiri sehingga nantinya praktikan dapat

membandingkan antara teori yang didapatkan di kuliah dengan praktek,

baik dilaboratorium maupun dilapangan.

1

Page 2: Npt Print Kel 18 New

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Bahan PakanPakan merupakan komponen biaya tertinggi dalam usaha

peternakan, termasuk usaha ternak ayam buras yang dikelola secara

intensif. Ketersediaan pakan yang terbatas dibandingkan dengan populasi

manusia dan ternak, menyebabkan Indonesia harus mengimpor bahan

pakan dari negara lain (Sinurat, 1999). Bahan pakan adalah segala

sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya

tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya. Kualitas bahan

pakan dapat diketahui melalui metode kimia maupun metode biologi.

Berdasarkan metode kimia dapat diketaui komposisi kimianya yang

ditentukan dengan analisis proksimat menurut Wendee (Tillman et al.,

1998). Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan zat nutrien

atau komposisi kimianya, serta tinggi rendahnya zat antinutrisi yang

terkandung didalamnya (Soejono et al., 2006).

JagungTanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji -

bijian dari keluarga rumput - rumputan. Jagung berasal dari Amerika yang

tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang - orang Eropa ke

Amerika. Biji jagung tua berguna untuk pengganti nasi, bahan baku

pembuatan marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan

campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku

industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri tekstil (Prihatman,

2000).

Jagung atau Zea mays merupakan bahan pakan sumber energi

yang paling banyak digunakan dalam industri pakan ternak. Jagung

mempunyai kandungan protein rendah dan beragam dari 8 sampai 13%,

tetapi kandungan serat kasarnya rendah (3,2%) dan kandungan energi

metabolismenya tinggi (3130 Kcal/kg). Kandungan seratnya yang rendah

2

Page 3: Npt Print Kel 18 New

memungkinkan jagung digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi. Jagung

giling memiliki kadar energi yang jauh lebih tinggi daripada jagung yang

dihancurkan. Jagung utuh memiliki kadar energi yang lebih rendah dari

jagung yang dihancurkan dan cenderung menjadi manur (kotoran hewan

bercampur sisa - sisa makanan) sebelum dicerna (Agus, 2007).

Jagung sering disebut ”the king of cereal” atau the golden grain”.

Hal ini karena jagung mempunyai nilai nutrien yang tinggi. Beberapa sifat

jagung antara lain palatable, serat kasar rendah, nilai kecernaanya tinggi,

yaitu TDN nya sekitar 80%. Nilai energi jagung digunakan sebagai standar

untuk membandingkan dengan energi dari bahan pakan butiran lain.

Penggunaan jagung sebagai pakan padat diberikan ternak dalam keadaan

masih dalam bentuk butir utuh, sudah digiling kasar, digiling kasar

bersama tongkol, masih dalam keadaan segar bersama tongkolnya

(Zuprizal dan Kamal, 2005).

BekatulBekatul merupakan hasil samping proses penggilingan padi yang

mempunyai kandungan protein dan energi yang cukup tinggi. Dalam

proses pengilingan padi sebagai bahan makanan manusia maka pertama

kali yang dihilangkan adalah kulit (sekam), selanjutnya dilakukan

penggosokan dan didapatkan dedak halus yang terdiri dari germ

(lembaga), dilanjutkan akan didapatkan bekatul yang terdiri dari selaput

aleuron dan juga sebagian beras itu sendiri (Bo Gohl, 1981 cit Warsita,

1999).

Agus (2012), menyatakan bahwa bekatul merupakan hasil

sampingan atau limbah penggilingan padi. Sebanyak 8 sampai 8,5% berat

padi adalah bekatul, nutrisi yang terdapat dalam bekatul, yaitu protein

kasar 9 sampai 12%, pati 15 sampai 35%, lemak 8 sampai 12% dan serat

kasar 8 sampai 12%. Kandungan serat kasar yang lebih tinggi daripada

jagung atau sumber energi lain menyebabkan bekatul diberikan dalam

jumlah yang terbatas tergantung pada jenis ternaknya. Sebaiknya bekatul

dijemur terlebih dahulu selama 3 sampai 4 hari untuk menghindari

3

Page 4: Npt Print Kel 18 New

serangga dan bau tengik agar kualitas bekatul tidak berkurang.

Penjemuran dilakukan sebelum bekatul disimpan atau digunakan sebagai

bahan baku pakan.

Bekatul dalam susunannya mendekati analisis dedak lunteh, akan

tetapi lebih sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit, berhubung

dengan itu lebih sedikit mengandung vitamin B daripada lunteh. Didalam

bekatul juga tercampur pecahan - pecahan halus dari menir. Bekatul lebih

tinggi harganya dan lebih sukar pula didapat untuk makanan hewan, oleh

karena banyak juga dimakan rakyat dalam bentuk sebagai “jenang

bekatul” (Lubis, 1992). Pemberian maksimal bekatul untuk ayam broiler

starter adalah 10% (Hutagalung, 1999).

Wheat BranWheat bran mempunyai kandungan protein 15% dengan

kandungan energi metabolis sebesar 1300 kcal/kg, akan tetapi kandungan

serat kasarnya cukup tinggi dan kandungan lemaknya rendah. Serat kasar

yang terkandung 10% dan lemak 4%. (Rasyaf, 1997). Wheat pollard

gandum merupakan hasil sisa penggilingan gandum, merupakan

campuran wheat middling dan dedak gandum. Wheat middling terdiri dari

partikel halus, dedak gandum, sedikit lembaga dan endosperm,

sedangkan dedak gandum terdiri dari lapisan kulit ari terluar (perikarp) dari

gandum. Selama penggilingan akan dihasilkan wheat pollard gandum

sebesar 10%. Kadar protein dedak gandum rata - rata adalah 15%, lemak

4% dan biasanya kadar seratnya tidak lebih dari 10%. Dedak gandum

mengandung Mg dan kaya akan vitamin B kompleks. Penggunaan wheat

pollard atau dedak gandum didalam ransum sering dibatasi karena

mempunyai bobot ringan per unit volume (bulky), namun demikian cukup

palatable bagi semua jenis ternak disamping sebagai sumber energi

wheat pollard juga sebagai sumber vitamin larut air kecuali niasin (Kamal,

1998).

4

Page 5: Npt Print Kel 18 New

Bungkil KedelaiBungkil kedelai adalah produk hasil ikutan penggilingan biji kedelai

setelah diekstraksi minyaknya secara mekanis (ekspeller) atau secara

kimia (solvent). Bungkil kedelai yang dihasilkan secara mekanis lebih

banyak mengandung minyak dan serat kasar, serta lebih sedikit

kandungan proteinnya dibandingkan dengan bungkil kedelai yang

dihasilkan dengan menggunakan larutan hexan (Ali, 2006). Uhi (2006),

menyatakan bahwa tingkat degradasi (protein) kedelai dalam rumen relatif

tinggi dibandingkan dengan sumber protein berkualitas baik lainnya, dapat

mencapai 75%.

Kandungan protein bungkil kedelai mencapai 43 sampai 48%.

Bungkil kedelai juga mengandung zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor

yang dapat mengganggu pertumbuhan unggas, namun zat anti nutrisi

tersebut akan rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk digunakan

sebagai pakan. Bungkil kedelai dibuat melalui beberapa tahapan seperti

pengambilan lemak, pemanasan dan penggilingan (Boniran, 1999).

Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12%

(Hutagalung, 1999). Bungkil kedelai merupakan limbah dari industri

minyak kedelai. Bungkil ini sangat disukai ternak. Secara kualitatif kualitas

bungkil kedelai dapat di uji dengan menggunakan kerapatan tumpukan

dan uji apung. Kerapatan tumpukan yang baik adalah 594,1 sampai 610.2

kg/m3 (Mcdonald et al., 1995). Pemberian maksimum penggunaan bungkil

kedelai untuk ternak broiler starter adalah 30%.

Tepung IkanTepung ikan adalah sumber protein yang sangat baik untuk

unggas, karena mengandung asam - asam amino esensial yang cukup

untuk kebutuhan ayam dan sumber utama dari lisin dan metionin. Tepung

ikan yang tidak rusak karena pengolahan, mengandung energi metabolis

yang tinggi dibanding dengan bahan - bahan makanan lainnya yang

digunakan dalam ransum unggas. Kualitas tepung ikan bervariasi

bergantung kepada kondisi pengolahan dalam pabrik (Wahju, 1997).

5

Page 6: Npt Print Kel 18 New

Tepung ikan adalah konsentrat sumber protein hewani yang

sangat penting dan paling banyak digunakan dalam membuat ransum

untuk ternak non ruminansia, khususnya untuk pakan unggas. Rata - rata

kandungan protein kasarnya bervariasi dari 50 sampai 70%, kandungan

lemak kasarnya antara 2 sampai 12%. Untuk tepung ikan yang tidak

diekstraksi lemaknya maka kadar lemak kasarnya dapat mencapai 12%

atau lebih. Tepung ikan pada dasarnya sangat kaya akan asam amino,

khususnya asam amino lisin (Zuprizal dan Kamal, 2005). Pemberian

maksimum dari tepung ikan untuk ayam broiler starter adalah 7%

(Hutagalung, 1999).

Agus (2012), menyatakan bahwa tepung ikan merupakan ikan

yang digiling, dimasak dan diproses untuk menghasilkan presscake,

soluble ikan dan minyak. Produk akhir tepung ikan adalah tepung

presscake, tepung utuh (semua soluble dicampur lagi ke presscake) atau

beberapa kombinasi presscake dan soluble. Protein pada tepung ikan

memilki nilai bypass rumen yang tinggi karena kaya lysine, asam amino

esensial dan metionin. Komposisi kimia tepung ikan menurut Hartadi et a.,

(2005), bahan kering 86%, abu 11,5%, ekstrak eter 0,2%, serat kasar 3%,

ekstrak tanpa nitrogen 3,4% dan protein kasar 83,7%.

Meat Bone Meal (MBM)Tepung daging dan tulang atau Meat Bone Meal (MBM) memiliki

kandungan protein yang cukup tinggi namun harganya relatif lebih rendah

dibandingkan tepung ikan impor (Yang et al., 2004). Meat Bone Meal

(MBM) juga memiliki beberapa keterbatasan dalam komposisi asam

amino, terutama untuk metionin dan lisin, serta kadar abu yang tinggi

sehingga berpengaruh terhadap kurangnya tingkat kecernaan pakan ikan

(Xue et al., 2004). Seliviani et al. (2013) dan Abdiguna et al. (2013) juga

menyatakakan bahwa Meat Bone Meal (MBM) yang dibuat memiliki

kandungan protein sebesar 49,19%.

6

Page 7: Npt Print Kel 18 New

Kedelai AfkirKedelai merupakan tanaman legum yang kaya protein nabati,

karbohidrat dan lemak. Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium,

vitamin B dengan komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial

untuk pertumbuhan tubuh manusia (Pringgohandoko dan Padmini, 1999).

Kedelai juga mengandung asam - asam tak jenuh yang dapat mencegah

timbulnya arteri sclerosis, yaitu terjadinya pengerasan pembuluh nadi

(Taufiq dan Novo, 2004).

Minyak SawitMinyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit

(Elaeis guinensis Jacq). Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari

serabut buah (pericarp) dan inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri

dari tiga lapis, yaitu lapisan luar atau kulit buah yang disebut pericarp,

lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan paling

dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan kulit biji

(testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata

- rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44% dan

endocarp tidak mengandung minyak (Pasaribu, 2004).

Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya

adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan

komponen penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan

nontrigliserida. Warna pada minyak kelapa sawit merupakan salah satu

faktor yang mendapat perhatian khusus, karena minyak kelapa sawit

mengandung warna - warna yang tidak disukai oleh konsumen. Zat warna

dalam minyak kelapa sawit terdiri dari dua golongan, yaitu zat warna

alamiah dan zat warna dari hasil degradasi zat warna almiah (Pasaribu,

2004).

Premix UnggasPremix merupakan campuran beberapa mineral dalam suatu bahan

pembawa (carrier) yang digunakan sebagai bahan pakan untuk memenuhi

kebutuhan mineral ternak. Premix adalah campuran bahan pakan yang

7

Page 8: Npt Print Kel 18 New

diencerkan (carrier), yang dalam pemakaiannya harus dicampurkan

kedalam bahan pakan ternak. Premix juga merupakan kombinasi

beberapa mikro-ingredient dengan bahan penyerta sehingga merupakan

kombinasi yang siap dicampurkan dalam pakan ternak. Komposisi premix

berbeda - beda sesuai dengan kebutuhan relatif pada tiap jenis ternak.

Premix disusun dengan mempertimbangkan faktor kebutuhan ternak dan

faktor reaksi antar mineral saat dimetabolisme dalam tubuh ternak

(Priyono, 2009).

Premix adalah campuran dari berbagai bahan pakan sumber vitamin

atau sumber mineral mikro atau campuran kedua - duanya.

Penggunaannya dalam ransum dibatasi hanya sampai 0,5%. Mineral mix

merupakan campuran dari berbagai bahan pakan sumber mineral,

penggunaannya dalam ransum dapat sebanyak 5%. Mineral mix biasanya

tersusun dari garam dapur sebagai sumber Na dan Cl, tepung kapur atau

tepung kalsit sebagai sumber Ca dan tepung tulang sebagai sumber P

(Agus, 2007).

Fungsi utama mineral makro Na, Cl dan K adalah sebagai agen

elektro-kimia yang berperan dalam proses menjaga keseimbangan asam -

basa dan mengontrol tekanan osmotik air sehingga didistribusikan ke

seluruh tubuh. Sedangkan mineral lain mungkin memiliki fungsi struktural,

misalnya Ca dan P adalah komponen esensial pada tulang dan gigi

(Soetanto, 2002). Pemberian maksimum dari premix untuk ternak starter

broiler adalah 1 sampai 5% (Hutagalung, 1999). Mihrani (2006)

menambahkan, premix merupakan suatu feed supplement yang berguna

untuk meransang pertumbuhan. Premix juga berguna untuk melengkapi

kebutuhan zat - zat makanan berupa asam - asam amino, vitamin dan

mineral.

Kebutuhan Nutrien Ayam BroilerRansum merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan

yang diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam. Ransum

8

Page 9: Npt Print Kel 18 New

harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien yang diperlukan ternak

untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok, produksi

maupun reproduksi (Siregar, 1995). Umumnya ransum untuk ternak

ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan pokok

(basal) dapat berupa rumput, legum, perdu, pohon - pohonan serta

tanaman sisa panen; sedangkan pakan konsentrat antara lain berupa biji -

bijian, bungkil, bekatul dan tepung ikan (Siregar, 1995).

Ransum seimbang adalah ransum yang diberikan selama 24 jam

yang mengandung semua zat nutrien (jumlah dan macam nutriennya) dan

perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan

tujuan pemeliharaan ternak (Chuzaemi, 2002). Pengetahuan tentang

kualifikasi bahan pakan diperlukan untuk menyusun ransum seimbang.

Penyusunan ransum seimbang yang sesuai dengan kebutuhan ternak,

diharapakan akan dapat menghasilkan produksi yang optimal (Chuzaemi

dan Hartutik, 1988). Berikut merupakan tabel standar kebutuhan ransum

untuk komoditas ternak ayam petelur yang tersaji pada Tabel 2.1.

Tabel 1. Standar kebutuhan ransum untuk ternak pedaging dan petelur

Jenis Unggas Periode / umur

Kebutuhan zat makananEM PK Ca P Lis

Kcal/kg % % % %Ayam Pedaging Starter (0-3 mg) 2900 22 0.9-1.1 0.7-0.9 1.1Ayam Pedaging

Finisher (3-6 mg) 3100 20 0.9-1.1 0.7-0.9 1

Ayam Petelur Starter (0-8 mg) 2800 19 0.9-1.1 0.6-0.8 0.85

Ayam PetelurGrower (8-22 mg) 2600 16 0.9-1.1 0.6-0.8 0.6

Ayam PetelurLayer1(22-52 mg) 2650 17 3.3-3.8 0.7-0.9 0.73

Ayam Petelur Layer2(>52 mg) 2650 15.5 3.5-3.8 0.7-0.9 0.6Ayam Petelur jantan 1 hari-dipotong 2900 19 0.9-1.1 0.6-0.8 0.85Ayam Buras Starter (0-3 mg) 2700 18 0.9-1.1 0.7-0.9 0.6

Ayam BurasFinisher (3-8 mg) 2800 15 0.9-1.1 0.7-0.9 0.6

Sumber : Widodo, (2010).

9

Page 10: Npt Print Kel 18 New

Wahyu (1992), menyatakan bahwa konsumsi ransum dapat

dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum, umur, aktivitas ternak,

palatabilitas ransum, tingkat produksi dan pengelolaannya. Sifat khusus

unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan

energi, sehingga jumlah pakan atau ransum yang dikonsumsi tiap harinya

cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila konsentrasi

protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang

mempunyai konsentrasi energi metabolis tinggi akan menyediakan protein

yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah pakan yang

dikonsumsi. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan

mengkonsumsi pakan atau ransum untuk mendapatkan lebih banyak

energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang

berlebihan.

10

Page 11: Npt Print Kel 18 New

BAB IIIMATERI DAN METODE

MateriMetode Penyusunan Ransum Unggas

Alat. Alat yang digunakan dalam metode penyusunan ransum

unggas adalah laptop dengan menggunakan software Microsoft excel.

Bahan. Bahan yang digunakan dalam metode penyusunan ransum

unggas adalah Tabel NRC (National Researh Council), Tabel Komposisi

Bahan Pakan untuk Indonesia (TKBPI) dan analisis asisten.

Metode Pencampuran Pakan dan Sampling SampelAlat. Alat yang digunakan dalam metode pencampuran pakan dan

sampling sampel antara lain timbangan, plastik dan nampan.

Bahan. Bahan yang digunakan dalam metode pencampuran pakan

dan sampling sampel antara lain jagung, bekatul, tepung ikan, bungkil

kedelai, meat bone meal, kedelai afkir, minyak sawit dan premix unggas.

Penetapan Kadar Bahan Kering (BK)Alat. Alat yang digunakan dalam penetapan kadar bahan kering

(BK) antara lain timbangan analitik, oven pengering 105 °C sampai 100 °C,

desikator, tang penjepit dan silica disk.

Bahan. Bahan yang digunakan dalam penetapan kadar bahan

kering (BK) antara lain jagung, bekatul, tepung ikan, bungkil kedelai, meat

bone meal, kedelai afkir, minyak sawit dan premix unggas.

Penetapan Kadar Protein Kasar (PK)Alat. Alat yang digunakan dalam penetapan kadar protein kasar

(PK) antara lain labu kjeldahl 650 ml, labu Erlenmeyer 650 ml dan 300 ml,

gelas ukur 100 ml, buret, corong, pipet volume 25 atau 50 ml, alat

destruksi dan destilasi serta timbangan analitik.

Bahan. Bahan yang digunakan dalam penetapan kadar protein

kasar (PK) antara lain jagung, bekatul, tepung ikan, bungkil kedelai, meat

bone meal, kedelai afkir, minyak sawit dan premix unggas. Reagensia

11

Page 12: Npt Print Kel 18 New

H2SO4 pekat, CuSO4 dan K2 SO4, kjeltab, NaOH 50%, HCl 0,1 N, H3 BO3 0,1

N, indikator mix dan Zn logam.

MetodeMetode Penyusunan Ransum Unggas

Metode yang digunakan pada saat praktikum adalah trial and error

method. Langkah - langkah yang harus dilakukan untuk menyusun

ransum dengan metode ini adalah : 1) menentukan jenis atau macam

bahan pakan apa saja yang akan digunakan dalam menyusun ransum; 2)

mengetahui kandungan nutrien masing - masing bahan pakan yang akan

digunakan. Kandungan nutrien dapat dilihat pada Tabel NRC (National

Researh Council) (1994), Tabel Komposisi Bahan Pakan untuk Indonesia

(TKBPI) dan hasil analisis asisten; 3) mencari data kebutuhan standar

ayam pedaging setiap fase; 4) mengetahui harga bahan pakan per kg;

dan 5) menghitung berulang kali sampai didapatkan hasil susunan ransum

yang sesuai ataupun mendekati formulasi yang dikehendaki ke dalam

Microsoft Excel.

Metode Pencampuran Pakan dan Sampling SampelJagung dan MBM (Meat Bone Meal) dicampur terlebih dahulu

didalam nampan. Bungkil kedelai dengan minyak kemudian dicampur

dalam nampan yang berbeda sampai merata. Wheat bran atau dedak

gandum dan premix dicampur dalam plastik secara merata. Semua bahan

pakan yang telah tercampur tersebut dicampur pada nampan yang lebih

besar secara merata. Campuran bahan pakan yang telah merata dibuat

kerucut, lalu diratakan kembali dan dibagi menjadi 4 bagian dan diambil

masing - masing satu genggam sampel dari sisi yang berhadapan yang

dinamakan dengan Coning and Quartering. Sampel akan digunakan untuk

analisis bahan kering dan protein kasar.

Penetapan Kadar Bahan Kering (BK)Silica disk yang sudah bersih bersama tutup yang dilepas dalam

oven pengering pada suhu 105 °C sampai 110 °C selama 1 jam

12

Page 13: Npt Print Kel 18 New

dikeringkan. Silica disk yang sudah bersih bersama tutup yang dilepas

dalam oven pengering pada suhu 105 °C sampai 110 °C selama 1 jam

didinginkan dan bila sudah dingin ditimbang (X gram). Sampel ditimbang

kurang lebih 1 gram (Y gram) dimasukan silica disk yang sudah bersih

bersama tutup yang dilepas dalam oven pengering selama 8 sampai 24

jam pada suhu 105 °C sampai 110 °C. Silica disk berisi cuplikan sampel

dikeluarkan dari oven, lalu didinginkan didalam desikator dengan tutup

dilepas selama 1 jam. Silica disk yang berisi cuplikan sampel dalam

keadaan dingin dan tertutup sampai diperoleh bobot yang tetap (Z gram).

Prinsip kerjanya adalah air yang terkandung didalam suatu bahan

pakan akan menguap seluruhnya apabila bahan tersebut dipanaskan

selama beberapa waktu pada suhu 105 °C sampai 110 °C dengan tekanan

udara bebas.

Perhitungan :

Kadar air = X+Y-Z x 100%

Y

Kadar bahan kering = 100% - kadar air

X= bobot silica disk

Y= bobot cuplikan sampel pakan

Z= bobot silica disk + cuplikan setelah dioven 105 °C sampai 100 °C

Penetapan Kadar Protein Kasar (PK)a. Destruksi

Cuplikan sampel bahan ditimbang seberat sekitar 0,5 gram (Z

gram) tergantung dari macam bahan. 20 ml H2SO4 pekat dan ¼ tablet

kjeltab dan cuplikan sampel dimasukan ke dalam tabung destruksi yang

telah besih dan kering. Kompor destruksi dinyalakan kemudian

ditempatkan ditabung destruksi pada lubang yang ada pada kompor,

pendingin dihidupkan. Skala pada kompor destruksi di set kecil kurang

Iebih 1 jam. Destruksi diakhiri bila larutan berwarna jernih. Kemudian

didinginkan dan dilanjutkan proses destilasi.

13

Page 14: Npt Print Kel 18 New

b. Destilasi

Hasil destruksi diencerkan dengan air sampai volumenya 300 ml,

digojog agar larutan homogen. Erlenmeyer 650 ml yang berisi 50 ml

H3BO3 0,1 N + 100 ml air dan 3 tetes indikator mix disiapkan. Penampung

dan labu kjeldahl dipasang dalam alat destilasi. Air pendingin (panas

pendingin maksimum 80ºF dihidupkan dan tombol ditekan hingga menyala

hijau. Dispensing ditekan ke bawah untuk memasukkan NaOH 50% ke

dalam tabung tersebut. Handle steam diturunkan ke bawah sehingga

larutan yang ada dalam tabung mendidih. Destilasi berakhir setelah

destilat mencapai 200 ml. Blanko dibuat dengan menggunakan cuplikan

yang berupa H2O dan didestilasi dengan cara seperti diatas.

c. Titrasi

Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna.

Perhitungan kadar protein kasar :

Kadar protein kasar = (X-Y) x N x 0,014 x 6,25 x 100%

Z

X = Jumlah titrasi sampel (ml)

Y = Jumlah titrasi blanko (ml)

N = Normalitas HCl

Z = Bobot sampel (gram)

14

Page 15: Npt Print Kel 18 New

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi Bahan PakanBahan pakan merupakan suatu bahan yang dimakan ternak guna

memenuhi kebutuhan nutriennya. Komposisi kimia dari bahan pakan

terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan air. Sistem analisis

Wendee sudah digunakan lebih dari 150 tahun untuk mengetahui

komponen bahan pakan seperti protein kasar, ekstrak ether, bahan kering,

serat kasar dan ekstrak tanpa nitrogen (ETN) (NRC, 1996). Bahan pakan

yang digunakan dalam praktikum nutrisi dan pakan ternak antara lain

jagung, bekatul, wheat bran, bungkil kedelai, tepung ikan, MBM (Meat

Bone Meal), kedelai afkir, minyak sawit dan premix unggas. Berdasarkan

klasifikasi bahan pakan yang digunakan dalam praktikum nutrisi dan

pakan ternak, maka bahan pakan tersebut dapat dikelompokkan menjadi

bahan pakan sumber energi, bahan pakan sumber protein dan bahan

pakan sumber mineral.

Bahan pakan yang termasuk sumber energi antara lain jagung,

bekatul, wheat bran dan minyak sawit. Kandungan masing - masing bahan

pakan antara lain jagung menurut Agus (2007) mempunyai PK antara 8

sampai 13% dan BK sebesar 3,2%, menurut Agus (2012) bekatul

mempunyai PK antara 9 sampai 12% dan BK berkisar 8 sampai 12%,

menurut Rasyaf (1997) wheat bran mempunyai PK 15% dan BK sebesar

10%. Hal ini sesuai menurut Hartadi et al. (2005), yang menyatakan

bahwa bahan pakan sumber energi merupakan bahan pakan dengan PK

< 20%, SK < 18% dan dinding sel < 35%. Contohnya antara lain biji -

bijian, umbi - umbian, bungkil sawit dan kacang - kacangan.

Bahan pakan dalam praktikum yang termasuk ke dalam sumber

protein antara lain bungkil kedelai, tepung ikan, MBM (Meat Bone Meal)

dan kedelai afkir. Kandungan PK masing - masing bahan pakan antara

lain menurut Boniran (1999) bungkil kedelai antara 43 sampai 48%,

15

Page 16: Npt Print Kel 18 New

tepung ikan menurut Zuprizal dan Kamal (2005) berkisar antara 50 sampai

70%, Meat Bone Meal (MBM) menurut Seliviani et al. (2013) dan

Abdiguna et al. (2013) mempunyai PK sebesar 49,19%. Hal ini sesuai

menurut Hartadi et al. (2005), bahwa bahan pakan sumber protein

merupakan bahan pakan dengan PK ≥ 20%, SK < 18% dan dinding sel <

35%. Contohnya antara lain tepung ikan, MBM dan bungkil - bungkilan.

Bahan pakan yang termasuk bahan pakan sumber mineral, yaitu premix

unggas. Menurut Hartadi et al. (2005), bahwa bahan pakan sumber

mineral merupakan bahan pakan yang mengandung mineral cukup tinggi

untuk kebutuhan ternak, misalnya NaCl dan kapur. Hal ini menunjukkan

bahwa bahan pakan sumber mineral yang digunakan sudah sesuai

dengan literatur.

Kebutuhan Nutrien TernakTabel 2. Kebutuhan ME, PK dan BK berdasarkan perhitungan ransum

menggunakan excel

Parameter Starter FinisherPK (%) 22,99 19,46

ME (Kcal) 2999,62 3006,6BK (%) 86,42 81,7

Berdasarkan perhitungan ransum dengan menggunakan excel,

diperoleh kebutuhan PK pada ransum ayam broiler starter dan finisher

sebesar 22,99% dan 19,46%. Kebutuhan ME pada ransum ayam broiler

starter dan finisher sebesar 2999,62 Kcal dan 3006,6 Kcal. Kadar BK

pada ransum ayam broiler starter dan finisher sebesar 86,42% dan 81,7

%. Hal ini sesuai menurut pendapat NRC (1994), yang menyatakan

bahwa kebutuhan PK dan ME pada ayam broiler starter masing - masing

sebesar 23% dan 3200 Kcal. Kebutuhan PK dan ME pada ayam broiler

finisher masing - masing sebesar 20% dan 3200 Kcal.

Faktor yang mempengaruhi perbedaan kandungan nutrien (PK, ME

dan BK) ayam broiler fase starter dan finisher antara lain pada saat fase

16

Page 17: Npt Print Kel 18 New

starter kandungan nutrien digunakan sebagai hidup pokok, pertumbuhan

jaringan syaraf, otot, tulang dan lain - lain, serta pembentukan antibodi

sehingga nutrien pakan lebih digunakan untuk mempersiapkan agar

kemampuan genetik produksi dan reproduksi pada saatnya dapat muncul

optimal. Kandungan nutrien pakan ayam broiler fase finisher lebih

digunakan untuk hidup pokok, produksi hormon dan antibodi, mengganti

sel - sel yang rusak, serta mempertahankan dan memperbaiki produksi

dan reproduksi tetap tinggi sesuai kemampuan biologis yang dimiliki pada

lingkungan dan manajemen yang baik.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1997), yang

menyatakan bahwa untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi, ayam

membutuhkan sejumlah nutrisi, yaitu protein yang mengandung asam

amino seimbang dan berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat,

lemak, vitamin dan mineral. Kartadisastra (1994), juga menyatakan bahwa

jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang

dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan produksi. Faktor lain

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan

lingkungan tempat ternak itu dipelihara. Anggorodi (1994), menambahkan

bahwa ayam broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk

memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian

tersebut berkisar antara 2800 sampai 3400 Kcal energi metabolisme per

kg ransum.

Penyusunan dan Pencampuran RansumMetode penyusunan ransum unggas

Agus (2007), menyatakan bahwa metode penyusunan ransum ada

lima, antara lain : 1) Trial and Error Method; 2) Person’s Square Method;

3) Exact Method; 4) Simultaneous Equation Method; 5) Linear

Programming Method. Masing - masing metode tersebut mempunyai

keistimewaan sendiri - sendiri. Oleh karena itu, metode mana yang akan

digunakan adalah sesuai dengan kepentingannya.

17

Page 18: Npt Print Kel 18 New

Metode yang digunakan pada saat praktikum adalah trial and error

method. Langkah - langkah yang harus dilakukan untuk menyusun

ransum dengan metode ini adalah : 1) menentukan jenis atau macam

bahan pakan apa saja yang akan digunakan dalam menyusun ransum; 2)

mengetahui kandungan nutrien masing - masing bahan pakan yang akan

digunakan. Kandungan nutrien dapat dilihat pada tabel NRC (1994), Tabel

Komposisi Bahan Pakan untuk Indonesia (TKBPI) dan hasil analisis

asisten; 3) mencari data kebutuhan standar ayam pedaging setiap fase; 4)

mengetahui harga bahan pakan per kg; dan 5) menghitung berulang kali

sampai didapatkan hasil susunan ransum yang sesuai ataupun mendekati

formulasi yang dikehendaki ke dalam Microsoft Excel.

Beberapa langkah yang harus dilakukan dengan trial and error

method menurut Zuprizal dan Kamal (2005), yaitu memilih macam bahan

pakan yang akan digunakan, mencari kandungan nutrien penyusun

masing - masing bahan pakan yang akan digunakan dan menghitung

berulang kali sampai mendapatkan hasil susunan ransum yang sesuai

ataupun mendekati ketentuan yang dikehendaki. Petunjuk penting

sebelum mencoba mengerjakannya, yaitu adanya ketentuan pembatasan

dalam jumlah penggunaan campuran bahan pakan, yaitu yang disebut

basal mix, protein mix, mineral mix dan premix. Hal ini menunjukkan

bahwa metode yang digunakan pada saat praktikum sudah sesuai dengan

literatur.

Kelebihan perhitungan ransum ternak dengan trial and error

method apabila dibandingkan dengan metode yang lain, yaitu pada

dasarnya melakukan coba - coba presentase komposisi bahan pakan

sehingga sesuai dengan yang dibutuhkan. Trial and error method juga

dianggap paling mudah untuk membuat komposisi ransum namun cukup

ribet jika komposisi belum tercapai seimbang. Penentuan harganya pun

tidak harus didapat nilai yang murah tiap komposisi yang didapat. Namun,

apabila ditinjau dari cara perhitungannya Trial and error method

merupakan metode yang kurang praktis, apalagi mereka yang tidak selalu

18

Page 19: Npt Print Kel 18 New

berkecimpung dalam penyusunan ransum akan mengalami kesulitan. Hal

ini sesuai menurut Irawan (2015), yang menyatakan bahwa  kelemahan

dari trial and error method, yaitu meskipun metode ini merupakan

penyusunyan ransum dengan cara yang paling mudah, tetapi

membutuhkan waktu yang  lama  dan biaya yang cukup besar.

Metode pencampuran pakan dan sampling sampelPencampuran bahan pakan sangatlah penting dalam pembuatan

ransum. Pencampuran dilakukan dengan sebaik mungkin agar didapatkan

ransum yang homogen dan meminimalkan ternak untuk dapat memilih

bahan pakan yang disukainya saja. Pencampuran dilakukan dengan

mencampurkan bahan dengan partikel yang hampir sama ukurannya.

Bahan pakan yang sifatnya cair, seperti minyak, dicampurkan dengan

bahan pakan pakan dengan partikel yang lebih besar yang mana

selanjutnya barulah dicampurkan seluruhnya. Pencampuran bahan pakan

sesuai dengan ransum yang telah disusun sebelumnya. Bahan pakan

yang digunakan dalam penyusunan ransum ayam broiler starter pada

praktikum nutrien pakan ternak antara lain jagung, wheat bran, MBM

(Meat Bone Meal), bungkil kedelai, minyak sawit dan premix unggas

dengan proporsi masing - masing.

Jagung dan MBM (Meat Bone Meal) dicampur terlebih dahulu

didalam nampan. Bungkil kedelai dengan minyak kemudian dicampur

dalam nampan yang berbeda sampai merata. Wheat bran atau dedak

gandum dan premix dicampur dalam plastik secara merata. Semua bahan

pakan yang telah tercampur tersebut dicampur pada nampan yang lebih

besar secara merata. Campuran bahan pakan yang telah merata dibuat

kerucut, lalu diratakan kembali dan dibagi menjadi 4 bagian dan diambil

masing - masing satu genggam sampel dari sisi yang berhadapan yang

dinamakan dengan Coning and Quartering. Sampel akan digunakan untuk

analisis bahan kering dan protein kasar.

Metode Coning and Quartering cocok digunakan untuk jumlah

sampel yang banyak dan dapat dengan mudah dilakukan dengan

19

Page 20: Npt Print Kel 18 New

menggunakan sekop atau bahkan front-end loader untuk sampel yang

sangat besar. Pertama, bahan tersebut dicampur dan membentuk sebuah

tumpukan kerucut. Tumpukan kerucut tersebut kemudian tersebar merata

untuk membentuk piringan pipih. Piringan ini kemudian dibagi menjadi

empat menggunakan papan yang tegak lurus. Piringan dibagi radial

menjadi empat dan dua perempat bagian yang saling berlawanan

digabungkan untuk sampel, sedangkan dua perempat lainnya dibuang.

Jika sampel terlalu besar, maka dapat dipotong lagi sampai ukuran

sampel yang diinginkan diperoleh. Prosedur Coning and Quartering rentan

terhadap kesalahan manusia (Anonim, 2009).

Hasil Analisis Kandungan Nutrien RansumPenetapan Kadar Bahan Kering

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui kadar

bahan kering ransum untuk ayam broiler fase starter adalah sebagai

berikut :

Tabel 3. Persentase kesalahan hasil analisis kadar bahan kering ransum

Variasi Bahan Pakan Tabel NRC (%) TKBPI (%) Analisis asisten

(%)4 BP 4,80 5,32 4,305 BP 4,83 5,42 3,836 BP 4,85 4,70 4,627 BP 3,65 3,68 3,93

Kadar bahan kering dari setiap penyusunan ransum mempunyai

persentase kesalahan yang berbeda - beda. Berdasarkan Tabel 3,

persentase kesalahan hasil analisis kadar bahan kering ransum dengan 4,

5 dan 6 variasi bahan pakan dari yang terkecil sampai yang terbesar

berturut – turut, yaitu analisis asisten, Tabel NRC dan TKBPI, sedangkan

persentase kesalahan hasil analisis kadar bahan kering ransum dengan 7

variasi bahan pakan dari yang terkecil sampai terbesar secara berturut -

turut, yaitu Tabel NRC, TKBPI dan analisis asisten. Hal ini diketahui

bahwa terdapat perbedaan persentase kesalahan kadar bahan kering

20

Page 21: Npt Print Kel 18 New

dikarenakan adanya penggunaan tiga analisis yang berbeda pada

penyusunan ketiga ransum tersebut yang berbeda. Perbedaan analisis

berdasarkan Tabel NRC, TKBPI dan berdasarkan analisis asisten, maka

komposisi kimia yang dipakai acuan dalam penyusunan ransum juga

berbeda, sehingga terdapat perbedaan dalam kadar bahan keringnya.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada saat praktikum, dapat disimpulkan

bahwa analisis komposisi dengan 4, 5 dan 6 variasi bahan pakan dari

analisis asisten lebih mendekati kandungan nutrien yang sebenarnya bila

dibandingkan dengan hasil yang didapatkan dengan menggunakan

analisis dari Tabel NRC dan TKBPI, yaitu dengan membandingkan

persentase kesalahan yang diperoleh, dimana analisis komposisi BK dari

analisis asisten lebih kecil daripada persentase kesalahan dengan Tabel

NRC dan TKBPI, kecuali dengan 7 variasi bahan pakan dari Tabel NRC

lebih mendekati kandungan nutrien yang sebenarnya dibanding TKBPI

dan analisis asisten. .

Persentase kesalahan kadar bahan kering dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain variasi penggunaan bahan pakan, komposisi

masing - masing bahan pakan dan pada saat pencampuran bahan pakan.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan persentase kesalahan

bahan kering disebabkan karena dari Tabel NRC analisis bahan pakan

yang digunakan cenderung bahan pakan yang berasal dari negara

subtropis yang berbeda dengan negara tropis, dengan TKBPI dapat terjadi

karena varietas dari bahan pakan berbeda - beda, sedangkan dengan

analisis asisten persentase kesalahan relatif kecil karena bahan pakan

yang digunakan pada saat praktikum sama dengan bahan pakan dari

analisis asisten. Faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan tersebut

sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1997), bahwa analisa dari suatu

contoh bahan makanan mungkin berbeda banyak dengan nilai rata - rata

yang dicantumkan dalam tabel. Perbedaan ini dipengaruhi oleh berbagai

faktor, seperti : tanaman, varietas, iklim, tanah dan lama penyimpanan.

Oleh karenanya, nilai - nilai gizi yang tercantum harus dipergunakan

21

Page 22: Npt Print Kel 18 New

dengan suatu pertimbangan, dihubungkan dan jika mungkin mengadakan

analisa dari bahan makanan yang tersedia.

Perbedaan kandungan nutrien yang digunakan dalam bahan pakan

sangat berpengaruh dalam penyususunan ransum, apabila kandungan

nutrien bahan pakan yang digunakan berbeda dari kandungan aslinya

maka persentase kesalahan akan besar. Persentase kesalahan yang

besar akan berakibat terhadap produktivitas ternak, karena ransum harus

memenuhi kebutuhan zat nutrien yang diperlukan ternak untuk berbagai

fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok ternak, produksi maupun

reproduksi. Ransum yang seimbang adalah ransum yang sesuai dengan

kebutuhan ternak, sehingga produksinya optimal (Umiyassih dan

Anggraeny, 2007).

Penetapan Kadar Protein KasarBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui

persentase kesalahan dari analisi kadar protein kasar ransum untuk ayam

broiler fase starter adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Persentase kesalahan hasil analisis kadar protein kasar

Variasi Bahan Pakan Tabel NRC (%) TKBPI (%) Analisis asisten

(%)4 BP 12,97 31,06 10,785 BP 15,54 75,98 30,906 BP 31,96 38,30 24,667 BP 34,58 48,01 42,77

Kadar protein kasar dari setiap penyusunan ransum mempunyai

nilai yang berbeda - beda. Berdasarkan Tabel 4, persentase kesalahan

hasil analisis kadar protein kasar ransum dengan 4, 5 dan 7 variasi bahan

pakan dari yang terkecil sampai yang terbesar berturut - turut, yaitu Tabel

NRC, TKBPI dan analisis asisten, sedangkan persentase kesalahan hasil

analisis kadar protein kasar ransum dengan 6 variasi bahan pakan dari

yang terkecil sampai terbesar secara berturut - turut, yaitu analisis asisten,

Tabel NRC dan TKBPI. Hal ini diketahui bahwa terdapat perbedaan

persentase kesalahan kadar protein kasar dikarenakan adanya

22

Page 23: Npt Print Kel 18 New

penggunaan tiga analisis yang berbeda pada penyusunan ketiga ransum

tersebut yang berbeda.

Persentase kesalahan kadar protein kasar dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain variasi penggunaan bahan pakan, komposisi

masing - masing bahan pakan dan pada saat pencampuran bahan pakan.

Menurut Astigaraga et al. (1992), bahwa adanya perbedaan lain

dimungkinkan pada saat perhitungan penyusunan ransum terdapat

kesalahan sehingga mempengaruhi kadar protein saat dianalisis. Selain

itu, kesalahan pembuatan atau pencampuran ransum tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa hal. Frekuensi pemotongan dapat

meningkatkan kandungan protein kasar, tetapi produksi BK menurun. Aras

pemupukan dapat menurunkan kandungan BK, meningkatkan kandungan

protein kasar, protein terlarut dan N organik.

Manfaat dari analisis proksimat sebelum menyusun ransum, yaitu

nilai yang diperoleh dari analisis proksimat mendekati nilai komposisi yang

sebenarnya dari bahan pakan yang diuji, dengan diketahuinya nilai nutrien

dalam bahan pakan dapat dengan mudah menyusun ransum sesuai

dengan kebutuhan ternak sehingga produktivitas ternak dapat baik dan

meningkat. Metode analisis proksimat didasarkan atas komposisi susunan

kimia dan kegunaannya (Tillman et al., 1998), karena nilai yang diperoleh

hanya mendekati nilai komposisi sebenarnya. Sistem analisis proksimat

dapat untuk mengetahui 6 macam fraksi, yaitu air, abu, protein kasar,

lemak kasar, serat kasar dan ekstrak tanpa nitrogen. Khusus untuk

ekstrak tanpa nitrogen nilainya dapat dicari hanya berdasarkan

perhitungan 100% dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang lain. Analisis

proksimat merupakan dasar analisis kimia yang dikerjakan setiap hari dari

pakan, jaringan tubuh, feses, ataupun ekskreta yang diantaranya berguna

untuk menentukan estimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan, juga

untuk menentukan pakan standar untuk semua jenis ternak (Kamal,

1994).

23

Page 24: Npt Print Kel 18 New

Pengaruh pembuatan ransum dengan sumber bahan pakan yang

berbeda adalah berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada tabel

NRC semakin sedikit jenis bahan pakan yang digunakan semakin kecil

persentase kesalahan kadar protein kasarnya. Sementara itu, dengan

menggunakan TKBPI pada penggunaan variasi bahan pakan dengan 5

bahan pakan didapatkan persentase kesalahan kadar protein kasar yang

paling besar, sedangkan dengan 4 variasi bahan pakan persentase

kesalahan kadar protein kasarnya paling kecil. Hasil analisis asisten

menunjukkan secara umum semakin banyak variasi bahan pakan yang

digunakan maka semakin rendah persentase kesalahan dari kadar protein

kasarnya. Jenis bahan pakan dan jumlah bahan pakan dapat berpengaruh

langsung terhadap nilai kadar protein kasar, akan tetapi dengan semakin

banyaknya variasi bahan pakan yang digunakan maka asam – asam

amino dalam dalam bahan pakan akan dapat saling melengkapi bahan

pakan yang satu dengan yang lain.

Hal ini sesuai pendapat Nelwida (2009), bahwa performa ayam

broiler dipengaruhi oleh kandungan zat - zat makanan dalam ransum,

semakin tinggi penggantian jagung dengan bahan pakan lain baik yang

direndam maupun yang tidak direndam dalam ransum akan menyebabkan

terjadinya penurunan konsumsi bahan kering ransum. Parakkasi (1990),

menambahkan bahwa ransum yang kandungan proteinnya rendah,

umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya. Tinggi

rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan

pakan dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran pecernaan.

24

Page 25: Npt Print Kel 18 New

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa kebutuhan ME, PK dan BK dengan perhitungan ransum

menggunakan excel untuk ayam starter sebesar 2999,62 Kcal, 22,99%

dan 86,42%. Kebutuhan ME, PK dan BK dengan perhitungan ransum

menggunakan excel untuk ayam finisher sebesar 3006,6 Kcal, 19,46%

dan 81,7%. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan nutrien ayam broiler

starter dan finisher berbeda. Metode yang digunakan pada saat praktikum

adalah trial and error method. Metode pencampuran pakan dan sampling

sampel dengan metode Coning and Quartering. Persentase kesalahan

hasil analisis kadar bahan kering ransum dengan 4, 5 dan 6 variasi bahan

pakan dari yang terkecil sampai yang terbesar berturut - turut, yaitu

analisis asisten, Tabel NRC dan TKBPI, kecuali 7 variasi bahan pakan.

Persentase kesalahan hasil analisis kadar protein kasar ransum dengan 4,

5 dan 7 variasi bahan pakan dari yang terkecil sampai yang terbesar

berturut - turut, yaitu Tabel NRC, TKBPI dan analisis asisten, kecuali 6

variasi bahan pakan. Faktor yang mempengaruhi kadar nutrien ransum

antara lain variasi penggunaan bahan pakan, kualitas atau komposisi

masing - masing bahan pakan dan pencampuran bahan pakan.

SaranPelaksanaan praktikum sudah berlangsung dengan baik, tetapi

masih ada beberapa kendala yang masih terjadi, misalnya jadwal dan

daftar kelompok disusun sebaik mungkin sehingga tidak membingungkan

praktikan jika terjadi perubahan. Peralatan untuk pengujian diperiksa

sebelum digunakan praktikum sehingga pada saat praktikum praktikan

dapat melakukan yang seharusnya dilakukan. Setiap selesai melakukan

penimbangan atau kegiatan yang berhubungan dengan pengujian

25

Page 26: Npt Print Kel 18 New

sebaiknya dilakukan pencatatan dibuku khusus oleh seluruh kelompok

sehingga data - data yang diperlukan oleh praktikan dapat diketahui dari

buku tersebut.

26

Page 27: Npt Print Kel 18 New

DAFTAR PUSTAKA

Abdiguna A., Santoso, L., Wardiyanto dan Suparmono. 2013. Penggunaan tepung daging dan tulang sebagai alternatif sumber protein hewani pada ikan nila merah (Oreochromis niloticus). e-JRTBP (2) : 191-196.

Agus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Cetakan Pertama. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Agus, Ali. 2012. Bahan Pakan Konsentrat untuk Sapi. Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Ali, A. J. 2006. Karakteristik Sifat Fisik Bungkil Kedelai, Bungkil kelapa dan bungkil Sawit. Fakultas Peternakan. IPB.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Anonim. 2009. Sampling http://www.chem.mtu.edu/chem_eng/faculty/kawatra/CM3820 2009_Sampling.pdf. Diakses pada tanggal 1 April 2015 pukul 13.23 WIB.

Astigaraga, C., J. L. Peyroud and M. Le Bers. 1992. Effect of Level Fertilization and Protein Inplementation on Intake by Gassing Dairy Cow II. Exeption on Hidrogen in Dury and Ukhe. Ann. Zootech. In Press.

Boniran, S. 1999. Quality Control untuk Bahan Baku dan Produk Akhir Pakan Ternak. Kumpulan Makalah Feed Quality Managemen Workshop. American Soybean Association dan Balai Penelitian Ternak. 2-7.

Chuzaemi, S., Hermanto, Soebarinoto dan H. Sudarwati. 1997. Evaluasi protein pakan ruminansia melalui pendekatan sintesis protein mikrobial didalam rumen : evaluasi kandungan RDP dan IDP pada beberapa jenis hijauan segar, limbah pertanian dan konsentrat. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati. 9 (1) : 77–89.

Chuzaemi. S. 2002. Arah dan Sasaran Penelitian Nutrien Sapi Potong di Indonesia. Workshop Sapi Potong. Lolit Sapi Potong. Unpublish.

Hartadi. H. S., Reksohadiprojo dan A. D. Tillman. D. A. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke IV. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

27

Page 28: Npt Print Kel 18 New

Hutagalung, R. I. 1999. Definisi dan Standar Bahan Baku Pakan. Kumpulan Makalah Feed Quality Managemen Workshop. American Soybean Association dan Balai Penelitian Ternak. 2-13.

Irawan, S. L. 2015. http://sarilelairawan21.blogspot.com/2014/06/laporan-bpfr-mencampur-ransum.html. Diakses pada tanggal 6 Mei 2015 pukul 14.48 WIB.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kamal, M. 1999. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Laboratorium Ternak. Fakultas Peternakan. Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta.

Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan Jakarta. Jakarta.

Mcdonald, P., R.A Edwards J.F.D. Greenhalg, C.A. Morgan. 1995. Animal Nutrition, 5th Edition. John Wiley and Sons Inc. New York.

Mihrani. 2006. Pengaruh Campuran Ransum Komersil dan Dedak Padi yang Ditambah CaCO3 dan Premix A terhadap Pertumbuhan Ayam Buras Periode Starter. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa. Gowa.

Nelwida. 2009. Efek penggantian jagung dengan biji alpukat yang direndam air panas dalam ransum terhadap retensi bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada ayam broiler. Jurnal ilmiah ilmu - ilmu peternakan. Vol 12 (1).

NRC (National Research Council). 1994. Nutrient Requirement of Poultry Ninth Revised Edition. National Academy Press. Washington, D. C.

NRC. 1996. Nutrient Requirement of Beef Cattle. 7 th Revised Ed. National Academy Press. Washington, D. C.

Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Cetakan Pertama. Penerbit Angkasa. Bandung.

Pasaribu, N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Diakses melalui http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-nurhaida.pdf. Diakses pada tanggal 3 April 2015 pukul 19.31 WIB.

28

Page 29: Npt Print Kel 18 New

Pringgohandoko, B. dan O.S. Padmini 1999. Pengaruh rhizo-plus dan pemberian cekaman air selama stadia reproduksi terhadap hasil dan kualitas biji kedelai. Agrivet. Vol 1.

Prihatman, Kemal. 2000. Jagung (Zea mays L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.

Priyono. 2009. Premix. Available at http://www.ilmupeternakan.com/2009_03_01_archive.html. Diakses pada tanggal 3 April 2015 pukul 20.19 WIB.

Rasyaf, M. 1997. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Selviani Y., Santoso, L dan Hudaidah, S. 2013. Subtitusi tepung ikan dengan tepung daging dan tulang untuk pertumbuhan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus). e-JRTBP (2) : 179-184.

Sinurat, A. P. 1999. Penggunaan Bahan Pakan Lokal dalam Pembuatan Ransum Ayam Buras. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Siregar, S. B. 1995. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soejono M, R. Utomo, S.P.S. Budhi dan A. Agus. 2006. Mutu Pakan Sapi Potong Ditinjau dari Kebutuhan Nutrisi. Koordinasi Pengawasan Mutu Pakan. Dinas Peternakan. Propinsi Jawa Timur. Surabaya.

Soetanto, H., 2009. Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia Menurut Stadia Fisiologisnya.Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Taufiq, T.M.M. dan I. Novo. 2004. Kedelai, Kacang Hijau dan Kacang Panjang. Absolut Press. Yogyakarta.

Tillman, D. Allen., Hari Hartadi, Soedomo Reksohadiprodjo, Soeharto Prawirokusumo, Soekanto Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Uhi, H. T. 2006. Perbandingan suplemen katalitik dengan bungkil kedelai terhadap penampilan domba. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 6 (1) : 1-6.

Umiyasih, U dan Anggraeny, Y. N. 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi Pakan pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan

29

Page 30: Npt Print Kel 18 New

Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Wahyu. J. 1992. IImu Nutrisi Ternak Unggas. UGM-Press, Yogyakarta.

Wahju, L. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Warsita. 1999. Pengaruh Pemberianp Pakan Tambahan Bekatul dan Urea terhadap Kenaikan Berat Badan Sapi PO yang dipelihara di TPA Sampah Mojosongo. Skripsi. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Widodo, K. 2010. Teori dan Aplikasi Pembuatan Pakan Ternak Ayam dan Itik. Universitas Brawijaya. Malang.

Xue M., Xie S., and Yibo C. 2004. Effect of a feeding stimulant on feeding adaption of gibel carp Carassius auratus gibelio (Bloch), fed diets with replacement of fish meal by meat and bone meal. Aquaculture Research (35) : 473-482.

Yang, Y., Xie, S., Cui, Y., Lei, W., Zhu, X., Yang, Y., and Yu, Y., 2004. Effect of replacement of dietary fish meal by meat and bone meal and poultry by-product meal on growth and feed utilization of gibel carp, Carassius auratus gibelio. Aquaculture Nutrition (10) : 289-294.

Zuprizal dan Muhammad Kamal. 2005. Nutrisi dan Pakan Unggas. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

30

Page 31: Npt Print Kel 18 New

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jagung Gambar 2. Bungkil kedelai

Gambar 3. Tepung ikan Gambar 4. Meat Bone Meal (MBM)

Gambar 5. Sampling pakan Gambar 6. Pencampuran pakan

31

Page 32: Npt Print Kel 18 New

LAMPIRAN

PerhitunganRansum berdasarkan tabel komposisi bahan pakan Indonesia

A. Perhitungan kadar air

Sampel 1

Ka = X + Y – Z x 100%

Y

Ka = 22,326 + 1,019 – 23,254 x 100%

1,019

Ka = 8,93%

BK = 100 - Ka

BK = 91,07%

Persentase kesalahan = 91,07 – 86 x 100%

91,07

= 5,57%

Sampel 2

Ka = X + Y – Z x 100%

Y

Ka = 20,642 + 1,003 – 21,645 x 100%

1,003

Ka = 9,17%

BK = 100 - Ka

BK = 90,83%

Persentase kesalahan = 90,83 – 86 x 100%

90,83

= 5,32%

Keterangan :

X = bobot gelas timbang (vochdoos)Y = bobot cuplikan pakan

Z = bobot vochdoos + cuplikan setelah dioven 105 °C - 110°C

32

Page 33: Npt Print Kel 18 New

B. Perhitungan kadar protein kasar

Kadar protein kasar = (X – Y) x N x 0,014 x 6,25 x 100%Z

= (9,4 – 0,2) x 0,1 x 0,014 x 6,25 x 100%Z

= 15,85%

Persentase kesalahan = 22,99 – 15,85 x 100%22,99

= 31,06%

Keterangan :

X = Jumlah titrasi sampel (ml)

Y = Jumlah titrasi blanko (ml)

N = Normalitas HCl = 0,1

Z = Bobot sampel (gram)

33