Naskah Psikiatri Latihan

28
Naskah Latihan Psikiatri GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR KINI DALAM REMISI Disusun oleh: Riva Ambardina Pradita 0906508472 Pembimbing: dr. Tribowo T G, SpKJ MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU PSIKIATRI 1 | Naskah Latihan Psikiatri Riva Ambardina P

Transcript of Naskah Psikiatri Latihan

Page 1: Naskah Psikiatri Latihan

Naskah Latihan Psikiatri

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR KINI DALAM REMISI

Disusun oleh:

Riva Ambardina Pradita

0906508472

Pembimbing:

dr. Tribowo T G, SpKJ

MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

MARET 2013

1 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 2: Naskah Psikiatri Latihan

I. Identitas

Nama : Ny. M

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir/Usia : 52 tahun

Status : Menikah

Jumlah anak : 6 orang ( 2 perempuan, 2 laki-laki, 2 meninggal)

Pekerjaan : Tidak ada

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Alamat : Kayu putih, Jakarta

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Data-data diperoleh dari autoanamnesis dengan pasien dan alloanamnesis suami pasien

pada tanggal 25 Maret 2013.

a. Keluhan Utama

Pasien kontrol, datang dengan keluhan terkadang sulit tidur sejak 1 bulan sebelum

kunjungan

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tahun 1982, pasien saat itu sedang duduk menjelang tidur, tiba-tiba untuk pertama

kalinya pasien menangis histeris hingga terguling-guling. Diakui pasien saat itu pasien merasa

sedih namun tidak tahu alasannya. Pasien saat itu merasa sedang tidak ada masalah atau hal yang

sedang dipikirkan. Hubungan dengan keluarga dan teman baik. Pasien mengeluh mendengar

suara-suara, namun pasien tidak ingat suara-suara tersebut mengatakan apa. Pasien mengurung

diri di kamarnya, sulit makan maupun tidur. Pasien sempat mengancam untuk bunuh diri kepada

suami. Beberapa hari kemudian pasien kembali tenang.

Hanya berjarak 2 minggu, pasien berubah suasana hatinya, pasien mengaku menjadi lebih

bersemangat, tidak mengantuk hingga tidak tidur sama sekali. Merokok jadi lebih banyak hingga

4 bungkus/hari. Diakui suami pasien bahwa pasien bisa mandi berkali-kali dini hari lalu berganti

pakaian berkali-kali dengan baju-baju berwarna terang dan berdandan menor lalu pergi ke

warung hanya untuk membeli rokok. Pasien menjadi banyak bicara. Pasien sering melantur,

2 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 3: Naskah Psikiatri Latihan

merasa diri nya adalah orang terkenal. Selain itu pasien menjadi mudah marah-marah. Pasien

menjadi lebih curiga dengan sekeliling. Bila menonton TV, pasien merasa dibicarakan oleh

orang dalam TV.

Awalnya suami pasien mengganggap bahwa sifat pemarah ini adalah akibat pasien

merupakan orang Ambon dan sering sekali berjudi dan merokok. Setelah ±2 minggu, pasien

akhirnya dibawa oleh suami pasien ke dokter umum terdekat, dikatakan pasien harus

diperiksakan ke dokter jiwa. Namun suami pasien tidak membawanya ke dokter jiwa, melainkan

ke pengobatan alternatif.

Pasien sempat membaik dan gejala yang dikeluhkan menghilang. Selama masa

perbaikan, diakui suami pasien, pasien menjadi lebih mudah tersinggung dan marah. Keluhan

ternyata kembali muncul 3 tahun kemudian. Saat itu pasien tetap tidak dibawa ke dokter jiwa,

namun mencoba pengobatan alternatif lainnya. Pasien membaik dan kembali kambuh 2 tahun

kemudian, lalu kembali membaik dan kembali kambuh 1 tahun kemudian. Akhirnya pasien

dibawa ke dokter jiwa di rumah sakit di Ambon. Pasien menjalani pengobatan dan terjadi

perbaikan kembali. Pasien meminum obat setiap hari secara teratur dan menghentikan minum

obat setelah 2 tahun atas keigninannya sendiri.

Tahun 2001, pasien kembali kambuh dan dirujuk ke RSCM. Pasien diberi pengobatan

rawat jalan. Gejala kembali membaik namun pasien menghentikan kembali obatnya. Tahun

2007, keluhan kembali muncul dan kembali dibawa ke RSCM, pasien diberi pengobatan rawat

jalan dan semenjak itu pasien tidak lagi pernah putus obat hingga saat ini dan tidak ada lagi

keluhan seperti sebelumnya.

Sejak 1 bulan yang lalu, pasien yang sedang menjalani pengobatan di RSCM,

mendapatkan obat Risperidon 1 x 2 mg serta Depacot 2 x 250 mg. Dikatakan oleh pasien, obat

Risperidon yang diberikan telah diturunkan dosisnya dari dosis sebelumnya yaitu 2 x 2 mg.

Pasien merasa sering kali sulit tidur dan merasa hal tersebut dikarenakan dosis obat yang

diturunkan. Pasien meminta agar dosis obat kembali dinaikkan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Psikiatrik

Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat psikiatrik apapun.

Medik

3 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 4: Naskah Psikiatri Latihan

Sejak tahun 2010, pasien dikatakan mengidap kanker tiroid suspek keganasan. Saat ini

pasien berencana untuk melakukan operasi di RSCM

Penggunaan Zat

Konsumsi zat psikotropika dan alcohol disangkal. Konsumsi rokok 2 bungkus/hari dan

kopi 2 cangkir/hari.

d. Riwayat Kehidupan Pribadi

Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak kembar identik. Semasa di kandungan, pasien dan kembarannya

tidak ada masalah. Pasien dan kembarannya lahir melalui operasi di rumah sakit di Ambon.

Pasien dan kembarannya lahir normal, sehat, dan tidak ada masalah.

Masa Kanak Awal (hingga usia 3 tahun)

Pasien tumbuh dalam asuhan orangtua kandungnya. Pertumbuhan dan perkembangan

sesuai anak seusianya. Sehari-hari tinggal bersama keluarga inti yang lengkap.

Masa Kanak Pertengahan (usia 3-11 tahun)

Pasien tumbuh dengan baik, hubungan sosial dengan lingkungannya baik. Terutama

dengan saudara kembarnya, pasien melakukan aktivitas sehari-hari bersama. Sering mengenakan

pakaian yang sama (kembar) dengan kembarannya. Pasien pertama kali bersekolah di SD negeri

di Ambon hinnga lulus SD.

Masa Kanak Akhir dan Remaja

Pasien tumbuh dengan baik, hubungan sosial dengan lingkungannya baik. Pasien sempat

berpacaran dengan lawan jenis saat SMA. Pasien masih sering melakukan segala aktivitas

bersama dengan saudara kembarnya. Ayah pasien meninggal saat duduk di bangku SMP. Pasien

dan beberapa kakak dan adik nya pindah ke Jakarta dan melanjutkan sekolah disana. Pasien

pertama kali mencoba merokok di SMA di Jakarta.

Masa Dewasa

Riwayat Pendidikan

Pasien menjalani pendidikan hingga ke bangku SMA selanjutnya tidak melanjutkan untuk

berkuliah karena menikah di usia 20 tahun. Semasa taman kanak-kanak hingga SMA tidak

pernah mengalami kesulitan dalam belajar dan selalu naik kelas.

Riwayat Pekerjaan

4 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 5: Naskah Psikiatri Latihan

Pasien tidak pernah bekerja, sehari-hari hanya menjadi ibu rumah tangga. Keinginan untuk

bekerja tidak ada.

Riwayat pernikahan/berpasangan

Sekarang status pasien adalah menikah, dan telah menikah sejak tahun 1980. Saat itu pasien

berusia 20 tahun. Pasien baru saja lulus SMA dan dikenalkan oleh tante pasien ke Tn. An.

Setelah itu pasien langsung menikah.

Riwayat agama

Dahulu pasien beragama Kristen protestan lalu setelah 3 tahun pasien menikah, pasien

pindah ke agama Islam.

Riwayat militer

Pasien tidak pernah mengikuti pelatihan atau kegiatan militer.

Aktivitas sosial

Pasien bersosialisasi hanya dengan keluarganya dan dengan tetangga-tetangganya yang

kebanyakan masih merupakan sanak saudara pasien.

Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal serumah dengan suami pasien, anak bungsu, suaminya, dan anak

perempuannya yang masih kecil. Pasien merupakan keluarga berkecukupan. Pendapatan

keluarga di dapat dari suami yang bekerja sebagai pegawai swasta. Pekerjaan rumah

dilakukannya sendiri serta anaknya dengan tanpa bantuan pembantu. Bila sakit, pasien biasa

berobat ke dokter umum terdekat (± 2 Km dari rumah pasien)

Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah terlibat dengan kepolisian akibat pelanggaran hukum.

Riwayat Psikoseksual

Orientasi seksual pasien adalah heteroseksual.

e. Riwayat Keluarga

Kedua orang tua pasien telah meninggal saat pasien berusia 25 tahun. Pasien merupakan

anak ke 6 dari 11 bersaudara. Anak pertama dan anak kedua telah meninggal karena sakit

jantung. Anak ke tiga adalah perempuan, yang kini sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.

Anak ke empat, lima, dan ke sepuluh hingga kini masih tinggal di Ambon. Anak ke tujuh

merupakan saudara kembar pasien, yaitu Ny. D. Pasien dan Ny.D merupakan anak kembar

5 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 6: Naskah Psikiatri Latihan

identik. Terutama Ny.D, pasien biasa menjalani aktifitas sehari-hari bersama. 3 tahun setelah

pasien mengalami gejala untuk pertama kalinya, Ny.D juga mengalami gejala serupa namun

dirasa lebih agresif dan enggan berobat hingga saat ini. Ny.D sebelumnya telah menikah dan

memiliki 3 orang anak, namun semenjak Ny.D sakit, ia di ceraikan dan anaknya

meninggalkannya. Hingga kini Ny.D tinggal bersama anak ke delapan. Anak ke sembilan kini

tingga tidak jauh dari rumah Ny. M, sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak. Anak ke

sebelas hingga kini belum menikah dan tinggal bersama anak ke delapan.

Saat ini keluarga pasien baik keluarga inti dan keluarga besar, memiliki hubungan yang sangat

baik dan harmonis. Pasien tidak pernah dikucilkan bahkan di dukung untuk sembuh. Tidak ada

keluhan serupa oleh anggota keluarga lainnya, kecuali Ny.M.

f. Persepsi Pasien tentang Diri dan Lingkungannya

Pasien merasa dirinya sudah jauh lebih membaik, namun setelah obat diturunkan

dosisnya, pasien merasa sulit tidur sehingga ingin kambali meminta dinaikkan dosis obatnya oleh

dokter. Pasien selalu didukung oleh keluarga dan tetangga dan diperlakukan secara normal.

g. Persepsi Keluarga tentang Diri Pasien

Keluarga pasien memaklumi keadaan pasien dan selalu mendukung pasien. Anak bungsu

pasien dan suami pasien lah yang menjadi care giver pasien terutama dalam kepatuhan pasien

atas obatnya.

h. Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai

Pasien hanya ingin sembuh dan tidak kambuh kembali dan ingin melihat saudara kembar

nya dapat sembuh juga seperti dirinya.

III. STATUS MENTAL

a. Deskripsi Umum

Penampilan

Seorang wanita, penampilan rapi dan sesuai usia (52 tahun). Pasien menggunakan kemeja

berbahan katun dan celana bahan. Pasien tampak sehat dan perawatan diri baik.

Kesadaran

6 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 7: Naskah Psikiatri Latihan

Kesadaran pasien kompos mentis, tidak didapatkan tanda-tanda kesadaran berkabut serta

tidak ditemukan adanya kesulitan dalam memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan

perhatian.

Sikap dan Psikomotor

Keadaan pasien terlihat tenang, tidak ditemukan gerakan involunter, gerak berulang,

maupun gerakan abnormal. Tidak terdapat retardasi psikomotor.

Sikap terhadap pemeriksa

Pasien bersikap kooperatif selama wawancara, serta cukup terbuka dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan dari wawancara.

b. Mood dan Afek

1. Mood : biasa saja

2. Afek : luas

3. Keserasian : Ekspresi emosi dan suasana perasaan cukup serasi dengan pembicaraan

dan suasana.

4. Empati : pemeriksa dapat merasakan perasaan yang dirasakan oleh pasien

c. Pembicaraan

Pasien dapat berbicara dengan spontan. Volume suara cukup, artikulasi baik, kecepatan

normal, Kuantitas pembicaraan cukup. Pertanyaan lebih sering terlebih dahulu terjawab oleh

pendamping pasien.

d. Persepsi

1. Halusinasi: Pada pemeriksaan, tidak ditemukan halusinasi auditorik dan visual pada

pasien ini

2. Ilusi: Pada pemeriksaan, tidak ditemukan ilusi pada pasien ini

3. Depersonalisasi: Pada pemeriksaan, tidak ditemukan depersonalisasi pada pasien ini

4. Derealisasi: Pada pemeriksaan, tidak ditemukan derealisasi pada pasien ini

e. Pikiran

a. Produktivitas: ide cukup, berbicara lancar tidak sebatas pertanyaan pemeriksa.

7 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 8: Naskah Psikiatri Latihan

b. Kontinuitas: Koheren .

c. Hendaya berbahasa: tidak ditemukan pada pasien ini.

f. Sensorium dan Kognisi

1. Kesiagaan dan taraf kesadaran:

Kompos mentis, kesiagaan baik

2. Orientasi

a. Waktu: baik, pasien dapat menyebutkan jam saat dilakukannya pemeriksaan

b. Tempat: baik, pasien dapat menyebutkan tempatnya berada sekarang

c. Orang: baik, pasien dapat menyebutkan siapa dirinya dan orang lain yang berada di

sekitarnya.

d. Situasi : Pasien sadar sedang melakukan wawancara dengan dokter.

3. Daya ingat

a. Jangka panjang: baik, pasien dapat mengingat nama sekolah dasar saat di Ambon.

b. Jangka pendek: baik, pasien dapat menyebutkan makanan yang dikonsumsinya tadi

pagi, yaitu bubur ayam.

c. Segera: baik, pasien dapat menyebutkan kembali nama pemeriksa yang disebutkan

oleh pemeriksa sebelumnya.

4. Daya konsentrasi dan perhatian:

Baik, pada waktu pemeriksa menanyakan 100-7, 93-7, 86-7, 79-7,72-7 pasien dapat

menyebutkan jawaban dengan tepat.

5. Pikiran abstrak:

Baik pasien dapat menyebutkan arti tong kosong nyaring bunyinya, serta air susu

dibalas dengan air tuba.

6. Inteligensi dan kemampuan informasi:

Baik, pasien dapat menyebutkan nama presiden Republik Indonesia saat ini, yaitu

Susilo Bambang Yudhoyono, wakil Presiden Boediono, pasien juga dapat menyebutkan

siapa presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir.Soekarno serta gubernur DKI

Jakarta terpilih, yaitu Jokowi.

7. Kemampuan menolong diri sendiri:

8 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 9: Naskah Psikiatri Latihan

Pasien dapat menolong dirinya sendiri dengan baik, terlihat dari pasien dapat makan,

mandi, serta mencuci bajunya sendiri. Pasien juga telah dapat minum obat sendiri

secara teratur.

g. Pengendalian Impuls

Selama wawancara pasien terlihat dapat mengendalikan diri dan impuls dengan baik serta

bersikap sopan santun.

h. Daya nilai dan Tilikan

1. Daya nilai sosial:

Baik, pemeriksa menanyakan apabila pasien menemukan dompet ditengah jalan yang

berisikan uang dan KTP apa yang dilakukan, pasien menjawab membawa ke kantor

polisi.

2. Uji daya nilai:

Baik, pemeriksa menanyakan apabila ada kebakaran apa yang dilakukan pasien , pasien

mengatakan akanmelakukan penyelamatan diri dan berusaha menyelamatkan orang lain.

3. Penilaian realitas:

Saat ini tidak terganggu lagi, karena tidak ditemukan halusinasi, ilusi, dan waham.

4. Tilikan:

Pasien menyadari bahwa dirinya menderita suatu gangguan, tetapi tahu apa penyebabnya

serta pasien patuh meminum obat dan kontrol sebulan sekali, oleh karena itu pasien

tergolong tilikan derajat 6.

k. Taraf Dapat Dipercaya

Secara keseluruhan, pasien cukup dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Generalis dan Tanda Vital

a. Keadaan Umum :baik

b. Kesadaran :kompos mentis

c. Tekanan Darah :112/80 mmHg

d. Nadi :80 x/menit

e. Suhu :afebris

f. Pernapasan :14 x/menit

9 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 10: Naskah Psikiatri Latihan

g. Keadaan Gizi :baik

h. Mata :pupil isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya

langsung

+/+, refleks cahaya tak langsung +/+, sklera tidak

ikterik

i. Leher :pembesaran tiroid

j. Paru :kesan dalam batas normal

k. Jantung :kesan dalam batas normal

l. Perut :kesan dalam batas normal

m. Ekstremitas :deformitas -/-, -/+ , akral hangat, edema -/-, -/-

B. Status Neurologik

a. GCS :E4M6V5 = 15

b. Tanda Rangsang Meningeal (-)

c. Saraf kranial : Kesan dalam batas normal

d. Saraf motorik : kekuatan motorik baik

e. Refleks Patologis : tidak diperiksa

f. Sensibilitas : Kesan dalam batas normal

g. Saraf otonom : Kesan dalam batas normal

h. Gejala Ekstrapiramidal :

1. Gaya berjalan normal, postur tubuh normal

2. Tremor pada tangan (-)

3. Akatisia (-)

4. Tardive dyskinesia (-)

5. Rigiditas ekstremitas (-)

6. Gangguan keseimbangan (-)

7. Gangguan koordinasi (-)

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien wanita, 52 tahun datang ke RSCM Poli Jiwa dengan keluhan sulit tidur setelah

dosis obat Risperidon diturunkan

Sebulan yang lalu dosis Risperidon 2 x 2 mg, kini 1 x 2 mg

10 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 11: Naskah Psikiatri Latihan

Tidak ada penyakit yang menyebabkan disfungsi otak pada pasien.

Pasien menyangkal penggunaan zat-zat psikoaktif dan konsumsi alkohol, namun pasien

merokok 2 bungkus perhari

Pasien memiliki riwayat episode depresi dan episode manik berulang kali dan terdapat

periode sembuh, namun kini sudah tidak ada

Pasien memiliki riwayat halusinasi auditorik namun kini sudah tidak ada

Pasien memiliki isi pemikiran yang salah berupa waham kebesaran, thought broadcasting

namun kini sudah tidak ada

Pasien memiliki kembaran identik yang juga sakit serupa

Pasien memiliki kognisi yang baik dalam pemeriksaan dan memiliki riwayat pendidikan

hingga jenjang SMA

Pasien memiliki keganasan pada tiroid sejak 2010 yang kini direncanakan untuk di

operasi

Pasien memiliki hubungan ang kurang dekat dengan seluruh keluarga ini dan besar.

Selain dengan suami pasien, pasien tinggal dengan anak bungsu, suami, dan cucunya.

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kini telah dapat melakukan lagi tugas-

tugasnya seperti biasa

Saat ini pasien mendapatkan pengobatan berupa Risperidon 1 x 2 mg, dan Depacote 2 x

250 mg

Pasien selalu menghabiskan obatnya

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan wawancara psikiatrik yang telah dilakukan kepada pasien, ditemukan

adanya riwayat sindrom atau pola perilaku yang bermakna secara klinis dan menimbulkan gejala

penderitaan serta hendaya dalam fungsi pasien dalam perawatan diri, adapatasi terhadap stress,

hubungan sosial, dan pekerjaan rumah tangga. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ-III, pasien

dapat dikatakan memiliki gangguan jiwa.

Diagnosis Aksis I

Sesuai hierarki blok diagnosis gangguan jiwa, pertama-tama perlu disingkirkan terlebih

dahulu adanya gangguan mental organik (F.00-F.09). Pada pasien tidak ditemukan adanya

keluhan penurunan kognitif, hilang kesadaran, riwayat trauma kepala, serta penyakit penyerta

11 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 12: Naskah Psikiatri Latihan

lainnya yang mungkin dapat menjadi etiologi gangguan jiwa. Penyakit keganasan tiroid tidak

berperan dalam penyakit gangguan jiwa pasien oleh karena onset penyakit tiroid yang baru

terjadi tahun 2010.

Gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F.10-F.19) dapat disingkirkan

karena pasien tidak memiliki riwayat penyalahgunaan NAPZA, alkohol, dan kafein. Rokok yang

dikonsumsi pasien kemungkinan bukan merupakan penyebab terjadinya gangguan jiwa oleh

karena menurut literatur, dikatakan bahwa hanya ada sedikit kekerapan antara kejadian gangguan

jiwa berat dengan konsumsi rokok. Selain itu, menurut suami pasien, pasien justru mengonsumsi

rokok lebih banyak setelah muncul gejala gangguan jiwa.

Selanjutnya pada pasien ditemukan gejala psikotik berupa halusinasi auditorik dan

waham thought broadcasting. Oleh karena pasien memenuhi gejala (a) dan (c) untuk

skizofrenia, maka perlu dicurigai kemungkinan pasien mengidap skizofrenia (F.20-F.29). Pada

pasien, gejala utama yang muncul dan dikeluhkan adalah berupa gangguan depresi serta manik

yang sesekali disertai gejala psikotik. Tidak ditemukan gejala negativisme dan pasien cenderung

hiperaktif. Gejala gangguan proses pikir, isi pikir, dan persepsi pada pasien kurang menonjol jika

dibandingkan dengan gejala gangguan mood/afek.

Pasien awalnya mengalami episode depresi yaitu perasaan sedih, menangis, ingin bunuh

diri selanjutnya pada waktu yang lain justru terjadi episode manik yaitu berupa peningkatan afek

dan aktivitas. Yang mana hal ini terjadi berulang selama bertahun-tahun dengan adanya masa

penyembuhan diantara episode. Gejala psikotik yang pasien alami masih bersesuaian dengan

afek pasien (mood-congruent), yaitu waham kebesaran saat harga diri pasien sedang

membumbung serta waham thought broadcasting saat pasien memiliki kecurigaan yang tinggi.

Oleh karena itu pasien dapat di diagnosis mengalami ganguan bipolar khususnya tipe I.

namun karena saat ini pasien sudah tidak ada keluhan sejak tahun 2007, maka diagnosis untuk

pasien saat ini adalah F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi.

Diagnosis Aksis II

Berdasarkan hasil anamnesis dari pasien, pasien masih dapat beraktivitas dan berinteraksi

sosial dengan baik dengan tetangga dan keluarga tanpa ada kendala karena itu pasien tidak ada

gangguan kepribadian. Dari anamnesis juga didapatkan bahwa pasien dapat menjalani

pendidikan dengan baik mulai dari SD hingga SMA, dan dari hasil wawancara pasien memiliki

12 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 13: Naskah Psikiatri Latihan

kesan kognisi yang cukup baik karena itu pada pasien gangguan retardasi mental dapat

disingkirkan. Pada pasien ini, tidak ada diagnosis pada aksis II.

Diagnosis Aksis III

Pasien didiagnosis mengidap keganasan tiroid sejak tahun 2010. Lain-lain kesan dalam

batas normal. Pada aksis III didapatkan diagnosis keganasan tiroid.

Diagnosis Aksis IV

Pasien tidak memiliki pekerjaan formal sehingga tidak memiliki masalah pada hal

tersebut.

Begitu pula dengan pekerjaan rumah, saat ini pasien telah dapat menjalankan fungsinya dalam

menjadi ibu rumah tangga. Pasien sehari-hari mampu menyiapkan makanan, merapikan rumah,

dan melakukan pekerjan rumah lainnya. Hubungan dengan keluarga dan tetangga baik tidak ada

masalah. Pada aksis IV tidak ditemukan adanya masalah

Diagnosis Aksis V

Pada pasien tidak lagi ditemukan gejala gangguan afektif maupun gejala psikotik. Namun

pasien mengeluhkan gejala minimal yaitu terkadang mengalami kesulitan tidur. Oleh karena

itu, GAF saat ini 81 dan dalam satu tahun terakhir pasien memiliki GAF 85

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Axis I : F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi.

Axis II : tidak ada diagnosis

Axis III : keganasan tiroid

Axis IV : tidak ada masalah

Axis V : GAF current 81, HLPY 85

VIII. DAFTAR MASALAH

a. Organobiologis

Pada anamnesis dan pemeriksaan ditemukan gangguan organik pada pasien berupa

keganasan tiroid sejak tahun 2010. Saat ini pasien direncanakan menjalani operasi.

13 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 14: Naskah Psikiatri Latihan

b. Psikologis

Pasien memilki riwayat gangguan suasana perasaan berupa depresi dan manik disertai

gejala psikotik.

c. Lingkungan sosial dan ekonomi

Kehidupan sosial baik tidak ada hendaya. Tinggal serumah dengan suami, dan keluarga

kecil anak bungsu nya. Hidup berkecukupan dari gaji suami.

IX. PROGNOSIS

Hal yang mengarah ke prognosis baik:

Sistem dukungan yang baik dari keluarga

Pasien bersikap kooperatif dan ingin sembuh dari penyakitnya dan tidak mengalami

kekambuhan

Pasien telah dapat merawat dirinya dan minum obat sendiri

Pasien responsif terhadap terapi.

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sosial dan lingkungan

Pasien taat menjalankan agamanya.

Hal yang mengarah ke prognosis buruk:

Riwayat keganasan tiroid

Adanya riwayat sakit serupa pada saudara kembar nya

Pola pikir pasien yang enggan diturunkan dosis obat nya karena merasa hal itu

mengakibatkannya sulit tidur

Kebiasaan merokok yang tidak bisa ditinggalkan nya

Oleh karena itu, prognosis pada pasien ini adalah:

Ad vitam : bonam

Ad sanactionam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : bonam

X. FORMULASI PSIKODINAMIK

Perubahan atau deviasi yang tampak pada perilaku dan pikiran seseorang dapat

disebabkan oleh pelbagai faktor organik, psikologik, maupun keduanya. Pada individu dengan

14 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 15: Naskah Psikiatri Latihan

substrat organik dengan kelainan walaupun tidak tampak dari luar, tetapi didukung dengan

kondisi psikologik tidak menguntungkan, maka konflik dapat tumbuh subur.

Hal ini kemudian dijelaskan dalam sebuah pendekatan psikodinamik. Psikodinamik sendiri

adalah sebuah pendekatan konseptual untuk memandang proses mental sebagai gerakan dan

interaksi energi psikis, yang berlangsung secara intra dan inter individual. Dalam hal ini,

tercakup struktur (kepribadian), kekuatan (dorongan), gerakan (action), pertumbuhan dan

perkembangan.

Adapun struktur kepribadian seseorang terdiri atas tiga komponen yaitu id, ego, dan

superego. Id (naluri) telah ada sejak dilahirkan dan dalam perkembangannya id dapat

berdeferensisasi menjadi ego bila terdapat konflik antara id dan lingkungan yang tidak selalu

dapat memenuhi kebutuhannya. Superego merupakan hasil absorbsi dan pengambilan nilai atau

norma dalam kultur, agama, dan kebaikan yang ditanamkan oleh orang tua. Superego dapat

dianalogikan sebagai wakil orang tua pada kepribadian seseorang yang mengingatkan mana

yang baik dan mana yang buruk.

Ketiga elemen ini saling berinteraksi dan apabila terjadi konflik individu, akan terjadi

ketegangan, ketidakpuasan, kecemasan, dan gejala psikologik lain. Namun apabila seseorang

tidak pernah mengalami konflik sama sekali akan pula mengalami pemanjaan yang berujung

pada hal yang sama dengan diatas.

Pada pasien ini, belum ditemukan adanya stressor yang bermakna. Namun demikian,

pada pasien ini ditemukan faktor genetik yang berperan. Menurut penelitian, pada anak kembar

terutama pada kembar monozigot, apabila yang satu mengidap bipolar maka kembar yang

lainnya berisiko sebesar 40-80% untuk mengidap bipolar juga. Ketika ada stressor minimal

pada pasien, yang dalam hal ini tidak disadari pasien maupun keluarganya, maka pasien yang

tidak mampu beradaptasi terhadap konflik akan memiliki kerentanan lebih untuk menjadi

depresi sebagai salah satu episode dalam bipolar. Stres yang menyertai episode pertama

menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan tersebut dapat

menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi

signal intraneuronal. Ketidak seimbangan ini mengakibatkan pasien sewaktu-waktu dapat pula

bermanifestasi menjadi manik.

XI. TERAPI

15 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 16: Naskah Psikiatri Latihan

a. Psikofarmaka

- Risperidone 2 x 2 mg

- Depacote 2 x 250 mg

b. Psikoterapi

- Memberikan psikoterapi suportif pada pasien untuk meningkatkan ego dan mekanisme

defensif pasien, serta mekanisme pengendalian yang dimiliki pasien.

- Memberikan konseling mengenai gangguan tidur pasien agar pasien dapat menemukan cara

yang dapat membantunya untuk tidur tanpa penggunaan Risperidon terus-menerus

c. Psikoedukasi

Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien mulai dari gejala, penyebab,

pengobatan, risiko pada keluarga lain, pengobatan dan efek sampingnya, prognosis, serta

kekambuhan agar keluarga mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai kondisi pasien.

XII. DISKUSI

Formulasi diagnostic, terapi, dan prognosis

Berdasarkan riwayat gangguan suasana perasaan berupa depresi dan manik disertai gejala

psikotik yang secara klinis bermakna serta menyebabkan penderitaan dan hendaya pada pasien,

maka dapat dikatakan pasien mengalami gangguan kejiwaan.

Diagnosis bipolar ditegakkan berdasarkan hierarki dimana sebelumnya telah dapat disingkirkan

adanya gangguan mental organik dan penggunaan zat psikoaktif serta gangguan skizofrenia

seperti yang telah dijabarkan diatas.

Gangguan suasana perasaan ditandai dengan adanya perubahan mood atau afek, biasanya

kea rah depresi atau elasi. Perubahan ini biasanya disertai dengan perubahan pada keseluruhan

tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu.

Gangguan afektif sendiri dibedakan berdasarkan episode nya, tingkat keparahannya yaitu mania,

hipomanik, depresi serta ada tidaknya keluhan psikotik dan somatik.

Pada pasien, gejala yang muncul pertama merupakan gejala depresi, khususnya depresi

berat dengan gejala psikotik. Berdasarkan PPDGJ – III, pasien memenuhi kriteria episode

depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3) yaitu; afek depresif, kehilangan minat dan

16 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 17: Naskah Psikiatri Latihan

kegembiraan, menurunnya aktivitas, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, tidur dan makan

terganggu, ingin bunuh diri.

Selanjutnya pada pasien terdapat masa penyembuhan sebelum setelahnya pasien

mengalami episode manik. Berdasarkan PPDGJ-III, pasien telah memenuhi kriteria diagnosis

episode mania dengan gejala psikotik (F30.2) yaitu: episode terjadi sekurang-kurangnya 1

minggu, perubahan afek yang disertai dengan energy yang meningkat sehingga aktivitas

berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, waham

kebesaran, terlalu optimistic serta halusinasi yang mood-congruent.

Pada proses penyembuhannya, dapat diamati bahwa pasien berangsur menghilang gejala psikotik

yang dimilkinya, sedang iritabilitasnya masih dirasakan keluarga. Hal ini semakin mendukung

diagnosis bipolar pada pasien.

Saat ini pasien telah menjalani pengobatan secara teratur dengan tanpa kekambuhan

selama 6 tahun, oleh karena itu menurut PPDGJ-III, pasien telah memenuhi kriteria diagnosis

gangguan afektif bipolar kini dalam remisi (F31.7) yaitu; sekarang tidak menderita gangguan

afektif yang nyata selama beberapa bulan terkahir tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya

satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-

kurangnya 1 episode afektif lainnya.

Saat ini pasien mendapat terapi Risperidon 1 x 2 mg dan Depacote 2 x 250 mg. atas

penurunan dosis Risperidon dari sebelumnya (2 x 2 mg) pasien mengeluhkan kesulitan tidur.

Depacot merupakan valproat, yang merupakan obat antiepilepsi yang digunakan sebagai anti

mania. . Pasien yang berespon biasanya mengalami perbaikan gejala yang bermakna satu

minggu setelah mencapai konsentrasidarah tersebut. Efek samping, misalnya sedasi,

peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta trombosit dapat terjadi bila konsentrasi

serum diatas 100 ug/mL. Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut,

terapi rumatan gangguan bipolar, mania sekunder, gangguan bipolar yang tidak berespons

dengan litium, siklus cepat, gangguan bipolar pada anak dan remaja, serta gangguan bipolar

pada lanjut usia. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya anoreksia, mual, muntah, diare,

dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim transaminase, sedasi, dan tremor.

Risperidon merupakan antipsikotik atipikal yang bekerja sebagai antagonis

monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan

dopaminergik D2. Efek samping dari risperidon yaitu sedasi, otonomik dan gejala EPS meskipun

17 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 18: Naskah Psikiatri Latihan

lebih ringan dari antipsikotik konvensional lainnya. Efek sedasi yang dimiliki risepridon tidak

sepoten anti-psikosis lainnya seperti chlorpromazine, thioridazine, clozapine, dan

levomepromazine.

Pada pasien, sudah tidak ditemukan lagi gejala psikotik, oleh karena itu dilakukan

tapering off hingga akhirnya tidak perlu lagi diberikan. Perlu pula di khawatirkan adanya efek

samping seperti yang tertera di atas. Untuk penggunaan depacot sendiri memang diperlukan

hingga jangka panjang atau seumur hidup untuk mencegah kekambuhan. Namun oleh karena

pola pikir dan psikis pasien yang merasa bahwa tanpa Risperidon pasien tidak dapat tidur, maka

pasien kembali meminta agar dosis obat kembali dinaikkan. Untuk itu perlu dilakukan edukasi

dan konseling mengenai hal ini agar pasien kemudian dapat berhenti mengkonsumsi Risperidon.

Tatalaksana secara non farmakologis mencakup psikoterapi suportif baik pada pasien maupun

keluarganya, terutama untuk pengetahuan secara menyeluruh mengenai penyakit yang dialami

oleh pasien, reedukasi pengetahuan yang tidak sesuai, serta penekanan pentingnya kepatuhan

minum obat, kontrol rutin, dan aktivitas bagi pasien.

Prognosis ad vitam, ad functionam, pada pasien ini adalah bonam mengingat keinginan

yang kuat dari pasien untuk dapat sembuh dan dukungan yang baik dari keluarganya. Pasien pun

dapat hidup mandiri dalam hal perawatan diri dan minum obat, serta telah berusaha

mengembalikan fungsi sehari – harinya. Pasien juga responsif terhadap terapi.

Prognosis ad sanactionam dubia ad bonam, karena pada penyakit bipolar kira-kira 7%

dari semua penderita tidak mengalami gejala rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode,

dan 40% menderita gangguan kronis. Oleh karena itu pada pasien masih terdapat kemungkinan

terjadi rekurensi.

Biopsikososial

Secara organobiologis, pada pasien ditemukan gangguan organik berupa keganasan

tiroid. Namun hal ini tidak menyebabkan gangguan yang dirasakan, melihat onset terjadinya

yang baru berlansung selama ±3 tahun terakhir. Namun demikian, telah diketahui bahwa

perubahan kadar tiroid yang bermakna dapat menimbulkan gejala letargi atau sebaliknya, untuk

itu perlu dipantau lebih lanjut. Pada pasien juga ditemukan faktor genetic yang cukup kuat. Hal

ini dapat dilihat melalui kembaran pasien yang juga mengalami hal serupa. Oleh karena itu perlu

diwaspadai adanya kemungkinan kejadian serupa pada keturunan atau keluarga lainnya.

18 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P

Page 19: Naskah Psikiatri Latihan

Gejala psikologis yang tampak pada pasien yaitu barupa gejala depresi dan manik dengan

disertai gejala psikotik.

Secara umum, pasien tidak memiliki masalah yang sangat signifikan terkait dengan

lingkungan dan interaksi sosial yang ada. Justru keadaan lingkungan keluarga yang suportif pada

pasien ini yang kemudian membantu proses penyembuhan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira SD, Hadisukanto G, editor. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.

2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta, 2001.

3. Sadock S. Kaplan and Sadock’s Textbook of Medical Psychiatry. Philadelphia: Elsevier

Sanders, 2004.

19 | N a s k a h L a ti h a n P s i k i a t r i R i v a A m b a r d i n a P