NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN … · HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU ... wawasan dan...
-
Upload
truongthuan -
Category
Documents
-
view
232 -
download
2
Transcript of NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN … · HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU ... wawasan dan...
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DENGAN WORK-FAMILY
CONFLICT PADA WANITA YANG BEKERJA
Oleh:
ELSA NARULITA
DR. YAPSIR GANDI WIRAWAN, MA
DIAN SARI UTAMI, S.PSI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DENGAN WORK-FAMILY
CONFLICT PADA WANITA YANG BEKERJA
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing Utama
(Dr. Yapsir Gandi Wirawan, MA)
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU TERHADAP WORK-
FAMILY CONFLICT PADA WANITA YANG BEKERJA
Elsa Narulita Yapsir Gandi Wirawan
Dian Sari Utami
INTISARI Penelitian ini menjelaskan hubungan antara manajemen waktu dengan work-family conflict.
Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara manajemen waktu dengan work-family conflict pada wanita yang bekerja. Semakin tinggi manajemen waktu maka semakin rendah work-family conflict. Sebaliknya, semakin rendah manajemen waktu maka semakin tinggi work-family conflict.
Subjek penelitiaan ini adalah perawat wanita RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Subjek penelitian berjumlah 60 orang. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala work-family conflict yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diuraikan oleh Iliies, Schwind, Wagner, Johnson, DeRue dan Ilgen (2007) dan Samovar, Porter, Stefani (1998) dan skala manajemen waktu yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diuraikan oleh Hassanzabeh dan Ebadi (2007) dan Mancini (2003).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 15.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara manajemen waktu dengan work-family conflict. Korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = -0,782 dan taraf signifikansi p = 0.000 (p<0.01) yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara manajemen waktu dengan work-family conflict pada wanita yang bekerja. Jadi hipotesis penelitian ini adalah diterima. Kata Kunci : Manajemen Waktu, Work-family Conflict
PENGANTAR
Wanita memilih untuk bekerja di luar rumah disebabkan karena berbagai
alasan. Semula wanita memutuskan untuk bekerja di luar rumah semata-mata untuk
membantu kondisi ekonomi keluarga (Shehan, 2003). Namun, seiring
berkembangnya waktu kini wanita memutuskan untuk bekerja bukan semata-mata
karena tuntutan ekonomi saja melainkan lebih kepada upaya untuk memperluas
wawasan dan pengembangan diri. (http://blog.360.yahoo.com/blog-g, 2007). Baik
pria ataupun wanita memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja
(www.pnfi.depdiknas.go.id, 2007).
Salah satu perubahan dari peran wanita yang mencolok dan banyak menjadi
perbincangan adalah peran wanita yang bekerja (Hurlock, 1999). Namun, ada banyak
kasus yang menunjukkan adanya hambatan wanita bekerja dalam hal keseimbangan
antara pekerjaan dan keluarga yang pada akhirnya bisa memunculkan berbagai
konflik. Wanita sebagai ibu memang mempunyai peran penting dalam mengurus
rumah tangga. Apabila anak sakit, pembantu di rumah harus mudik, maka wanita
harus ijin pada instansi tempat dia bekerja untuk mengurus urusan rumah tangga.
Wanita secara dominan mengurus anak, mengatur aktivitas anak di rumah maupun di
luar rumah, membersihkan rumah, menyediakan makanan dan berbelanja. Hal inilah
yang melatarbelakangi alasan wanita masih belum mendapatkan kesempatan berkarir
di perusahaannya (Kompas, 2008). Kasus lain juga terjadi pada seorang wanita yang
tidak mampu untuk melakukan pekerjaannya dengan baik karena tidak adanya
dukungan dari suami. Suaminya tidak setuju apabila istrinya terlalu sibuk dengan
urusan kantor (http://groups.google.com/group/mediamusliminfo, 2007).
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan survei pra penelitian.
Peneliti menggunakan kuesioner yang berisi 5 pertanyaan yang didalamnya berisi
tentang pendapat karyawan wanita mengenai permasalahan yang terjadi selama
mereka bekerja. Berdasarkan hasil temuan pra penelitian tersebut didapat berbagai
macam masalah yang menghambat pekerjaan pada karyawan wanita. Diantaranya
adalah tidak sesuainya antara pekerjaan yang sedang dijalani saat ini dengan
kemampuan yang dimiliki karyawan wanita, kurangnya kerjasama yang baik antar
teman sekantor mengakibatkan karyawan tersebut tidak optimal dalam bekerja, teman
sekerja yang kurang bersemangat dalam bekerja bersama sehingga menghambat
pekerjaan karyawan tersebut, kurangnya koordinasi atau arahan dari atasan,
komunikasi yang kurang antara sesama pekerja karena teman sekerjanya pria semua.
Terkadang pada waktu pekerjaan di kantor sedang menumpuk, ada beban tugas lain,
misalnya berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga atau urusan keluarga seperti siapa
yang harus mengurus anak yang sedang sakit di rumah merupakan masalah terberat
yang diungkapkan karyawan wanita ketika sedang bekerja. Akhirnya pekerjaan
karyawan tersebut selama di kantor menjadi terganggu.
Kesepuluh subjek yang mengisi kuesioner menyatakan bahwa alasan mereka
bekerja adalah untuk mencari nafkah dan membantu meringankan beban suami dalam
hal ekonomi. Namun, ada juga karyawan yang mengungkapkan selain mencari
nafkah alasan mereka bekerja adalah untuk mencari pengalaman, ibadah,
mengembangkan karir serta mengamalkan ilmu yang pernah didapatnya dahulu.
Mereka beranggapan bahwa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya ketika
sedang bekerja adalah penting. Di samping itu, selain bekerja mereka juga harus
memenuhi dan menyelesaikan urusan rumah tangga yang juga menjadi tanggung
jawab mereka sebagai ibu dan istri. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami
kesulitan untuk mengelola waktu antara urusan rumah tangga dan pekerjaan.
Kalaupun bisa, mereka harus meminta bantuan kepada suami, nenek maupun orang-
orang terdekatnya untuk menjaga anak maupun bergantian mengerjakan tugas di
rumah. Ketidakstabilan kondisi kesehatan anak maupun suami dapat mengganggu
konsentrasi wanita tersebut dalam bekerja. Maka secara langsung hal ini memicu
terjadinya pada wanita tersebut.
Konflik antara pekerjaan dan keluarga memang sering terjadi pada wanita
dari pada pria. Dengan adanya peran seorang wanita yang mempunyai dua pekerjaan
sekaligus sering mengakibatkan terjadinya berbagai konflik seperti kurang
mendapatkan posisi jabatan yang sesuai di tempat kerja, kecemasan pada individu
tersebut (Vallone & Donaldson, 2001), dan merasa lelah setelah seharian bekerja
sehingga menggangu suasana hati, serta mengurangi kepuasan kerja individu tersebut
(Ford, Heinen, Langkamer, 2007). Wanita masih dianggap sebagai peran utama
dalam mengurus segala pekerjaan rumah tangga (Noor, 2004). Apalagi jumlah jam
kerja wanita dalam mengurus pekerjaan rumah tangga dengan pekerjaan di luar
rumah membutuhkan waktu yang cukup tinggi (Noor, 2003).
Biasanya work-family conflict sering terjadi pada wanita dengan klasifikasi
pekerjaannya seperti karyawan dengan jabatan manajer dan tenaga profesional. Hal
tersebut disebabkan karena mereka harus mencurahkan waktu dan tenaga yang
dimilikinya untuk kegiatan di kantor sehingga dia tidak mempunyai waktu lagi untuk
mengurus segala keperluan di luar pekerjaannya (Ahmad, 2005). Contohnya adalah
perawat. Perawat mempunyai tugas yang tergolong berat. Tugasnya adalah merawat
pasien untuk mempercepat proses penyembuhan. Perawat juga selalu dihadapkan
pada tuntutan idealisme profesi dan berbagai macam persoalan. Suatu sisi, perawat
harus menjalankan tugas yang menyangkut kepentingan pasiennya. Namun di sisi
lain, perawat juga harus memikirkan keadaan psikologis dan kepentingan pribadinya
(Andarika, 2004).
Greenhaus & Buetell (dalam Glass & Ester, 1997) mendefinisikan work-
family conflict sebagai suatu format konflik antar peran yang terjadi dalam pekerjaan
maupun keluarga dimana salah satu peran tersebut bertentangan dengan peran yang
lain sehingga memunculkan suatu konflik.
Gronlund (2007) menjelaskan bahwa work-family conflict dapat dipengaruhi
oleh lingkungan, kesehatan individu, jam kerja yang tinggi, jenis kelamin, posisi
jabatan individu dan banyaknya anak dalam keluarga.
Taylor (1990) menjelaskan bahwa waktu merupakan suatu komoditas yang
paling bernilai. Waktu merupakan jenis sumberdaya yang tidak dapat diperbaharuhi.
Waktu dapat dilihat dalam peristiwa, kejadian atau pengalaman-pengalaman. Oleh
karena itu dalam melaksanakan segala kegiatan individu memerlukan suatu
manajemen waktu yang baik. Seseorang dikatakan mempunyai manajemen waktu
yang baik apabila ia dapat menggantikan suatu kegiatan yang tidak penting dengan
suatu kegiatan yang lebih penting.
Douglass & Douglass (1980) juga menyebutkan bahwa kepribadian
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu seseorang.
Seseorang harus mempunyai kemampuan terlebih dahulu agar dapat melakukan apa
yang akan dilakukan dan mempunyai kontrol yang kuat terhadap lingkungannya.
Yuniati (2000) menambahkan bahwa adanya pengalaman dapat
mempengaruhi seseorang dalam mengelola waktu yang dimilikinya. Seseorang yang
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari keburukannya
dalam mengelola waktu akan berusaha agar pengalaman tersebut tidak terulang lagi.
Lingkungan juga bisa mempengaruhi seseorang dalam pengelolaan waktu
individu tersebut. Lingkungan bisa dijadikan sebagai kontrol individu dalam
mengatur waktu (Mancini, 2003). Individu yang berada dalam lingkungan keluarga
atau masyarakat yang disiplin maka individu tersebut akan menjadi disiplin juga
terhadap segala sesuatu termasuk waktu.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa adanya manajemen
waktu sangat menentukan kestabilan antara pekerjaan dan keluarga individu.
Ketidakmampuan individu dalam menentukan prioritas, perencanaan, kontrol serta
komitmen yang tepat maka akan memunculkan berbagai konflik yang menyangkut
masalah pekerjaan dan keluarga. Apalagi individu yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah wanita yang bekerja dan mempunyai tugas yang sangat kompleks. Wanita
tersebut dituntut untuk mampu menyeimbangkan antara pekerjaan di tempat kerja dan
pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, penelitian ini dibuat untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara manajemen waktu dengan work-family conflict pada
wanita yang bekerja.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif
antara manajemen waktu dengan work-family conflict pada wanita yang bekerja.
METODE PENELITIAN
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
tergantung yaitu work-family conflict dan variabel bebas yaitu manajemen waktu.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
Berprofesi sebagai perawat
Berusia minimal 25 tahun
Sudah menikah
Sudah memiliki anak minimal satu dan minimal berusia pra sekolah atau
masih sekolah
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode skala, yaitu cara mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pernyataan
yang diberikan pada subjek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada 2
yaitu :
a. Skala work-family conflict
Skala work-family conflict disusun berdasarkan konsep dan pemikian penulis
yang mengacu pada aspek-aspek work-family conflict menurut Ilies, Schwind,
Wagner, Johnson, DeRue, Ilgen (2007) dan Samovar, Porter, Stefani (1998).
Adapun distribusi butir skala work-family conflict adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Distribusi Butir Skala Work-family Conflict
No. Aspek No. Aitem
JumlahFavorable Unfavorable
1 Beban Kerja Berlebih 2(1),3(2), 4(3) 5 (4) 4
2 Jam kerja berlebih 7 (5) 8 (6) 2
3 Terjadi ketegangan dalam pekerjaan dan keluarga
9 (7), 11(9) 10 (8) 3
4 Hubungan tidak harmonis dengan pasangan dan anak
13(11), 14(12), 15(13), 17(15 )
12(10), 16(14),18(16) 7
5 Nilai-nilai individu 19(17), 21(19)
20(18),22(20),23(21) 5
Jumlah 12 9 21 Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut aitem setelah uji coba
b. Skala Manajemen Waktu
Skala manajemen waktu disusun berdasarkan konsep dan pemikian penulis
yang mengacu pada aspek-aspek manajemen waktu menurut Hassanzabeh &
Ebadi (2007) dan Mancini (2003). Adapun distribusi butir skala work-family
conflict adalah sebagai berikut:
Tabel 2.
Distribusi Butir Skala Manajemen Waktu
No. Aspek No. Aitem
JumlahFavorable Unfavorable
1 Prioritas - 1(1), 2(2) 2 2 Penjadwalan 4(3) 5 (4) 2 3 Perencanaan 8 (5) 9 (6) 2 4 Kontrol Diri - 11(7), 12(8) 2 5 Pendelegasian - 13 (9) 1
6 Pengambilan keputusan 16 (11) 15 (10) 2
7 Pengaturan Tujuan 18 (12) 19 (13) 2 Jumlah 4 9 13
Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut aitem setelah uji coba
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini tentang hubungan antara mnajemen waktu dengan work-
family conflict pada wanita yang bekerja, peneliti mengkategorikan subjek penelitian
menjadi lima, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
Uji asumsi dilakukan sebelum data dianalisis, yakni meliputi uji normalitas
dan uji linearitas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum
dilakukannya pengetesan nilai korelasi, maksudnya adalah agar kesimpulan yang
ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik (Hadi, 2001).
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini
terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka
sebaran data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data tidak normal.
Uji normalitas dengan menggunakan teknik one-sample Kolmogorof-Smirnov
Test dari program SPSS 15.0 for Windows menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0,704
dengan nilai p = 0,705 (p > 0.05) untuk work-family conflict. Nilai K-SZ sebesar
1,135 dengan p = 0,152 (p > 0.05) untuk manajemen waktu. Hasil uji normalitas ini
menunjukkan bahwa manajemen waktu dan work-family conflict pada wanita yang
bekerja memiliki sebaran normal.
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel manajemen waktu
dan variabel work-family conflict memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara
kedua variabel dikatakan linear apabila p<0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan
antara kedua variabel dikatakan tidak linier apabila p>0,05.
Hasil uji linearitas dengan menggunakan program Statistical Product Service
Solution (SPSS) for Windows versi 15.0 dengan teknik Compare Means menunjukkan
F = 81,915 dan p = 0.000. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa
hubungan antara variabel manajemen waku dan variabel work-family conflict adalah
linier karena p<0,05.
Untuk mengetahui adanya hubungan antara manajemen waktu dan work-
family conflict maka digunakan uji korelasi dengan menggunakan korelasi product
moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer Statistical Product
Service Solution (SPSS) for Windows versi 15.0.
Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel manajemen waktu
dan work-family conflict r = -0,782 dengan p = 0.000 (p<0,01). Hal ini berarti
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara manajemen
waktu dengan work-family conflict pada wanita yang bekerja, sehingga hipotesis yang
diajukan diterima.
Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara manajemen waktu dengan
work-family conflict menunjukkan angka sebesar 0,612 yang berarti manajemen
waktu memberikan sumbangan sebesar 61,2% terhadap work-family conflict.
Selain melakukan uji hipotesis korelasi Product Moment dari Pearson, peneliti
juga melakukan uji regresi pada setiap aspek manajemen waktu untuk mengetahui
aspek mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap work-family conflict. Uji
regresi bertujuan untuk menghubungkan pengaruh antara satu variabel terhadap
variabel lain. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa dari tiga aspek mnajemen waktu
yaitu prioritas, kontrol diri, dan penjadwalan, yang memiliki pengaruh paling besar
dan dapat menjadi prediktor bagi work-family conflict. Artinya melalui ketiga aspek
tersebut tingkat work-family conflict seorang wanita sudah dapat diprediksi.
Memperhatikan nilai R square change dari analisis regresi, ditemukan bahwa
prioritas memberikan sumbangan efektif sebesar 59,1%, kontrol diri memberikan
sumbangan efektif sebesar 10% dan penjadwalan memberikan sumbangan efektif
sebesar 4,5%.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat hubungan
negatif yang sangat signifikan antara manajemen waktu dengan work-family conflict
pada wanita yang bekerja. Berdasarkan hasil korelasi Pearson dapat diketahui bahwa
koefisien korelasi (r) sebesar - 0.782 dengan p = 0.000 (p<0,01). Berdasarkan hasil
tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi manajemen waktu maka semakin
rendah work-family conflict yang dialami oleh wanita yang bekerja tersebut. Begitu
pula sebaliknya, semakin rendah manajemen waktu maka semakin tinggi pula work-
family conflict pada wanita yang bekerja.
Rendahnya work-family conflict pada wanita yang bekerja berhubungan
negatif dengan tingginya manajemen waktu yang ada pada wanita tersebut. Adanya
manajemen waktu membuat wanita menjadi lebih mampu untuk mengatur dan
mengontrol waktu yang dimilikinya agar menjadi lebih bermanfaat. Adanya
pengelolaan waktu yang baik diharapkan wanita tersebut akan mampu mengatur
antara tugas pekerjaan dengan tugas rumah tangga sehingga terhindar dari konflik.
Apabila terjadi konflik maka kepuasan kerja wanita tersebut menjadi
berkurang, tanggung jawab dan tujuan terhadap pekerjaan menjadi menurun, muncul
gejala-gejala psikosomatis, serta kondisi kesehatan wanita tersebut menjadi
terganggu. Hal ini apabila terjadi dapat merugikan diri wanita tersebut, keluarga
meupun organisasi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan mengenai cara-cara yang
dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya konflik tersebut.
Terjadinya work-family conflict merupakan sesuatu yang tidak diinginkan
oleh setiap wanita. Greenhaus & Beautell (dalam Ford; Heinen; Krista; Langkarmen,
2007) menjelaskan bahwa work-family conflict terkait dengan waktu, ketegangan dan
perilaku. Hal ini dapat dipastikan bahwa seorang wanita akan mengalami work-family
conflict apabila dia harus melakukan berbagai kegiatan dalam waktu yang sama
dimana kegiatan tersebut berupa tugas pekerjaan atau tugas rumah tangga. Selain itu,
adanya ketegangan yang dialami wanita dalam mengurus pekerjaan maupun keluarga
akan menimbulkan kelelahan fisik. Dengan adanya kelelahan fisik maka perilaku
yang dilakukan wanita tidak sesuai dengan perilaku yang seharusnya dilakukannya
dalam pekerjaannya maka hal tersebut secara langsung dapat menimbulkan konflik.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Britt & Dawson (2005) yang
menjelaskan bahwa penyebab dari terjadinya work-family conflict adalah jumlah jam
kerja yang dihabiskan individu selama di tempat kerja dalam setiap minggunya,
seberapa sering individu melakukan kerja lembur serta adanya giliran pekerjaan atau
shift kerja yang dilakukan individu. Dengan demikian adanya pengelolaan waktu
sangat diperlukan oleh wanita. Hal ini disebabkan karena pekerjaan seorang wanita
yang bekerja sangatlah komplek dimana perannya sebagai ibu dan istri mereka harus
mengurus segala kebutuhan rumah tangga, tetapi di sisi lain perannya sebagai seorang
perawat mereka juga harus mengurus segala keperluan pasien yang segera harus
ditangani. Oleh karena itu pengelolaan waktu sangatlah perlu agar segala kegiatan
wanita tersebut dapat tertata dengan baik dan konflik dapat dihindari.
Diterimanya hipotesis ‘ada hubungan negatif antara manajemen waktu dengan
work-family conflict pada wanita yang bekerja’ dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa manajemen waktu berhubungan dengan work-family conflict. Manajemen
waktu memberikan sumbangan sebesar 61 % terhadap work-family conflict pada
wanita yang bekerja sedangkan selebihnya yaitu 39 % dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain. Faktor-faktor lain di luar manajemen waktu yang mempengaruhi work-family
conflict dijelaskan oleh Gronlund (2007) antara lain : pertama, keadaan lingkungan
sekitar individu. Kedua kondisi kesehatan yang dialami individu. Ketiga, posisi
jabatan yang dimiliki individu di tempat bekerja. Keempat, jumlah anak yang
dimiliki oleh individu tersebut.
Manajemen waktu mempunyai peranan penting dalam membantu wanita
untuk mengatasi konflik-konflik yang terjadi dalam dirinya. Manajemen waktu
merupakan usaha yang dilakukan seseorang dalam mengidentifikasi segala kegiatan
yang dimilikinya agar menjadi lebih berarti (Douglass & Douglass, 1980). Di dalam
manajemen waktu individu perlu untuk menentukan prioritas, penjadwalan,
perencanaan, kontrol diri, pendelegasian. Individu juga harus mampu untuk
menentukan keputusan yang akan dipilihnya dan mempunyai tujuan yang akan
dicapainya.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya manajemen waktu akan
membantu menurunkan terjadinya work-family conflict pada wanita yang bekerja.
Demikian juga sebaliknya, ketidakmampuan dalam memanajemen waktu dapat
meningkatkan terjadinya work-family conflict pada wanita yang bekerja.
Berdasarkan analisis regresi diperoleh hasil bahwa aspek-aspek dari
manajemen waktu yang paling mempengaruhi work-family conflict ada tiga, yaitu
aspek prioritas sebesar 59,1 %, aspek kontrol diri sebesar 10 % dan aspek
penjadwalan sebesar 4,5 %. Aspek prioritas mempengaruhi work-family conflict pada
individu dapat terjadi karena individu mampu untuk membedakan dan mendahulukan
antara tugas maupun kegiatan mana yang dirasa lebih penting dan utama serta harus
segera diselesaikan. Apabila individu lebih mementingkan kegiatan maupun tugas
yang bersifat tidak penting maka akan semakin banyak kegiatan atau tugas penting
lainnya yang seharusnya dapat terselesaikan tepat waktu menjadi tidak terselesaikan.
Dalam menentukan suatu prioritas, individu harus mempunyai beberapa kriteria
pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih dahulu (Lakein, 2007). Akhirnya, apabila
individu tidak mampu menentukan prioritas terhadap kegiatan dan tugas yang
dimilikinya maka konflik tidak akan dapat dihindari lagi. Selain prioritas, aspek lain
yang sangat mempengaruhi work-family conflict adalah kontrol diri. Individu yang
mempunyai kontrol diri yang kuat tidak akan terpengaruh untuk mengerjakan hal-hal
lain di luar daftar kegiatan yang sudah dibuatnya. Hal ini akan mengakibatkan waktu
yang dimilikinya menjadi terbuang dengan sia-sia. Kontrol diri yang kuat akan
membuat individu menjadi lebih bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang
dikerjakannya (Mancini, 2003). Dengan demikian individu akan menjadi lebih
konsisten dengan kegiatan yang dilakukannya sehingga konflik dapat dihindari.
Adapun aspek lain dari manajemen waktu yang berpengaruh pada work-family
conflict adalah penjadwalan. Dengan adanya penjadwalan akan mempermudah
individu dalam mengatur segala kegiatan yang akan dilakukannya. Penjadwalan
kegiatan akan menjadikan individu menjadi lebih teratur dan tidak tergesa-gesa dalam
menjalankan setiap kegiatan yang dilaksanakannya. Penjadwalan merupakan salah
satu cara untuk menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak jelas serta mengatur
kegiatan yang masih berantakan (Taylor, 1990). Oleh karena itu nantinya individu
akan merasa nyaman dalam melakukan kegiatan sehingga dapat terhindar dari
konflik.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yang sangat
signifikan antara manajemen waktu dengan work-family conflict pada wanita yang
bekerja. Semakin tinggi manajemen waktu maka semakin rendah work-family conflict
yang terjadi pada wanita yang bekerja. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah
tingkat manajemen waktu maka semakin tinggi work-family conflict yang akan terjadi
pada wanita yang bekerja tersebut. Jadi hipotesis penelitian ini adalah diterima.
Kategori skor manajemen waktu berada dalam kategori sedang dan kategori skor
untuk work-family conflict berada pada kategori sedang pula. Sumbangan yang
diberikan variabel manajemen waktu terhadap variabel work-family conflict sebesar
61 %. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen waktu memberikan sumbangan yang
cukup besar terhadap work-family conflict pada wanita yang bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan peneliti.
Beberapa saran tersebut antara lain :
1. Bagi subjek penelitian (perawat)
Disarankan kepada perawat untuk lebih dapat mengelola atau mengatur
waktu yang dimilikinya sehingga dapat mengurangi terjadinya work-family
conflict dalam diri perawat tersebut. Pengelolaan waktu yang tepat merupakan
salah satu faktor penting yang dapat meredam terjadi konflik dalam pekerjaan
maupun keluarga.
2. Bagi instansi yang bersangkutan (rumah sakit)
Penelitian ini diharapkan mampu untuk lebih meberikan pemahaman akan
penting manajemen waktu yang baik. Sehingga dapat meminimalisir konflik-
konflik yang dialami perawat wanita sehingga tidak berdampak negatif pada
pekerjaannya di rumah sakit.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk lebih mengembangkan
penelitian sejenis baik dari segi tema, metode, maupun alat ukurnya. Hal ini
dimaksudkan agar penelitian selanjutnya mengenai manajemen waktu dan work-
family conflict menjadi lebih baik dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. 2005. Work-Family Conflict among Dual-Earner Couples : Comparisons by Gender and Proffession. Jurnal Psikologi Malaysia. Vol 19, 1-12
Andarika, R. 2004. Burnout Pada Perawat Puteri RS St. Elizabeth Semarang
Ditinjau dari Dukungan Sosial. Jurnal Psyche. Vol 1, No 1 Britt, T, W & Dawson, C,R. 2005. Predicting Work–Family Conflict From Workload,
Job Attitudes, Group Attributes, and Health: A Longitudinal Study. Military Psychology of Lawrence Erlbaum Associates
Douglass, M,E & Douglass, D,N. 1980. Manage Your Time, Manage Your Work and
Manage Yourself. Amacon : A Division of American Management Associations : New York
Ford, M,T ; Heinen, B, A & Langkarmen, K, L. 2007. Work and Family Satisfaction
and Conflict : A Meta-Analysis of Cross-Domain Relations. Journal of Applied Psychology. American Psychological Association. Vol 92, No 1, 57-80
Glass, J,L & Estes, S, B. 1997. The Family Responsive Workplace. Annu, Rev,
Sociol. Vol 23, 289-313. Annual Reviews Inc. All rights reserved Gronlund, A. 2007. More Control, Less Conflict? Job Demand–Control, Gender and
Work–Family Conflict. Gender, Work & Organization. Journal Compilation. Vol 14, No 5. Blackwell Publishing Ltd
Hadi, S. 2001. Statistik. Penerbit ANDI : Yogyakarta Hassanzabeh,R & Ebadi,A,G. 2007. Measure the Share of The Effective Factors and
Time Management. World Applied Sciences Journal. Vol 2, No 3, 168-174. IDOSI Publications
Hurlock,E,B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan edisi Kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta Ilies, Schwind, Wagner, Johsnon, DeRue, Ilgen. 2007. When can Employees Have a
Family Life ? The Effects of Daily Workload and Affect on Work-Family Conflict and Social Behaviors at Home. Journal of Applied Psychology. American Psychological Association. Vol 92, No 5, 1368-1379
Lakein, A. 2007. Manajemen Waktu.Penerbit Mata Katulistiwa : Jakarta Mancini, M. 2003. Time Management. McGraw-Hill : New York Noor, N, M. 2003. Work- and Family-Related Variables, Work-family Conflict and
Women’s Well-Being : Some Observations. Community, Work & Family. Carfax Publishing. Vol 6, No 3
Noor, N, M. 2004. Work-Family Conflict, Work- and Family- Role Saliance and
Women’s Well-Being. The Journal of Social Psychology. Vol 144, No 4, 389-405
Samovar, L,A ; Porter,R E; Strefani, L,A. 1998. Communication Between Cultures.
Wadsworth Publishing Company : USA Shehan,C,L. 2003. Marriages and Families. Pearson Education Inc : USA Taylor, H, L. 1990. Manajemen Waktu : Suatu Pedoman Pengelolaan Waktu yang
Efektif dan Produktif. Penerbit Binarupa Aksara : Jakarta Vallone; Grant, E, J & Donaldson, S, I. 2001. Consequences of Work-Family Conflict
on Employee Well-Being Over Time. Work & Stress. Vol 15, No 3, 214-226 Yuniati,R. 2000. Ketertarikan Antara Manajemen Waktu dengan Interaksi Sosial
Remaja di SMU Negeri 1 Polokarto. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia : Yogyakarta
______ . 2007. Membincangkan Hak Perempuan Berkarir. Diambil dari
http://www.pnfi.depdiknas.go.id ______ . 2007. Pro Kontra Wanita Karir. Diambil dari
http://blog.360.yahoo.com/blog-g ______ . 2007. Hukum Wanita Karir dan Tampil di Muka Umum. Diambil dari http://groups.google.com/group/mediamusliminfo ______ . 2008. Perempuan. Diambil dari harian Kompas edisi 26 April 2008