Newsletter September 2012
-
Upload
muhamad-irvan -
Category
Documents
-
view
25 -
download
5
description
Transcript of Newsletter September 2012
Dalam rangka mendukung target pembangunan pertanian diantaranya swa-
sembada berkelanjutan dan peningkatan diversifikasi pangan maka diperlukan
ketersediaan data dan informasi konsumsi yang lengkap. Sumber data konsumsi
yang selama ini tersedia berasal dari (a) data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), BPS; (b) Ketersedian pangan yang bersumber dari Neraca Bahan
Makanan (NBM) yang diterbitkan oleh BKP, Kementerian Pertanian dan © web
FAO (http://fao.org).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempunyai misi dalam
melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebaran data dan
informasi sektor pertanian didalamnya termasuk data konsumsi pangan.
Berdasarkan hal tersebut, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun
2012 telah melakukan kegiatan analisis dan penataan data konsumsi pangan yang
dapat digunakan untuk :
a. Menyediakan data konsumsi secara series dan terupdate.
b. Mengetahui sejauh mana keragaan dan prediksi konsumsi pangan serta
ketersediaan dan penggunaan komoditas pangan di Indonesia.
c. Dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan dan pengguna data
dan informasi lainnya.
Untuk mendukung hal tersebut, maka telah diselenggarakan workshop “Analisis
dan Penataan Data Konsumsi pangan tahun 2012” yang bertujuan :
a. Memaparkan hasil kajian terhadap metode penghitungan NBM yang digunakan
selama ini.
b. Melakukan tinjauan metode perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM)
bersama instansi terkait dalam rangka mendapatkan penyempurnaannya.
c. Memberikan masukan kepada Tim NBM Nasional
WORKSHOP KONSUMSI DAN NERACA BAHAN MAKANAN
ISSN : 1411-9196
Vol. 9 No. 92 Bulan September 2012 http://pusdatin.deptan.go.id
Daftar Isi :
Workshop Konsumsi dan Neraca Bahan Makanan
Daftar Isi :
Workshop Konsumsi dan Neraca
Bahan Makanan.....(1)
AFITA Conference 2012 : World
Conference On Computer In Agri-
culture (WCCA), Taiwan .....(4)
Workshop Pengukuran Luas Sawah
Menggunakan GPS Dinas Pertanian
Kabupaten Sukabumi.....(6)
Supervisi Pelaksanaan e-Form
Tanaman Pangan Di 5 Kabupaten
Provinsi Jawa Barat.....(8)
Supervisi Pengukuran Produktivitas
Cabe Di Provinsi Jawa Barat.....(10)
Koordinasi Dengan LPSE Jawa
Barat : Pengelolaan Insfrastruktur
Pengadaan Elektronik.....(11)
Pelatihan Aplikasi GPS Bagi
Petugas Pengumpul Data Statistik
Perkebunan Kabupaten Lampung
Selatan.....(12)
Tim Redaksi :
Pelindung :
Ir. Tassim Billah, MSc Penasehat :
Agus Sunarya, SE, MM
Ir. Sari Sutiyorini, MM Ir, Bayu Mulyana, MM
Ir. Dewa Ngakan Cakrabawana, MM
Penanggung Jawab : Sukim Supandi, S.Sos, MM
Redaksi :
Dedi Triyono
Editor :
Dra. Laelatul Hasanah, MSi
Dra. P.Hanny Mulyani, MM Eko Nugroho, S.Kom, MM
Redaktur Pelaksana :
Evita Wahyu Puspitasari, S.Kom Dian Prasetyorini
Sekretariat :
Dwi Wulandari Agus
Musdino
Redaksi menerima tulisan maupun saran
dan kritik untuk Newsletter Pusdatin
Kirimkan ke alamat redaksi :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Jl. Harsono RM No. 3 Gd. D Lantai IV
Pasar Minggu – Jakarta 12550 Telp : 021-7805305, 7816384
Fax : 021-7822638
e-mail : [email protected]
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
H A L A M A N 2
Workshop dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012, di Hotel Bumi Wiyata Jl. Margnda
Raya, Kota Depok, Jawa Barat. Pada Kesempatan tersebut Kapusdatin menyampaikan
arahannya bahwa : betapa pentingnya data sebagai bahan penyusunan, perencanaan dan
pengambilan kebijakan di sektor pertanian. Pada workshop tersebut jadwal materi disusun
sebagai berikut :
Materi dan Narasumber/penyaji pada acara “Workshop Analisis dan Penataan Data Konsumsi
“ Tahun 2012 sebagai berikut:
Hasil Workshop
a. Tidak tersedianya data perubahan stok untuk beberapa komoditas, hanya beras (perum Bu-
log) dan gula (DGI), yaitu stok di pemerintah.
b. Jumlah pangan yang digunakan di dalam negeri mencakup : Pakan, Bibit/benih, peng-
gunaan untuk industri (makanan & non makanan), cenderung underestimate dan terkadang
tidak tersedia, Penyusutan (tercecer) dan Bahan makanan, yang tersedia untuk dikonsumsi
oleh penduduk dalam kurun waktu tertentu.
c. Konversi produksi yang digunakan harus sejalan dengan konversi yang digunakan pada
saat penyajian data produksi di masing-masing sub sektor.
Selama ini besaran konversi ditetapkan oleh Tim NBM, yang merupakan persentase thd pen-
yediaan dalam negeri dan besarannya cenderung tetap dari tahun ke tahun dari rasio I-O tahun
2000 dan hasil kajian NBM terakhir 2003, bahkan hasil tahun 1970 -> sehingga akan
menghasilkan data ketersediaan bahan makanan yang kurang akuratà OKI perlu dicermati,
dikaji dan disempurnakan
Hasil kajian dan alternatif pemecahan
1. Konversi produksi yang digunakan harus sejalan dengan konversi yang digunakan pada
saat penyajian data produksi komoditas. Contoh : konversi buah kelapa menjadi kopra se-
besar 20-25% sesuai dengan Buku Pembakuan Statistik Perkebunan (PSP 2007) dan hanya
sekali angka konversi yang digunakan.
Lanjutan Berita Workshop Konsumsi dan Neraca...
Workshop Konsumsi dan
Neraca Bahan Makanan
“Workshop
Konsumsi
dan
Neraca
Bahan
Makanan
Di Hotel
Bumi
Wiyata,
Depok”
Waktu (WIB) Materi Penyaji Narasumber Moderator
09.00 – 09.45
09.45 – 11.15
11.15 – 12.45
12.45 – 13.30
13.30 – 15.00
15.00 – 16.30
16.30 – 17.00
Pembukaan
Pemaparan dan diskusi Kajian Metode Perhitungan
Neraca Bahan Makanan
(NBM)
Pemaparan dan Diskusi
Pemanfaatan Tabel I-O dalam Penyusunan NBM
Ishoma
Panel
Pemaparan dan diskusi Metodolgi, Analisis dan
Penyempurnaan Data
Konsumsi RT Hasil Susenas
Pemaparan dan Diskusi Hasil Analisis Konsumsi
Pangan
Penutupan
Ir. Sabarella, M.Si, Pusdatin Kementan
Urip Widiyantoro,
S.Si - BPS
Ir.Nona Iriana
Ir .Efi Respati, MSi Pusdatin Kementan
Kapusdatin
Ir.Nona Iriana
Kapusdatin
Urip
Widiyantoro, SSi
Ir. Dewa N Cakrabawa, MM
Ir. Efi Respati, MSi
Sehusman, SP
Ir. Sabarella,
M.Si.
H A L A M A N 3
2. Data produksi nanas dan pisang selama ini adalah nanas dengan mahkota dan pisang dengan tandan, se-
hingga produksi tersebut masih perlu dilakukan konversi ke nanas tanpa mahkota dan pisang tanpa tandan.
Hasil pengumpulan data ke beberapa pedagang dan diperoleh angka konversi sbb :
3. Data dalam Tabel I/O berupa nilai, sementara NBM adalah volume, sehingga dengan asumsi harga tidak
berubah, selanjutnya digunakan angka proporsi/persentase terhadap total penyediaan yang digunakan
sebagai angka konversi.
4. Keterbatasan dalam Tabel I/O adalah rincian komoditas tidak selengkap komoditas dalam NBM seperti
sayuran dan buah-buahan tidak dirinci per komoditas, sehingga konversi yang dihasilkan terbatas.
5. Tabel I/O yang digunakan adalah Tebel transaksi total atas harga produsen.
6. Tidak tersedianya data perubahan stok untuk beberapa komoditas, pada Tabel Input-Output (I/O) tahun
2000 dan 2005 pada kolom 304, yaitu persentase perubahan stok terhadap jumlah penyediaan tidak bisa
digunakan karena ada rentang waktu.
7. Underestimatenya data industri dan terkadang tidak tersedia, maka :
a. Bila data industri tersedia dapat menggunakan hasil Survei Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri
Kecil/rumah tangga yang bersumber dari BPS.
b. Bila tidak tersedia dapat didekati dengan menggunakan Tabel Input-Output (Tabel I/O) pada kolom
untuk industri makanan dan industri non makanan (pakan ternak-69). Secara rinci persentase terhadap
total penyediaan pada Tabel I/O yang dimaksud tersaji pada Tabel berikut ini.
8. Besarnya Konversi Bibit tidak sesuai lagi dengan kondisi sekarang, sehingga perlu disempurnakan antara
lain melalui :
a. Penggunaan hasil struktur ongkos usahatani terbaru hasil survei, diantaranya yang bersumber dari
BPS. Selanjutnya mengalikan dengan luas tanam masing-masing komoditas. Hasil survei struktur
ongkos usaha tani tahun 2010, BPS sbb :
b. Penggunaan tabel I/O pada kolom yang sesuai komoditas masing-masing menunjukkan penggunaan
untuk bibit/benih dan tercecer dengan persentase terhadap total penyediaan.
9. Melakukan penyusunan kode HS untuk data ekspor impor masing-masing komoditas sehingga konsistensi
data tetap terjaga, kode HS yang dimaksud lihat pada lampiran.
10. Untuk menyamakan konsep antara konsumsi daging ayam ras dalam Susenas dengan ketersediaan daging
ayam ras di NBM, apakah dalam NBM produksi daging ayam ras masih perlu dikonversi ke bentuk daging
murni, sementara pada kenyataannya masyarakat dalam mengkonsumsi daging ayam dalam bentuk karkas.
Hal ini diduga yang menyebabkan angka konsumsi (Susenas) menjadi lebih besar dibandingkan angka ket-
ersediaan (NBM) karena dilakukan konversi ke daging murni.
11. Pada saat melakukan konversi dari kuantitas ke energi dan protein berdasarkan tabel Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM) yang bersumber dari Kementerian Kesehatan terdapat beberapa komoditas yang
tidak konsisten sesuai dengan DKBM tersebut, tabel DKBM lihat pada lampiran.
V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2
1
Nanas dgn Mahkota
999.29 1,028.57 900 675 900.71
2
Nanas tanpa Mahkota
809.29 870.00 875 605 789.82
3
Nanas siap konsumsi
485.50 551.67 550 335 480.54
79.00 85.01 97.38 89.67 87.76
37.45 46.63 61.13 49.8 48.75
Rata-rata
Palembang
Rata-rata
Malang
Rata-rata
Bogor Rata-rata UraianNo.
% nanas tanpa mahkota thd
nanas dengan mahkota
% nanas siap konsumsi thd
nanas dengan mahkota
Rata-rata
Madu
Lanjutan Berita Workshop Konsumsi dan Neraca...
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedele
49,84 kgha 55,97 kg/ha 21,05 kg/ha 56,33 kgha
H A L A M A N 4
Pertumbuhan penduduk membawa
konsekuensi pertumbuhan kebutuhan pangan,
sandang dan papan. Dalam hal ini pemenuhan
kebutuhan pangan selalu bertumpu pada sek-
tor pertanian dalam arti luas. Bahkan, bagi
negara-negara Asia setelah melalui berbagai
tahap pembangunan dan mencapai berbagai
kemajuan pun, sektor pertanian masih terus
menjadi tumpuan kehidupan dan pen-
ghidupan bagi masyarakatnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, sektor
Teknologi Informasi (TI) tumbuh pesat dan
menawarkan potensi yang sangat besar terha-
dap pertumbuhan semua sektor termasuk
pertanian. Berkembang pesatnya populasi
yang diikuti dengan berkurangnya sumber
daya alam di Asia serta liberalisasi perdagan-
gan memerlukan integrasi antara TI dan per-
tanian. Tantangan ke depan adalah bagai-
mana mengeksplorasi peluang-peluang yang
disediakan oleh revolusi TI untuk produktivi-
tas pertanian.
Ada kebutuhan mendesak pula agar
manfaat TI juga dirasakan di pedesaan.
Peneliti dan pengambil kebijakan harus mem-
pertimbangkan masalah ini. Untuk itu tantan-
gan para peneliti dan pembuat kebijakan
kedepan semakin berat, yaitu bagaimana agar
pendekatan holistik TI dan pertanian lebih
dari sekedar melepaskan pedesaan dari iso-
lasi, sehingga pemanfaatan TI dapat lebih
berkelanjutan dan dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat pedesaan.
Untuk itu melalui organisasi semacam
AFITA (Asian Federation for Information
Technology in Agriculture) ini diharapkan
dapat menjadi sebuah platform untuk mewu-
judkan semua isu diatas. Melalui kegiatan
konferensi ini pula dapat menjadi ajang per-
tukaran informasi tentang perkembangan
pemanfaatan TI di bidang pertanian di negara
-negara Asia dan dunia pada umumnya, serta
mendiskusikan arah pengembangan lebih
lanjut untuk mencapai produktivitas dan ke-
langsungan sektor pertanian di Asia dan
dunia, sekaligus membangun kemakmuran
masyarakat pedesaan di semua negara. Saat
ini kegiatan AFITA mengambil tempat di
National Training Institute of Farmers’
Organizations (Tianmu Convention Center)
dengan seminar yang bertajuk World Confer-
ence on Computers in Agriculture (WCCA) .
Riset dalam pengembangan sistem
informasi untuk pertanian
Riset dalam pengembangan sistem
informasi untuk pertanian bukan sekedar
membangun sistem aplikasi berbasis
teknologi informasi untuk petani (user),
namun mencakup sosialisasi dan edukasi
penerapannya bagi pelaku pertanian (user)
dengan bukti keberhasilan yang memadai.
Lanjutan Berita Workshop Konsumsi dan Neraca...
AFITA CONFERENCE 2012 : WORLD CONFERENCE ON COMPUTER IN AGRICULTURE
(WCCA), TAIWAN
“Workshop
Konsumsi dan
Neraca Bahan
Makanan
Di Hotel
Bumi Wiyata,
Depok
dan AFITA
Conference 2012 :
World Conference
On Computer
In Agriculture
(WCCA),
Taiwan”
AFITA CONFERENCE 2012
Peserta workshop analisis dan penataan
data konsumsi tahun 2012 terdiri dari 40
peserta, yang berasal dari unit lingkup
Kementerian Pertanian, Pusdatin, BPS dan
FEMA-IPB Bogor, antara lain perwakilan
dari :
1. Direktur Statistik Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan, BPS
2. Direktur Neraca Produksi, BPS
3. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian
4. Sekretaris Badan Ketahanan Pangan
5. Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
6. Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikul-
tura
7. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan
8. Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan
9. Sekretaris Badan Pengembangan dan
Penelitian Pertanian
10. Direktur Pasar Domestik, Direktorat
Jenderal PPHP
11. Direktur Pengolahan Hasil Pertanian,
Direktorat Jenderal PPHP
12. Kepala Biro Perencanaan, Sekretariat
Jenderal, Kementerian Pertanian
13. Kepala Biro Hukum dan Informasi Pub-
lik, Sekretariat Jenderal
14. Kepala Biro Umum dan Hubungan
Masyarakat, Sekretariat Jenderal
15. Kepala Pusat Ketersediaan dan Kera-
wanan Pangan, BKP
16. Kepala Pusat Penganekaragaman Kon-
sumsi dan Keamanan Pangan, BKP
17. Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan
Pangan, BKP
18. Ketua Departemen Gizi Masyarakat,
FEMA-IPB, Bogor
19. Tim NBM Lingkup Kementerian
Pertanian
20. Kepala Bidang Data Non Komoditas,
Pusdatin
21. Tim Konsumsi, Pusdatin Kementerian
Pertanian. ( Laela/Sehusman)
H A L A M A N 5
Sistem Informasi yang dikembangkan masih perlu
dikawal dengan seksama dan melekat dengan
kebutuhan dan keadaan pelaku pertanian. Inilah
tantangan terbesar bagi pengembang sistem aplikasi
pertanian berbasis teknologi informasi. Rangkuman
presentasi “insvited speakers” di Konferensi AFITA
2012 di Taipei 2012.
Aktivitas industri pertanian adalah proses
kontinum dari lahan hingga ke meja makan yang dapat
dikonsumsi dengan aman dan nyaman. Memisahkan
rantai pasca dan pra-panen mengintrodusir rongga-
rongga cacat kualitas dan kuantitas pada produk perta-
nian yang berdampak propagatif dan kumulatif ketika
produk dihadirkan ke konsumen. Teknologi informasi
terus dikembangkan dan digunakan untuk memantau
dan mengawal lebih cermat (presisi) rantai proses kon-
tinum aktivitas industri pertanian sehingga produk
pertanian sampai dengan aman di konsumen dangan
tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu, tepat harga dan
selera. Pemanfaatan data dan informasi menjadi se-
makin intensif dan masih melibatkan sensor-sensor
presisi dan algoritma komputasi cerdas serta piranti
keras komputasi dan komunikasi berkinerja tinggi.
Topik-topik utama dalam konferensi ini adalah:
• Rural economies and ICT policies for rural
development
• e-governance standards/metadata and data
standards in agriculture
• e-agribusiness and virtual agri-markets
• Applications for agriculture and precision farming
• Agricultural Information System
• Decision Support Systems for agriculture and
agribusiness
• ICT applications in natural resources management
• Agricultural Applications of Cloud & Service
Computing
• Remote Sensing and GIS applications
• Extension and knowledge repository services
• Agricultural resources data banks and data mining
• Weather prediction models for profitable
agricultural production
• Robotics in Agriculture
• Plant Factory
• Agricultural Education & Training
• General or miscellaneous topics
Rekayasa teknologi informasi pertanian
Beberapa seminar yang berhasil diikuti dan
sesuai dengan beberapa teknologi informasi yang bisa
dikembangkan di pertanian Indonesia adalah :
Agriculture ICT Infrastructure-Prerequisite for Agro-
Forest Management-In Any Country (Austria)
Mr. Walter Mayer, PROGIS Software Austria GmbH
• Basis Bing Map
• Sample image 30cm
• User: misintry, extension, universitas, school. User
private: petani, masyarakat
• FMIS: farmers map information system
• Sistem ini mengintegrasikan : peta lapangan, trak-
tor, lini pengiriman hingga produksi
• Dengan sistem ini bisa membantu mengurangi
kerusakan hutan dan kerugian secara financial
• Dan bisa meningkatkan nilai lahan
Distance Learning (Vietnam)
ICT Education and Training in Agriculture
Tran Viet Khanh, Thai Nguyen University
• Pemanfaatan teknologi distance learning di Viet-
nam oleh petani. Saat ini telah dilakukan penyem-
purnaan prosedur dan peningkatan infrastruktur
teknologi informasinya.
Pemanfaatan GIS untuk pemetaan dan pembangunan
irigasi serta penampungan air (kolam) di Taiwan
Survey of Agricultural Ponds in Taouyuan Plateau by
Satelite Imagery and Air Photography
• Pemanfaatan dan pembangunan irigasi di Taiwan
dikelola oleh Asosiasi Irigasi Taiwan (IAT
• Anggota asosiasi diberikan training penggunaan
GIS oleh pusat riset dan teknologi pertanian Tai-
wan
• GIS aplikasi yang diberikan: desktop, mobile dan
berbasis web
Konsep Training dan Edukasi ICT untuk pem-
bangunan pertanian di India – Savaranan Raj, Central
Agricultural University
• Endpoint yang digunakan: portal InDG, e-
edukiosk (semacam UPIPK), e-extension Tamil
Nadu, MaSS (Mobile Aplication System)
• Siapa yang mengupdate informasi tersebut dan
siapa yang mengautorisasi bahwa informasi terse-
but benar? Agricuture scientis, universitas, atau
asosiasi terkait
Konsep peningkatan kapasitas penyuluh pertanian di
masa mendatang (University of Florida-USA)
• Peningkatan sarana-sarana edukasi bagi penyuluh :
mobile tech, clouds dan media-media social
• Bisnis tanpa memanfaatkan teknologi mobile
adalah bisnis tanpa strategi (google)
• Tantangan mobile tech : data akses, pengeta-
huan, keamanan
• Mobile development framework : JSON, sudah
dikembangkan untuk Apple iOS, akan dikembang-
kan untuk Google dan Blackberry OS
• Peluang dan tantangan : dengan makin berkem-
bangnya teknologi mobile, mau tidak mau perkem-
bangan tersebut harus diikuti agar tetap up to date,
jalin kerjasama dengan technologi partner untuk
meningkatkan nilai tambah sistem/aplikasi
• Bagaimana dengan user cross platform? Akan
Lanjutan Berita AFITA Conference 2012...
V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2
H A L A M A N 6
dilakukan survey berapa user yang meng-
gunakan platform terkait
• Apakah menggunakan framework yang
sama untuk berbagai macam platform?
Sangat susah untuk terus mempertahankan
karena kemungkinan framework akan
selalu berubah mengikuti perkembangan
teknologi yang ada.
Teknik Data Mining untuk LUDM, water
management dan resapan air di Australia, Dr.
Leisa Armstrong, Edith Cowan University
Data Mining Software Tools to Improve Wa-
ter Catchment and Agricultural Land Man-
agement in Australia
• Aplikasi: remote sensing, medical, agri-
culture, landuse changing, pest manage-
ment, etc
• Umumnya untuk pengambilan keputusan
• Basis software : database Postgree SQL
dengan platform JDK Java Platform
• Mining process Tools : uDig (open source
platform).
AFITA/WCCA 2012 Conference
Opening Ceremony
• Mr. Wu-Den Yih, welcome speech,
vice president of Taiwan (ROC)
• Dr. San-Cheng (Simon) Chang,
president of TAITA
• Prof. Kudang Boro Seminar,
president of AFITA 2010-2012
Keynote Speaker :
• The Challenges and Opportunities
of Agriculture in 21st Century, Bao-
Ji Cen, Council of Agriculture,
Executive Yuan (Taiwan)
• Cloud Computing and Agriculture-
The Taiwan Adventure, San-Cheng
(Simon) Chang, Executive Yuan
(Taiwan)
• Cloud Computing in the Real World
-Sharing and Experiences and
Ideas, Darryl Chantry, Datacenter
& Private Cloud Centre of
Excellence, Microsoft Corporation
Australia
Workshop :
• Sensor and Research – Joe-Air
Jiang, National Taiwan University
(NTU-Taiwan)
• Geographics Information System
(GIS) – Seishi Ninomiya, Univerisity
of Tokyo (Japan)
• Knowledge Management &
Decission Support System (KM &
DSS) – Gerhard Schiefer, University
of Bonn (Germany)
• ICT Training and Education –
Fedro Zazueta, University of
Florida (USA)
Konferensi ini diikuti oleh 250 peserta, 80
diantaranya dari Taiwan serta menyajikan 111
paper, 3 keynote, 16 workshop. ( Eko)
“AFITA
Conference 2012 :
World Conference
On Computer
In Agriculture
(WCCA), Taiwan
dan Workshop
Pengukuran
Luas Sawah
Menggunakan
GPS Dinas
Pertanian
Kabupaten
Sukabumi”
Lanjutan Berita AFITA Conference 2012...
Kebijakan Penataan Data Lahan Perta-
nian dalam Rangka Penyusunan Dokumen
Akademis Penetapan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan
Pada Kesempatan Menghadiri undan-
gan workshop dari Dinas Pertanian Kabu-
paten Sukabumi dalam acara Pelatihan pen-
gukuran Luas sawah menggunakan GPS
Kegiatan Updating Luas Baku Lahan Sawah
di Kabupaten Sukabumi tahun 2012 yang
berlokasi di Pelabuhan Ratu Kabupaten Suka-
bumi Jawa Barat, disampaikan tentang kebi-
jakan penataan data lahan pertanian dalam
rangka penyusunan dokumen akademis
Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelan-
jutan (LP2B). Pada acara tersebut disampai-
kan tentang sosialisasi UU No.41 Tahun 2009
dan PP No.1 Tahun 2011 tentang penetapan
dan alih fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) oleh Bapak
Ir.Bambang Agus, MM dari Direktorat Jen-
dral Prasarana dan Sarana Pertanian, dan ke-
bijakan penataan data lahan pertanian oleh
bapak Dr.M.Luthful Hakim dari Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian, yang dilan-
jutkan dengan pelatihan mengenai peng-
gunaan alat GPS dan penggunaan peta ber-
basis citra satelit oleh Aulia Azhar dari Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian .
Workshop Pengukuran Luas Lahan
Baku Sawah dengan menggunakan alat GPS
tersebut, diselenggarakan tanggal 29 Agustus
2012 oleh Dinas Kabupaten Sukabumi terse-
but, yang dibuka langsung oleh Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten Sukabumi dan dihadiri
oleh Kepala Sub bidang Perluasan areal,
Kepala Sub Bidang Data Prasarana, serta
petugas dari masing masing kecamatan yang
ada di Sukabumi.
Pada kesempatan tersebut materi
diawali dengan paparan mengenai Lahan Per-
tanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang
disampaikan oleh, Bapak Ir. Bambang Agus,
MM dari Ditjen PSP, secara ringkas dijelas-
WORKSHOP PENGUKURAN LUAS SAWAH MENGGUNAKAN GPS DINAS PERTANIAN KABUPATEN SUKABUMI
Workshop Pengukuran Luas
Sawah Menggunakan GPS
Dinas Pertanian Kabupaten
Sukabumi
H A L A M A N 7
kan beberapa hal sebagai berikut:
1. Sosialisasi Undang-Undang No.41 tahun 2009
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan
untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsis-
ten guna menghasilkan pangan pokok bagi ke-
mandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan na-
sional (Ps 1 angka 3 – UU No. 41 Th. 2009). La-
han Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) meli-
puti lahan beririgrasi, lahan reklamasi rawa pasang
surut dan nonpasang surut (lebak), dan lahan tidak
beririgasi (Ps 5 – UU No. 41 Th. 2009).
2. PP No.1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B). Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun
2011 bertujuan untuk :
a) Mewujudkan dan menjamin tersedianya Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
b) Mengendalikan alih fungsi Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan
c) Mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan nasional; meningkatkan
pemberdayaan, pendapatan dan kesejahteraan
bagi petani
d) Memberikan kepastian usaha bagi pelaku
usaha tani
e) Mewujudkan keseimbangan ekologis
f) Mencegah pemubaziran investasi infrastruktur
pertanian
3. Diagram Penyusunan Penetapan LP2B
Paparan berikutnya tentang Kebijakan Pena-
taan Data Lahan disampaikan secara ringkas disam-
paikan oleh Bapak Dr.M.Luthful Hakim dari Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian. Beberapa hal
yang disampaikan beliau adalah sebagai berikut :
terjadinya alih fungsi lahan dari pertanian ke non per-
tanian dan penyusutan lahan sawah akibat alih fungsi
lahan akan mempengaruhi kemampuan penyediaan
dan ketahanan pangan nasional. Untuk penyusunan
perencanaan pembangunan pertanian berkelanjutan
dan berkualitas, dan perhitungan data produksi, kon-
sumsi, dan neraca beras secara akurat dan tepat, maka
perlu disusun dan ditetapkan data luas baku sawah dan
luas panen padi (SK Mentan No. 5020/Kpts/
OT.160/12/2011 tentang Pembentukan Tim Pengka-
jian Data Produksi, Konsumsi, dan Neraca Beras).
Selama 9 tahun (2000-2009) telah terjadi alih
fungsi lahan sawah ke non sawah di pulau Jawa sebe-
sar 59.439 Ha dan rata-rata per tahun 6.604 Ha (BPN,
2010). Selama 9 tahun (2000-2009) telah terjadi pen-
ingkatan lahan sawah di luar pulau Jawa sebesar 8.775
Ha dan rata-rata per tahun 975 Ha (BPN, 2010). Se-
lama 9 tahun (2000-2009) telah terjadi alih fungsi la-
han sawah ke non sawah di Prov. Jawa Barat seluas
20.832 Ha dan rata-rata per tahun 2.315 Ha (BPN,
2010).
Penataan data lahan baku sawah dilakukan dengan :
a. Pendataan lahan melalui Laporan Petugas Ke-
camatan (Mantri Tani) – SP Lahan (bentuk data
tabular),
b. Pemetaan obyek fisik lahan (bentuk data spasial):
• Pemetaan Terestrial (Alat GPS)
• Pemetaan Citra Satelit/Foto Udara
Rencana Tindak lanjut pada tahun 2013 yaitu Penyu-
sunan metodologi pengisian form SP Lahan berbasis
peta lahan baku sawah dan citra satelit di 3 Kabupaten.
Tahapan Pengisian Form SP Lahan Berbasis Peta
antara lain:
a. Melaksanakan pengisian peta kerja yakni dengan
menandai bidang fisik lahan sesuai dengan peng-
gunaannya baik lahan sawah, lahan bukan sawah,
maupun lahan bukan pertanian (definisi lahan sa-
wah dan penggunaan lainnya sesuai dengan Buku
Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tanaman Pangan).
b. Melaksanakan pengisian form SP Lahan, yakni
dengan cara menghitung luas masing-masing peng-
gunaan lahan yang telah ditandai pada peta kerja
(Point 1).
Pelatihan penggunaan alat GPS dan penggunaan peta
berbasis citra satelit. Dalam pelatihan ini di awali den-
gan beberapa materi tentang penggunaan alat GPS dan
penggunaan peta berbasis citra satelit yang di sampai-
kan oleh Aulia Azhar dari Pusat Data dan Sistem In-
formasi Pertanian. Paparan materi yang di berikan
meliputi :
1. Konsep dan definisi lahan baku sawah
Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak
-petak dan dibatasi oleh pematang yang biasanya
ditanami padi sawah tanpa memandang dimana
diperolehnya atau status tanah tersebut. Luas baku
sawah adalah luasan semua lahan sawah yang
Lanjutan Berita Workshop Pengukuran Luas Sawah...
V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2
H A L A M A N 8
tersedia untuk ditanami padi atau jenis
tanaman lain, maupun yang sedang tidak
ditanami dalam jangka waktu kurang dari
dua tahun termasuk lahan sawah yang baru
dicetak.
2. Pengenalan alat GPS
Pengenalan alat GPS meliputi pengetahuan
dasar GPS, Segmen GPS, Mengapa Meng-
gunakan Satelit, Jarak Satelit, GPS Difer-
ensial, Sumber Kesalahan GPS.
Materi Pelatihan penggunaan alat GPS
yang diberikan kepada peserta sosialisasi
meliputi Panduan Pengukuran Areal
Menggunakan GPS dan Praktek pengu-
kuran areal di lapangan.
a. Panduan pengukuran areal mengguna-
kan GPS berisi tentang pengenalan
GPS, kelengkapan alat GPS, setting
alat, cara pengukuran areal mengguna-
kan GPS, install GPS Pathfinder Of-
fice, transfer data hasil pengukuran dan
penyimpanan file ke SHP.
b. Praktek pengukuran areal di lapangan
berisi tentang cara merekam titik , cara
merekam area dan cara mengetahui
luas area yang telah di ukur dengan
menggunakan GPS.
Dengan adanya dukungan fasilitas bantuan
alat GPS (Global Positioning System) di-
harapkan akan sangat bermanfaat bagi
petugas pengumpul data untuk mendapat-
kan luas baku lahan sawah yang sesuai
dengan kondisi lapangan yang akurat.
3. Penggunaan peta berbasis citra satelit.
Dalam penggunaan peta berbasis satelit
guna memudahkan petugas melihat daerah
yang telah terdigitasi dengan benar dan
dapat menentukan lokasi yang sudah ber-
alih fungsi dari sawah menjadi non sawah.
Dalam melakukan pengukuran, Prosedur
Updating Peta Lahan Baku Sawah meli-
puti :
a. Citra tertutup awan (apabila bidang
lahan merupakan sawah maka diukur
dengan GPS)
b. Salah interpretasi (apabila bidang lahan
merupakan bukan lahan sawah maka
diukur dengan GPS begitu juga sebali-
knya)
c. Alih fungsi lahan (apabila pada gambar
citra satelit terlihat berupa lahan sawah
dan ternyata sekarang sudah beralih
fungsi maka diukur dengan GPS dan
begitu juga sebaliknya). ( Azhar)
Lanjutan Berita Workshop Pengukuran Luas Sawah...
Pemenuhan data setiap bulan secara
terkini (real time) sangat memungkinkan
untuk didapatkan, karena formulir
pengumpulan data padi biasa dilaporkan
bulanan. Untuk itu, Pusdatin memandang
perlu melakukan upaya guna meningkatkan
kualitas data pertanian diantaranya dengan
pengolahan dan pengiriman data dari daerah
ke pusa t dengan memanfaa tkan
perkembangan perkembangan teknologi
formulir elektronik. Pusdatin telah
membangun suatu sistem pelaporan berbasis
web yang dapat digunakan oleh mitra kerja
lingkup pertanian di daerah untuk
melaporkan data SP setiap bulan ke server
yang memungkinkan setiap pengguna dapat
mengakses dengan mudah. Sistem ini
dinamakan Formulir Elektonik SP Tanaman
Pangan atau disingkat e-Form TP.
Mengingat pada saat ini dengan
semakin intensifnya perencanaan yang
memerlukan data setiap bulan, maka dengan
mengandalkan data yang dipublikasikan
setiap subround (4 bulan) dirasa tidak cukup.
Untuk itu, dipandang perlu melakukan upaya
guna meningkatkan kualitas data pertanian
melalui e-Form TP. Untuk itu Pusdatin pada
tahun 2012 melakukan Kegiatan Implemen-
tasi dan Pengawalan e-Form Tanaman Pan-
gan melalui keputusan Kuasa Pengguna
Anggaran Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian Tahun Anggaran 2012 melalui
Surat Keputusan No. 38G/Kpts/KU.110/
A6/05/2012 tentang penunjukan Panitia,
Instruktur, Narasumber dan Peserta
Implementasi e-Form Tanaman Pangan
Tahun 2012.
Untuk itu , dipandang perlu
melakukan upaya guna meningkatkan
kualitas data pertanian melalui e-Form TP.
Untuk itu Pusdatin pada tahun 2012 melaku-
kan kegiatan implementasi dan pengawalan e
-Form tanaman pangan serta advokasi metode
pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data
statistik pertanian kepada petugas pengelola
data di kecamatan, kabupaten dan provinsi.
Tahun 2012, implementasi dan pengawalan e
-Form tanaman pangan akan dilakukan di
Provinsi Jawa Barat dengan total peserta 135
(seratus tiga puluh lima) orang. Implementasi
dan pengawalan e-Form tanaman pangan
telah dilakukan di Provinsi Jawa Barat pada
SUPERVISI PELAKSANAAN e-FORM TANAMAN PANGAN DI 5 KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT
“Workshop
Pengukuran
Luas Sawah
Menggunakan GPS
Dinas Pertanian
Kabupaten
Sukabumi dan
Supervisi
Pelaksanaan
e-Form Tanaman
Pangan Di 5
Kabupaten Provinsi
Jawa Barat”
Workshop Pengukuran Luas
Sawah Menggunakan GPS
Dinas Pertanian Kabupaten
Sukabumi
Supervisi Pelaksanaan e-Form
Tanaman Pangan Di 5 Kabu-
paten Provinsi Jawa Barat
Supervisi Pelaksanaan e-Form
Tanaman Pangan Di 5 Kabu-
paten Provinsi Jawa Barat
H A L A M A N 9
tanggal 5 – 7 Juni 2012 di Hotel Karang Setra Band-
ung dengan total peserta 135 (seratus tiga puluh
lima) orang yang terdiri dari peserta kabupaten In-
dramayu 2 orang dan kecamatan 28 orang, kabupaten
Sumedang 2 orang dan kecamatan 26 orang, Kabu-
paten Cianjur 2 orang dan kecamatan 20 orang, Kabu-
paten Cirebon 2 orang dan kecamatan 10, Kabupaten
Tasikmalaya 2 orang dan kecamatan 36 orang. Peserta
dari provinsi yang mengikuti pelatihan sebanyak 5
orang yang mengikuti di masing-masing kelas kabu-
paten. Materi yang diajarkan kepada petugas adalah
metode pengumpulan data tanaman pangan. Semen-
tara itu, petugas kabupaten dan provinsi mendapat
materi pengolahan dengan menggunakan e-Form
Tanaman Pangan. Kelanjutan dari materi tersebut
adalah petugas kecamatan dapat mengirimkan data
yang akurat, tepat waktu dan konsisten sedangkan
bagi petugas kabupaten dan provinsi dapat mengelola,
mengolah dan menganalis data. Untuk mempercepat
proses pengolahan dan pengiriman data ke pusat
maka petugas kabupaten setiap bulan (Januari – De-
sember 2012) harus mengirimkan data melalui e-
Form tanaman pangan ke Pusdatin.
Pelaksanaan Supervisi
Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris
ialah supervision, yang artinya pengawasan atau pen-
gendalian. Supervisi pelaksanaan e-Form Tanaman
Pangan yang dilakukan di 5 (lima) kabupaten Provinsi
Jawa Barat yaitu Indramayu, Tasikmalaya, Cirebon,
Sumedang dan Cianjur. Kunjungan supervisi ke kan-
tor Dinas Pertanian di 5 kabupaten tersebut dengan
tujuan dalam rangka melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan pengumpulan dan proses pengiriman data
ke Pusdatin untuk itu dilakukan diskusi dengan petu-
gas pengelola data tanaman pangan seputar pelak-
sanaan pengiriman data dan mengetahui permasalahan
yang dihadapi selama mengoperasikan/ mengirimkan
data melalui e-Form TP. Dari kunjungan Supervisi ke
masing-masing Kabupaten didapat hasil sebagai beri-
kut :
1. Memantau secara teknis pelaksanaan pengumpu-
lan data Tanaman Pangan yang dilaporkan dalam
Formulir SP-Padi dan SP-Palawija tahun 2012
yang hingga saat ini sudah sampai dengan Bulan
Agustus 2012.
2. Memantau proses entry data SP tersebut ke dalam
program entri data E-Form Tanaman Pangan. Saat
ini proses entri data sudah sampai Bulan Agustus
2012. Secara umum proses entry dari program
aplikasi E-form Tanaman Pangan tidak mengalami
kendala atau permasalahan. Entri data bias dilaku-
kan dengan lancar dan Aplikasi E-form Tanaman
Pangan bias dijalankan dengan cukup baik.
3. Dibahas juga proses pengiriman data yang bisa
dilakukan cukup baik. Dari sisi program aplikasi e-
form Tanaman Pangan berjalan cukup lancar pada
proses pengiriman data ke server pusat (Pusdatin)
maupun ke server provinsi (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat).
4. Secara umum program Aplikasi e-Form Tanaman
Pangan dapat dijalankan dengan baik, mulai dari
proses install, entry, penyimpanan data, pengiriman
data, proses backup, restore dan pencetakan lapo-
ran. Sedikit masukan pada menu atau output rekap
yang kurang informatif atau masih kurang sesuai
dengan yang diperlukan pengguna sehingga kurang
mendukung petugas dalam membuat berbagai lapo-
ran atau bahan kebijakan daerah.
Sementara itu seputar pertanyaan mengenai aplikasi e-
Form Tanaman Pangan dengan petugas Dinas Perta-
nian Provinsi adalah :
• Mengapa data yang sudah dientri oleh petugas kabu-
paten tidak bisa dibuka oleh petugas provinsi? Infor-
masi tambahan: Data hasil entri dikirimkan melalui e
-mail, data yang dikirimkan ke email dengan for-
mat .sql
Tanggapan :
Data yang dikirimkan ke petugas provinsi melalui e-
mail sebaiknya dengan format .etp bukan .sql. Men-
gapa?
a) Data dengan format .etp → merupakan data yang
sudah siap untuk dikirimkan/digabungkan ke
server pusat atau ke aplikasi e-Form Tanaman
Pangan Modul Provinsi. Data dengan format
(.etp) jika digabungkan di aplikasi Modul
Provinsi akan menjadi data rekap provinsi karena
aplikasi Modul Provinsi tersebut menggabungkan
keseluruhan kabupaten/kota.
b) Data dengan format .sql → merupakan data hasil
backup dari aplikasi e-Form Tanaman Pangan
Modul Kabupaten, jadi data dengan format
tersebut seharusnya di - restore ke aplikasi e-
Form Tanaman Pangan Modul Kabupaten juga
dan bukan ke aplikasi Modul Provinsi, oleh sebab
itu data tersebut tidak bisa dibuka di aplikasi e-
Form Tanaman Pangan Modul Provinsi karena
petugas provinsi tidak mempunyai kewenangan
untuk meng-update data.
Kendala yang dihadapi pada aplikasi e-Form
Tanaman Pangan selama melakukan entri data
yaitu Data yang sudah dientri mengalami kendala
dalam pengiriman data ke server pusat, padahal
komputer yang digunakan untuk entri sudah
terkoneksi internet, setelah ditelusuri penyebabnya
ternyata ada security pop up pada browser mozilla
firefox yang harus diaktifkan terlebih dahulu. Sete-
lah diaktifkan data berhasil dikirimkan ke server pusat
(http://aplikasi2.deptan.go.id/eformtp/). ( Hanny)
V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2
Lanjutan Berita Supervisi Pelaksanaan e-Form...
H A L A M A N 1 0
Komoditas cabe merupakan salah satu
komoditas sayuran terpenting di Indonesia.
Hal ini mengacu pada besarnya pangsa pasar,
keuntungan kompetitif, nilai ekonomi, sebaran
wilayah produksi, dan kesesuaian agroekologi
cabe. Selain itu cabe mempunyai pengaruh
yang besar terhadap tingkat inflasi.
Data produktivitas cabe dihitung ber-
dasarkan data luas panen dan produksi yang
dilaporkan oleh petugas kecamatan meng-
gunakan formulir SPH-SBS dengan metode
pelaporan lengkap. Metode pengumpulan data
luas panen dan produksi tersebut berdasarkan
informasi dari beberapa sumber yang kompe-
ten dan penaksiran petugas dengan estimasi
pandangan mata (eye estimate). Metode pela-
poran ini masih dipengaruhi oleh subyektifitas
sumber informasi dan petugas pengumpul data
di lapang. Oleh karena itu, pengukuran lang-
sung produktivitas cabe perlu dilakukan untuk
meningkatkan akurasi data melalui metode
pengukuran produktivitas cabe, sehingga data
produksi diperoleh dari hasil kali data luas
panen dengan produktivitas tersebut.
Upaya pengembangan hingga imple-
mentasi metode pengukuran produktivitas
hortikultura telah dilakukan sejak tahun 2001
dimana Kementerian Pertanian (Pusdatin dan
Ditjen Hortikultura) bekerja sama dengan
Badan Pusat Statistik (BPS). Namun demikian
dalam pelaksanaan implementasi tersebut di-
jumpai kendala pada pengukuran produktivi-
tas cabe yang dipanen berulangkali. Pemeti-
kan hasil yang dilakukan berulangkali menye-
babkan petugas pengumpul data dan petugas
supervisi harus lebih teliti pada saat menga-
mati hasil panen. Kendala lain adalah plot
sampel cabe yang terletak pada lokasi yang
sulit dijangkau menyebabkan petugas men-
galami kesulitan dalam melakukan pengama-
tan secara terus-menerus, sehingga hasil pen-
gukuran produktivitas cabe besar disinyalir
menjadi kurang akurat.
Berdasarkan kendala tersebut pada ta-
hun 2012 Pusdatin melakukan upaya untuk
membangun dan mengembangkan model pro-
duksi cabe dengan tujuan untuk mengurangi
frekuensi pengamatan produksi cabe yang
dipanen berulangkali. Lokasi sampel dipilih
lima kabupaten sentra produksi cabe utama di
Jawa Barat, yaitu Garut, Tasikmalaya, Cian-
jur, Sukabumi dan Majalengka.
Pelaksanaan pengamatan cabe besar
diawali dengan pendaftaran (listing) rumah
tangga petani cabe yang akan panen pada tri-
wulan II dan triwulan III tahun 2012. Dari
hasil listing tersebut dipilih 300 plot sampel
yang akan diamati dan diukur produksinya
selama dua triwulan, yaitu mulai bulan April
sampai dengan bulan September 2012. Selama
periode tersebut Pusdatin bekerja sama secara
intensif dengan petugas supervisi dari Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabu-
paten Majalengka, Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura Kabupaten Garut, Dinas Per-
tanian Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Perta-
nian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabu-
paten Cianjur, dan Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kabupaten Sukabumi.
Selain memantau pelaksanaan pengu-
kuran produktivitas cabe secara langsung di
lapang, petugas supervisi juga harus melaku-
kan pengecekan isian formulir SPVH-CABE,
yaitu formulir isian yang digunakan untuk
mencatat hasil pengukuran. Beberapa isian
berupa keterangan tambahan yang belum
lengkap langsung dikonfirmasi ke petugas
kecamatan.
Selama pelaksanaan pengukuran pro-
duktivitas cabe, kendala yang dihadapi petu-
gas pengumpul data tingkat kecamatan antara
lain adalah lokasi plot sampel yang cukup
jauh dan berbukit-bukit yang menyebabkan
pengamatan tidak dapat dilakukan secara
maksimal. Selain itu kondisi iklim yang
kurang kondusif, juga menjadi kendala dalam
pengukuran produktivitas cabe. Beberapa
wilayah mengalami kekeringan sehingga pro-
duksi yang dicapai tidak optimal. Misalnya di
Kecamatan Ligung dan Banjaran Kabupaten
Majalengka yang mengalami kekeringan sete-
lah panen ke-4 atau ke-5, sehingga produksi
yang berhasil dipanen hanya separo dari pro-
duksi tahun sebelumnya. Bahkan di Kecama-
tan Taraju Kabupaten Tasikmalaya sebanyak
7 plot tidak dapat dipanen (puso) curah hujan
yang sangat minim dan adanya serangan lalat
buah cabe.
Selain informasi tentang produksi,
petugas pengumpul data tingkat kecamatan
juga mengumpulkan informasi tentang harga
di tingkat petani. Hal ini untuk mengetahui
apakah pola produksi petani ada kaitannya
dengan pola perkembangan harga. Hasil
wawancara dengan petani sampel menunjuk-
kan bahwa penurunan produksi cabe tidak
terlalu berdampak serius pada lonjakan harga
cabe. Harga di tingkat petani pada periode
tersebut berkisar antara Rp. 6.000,-/kg sampai
Rp. 7.000,-/kg untuk benih lokal atau tidak
bersertifikasi, sedangkan untuk harga cabe
dari benih bersertifikasi dapat mencapai Rp.
15.000,-/kg sampai Rp. 17.000,-/kg. Semen-
tara itu harga cabe saat hari Raya Idul Fitri
yang lalu berada pada kisaran harga Rp.
20.000,-/kg sampai Rp. 22.000,-/kg.
Hasil pengukuran produktivitas tersebut
selanjutnya akan diolah untuk menghasilkan
model produksi cabe yang diharapkan dapat
mengurangi frekuensi pengamatan produksi
cabe yang dipanen berulangkali. ( Hanny)
Supervisi Pengukuran
Produktivitas Cabe
Di Provinsi Jawa Barat
Supervisi Pengukuran
Produktivitas Cabe
Di Provinsi Jawa Barat
Supervisi Pengukuran
Produktivitas Cabe
Di Provinsi Jawa Barat
Supervisi Pengukuran
Produktivitas Cabe
Di Provinsi Jawa Barat
Supervisi Pengukuran
Produktivitas Cabe
Di Provinsi Jawa Barat
Supervisi Pengukuran
Produktivitas Cabe
Di Provinsi Jawa Barat
SUPERVISI PENGUKURAN PRODUKTIVITAS CABE DI PROVINSI JAWA BARAT
H A L A M A N 1 1
Sebagai Pusat Informasi dan layanan Data lingkup Kementerian Pertanian, Pusat Data dan Sistem Infor-
masi Pertanian mempunyai tugas : Melaksanakan penyiapan dan pengembangan sistem informasi pertanian.
Saat ini Kementerian Pertanian telah memiliki infrastruktur jaringan komputer yang telah dibangun dengan
teknologi cukup canggih dan dengan kemampuan cukup mumpuni. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
juga telah mempunyai Data Center yang melayani seluruh client atau workstation di lingkup Kementerian Per-
tanian, termasuk didalamnya peralatan server dan perangkat penunjangnya. Dimana server server tersebut di-
antaranya adalah server data base, server aplikasi, server web, server exchange, server pengadaan dan lain-
lain.
Semua server tersebut bekerja selama 24 jam terus menerus tanpa henti, sehingga harus dapat dipastikan
tetap terjaga kinerjanya dan ketahanannya. Utamanya adalah aplikasi dan data yang ada didalamnya harus se-
lalu ada dan tersedia dengan baik agar dapat diakses oleh pengguna atau user. Maka dalam hal ini menjaga atau
menjamin keamanan dan keutuhan aplikasi dan data mutlak harus dilakukan. Apa yang dapat dilakukan untuk
menjawab masalah tersebut diantaranya adalah dengan membangun Disaster Recovery Center (DRC) dan me-
lakukan sistem backup dan storage pada server yang ditentukan.
Backup dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya perubahan yang terjadi pada storage, kejadian bisa
terjadi karena malfunction pada server, kebakaran, bencana alam atau yang lainnya. Sedangkan penyimpanan
(storage) akan dapat digunakan kembali dalam proses penanganan kesalahan suatu sistem, yaitu untuk proses
restorasi atau recovery sistem setelah kejadian yang tidak dikehendaki.
Server Pengadaan (LPSE Server) merupakan salah satu server yang bersifat kritikal, server tersebut ha-
rus selalu berfungsi (up) dan harus selalu terjaga keamanan dan ketersediaan datanya. Server LPSE ini meru-
pakan salah satu server yang dimasukan dalam server Disaster Recovery Center (DRC). Untuk lebih mening-
katkan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang dibutuhkan dalam mendukung lancarnya kinerja server
server tersebut maka dilakukan koordinasi dengan LPSE Jabar, yang merupakan salah satu Balai LPSE yang
telah mendapatkan ISO Layanan terstandarisasi (penerapan SMM ISO 9001:2008).
Dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna, LPSE Jabar melakukan berbagai
peningkatan disisi penyediaan infrastruktur antara lain
• Peningkatan bandwidth mulai 128 kbps (2008) menjadi 2 mbps (2009), ditingkatkan menjadi 10 mbps (2010
s.d. 2011) dan 35 mbps (2012), untuk local 30 Mbps, International 5 Mbps. Back up 2 mbps;
• Untuk akses intranet VPN 1 Mbps;
• Menyediakan wi-fi di Teras Kantor Balai LPSE yang dapat diakses 24 jam oleh penyedia;
• Mempunyai mail server sendiri untuk verifikasi data;
• Kapasitas harddisk server di LPSE Jabar sebesar 10 Terra byte dan yang di DRC Batam sebesar 12 Terra
Byte;
• Mempunyai monitoring server/ NOC berbasis opensource;
• Menyediakan ruang server yang memadai sesuai dengan persyaratan;
• Meningkatkan kapasitas hardware untuk mengantisipasi peningkatan transaksi;
• Mulai Juni 2012 : telah terpasang backup sebagai DRC (Disaster Recovery Center) untuk mengantisipasi
bencana.
• Jaringan komunikasi data di Balai LPSE Jabar dan Intranet Pemprov Jabar tergambar dalam diagram di-
bawah ini :
( Ellis)
V O L . 9 N O . 9 2 B U L A N S E P T E M B E R 2 0 1 2
KOORDINASI DENGAN LPSE JAWA BARAT : PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR PENGADAAN ELEKTRONIK
H A L A M A N 1 2
“Pelatihan
Aplikasi GPS
Bagi Petugas
Pengumpul
Data Statistik
Perkebunan
Kabupaten
Lampung Selatan”
Pelatihan aplikasi GPS di Kabupaten
Lampung Selatan dilaksanakan 12-13 Septem-
ber di Gedung KORPRI dan diikuti oleh 20
peserta yang terdiri dari 17 peserta dari petu-
gas UPTD kabupaten Lampung Selatan dan 3
peserta dari Dinas Perkebunan. Tujuan dari
kegiatan ini adalah melatih petugas UPTD
dalam rangka rencana dinas kabupaten akan
melakukan inventarisasi lahan perkebunan di
Kabupaten Lampung Selatan. Jenis alat GPS
yang digunakan dalam pelatihan ini adalah
GPS Trimble Juno SB.
Materi pelatihan yang diberikan kepada petu-
gas adalah :
1. Pendahuluan dan Organisasi Pelaksana
2. Pengenalan umum tentang GPS
3. Pengenalan Alat GPS Trimble Juno SB
4. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan
dalam pengukuran lahan
5. Kelengkapan peralatan dalam dus GPS
Receiver
6. Setting alat dan software TerraSync
7. Praktek Lapangan Cara penggunaan GPS
Dari hasil pelatihan ada beberapa kendala dan
pertanyaan sebagi berikut:
• Sebagian besar peserta sudah pernah
menggunakan alat GPS, namun beberapa
peserta belum pernah menggunakannya.
Bagi yang sudah pernah mengguna-
kannya ada yang lupa cara peng-
gunaannya atau beda merk GPS yang
digunakan. Setelah dilakukan praktek
penggunaan GPS, peserta sudah terbiasa
lagi menggunakannya.
• Pertanyaan dari peserta mengenai kenapa
Kementerian Pertanian untuk pengukuran
lahan sawah memilih menggunakan GPS
tetapi tidak menggunakan cara yang lain.
Dalam hal ini dicoba diberikan penjela-
san kenapa menggunakan GPS yaitu di-
antaranya dengan GPS pengukuran mu-
dah dilakukan, peralatan GPS receiver
relatif murah dengan berbagai merk yang
ada di pasaran, dan penggunaan GPS
setelah pengukuran lahan sawah bisa
dimanfaatkan untuk pengukuran lahan
pertanian yang lain atau untuk mengeta-
hui luas serangan hama, luas tanam dan
luas panen yang biasa dilaporkan di lapo-
ran SP-TP.
• Pertanyaan mengenai bagaimana GPS
bisa menggambarkan hasil perekaman
(line, area) di lapangan. Dijelaskan
bahwa gambar tersebut terbentuk dari
titik posisi koordinat hasil perekaman
yang dihubungkan secara otomatis oleh
software collecting data ke titik koordinat
perekaman berikutnya sampai selesai
perekaman dan membentuk sebuah line
atau area)
• Pertanyaan apakah GPS bisa mengetahui
ketinggian. Dijelaskan bahwa posisi
koordinat yang direkam oleh GPS re-
ceiver juga merekam data ketinggian
walaupun tingkat akurasinya tidak sama
dengan tingkat akurasi horisontal.
• Pertanyaan bagaimana cara merekam
area yang tidak bisa dilselesaikan dalam
1 (satu) hari untuk 1 (satu) hamparan.
Diberitahukan bahwa untuk perekaman
yang tidak selesai dalam 1 hari bisa di-
laksanakan di hari berikutnya dengan
cara menambah polygon baru dalam 1
file sebelumnya atau membuat file baru
sehingga nantinya akan terbentuk 2 (dua)
polygon untuk 1 hamparan sawah.
( Ade)
PELATIHAN APLIKASI GPS BAGI PETUGAS PENGUMPUL DATA STATISTIK PERKEBUNAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Pelatihan Aplikasi GPS Bagi
Petugas Pengumpul Data
Statistik Perkebunan Kabu-
paten Lampung Selatan