“Pemberdayaan Pemuda Dan Remaja Pengangguran Pada Desa to’Lemo
NASKAH PUBLIKASI STRES PADA PENGANGGURAN SARJANA · sangat berat dirasakan oleh rakyat kecil di...
Transcript of NASKAH PUBLIKASI STRES PADA PENGANGGURAN SARJANA · sangat berat dirasakan oleh rakyat kecil di...
NASKAH PUBLIKASI
STRES PADA PENGANGGURAN SARJANA
Oleh :
Prasojo Putrama
01320078
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
NASKAH PUBLIKASI
STRES PADA PENGANGGURAN SARJANA
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si)
STRES PADA PENGANGGURAN SARJANA
Prasojo Putrama
Retno Kumolohadi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan memahami stres yang
dialami, faktor–faktor penyebab stress pada pengangguran sarjana serta memahami berbagai cara mengelola kondisi stres.
Subjek penelitian ini adalah para sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Karakteristik usia antara 24-26 tahun. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling, karena teknik tersebut dapat mengoptimalkan kualitas data yang diperoleh. Dengan demikian, sampel tidak mewakili dalam hal jumlah responden (kuantitas), namun kualitas atau ciri-ciri responden yang ingin diwakili (Utarini, 2000). Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan desain penelitian perspektif fenomenologis. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis tematik.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa subyek mengalami stres pada saat subyek merasa tanggung jawab yang dibebabkan kepada subyek belum berhasil dilakukan, yaitu masih menganggur. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada pengangguran sarjana yaitu faktor internal seperti tekanan dan tanggapan negatif dari banyak pihak, dan juga faktor eksternal seperti interaksi dengan lingkungan sekitar. Respon negatif dan positif dilakukan subyek untuk menghadapi keadaan stresnya, seperti lebih aktif di kegiatan lingkungannya tetapi ada juga yang terjebak ke dalam minum-minuman keras dan lebih memilh untuk menghindar dari lingkungan sekitar untuk meminimalkan keadaan stresnya.
Kata Kunci : Stres, Pengangguran Sarjana
PENGANTAR
Indonesia pada zaman sekarang ini sangat banyak mengalami kesulitan
dalam segala bidang. Krisis moneter sejak tahun 1997 yang dampaknya masih
sangat berat dirasakan oleh rakyat kecil di Indonesia adalah salah satunya.
Dampak krisis moneter antara lain adalah meningkatnya kebutuhan pokok,
meningkatnya biaya pendidikan dan sempitnya lapangan pekerjaan.
Sempitnya lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan jumlah
tenaga kerja, menuntut para pencari kerja (job seeker) untuk lebih ahli
dibidangnya. Kenyataan lain adalah bahwa manusia dan pekerjaan tidaklah bisa
dipisahkan, seorang manusia akan dihargai bila sudah mempunyai pekerjaan
yang layak dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Apabila
seseorang yang telah mempunyai pekerjaan secara otomatis akan berubah
status sosialnya, dengan adanya perubahan tersebut seseorang akan menerima
konsekuensi baru lagi dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang memasuki
dunia kerja dianggap memasuki dunia baru dan membutuhkan pennyesuaian
baru pula. Seseorang tidak akan sukses dalam bekerja tanpa mengetahui seluk
beluk pekerjaan itu sendiri. Persiapan– persiapan khusus dibutuhkan seseorang
untuk memasuki dunia kerja. Satu persiapan pokok yang sangat menentukan
adalah mempersiapkan kesesuaian antara diri pribadi dengan pekerjaan maupun
dengan lingkungan pekerjaan yang dihadapi. Kesesuaian antara diri dengan
pekerjaan sangat tergantung pada banyak faktor antara lain : kapasitas pribadi,
pilihan karier, pemahaman terhadap dunia kerja maupun harapan-harapan
pribadi terhadap pekerjaan. Terjadinya kesesuaian antara diri pribadi dengan
dunia kerja akan memberikan kesejahteraan hidup, sebaliknya jika tidak terjadi
kesesuaian akan mendatangkan penderitaan yang berkepanjangan.
Contoh hasil observasi dan wawancara pada tanggal 6 april 2006 dengan
salah satu sarjana yang sudah satu tahun menganggur. Sehari-harinya selalu
dihabiskan dengan nongkrong dengan anak-anak SMU di lingkungan tempat
tinggalnya yang sering mabuk-mabukan dan tidak jarang juga mencuri, karena
sudah putus asa mencari pekerjaan. Gejala fisik yang tampak adalah pendiam
walaupun di tengah keramaian, gelisah, kurang konsentrasi. Selain itu, orang
tuanya pun sudah tidak mau memikirkannya lagi karena orang tuanya pun sudah
kehabisan dana untuk menyekolahkan anaknya itu. Contoh diatas menunjukkan
bahwa sarjana tersebut bukannya tidak mau mencari pekerjaan, tetapi lebih
karena putus asa yang berkepanjangan dan akhirnya mengalami stres yang
semakin hari semakin tinggi tingkat stresnya yang berakibat pada terjerumus
dalam tindakan kriminal.
Kasali (Kedaulatan Rakyat, 2004) berpendapat bahwa lulusan perguruan
tinggi yang notabene pencari kerja ini masih banyak yang kurang percaya diri
karena kurang memiliki wawasan yang luas, kurang tekun, kurang memilki
keberanian sebelum mencoba. Menurut data BPS angka pengangguran pada
tahun 2002, sebesar 9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya
adalah yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian
besar (5.78 juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat
sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan
(Nakertrans, 2003). Data ini menunjukkan bahwa kualitas dari lulusan perguruan
tinggi belum mampu bersaing di dunia kerja.
Permasalahan lain akan timbul ketika individu belum mendapatkan
pekerjaan. Hal inilah yang dirasakan pada para sarjana yang belum mendapatkan
pekerjaan, apalagi dalam jangka waktu yang sudah lama dari masa lulus kuliah.
Banyak sekali kenyataan seperti ini yang harus dihadapi oleh para sarjana ini,
dan tidak jarang para sarjana ini merasa putus asa, dan tidak berguna karena
tidak bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga dan lingkungannya. Sarjana
yang telah lulus harus bisa memberikan hasil kepada keluarga dan
lingkungannya apa yang telah didapatkannya selama kuliah, harapan dari
lingkungan akan bertentangan dengan kenyataannya ketika sarjana tersebut
belum mendapatkan pekerjaan. Selain dari tuntutan-tuntutan dari keluarga yang
mengharapkan agar bisa membantu perekonomian keluarga terutama di saat
yang sulit ini, tuntutan dari lingkungan juga yang mengharapkan sarjana
tersebut berharga di lingkungannya untuk kemajuan lingkungan sosialnya, ada
juga tuntutan lain yang harus dipenuhi yaitu tuntutan dari perguruan tinggi
tempat sarjana tersebut menimba ilmunya.
Tuntutan dari dalam diri sarjana untuk menjadi seorang yang berharga di
keluarga dan lingkungan sosialnya juga mengakibatkan pada keadaan yang
menyebabkan stres. Semakin banyaknya tuntutan dan semakin sering tuntutan
tersebut muncul maka akan semakin tinggi pula tingkat stres pada sarjana
tersebut. Hans Selye (1974) mengatakan bahwa stres adalah respon tubuh tidak
spesifik terhadap suatu tuntutan yang dihadapi. Stres bukan ketegangan saraf,
melainkan ketegangan tubuh. Stres juga menerangkan efek-efek dari reaksi
tubuh terhadap tekanan.
Pentingnya penelitian ini dilakukan sebagai langkah awal untuk
mengetahui dan memahami penyebab stres pada pengangguran sarjana.
Penelitian ini dilakukan untuk menggali dan memahami stres yang dialami,
faktor–faktor penyebab stress pada pengangguran sarjana serta memahami
berbagai cara mengelola kondisi stres.
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan memahami stres yang
dialami, faktor – faktor penyebab stres pada pengangguran sarjana serta
memahami berbagai cara mengelola kondisi stres.
B. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini adalah memperkaya khasanah penelitian di
bidang ilmu psikologi khususnya ilmu psikologi klinis, sedangkan manfaat teoritis
bagi peneliti adalah lebih mengerti dan memahami manusia dan teori-teori yang
relevan dengan kehidupan sosial manusia.
Manfaat praktis penelitian ini adalah hasil penelitian diharapkan dapat
dipakai para pengangguran sarjana untuk meminimalkan kondisi stres dan
memberitahukan informasi tentang dampak- dampak dan cara mengatasi stres
dalam waktu tertentu agar dapat bermanfaat di lingkungannya
C. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang stres sebagai salah satu variabel telah banyak
dilakukan sepanjang pengetahuan peneliti. Diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan Randy Kasman dan P.Tommy.Y.S.Suyasa (2004) yang meneliti tentang
stres, perilaku merokok dan tipe kepribadian. Subjek penelitiannya adalah
mahasiswa S1 Universitas Tarumanegara (dengan jumlah sks yang diambil
berkisar antara 2 sampai 24 sks). Dengan jenis kelamin, subjek laki-laki 88 orang
dan perempuan 10 orang, sedangkan metode penelitiannya adalah metode
kuantitatif. Perbedaan dengan peneliti adalah pada subjek penelitian yaitu pada
sarjana pengangguran yang sudah menganggur antara satu tahun sampai belum
mendapatkan pekerjaan, variabel penelitian yang dipakai peneliti adalah stres
pada pengangguran sarjana, sedangkan metode penelitian pada penelitian ini
adalah kualitatif.
Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh Taufik (2004) yang meneliti
tentang Desensitisasi terhadap kekerasan dan toleransi stres pada guru di
Nanggroe Aceh Darussalaam. Subjek penelitiannya adalah para guru di NAD
yang mengikuti program pelatihan konseling trauma, sedangkan metode
penelitiannya adalah metode kuantitatif. Perbedaan dengan peneliti adalah pada
subjek penelitian yaitu pada sarjana pengangguran yang sudah menganggur
antara satu tahun sampai belum mendapatkan pekerjaan, variabel penelitian
yang dipakai peneliti adalah stres pada pengangguran sarjana, sedangkan
metode penelitian pada penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian yang lain yang menggunakan stres sebagai salah satu
variabelnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Tiatri (1996) yang meneliti
tentang korelasi antara stres, dukungan personal, dukungan sosial, dengan
kesehatan mental wanita kerja yang berkeluarga. Subjek penelitiannya adalah
wanita yang bekerja di bagian kepegawaian atau pendidikan dan pelatihan di
PT.Pos dan Giro Bandung, berada pada masa dewasa awal (18-40 tahun), telah
menikah selama 0-10 tahun, suami bekerja, mempunyai paling sedikit 1 anak,
serta berpendidikan terakhir minimal SLTP, sedangkan metode penelitiannya
adalah metode penelitian kuantitatif. Perbedaan dengan peneliti adalah pada
subjek penelitian yaitu pada sarjana pengangguran yang sudah menganggur
antara satu tahun sampai belum mendapatkan pekerjaan, variabel penelitian
yang dipakai peneliti adalah stres pada pengangguran sarjana, sedangkan
metode penelitian pada penelitian ini adalah kualitatif.
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah para sarjana yang belum
mendapatkan pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Karakteristik usia subjek
adalah antara 24- 26 tahun, karena pada usia ini adalah rata-rata usia kelulusan
para sarjana.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Lofland
dan Lofland (Moleong, 2002) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
sumber data utamanya adalah berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Desain penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif
dengan menggunakan perspektif fenomenologis. Tema data kualitatif
dideskripsikan dengan detail dan mendalam, secara langsung mencoba
menangkap perspektif dan pengalaman seseorang (Patton, 1994). Studi dengan
perspektif fenomenologis berfokus pada deskripsi apa yang dialami seseorang
dan bagaimana mereka mengalami pengalaman mereka (Patton, 1994). Menurut
Bogdan dan Biklen (Asmadi Alsa, 2004) peneliti dengan pendekatan
fenomenologis berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan saling
pengaruhnya dengan manusia dalam situasi tertentu.
Penelitian ini juga menggunakan informan untuk akurasi data yang
diperoleh. Informan adalah orang yang dekat dengan subyek penelitian,
sehingga dapat memberikan informasi atau gambaran tentang keadaan subyek
secara keseluruhan.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sample, karena teknik
tersebut dapat mengoptimalkan kualitas data yang diperoleh. Dengan demikian,
sampel tidak mewakili dalam hal jumlah responden (kuantitas), namun kualitas
atau ciri-ciri responden yang ingin diwakili (Utarini, 2000).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan wawancara secara mendalam (in-depth interview) dan observasi.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2002).
Informasi yang ditanyakan dalam wawancara telah mencakup:
a. Permasalahan yang dihadapi para pengangguran sarjana tersebut
b. Penilaian/ sikap pengangguran sarjana terhadap masalah
c. Tindakan-tindakan yang dilakukan para pengangguran sarjana untuk
mengatasi permasalahan.
2. Observasi
Penelitian psikologis, baik itu kualitatif maupun kuantitatif mengandung
aspek observasi di dalamnya. Menurut Patton (Poerwandari, 1998) observasi
merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian kualitatif. Istilah
observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut (Poerwandari, 1998).
Alat pencatatan observasi yang digunakan adalah chek list yaitu sebuah
daftar pengecek yang berisi nama-nama subjek dan beberapa identitas lainnya
yang hendak diselidiki, dengan memberikan tanda check ( v ) secara tepat dan
objektif tentang ada atau tidak adanya suatu ciri-ciri (faktor) tertentu.
Perilaku yang diobservasi dalam penelitian ini meliputi :
a. Perilaku yang berhubungan dengan interaksi sosial
b. Perilaku yang berhubungan dengan gejala/indikator stres
c. Perilaku yang berhubungan dengan cara memperoleh pekerjaan
Hasil Penelitian
A. Wawancara
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Deskripsi subyek penelitian disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan
umur, jenis kelamin, fakultas / jurusan, dan tahun kelulusan.
Tabel 1 Deskripsi Subjek Wawancara dan observasi Subjek Umur
(Tahun) Jenis
Kelamin Fakultas/Jurusan Tahun
Kelulusan DN
YY
25
25
Laki-laki
Laki-laki
Tehnik Industri /
Teknik Mesin
FTSP / Arsitek
2005
2005
Tabel 2 Deskripsi Informan
Subjek Umur (Tahun)
Jenis Kelamin
Status Pekerjaan
NL
UL
22
19
Perempuan
Perempuan
Adik Kandung
Pacar (teman dekat)
Mahasiswa
Mahasiswa
2. Hasil Wawancara dengan Subyek dan Informan Penelitian
Proses pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara
dan observasi. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara.
Pedoman wawancara berisikan hal-hal yang harus ditanyakan dalam
wawancara, meliputi :
a. Permasalahan yang dihadapi para pengangguran sarjana tersebut
b. Perubahan-perubahan perilaku selama menganggur
c. Penilaian/ sikap pengangguran sarjana terhadap masalah
d. Tindakan-tindakan yang dilakukan para pengangguran sarjana untuk
mengatasi permasalahan.
Hasil wawancara diperolah berdasarkan temuan di lapangan yang telah
dianalisis. Proses analisis dilakukan dengan mendengarkan rekaman lalu
membuat transkip verbatim dan melakukan pengkodean (koding). Koding
dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara
lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang
topik yang dipelajari (Poerwandari, 1998). Selanjutnya peneliti membuat
penomoran pada baris-baris dalam transkip kemudian memberikan nama untuk
masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode tersebut mempunyai arti
berdasarkan topik penelitian yang diterapkan pada sekelompok kata atau
paragraf dari transkip
B. Hasil Observasi
Metode pengumpulan data yang juga digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi jenis pemeran serta sebagai pengamat. Sedangkan alat pencatatan
observasi yang digunakan adalah chek list yaitu sebuah daftar pengecek yang
berisi nama-nama subjek dan beberapa identitas lainnya yang hendak diselidiki,
dengan memberikan tanda check (v ) secara tepat dan objektif tentang ada atau
tidak adanya suatu ciri-ciri (faktor) tertentu.
Perilaku pengangguran sarjana yang diobservasi dalam penelitian ini
meliputi:
a. Perilaku yang berhubungan dengan interaksi sosial
b. Gejala / indikator stres
c. Perilaku yang berhubungan dengan pencarian kerja
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang telah terkumpul dari
hasil wawancara dan pengamatan (observasi). Setelah dibaca, dipelajari, dan
ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data. Reduksi
data merupakan kegiatan yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan penelitian dapat dilakukan (Patton, 1980). Dalam penelitian
ini, cara untuk membuat reduksi data adalah dengan melakukan koding (Utarini,
2000).
Setelah analisis data selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah
mengkomunikasikan hasil penelitian kepada orang lain dengan cara menyajikan
data. Sajian data hasil penelitian merupakan suatu cara untuk mendeskripsikan
data dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat
dilakukan (Patton, 1980).
PEMBAHASAN
Pengangguran sarjana dirasakan berat daripada pengangguran SMU. Hal
ini disebabkan karena beban dan tanggung jawab yang ditanggung oleh
pengangguran sarjana lebih berat dan lebih banyak. Beban tersebut didasarkan
karena biaya yang dikeluarkan untuk kuliah lebih banyak daripada SMU dan tidak
semua orang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Dari banyaknya
biaya yang dikeluarkan, maka sarjana diharapkan juga untuk bisa bermanfaat di
lingkungannya.
Stres yang dialami subyek karena menganggur dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Menurut Hardjana (1994)
membedakan sumber-sumber stres, yaitu dalam diri individu, keluarga, dan
llingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi stres pada pengangguran
sarjana adalah tekanan dan tanggapan negatif dari banyak pihak. Selain itu juga
dipengaruhi oleh tanggung jawab untuk mendapatkan pekerjaan. Faktor ekternal
yang mempengaruhi stres pada pengangguran sarjana adalah faktor lingkungan.
Faktor lingkungan dalam hal ini adalah interaksi pengangguran sarjana dengan
keluarga, tetangga, dan teman-teman.
Pada awal menjalani masa menganggur, subyek mengalami banyak
perubahan, baik perubahan negatif maupun positif. Di mulai dari adanya
perubahan kegiatan, yang biasanya ada kegiatan kuliah tapi sekarang tidak ada
kegiatan bermanfaat. Kemudian ada subyek yang pernah terjebak ke minum-
minuman keras dan narkoba, karena menganggap minum-minuman keras dan
narkoba dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi. Selain perubahan
negatif, ada juga perubahan positif yang dirasakan. Seperti, aktif di lingkungan
sekitar dan melakukan hobi. Hans Selye (Mahsun,2004) menyatakan respon atas
stres dapat berupa reaksi kimiawi dalam tubuh, meningkatnya hormon adrenalin,
munculnya ketegangan dan kecemasan. Ketika subyek melakukan hal-hal positif
atau negatif, tujuannya adalah untuk berusaha mengatasi stres yang mereka
alami. Ketika melakukan hal-hal yang positif, subyek merasa tenang dan
nyaman, berusaha untuk menerima keadaan menganggur ini dan juga subyek
mengharapkan stres yang dialami dapat diatasi, sedangkan ketika subyek
melakukan hal-hal yang negatif, misalnya; mabuk-mabukan, subyek merasa
tenang tetapi tidak dalam jangka waktu yang lama, karena apa yang dilakukan
subyek tidak sesuai dengan keinginan subyek sendiri dan akhirnya bertambah
beban yang ditanggung.
Perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada subyek diharapkan dapat
menjadi perubahan yang positif, karena subyek adalah seorang sarjana yang
notabene mempunyai tingkat intelektual yang lebih tinggi. Tetapi hasil dari
subyek penelitian ini berbeda dengan kenyataannya. Hal ini lebih dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor ekternal yang ada di sekeliling sarjana yang
menganggur.
Seiring berjalannya waktu, subyek dapat menyadari dan menerima
keadaannya sebagai pengangguran dan harus dihadapi. Mereka tidak akan
mungkin terlepas dari permasalahan tersebut kalau tidak ada usaha yang
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Para pengangguran sarjana
juga bersikap optimis dalam menjalani keadaannya. Selain bersikap optimis, para
pengangguran sarjana juga berusaha mencari informasi, motivasi, dan keyakinan
bahwa dapat melalui keadaan menganggur ini dengan baik.
Mencari dukungan sosial juga dilakukan pengangguran sarjana.
Dukungan social yang dicari pengangguran sarjana berupa dukungan
instrumental dan dukungan emosional. Dukungan instrumental yang didapat oleh
pengangguran sarjana meliputi nasehat maupun informasi dari orang-orang
disekitarnya. Sedangkan dukungan emosional yang didapatkan pengangguran
sarjana berupa dukungan moral, simpati dan pemahaman terhadap masalah
yang dihadapinya. Dukungan sosial yang saat ini sangat dibutuhkan oleh
pengangguran sarjana adalah dukungan instrumental.
Dukungan sosial bisa didapatkan dari pasangan, orang tua, anak, sanak,
keluarga, teman, dan sebagainya (keliat, 1998). Selanjutnya Sarafino (1998)
menambahkan bahwa dukungan sosial dapat bermanfaat positif bagi kesehatan
bila kita merasakan dukungan tersebut sebagai dukungan yang layak dan sesuai
dengan apa yang kita butuhkan. Dukungan sosial yang diperoleh pengangguran
sarjana selama menganggur berupa dukungan dari keluarga, teman dan
lingkungan sekitarnya.
Seiring bertambahnya pengalaman pengangguran sarjana dalam
menghadapi keadaan menganggur ini, membuat pengangguran sarjana lebih
memahami dan mengerti tentang kondisi dan apa yang terjadi pada mereka.
Pada periode ini subyek lebih keras untuk mendapatkan pekerjaan dan cara yang
lebih baik lagi. Pada masa ini juga subyek meminta bantuan dan lebih
mendekatkan diri kepada sang pencipta, lebih banyak pasrah dan bersabar
dengan kondisi yang menganggur, terus berusaha dan berdoa. Mereka yakin
bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik padanya. Mereka hanya bisa
berusaha, tetapi yang menentukan atas kondisi mereka adalah Tuhan yang
memiliki dan berkuasa atas manusia. Subyek juga mengambil hikmah dan
manfaat dari keadaan menganggur ini. Hikmah yang dapat diambil
pengangguran sarjana meliputi bertambahnya pengalaman dan pengetahuan,
lebih tawakal. Tetapi tidak semua pengangguran sarjana mendekatkan diri
kepada sang pencipta selama menganggur, bahkan subyek 2 menyatakan bahwa
dia malah berkurang menjalankan ibadahnya. Ini terjadi karena subyek 2 sempat
terjebak ke dalam minum-minuman keras dan narkoba, sehingga melalaikan
ibadahnya. Tetapi subyek 2 juga menyatakan bahwa dia akan beribadah lebih
baik lagi, karena sebelum menganggur subyek 2 termasuk orang yang rajin
beribadah.
Menurut informan dari kedua subyek juga menyatakan hal yang sama
dengan perubahan sikap dan perilaku yang terjadi. Data yang didapat dari
informan juga mendukung data yang didapat dari subyek penelitian.
Penjelasan mengenai keadaan stres pengangguran sarjana karena
menganggur dapat digambarkan pada bagan di bawah ini :
Bagan : Stres pada pengangguran sarjana
PERUBAHAN
Stressor: Menganggur
Faktor Eksternal : ? Interaksi dengan keluarga ? Interaksi dengan teman
yang sudah bekerja ? Interaksi dengan tetangga Faktor Internal : ? Tuntutan dari diri sendiri ? Tanggung jawab
Positif ? Melakukan hobi ? Aktif di lingkungan ? Rajin Beribadah ? Mencari dukungan
sosial
Negatif ? Mabuk-mabukan ? Pendiam ? Menyendiri ? Menghindar dari
lingkungan
KESIMPULAN
Permasalahan yang dihadapi para pengangguran sarjana adalah sulitnya
mencari pekerjaan, tanggung jawab yang dibebankan kepada subyek dan
tekanan-tekanan dari lingkungan. Kedua subyek menyatakan bahwa masalah
yang paling berat adalah sulitnya mencari kerja.
Pengangguran sarjana dirasakan berat daripada pengangguran SMU. Hal
ini disebabkan karena beban dan tanggung jawab yang ditanggung oleh
pengangguran sarjana lebih berat dan lebih banyak. Beban tersebut didasarkan
karena biaya yang dikeluarkan untuk kuliah lebih banyak daripada SMU dan tidak
semua orang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Dari banyaknya
biaya yang dikeluarkan, maka sarjana diharapkan juga untuk bisa bermanfaat di
lingkungannya.
Berdasarkan temuan di lapangan, stres yang diakibatkan karena
menganggur dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
ekternal.
Faktor internal yang mempengaruhi stres pada pengangguran sarjana
adalah tekanan dan tanggapan negatif dari banyak pihak. Selain itu juga
dipengaruhi oleh tanggung jawab untuk mendapatkan pekerjaan. Faktor ekternal
yang mempengaruhi stres pada pengangguran sarjana adalah faktor lingkungan.
Faktor lingkungan dalam hal ini adalah interaksi pengangguran sarjana dengan
keluarga, tetangga, dan teman-teman.
Perilaku positif atau negatif yang muncul pada saat menganggur,
digunakan subyek untuk mengatasi permasalahan menganggur. Akan tetapi,
perilaku yang positif akan lebih membawa dampak positif juga terhadap subyek,
dan perilaku yang negatif akan menambah lagi beban yang ditanggung subyek
karena menganggur dan menyebabkan semakin tinggi tingkat stres yang dialami.
Seiring berjalannya waktu, subyek dapat menerima keadaannya sebagai
pengangguran. Tetapi masih ada penerimaan yang kurang baik dari orang tua
maupun lingkungan yang bisa menambah beban subyek sebagai pengangguran.
Untuk mengatasinya subyek memberi pengertian kepada lingkungan tentang
sulitnya mencari pekerjaan dan mencari dukungan sosial dari lingkungan sekitar.
Semakin lama menjadi pengangguran akan meningkatkan pemahaman
subyek tentang keadaannya yang menganggur. Pada periode ini subyek lebih
keras untuk mendapatkan pekerjaan dan cara yang lebih baik lagi. Pada masa ini
juga subyek lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta, lebih banyak pasrah
dan bersabar dengan kondisi yang menganggur, terus berusaha dan berdoa.
Subyek juga mengambil hikmah dan manfaat dari keadaan menganggur ini.
Menurut informan dari kedua subyek juga menyatakan hal yang sama
dengan perubahan sikap dan perilaku yang terjadi. Data yang didapat dari
informan juga mendukung data yang didapat dari kedua subyek penelitian.
A. Saran-saran
1. Bagi pengangguran sarjana
Pengangguran sarjana hendaknya dapat mengatasi atau meminimalkan
kondisi stress dengan cara melakukan hal-hal yang positif seperti berperan aktif
di lingkungan. Karena harapan keluarga dan lingkungan, sarjana bisa bermanfaat
di lingkungannya.
2. Bagi keluarga dan lingkungan
Bagi keluarga dan lingkungan diharapkan dapat mengerti tentang
keadaan menganggur yang dialami pengangguran sarjana. Keluarga dan
lingkungan juga diharapkan dapat memberi dukungan emosional dan memberi
tanggapan positif tentang keadaan menganggur yang dialami pengangguran
sarjana, misalnya dengan ikut terlibat dalam mencari pekerjaan.
3. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengungkap lebih dalam lagi
faktor-faktor yang mempengaruhi stres karena menganggur dan mengungkap
faktor apa saja yang dominant pengaruhnya. Seperti faktor kepribadian, faktor
usia, jenis kelamin dan lain-lain. Selain itu juga bisa mengambil subyek penelitian
selain sarjana.
DAFTAR PUSTAKA
--------. 1982. Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : DEPNAKERTRANS. --------. 1996. Situasi Tenaga Kerja & Kesempatan Kerja di Indonesia. Jakarta :
DEPNAKER. Alsa, A. 2004. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam
Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka pelajar Offset. Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Banjarmasin Pos. 1996. Indonesia. http://bjm.mega.net.id/bpost/harini/opini/artikel1.htm. Crider, A. B. 1983. 50 Cara Mencegah dan Menghadapi Stres. Psychologhy.
Yogyakarta : Prestasi Pustaka. Fabella, Armand.T. 1993. Anda Sanggup Mengatasi Stres. Jakarta : Offset. Harjana, A. M. 1994. Stres Tanpa Distress: Seni Mengelola Stres. Yogyakarta :
Kanisius. Karman, R., Suyasa, P. T. Y. S. 2004. Stres, Perilakuk Merokok dan Tipe
Kepribadian. Phronesis, 6, 19-39. Kedaulatan Rakyat. 2004. Ketenagakerjaan. Eksbis. 23 September 2004.
Kompas. 2004. 20 Persen Lulusan PT Bekerja di Sektor Informal . 1 April 2004.
Mahsun. 2004. Bersahabat Dengan Stress. Yogyakarta : Prisma Media. Manning, C., Bakir, Z. 1983. Partisipasi Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja &
Pengangguran di Indonesia. Yogyakarta : Pusat Penelitian & Studi Kependudukan UGM.
Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.
Pikiran Rakyat. 2000. Penganggur, Bermasalah Sejak Definisi. 15 Januari 2000. Quade, W. M., Aikman, A. 1991. Stress. Jakarta : Erlangga. Sarafino, E. P.1994. Health Psychologhy: Biopsychosocial Intractions : Canada. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo.
Nama : Prasojo Putrama
Alamat : Candi Dukuh 03/03, Sardonoharjo, Ngaglik Sleman.
No.Telp : 081392002211