Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris....

14
Program Studi Banding DAAD ke Jerman dengan Topik „Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi“ Page 1 Laporan Dr. Leenawaty Limantara Mengenai Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi di Jerman Page 3 Ketika Para Peserta Studi Banding Menjawab Pertanyaan Wawancara Page 6 Sampai Jumpa Lagi Pak Svann dan Pak Carsten! Page 9 Volume 5 Edition 3 April 2016 Newsletter Liebe Leserinnen und Leser, dear Readers, pembaca-pembaca yang terhormat! Biasanya bahasa newsletter kami adalah Bahasa Inggris - lingua franca dalam dunia penelitian dan akademis, tetapi untuk edisi ini ditulis dalam Bahasa Indonesia. Sesuai dengan prinsip “Mehrsprachigkeit” karyawan DAAD di Jakarta Office, dimana kami sehari -hari mengunakan tiga bahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin memperbaiki kompetensi bahasa kami seperti para alumni dan teman-teman DAAD seluruh dunia. Besar harapan saya agar Anda dapat menikmati edisi newsletter dalam bahasa ibu Anda. Viel Vergnügen bei der Lektüre! Have a pleasant read! Selamat menikmati edisi ini! Tema “Mehrsprachigkeit” itu penting sekali untuk kerjasama internasional, juga untuk dosen-dosen Germanistik di Indonesia. Bagi mereka kompetensi bahasa Jerman belumlah cukup, karena mereka harus menerbitkan jurnal-jurnal internasional dalam bahasa Inggris dan juga mereka harus membaca teori-teori umum yang diterbitkan dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu organisasi IGV (Indonesischer Germansitenverband) akan mengadakan seminar tentang “Globale Trends in der Germanistik” pada bulan September di UNPAD. Ikuti Facebook dan Twitter kami untuk mendapatkan informasi tentang hasil kegiatan acara tersebut. DAAD mengucapkan semoga sukses kepada tim penyelenggara! Tema edisi ini fokus kepada sebuah topik yang menarik terutama untuk Anda yang bekerja di lingkungan universitas, yaitu “Hilirisasi dan Komersialisasi hasil Produk Riset dan Teknologi”. Pada bulan April lalu, satu delegasi Indonesia yang terdiri dari 9 orang pengambil kebijakan dari Kemenristekdikti, lembaga penelitian dan universitas negeri maupun swasta, diundang oleh DAAD, pergi ke Jerman untuk membandingkan sistem inovasi Jerman dengan Indonesia. Mudah-mudahan hasil dari program studi banding para delegasi Indonesia ini membawakan manfaat bagi Anda, dan bagi Indonesia. Vielen Dank für Ihre Aufmerksamkeit! Thanks you for your kind attention! Terima kasih atas perhatian Anda! Irene Jansen Contents August 2016 Sejalan dengan visi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2015-2019) yaitu mewujudkan pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa, hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dan teknologi menjadi salah satu agenda utama Kemenristekdikti. Hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dan teknologi dimaknai sebagai membuat hasil riset dan teknologi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi menjadi hasil riset yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan memiliki nilai ekonomi. Diharapkan hasil riset dan teknologi dari perguruan tinggi tidak hanya sekedar terhenti dalam bentuk laporan, publikasi dan paten, seperti yang selama ini banyak terjadi di Indonesia. Program Studi Banding DAAD ke Jerman dengan Topik “Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi” Presentasikan ide Anda selama 3 menit dan menangkan tiket ke Berlin! Klik gambar di bawah untuk info lebih lanjut!

Transcript of Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris....

Page 1: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Program Studi Banding DAAD ke Jerman dengan Topik „Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi“ Page 1 Laporan Dr. Leenawaty Limantara Mengenai Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi di Jerman Page 3 Ketika Para Peserta Studi Banding Menjawab Pertanyaan Wawancara Page 6 Sampai Jumpa Lagi Pak Svann dan Pak Carsten! Page 9

Volume 5 Edition 3

April 2016

Newsletter Liebe Leserinnen und Leser, dear Readers, pembaca-pembaca yang terhormat!

Biasanya bahasa newsletter kami adalah Bahasa Inggris - lingua franca dalam dunia penelitian dan

akademis, tetapi untuk edisi ini ditulis dalam Bahasa Indonesia. Sesuai dengan prinsip

“Mehrsprachigkeit” karyawan DAAD di Jakarta Office, dimana kami sehari-hari mengunakan tiga

bahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti

sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin memperbaiki kompetensi bahasa kami

seperti para alumni dan teman-teman DAAD seluruh dunia. Besar harapan saya agar Anda dapat

menikmati edisi newsletter dalam bahasa ibu Anda. Viel Vergnügen bei der Lektüre! Have a pleasant

read! Selamat menikmati edisi ini!

Tema “Mehrsprachigkeit” itu penting sekali untuk kerjasama internasional, juga untuk dosen-dosen

Germanistik di Indonesia. Bagi mereka kompetensi bahasa Jerman belumlah cukup, karena mereka

harus menerbitkan jurnal-jurnal internasional dalam bahasa Inggris dan juga mereka harus membaca

teori-teori umum yang diterbitkan dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu organisasi IGV

(Indonesischer Germansitenverband) akan mengadakan seminar tentang “Globale Trends in der

Germanistik” pada bulan September di UNPAD. Ikuti Facebook dan Twitter kami untuk mendapatkan

informasi tentang hasil kegiatan acara tersebut. DAAD mengucapkan semoga sukses kepada tim

penyelenggara!

Tema edisi ini fokus kepada sebuah topik yang menarik terutama untuk Anda yang bekerja di

lingkungan universitas, yaitu “Hilirisasi dan Komersialisasi hasil Produk Riset dan Teknologi”. Pada

bulan April lalu, satu delegasi Indonesia yang terdiri dari 9 orang pengambil kebijakan dari

Kemenristekdikti, lembaga penelitian dan universitas negeri maupun swasta, diundang oleh DAAD,

pergi ke Jerman untuk membandingkan sistem inovasi Jerman dengan Indonesia. Mudah-mudahan

hasil dari program studi banding para delegasi Indonesia ini membawakan manfaat bagi Anda, dan

bagi Indonesia.

Vielen Dank für Ihre Aufmerksamkeit! Thanks you for your kind attention! Terima kasih atas perhatian

Anda!

Irene Jansen

Contents August 2016

Sejalan dengan visi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2015-2019) yaitu mewujudkan pendidikan tinggi yang

bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa, hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dan

teknologi menjadi salah satu agenda utama Kemenristekdikti.

Hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dan teknologi dimaknai sebagai membuat hasil riset dan teknologi yang dihasilkan oleh

perguruan tinggi menjadi hasil riset yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan memiliki nilai ekonomi. Diharapkan hasil riset dan

teknologi dari perguruan tinggi tidak hanya sekedar terhenti dalam bentuk laporan, publikasi dan paten, seperti yang selama ini

banyak terjadi di Indonesia.

Program Studi Banding DAAD ke Jerman dengan Topik

“Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi”

Presentasikan ide Anda selama 3 menit dan menangkan tiket ke Berlin! Klik gambar di bawah untuk info lebih lanjut!

Page 2: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Terkait dengan agenda pemerintah tersebut, Dinas Pertukaran Akademis Jerman (DAAD) mengundang delegasi Indonesia yang

terdiri dari beberapa pengambil kebijakan dari lingkungan Kemenristekdikti dan beberapa pimpinan perguruan tinggi baik negeri

maupun swasta di Indonesia untuk mengadakan kunjungan ke Jerman guna melihat lebih jauh bagaimana hilirisasi dan

komersialisasi hasil riset dan teknologi berlangsung di Jerman. Kunjungan dilakukan pada 23-30 April 2016 lalu ke berbagai institusi

di Jerman, dimana di dalamnya tercakup kunjungan ke lembaga pemberi dana penelitian, lembaga penelitian dasar maupun terapan

di dalam universitas maupun non universitas, bisnis start-up, science and technology park, serta asosiasi penelitian industri untuk

perusahaan kecil dan menengah Jerman.

Delegasi Indonesia yang didampingi oleh Dr. Carsten Thoms, dosen jangka panjang DAAD di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

IPB, terdiri dari 9 orang:

1. Prof. Dr. Ambaryanto, Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama, Universitas Diponegoro, Semarang

2. Prof. Dr. Bambang Riyanto Trilaksono, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Inovasi dan Kerjasama, Institut Teknologi Bandung

3. Prof. Dr. Iskandar Zulkarnaen Siregar, Direktur Riset dan Inovasi, Institut Pertanian Bogor

4. Prof. Dr. Nurpudji Astuti Daud, Kepala Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Senat Akademik Universitas

Hasanuddin, Makassar

5. Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Kemenristekdikti

6. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Rektor Universitas Sebelas Maret, Surabaya

7. Dr. Djoni Hartono, Direktur Inovasi dan Inkubator Bisnis, Universitas Indonesia, Depok

8. Dr. Laksana Tri Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

9. Dr. Leenawaty Limantara, Rektor Universitas Pembangunan Jaya, Jakarta

Berikut adalah institusi yang dikunjungi: Kantor pusat DAAD, DFG (German Research Foundation), Heinrich Heine University

Düsseldorf, Friederich Schiller University Jena, Leibniz Institute for Natural Product Research and Infection Biology Hans-Knöll-

Institute (HKI), Jena School for Microbial Communication, Fraunhofer Institute for Molecular Biology and Applied Ecology, German

Federation of Industrial Research Association, Oncgnostics GmbH, Technology and Innovation Park Jena.

Diharapkan newsletter ini juga dapat menjadi media penyebaran informasi dan memberikan sedikit kontribusi bagi para pengambil

kebijakan di berbagai tingkatan terkait proses hilirisasi dan komersialisi hasil riset dan teknologi di Indonesia.

Page 2 August 2016

Kiri-Kanan: Carsten Thoms, Ambariyanto, Leenawaty Limantara, Nurpudji Astuti, L.T. Handoko, Ocyk Karna Radjasa, Ravik Karsidi, Bambang Riyanto Trilaksono, Iskandar Z. Siregar, Djoni Hartono

©CarstenThoms/DAAD Jakarta

Page 3: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Ketika membahas teknologi dan menyebutkan mana saja negara-negara

penghasil teknologi, tidak bisa tidak, Jerman selalu diperhitungkan dalam

daftar negara penghasil teknologi dunia. Tidak sekedar teknologi

sederhana, sampai ke teknologi terkini di banyak bidang dikuasai oleh

Jerman. Untuk tujuan tersebutlah delegasi Indonesia melaksanakan

perjalanannya ke Jerman. Mempelajari dari dekat, dari hulu hingga hilir,

bagaimana produk riset dan teknologi universitas dibawa sampai ke

pasar. Bagaimana perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan sumber

daya manusia yang unggul, tetapi juga 2 luaran penting lainnya, yakni

iptek dan budaya.

Bermula dari mendalami konsep universitas riset baik di universitas, university of applied sciences dan membandingkannya dengan

litbang non university seperti Fraunhofer Institute dan Leibniz Institute, bagaimana secara strategis universitas Jerman

mempersiapkan pusat unggulan ipteknya sampai pada munculnya start-up dan taman sains dan teknologi (Science and Technology

Park atau yang kita kenal dengan STP) menghasilkan pembelajaran tersendiri buat delegasi Indonesia. Dengan catatan perjalanan

ini, semoga dapat menjadi pencerahan bagi pemangku kepentingan, litbang, universitas dan pembaca di tanah air.

Keberhasilan hilirisasi dan komersialisasi produk riset dan teknologi di Jerman diperankan dengan sangat strategis oleh beberapa

institusi kunci seperti BMWi (the German Federal Ministry for Economic Affais & Energy), AiF (German Federation of Industrial

Research Associations), Fraunhofer Institute, dan pusat-pusat layanan universitas (di Indonesia dapat dipadankan dengan Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) atau inkubator bisnis, atau pusat inovasi dan bisnis) dan didukung oleh

banyak lembaga lain misalnya ventura seperti Oncgnostics GmbH yang memberikan modal awal, dana dari pemerintah daerah (the

Federal States), konsorsium lembaga pemberi modal (misalnya “High-Tech Gruenderfonds" lihat http://high-tech-gruenderfonds.de),

investor, bank dll. Jerman punya banyak lembaga dari mulai pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, yang memiliki perhatian

besar pada riset. Kesadaran bahwa riset menjadi kunci

penting kemajuan bangsa sangat dihayati oleh pemerintah

maupun lembaga swasta di Jerman, oleh masyarakatnya!

Dengan komitmen negara untuk mengalokasikan rasio

anggaran riset terhadap GDP sebesar 2.842%, Jerman

termasuk dalam kelompok negara-negara yang memiliki

komitmen riset yang tinggi di dunia selain Korea Selatan

(4.292%), Israel (4.109%), Jepang (3.583%), Finlandia

(3.174%), dan Swedia (3.161%). Belum lagi kalau dihitung

dari luaran penelitiannya entah dari aspek jumlah peraih

nobel (tiga besar dunia disamping Amerika dan Inggris),

jumlah paten, jumlah produk riset dan teknologi, dll. Dari

aspek kualitas, mesin buatan Jerman menduduki posisi mesin

paling awet di dunia.

Penulis datang ke Jerman dengan keingintahuan yang sangat besar, mencari jawaban, memahami dibalik yang terlihat secara visual,

spirit apa yang membuat produk riset dan teknologi Jerman mampu bertahan lama (tidak muncul semusim, atau seumur jagung dan

hilang entah kemana ditahun berikutnya), dan bagaimana sinergi antar lembaga-lembaga terkait mampu mendukung dan

menghantar produk riset dari universitas ke pasar dunia. Kata kuncinya adalah kualitas sumber daya manusia, komitmen,

profesionalitas, fokus, sinergitas dan sistem yang jelas.

Page 3 August 2016

Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi di Jerman

Oleh Dr. Leenawaty Limantara

Rektor Universitas Pembangunan Jaya

Carsten Thoms / DAAD Jakarta

Carsten Thoms / DAAD Jakarta

Page 4: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Jerman mengoptimalkan sinergitas antar lembaga pendukung riset

Link and match universitas dan industri merupakan topik

utama perguruan tinggi Jerman. Prof. Dr. Stefan

Schillberg dari Fraunhofer Institute for Molecular Biology

and Applied Ecology (IME) di Aachen memberikan

pernyataan penting yang mengesankan penulis:

“Peneliti di universitas dan litbang di Jerman rutin

mengadakan pertemuan dengan industri, selain

mensosialisasikan perkembangan riset di Universitas

agar industri lebih mengenal riset perguruan tinggi.

Yang lebih penting adalah bagaimana para peneliti

memahami kebutuhan industri yang merupakan

kebutuhan masyarakat (pasar), sehingga fokus-fokus

riset yang dikembangkan menjawab kebutuhan

masyarakat bukan sekedar selera peneliti”. Penulis semakin sadar bahwa akar dari belum berhasilnya implementasi konsep besar

link and match di Indonesia adalah (1) minimnya dialog “serius dan akrab” antara universitas/litbang dengan industri dan (2) belum

adanya “chemistry” (pemaknaannya berupa kepercayaan dan keselarasan) antara apa yang dikerjakan universitas dengan industri di

Indonesia. Dengan kata lain sinergitas belum terjadi dalam artian yang sesungguhnya. Masing-masing jalan sendiri atau kalaupun

berjalan bersama-sama, sebenarnya belum dalam tataran yang mesra dan bersinergi. Meski melalui upaya Kemenristekdikti terjadi

upaya-upaya sadar dan terencana untuk menjodohkan industri dan litbang, harus diakui, ada tugas penting sang fasilitator yang

sesungguhnya dapat kita pelajari dari keberhasilan hilirisasi dan komersialisasi produk riset universitas di Jerman.

Di Jerman, universitas dan industri menyusun

proposal bersama dan mendapatkan dana riset

yang digunakan oleh universitas untuk

mengembangkan produk dan kebutuhan industri

partner. Kecepatan kerja antara industri dan

universitas tidak mengesankan “gap”, saat penulis

dalam kunjungan laboratorium menanyakan hal

ini, jawabannya sangat sederhana: Sediakan

peneliti yang mendedikasikan diri dan fokus

mengawal riset bersama industri dengan spirit

24/7 atau dengan kata lain totalitas, siap waktu

dan energi 100%. Kepercayaan antara universitas

dan industri menyebabkan arus informasi mengalir secara terbuka, tidak ada yang disembunyikan. Arus informasi berbasis

kepercayaan ini memungkinkan keterbukaan informasi, ilmu dan teknologi dari dan ke universitas/industri. Peran German Federation

of Industrial Research Associations (AIF) sebagai fasilitator menjadi sangat penting dan dirasakan manfaatnya untuk membantu baik

pihak industri maupun perguruan tinggi menemukan sinerginya.

Hal lain yang penulis catat adalah kekuatan jejaring (networking) antara universitas dan industri, basisnya adalah jejaring personal/

individu dan tanpa birokrasi. Filosofinya: The shorter the distance between the people, the better is the outcomes. Ketika hubungan

terbina dengan baik dan komunikasi berjalan lancar, maka kepercayaan, komitmen dan kerjasama tidak lagi memiliki sekat. Maka

program-program yang diselenggarakan tidak bersifat hit and run atau program dadakan dengan persiapan yang seadanya atau asal

jalan. Harus ada sistemnya.

Page 4 August 2016

Carsten Thoms / DAAD Jakarta

Carsten Thoms / DAAD Jakarta

Page 5: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Kuncinya: Eksekusi, eksekusi, eksekusi!

Hal menarik dari dialog yang dilakukan delegasi Indonesia dan Jerman adalah eksekusi atas

setiap rencana atau kesepakatan (jadi ingat satu dari motto Pak Jokowi: kerja, kerja, kerja!).

Kontrak, MoU, MoA atau administrasi lain dari konsep atau perencanaan yang disepakati

bersama perlu dieksekusi dan dikawal sehingga menghasilkan luaran yang berkualitas. Rata-

rata peneliti Jerman punya opini yang sama, mulai saja dari kecil, dengan passion dan totalitas,

kerjakan hingga berhasil, pada akhirnya akan ada kepercayaan yang membawa lebih banyak

lagi hibah dan peluang bagi periset. Kuncinya adalah mengidentifikasi riset-riset yang

berpotensi paten dan dapat dikomersialisasikan, berkomitmen, fokus, menghasilkan

kepercayaan dan bersinergi. Jelas tidak semua riset berpotensi dikomersialisasikan. Bahkan

mungkin kurang dari 5% yang berpotensi dikomersialisasikan. Peneliti Jerman sangat meyakini

bahwa hal penting yang mendukung keberhasilan hilirisasi selalu diawali dari riset dasar yang

berkualitas dan pemahaman pasar melalui market research. Perhatian untuk menumbuhkan

riset dasar tidak boleh ditinggalkan agar produk riset dan teknologi yang dikomersialisasikan

dapat bertahan lama. Intinya adalah menemukan produk riset dan teknologi yang memiliki

novelty dan potensi pasar yang jelas.

Dari aspek pembagian royalti atas paten, institusi Jerman banyak menggunakan konsep 30%

inventor dan 70% institusi. 70% ini dapat dirinci lebih lanjut misalnya 35% untuk pusat

unggulannya dan 35% institusi. Apabila universitas melibatkan agen maka royalti 5% diberikan

ke agen oleh institusi. Biaya paten tidak diurus oleh universitas tetapi oleh industri. Ranah

pengerjaannya pun jelas, universitas dan institusi riset mengerjakan riset sampai dengan

prototipe sedangkan industri mengerjakan komersialisasinya.

Poin penting sebagai penutup tulisan ini, penulis ingin mencatat bahwa rata-rata pengelola start

-up yang dikembangkan di universitas, university of applied sciences dan litbang non universitas

Jerman senantiasa menggarisbawahi kriteria penting terhadap SDM, yakni SDM yang telah

memiliki pengalaman baik sebagai akademisi/peneliti (mereka yang mengerti ruh dari produk

riset itu sendiri) dan yang pernah bekerja di industri (mereka yang memahami kebutuhan pasar

dan memiliki jiwa entrepreneur). Perpaduan keterampilan ini menyebabkan start-up yang

diinisiasi memiliki potensi sukses yang lebih tinggi dan penghayatan yang mendalam terhadap

DNA/nature dari produk. Jadi tidak heran kalau para CEO, marketer dan manager start-up dan

inkubator bisnis di Jerman rata-rata bergelar doktor dan berjiwa entrepreneur.

Page 5 August 2016

Impressum

Publisher

DAAD Jakarta Office

Summitmas II 14th Fl.

Jl. Jend. Sudirman Kav.

61-62 Jakarta 12190

Indonesia

Unsubscribe

If you don‘t wish to receive any

further issues of our newsletter,

please send an email to

[email protected] with the

subject „unsub“

Editor-in-Chief

Dr. Irene Jansen

Editor

Ivan Annusyirvan

Contact

Phone: +62 (21) 520 08 70 /

+62 (21) 525 28 07

Fax: +62 (21) 525 28 22

Mail: [email protected]

Our consulting hours:

Thursday

13.30 - 16.00 WIB

DAAD Indonesia

@DAAD_Indonesia

www.daadjkt.org

Carsten Thoms / DAAD Jakarta

Page 6: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Page 6

Ketika Para Peserta Studi Banding Menjawab Pertanyaan Wawancara

Kepada Bapak Handoko, apakah pengertian hilirisasi dan

komersialisasi hasil riset dan teknologi menurut LIPI atau

Kemenristekdikti?

Hilirisasi dan atau komersialisasi merupakan ranah

terujung dari proses dan ekosistem dari riset - invensi -

inovasi - hilirisasi / komersialisasi. Karenanya hilirisasi

merupakan ranah pasca inovasi. Inovasi sendiri bisa

dipahami sebagai invensi yang bisa diaplikasikan,

biasanya berupa teknologi dalam berbagai bentuk.

Sejauh mana proses hilirisasi dan komersialisasi hasil

riset dan teknologi di Indonesia sudah berjalan? Apakah

teknologi sederhana, seperti teknologi tepat guna,

termasuk dalam konsep hilirisasi dan komersialisasi hasil

riset dan teknologi?

Secara umum proses hilirisasi di Indonesia belum

berjalan dengan baik. Tetapi hal ini lebih disebabkan

oleh fakta bahwa Indonesia belum mencapai ambang

batas penghasil invensi berbasis riset ilmiah yang

produktif. Hal ini bisa dilihat dari indikator keluaran riset,

khususnya publikasi terindeks global dan paten, yang

masih sangat rendah, bahkan bila dibandingkan dengan

negara-negara di kawasan ASEAN. Karena secara

global, hanya lebih kurang 10% dari setiap jenjang

ranah diatas yang bisa berlanjut ke ranah selanjutnya.

Sehingga bisa dikatakan untuk mencapai hilirisasi dari 1

produk diperlukan setidaknya 100 riset yang

menghasilkan invensi riil.

Permasalahan mendasar apa yang dihadapi Indonesia

dalam hilirisasi dan komersialisasi riset dan teknologi?

Seperti telah disampaikan pada poin diatas,

permasalahan paling mendasar adalah sumber

masukan di hulu dalam ekosistem riset sampai dengan

hilirisasi yang sama sekali belum mencapai batas

ambang yang diharapkan. Dilain sisi, tahapan industri

di Indonesia sebagian besar masih terkonsentrasi di

level perdagangan dan manufaktur konvensional.

Artinya belum banyak industri berbasis kreatifitas dan

terlebih inovasi atau invensi hasil riset.

Bilamana mengacu pada tingkat kesiapan teknologi atau

TRL (Technology Readiness Level), dari hasil riset yang

Kami mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai empat orang peserta dari program studi banding DAAD, yaitu Bapak Dr. L.T.

Handoko (LTH), Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi (RK), Ibu Prof. Dr. Nurpudji Astuti Daud (NAD), dan Ibu Dr. Leenawaty Limantara (LL).

Di bawah ini dapat Anda baca hasil wawancara kami dengan mereka.

ada berapa persen yang masuk ke kelompok TRL1-3

(kelompok konsep dan desain teknologi), TRL 4-6

(kelompok prototyping level laboratorium) dan kelompok

prototyping industry (TRL 7-9)?

Sebagian besar riset masih berada di TRL 1-3.

Kendala dan tantangan apa yang dihadapi oleh universitas

dalam mengembangkan hasil riset menjadi hasil riset yang

mempunyai nilai komersil?

Topik riset para dosen belum sepenuhnya berorientasi

pada hilirisasi karena pelaksanaan tridharma perguruan

tinggi belum sepenuhnya selaras atau bahkan

berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas

penggunanya. Riset untuk kepentingan dosen masih

dominan. Hal ini perlu penyadaran secara

berkelanjutan. Perlu regulasi yang jelas untuk

pengelolaan kerjasama antara akademisi dan industri,

misalnya kontribusi berupa “institutuin fee” dari hasil

penelitian para dosen dalam melaksanakan

pengabdian dan penelitian. Hasil riset yang sudah siap

untuk komersialisasi (misalnya sudah memiliki paten)

masih mengalami hambatan karena terbatasnya

modal usaha dari universitas untuk produksi secara

masal, sementara regulasi untuk kerjasama dan

pembagian keuntungan (royalty) belum secara tegas

mengatur bentuk komersialisasi ini. Di sisi lain di

perguruan tinggi negeri pengelolaaan dan pengawasan

keuangan sangat ketat.

Universitas Hasanuddin baru di sahkan sebagai salah

satu perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-

BH), kendala utama Unhas adalah baru saja terjadi

pergantian Direktur Riset dan Inovasi dan masih dalam

pembenahan.

Menurut saya kendala utamanya terletak pada belum

terjalinnya link and match antara universitas dan

kebutuhan industri. Cenderung jalan sendiri-

sendiri. Peneliti di Universitas menciptakan inovasi dan

produk yang dianggap penting oleh yang bersangkutan

sementara kebutuhan pasar berbeda.

LTH:

LTH:

LTH:

LTH:

RK:

NAD:

LL:

August 2016

Page 7: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Page 7

Terkait sinkronisasi dan kolaborasi kebijakan antara

universitas atau lembaga litbang, pemerintah dan dunia

usaha, siapa yang seharusnya menginisiasi hal tersebut,

pemerintah atau dunia usaha?

Sebagai regulator, sinkronisasi dan kolaborasi lembaga

litbang - pemerintah - industri harus diinisiasi dan

diwadahi oleh pemerintah, setidaknya di tahap awal.

Langkah-langkah serta kebijakan apa yang sudah diambil

dan selanjutnya harus diambil untuk mensukseskan

hilirisasi dan komersialisasi riset dan teknologi?

Yang pertama harus dilakukan adalah peningkatan

produktifitas absolut, baik kuantitas maupun kualitas,

dari ranah terhulu yaitu riset itu sendiri. Kedua, harus

digalakkan insentif berbasis regulasi untuk mendorong

ekonomi kreatif berbasis iptek.

Kebijakan apa yang sejauh ini sudah diambil untuk

mendukung proses hilirisasi dan komersialisasi di

universitas tempat Bapak/Ibu bekerja?

Di UNS kami menawarkan hibah riset yang ditujukan

untuk hilirisasi atau penciptaan bisnis baru

(enterpreuner) yang bersumber dari dana PNBP UNS.

Hibah Penelitian yang ditujukan untuk hilirisasi dan

enterpreunership terdiri dari „Hibah Penelitian Unggulan

UNS“, dengan luaran berupa business plan dan set up

usaha bersama dengan mitra industri, dan „Hibah

Penelitian Unggulan“, dengan luaran berupa Centre of

Excellence yang mengarah pada komersialisasi

hasil riset. Kebijakan selanjutnya adalah percepatan

dan dukungan perolehan HKI (dan paten) dengan

mendorong penelitian ke tingkat Technology Readiness

Level (TRL) yang tinggi untuk menuju hilirisasi.

Pemetaan TRL untuk hasil penelitian di UNS, hasil

penelitian dengan TRL yang tinggi (8-9) didorong

menuju komersialisasi berupa fasilitasi spin off dengan

industri dan pemberian hibah penelitian untuk

komersialisasi. Yang terakhir adalah pembentukan

Badan Badan Pengembangan Usaha (BPU) dan

regulasi yang mendukung hilirisasi dan komersialisasi.

Kebijakan dalam penelitian yang dibawahi LPPM

(Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyara-

kat) telah menerapkan pendampingan pembuatan draft

paten untuk didaftarkan ke Dirjen HaKi dan selain itu

untuk outcome hasil penelitian dilakukan pendampingan

penulisan hasil penelitian yang akan dipublikasikan da-

lam jurnal nasional maupun internasional

Perbanyak dialog dengan stakeholder, industri dan

masyarakat, untuk mengetahui kebutuhan produk

hilirisasi yang sungguh diperlukan oleh industri itu

seperti apa. Survei pasar juga sangat diperlukan agar

saat kita mengembangkan riset dan melakukan

hilirisasi, kita sudah jelas terhadap keterserapan

produk di masyarakat.

Dari aspek kebijakan, yang dilakukan adalah

menciptakan warna khas atau keunggulan riset yang

khas universitas. Di Universitas Ma Chung di Malang,

yang sebelum ini saya pimpin, keunggulannya pada

pengembangan riset pigmen untuk menghasilkan

vitamin A alami, pigmen fungsional dan energi

terbarukan sedang di Universitas Pembangunan Jaya

dengan pusat unggulan urban studies bergandengan

tangan langsung dengan 23 anak perusahaan PT.

Pembangunan Jaya (Jaya group) menjawab masalah-

masalah masyarakat terkait urban development dan

urban lifestyle.

Apakah sudah ada contoh konkrit kerjasama yang telah

terjalin di universitas tempat Bapak/Ibu bekerja selama

ini?

1. Budidaya ikan sidat dan pembuatan pakan ikan sidat

yang bekerjasama dengan perusahaan dari Jepang.

Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan modal

untuk dapat memasok produk sesuai dengan

permintaan (1 tahun diminta 8 ton baru bisa terjangkau

2 ton).

2. Pengembangan baterai SMARTUNS-Baterai Lithium

bekerjasama dengan BSN (Bandar Standardisasi

Nasional) untuk pembuatan standardisasi baterai dan

casingnya, namun untuk menuju komersialisasi

membutuhkan pabrik dan modal cukup besar.

3. Pengembangan zat pewarna alam dengan PT. Indaco

4. Pengembangan sepeda listrik dengan industri

perakitannya.

5. Pengembangan Parapoduns, alat bantu penderita

paraplegia untuk dapat melakukan gerakan secara

mandiri, bekerjasama dengan industry perakitannya.

Saat ini telah terbentuk konsorsium rumput laut yang

bekerja sama dengan pelaku industri dan pengusaha

di Indonesia, selain itu telah terjalin hubungan yang

sangat baik dengan Pemerintah Daerah dan Balai

Industri Propinsi Sulawesi Selatan.

LTH:

LTH:

RK:

NAD:

LL:

RK:

NAD:

August 2016

Page 8: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Page 8

Melihat dari kebutuhan yang ada, sebaiknya riset dasar

atau riset aplikasi yang harus lebih dikembangkan di

Indonesia?

Riset dasar dan aplikatif tidak seharusnya

didikotomikan, karena keduanya merupakan satu

kesatuan untuk menjamin penguatan dan keberhasilan

riset dan penguasaan teknologi dalam jangka panjang.

Menurut LIPI atau Kemenristekdikti, apakah solusi yang

terbaik terkait hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dan

teknologi di Indonesia?

Sesuai ekosistem alami dari riset sampai dengan

hilirisasi, secara konsisten harus dilakukan penguatan

riset secara masif di semua arah. Dilain sisi

penciptaan dan atau perbaikan lingkungan yang

ramah untuk ekonomi kreatif, khususnya yang

berbasis iptek, harus digalakkan di berbagai daerah

sesuai potensi lokal masing-masing. Sehingga pada

saatnya sinergi serta simbiosis mutualisme antara riset

dan industri bisa terjadi secara alami tanpa perlu

melakukan jalan pintas. Karena riset secara umum

berbentuk incremental development, serta dilakukan

secara bertahap dan terukur.

Sebagai salah satu pengambil kebijakan di tingkat

universitas, apakah Bapak/Ibu memiliki saran bagi

pengambil kebijakan di tingkat yang lebih tinggi agar

proses hilirasi dan komersialisasi hasil riset dan teknologi

ke depannya dapat lebih membuahkan hasil?

1. Memberikan kesempatan kepada dosen untuk lebih

terlibat dalam dunia praktisi, penelitian dosen bersama

mahasiswa yang berorientasi pada problem solving

dan pengembangan teknologi dari permasalahan

dunia industri.

2. Menerapkan regulasi yang jelas dalam hubungan

kerjasama antara akademisi dan industri untuk

mendorong kerjasama yang saling menguntungkan

antara kedua belah pihak.

3. Menawarkan scheme penelitian yang menuju pada

usaha hilirisasi dan komersialisasi serta melakukan

pengawasan dan monitoring untuk pencapaian

luarannya yang berkelanjutan.

4. Menawarkan scheme untuk set up bisnis barbasis

penemuan ilmiah dan memonitor perkembangannya

sampai luarannya tercapai.

5. Mempermudah perolehan HKI termasuk paten. Saat

ini terkendala di kementerian yang mengeluarkan

sertifikat HKI/paten.

6. Menetapkan regulasi untuk memprioritaskan aplikasi

teknologi baru hasil temuan riset agar lebih mudah

untuk penetrasi ke pasar industri.

7. Memberikan keleluasaan bagi perguruan tinggi untuk

menghimpun modal untuk hilirisasi dan komersialisasi

hasil risetnya.

8. Mengkampanyekan cinta dan bangga dengan

produksi dalam negeri hasil temuan peguruan tinggi.

Sebagai ketua Komisi II yang membidangi Riset dan

Pengabdian Masyarakat, bidang ini telah membentuk

kelompok kerja bekerjasama dengan LPPM untuk me-

nyusun aturan dalam pelaksanaan penelitian, mulai

dari perekrutan dosen sebagai reviewer sampai

dengan hasil penelitian dari skema penelitian yang

ada, yang akan menjadi acuan bagi para pelaksana

dan akan meningkatkan kinerja para peneliti. Dalam

pelaksanaannya hal ini didukung sepenuhnya oleh

universitas, dalam hal ini Wakil Rektor 4 yang mem-

bidangi riset dan pengabdian masyarakat.

Menurut saya upaya-upaya yang signifikan sudah

dilakukan misalnya oleh Kemenristekdikti melalui

Pusat Unggulan Ipteknya, mempertemukan litbang

universitas dengan industri. Tinggal bagaimana

universitas lebih proaktif, menindaklanjuti kerjasama

yang diinisiasi. Hilirisasi hasil litbang merupakan

sebuah kompleksitas proses, yang seringkali kurang

dipahami peneliti. Terutama ketika terkait dengan

regulasi, hukum, perijinan, dan birokrasi. Bagian ini

membutuhkan dukungan kemenristekdikti dan

kementerian lain yang terkait. Komunikasi lintas

departemen dalam satu kementerian dan lintas

kementerian untuk menyukseskan hilirisasi seperti

memotong mata rantai birokrasi, memperjelas

prosedur akan membantu terwujudnya produk anak

bangsa. Sehingga peneliti fokus pada kualitas hasil

litbangnya, sementara institusi dan lembaga negara

terkait mendukung pada kelancaran proses

hilirisasinya (birokrasi). Hal penting lain adalah

membuat basis data/database seluruh peneliti dengan

kepakaran dan rekam jejaknya, litbang dan warna

khas atau keunggulan risetnya, industri dan

pengembangan produk yang diharapkannya, yang

dapat diakses oleh peneliti secara nasional sehingga

dimungkinkan terjalinnya kerjasama serta peningkatan

efisiensi dan efektivitas sumber daya.

LTH:

LTH:

RK:

NAD:

LL:

August 2016

Page 9: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Fasilitasi portal komunikasi antar peneliti dan industri

atau siapapun yang memiliki minatan khusus dalam

pengembangan hilirisasi produk tertentu sehingga

berkembang komunitas atau konsorsium, komunikasi

lintas lembaga yang didasari oleh kebutuhan dan

tujuan yang sama. Sebagai contoh ada banyak

asosiasi pedagang atau pengusaha tapi tidak

berkomunikasi dengan peneliti di perguruan

tinggi. Wadah ini bisa dibantu perkembangannya

tentunya bergantung pada keseriusan tujuan yang

ingin dicapai oleh aktor yang ada didalamnya.

Pelajaran apa yang dapat diambil terkait hilirisasi dan

komersialisasi hasil riset dan teknologi di Jerman?

Secara umum saya menemukan fakta bahwa

tantangan atas proses hilirisasi dialami oleh para

kolega di Jerman. Meski mereka secara jelas sudah

jauh melampaui ambang batas produktifitas riset.

Nampaknya pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis

iptek masih menjadi kendala, karena secara kultural

inovasi teknologi lebih didominasi oleh industri

manufaktur besar. Sehingga ini menjadi pelajaran

berharga bagi Indonesia, untuk segera memulai

pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis iptek, sembari

mendorong peningkatan keluaran riset secara masif.

Kunjungan ke German Federation of Industrial

Research Associations disana ada Asosiasi Penelitian

Industri Pemerintah Jerman. Model mereka ini cocok

Di pertengahan tahun 2016 ini, DAAD kantor regional Jakarta harus

mengucapkan kata perpisahan kepada dua orang anggota keluarga

besarnya yang selama beberapa tahun ke belakang ini telah banyak

memberikan kontribusi yang sangat berarti kepada DAAD. Mereka adalah

Bapak Dr. Svann Langguth dan Bapak Dr. Carsten Thoms. Pak Svann

menjabat posisi Wakil Direktur DAAD Jakarta selama 5 tahun, dalam

periode 2011-2016 dan sekaligus bertugas sebagai dosen DAAD di

Program Studi Bahasa Jerman, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Indonesia. Sedangkan Pak Carsten bertugas sebagai dosen jangka panjang

DAAD di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sebagai perwujudan rasa terima kasihnya, DAAD Jakarta mengadakan acara perpisahan yang digabung dengan sebuah seminar

atau kami namakan „A Farewell Seminar“ di Kedutaan Besar Jerman di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2016. Acara ini tentunya

dihadiri oleh rekan kerja DAAD, rekan kerja dari UI, IPB, dan beberapa universitas lainnya yang selama ini telah menjalin ikatan

persahabatan dan kekeluargaan dengan mereka.

Terima kasih Pak Svann! Terima kasih Pak Carsten!

Page 9

bagi pengembangan seperti pusat studi tentang

pengembangan SME/UKM (PSPUKM dan PS KWU)

sebagai center of excelent di UNS. SME dapat

diberikan pelayanan fasilitas konsultasi dan kegiatan

riset2 sederhana seperti feasibility study, cost benefit

analysis, technology equipment, sampai pada

uji coba produk.

Kunjungan ke Friedrich-Schiller-University Jena.

Disana skema aktivitasnya adalah sbb: dimulai dari

adanya reseach funding atau contract research -->

R&D Marketing --> technology transfer --> economy

benefit. Jika suatu riset berhasil dihilirkan maka

financial revenuenya dibagi 3 yaitu: 30% untuk

inventor, 35% untuk lembaga tempat bekerja atau

riset group untuk pengembangan lebih lanjut dan 35%

untuk universitas sebagai pemberi anggaran. Juga ada

program start-up KWU, dengan skema program mulai

dari riset --> identifikasi potensi-potensi transfer

teknologi --> persiapan start up --> estabisment dan

growth.

Kunjungan ke Jerman memperkuat pusat HaKi yang

ada di Unhas, untuk hasil penelitian yang berpotensi

paten telah dilakukan pendampingan untuk pembuatan

draft paten yang diikuti oleh para peneliti/inventor dan

Rektor telah membentuk Pusat Inovasi dan Bisnis

untuk mendukung proses hilirisasi dan komersialisasi

hasil produk para peneliti.

LTH:

August 2016

RK:

NAD:

Sampai Jumpa Lagi Pak Svann dan Pak Carsten!

Ivan Annusyirvan/DAAD Jakarta

Page 10: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

My name is Maike Schutzeichel from Menden, Germany and I worked for the DAAD Jakarta Office

as an intern from March until May 2016. I study International Cultural and Business Studies at the

University of Passau. Before finishing my master’s degree, I wanted to experience working abroad

and witness the differences, advantages and also the disadvantages compared to working life in

Germany. Since I was part of the university group “Project Southeast Asia”, I studied Bahasa Indo-

nesia for a couple of semesters in Passau and thus, developed a special interest in the Indonesian

culture. As such, I decided to apply for an internship at the DAAD Jakarta office.

During my internship, I was lucky enough to support the (now former) DAAD lecturer Mr. Langguth

by editing the upcoming NADI which is the alumni journal of the DAAD Jakarta office. Practically

speaking, this means (among other things) looking for a suitable topic, searching for articles and

getting in contact with DAAD alumni to find out their stories in relation to the DAAD Jakarta. The

work has been rich in variety. Back home in Germany, I could examine the result of my work when

receiving the NADI by mail. Moreover, I was able to help prepare and attend a lot of events like

conferences, workshops, network meetings and study fairs. I enjoyed the amazing Indonesian hos-

pitality. The focus of my studies at the University of Passau is intercultural communication. Thus, I

appreciate working in an intercultural team and the theory being put into practice. While exploring

and getting to know Indonesia in everyday life and during my travels, I could notice a lot of interesting differences in communication

and behavior which also enhanced the knowledge I gained from university. Thanks to my great colleagues, I was able to experience a

lot of Indonesian traditions like the cutting of the Nasi Tumpeng during my farewell lunch.

Thank you for such a wonderful experience! Author: Maike Schutzeichel

Page 10

With support of a DAAD scholarship I have had the pleasure of spending

my last two semesters as an exchange student at the Faculty of Law at

Universitas Gadjah Mada (UGM) in Yogyakarta, Indonesia. These two

semesters have been a great and interesting time full of new experienc-

es and impressions. I was looking for something different when I decid-

ed to study abroad and that is what I found coming to Indonesia. At uni-

versity I studied Islamic Law, Adat Law (ancient Indonesian community

rules) and several fields of International Law. I learned about a legal

system that follows a structure I know from the western world but at the

same time is influenced by Adat Law and Islamic Law and in this as-

pect quite different from what I know from Europe. In my daily life I ex-

perienced a diverse society in the constant process of mastering the art

of balancing the wide range of mindsets of its people. I have been warmly welcomed at UGM by my fellow students and made

friends quickly. In addition, the people working at UGM were always there to answer any questions and to assist me with adminis-

trative issues like the visa process or enrolling in courses at the Faculty.

Besides studying and living in Yogyakarta, I also took the opportunity of exploring Indonesia in my spare time. While exploring this –

indeed very diverse – country, I met a lot of kind and curious people, who really appreciate one learning their language and were

always fond of introducing me to their country and culture, whether it was by inviting me for lunch at their house or sharing their

knowledge about their area with me. I spent eleven great months in an environment that is entirely different from that of Germany —

from the climate to the organization of society. I am very grateful for this experience. I want to thank all people at UGM who cared

for me during my stay in Yogyakarta and of course I thank the DAAD for its full support.

And for now I have only one thing left to say: Sampai jumpa lagi Indonesia. Author: Leonie Därr

August 2016

Two semesters at Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

At Pantai Ngrenahan (Gunung Kidul), Yogajakarta

My Three-Month Internship at DAAD Jakarta Office

Me and Nasi Tumpeng during my farewell lunch at DAAD Jakarta

Office

Page 11: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Page 11 August 2016

Please click here to register online

Page 12: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Advertisements by German Universities

Page 12

ESB Business School – truly international

Study at the heart of Europe, in Germany – the economic leader of the world’s largest domestic market - and you will

find a truly international business school: ESB Business School in Reutlingen. We’re located in Baden-Württemberg - a

prosperous region that is home to many global companies. Our students have access to a network of renowned partner

companies, giving our degree programmes real practical relevance. More than 100 partner universities all over the

world, students from 84 nations on the ESB campus and international double degree programmes ensure the worldwide

employability of our graduates. ESB Business School is part of public, state-funded Reutlingen University and offers a

range of top-ranked programmes in business and operations management in German and/or English.

Bachelor programmes:

International Business (English)

International Management Double Degree (German, plus language of partner university)

International Operations and Logistics Management (German and English)

Production Management (German and English 70:30)

Master programmes

European Management Studies (German, French and English 40:40:20)

International Accounting, Controlling and Taxation (German and English 80:20)

International Business Development (German and English 70:30)

International Management (English)

Operations Management (German and English)

Strategic Sales Management – part time (German)

Business and Process Management – part time (German)

MBA programmes

International Management Full-time (English)

International Management Part-time (German and English

70:30)

http://www.esb-business-school.de/en/degree-programmes/

August 2016

Page 13: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Page 13

The top-ranked International Graduate Programs at the University of Kaiserslautern

The TU Kaiserslautern is a top-ranked German research-oriented university (Place 10 of all German universities, Place

5 for Departments, Wirtschaftswoche, 2014; top ranked among the worldwide 150 universities under 50 years old, Times

Higher Education Ranking 2016) for science, technology, and industry. Our University offers high-quality graduate edu-

cation and (post)doctoral research training in innovative fields of economic relevance, many of them as English-taught

programs. Our features:

International study environment highly affiliated to industry and research

“Science Alliance Kaiserslautern”, network of high-profile science institutions on & nearby campus

“University of Teaching Excellence " award for outstanding student-teacher ratio

16 International Graduate Programs:

- Electrical and Computer Engineering: M.Sc. Electrical & Computer Engineering,

European Master in Embedded Computing Systems

- Computer Science: M.Sc. Computer Science, M.Sc. Computer Science in Applications,

European Master in Software Engineering

- Mathematics: M.Sc. Mathematics International, M.Sc. Technomathematics, M.Sc. Mathematics,

M.Sc. Economathematics, M.Sc. Actuarial and Financial Mathematics

- Commercial Vehicle Technology: M.Sc. Commercial Vehicle Technology

- Biology: M.Sc. Biology (specializing in Microbial & Plant Biotechnology, Molecular Cell Biology,

Neurobiology, Ecology)

- Social Sciences: M.Sc. Cognitive Science

- Physics: M.Sc. Advanced Quantum Physics (starting from winter semester 2017/2018)

- Distance Master: M. Eng. Software Engineering for Embedded Systems, M.Eng. Nanotechnology

Doctoral research positions are available in all 12 departments & disciplines of TU Kaiserslautern

*Further details for program specific variations:

www.uni-kl.de/en/international/master/prospective-students/application-admission/

Contact:

TU Kaiserslautern E-Mail: [email protected]

Department of International Affairs: ISGS Homepage: www.uni-kl.de/en/international

Gottlieb-Daimler-Straße 47

67663 Kaiserslautern, Germany

Application deadlines*: Application requirements for international master students*:

April 30 for winter term starting on Oct 1 Oct 31 for summer term starting on April 1

Bachelor degree or equivalent English language proficiency

August 2016

Page 14: Newsletter · PDF filebahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin

Page 14

LL.M. International Finance (for Asian Graduates) at the

Institute for Law and Finance, Goethe University Frank-

furt am Main

Key facts

LL.M. International Finance Degree is conferred by Goethe University Frankfurt

For graduates holding a first degree in law, business or economics

Program language is English

From October to July the following year

Why study at ILF, Goethe University Frankfurt am Main?

Interdisciplinary curriculum with excellent law and business / finance courses

Top lecturers consisting of leading professors from Goethe University and experts from the professional world

Located in Frankfurt, the financial center of continental Europe

Increased interaction with ILF international students via combined courses with them

German and Advanced Business and Legal English language courses

Exclusive and intensive intercultural and communications courses

Organized student excursions (e.g. Basketball Game, Berlin, ECB, Germany Stock Exchange)

Tuition fees

€ 16,000, Scholarships of €1,600 will be granted if applications received by 28 February each year

Application deadline

15 May each year: Countries where APS certificates are

required (i.e. China, Mongolia and Vietnam)

1 July each year: All other Asian Countries

For more information, see www.ilf-frankfurt.de/LLM-International

-Finance or contact [email protected]

August 2016