Nota
-
Upload
nuramirasidik -
Category
Documents
-
view
15 -
download
3
description
Transcript of Nota
2.0 Penyediaan Bekas
2.1 MENGENAL DAN MEMILIH TUMBUHAN AKUATIK ATAU TIRUAN
Ciri utama kesesuaian tumbuhan akuatik untuk akuarium ialah tahan hidup di dalam air dan mempunyai bentuk yang menarik sebagai hiasan dalaman akuarium. Kepentingan tumbuhan akuatik di dalam akuarium ialah untuk menyerap bahan-bahan toksik yang dihasilkan dari perkumuhan ikan dan sisa makanan yang tidak habis dimakan oleh ikan. Sisa makanan dan bahan perkumuhan akan mendak ke dalam sunstrat di dasar akuarium dan manjadi baja kepada tumbuhan akuatik.
Tumbuhan akuatik mengeluarkan oksigen kedalam air hasil dari proses fotosintesis. Gas oksigen ini akan digunakan oleh ikan untuk proses pernafasan.
Tumbuhan akuatik juga berfungsi sebagai tempat ikan kecil berlindung dari ikan yang menjadi musuhnya, menjadi tempat persembunyiannya dan tempat berehat.
Ikan herbivor juga akan memakan daun-daun tumbuhan akuatik.
Jenis-jenis tumbuhan akuatik yang selalu digunakan oleh penternak adalah seperti berikut: Alternanthera spp.
Bacopa spp.
Anubias spp.
Lobelia spp.
Sumatra fern spp.
Java fern spp.
Contoh tumbuhan akuatik
Penanaman tumbuhan akuatik dalam akuarium akan menambahkan lagi keindahan sesebuah akuarium. Walau bagaimanapun bekalan karbondioksida yang mencupi adalah sangat perlu bagi memastikan tumbuhan tersebut hidup subur dan kelihatan cantik sepanjang masa.
2.2 MEMILIH AKUARIUM /BEKAS DAN AKSESORI
1) PEMILIHAN BEKASPemilihan bekas (akuarium) adalah bergantung kepada beberapa faktor tertentu seperti:
Jenis bahan akuarium (Kaca, plastik, kolam tiruan).
Jenis ikan hiasan.
Bilangan ikan hiasan.
Saiz ikan hiasan.
Saiz akuarium.
Secara amnya akuarium jenis kaca yang berukuran 75 cm – 90 cm sesuai digunakan untuk ternakan ikan hiasan tropika yang bersaiz kecil dan sederhana. Manakala untuk ikan hiasan yang bersaiz besar seperti arowana perlu menggunakansaiz yang lebih besar.
contoh bekas/akuarium
2) MEMILIH AKSESORI penyediaan aksesori adalah seperti berikut:
rak
akuarium
lampu
tumbuhan akuatik
filter
pam
kayu
termometer
2.3 MENYEDIA DAN MENGHIAS AKUARIUM
Langkah 1Bubuh satu lapisan pasir sungai atau pasir untuk akuarium dengan ketebalan lebih kurang 28-30 mm. Pasir yang berwarna gelap. Isikan tangki dengan air paip. Tambahkan bahan anti klorin untuk menyah klorin air. Lapkan air yang tertumpah diatas lantai untuk mengelakkan lantai menjadi licin.
Langkah 2Tanam tumbuhan akuatik yang berdaun panjang seperti vallisneria sp.Ikan akar tumbuhan dengan kepingan timah dan benamkan akarnya ke dalam pasir.
Langkah 3Tumbuhan yang tinggi perlu di tanam pada bahagian belakang akuarium untuk mendapatkan pandangan landskap yang menarik.
Langkah 4Hiaskan pada bahagian tengah akuarium dengan batu sungai atau dibeli dari kedai akuarium, supaya menghasilkan suasana yang menarik.
Langkah 5Letakan beberapa ketul tunggul kayu yang telah dibersihkan. Tunggul kayu boleh dikutip dari kawasan tanah gambut atau dibeli dari kedai akuarium. Tunggul kayu perlu direndam dalam air selama 2 atau 3 minggu sebelum dimasukan ke dalam akuarium.
Langkah 6Sebagai tambahan letakkan pula tunggul kayu yang mengandungi tumbuhan akuatik di atasnya. Tambahkan juga dengan beberapa tumbuhan akuatik lain untuk menghasilkan satu susunan yang menarik. Akuarium perlu dibiarkan selama seminggu sebelum memasukan ikan. Cuci tangan selepas kerja-kerja menghias akuarium.
Kiri atas:Jenis-jenis pam dan penapis, Kiri bawah:Pemasangan penapis 'Under gravel filter', Kanan atas:Masukkan hiasan dan aksesori, Kanan bawah:Masukkan air.
Di bawah ialah video cara-cara untuk menyediakan dan menghias akuarium.
2.4 MEMASUKKAN IKAN KE DALAM AKUARIUM
Langkah 1letakkan plastik beg yang mengandungi ikan hiasan kedalam akuarium selaa 20 - 30 minit. Tujuannya ialah untuk menyamakan suhu air didalam akuarium dengan air didalam plastik beg.
Langkah 2 buka ikatan plastik beg dan biarkan ikan berenang keluar dengan sendirinya bersama air ke dalam akuarium.
Langkah 3setelah kesemua ikan keluar, keluarkan pastik beg tersebut.http://roundbeauty.blogspot.com/2011/03/20-penyediaan-bekas.html
Jenis-Jenis Makanan Alami Untuk Ikan Hias dan Cara Mengkulturnya
Posted by Androidismo. Category: Hobby , Pengetahuan
Ads
Di kalangan pembudidaya ikan hias, ada beberapa jenis makanan alami berprotein tinggi yang
lazim diberikan kepada ikan hias, diantaranya:
Infusoria
Infusoria adalah protozoa (binatang bersel tunggal) yang sangat cocok diberikan sebagai makanan
ikan hias berukuran kecil (benih) setelah kuning telurnya habis. Protozoa ini kebanyakan hidup di
air tawar seperti kolam, sawah, rawa, dan perairan tawar tergenang lainnya. Di sawah, infusoria
ditemukan di antara jerami padi setelah selesai panen. Sedang di kolam atau rawa, terdapat di
antara tanaman air.
Dalam kelompok infusoria ini kita kenal antara lain jasad-jasad renik ciliata yang bersel satu dan
berbulu getar di sekujur tubuhnya. Jenis yang paling sering kita temukan ialah Paramaecium.
Ciliata ini berkembang biak dengan dua cara yang berbeda, bisa dengan pembelahan sel dan
konjugasi. Cara pembelahan sel dilakukan jika lingkungannya baik, dan merupakan cara
perkembangbiakan yang cepat. Sedangkan cara konjugasi dilakukan sebagai refreshing
(penyegaran) dengan jalan bertukar dan berbaurnya inti sel dari dua sel induk yang berbeda.
Infusoria ini mampu tumbuh dan berkembang biak dengan cepat di lingkungan yang sedang
tercemar dan mengalami proses pembongkaran sisa bahan organik. Makanan mereka berupa
bakteri, ganggang renik, ragi, detritus yang halus, dan juga protozoa yang lebih kecil.
Rotifera
Rotifera (Rotatoria) adalah sekumpulan jasad renik yang tubuhnya mempunyai korona (semacam
tajuk mahkota) bulat yang berambut getar. Tajuk ini mirip roda, dan karena itu pula ia disebut
rotifera. Rotifera sendiri sebenarnya merupakan salah satu kelas udang renik dari filum
Trochelminthes dan mempunyai ukuran antara 50-300 mikron.
Jenis Rotifera yang sering ditemukan ialah Brachionus. Tapi Brachionus air tawar berbeda dengan
yang ditemukan di air payau dan air laut. Makanan Brachionus terdiri dari ganggang renik, ragi,
bakteri, dan protozoa yang diperolehnya dengan cara menggerakkan bulu getar, yang mana
getarannya ini menimbulkan arus air menuju ke arahnya, berikut makanan yang diincarnya.
Brachionus jantan lebih kecil ketimbang betinanya. Dan ia hanya muncul sewaktu-waktu, karena
sering mengalami degenerasi. Sebaliknya jenis betina berkembangbiak terus secara
parthenogenesis (bertelur dan menetaskan telur tanpa kawin). Siklus hidupnya hanya berkisar
antara 8-12 hari.
Kutu Air
Kutu air yang dimaksud di kalangan perikanan adalah bukan kutu sebenarnya, tetapi udang renik
Cladocera. Di antara sekian banyak udang renik Cladocera, yang terkenal dan sering hadir di
kolam dan perairan umum ialah Moina dan Daphnia.
Bentuk tubuh mereka pipih bening dan tembus pandang sehingga terlihat "jeroan"nya, termasuk
telur-telurnya yang disimpan rapi. Emberionya berkembang terus dalam kantong telur ini hingga
setengah dewasa, hingga akhirnya keluar.
Makanan kutu air berupa ganggang dan detritus, pengambilan makanan dilakukan dengan cara
yang unik, seperti Brachionus. Hanya saja gerakan air ini dilakukan dengan menggunakan kakinya.
Andaikata infusaria dalam kolam tidak kita panen, maka ia akan menjadi santapan kutu air.
Cacing Sutera
Cacing juga merupakan makanan alami yang sangat akrab dengan kehidupan ikan hias. Cacing ini
hidup didasar perairan yang banyak mengandung bahan organik. Sungai di Jakarta yang banyak
membawa sisa pembongkaran juga merupakan lahan yang subur bagi berkembangbiaknya cacing
berwarna merah mirip benang ini. Selain di sungai, ia juga banyak ditemukan di dasar selokan
yang airnya mengalir perlahan-lahan, misalnya comberan.
Sepintas lalu cacing yang dinamai Tubifex ini mirip benang merah yang kusut, karena mereka suka
hidup bergerombol. Ujung tubuhnya yang bebas melambai-lambai, meliuk-liuk mirip gerakan
penari jaipongan. Warna badannya merah darah, meskipun terkadang ada pula yang berwarna
bening.
Sebagai makanan yang nikmat bagi ikan hias, cacing ini terkenal mampu memacu pertumbuhan
anak ikan. Bagi induk ikan yang lagi bunting, ia memang kurang cocok, karena dikhawatirkan bisa
menghambat keluarnya telur.Sebab kandungan lemak dari cacing itu diduga akan menyumbat
saluran telur induk ikan.
Jentik Nyamuk
Satu lagi makanan yang terkenal berprotein tinggi ialah jentik nyamuk, makanan yang disukai
hampir semua jenis ikan tanpa risiko sampingan. Jentik nyamuk yang tak lain dari larva nyamuk itu
sebetulnya bukanlah makhluk air asli. Ia berasal dari filum Arthopoda, kelas Insecta, subkelas
Pterygota, dari ordo Diptera. Larva nyamuk ini berasal dari nyamuk biasa, artinya nyamuk yang
biasa mengganyang kita di rumah. Jadi bukan larva nyamuk Anopheles, Aedes Maupun Thelobia
yang ganas itu.
Jentik nyamuk ini biasanya mudah dan banyak ditemukan di air selokan, comberan, parit, rawa,
dan sebagainya. Berbeda dengan tubifex, nyamuk ini justru butuh tempat yang tergenang untuk
berkembangbiak. Lebih dari itu, makanan nyamuk betina ini pun berbeda dengan nyamuk jantan.
Jika nyamuk betina gemar dengan darah manusia, maka si jantan cukup menghisap cairan pada
daun. Sedangkan larvanya menyukai dtritus, jasad renik seperti ganggang, ragi, dan bakteri.
Larva nyamuk ini bergerak dengan jalan menggerak-gerakkan badannya. Ia tidak memiliki alat
khusus untuk membantunya berpindah tempat. Mereka mengambil oksigen dari udara dengan alat
bernama trachea. Maka tidak heran jika larva ini tahan hidup bergerombol pada tempat yang
miskin oksigen, misalnya di lingkungan yang tergenang.
Jentik nyamuk ini tergolong sangat cocok diberikan bagi induk ikan hias yang telah atau akan
kawin, karena selain ukurannya pas, juga kandungan proteinnya tinggi. Bahkan induk yang telah
bertelur akan cepat matang telur kembali bila diberi makan jentik nyamuk.
Cara Mengkultur Makanan Alami
Berikut ini cara mengkultur jenis-jenis makanan alami tersebut di atas.
Mengkultur Infusoria
Untuk memproduksi infusoria cukup disiapkan wadah dari akuarium dengan berbagai ukuran.
Kalau ini sulit disediakan karena memang membutuhkan biaya, misalnya diganti paso pun bisa,
kalaupun ini tidak ada bisa juga dengan panci pun jadi. Sebagai medium kulturnya gunakanlah
daun kobis, selada, talas, atau daun tanaman lain yang mudah hancur. Tapi sebelumnya buanglah
dulu tangkainya karena sulit hancur.
Daun kemudian kita rebus dengan air dalam panci sampai hancur. Setelah menjadi "bubur", lalu
kita masukkan ke dalam wadah tadi dan beri air sedikit sebagai pelarut. Lantas ke dalam bubur ini
kita tulari bibit infusaria. Caranya, masukkan satu atau dua sendok air selokan/comberan yang
kondisi airnya agak keruh. Sebab, air semacam inilah yang banyak mengandung bibit infusoria.
Selanjutnya bubur daun dalam panci yang telah diberi bibit infusoria ini di taruh di tempat teduh
tanpa tutup supaya tidak kekurangan udara pernafasan. Biasanya pada hari kedua sudah
diharapkan ada infusoria yang tumbuh. Kehadiran infusoria ini ditandai dengan timbulnya lapisan
putih keruh di permukaan air. Cara menanamnya dilakukan dengan mengambil langsung cairan itu
dan memberikan langsung kepada benih ikan yang sudah habis kuning telurnya. Jadi makanan ini
hanya ideal bagi benih ikan yang masih muda. Kalau ikan sudah besar, bisa diberi makanan lain
yang lebih besar.
Kultur Rotifera
Kultur Rotifera dapat dilakukan dalam bak atau kolam yang luas. Kolam luas 10 m2 mula-mula
diberi pupuk kandang (kotoran ayam) kering sebanyak 10 kg ditambah 0,15 kg TSP, dan 0,15 kg
Urea, ditambah 0,15 kg kapur tohor untuk mencegah jangan timbul suasana terlalu asam.
Sebelum semua bahan itu ditabur, kolam dibersihkan dulu lalu dikeringkan untuk membunuh benih
ikan liar dan hama seperti anak kodok, siput dan sebagainya. Pengeringan pada cuaca terik cukup
2-3 hari saja. Jika mendung sebaiknya sampai lima hari. Sedangkan jika digunakan bak,
pengeringan cukup sehari saja.
Sebelum kolam kering, pupuk tersebut disebar rata, lalu air dimasukkan setinggi 50 cm. Jika
pengisian air ini sudah mencapai batas yang diinginkan,air dihentikan dan pintu pemasukannya
ditutup rapat. Biasanya bila air yang masuk ke kolam kaya akan bibit rotifera, maka dalam tempo
empat hari, rotifera sudah tumbuh. Untuk menangkapnya dapat dipakai jala plankton, yaitu jala
yang bermata jala 40 milimikron.
Agar rotifera ini tidak dimakan oleh binatang lain dari luar, maka pintu pemasukkan air harus diberi
saringan. Ini perlu diperhatikan terutama saat kita mengisi air ke dalam kolam yang sudah ditaburi
pupuk.
Pembiakkan Kutu Air
Membiakkan kutu air tidak jauh beda dengan rotifera. Setelahdilakukan persiapan dan kolam
sudah diisi air maka pada hari ketiga, benih daphnia boleh dimasukkan. Benih Daphnia dan Moina
ini dapat dibeli di toko penual benih kutu air (pedagang makanan ikan hias). Penebaran benih ini
perlu, karena air yang dimasukkan ke dalam kolam atau bak tadi belum tentu membawa bibit kutu
air. Penebaran ini biasanya hanya untuk pertama kalinya saja. Untuk berikutnya, benih ini sudah
menyebar ke segala penjuru kolam.
Pada hari ketujuh sejak pemasukkan air, kutu air sudah dapat dipanen. Panena sebaiknya
dilakukan pagi hari di saat udara sejuk. Sebab pada suasana seperti ini kutu air akan berkumpul di
permukaan air sehingga memudahkan kita untuk menangkapnya. Sedangkan pada siang hari,
mereka sudah bersembunyi ke bawah menghindari terik matahari. Panen kutu air ini dapat
dilakukan dengan serokan biasa yang terbuat dari kain strimin.
Baik kultur rotifera maupun kutu air dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama (dua bulan).
Namun setiap minggu sekali harus dilakukan penambahan pupuk kandang yang dimasukkan
dalam karung yang dilubangi dan diapungkan dalam kolam.
Membiakkan Cacing Sutera
Cacing sutera juga dibiakkan dalam bak yang bentuknya dibuat agak memanjang atau bisa pula
dalam saluran air. Caranya, dasar bak lebih dulu dilapisi dengan lumpur halus. Bahan paling baik
untuk melapisi dasar bak ini ialah sampah yang sudah hampir membusuk. Bila menggunakan
lumpur, lumpur biasa diambil dari dasar sungai sehingga sudah lengkap dengan bibit cacingnya.
Tebal lumpur ini cukup 5 cm. Bahan tambahan untuk penyubur adalah pupuk kandang sebanyak
50 gr/m2. Pupuk ini sebelumnya diaduk dulu dengan lumpur tadi, sehingga benar-benar menjadi
satu. Lantas ke dalam bak ini dimasukkan air yang dibuat mengalir perlahan-lahan di seluruh
permukaan bak tadi. Air ini gunanya untuk menjaga kesegaran atau kesejukan serta menambah
oksigen dan membuang sisa kotoran yang merugikan.
Kemudian bibit cacing tubifex disebar rata, biasanya bila lingkungan dalam bak ini cocok dengan
kemauan si cacing merah ini, maka dalam jangka dua hari akan terlihat cacing ini mulai
berkembang biak. Guna mencegah sengatan matahari yang berlebihan, mengingat cacing ini lebih
membutuhkan suasana gelap, sebaiknya di atas bak ditutup dengan daun pisang.
Kalau gerombolan cacing ini di dalam lumpur sudah terlihat cukup banyak, panen pun sudah dapat
dilakukan. Cara panennya cukup merogoh dan mengangkatnya dengan tangan telanjang. Cacing
bersama lumpur yang dipanen itu lalu dibersihkan dengan air. Cara budidaya ini memang tidak
bisa menandingi hasil cacing produksi sungai. Tetapi setidaknya kita tidak perlu turun ke kali atau
membelinya dari pencari cacing. Pencarian cacing ini dilakukan di daerah perkotaan di kali-kali
kecil yang airnya mengalir perlahan.
Membiakkan Jentik Nyamuk
Membudidayakan jentik nyamuk berarti mempersiapkan tempat untuk memikat induk nyamuk
betina agar mau bertelur. Tempatnya berupa bak berisi air yang ukurannya boleh 2 x 3 m, 2 x 2 m.
Kalau tidak ada bak semen, boleh juga kolam tanah biasa.
Persiapan kultur jentik nyamuk ini sama persis dengan pembiakkan kutu air. Diberi pupuk kandang
dengan dosis 1 kg per meter persegi. Campuran lain tidak ada, kecuali kalau bisa kolam alias bak
ini dibuat dekat selokan atau comberan, karena di tempat seperti itulah banyak berkeliaran
nyamuk.
Dalam tempo tiga hari biasanya nyamuk sudah berdatangan dan hinggap di bak yang sudah kita
siapkan. Dan tidak lebihd ari seminggu, jentik-jentik yang suka bergoyang itu sudah dapat kita
raup. Caranya dengan bantuan serok biasa yang dibuat dengan kain strimin. Nah, sebelum
diberikan pada ikan, sebaiknya dicuci dulu sampai bersih.
Jika disarasakn nyamuk-nyamuk sudah berkurang hasilnya, maka itu pertanda pupuk harus
diperbaharui lagi. Ada pula yang menambahkan batang/gedebong pisang yang sudah dicacah
sebagai pemikat induk nyamuk. Lakukanlah pembaruan pemupukan secara berulang-ulang, bila
dirasakan hasilnya sudah mulai berkurang.
http://www.pejuangadsense.my.id/2014/12/jenis-jenis-makanan-alami-untuk-ikan.html
2. MENGENAL DAN MEMILIH JENIS MAKANAN IKAN HIASANMakanan pellet jenis terapung adalah sesuai untuk makanan ikan yang mempunyai bentuk mulut menghala ke atas dan pertengahan kepala seperti ikan Swordtail, Guppy atau Angel. Makanan tenggelam pula sesuai untuk diberikan kepada ikan yang mempunyai bentuk mulut yang menghala ke bawah seperti ikan Corydoras atau Loach.
Pemakanan ikan HiasanIkan hiasan boleh dikategorikan kepada beberapa kumpulan utama berdasarkan jenis permakanannya.
a. Ikan karnivor
Ikan yang memakan benda-benda hidup seperti ikan kecil atau haiwan lain dikenali sebagai ikan pemangsa atau karnivor. Biasanya ikan pemangsa bersaiz besar, mempunyai gigi yang tajam dan rahang yang kuat. Makanan ikan karnivor ialah seperti cengkerik, anak ikan, katak atau ulat. Contoh ikan karnivor ialah ikan Sebarau, Oskar dan ikan Arowana.
b. Ikan pemakan plankton
Ikan yang memakan mikro organisma di dalam air dikenali sebagai ikan pemakan plankton. Contoh ikan ini ialah seperti ikan Barb, ikan Tetra dan kebanyakan jenis ikan semasa peringkat anak.
c. Ikan herbivor
Sesetengah ikan hiasan memakan tumbuhan dan ianya dikenali sebagai herbivor. Ikan ini tidak sesuai dipelihara di dalam akuarium yang ditanam tumbuhan akuatik. Contoh ikan herbivor ialah ikan Lampam dan Tiger Barb.
d. Ikan omnivor
Ikan omnivor ialah ikan yang memakan pelbagai jenis makanan seperti plankton, tumbuhan reput, daging haiwan atau pellet. Kebanyakan ikan hiasan ialah jenis ini kerana ianya telah menyesuaikan diri untuk hidup di dalam tangki. Contoh ikan omnivor ialah ikan Pelaga, Oscar, dan cichlid.http://kemahiranhidup-thn5.blogspot.com/p/ikan-hiasan.html