NASKAH PUBLIKASI Hubungan Antara Kecerdasan Emosi … · terpenuhi maka akan kesulitan untuk...
Transcript of NASKAH PUBLIKASI Hubungan Antara Kecerdasan Emosi … · terpenuhi maka akan kesulitan untuk...
1
NASKAH PUBLIKASI
Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Karir
Oleh :
KILAT T. B. H. E. WEDA
03320163
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2008
2
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KONFLIK
PERAN GANDA PADA WANITA KARIR
Kilat. T.B.H.E. Weda
Ratna Syifa’a R
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosi dengan konflik peran ganda pada wanita karir. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan peran ganda. Semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin rendah tingkat konflik peran ganda.
Subyek dalam penelitian ini adalah wanita karir yang telah bekerja minimal 2 tahun dan sudah berkeluarga. Status pendidikan minimal SMA. Karakteristik pekerjaannya adalah bekerja di dalam ruangan. Skala yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah merupakan pendapat dari Sekaran (1986), sedangkan kecerdasaan emosi diungkapkan dengan menggunakan alat ukur berupa skala yang disusun berdasar aspek-aspek yang dikemukakan oleh Goleman (2003).
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis korelasi product moment dari Pearson. Data yang sudah didapat akan dianalisis menggunakan bantuan program SPSS versi 12.00 for windows Hasil analisis data korelasi Pearson pada program computer SPSS for windows 12.0, menunjukkan hubungan kecerdasan emosi dengan konflik peran ganda memiliki angka korelasi sebesar r = -0,510 dengan p = 0.000 (p<0,01) ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan negatif dengan konflik peran ganda pada wanita karir maka hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan konflik peran ganda pada wanita karir dapat diterima.
Kata kunci : Kecerdasan Emosi, Konflik Peran Ganda
3
A. Pengantar
Perkembangan saat ini menunjukkan telah terjadi pergeseran peran antara pria
dan wanita. Jika pada jaman dulu mengurus rumah tangga adalah kewajian
seorang wanita, semua itu kini telah bergeser. Rumah tangga merupakan tanggung
jawab bersama antara pria dan wanita. Segala macam pekerjaan dalam rumah
tangga seperti merawat dan mendidik anak, mencuci, membersihkan rumah,
bahkan sampai menambah pemasukan, dikerjakan suami dan istri bersama-sama.
Meskipun peran ganda wanita merupakan suatu isu lama yang seringkali
dibicarakan, namun dalam kenyataannya isu tersebut masih merupakan realita
penting yang paling rumit digeluti oleh kaum wanita dari semua kelas. Dengan
berbagai ragam bentuk perjuangan untuk memperoleh kebebasan dan otonomi
kaum wanita yang tersubordinasi, baik oleh struktur budaya maupun dogma,
gerakan wanita yang semakin marak di dunia, bermaksud mempertegas
kedudukan kaum wanita sebagai subyek yang otonom.
Kaum wanita sebagaimana layaknya kaum pria, berhak turut menikmati
hasil pembangunan dan berhak mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya.
Wanita sudah selayaknya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri
dengan segenap potensinya, serta memperoleh peluang yang sama dengan kaum
pria untuk menyumbang kemampuannya. Dengan digalakkannya usaha
pengintegrasian wanita dalam pembangunan,semestinya tidak ada lagi alasan
apapun untuk menghalangi usaha wanita untuk berkarir.
4
Keadaan ideal yang ingin diperoleh oleh seorang ibu sebagai wanita karir
adalah bisa tetap dekat dengan anak dan keluarga. Berusaha semaksimal mungkin
untuk mendampingi anak-anak. Berhasil mengurus rumah tangga, anak-anak serta
suami, tetapi tetap dapat menyalurkan kebutuhan mereka sebagai makhluk sosial
kebutuhan untuk bersosialisasi, tetap mampu mandiri dari segi keuangan,
pengembangan wawasan, serta perasaan dihargai dan bangga saat mereka bekerja
menjadi wanita karir. Keinginan untuk menjalankan kedua peran tersebut dengan
sempurna, terkadang saling bertentangan satu dengan lain, sehingga dapat
menimbulkan konflik pada wanita bekerja.
A. Konflik peran ganda
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa konflik peran
ganda dapat muncul dikarenakan dua peran yaitu peran sebagai ibu dan istri dalam
rumah tangga dan peran sebagai pekerja dimana keduanya sama-sama menuntut
pemenuhannya dalam waktu yang bersamaan. Bila salah satu peran sudah
terpenuhi maka akan kesulitan untuk memenuhi peran yang lain. Hal seperti inilah
yang menimbulkan perasaan bersalah, panic, dan perasaan yang tidak terkendali
lainnya. Shaevitz (dalam hamid,2005) menyatakan bahwa perasaan bersalah
tersebut mengakibatkan ketegangan-ketegangan yang berakibat memicu konflik
dalam dirinya. Adapun tanda-tandanya adalah rasa tegang, cemas dan terancam,
frustrasi, sukar berkonsentrasi pada pekerjaan, insomnia dan berpengaruh pada
diri wanita. Seringkali wanita berperan ganda dihadapkan pada suatu dilema dan
konflik antara memilih karir sebagai salah satu tujuan hidup atau menjadi ibu
5
rumah tangga yang baik. Mereka juga merasa bersalah dan khawatir karena
dengan keterlibatannya dalam dunia kerja menyebabkan waktu untuk mengurusi
kebutuhan rumah tangga menjadi sempit atau berkurang.
Sumber konflik yang lainnya berasal dari kehidupan pekerjaan itu sendiri
dimana beban pekerjaan sangat banyak dengan waktu yang sangat terbatas,
persaingan kerja yang semakin ketat untuk saling mencapai prestasi tertinggi dan
budaya perusahaan yang menuntut performance kerja yang tinggi dan
profesionalitas.
Aspek-aspek yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan pendapat
dari Sekaran (1986), yang meliputi:
a. Pengasuhan Anak
Bagi ibu bekerja yang memiliki anak pra sekolah, salah satu fungsi
dasar yang oleh tiap wanita adalah mengasuh dan merawat. Hal inilah
yang berpeluang besar sekali untuk menimbulkan rasa bersalah dan
kegelisahan
b. Bantuan Pekerjaan Rumah Tangga
Terkurasnya tenaga dan kecakapan para ibu bekerja terhadap
kecemasan dan kegelisahan atas kesehatan jasmani dan emosi anak-anak,
contohnya banyak wanita sudah kehabisan tenaga pada awal hari kerja
sebab mereka sebelumnya disibukkan untuk menyiapkan makan pagi
sambil memperhatikan keluarga serta memberi nasihat pada anak-anak
mereka. Sehingga beresiko menyebabkan wanita bekerja kurang dapat
6
fokus dan menurunnya kepuasan kerja serta meningkatnya kegelisahan
akan perkembangan anak-anak.
c. Komunikasi dan Interaksi dengan Suami dan Anak
Komunikasi adalah unsur yang terpenting bagi terciptanya
hubungan yang harmonis dalam keluarga. Shaevitz (Supradewi, 1994)
mengemukakan bahwa komunikasi yang baik adalah kemampuan
mengutarakan kebutuhan dan perasaan disisi lain. Dengan terpenuhinya
kebutuhan komunikasi, maka wanita akan mendapatkan rasa aman dan
dapat mengurangi rasa bersalah serta ketegangan yang sering terjadi.
d. Waktu untuk Keluarga
Keluhan umum dari wanita karir adalah masalah kekurangan waktu.
Hal ini disebabkan karena harus menjalankan dua peran sekaligus. Jika
salah satu dari peran tersebut tidak dapat berjalan dengan baik sesuai
harapan ,maka timbulah perasaan bersalah kepada keluarga, dan tertekan
sehingga akan menimbulkan konflik peran ganda.
e. Menentukan Prioritas
Konflik biasanya terjadi ketika ibu bekerja harus menentukan
prioritas dan ibu tidak dapat memutuskan mana yang harus didahulukan.
Di satu isi perempuan yang dengan naluri keibuannya ingin dekat dan
mencukupi kebutuhan afeksi anak-anaknya, namun disisi lain perempuan
juga dituntut untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya sendiri seperti
aktualisasi diri, yakni dengan bekerja. Jauh dari hal itu semua bahwa
memang setiap anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang
7
tuanya terutama figur ibu (Suryadi, 2004). Semua aspek yang telah
dijelaskan berpotensi menimbulkan perasaan dilema serta menciptakan
perasaan gelisah.
f. Tekanan Karir dan Tekanan Keluarga
Masalah pekerjaan yang dialami ibu bekerja sering mempengaruhi
keadaan ibu ketika di rumah. Ketegangan suatu peran mempengaruhi
kinerja peran yang lain ( Kossek & Ozeki, 1998)
Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda.
Persoalan yang dihadapi wanita yang berperan ganda dapat berupa hambatan
maupun kesulitan yang mereka alami saat menjalankan kedua peran tersebut.
Faktor-faktor yang dapat menjadi sumber konflik bagi wanita berperan ganda
yaitu:
g. Faktor internal
Merupakan faktor yang timbul dalam diri pribadi wanita sendiri,
misalnya bekerja bukanlah berasal dari keinginannya melainkan sebuah
tuntutan untuk menunjang perekonomiannya. Hal ini dapat menimbulkan
konflik bagi dirinya.
h. Faktor eksternal
Terdapat beberapa faktor dari luar yang mempengaruhi konflik peran
ganda pada wanita karir, yaitu:
1) Jam Kerja
Dalam penelitian Moeh dan McClain (Puspita, 2007) terbukti
bahwa wanita yang bekerja full time menginginkan mempercepat jam
kerjanya yang dapat mengurangi akibat konflik peran. Jadi dapat
8
disimpulkan bahwa wanita yang bekerja full time cenderung lebih
memiliki konflik peran ganda dibandingkan dengan yang bekerja part
time.
2) Jenis pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian oleh Valdes dan Gutek serta Gilbert
dkk (dalam Puspita, 2007) telah ditunjukkan bahwa pekerjaan yang
dimiliki status jabatan tinggi seperti jabatan profesional dan menejerial
memiliki tingkat konflik peran ganda yang tinggi dibandingkan dengan
wanita status pekerjaannya lebih rendah. Hal ini disebabkan adanya
komitmen pekerjaan dan tuntutan karir yang lebih tinggi, sehingga
dapat menyebabkan konflik peran ganda.
3) Jumlah anak
Kehadiran anak dalam kehidupan perkawinan memerlukan
perhatian tersendiri khususnya bagi sang ibu yang menerima tanggung
jawab utama dalam mengasuh, merawat dan mendidik anak, oleh
karena itu bagi wanita yang bekerja, kehadiran anak erat kaitannya
dengan terjadinya konflik peran ganda. Valdez dan Gutek (Puspita,
2007) mengemukakan bahwa wanita dengan jabatan profesional
managerial ternyata memiliki anak relatif sedikit dibandingkan dengan
wanita dengan tingkat jabatan yang lebih rendah.
4) Usia anak
Selain itu Holohan dan Gilbert (Puspita, 2007) menemukan adanya
situasi yang menekan dan stress pada orang tua yang memiliki anak-
9
anak usia prasekolah, kelekatan orangtua dengan anak cenderung
tinggi saat anak masih kecil. Jadi dengan bertambahnya usia anak
dapat memperkecil kemungkinan timbul konflik peran ganda lebih
lanjut dinyatakan bahwa tuntutan-tuntutan anak yang masih kecil dan
kesulitan-kesulitan dalam membesarkan anak remaja merupakan
tanggung jawab yang besar bagi para ibu.
5) Lama kerja setelah menikah
Penelitian pada wanita kelas menengah dan profesional (Gilbert
dalam Puspita, 2007) menemukan bahwa tingkat komitmen yang
tinggi pada dua atau lebih dapat menghasilkan konflik peran ganda.
6) Pembantu rumah tangga atau pengganti peran ibu
Dalam penelitian Stycos dan Welter (Puspita, 2007)
mengemukakan bahwa konflik atau ketidakserasian antara peran
wanita sebagai istri atau ibu dengan perannya sebagai karyawan dapat
berkurang dengan cara adanya bantuan tenaga keluarga dan pembantu
rumah tangga.
i. Faktor Relasional
Masalah yang dihadapi oleh istri yang bekerja adalah masalah
kebersamaan dengan anggota keluarga. Kesibukan yang menyita waktunya
membuat sang ibu merasa dirinya tidak bisa berbicara secara terbuka,
bertukar pikiran, mencurahkan pikiran dan perasaan pada anggota
keluarganya sehingga dapat mengurangi keharmonisan hubungan antara
dirinya dan anggota keluarganya
10
B. Kecerdasan emosi
Goleman mendobrak konsep IQ menyatakan bahwa kecerdasan bila tidak
disertai dengan pengolahan emosi yang baik tidak akan mengantarkan kesuksesan
seseorang bahkan peranan IQ hanya sekitar 20 % untuk menopang kesuksesan
hidup seseorang, sedangkan 80% lainnya ditentukan oleh faktor lain diantaranya
adalah kecerdasan emosi.
1. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Salovey mencetuskan teori kecerdasaan emosi sekaligus membaginya
menjadi lima wilayah utama, yaitu mengelola emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan
(Goleman,1994)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori kecerdasan emosi
Goleman. Alasan memilih aspek-aspek tersebut adalah karena sesuai dengan
kondisi yang akan diteliti, yaitu kehidupan peran ganda wanita sebagai ibu
maupun wanita karir beserta konflik-konfliknya, dan juga karena teori ini
merupakan teori yang telah mengalami pembaharuan serta dianggap lebih lengkap
dari teori-teori sebelumnya.
Aspek-aspek yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Kecakapan pribadi (personal competence). Kecakapan pribadi merupakan
kecakapan yang menentukan bagaimana seseorang mengelola diri sendiri.
Kecakapan ini terdiri dari dua dimensi, yaitu:
11
1) Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Dengan kesadaran diri seseorang akan mengetahui kondisi diri
sendiri, kesukaan, sumber daya dan intuisi. Kesadaran diri meliputi
tiga macam kecakapan, yaitu kesadaran diri secara emosi (emotional
self-awareness), penilaian diri secara akurat (self-assessment), dan
kepercayan diri (self-confidence)
2) Pengaturan Diri (Self-Management)
Pengaturan diri dalam hal ini meliputi pengelolaan kondisi, impuls,
dan sumber daya diri. Dimensi ini terdiri dari enam kecakapan, yaitu
kendali diri (self-control), dapat dipercaya (trustworthiness),
kesungguh-sungguhan (conscientiousness), adaptibilitas (adaptability),
dorongan berprestasi(achievement drive), dan inisiatif (initiative)
b. Kecakapan sosial (social competence). Menurut Goleman kecakapan
sosial menentukan bagaimana seseorang menangani suatu hubungan.
Kecakapan ini terdiri dari dua dimensi, yaitu:
1) Kesadaran Sosial (Social Awareness)
Kesadaran sosial meliputi bagaimana seseorang membaca atau
memahami orang lain dan kelompok secara akurat. Kecakapan yang
dibutuhkan antra lain adalah empati (emphaty), orientasi melayani
(service orientation), serta kesadaran organisasi (organizational
awareness)
12
2) Pengaturan Hubungan (Relationship Management)
Pengaturan hubungan meliputi kemampuan untuk mempengaruhi
tanggapan yang dikehendaki pada orang lain. Kecakapan yang
dibutuhkan diantaranya adalah mengembangkan orang lain
(developing others), pengaruh (influence), komunikasi (comunication),
manajemen konflik (conflict managemen), kepemimpinan
(leadership), katalisator perubahan (change catalyst), pengikat
jaringan (building bonds), serta kolaborasi dan tim kerja (collaboration
and teamwork)
C. Keaslian penelitian
Adapun penjelasan secara rinci mengenai keaslian penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Keaslian subyek penelitian
Subyek yang diteliti adalah wanita karir yang telah bekerja minimal 2
tahun dan sudah berkeluarga. Status pendidikan minimal SMA. Karakteristik
pekerjaannya adalah bekerja di dalam ruangan. Penelitian dilakukan di PT
(PERSERO) ANGKASA PURA I
2. Keaslian topik
Penelitian kali ini mengangkat topik kecerdasan emosi di tempat kerja dan
mencoba melihat hubungannya dengan konflik yang biasa terjadi pada wanita
dalam dunia kerja.
13
3. Keaslian teori
Teori yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah milik Sekaran untuk
variabel tergantung ( konflik peran ganda pada wanita karir ) dan Daniel
Goleman untuk variabel bebas ( kecerdasaan emosi).
4. Keaslian alat ukur
Dalam penelitian kali ini digunakan alat ukur berupa skala. Item-item
dalam skala mewakili masing-masing aspek dari variabel bebas dan
tergantung, yaitu kecerdasaan emosi dengan empat aspek dan konflik peran
ganda dengan enam aspek. Dan seluruh aspek tersebut penulis menyusun
blueprint sehingga menghasilkan skala dengan item-item yang orisinil.
B. Metode penelitian
A. Subyek penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita yang telah
menikah memiliki anak, berkewarganegaraan Indonesia, aktif bekerja sebagai
pegawai swasta atau BUMN, dan berpendidikan minimal SMU atau sederajat.
Karakteristik pekerjaannya adalah bekerja didalam ruangan, jam kerja tetap, lama
kerja minimal 7 jam sehari. Batasan umur sekitar 25-50 tahun. Pemilihan
karakteristik subyek ini dimaksudkan untuk menghindari adanya perbedaan
kultural dan status sosial yang dapat mempengaruhi terbentuknya konflik peran
ganda pada wanita karir.
14
B. Teknik pengambilan data
Teknik pengambilan data menggunakan dua skala. Skala kecerdasan emosi
diperoleh item yang valid 38 butir dari 48 butir jumlah item semula, sehingga
diketahui jumlah item yang gugur adalah sebanyak 10 butir, yaitu item 4, 5, 9, 15,
17, 20, 23, 24, 39. Berdasarkan aspek kecerdasan emosi dari Goleman yaitu :
Kecakapan pribadi (personal competence): Kesadaran Diri (Self-Awareness) &
Pengaturan Diri (Self-Management) dan Kecakapan sosial (social competence) :
Kesadaran Sosial (Social Awareness) & Pengaturan Hubungan (Relationship
Management). Skala konflik peran ganda pada wanita karir diperoleh item yang
valid 25 butir dari 48 butir jumlah item semula, sehingga diketahui jumlah item
yang gugur adalah sebanyak 23 butir, yaitu item 5, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 31, 32, 37, 38, 39, 40, 43, 44, 45, 47, 48. Berdasarkan aspek konflik
peran ganda dari Sekaran yaitu pengasuhan anak, bantuan pekerjaan rumah
tangga, komunikasi dan interaksi dengan suami dan anak, waktu untuk keluarga,
menentukan prioritas dan tekanan karir dan tekanan keluarga. Metode penelitian
menggunakan SPSS for windows 12.0, untuk menguji apakah ada hubun gan
negatif antara kecerdasan emosi dan konflik peran ganda.
C. Hasil Penelitian
Hasil analisis data korelasi Pearson pada program computer SPSS for windows
12.0, menunjukkan hubungan kecerdasan emosi dengan konflik peran ganda
memiliki angka korelasi sebesar r = -0,510 dengan p = 0.000 (p<0,01) hal ini
menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan negatif dengan konflik
15
peran ganda pada wanita karir maka hipotesis penelitian yang menyatakan ada
hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan konflik peran ganda pada
wanita karir dapat diterima.
D. Pembahasan
Penelitian ini membuktikan bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan yang
negatif terhadap konflik peran ganda pada wanita karir semakin tinggi
kecerdasaan emosi seseorang maka semakin rendah tingkatan konflik peran ganda
yang dialaminya (r = -0,510 dengan p = 0,000). Konflik peran ganda pada wanita
karir dalam penelitian ini dikaitkan dengan kecerdasan emosi karena kecerdasan
emosi dapat bermanfaat bagi individu menghadapi konflik seperti contohnya
konflik peran ganda. Selanjutnya kecerdasan emosi menurut Baron adalah
sekumpulan kecakapan dan sikap yang jelas perbedaannya, namun saling tumpang
tindih. Kumpulan ini dapat dikelompokan kedalam lima tema umum atau ranah,
yaitu intrapribadi, antarpribadi, dan penangannan terhadap stress, penyesuaian diri
dan suasana hati. Adapun tanda-tandanya adalah rasa tegang, cemas dan terancam,
frustrasi, sukar berkonsentrasi pada pekerjaan, insomnia dan berpengaruh pada
diri wanita. Seringkali wanita berperan ganda dihadapkan pada suatu dilema dan
konflik antara memilih karir sebagai salah satu tujuan hidup atau menjadi ibu
rumah tangga yang baik. Mereka juga merasa bersalah dan khawatir karena
dengan keterlibatannya dalam dunia kerja menyebabkan waktu untuk mengurusi
kebutuhan rumah tangga menjadi sempit atau berkurang. Dalam konflik peran
ganda terlihat ciri-ciri yang jelas seperti perasaan bersalah, tegang atau fruztrasi.
16
Dalam penelitian dapat dijelaskan kategorisasi kecerdasan emosi yang sedang ada
13 orang (21%), yang memiliki kategorisasi kecerdasan emosi tinggi sebanyak 41
orang ( 66,12%) dan yang memiliki kategorisasi kecerdasan emosi sangat tinggi
sebanyak 8 orang ( 12,90%) untuk kategorisasi konflik peran ganda sangat rendah
hanya sebanyak 5 orang (8,06%), yang memiliki kategorisasi konflik peran ganda
rendah ada 27 orang ( 43,6%), yang memiliki kategorisasi konflik peran ganda
sedang ada 27 orang (43,6%) dan yang memiliki kategorisasi konflik peran ganda
tinggi hanya sebanyak 3 orang (4,9%) secara garis besar terlihat dalam kecerdasan
emosi mayoritas berada di kategori tinggi sedangkan pada konflik peran ganda
mayoritas berada di kategori rendah dan sedang dengan persentasi yang sama
persis ( 43,6%). Hal ini menunjukkan bahwa aspek kecerdasan emosi yang
memberi pemecahan bagi konflik-konflik peran ganda yang terjadi pada wanita
karir karena terbukti semakin tinggi kecerdasan emosi semakin rendah konflik
peran ganda. Menurut Goleman kecakapan sosial menentukan bagaimana
seseorang menangani suatu hubungan. Kecakapan ini terdiri dari dua dimensi,
yaitu: kesadaran sosial (social awareness) dan pengaturan hubungan (relationship
management). Dengan kemampuan yang telah dijabarkan maka wanita dapat
mengatasi konflik peran ganda yang terjadi, ini terlihat dari banyaknya subyek
yang diteliti berada dalam tingkat kecerdasan emosi sedang (21%), tingkat
kecerdasan emosi tinggi (66,12%) dan tingkat kecerdasan emosi sangat tinggi
(12,90%) serta (0%) hasil persentase yang berada dalam tingkatan kecerdasan
emosi sangat rendah hasil yang sama juga diperoleh untuk tingkatan kecerdasan
emosi rendah. Hal tersebut menunjukan karyawan PT Persero Angkasa Pura
17
mampu memanage konflik-konflik yang terjadi dalam peran gandanya sebagai ibu
dan sebagai karyawan seperti mampu mengontrol perasaan gelisah, tidak fokus,
frustrasi, serta mampu mengontrol ketegangan-ketegangan yang terjadi dikantor
seperti tuntutan pekerjaan, hubungan dengan atasan maupun rekan kerja serta
keinginan untuk terus meningkatkan kualitas pekerjaan dan keberhasilan
pekerjaan. Tingkat konflik peran ganda pada penelitian ini mendapatkan
sumbangan 26% dari kecerdasan emosi sementara 74% sisanya dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diikut sertakan. Analisis tambahan yang disertakan
menjelaskan bahwa aspek self awareness memiliki koefisien korelasi r sebesar -
0.476 dengan p=0.000 (p < 0.01), pada aspek self management memiliki koefisien
korelasi r sebesar -0.405 dengan p=0.000 (p < 0.01), pada aspek social awareness
memiliki koefisien korelasi r sebesar -0.523 dengan p=0.000 (p < 0.01) dan aspek
relationship management miliki koefisien korelasi r sebesar -0.431 dengan
p=0.000 (p < 0.01). dari data diatas dapat dibaca bahwa aspek social awareness
memiliki nilai koefisien korelasi r terbesar yang artinya aspek social awareness
meiliki pengaruh yang paling besar dan dapat berfungsi sebagai prediktor bagi
konflik peran ganda, aspek social awareness adalah aspek kecerdasan emosi yang
berkaitan dengan bentuk pemahaman terhadap orang lain yaitu memahami atau
membaca keinginan orang lain ataupun organisasi. Aspek ini yang memiliki
pengaruh terbesar karena dengan kemampuan ini seseorang mampu menentukan
besar kecilnya konflik peran ganda pada wanita karir.
18
E. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosi dengan konflik peran ganda dimana semakin
tinggi kecerdasan emosi seseorang semakin rendah konflik peran ganda yang
dialaminya. Dalam Penelitian ini peneliti menemukan bahwa kecerdasan emosi
yang dimiliki oleh seseorang membuat konflik peran ganda yang dialami oleh
mereka rendah. Responden penelitian merasa telah memiliki tingkat kecerdasan
emosi yang cukup memadai untuk menghadapi tekanan-tekanan konflik peran
ganda.
F. Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai, serta mengingat masih banyaknya
keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini, maka dari itu peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
a. Saran bagi subyek penelitian
Konflik peran ganda akan selalu ada dalam diri wanita yang
berkeluarga dan bekerja sebaiknya untuk mampu melewatinya para wanita
berusaha mengembangkan kecerdasan emosi yang telah dimiliki.
Kecerdasan emosi bukan merupakan sesuatu yang tidak bisa
dikembangkan sendiri atau perlu pelatihan khusus. Kecerdasan emosi
dapat dikelola oleh tiap individunya dengan cara memahami kualitas diri
dan memahami tipe lingkungan dimana individu ini berada sehingga
terjadi sinergi antara kemampuan EQ dan konflik-konflik yang dialami.
19
b. Saran bagi PT Persero Angkasa Pura I
Pada hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah karyawan yang
mengalami konflik peran ganda hanya sedikit karena itu saran bagi pihak
PT Persero Angkasa Pura sebaiknya menyediakan biro konsultasi
psikologi bagi karyawan, sehingga apabila terjadi permasalahan karyawan
mampu dibantu secara lebih personal
c. Saran bagi penelitian selanjutnya
1. Kecerdasan emosi hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi
konflik peran ganda, masih banyak faktor-faktor lain yang bisa
dikembangkan.
2. Peneliti merekomendasikan agar dimasa mendatang penggunaan alat
ukur lebih memperhatikan faktor kesederhanaan bahasa agar lebih
sesuai dengan kondisi subyek penelitian dan agar lebih memudahkan
pemahaman subyek terhadap pertanyaan dari penelitian yang nantinya
akan berpengaruh pada hasil penelitian.
3. Penelitian juga merekomendasikan agar peneliti mendatang menyusun
alat ukur dengan pembagian aspek dan indikator perilaku lebih jelas.
Hal ini perlu dilakukan agar setiap aspek sesuai dengan pengertian
masing-masing dapat terwakili dengan baik dan dapat meningkatkan
validitas alat ukur
20
DAFTAR PUSTAKA
Asmara, A. 2007. Peran Konflik Peran Ganda Karyawati ( ibu) dan Persepsi Pengembangan Karir dengan Stress Kerja Karyawati PT. Apac Inti Corpora Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dahesihsari, R & Seniati, A.N.L.2002. Hubungan Antara Peran Jenis Kelamin, Fear Of Success dan Kesukuan Bangsa dengan Komintment Dosen Perempuan Terhadap Organisasi, Anima Indonesian Psychologycal Journal, vol. 17 no. 4, hal 332-345
Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hartati, N. 2006., Mengembangkan Kecerdasan Emosi. Tazkiya Journal of psychology. vol 6. No 1
Hoffman, L. W. And Nye, F.I., 1974. Working Mothers San Fransisco : Jossey-Bass Publishers
Katz, L, And Kahn, R.L. 1996. The Social Psychology Of Organization Newyork John Willey and Sons
Koscek, E.E & Ozeki, C., 1998. W ork- Family Conflict, Policies & The Job – Life Satisfaction Relationship : A Review & Directions For Organizationl Behavior Human Resources Research. Journal Of Applied Psychology, Vol 83, no2 hal 139-149
Maharani. E. A. 2008. Hubungan antara Adult Attachment Dengan Manajemen Konflik dalam Pernikahan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Melianawati, dkk. 2001. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja Karyawan. Anima, Indonesian Psychology Journal, 1, 57-62.
Puspita I.,N., 2007. Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Fear of Success pada Wanita Karir. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Putrianti, F.,G. 2007. Kesuksesan Peran Ganda Wanita Karir Ditinjau dari Dukungan Suami, Optimisme dan Strategi Coping. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Riasnugrahani .,M & Girsang .,F., 2007. Kecerdasan Dokter Muda di Universitas X Bandung. Jurnal Ilmiah Psikologi Arkhe Th. 12/No.1/(h. 34-40)
21
Rostiana. 1999. Deskripsi dan Dinamika Konflik Pada Boundary Role Person. Jurnal Ilmiah Psikologi Arkhe. Th 4, no.7
Sekaran, U., 1986. Dual- Career Families. San Fransisco: Jossey Bass Publisher
Sudarsono. W.,A. 2006. Hubungan Antara Kinerja Kontekstual dengan Kecerdasan Emosi Karyawan Bank Bukopin. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Setiadi , A.,V., A., 2001. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Keberhasilan Bermain Game. Anima, Indonesian Psychological Journal vol 17, No.1, 42-56
Supradewi, R., 1994. Konflik Peran Ganda pada Ibu Bekerja Ditinjau dari Orientasi Peran Jenis. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Suryabrata. Sumadi. 2004. Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Andi Offset
Suryadi, D., Setiadarma .M.P., Wirawan .H.E., 2004. Gambaran Konflik Emosional Perempuan dalam Menentukan Prioritas Peran Ganda. Jurnal Ilmiah Psikologi “ARKHE”. Th. 9/no.1 hal 11-22
Wahyono, T.,2001. Memahami Kecerdasan Emosi Melalui Kerja Sistem Limbik. Anima, Indonesian Psychological Journal vol. 17, no.1,36-41
Young, A., Cheri. 1996. Emotions and Emotional Intelligence. http://www.socialresearchmethods.net.29/07/06
http://www.en.wikipedia.org. Emosional intelligence. 06/11/08
htttp:// www.angkasapura1.co.id. Angkasa Pura I- Indonesia Airport Business. 11/10/08
---------, 2005. Antara Dilema dan Pilihan Apa Kata Mereka. Good Housekeeping, edisi Mei 2005.
---------, 2007. Inspiratif! Sembilan Perempuan dengan Beragam Kiprahnya yang Luar Biasa. Eve, edisi April 2007.