Nizhamul Islam

download Nizhamul Islam

of 32

Transcript of Nizhamul Islam

TATSQIF PEKANAN

NIZHAM

Islam secara umum berarti berserah diri kepada Allah. Berserah diri kepada-Nya secara totalitas , tunduk dan patuh kepada perintah-perintahNya.(an-Nisa:125). Ketaatan dan kepatuhan itu disyaratkan harus tulus bukan ketundukan terpaksa kepada Allah (hokum Alam) yang berlaku umum pada seluruh makhluk (ali-Imran :83) misalnya manusia sama seperti makhluk lain dalam hal hidup maupun matinya. Kepatuhan tulus kepada Allah, inilah esensi Islam yang manusia dituntut untuk melaksanakannya.. kepatuhan jenis inilah yang ber buah pahala.

Islam ialah agama yang diridhoi-Nya (alli-Imron : 19), (ali Imron : 85) (luqman :22) yang diwahyukan kepada semua Rasul-rasul-Nya yang mulia yang lantas disampaikan kepada umat manusia (al-Baqarah :132) Islam ialah identitas bagi agama yang dibawa Muhammad shalallahu alaihi wa salam untuk menjadi agama yang berlaku universal bagi seluruh ummat manusia (al-Maidah :3) (bila risalah sebelumnya hanya berlaku khusus pada kaum-kaum tertentu , Islam dengan kesempurnannya hadir buat universal)

Sedangkaan lawan dari Islam ialah jahiliah ketika Abu Dzar radhiallahu anhu berperilaku tidak sesuai dengan Islam , Rasulullah shallahu alaihi wa salam menegurnya, Sesungguhnya dalam dirimu ini masih ada sifat jahiliah (HR Bukhari).

Islam mempunyai dua sifat pokok yaitu nizham dan syumuliah

Jika dikatakan bahwa Islam adalah Nizham, hal ini menggambarkan bahwa seluruh aspek Islam, baik berupa akidah, ibadah, akhlak, hokum dan perundang-undangannya terangkai dengan satu rangkaian yang diikat oleh Islam. Hal ini juga menggambarkan adanya interaksi yang kuat di antara aspekaspek tersebut dalam Islam. Itu dapat terlihat dalam realitas islam baik teori maupun praktiknya.

Sumber-sumber Islam dan sejarahnya yang tak mungkin diingkari menjadikan Islam selalu menjadi hujah sepanjang waktu atas semua makhluk. Misalnya dalam syiar-syiar ibadah yang didasarkan kepada aturan (nizham) tertentu. Contoh sederhana shalat berjamaah. Sholat berjamaah hanya bisa tegak bila dilaksanakan sesuai dengan aturan tertentu, harus ada imam, susunan barisan, kedekatan atau kerekatan satu dengan yang lain, dan tidak boleh mendahului imam. Aturan-aturan itulah merupakan indikator adanya nizham di sana. Demikian juga dengan prkatik-praktik ibadah lain seperti puasa, zakat, haji dan lain-lain. Demikian juga urusan kemasyarakatan , ia tidak dapat berdiri Kokoh kecuali dengan ditegakkan di atas nizham mulai dari unit terkecil yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak hingga unit yang terbesar yakni Khalifah.Sedang dalam bidang militer dan jihad, tak ada satu pun nizham yang mampu menandingi nizham Islam.

Komitmen kepada nizham dengan iman yang benar ini merupakan salah satu karakteristik. (An-Nur 62). Sasaran dan tujuan nizham Islam adalah menyiapkan manusia dan masyarakat yang tersibghatullah. Juga membangun peradaban baru.

NIZHAMUL USRAH Islam menekankan perlunya pembentukan usar (usrah-usrah) dari pengikut-pengikutnya, yang dapat membimbing mereka kepada puncak keteladanan, mengokohkan ikatan hatinya, dan mengangkat derajat ukhuwahnya; dari kata-kata dan teori menuju realita dan amal nyata. Karena itu -wahai saudaraku- usahakan agar dirimu menjadi batu bata yang baik bagi bangunan (Islam) ini.

PILAR-PILAR IKATAN INI ADA TIGA

1. Ta'aruf (Saling Mengenal)la adalah awal dari pilar-pilar ini. Karenanya, saling mengenallah dan saling berkasih sayanglah kalian dengan ruhullah. Hayatilah makna ukhuwah yang benar dan utuh di antara kalian, berusahalah agar tidak ada sesuatu pun yang menodai ikatan kalian, hadirkanlah selalu bayangan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits yang mulia di benakmu. Letakkan di pelupuk matamu kandungan ayat-ayat berikut, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara." (Al-Hujurat: 10) "Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.'' (Ali Imram: 103) Juga sabda Rasulullah saw. berikut, "Seorang mukmin dengan mukimin lainnya itu ibarat bangunan yang sebagiannya mengokohkan yang lain," "Seorang Muslim itu saudara Muslim lainnya; tidak mendzalimi dan tidak menyerahkannya (kepada musuh)." "Orang-orang yang beriman itu, dalam hal berkasih sayang dan berlemah lembut, semisal jasad yang satu."

Perintah-perintah Allah dan taujih-taujih Nabi ini-setelah berlalu generasi pertama umat Islam- telah (hanya) menjadi kata-kata penghias bibir kaum muslimin dan khayalan belaka di benak mereka, sampai kalian datang wahai Ikhwan yang saling mengenal. Kalian telah berusaha untuk menerapkannya di masyarakat kalian, dan kalian inginkan kembalinya ikatan umat yang saling bersaudara dengan jiwa ukhuwah islamiyah. Keselamatan untuk kalian jika kalian tulus, dan saya berharap demikian adanya. Allah adalah pelindung kalian.

2. Tafahum (Saling Memahami)Ia adalah pilar kedua dari pilar-pilar sistem ini. Karenanya, istiqamahlah kalian dalam manhaj yang benar, tunaikan apa-apa yang diperintahkan Allah kepadamu, dan tinggalkan apa-apa yang dilarang. Evaluasilah dirimu dengan evaluasi yang detail dalam hal ketaatan dan kemaksiatan, setelah itu hendaklah setiap kalian bersedia menasehati saudaranya yang lain begitu aib tampak padanya. Hendaklah seorang akh menerima nasehat saudaranya dengan penuh rasa suka cita dan ucapkan terima kasih padanya.

Untuk akh yang menasehati, berhati-hatilah jangan sampai hatimu -yang secara ikhlas ingin memberi nasehat kepada saudaramu- itu berubah niat, meski hanya sehelai rambut. Jangan sampai ia merasakan adanya kekurangan pada sasaran nasehat, lalu menganggap bahwa dirinya lebih utama darinya. Kalau ia merasa tidak mampu memperbaikinya, biarkanlah selama kurang lebih sebulan penuh, lalu janganlah diceritakan aib yang ia lihat itu, kecuali kepada pemimpin usrah saja. Setelah itu, tetaplah dalam keadaan mencintai dan menghargainya, sehingga Allah swt. menetapkan keputusan-Nya.

Sedangkan untuk akh yang dinasehati, waspadalah jangan sampai engkau berubah sikap, menjadi keras hati kepada akh yang menasehati, meskipun hanya sehelai rambut. Kenapa demikian? karena mahabbah fillah (cinta karena Allah) adalah setinggi-tinggi martabat dalam agama, sedangkan nasehat adalah pilar agama itu. "Agama adalah nasehat." Allah swt melindungi sebagian kalian dari (kejahatan) sebagian yang lain, memuliakanmu dengan ketaatan kepada-Nya, dan memalingkan tipu daya setan dari kami dan kalian Semua.

3. Takaful (Saling Menanggung Beban)Ia adalah pilar yang ketiga. Hendaklah sebagian dari kalian memikul beban sebagian yang lain. Demikian itulah fenomena konkret iman dan intisari ukhuwah. Hendaklah sebagian dari kalian senantiasa bertanya kepada sebagian yang lain (tentang kondisi kehidupannya). Jika didapatkan padanya kesulitan, segeralah memberi pertolongan selama ada jalan untuk itu. Hadirkan di benakmu kandungan sabda Rasulullah saw. ini,"Seseorang berjalan (Pergi) dalam rangka memenuhi hajat saudaranya itu lebih baik dari pada itikaf satu bulan di masjidku ini." "Barangsiapa memasukkan kegembiraan pada ahlul bait dari kalangan kaum muslimin, Allah tidak melihat balasan baginya kecuali surga."

Untuk menambahkan kuatnya ikatan antar ikhwan, mereka harus memperhatikan hal-hal berikut:1. Mengadakan rihlah tsaqafiyah (semacam studi tur) dengan mengunjungi berbagai peninggalan sejarah, pabrik-pabrik, dan sebagainya. 2. mengadakan wisata bulan purnama. 3. mengadakan wisata sungai dengan berdayung sampan. 4. Mengadakan wisata gunung, bukit, taman, dan sebagainya. 5. mengadakan wisata sepeda. 6. Puasa bersama sehari dalam sepekan, atau sehari dalam dua pekan. 7. Shalat shubuh bersama di masjid sekali sepekan. 8. Berusaha untuk dapat mabit (bermalam) bersama sekali sepekan sekali dalam dua pekan.

NIZHAM AL-IQTISHODI DALAM ISLAMSuatu ketika seorang budak perempuan masuk menemui Muhammad bin Hasan Asy Syaibani seorang sahabat Imam Abu Hanifah. Dia berkata, Tuanku, bahan makanan telah habis. As Syaibani berkata, Semoga Allah membinasakanmu. Kau telah menghilangkan empatpuluh masalah dari kepalaku. Kisah di atas menggambarkan betapa beratnya problematika ekonomi dalam hidup manusia . Kesengsaraan dan kemiskinan seringkali membuat pemikiran dan akal sehat manusia kocar kacir. Banyak orang yang lemah iman terjerumus ke lembah nista karena faktor ekonomibahkan kemiskinan menyeret sebagian besar mereka pada kekufuran. Kejahatan dan kemaksiatan yang saat ini merajalela pada umumnya disebabkan karena faktor ekonomi. Karena itu terdapat korelasi yang sangat kuat antara dakwah dan ekonomi.. Masyarakat yang lapar akan sulit menerima dakwah, dan dakwah akan sulit terselenggara tanpa kekuatan ekonomi.

Peran Ekonomi Dalam Dakwah Nabi MuhammadDi antara kekuatan penunjang dakwah adalah dukungan dana (damul maali). Sirah kehidupan Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam sebagai penghulu dakwah telah menunjukkan peran besar ekonomi dalam dakwah. Nabi diangkat sebagai Rasul yang menerima wahyu dan mengajarkannya kepada masyarakat dalam usia 40 tahun. Dalam usia ini Nabi adalah seorang pedagang yang sukses, beliau telah mengembangkan perusahaan milik isteri beliau, Khadijah RA. Di masa remajanya beliau pernah ikut kafilah dagang sampai ke Syam. Setelah dewasa beliau menjalankan perdagangannya sampai ke Bahrain, Yaman, Jorasy, dan Habasyah. Nabi merupakan pedagang profesional yang sangat mengenal kota-kota di negeri yang beliau kunjungi.

Setelah diangkat sebagai Rasul, Muhammad dan istrinya: Khadijah banyak memberi dan berkorban. Nabi memberikan waktunya secara penuh kepada dakwah, tabungan dari perdagangannya beliau gunakan untuk biaya dakwah. Kendati demikian, orang-orang pertama yang direkrut Nabi juga dari kalangan orang kaya semisal Abu Bakar As Shiddiq, Utsman bin Affan, Abdurrahmaan bin Auf, dan sebagainya. Karena itu dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabat beliau kegiatan ekonomilah yang membiayai dakwah, bukan kegiatan dakwah yang dijadikan sumber penghasilan membiayai para juru dakwahnya.

Para ulama salaf pun terkenal sangat memperhatikan ekonomi untuk menunjang kegiatan dakwah. Imam Abu Hanifah merupakan pedagang kain yang terkenal, demikian juga ulama lain seperti Abdullah bin Mubarok, Al Waroq (pedagang kertas) dan Ad Dzujaj (pedagang kaca). Bahkan para juru dakwah yang datang ke kepulauan Nusantara dahulu pun adalah para pedagang antar pulau dari Arab, Parsi, dan Gujarat. Mereka membawa kain dan peralatan rumah tangga ke Nusantara dan membawa rempah-rempah ke negeri asalnya

Gerakan-gerakan dakwah Islam sepanjang sejarah sangat memperhatikan peningkatan dan pengembangan ekonomi. Sebab Al Qur-an telah menyatakan bahwa Jihad harus dibangun bil-amwal wal anfus. Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orangorang yang benar. (QS. 49. Al Hujurat:15

Mendahulukan penyebutan amwal dari anfus dalam ayat di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor dana bagi dakwah. Disebut bi-amwaalikum (dengan harta kamu) memberi dasar bahwa dakwah tidak boleh tergantung kepada orang atau pihak lain. Banyak pekerjaan dapat dilakukan muslim baik secara individu maupun bersama muslim lainnya dalam rangka membangun ekonomi dakwah. Allah memberikan rizkinya dengan aneka ragam cara. Dalam rangka menggiatkan hamba-hamba-Nya bekerja, Allah Ta'ala berfirman, Dialah yang telah menjadikan bumi mudah digunakan untuk kepentinganmu... Maka berjalanlah ke seluruh penjurunya, dan makanlah dari rizki-nya dan kepada Allahlah tempat kembali. (Al Mulk: 15)

Rasul Allah Shollallahu Alaihi Wa Sallam pun mewajibkan kita mencari rizki Allah di bumi ini. Beliau sering mendorong sahabatnya untuk menekuni bidang pekerjaan tertentu. Misalnya dengan ungkapan, "Setiap tanaman yang ditanam seorang muslim, apabila dimakan maka ia menjadi shodaqoh, apabila dicuri ia menjadi shodaqoh, apabila dimakan binatang buas maka ia menjadi shodaqoh, dan apabila dimakan burung maka dia menjadi shodaqoh, dan tidaklah seorang muslim mendapatkan bahaya melainkan hal itu menjadi shodaqoh". (Al Hadits) Bahkan, untuk memelihara optimisme kerja Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam menyatakan, "Jika kiamat datang, sementara di tangan salah seorang kamu ada biji palem, lalu dia mempunyai kesempatan untuk menanamkannya sebelum kiamat berlangsung, maka hendaklah ia tanamkan, dengan demikian ia akan mendapat pahala". (HR. Bukhari)

Ekonomi Di Tengah Dakwah KitaBagi kebanyakan orang tidak ada suatu yang dapat merusak kondisi batin, menyibukkan pikiran, dan menyakitkan perasaan, selain keterhimpitan materi. Problema ini dapat mencekik rakyat dan menghalanginya dari memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari. Problema sembako (sembilan bahan pokok) telah menghiasi setiap sudut kota dan desa di Indonesia. Belum lagi masalah pengungsi di negri sendiri sebagaimana yang kita lihat di Maluku, Poso, NTT, Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan daerah-daerah lain.

Kehidupan ekonomi masyarakat kita yang tengah porak poranda merembet juga dalam kehidupan para juru dakwah. Dari waktu ke waktu hambatan ekonomi mulai terasa mengganggu dakwah mereka. Anak-anak juru dakwah yang telah sampai usia sekolah semakin banyak. Kebutuhan hidup rumahtangga yang semakin meningkat membuat pengeluaran menjadi lebih banyak daripada pemasukan. Sementara itu kebangkrutan ekonomi membuat lapangan kerja semakin sempit. Tidak jarang juru dakwah yang mengandalkan dakwah untuk mencari maisyah (pencarian nafkah). Maka dakwah pun bagi sebagian orang merupakan sumber penghasilan. Sang dai tampil tidak ubahnya selebritis. Keberhasilan dari dakwah seperti ini tentu saja akan jauh dari harapan.. Sebab dakwah akan berhasil manakala dia tidak dijadikan alat untuk mencari maisyah.

Dakwah harus dibangun oleh kekuatan ekonomi ummat Islam sendiri. Sayangnya kaum muslimin belum banyak yang mempunyai kesadaran membangun ekonomi dakwah. Mereka baru tertarik untuk membangun masjid yang indah dan besar, sementara untuk memakmurkan isinya belum. Padahal memakmurkan masjid itu artinya membangun dan mengembangkan dakwah dan tarbiyah yang memerlukan dana besar karena menyangkut pendidikan sumber daya manusia. Masjid-masjid yang megah tetapi kosong dari kegiatan jamaah dan tidak menjadi sumber perubahan di tengah masyarakat tersebar dimana-mana.

Imam Syahid Hasan Al Banna menyatakan bahwa prinsip dari pembiayaan dakwah adalah shunduquna juyubuna (Sumber dana kita adalah kantong kita sendiri). Karena itu setiap al-akh hendaknya memiliki kemampuan ekonomi yang membuat dirinya tidak memerlukan bantuan ekonomi orang lain lagi untuk melaksanakan dakwahnya. Dalam mendorong ummatnya bekerja dan berusaha, Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam menekankan pentingnya berwirausaha. Beliau bersabda, "Tiada seseorang yang makan makanan yang lebih baik, kecuali dari hasil usahanya sendiri. Dan Nabiyullah Dawud juga makan dari hasil tangannya sendiri". (HR. Bukhari)

Jelaslah bahwa wirausaha sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Imam Hasan Al Banna pernah berkata, "Sebaiknya anda melakukan kerja-kerja yang mendatangkan penghasilan, walaupun anda tergolong kaya. Anda mestilah mengutamakan kerja yang bebas, walaupun kecil. Sebaiknya anda menumpukan diri pada kerja wirausaha itu, sekalipun anda memiliki kemampuan ilmiah yang jauh lebih tinggi".

Imam Syahid Hasan Al Banna sebagai muasis dan penggagas gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin menyebutkan 10 prinsip dasar dalam ekonomi Islam, Islam menganggap harta yang baik sebagai pilar kehidupan yang harus dipelihara, diatur, dan dimanfaatkan. Kewajiban bekerja dan berprofesi bagi setiap orang yang mampu. Islam mewajibkan menguak semua sumberdaya alam dan memanfaatkan semua potensi yang tersedia di alam semesta. Islam mengharamkan semua profesi yang tidak terpuji. Mendekatkan jarak antar tingkatan sosial yang pada akhirnya menutup jurang antara si kaya dengan si miskin

Lanjutan Mendekatkan jarak antar tingkatan sosial yang pada akhirnya menutup jurang antara si kaya dengan si miskin Jaminan sosial bagi setiap warga negara, asuransi bagi kehidupan, dan upaya mensejahterakan mereka. Islam menganjurkan infaq pada semua lahan kehidupan, terciptanya kepedulian sesama warga negara, serta saling menolong dalam kebaikan dan taqwa. Menjunjung nilai harta dan menghormati hak milik pribadi selama tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Mengatur transaksi permodalan dengan undang-undang yang adil dan santun, serta melakukan pengawasan yang ketat terhadap modal. Penegasan terhadap tanggungjawab negara untuk melindungi sistem ini. Orang yang mau memperhatikan ajaran Islam tentu akan menemukan bahwa prinsip-prinsip ini telah dijelaskan oleh Al Qur-an, Sunnah Rasulullah, dan Kitab-kitab fikih secara panjang lebar. Berikut ini sedikit penjelasannya,

EKA SULISTIONINGSIHMaraji Majmu Rasail Ushul Isyrin Nizhamul Islam