Neoplatonisme Plotinus

download Neoplatonisme Plotinus

of 21

Transcript of Neoplatonisme Plotinus

Neoplatonisme Plotinus | KanG AmFu

Neoplatonisme Plotinus

Latar BelakangPermulaan Abad pertengahan terdapat beberapa tokoh utama seperti plotinus (204-270), augustinus (354-430), anselmus (1033-1109), thomas aquinas (1225-1274), dll. Barangkali plotinus lah yang menjadi pemula pada abad pertengahan ini dengan membawa paham neoplatonismenya. Dan pada makalah ini, pembahasan akan dikhususkan pada filsafat neoplatonisme sebagai bentuk lanjutan dari pembahasan sebelumnya (idealisme plato). Secara ringkas, plotinus adalah filsuf pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia yang mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori tersebut merupakan jawaban terhadap pertanyaan thales kira-kira delapan abad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya adalah Tuhan. Teori plotinus tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam pembahasan makalah ini.

A. Pengertian NeoplatonismeKata neoplatonisme terdiri dari beberapa rangkaian kata yaitu, neo, plato dan isme. Kata neo memiliki arti baru, sedangkan Plato merujuk pada seorang filosof yang mencetuskan konsep realitas idea dalam teori filsafatnya, isme memiliki arti faham. Jadi apabila dirangkai memiliki pengertian ide-ide baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato. Faham ini bertujuan menghidupkan kembali filsafat yang dikemukakan oleh Plato. Meskipun begitu tidak berarti bahwa pengikut-pengikutnya tidak terpengaruh dengan aliran yang dibawa oleh para filsuf selain Plato. Dapat disimpulkan juga bahwa aliran neoplatonisme merupakan sintesa dari semua aliran filsafat sampai saat itu, dimana Plato diberi tempat istimewa. Faham ini dicetuskan pertama kali oleh Plotinus dari Mesir. Faham neoplatonisme memiliki ciri-ciri umum, diantaranya :a. Aliran ini menggabungkan filsafat Platonis dengan tren-tren utama lain dari pemikiran kuno, kecuali epikuarisme. Bahkan sistem ini mencakup unsur-unsur relegius dan mistik.b. Menggunakan filsafat Plato dan menafsirkannya dengan cara khusus. Cara interpretasi itu cenderung mengaitkan Allah dengan prinsip kesatuan seperti yang tampak dalam proses emanasi.

B. Biografi Plotinos ( 205 270 )Plotinos dilahirkan pada tahun 204 M di Lykopolis di Mesir, yang pada waktu itu dikuasai oleh Roma. Pada tahun 232 M ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat pada seorang guru yang bernama Animonius Saccas selama 11 tahun. Pada tahun 243M ia mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan Persia. Pada usia 40 tahun ia pergi ke Roma. Di sana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu. Ia meninggal di Minturnea pada 270 M di Minturnae, Campania, Italia. Ia bermula mempelajari filosofi dari ajaran Yunani, terutama dari buah tangan Plato. Plotinos mulai menulis karya-karyanya dalam usia 50 tahun. Pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam karya-karyanya itu adalah didasarkan pada filsafat Plato, terutama ajarannya tentang idea tertinggi, baik atau kebaikan. Oleh karena itu maka filsafat Plotinos disebut Platonisme. Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang berjumlah 54 karangan. Karangan itu dikelompokkan menjadi 6 set yang tiap set berisi 9 karangan. Masing-masing set itu disebut ennead,diantaranya: 1. Ennead pertama berisi tentang masalah etika, kebajikan, kebahagiaan, bentuk-bentuk kebaikan, kejahatan, dan masalah penacabutan dari kehidupan. 2. Ennead kedua berisi tentang fisik alam semesta, bintang-bintang, potensialitas dan aktualitas, sirkulasi gerakan, kualitas dan bentuk, dan kritik terhadap gnostisisme.3. Ennead ketiga berisi tentang implikasi filsafat tentang dunia, seperti masalah iman, kuasa Tuhan, kekekalan, waktu, dan tatanan alam.4. Ennead keempat berisi tentang sifat dan fungsi jiwa.5. Ennead kelima berisi tentang roh Ketuhanan (alam idea).6. Ennead keenam berisi tentang free will dan ada yang menjadi realitas.

C. Ajaran Plotinos1. Teori Metafisika PlotinusKesamaan antara Plato dan Plotinus terletak pada konsep realitas idea. Meskipun begitu terdapat pula perbedaan diantara keduanya. Pada Plato idea bersifat umum, sedangkan pada Plotinus idea bersifat partikular sama dengan dunia yang partikular. Sistem metafisika Plotinus ditandai oleh transendens. Menurut pendapatnya di dalam fikiran terdapat tiga realitas, The one, The Mind dan The Soul. The One (Yang Esa) adalah Tuhan dalam pandangan Philo. Yaitu realitas yang tidak mungkin difahami melalui metode sains, indera dan logika. Ia berada di luar eksisitensi, di luar segala nilai. Keberadaannya bersifat transenden dan hanya dapat dihayati. Ia dapat didekati dengan tanda-tanda dalam alam. Realitas kedua adalah nous (the mind). Ini adalah gambaran tentang yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan nous adalah benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya mesti malalui perenungan. Sedangkan the soul yang merupakan bagian ketiga dari filsafat Plotinus diartikan sebagai arsitek semua fenomena yang ada di alam ini. Soul mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi yang ada di belakang dunia dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Dalam ajaran Plotinus, jiwa tidak bergantung pada materi, atau dengan kata lain jiwa aktif dan materi bersifat pasif. Oleh karena iru jiwa merupakan esensi tubuh material. Tubuh dengan segala keterbatasannya ini berisi prinsip-prinsip ketiadaan dan penuh kejahatan. Ia mempunyai jarak yang jauh dari yang Maha Esa. Meskipun Plotinus berpendapat demikian bukan lantas mengabaikan jasad seperti orang-orang gnostik. Tentang penciptaan, Plotinus berpendapat bahwa Yang Paling Awal merupakan Sebab yang Pertama. Disini mulailah Plotinus memulai teori emanasinya yang belum pernah diajukan oleh filosof lainnya. Tujuan dari teori ini untuk meniadakan anggapan keberadaan Tuhan sebanyak makhlukNya. Alam ini diciptakan melalui proses emanasi yang berlangsung tidak dalam waktu. Sebab ruang dan waktu terletak pada tingkat terbawah dari emanasi, ruang dan waktu adalah pengertian dalam dunia yang lahir. Dalam emanasi The One (Yang Esa) tidak mengalami perubahan. Yang Esa adalah semuanya, tetapi tidak mengandung di dalamnya satu pun dari barang yang banyak (makhluk). Dasar makhluk tidak mungkin kalau makhluk itu sendiri, akan tetapi Yang Esalah yang menjadi dasar semua makhluk. Di dalam filsafat klasik Yang Esa itu dikatakan sebagai penggerak yang pertama (al-muharrik al-awwal), yang berakibat Yang Esa didiskripsikan berada di luar alam nyata. Dalam emanasi Plotinus alam ini terjadi dari Yang Melimpah, yang mengalir itu tetap menjadi bagian Yang Melimpah. Sehingga dapat disimpulkan dari teori Plotinus bahwa alam berada dalam Tuhan. Hubungannya sama dengan hubungan suatu benda dengan bayangannya. Makin jauh yang mengalir dari Yang Asal, maka makin tidak sempurna ia. Alam ini merupakan bayangan yang asal akan tetapi tidak sempurna seperti halnya Yang Asal. Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa corak filsafat Plotinus berkisar pada konsep Yang Satu. Artinya, semua yang ada bersumber dan akan kembali kepada Yang Satu. Oleh karenanya dalam realitas seluruhnya terdapat dua gerakan, yaitu:a. Dari atas ke bawah.Teori yang pertama ini dapat digambarkan sebagaimana dalam emanasi. Pancaran dari Yang Satu memancar menjadi budi (nus). Akal Budi ini sama dengan ide-ide Plato yang dianggap Plotinus sebagai intelek yang memikirkan dirinya. Jadi akal budi sudah tidak satu lagi. Hal ini karena dalam akal budi terdapat dualisme (pemikiran dan yang difikirkan). Dari akal budi itu muncullah Jiwa Dunia (psykhe). Akhirnya dari jiwa dunia ini mengeluarkan materi (hyle) yang bersama dengan jiwa dunia merupakan jagat raya. Karena materi memiliki tingkatan paling rendah, maka ia berupa makhluk yang paling kurang sempurna dan sumber-sumber kejahatan.

b. Dari bawah ke atasTerma kedua ini dapat pula dikatakan dengan kebersatuan dengan Yang Satu. Inilah yang menjadi tujuan dari filsafat yang dikonsep oleh Plotinus. Pada bagian kedua ini jiwa manusia harus memusatkan diri kepada diri sendiri terlebih dahulu, meninggalkan kesenangan obyek-obyek panca indera serta menaikkan alam pemikirannya kepada alam pemikiran ke-Tuhan-nan. Dengan demikian jiwa bisa mencapai alam jiwa-akal Mutlak (spirit-Nous). Fase terakhir dari perjalanan menuju ketuhanan hanya bisa dicapai dengan mistik atau semedi (estatic-mystical experience) yang oleh Plotinus disebut dengan istilah terbang dari pribadi ke Pribadi (the flight of the alone to Alone) artinya menuju kepada Tuhan. Demikian corak mistik dan agama pemikiran Plotinus. Pemikiran tersebut kemudian oleh St. Agustinus dan Dyonisius ke dalam ajaran agama Masehi, dan dengan demikian Plotinus dianggap sebagai bapak mistik barat.

2. Ajaran tentang JiwaMenurutnya jiwa adalah suatu kekuatan ilahiyah dan merupakan sumber kekekalan. Alam semesta berada dalam satu jiwa dunia. Jiwa tidak dapat dibagi secara kuantitatif karena jiwa adalah sesuatu yang satu. Satu disini dapat diartikan dalam setiap individu terdapat jiwa, sehingga jiwa berjumlah sangat banyak. Dari jiwa dengan jumlah yang sangat banyak tadi, antara jiwa yang satu dan lainnya memiliki kesatuan. Dalam filsafat Plotinus dikemukakan pula adanya reinkarnasi sebagaimana dalam teori filsafat Plato. Selain itu jiwa telah ada sebelum keberadaan jasmani, sehingga jiwa bersifat kekal. Reinkarnasi ditentukan oleh perilaku manusia pada saat hidupnya dan hanya jiwa yang kotor sajalah yang mengalami reinkarnasi. hal ini dikarenakan jiwa yang bersih dan tidak ada ikatan dengan dunia ia akan bersatu dengan Tuhan. Menurutnya jiwa yang tinggi adalah jiwa yang tidak mengingat apa-apa kecuali Yang Tinggi. 3. Ajaran tentang Etika dan EstitikaDalam pembahasan etika, Plotinus mengawalinya dengan membahas kebebasan berkehendak yang dimiliki manusia. Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan, akan tetapi kebebasan tidak dapat diartikan secara lahiriyah. Kebebasan yang dimaksud disini adalah manusia bebas memilih kepada kebaikan ataukah keburukan. Menurutnya jiwa manusia berada dalam jiwa ilahi (cenderung untuk baik) sehingga Plotinus menyimpulkan bahwa kebebasan yang dimiliki oleh jiwa manusia dikarenakan jiwa manusia sebagian dari jiwa Ilahi. Meskipun begitu manusiapun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena ia telah diberi pikiran untuk memilih dan kebebasan untuk menentukan piihan. Kemampuan dalam memilih hal yang baik ini digerakkan oleh cinta yang disandarkan kepada Yang Esa. Menurut Plotinus esensi keindahan tidak terletak dalam bentuk yang kasat mata, akan tetapi esensinya terletak pada keintiman seorang hamba dengan Tuhannya Yang Maha Sempurna. Dari pernyataannya ini timbul semacam sekala menaik tentang keindahan, mulai dari keindahan yang inderawi naik ke emosi kemudian ke susunan alam semesta yang bersifat immaterial. Jadi keindahan itu bertingkat mulai dari keindahan inderawi hingga keindahan Ilahiah. Menurutnya pula, hal itu dikatakan indah apabila mengikuti bentuk ideal. Penciptaan keindahan harus melalui komunikasi pikiran yang mengair dari Tuhan. Selain membicarakan keindahan Plotinus juga membicarakan tentang kejahatan. Pada intinya kejahatan tidak memiliki realitas metafisis, merupakan perbuatan aku yang rendah dan bukan realitas pada manusia. Sedangkan realitas manusia merupakan realitas aku yang murni yang terdiri dari logos dan nous. Logos menerima dari nous (akal) idea-idea yang kekal. Dengan perantara logos (pikiran), jiwa hanya dapat melakukan tugas yang mulia yang tujuannya bersatu dengan Tuhan. Kejahatan bukan realitas, akan tetapi kejahatan ada sebagai pelengkap dalam kesempurnaan alam.

4. Ajaran tentang IlmuIdea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus, karena ia menganggap sains berada di bawah metafisik dan metafisika lebih rendah daripada keimanan. Surga lebih berarti daripada bumi sebab surga itu merupakan tempat peristirahatan jiwa yang mulia. Dari pendapatnya ini Plotinus mengekang kebebasan akal dengan doktrin-doktrin agamanya ini. Tidak hanya Plotinus, pengikutnya Simplicius bahkan tidak memberi ruang gerak kepada filsafat rasional. Menurutnya orang yang mempelajari filsafat rasional sama halnya melakukan kesia-siaan belaka bahkan mereka harus dimusuhi. Dari doktrin inilah akhirnya kaisar Justianus melarang pengajaran filsafat (apapun) di Athena dan menghukum berat orang-orang yang mempelajarinya. Begitu pula Agustinus yang mengganti akal dengan iman sehingga potensi rasional yang diakui pada zaman Yunani digantikan dengan kuasa Tuhan. Menurutnya tidak perlu dipimpin oleh pendapat yang memiliki kebenaran relatif, karena agama memiliki kebenaran yang mutlak. Dari kesemua isi filsafat neo-Platonisme berujung bahwa kehidupan pertapa adalah kehidupan yang terbaik.

D. Pengikut PlotinusSesudah Plotinus, neoplatonisme hanya menghasilkan sedikit saja filosof yang berbobot, antara lain:1. Parphyry (233-301). Dia adalah salah satu murid Plotinus yang mengumpulkan karya Plotinus dan menyebarkannya dalam bentuk ennead. Ia mengatakan bahwa setiap orang bijak tentu menghormati Tuhan sekalipun dengan cara diam. Orang bijak selalu melatih diri untuk mengenal Tuhan, berdoa dan bertaubat serta melakukan kebaikan. Sedangkan orang yang bodoh akan menodai Tuhan sekalipun sering berdoa dan bertaubat. 2. Lamblichus (w. 330). Ia berpendapat manusia tidak mungkin memahami Tuhan dan ajaranNya.3. Proclus, pendapatnya manusia tidak akan selamat tanpa iman. Setidaknya dari ketiga pendapat murid Plotinus dapat diketahui bahwa iman menang secara mutlak. Tidak ada lagi ruang bagi rasio untuk berfilsafat. Mereka memandang rendah keberadaan filsafat bahkan diakatakan bahwa filsafat tidak sesuai dengan penyelamatan. Tidak ada perkembangan penting dalam pemikiran ini, karena semuanya mengulang pemikiran Plotinus. Dengan lahirnya ajaran Plotinus ini, dapat dikatakan berakhirnya alam pikiran Yunani. Sebab corak pemikiran Yunani yang bercirikan intelektual dan rasional sudah tertutup oleh corak pikiran Plotinus yang bersifat mistik, irasional dan hanya dapat ditangkap oleh perasaan saja.

Kesimpulan 1. Neoplatonisme merupakan ide-ide baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato. Aliran neoplatonisme juga merupakan sintesa dari semua aliran filsafat sampai saat itu, dimana plato diberi tempat istimewa. Faham ini dicetuskan pertama kali oleh plotinus dari mesir2. Teori emanasi yang diajukan plotinus merupakan teori tentang penciptaan yang belum pernah diungkapkan oleh filsuf sebelumnya3. Paham neoplatonisme ini mencakup dua gerakan, yaitu gerak kebawah yang merupakan emanasi dari tuhan dan gerak ke atas yang merupakan penyatuan hamba dengan tuhannya

Daftar PustakaBertens K, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2006)Tafsir Ahmad, Filsafat Umum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) Teguh, Pengantar Filsafat Umum (Surabaya: eLKAF, 2005)

Diposkan 29th April 2011 oleh aminfuadi

0 Tambahkan komentar

Janganlah Berfikir bagaimana agar menerima yang sebanyak-banyaknya, Tapi berfikirlah bagaimana untuk memberikan yang sebanyak-banyaknya... Welcome To "Amien Thabaqah Shahabat

LATAR BELAKANG MASALAHKetika kita mempelajari ataupun meneliti hadits, maka akan ada banyak hal yang harus kita pelajari. Akan tetapi yang terpenting adalah tentang masalah sanad dan matan. Karena dari keduanya kita dapat menilai suatu hadits, apakah hadits itu hadits dlaif, hasan atau shahih. Salah satu bagian sanad yang sangat penting adalah thabaqah shahabat. Walaupun para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan dan penilaian shahabat, namun mereka menduduki posisi penting dalam pewarisan agama Islam. Sebab, mereka adalah generasi pertama umat islam yang memelihara hadits sebagai sumber hukum kedua ajaran Islam setelah Nabi Muhammad saw wafat. Mereka sampaikan kepada generasi kedua (tabiin) dan tabiin kepada tabi al-tabiin, hingga sampai kita. Akan tetapi banyak juga yang kurang mengerti tentang shahabat, sehingga kami merasa perlu untuk sedikit menerangkan masalah shahabat.

A. PENGERTIAN SHAHABATShahabat secara etimologi berasal dari kata shuhbah. Kata tersebut digunakan untuk setiap orang yang bersahabat dengan orang lain baik lama maupun tidak. Untuk pengertian shahabat secara terminologi terdapat banyak pendefinisian. Menurut istilah ahli hadits, shahabat adalah: .Setiap orang islam yang dapat melihat Rasulullah saw.Al Bukhari di dalam kitab shahihnya berkata: . : . . Orang yang menyertai Nabi atau melihatnya dari orang-orang Islam dipandang shahabatnya. Imam Ahmad menerangkan bahwa diantara shahabat-shahabat Rasulullah saw ialah orang-orang yang turut bertempur dalam perang Badar. Kemudian ia berkata: orang yang paling mulia diantara manusia sesudah shahabat-shahabat Rasulullah ialah orang-orang yang hidup dalam abad dimana Rasulullah diutus dalam kalangan mereka. Semua orang yang melihat Rasulullah baik setahun, beberapa bulan, sehari ataupun sesaat ataupun hanya dapat melihatnya, digolongkan ke dalam shahabatnya. Dia berhak mendapat persahabatan dengan Nabi menurut ukuran yang dia dapat menyertai Nabi, dapat mendengar sesuatu keterangan Nabi dan dapat memandangnya.

Ibn Shalah berkata: : Sampai berita kepada kami dari Abdul Mudhafar al-Samani bahwa dia berkata: Ahlu Hadits memberi nama shahabat kepada tiap-tiap orang yang meriwayatkan dari pada Nabi sesuatu hadits ataupun sesuatu kalimat. Bahkan mereka memandang shahabat orang yang hanya dapat melihat Nabi. Mereka berbuat demikian karena mengingat kedudukan Nabi. Mereka berikan kepada segala orang yang dapat melihat Nabi nama shahabat. Segolongan ulama berpendapat bahwa kita tidak boleh menyebut shahabat kepada seseorang yang hanya pernah melihat Nabi sedangkan orang tersebut tidak pernah meriwayatkan satu haditspun. Al-Waqidi berkata bahwa ahli ilmu mengatakan:segala yang melihat Rasulullah sedang dia sudah sampai umur (baligh) dan memeluk agama Islam serta memahami urusan agama dan menerimanya dengan rasa puas maka dia dalam pandangan kami dari orang-orang yang menyertai (shahabat)Nabi walaupun dia hanya menyertai Nabi sehari.Tarif al-Waqidi ini tidak memasukkan ke dalam shahabat orang-orang yang dapat melihat Rasulullah sebelum sampai umur baligh walaupun dia meriwayatkan hadits seperti Ibn Abbas, al-Hasan, al-Husain, Ibn Zubair dan lain-lain. Al-Iraqi mengatakan membatasi shahabat dengan orang yang telah sampai pada umur baligh adalah pendapat yang ganjil.Said bin Musayyab berkata: kami tidak memandang shahabat kecuali orang yang bersama Nabi setahun atau dua tahun dan turut berperang bersama Nabi satu atau dua peperangan.Ibn Shalah meragukan apa yang diucapkan Said bin Musayyab, karena kalau perkataan tersebut kita pegangi maka Jarir ibn Abdillah al-Bajali dan orang yang semisalnya tidak dapat kita pandang sebagai shahabat.Ibn Hajar berkata bahwa pendapat yang paling shahih adalah: shahabat itu orang yang menjumpai Nabi dalam keadaan beriman dan meninggal dunia dalam keadaan Islam. Sehingga masuk golongan shahabat orang yang menjumpai Nabi, Orang yang lama duduk bersama Nabi dan yang tidak, orang yang meriwayatkan hadits dari Nabi dan yang tidak, orang yang turut berperang berperang bersama Nabi dan yang tidak, orang yang pernah melihat Nabi dari jauh tapi tidak pernah duduk semajlis dengan Nabi dan orang yang pernah duduk bersama Nabi tetapi tidak dapat melihatnya. Pertemuan dengan Nabi meskipun hanya sejenak, merupakan suatu keharusan. Raja Najasyi misalnya, tidak dianggap sebagai shahabat, sebab kendati ia beriman kepada Rasulullah saw, tetapi tidak bertemu dengan beliau. Seorang anak, asal berakal dan cerdik serta memenuhi kriteria itu, bisa saja dimasukkan ke dalam kategori shahabat. Bahkan anak-anak dengan tingkatan kecerdasan lebih rendah asal sudah dapat memahami pembicaraan dan memberikan jawaban, seperti al-Hasan dan al-Husain serta Mahmud bin al-Rabi.

B. CARA MENGETAHUI SHAHABATCara mengetahui shahabat adalah sebagai berikut: 1. Khabar mutawatir, seperti tentang sepuluh orang shahabat yang mendapat kabar gembira akan masuk surga. Mereka adalah khulafa al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali), Saad bin Abi Waqash, Said bin Zaid, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, , Abdurahman bin Auf, dan Abu Ubaidah Amir bin al-Jarrah.2. Khabar masyhur atau kabar mustafidl, tetapi tidak sampai kederajat mutawatir seperti Ukasyah bin Mihshan dan Dlammam bin Tsalabah.3. Dinyatakan oleh salah seorang shahabat bahwa dia itu shahabat, seperti Hamamah bin Abi Hamamah al-Dausi yang meninggal di Asfahan lantaran sakit perut. Abu Musa al-Asyari menetapkan bahwa Hamamah pernah mendengar hadits dari Nabi.4. Pengakuan orang yang terkenal adil dan terpercaya dan melingkupi batas waktu yang mungkin. Para Ulama menetapkan batas waktu yang mungkin itu tidak melewati tahun 110 H. Mereka mendasarkan pendapat mereka kepada sabda Rasulullah saw seperti yang diriwayatkan Imam Muslim dan At-Tirmidzi:tidak ada seorangpun yang dilahirkan pada hari ini akan masih ada dalam keadaan hidup seratus tahun kemudian.5. Keterangan seorang tabiiy yang tsiqqah, bahwa yang diterangkan itu adalah shahaby. Ini berarti pentazkiyahan (menganggap adil ) dari orang yang tsiqah itu diterima.

C. KEADILAN SHAHABATTentang penilaian para shahabat juga ada perbedaan pendapat dikalangan ulama.1. Pendapat jumhur mengatakan bahwa para shahabat Nabi saw adalah manusia-manusia yang arif, mujahid (ahli ijtihad), yang adalah-nya (keadilan, integritas kepribadian-nya) dijamin oleh al-Quran dan sunnah (QS.9: 100, QS.8:74, QS.59: 8-10, QS.48: 29 dan 18). Baik mereka yang turut dalam kekacauan, maupun yang tidak. Sedangkan Nabi saw bersabda: berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Lalu sebaik-baik kurun adalah kurunku. Serta takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah dalam menghadapi shahabat-shahabatku! Janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran sesudahku. Barang siapa mencintai mereka, maka sebab mencintaiku ia mencintai mereka. Dan barang siapa yang membenci mereka, maka sebab membenciku ia membenci mereka. Barang siapa menyakiti hati mereka berarti menyakiti hatiku. Dan bvarang siapa menyakiti hatiku berarti menyakiti Allah. Barang siapa menyakiti Allah, maka kemungkinan besar Allah akan mentiksanya. Keadilan dalam hal ini adalah keadilan dalam meriwayatkan hadits, bukan keadilan dalam hal persaksian. 2. Menurut pendapat Mutazilah, semua orang yang memerangi Ali adalah fasiq, ditolak riwayat dan kesaksianya, karena mereka menentang kepala negara yang sah. Sebagian dari mereka ada yang menolak riwayat semua orang yang terlibat dalam perang Siffin, baik yang memerangi Ali maupun yang memihak kepada Ali, karena salah satu dari pada dua golongan itu adalah orang-orang yang dipandang bersalah walaupun kita tidak dapat memastikan golongan mana. 3. Menurut pendapat sebagian kecil Ulama, semua shahabat itu itu sama seperti semua periwayat yang lain, harus diuji adalah-nya. Para shahabat itu tidak berbeda dari manusia lainnya dalam hal ketidakmustahilannya berbuat salah dan alpa. Ke-adalah-an mereka bukan secara umum seperti kaidah pendapat jumhur: as-shahabat kulluhum udul (shahabat semuanya adil), tetapi secara perorangan, karena tingkat pengetahuan, penguasaan terhadap agama dan kemampuan mereka tidak sama. Jadi, bila ada shahabat yang meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw maka adalah-nya harus diteliti untuk menerima atau menolak hadits itu. Imam an-Nawawiy mengatakan bahwa pendapat jumhur itu telah menjadi ijma. Oleh karena itu pendapat yang mengharuskan penyelidikan keadilan shahabat, pendapat yang membedakan apakah terlibat dalam fitnah atau tidak dan lain sebagainya, tidak perlu diperhatikan.

D. THABAQAT SHAHABATYang dimaksud dengan istilah thabaqat di sini adalah sekelompok rawy yang sebaya umurnya dan bersama-sama mendapat ilmu dari guru mereka. Sebagaimana diterangkan dimuka, bahwa ditinjau dari segi perjumpaanya dengan Nabi, maka seluruh shahabat itu hanya dianggap dalam satu thabaqat. Tetapi kalau ditinjau dari segi-segi yang lain, misalnya duluan masuk Islam atau banyaknya mengikuti perang atau lain sebagainya, maka mereka mempunyai beberapa thabaqat. Para muhaditsin memperselisihkan jumlah thabaqat shahabat. Sebagian Ulama membagi shahabat itu lima thabaqat, sebagian Ulama yang lain membaginya menjadi sepuluh thabaqat dan ada pula yang Ulama yang menjadikan mereka dua belas thabaqat, bahkan lebih. Thabaqah shahabat yang dua belas itu sebagai berikut: 1. Para shahabat yang terdahulu masuk Islam, seperti Khalifah yang empat dan Bilal bin Abi Rabah.2. Shahabat yang masuk Islam sebelum adanya permusyawaratan orang-orang Quraisy di Dar al-Nadwah, untuk berbuat makar kepada Nabi Muhammad saw. Di kala Umar bin Khaththab r.a. telah menyatakan keislamannya, Nabi membaiat Said bin Zaid dan Saad bin Abi Waqqash di dar al-Nadwah tersebut.3. Mereka yang hijrah ke Habsyi pada tahun ke-5 kenabian, mereka terdiri dari 11 laki-laki dan 4 wanita. Diantara mereka adalah: Jafar bin Abi Thalib, Khatib bin Amar bin Abd al-Syam, Suhail bin Baidla dan Abu Hudzaifah bin Atabah. Sejajar dengan kelompok thabaqat ini adalah para shahabat yang melakukan hijrah kedua ke Habasyah. Jumlahnya 83 orang, diantaranya: Asma bin Umais (istri Jafar), Ubaidillah bin Jahsy, ummu Habibah (istri Ubaidillah), Abdullah bin Jahsy, Abu Musa dan Ibn Masud. 4. Shahabat yang mengikuti perjanjian Aqabah pertama. Mereka adalah 12 shahabat Anshar. Diantaranya adalah Jabir bin Abdullah, Uqbah bin Amir, Asad bin Zararah, dan Ubadah bin as-Shamit.5. Shahabat yang mengikuti perjanjian Aqabah kedua, yang memelik Islam sesudah tahun Aqabah pertama. Mereka terdiri dari 70 shahabat Anshar disertai dua orang wanita. Diantara mereka adalah: al-Barra bin Marur, Saad bin Ubadah, dan Kaab bin Malik.6. Para shahabat Muhajirin yang sampai di Madinah ketika Nabi saw masih di Quba, menjelang memasuki Madinah, seperti: Ibn Salamah bin Abi Asad dan Amir bin Rabiah.7. Para shahabat yang mengikuti perang Badar, mereka sebanyak 313 orang, antara lain Saad bin Muadz dan al-Miqdad bin al-Aswad. 8. Para shahabat yang hijrah ke Madinah setelah perang badar dan sebelum perjanjian Hudaibiyah, diantaranya: al-Mughirah bin Syubah.9. Para shahabat yang melakukan baiat di bawah pohon di Hudaibiyah (baiat al-Ridlwan), seperti: Salamah bin Akwa, Sinan bin Abi Sinan dan Abdullah bin Amr.10. Para shahabat yang berhijrah sebelum penalukan Mekah dan sesudah peristiwa Hudaibiyah, seperti: Khalid bin Walid dan Amr bin Ash.11. Para shahabat yang masuk Islam pada saat penaklukan Mekah, jumlah mereka lebih dari seribu orang, diantaranya Muawiyah bin Harb, Abu Sofyan dan Hakim bin Hizam.12. Anak-anak yang melihat Nabi Muhammad saw pada hari penaklukan Mekah dan haji Wada, seperti: dua putra Ali (al-Hasan dan al-Husain), Said bin Yazid, Abdullah bin Tsalabah dan Abdullah bin Zubair. Ibn shalah menukil dari pendapat Abu Zuhra bahwa beliau menerangkan bahwa: tak ada yang dapat menetapkan bilangan shahabat. Beliau mengatakan yang demikian ketika orang bertanya kepadanya, berapa jumlah perawi dari Nabi saw. Abu Zuhra mengatakan bahwa: ketika Nabi berhaji wada beliau ditemani oleh empat puluh ribu shahabat. Ketika beliau ke Tabuk, beliau ditemani oleh tujuh puluh ribu shahabat dan ketika beliau wafat, shahabatnya berjumlah seratus empat belas ribu, yaitu terdiri dari mereka yang mendiami kota Madinah, Mekah, orang-orang Arab dusun dan orang-orang yang menyaksikan Haji Wada. Semua mereka melihat Nabi dan mendengar sabdanya di Arafah.

E. SHAHABAT-SHAHABAT YANG PALING BANYAK RIWAYATNYA 1. Abu Hurairah r.a. (19 SH-59 H)Beliau meriwayatkan hadits sebanyak 5374 buah. Diantara jumlah tersebut 325 disepakati Bukhary dan muslim, 93 buah diriwayatkan oleh Bukhary sendiri dan 189 buah diriwayatkan oleh Muslim sendiri. Sanad yang paling shahih yang berpangkal darinya ialah: Ibnu Syihab az-Zuhri dari Said Bin al-Musayyab dari Abu Hurairah. Adapun yang paling dhaif adalah as-Sari Bin Sulaiman dari Dawud Bin Yazid al-Audi dari bapaknya (Yazid al-Audi) dari Abu Hurairah.2. Abdullah bin Umar bin Khaththab r.a (10 SH-73 H)Hadits yang beliau riwayatkan sebanyak 2630 buah. Diantara jumlah tersebut, yang mutafaq alaih sebanyak 170 buah, yang diriwayatkan oleh Bukhari sendiri 80 buah dan yang diriwayatkan Muslim sendiri sebanyak 31 buah. Sanad yang paling Shahih yang bersumber dari Ibnu Umar adalah silsilah Adz-dzahab, yaitu Malik dari Nafi dari Abdullah Bin Umar. Sedang yang paling dhaif: Muhammad Bin Abdullah Bin al-Qasim dari bapaknya, dari kakeknya, dari Ibnu Umar.3. Anas bin Malik r.a (10 SH-93 H)Hadits yang beliau riwayatkan sebanyak 2268 buah, yang mutafaqun alaih sebanyak 168 buah, yang hanya diriwayatkan Bukhari sebanyak 8 buah, yang hanya diriwayatkan oleh Muslim sebanyak 70 buah. Sanad yang paling shahih yang bersumber darinya adalah Malik dari az-Zuhri dari Anas. Sedang yang paling dhaif: Dawud Bin al- Muhabbir dari ayahnya dari Abban Bin Abi Iyasy dari Anas.4. Abdullah bin Abbas r.a (3 SH-68 H)Hadits yang beliau riwayatkan sebanyak 1660 buah. Dari jumlah tersebut yang mutafaqun alaih sebanyak 95 buah, yang hanya diriwayatkan Bukhari sendiri sebanyak 28 buah dan yang diriwayatkan Muslim sendiri sebanyak 49 buah. Sanad Hadis Ibnu Abbas paling shahih adalah riwayat az-Zuhri dari Ubaidillah Bin Abdullah Bin Utbah dari Ibnu Abas. Dan yang paling dhaif adalah riwayat Muhammad Bin Maarwan as-Suddi ashaghir. 5. Jabir bin Abdullah r.a (16 SH-78 H)Hadits yang beliau riwayatkan sebanyak 1540 buah. Dari jumlah tersebut yang mutafaqun alaih sebanyak 60 buah, yang hanya diriwayatkan Bukhari sendiri sebanyak 16 buah dan yang diriwayatkan Muslim sendiri sebanyak 126 buah.6. Abu Said al-Khudry r.a (12 SH- 74 H)Hadits yang beliau riwayatkan sebanyak 1170 buah. Dari jumlah tersebut yang mutafaqun alaih sebanyak 46 buah, yang hanya diriwayatkan Bukhari sendiri sebanyak 16 buah dan yang diriwayatkan Muslim sendiri sebanyak 52 buah.Abu Bakar r.a walaupun setiap hari menyertai Nabi hanya meriwayatkan Hadits sebanyak 140 hadits, karena beliau wafat sebelum timbul perhatian masyarakat dalam mendengar hadits dan menghafalnya.

F. KITAB-KITAB YANG TERKENAL DALAM BIDANG SEJARAH SHAHABAT Para sahabat taiin dan tabii tabiin mengetahui siapa yang bersahabat dengan Nabi, keistimewaan shahabat yang menukilkan Hadis dan meriwayatkannya dari Rasul saw. Mereka menghafal nama kebanyakan para Shahabat. Para ulama telah berupaya mengumpulkan nama-nama shahabat, riwayat-riwayat mereka, kampung halaman mereka, keadaan mereka, dan sejarah kewafatan mereka. Dalam sejarah shahabat ini telah disusun 40 buah kitab, diantaranya:1. Al-istiab fi marifatil ashhab, karya Abu Umar Yusuf Abdullah Ibnu Abdil Barr (368-463 H)2. Usdul Ghabah fi marifati shahabah, karya Ibnul Atsir Izzuddin Ali Ibnu Muhammad (555-630 H)3. Tajrid Asmai shahabah, karya al-hafid adz-Dzahabi (673-748 H)4. Al-ishabah fi tamyiziz shahabah, karya al-hafid Ahmad Ibnu Ali Ibnu Hajar al-Asqalani (773-852 H).

A. KESIMPULAN 1. Shahabat itu orang yang menjumpai Nabi dalam keadaan beriman dan meninggal dunia dalam keadaan Islam.2. Cara mengetahui shahabat adalah sebagai berikut: khabar mutawatir, khabar masyhur atau kabar mustafidl, tetapi tidak sampai kederajat mutawatir, dinyatakan oleh salah seorang shahabat bahwa dia itu shahabat, pengakuan orang yang terkenal adil dan terpercaya dan melingkupi batas waktu yang mungkin, keterangan seorang tabiiy yang tsiqah, bahwa yang diterangkan itu adalah shahaby. 3. Ulama berbeda pendapat mengenai keadilan shahabat.a. Pendapat jumhur mengatakan bahwa para shahabat Nabi saw adalah manusia-manusia yang arif, mujahid (ahli ijtihad), yang adalah-nya (keadilan, integritas kepribadian-nya) dijamin oleh al-Quran dan sunnah (QS.9: 100, QS.8:74, QS.59: 8-10, QS.48: 29 dan 18). b. Menurut pendapat Mutazilah, semua orang yang memerangi Ali adalah negara yang sah.c. Menurut pendapat sebagian kecil Ulama, semua shahabat itu itu sama 4. Shahabat terbagi dalam beberapa thabaqah, diantaranya: Para shahabat yang terdahulu masuk Islam, shahabat yang masuk Islam sebelum adanya permusyawaratan orang-orang Quraisy di Dar al-Nadwah untuk berbuat makar kepada Nabi Muhammad saw, mereka yang hijrah ke Habsyi, shahabat yang mengikuti perjanjian Aqabah pertama, shahabat yang mengikuti perjanjian Aqabah kedua, para shahabat Muhajirin yang sampai di Madinah ketika Nabi saw masih di Quba, menjelang memasuki Madinah, para shahabat yang mengikuti perang Badar, para shahabat yang hijrah ke Madinah setelah perang badar dan sebelum perjanjian Hudaibiyah, para shahabat yang melakukan baiat di bawah pohon di Hudaibiyah (baiat al-Ridlwan), para shahabat yang berhijrah sebelum penalukan Mekah dan sesudah peristiwa Hudaibiyah, Para shahabat yang masuk Islam pada saat penaklukan Mekah, dan anak-anak yang melihat Nabi Muhammad saw pada hari penaklukan Mekah dan haji Wada.5. Shahabat yang banyak meriwayatkan hadits adalah Abu Hurairah r.a. (19 SH-59 H), Abdullah bin Umar bin Khaththab r.a (10 SH-73 H), Anas bin Malik r.a (10 SH-93 H), Abdullah bin Abbas r.a (3 SH-68 H), Jabir bin Abdullah r.a (16 SH-78 H), dan Abu Said al-Khudry r.a (12 SH- 74 H).6. Kitab-kitab yang menerangkan tentang shahabat: Al-istiab fi marifatil ashhab, karya Abu Umar Yusuf Abdullah Ibnu Abdil Barr (368-463 H), Usdul Ghabah fi marifati shahabah, karya Ibnul Atsir Izzuddin Ali Ibnu Muhammad (555-630 H), Tajrid Asmai shahabah, karya al-hafid adz-Dzahabi (673-748 H), Al-ishabah fi tamyiziz shahabah, karya al-hafid Ahmad Ibnu Ali Ibnu Hajar al-Asqalani (773-852 H).

DAFTAR PUSTAKAAsh-Shiddiqy, T.M. Hasbi. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadit. Jakarta: Bulan Bintang. 1976.Ash-Shalih, Shubhi. Membahas Ilmu-ilmu Hadits. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus Jakarta: Pustaka Firdaus. 1995.Maluf, Luwis. al-Munjid. Beirut: Dar al-Masyriq. 2003.Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadits. Bandung: al-Maarif. 1991.Shalah, Ibn. Ulum al-Hadits. Madinah: Maktabah Ilmiyah. 1966.------.Ensiklopedi Islam 4. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve

Diposkan 29th April 2011 oleh aminfuadi

0 Tambahkan komentar

Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.