Naskah GEER

87
GEER Tontonan Oleh : PUTU WIJAYA TEATER MANDIRI 1981 PERTAMA KALI MAIN DI TIM AGUSTUS 1981. PARA PEMAIN : RENNY MERDEKA KRIBO ADE DLL

description

naskah geer putu wijaya moga bermanfaat

Transcript of Naskah GEER

Page 1: Naskah GEER

GEER

Tontonan

Oleh :

PUTU WIJAYA

TEATER MANDIRI 1981

PERTAMA KALI MAIN DI TIM

AGUSTUS 1981.

PARA PEMAIN :

RENNY

MERDEKA

KRIBO

ADE

DLL

Page 2: Naskah GEER

GEER

Drama oleh :

Putu Wijaya.

1981

BIMA TIBA-TIBA MATI. SELURUH KELUARGANYA BERKABUNG DAN MERUBUNG DISEKITAR PETI MATI. DUKA, SUKA, BERBAGAI PERASAAN MASING – MASING BERDESAK – DESAKAN DISEKITAR RUANGAN ITU. AYAH, IBU, ISTRI, ANAK, SAUDARA, TETANGGA, TEMAN, TAMU DAN PETUGAS KEAMANAN SEMUANYA LENGKAP HADIR. TAK LAMA LAGI BIMA AKAN DIKUBUR. SEMUA ORANG KARENA SPONTANITAS, PERNYATAAN YANG JUJUR MAUPUN TUGAS, SERENTAK MENANGIS BERSAMA – SAMA DALAM ERANGAN BERSAMA. MEREKA MENGUMPULKAN SEBUAH GELOMBANG YANG BESAR UNTUK MENGGULINGKAN PETI MATI ITU KEDALAM LIANG YANG TELAH MENGANGA. HANYA KEDUA PENGGALI KUBUR YANG TEGAK DISISI PETI DENGAN PACUL DAN STOP KONTAK TAMPAK TENANG. MEREKA MENUNGGU DENGAN SABAR UPACARA MENANGIS ITU YANG TELAH MENJADI SANTAPAN MEREKA SETIAP HARI. DENGAN DINGIN DAN PERASAAN YANG JAUH DARI PERISTIWA ITU MEREKA JUGA MENGHISAP DAN MENGEBULKAN ASAP ROKOKNYA.

PENGGALI KUBUR : Hee Jon, kau tahu nggak? Malam ini ! (menunjukan jempol)

PENGGALI KUBUR :Apa? si Elvi lagi, hah (meludah)

PENGGALI KUBUR :Heeee ! Tunggu dulu, jangan macam – macam. Belum tahu ya? (mengeluarkan dompet) Lihat !

PENGGALI KUBUR :Nyopet dimana lagi itu. Kok belum sadar – sadar juga. Umur kamu sudah berapa bob? Mau jadi kecoa terus?

PENGGALI KUBUR :Loh, bukan dompetnya. Isinya ! (membuka dompet) Lihat ! Lihat tidak? Isi nya Jon ! Lihat dulu ! (melemparkan dompet – Jon menangkap) Tapi jangan terkejut. Aku minta asal kau jangan terkejut. Boleh lihat. (Jon melihat)Sekarang tidak perlu ngebacot dari A sampai Z, tapi bukti menjadi saksi. Sudah? Lihat kan?

PENGGALI KUBUR :Hah ! Apa ini !

PENGGALI KUBUR :Lihat dulu ! Lihat !

Page 3: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Sudah aku lihat, tapi aku tidak terkejut ! ini kan si yeni. Yeni yang biasa parker ditukang ketoprak itu kan? Hah ! Jon kau sudah tua, sudah banyak ketinggalan. Sadar dong, belum terlambat untuk insaf.

PENGGALI KUBUR :Bukan itu ! tunggu. Dibawahnya. Coba ambil dibawahnya. Dibawahnya Jon, kau jangan ketawa dulu. Lihat dibawahnya. Nah sekarang boleh ketawa. Kejutan kan?! (Jon tertawa terbahak – bahak) kenapa? Hebat? Oke kan?

PENGGALI KUBUR :Ini si tuty yang suka makan kutu itu ya. Ini kejutan?Bob, Jon tidak sombong ini. Kau tombok Jon dengan Smirnof belum tentu mau melirik pada si Tuty yang bau itu. Apalagi melirik, ngomong atau….. oh, sorry kawan, kita punya selera memang lain.

PENGGALI KUBUR :Bukan,bukan si tuty. Masyaallah, jelek – jelak begini aku juga tahu standar. Siapa sih yang usil naruh potret si Tuty disitu. Coba di bawahnya. Coba !

PENGGALI KUBUR :Buat apa mengahbis – habiskan waktu saja. Kalau dua wajah sudah ketengan seperti ini, boleh dikata dibawahnya barang afkiran. Payah jon, kenapa sih kamu masih milih barang – barang kodian. Tingkatkan dong selera sedikit. Masak si Yeni, si Tuty, siapa lagi. Ini pasti si Maria yang gila yang suka nyomot – nyomot anak sekolah itu ! (mengeluarkan – langsung ketawa) Gila, bener ! Jon ! Payah Jon ! (melemparkan ke temanya)

PENGGALI KUBUR :Loh bukan. Dibawahnya ada lagi. (memungut) siapa sih yang sudah jahil naruh foto Maria disini? Edan ! (melihat dompet) Oooooo pantas ! ini bukan dompet aku. Ini bukan dompet aku, pantesan. Pasti ada yang nukar ini. (memasukan dompet kesakunya) tadi malam kau tahu kan aku tidur di warung didepan gerbang. Ini dompet si Maria, bukan dompet aku. (Jon terus ketawa) Diam ! Jangan ketawa, Jelek kamu ! Pokoknya ,mala mini begitu terima cek, langsung tancap keatas. Biasa, sama my friend, mahasiswa kedokteran anak jendral dari kebayoran. Ada potretnya. Mana ya? (mencari dikantung – kantungnya)

PENGGALI KUBUR :Hee Bob, percuma kalu Cuma ngubek – ngubek Tuty dan Yeni. Percuma kalau Cuma nyimpan potret. Bukan kita yang menyimpan cinta, tapi cinta kita disimpan oleh si Tuty, Yeni, Maria, Ahomy, Kiky dan lain – lainya. Ini baru namanya sukses, man. You no? (langsung menyanyikan sebuah lagu dang – dut yang sentimental) Pokoknya Bob, modal dengkul tapi kita berakin dunia ini. Hah ! (manghentak kan kaki – gemerincing uang logam berjatuhan dari kantungnya) Busyet ! Uang kecil – kecil ini memang selalu bikin susah. Gresi ! (muali memungut uangnya)

SEMENTARA YANG MENANGIS TAMBAH SERU. SESEORANG MAJU KEDEPAN PETI MATI DAN MERATAP BERKEPANJANGAN.

Page 4: Naskah GEER

NENEK :Tuhan, betapa tegaNya Engaku merenggut anak muda harapan kami ini. Anak lelaki ini telah berjuang sejak kecil dengan geregetan, sekarang kau sikut begitu saja, seakan – akan tidak ada yang lebih layak untuk diterik dari peredaran, padahal disitu dipinggir kali banyak orang tua – tua yang ogah hidup lagi dengan sukarela akan menyerahkan bacotnya kalu Kamu panggil. Tetapi cucu saya ini. Terlalu….. nggak salah ini. Barangkali salah panggil ya ! Hati – hati dong. Lihat akibatnya. Satu grombolan disini sampai copot matanya menangis. Itu lihat anak – anaknya, istrinya, mertuanya, dan yang lain – lain. Lihat saya, hamba Mu yang sudah bangkotan ini. Aku memang tidak menangis, karena sejak zaman Belanda, Jepang sejak zaman revolusi aku sudah menangis habis – habisan. Mataku sudah kering. Kalau aku menangis lagi, nanti mataku copot dari liangnya, nanah yang sudah pernah keluar dari mata tua ini. Meskipun tidak menagis, hatiku sudah berantakan, berserakan diamana – mana. Sungguh mati gusti, aku tidak bias menerima ini. Aku protes ! ya nggak? (Tanya kepada orang – orang lain) Heee ya nggak? Kalian kok takut bilang nggak kalau memang tidak. Apa gunanya menangis tiga hari tiga malam kalau dalam hati kalian setuju. Ini bukan sandiwara Nduk! Mereka tidak berani bicara karena penakut, akulah yang mewakili mereka. Aku tidak setuju semua ini. Tidak. Ini tidak adil ! coba bayangkan. Cucu saya ini anak – anaknya masih kecil – kecil. Penyakitan lagi. Dia sudah berjuang….. (tidak dapat melanjutkan kata – katanya)

ANAKNYA DATANG DAN MEMEGANGNYA. BEBERAPA ORANG LAIN KEMUDIAN MEMBAWANYA KEBELAKANG.

IBU :Sudah aku bilang jangan terlalu emosi. Kita cukup dari belakang, biar yang muda – muda saja berjuang.

BAPAK :Maafkan ibu saya, dia memang suka bertindak sendiri. Tetapi terus terang ini pahit sekali. Tapi yah apa ini memang nasib atau takdir jadi harus begini. Yang jelas apa yang dikatakan ibu saya itu benar. Anak saya ini, anak yang paling tua, maksud saya dia merupakan andalan saya untuk menghidupi adik – adiknya yang lima belas orang dan masih kecil – kecil. Saya beri nama dia Bima dulu dengan harapan supaya dia bisa sekolah seperti Bima, sehingga bias melindungi keluarganya. Ternyata nama tak ada gunanya. Bahkan namanya yang kukuh itu justru seperti menyindir sekarang. Kalau saya tahu dia begitu ringkih seperti ini, dulu pasti saya namakan Petruk saja, sehingga tepat dengan keadaanya sekarang. Hanya Petruk yang pantas digeser – geser seenak perut sperti ini. Terus terang, apa kata ibu saya, saya dukung. Kami merasa diperlakukan tidak adil. Antara jasa – jasa dan kegunaanya – dalam hal ini anak saya Bima – manfaatnya baik untuk keluarga dan masyarakat dilingkungan RT, RW dan yah mungkin boleh dikatakan ditingkat nasional – jauh lebih besar dari nasib yang diterimanya sekarang. Saya tidak meniup gelembug sabun. Bukti – bukti ada. He coba itu bawa kemari semua jasa – jasa almarhum. Semua. Semua. Itu yang dibawah meja, yang di gudang juga. Ayo cepat.

Page 5: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Jon ! payah ini. Kalau begini naga – naganya bakal lama. Aku bisa – bisa dilabrak si Nensi ini, habis di cancel lagi rencana ke atas. Melayu memang payah.

PENGGALI KUBUR :Gresi ! ini penguburan atau hajatan?

BEBERAPA BUAH BUNGKUSAN BESAR – BESAR DENGAN BERMACAM – MACAM WARNA TURUN PERLAHAN – LAHAN DARI ATAS DISERTAI BUNYI – BUNYI YANG UNIK. BUNGKUSAN – BUNGKUSAN ITU TETAP MENGGANTUNG – TIDAK MENGGANGGU.

BAPAK :Yang dibawah kolong sudah?

SESEORANG :Belum pak, besar sekali ini !

BAPAK :(kepada penggali kubur) Mas, mas coba tolong !

PENGGALI KUBUR :Ayo Bob mainkan

PENGGALI KUBUR :Kaulah kan kau yang dia minta. Matanya kesitu, masak yang aktip disini.

SESEORANG :Saya minta dua – duanya

PENGGALI KUBUR :Oke, boleh. Apa yang harus diangkat?

PENGGALI KUBUR :Asal jangan jauh – jauh Mas.

SESEORANG :Tidak. Cukup disitu. Ini semua jasa – jasa almarhum sudah ada disini. Saudara bias lihat semua itu diatas bergantungan?

PENGGALI KUBUR :Bisa.

SESEORANG :Saudara – saudara lihat juga kami semua disini yang dilimpahi oleh jasa – jasa itu. Saudara lihat kami semua?

Page 6: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Jelas. (kepada kawannya) He dia mau apa sih ini?

PENGGALI KUBUR :Sudah Bob, ya saja, biar cepet.

SESEORANG :Saudara lihat?

PENGGALI KUBUR :Ya.

SESEORANG :Keduanya sudah melihat?

PENGGALI KUBUR :Ya.

SESEORANG :Dan saudara?

PENGGALI KUBUR :Namanya Jon.

SESEORANG :Saudara Jon, sudah lihat?

PENGGALI KUBUR :Ya.

SESEORANG :Apa yang saudara lihat?

PENGGALI KUBUR :Loh ! Semua saya lihat.

SESEORANG :Jelas?

PENGGALI KUBUR :O Jelas ! Bagaimana sih? Tadi kan disuruh melihat?

PENGGALI KUBUR :Tenang Jon, kalem saja, ya saja.

PENGGALI KUBUR :Oke, ya !

SESEORANG :Jadi saudara – saudara berdua sudah melihat? Merasakan? Sekarang saudara lihat disekeliling saudara.

Page 7: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Ya !

SESEORANG :Saya minta saudara melihat ! melihat cermat !

KEDUA PENGGALI KUBUR MELIHAT SEKELILINGNYA DENGAN CERMAT.

PENGGALI KUBUR :Kalau si Nensi melihat ini, aku bias dikoit.

SESEORANG :Saudara lihat tetangga – tetangga saudara, rekan – rekan saudara. Atasan saudara, orang – orang di jalan, orang – orang yang belum saudara kenal. Saudara lihat masyarakat seluruhnya, seluruhnya. Dan bandingkan dengan teman saya almarhum ini. Dengan jasa – jasa begituuuuu banyak, dalam umur hanya seperempat abad kok tiba – tiba saja disikat. Sementara – sementara disekeliling saudara – saudara bajingan – bajingan yang harusnya dibasmi malahan hidup enak, sehat dan terkekeh – kekeh. Ini tidak layakkkkkk ! (dia lari dan hendak memukul peti)

JON DAN BON DENGAN SIGAP HENDAK MENGHALANGI.

BAPAK :Sudah, cukup ! (orang tadi yang memang tidak bermaksud untuk berbuat apa – apa juga menghentikan usahanya)

SESEORANG :(Kepada Bob dan Jon) Jadi saudara lihat sendiri, ini semua tidak layak. Saya tersinggung sekali, tapi saya tahu saya, kami, kita, semua tidak bisa, tidak bisa berbuat apa – apa. Dokter – dokter kita, laboratorium kita, buku – buku kita, kebijaksanaan – kebijaksanaan professor – professor kita belum bisa menolak kematian. Apalagi menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Ini tragis !

PENGGALI KUBUR :ya !

SESEORANG :Saudara mengerti bukan?

PENGGALI KUBUR :O ya !

PENGGALI KUBUR :Lagak mu Jon !

Page 8: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Habis mau apalagi?

SESEORANG :Lihat, lihat, dua orang lata yang hidup bagai kadal di kuburan ini saja bisa mengerti. Mengapa?

PENGGALI KUBUR :Wah ini sudah mulai kurang ajar namanya. Gresi !

PENGGALI KUBUR :Ssstttt ! Biar cepet saja.

SESEORANG :Ya Tuhan, mengapa?

IBU MELUNCUR DARI KERUMUNAN ORANG MENGAHMPIRI ORANG ITU.

IBU :Nak Bruno, terimakasih. Ibu bisa merasakan perasaan mu. Kadang – kadang seorang sahabat lebih dari saudara sendiri. Kehilangan sahabat sering seperti kehilangan nyawa sendiri. Ini namanya sobat sejati, yang membela waktu kita sedang menderita seperti ini. Tenangkan perasaan mu. Anak saya Bima, jelek – jelek adalah orang yang paling tidak suka kalau dia merepotkan orang lain. Benar ini ketidak adilan, tapi jangan sampai, mengganggu usaha – usaha lain. Jalan saja terus sampai sukses, tebus dan balikkan ketidak adilan ini dalam hidup mu sendiri supaya ada keseimbangan. Ini satu – satunya cara kita untuk melukai nasib yang sudah merobek – robek manusia. Kita sudah dinjak, tapi kita tidak bisa membalas langsung, biar, biar saja, tidak apa. Ibu satu – satunya diantara keluarga kami yang tidak menangis sejak dulu sampai sekarang, karena ibu sebel tapi ibu yakin, yakin seyakin – yakinnya semua ini akan terbalas. Kamulah yang harus membalasnya, kamu semua yang masih bernafas, punya kesempatan. Kepal tangan mu Bruno, kepal keras – keras. Kamu harus siap. (Bruno megepalkan tangannya dan mengacungkannya) Sudah, kembali kesitu dulu ! (Bruno kembali dengan patuh)

BAPAK :Tenang Bu, kamu belum sembuh benar.

IBU :Ya sudah sakit bertahun – tahun. Aku sudah ditakdirkan sakit. Aku tidak akan mengoceh banyak – banyak, bapaknya sudah berkoar – koar tadi disini sampai berbusa mulutnya, toh semuanya tidak ada yang berbuah. Tetap saja begini, tetap saja begini seperti beton mati. Tidak tembus oleh tangisan kita semua. Aku tidak mau lagi bicara. Cuma tolong, tolong lihat mau diapakan kelima belas adiknya yang masih memerlukan tunjangan ini. Mau daipakan istrinya yang lemah dan anaknya yang penyakitan. Ini bukan membunuh orang, tapi ini membunuh kami semua, perampokan, pembunuhan yang kejam, bantai – bantaian, aduh, keji !

Page 9: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Gresi ! Aku baru tahu orang ini mati terbunuh.

IBU :Berikan aku pisau !

PENGGALI KUBUR :Jon !

IBU :Cepet !

PENGGALI KUBUR :Jon !!!!

JON SEGERA BERGEGAS MENGULURKAN PISAU. TAPI IBU TERUS BICARA. JON BENGONG.

IBU :Berikan aku racun ! Berikan aku senjata ! Cepat !

PENGGALI KUBUR :Ini (mengulurkan pisau didepanya – berhadapan)

IBU :Gantung aku sekarang sampai mampus, asal nyawaku bisa menggantikan anak ku ini. Biar aku mati, tapi biarkan dia hidup. Tuhan……… (Penggali kubur langsung membekuk lalu kembali pergi kembali ketempatnya sambil mengrundel)

PENGGALI KUBUR :God Verdom zeg, sialan. Kirain bicara sama Jon

IBU :Tuhan, dengarkan permintaan ku ini. Sekali saja. Sekali ini saja ! Jangan punahkan keluarga ku ! Jangannnn !!!!!

TIBA – TIBA TERDENGAR SUARA MENGGELEGAR. GELAP. HANYA DI TEMPAT PETI MATI TERANG. ISTRI MUNCUL BERSAMA ANAK – ANAKNYA KE DEKAT PETI ITU.

PENGGALI KUBUR :Bob, lihat ini siapa. Iatrinya?

Page 10: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Wah, Cantik ya. Lewat ini si Nensi. Sialan !

PENGGALI KUBUR :Siap – siap Bob.

PENGGALI KUBUR :Memangnay kenapa?

PENGGALI KUBUR :Ya kalu perlu bantu – bantu megangin nanti kalau pingsan.

PENGGALI KUBUR :Boleh deh.

ANAK – ANAK BIMA MEMBAWA KARANGAN BUNGA. ISTRINYA DIAM MEMBISU. MEREKA TEGAK DEKAT PETI ITU BEBERAPA LAMA.

PENGGALI KUBUR :Ini film bisu apa?

PENGGALI KUBUR :Punya istri cantik memang payah Jon. Lakinya mati, orang lain malah seneng ngincer kesempatan. Ini yang bikin Bob selalu ragu – ragu pilih pasangan.

PENGGALI KUBUR :Mungkin perlu dibantu Bob. Buka tutup peti. (keduanya mendekat – waktu itu wanita itu bicara)

ISTRI :Mas Bima. Ini aku dan anak – anak mu. Mereka semuaya percaya kita sudah dipisahkan untuk selama – lamanya. Sekarang ya tidak bisa lagi menjadi tidak dan tidak tidak bisa menjadi ya. Semuanya sudah pasti aku hanya tertawa. Mereka selamanya hanya melihat kulit, selama ini semuanya keliru. Akhirnya memang hanya kita berdua yang tahu apa arti semua ini. Nanti aku akan menginsafkan anak – anak ini sedikit demi sedikit. Apa sebenarnya dibalik semua ini. Biarlah dulu mereka merasakan sedih, itu perlu, supaya mereka dewasa. Aku hanya merasa rindu dan barangkali akan kangen sekali. Tetapi percayalah aku akan tenang. Sampaikan salamku pada semua orang disana. Katakana aku tidak bisa ikut, tidak bisa dating kali ini, mungkin nanti Hari Raya yang akan dating aku bisa menemani mu, kalau bisa juga semua anak – anak akan kita bawa, asal sekolah mereka tidak terganggu. Katakan aku sendiri yang membeli oleh – oleh itu, tapi jangan katakana semua biayanya dari celengan anak kita yang paling kecil. Jangan, nanti mereka rikuh menerima. Katakana saja sedanga ada duit lebih. Tapi jangan lupa, kalau nanti kembali, jangan minta apa – apa dari mereka. Yah, kalau kamu ada uang lebih boleh beli sesuatu untuk anak – anak. Jangan lupa selimut untuk nenek. Sandal untuk ibu dan pipa untuk bapak. Aku sendiri tidak minta apa – apa. Cukup asal kamu sehat dan tidak macam – macam disana, kan kabarnya wanita cantik – cantik. Tapi aku percaya mas, aku percaya seratus persen kepada mu. Hanya saja kalau bisa, jangan pergi lebih dari sebulan. Nanti

Page 11: Naskah GEER

aku mati kesepian. Ya? Ya? Kok diam. Senyum – senyum saja. Ada apa? Baik – baik ya, kami akan menunggu mu, kirimlah surat banyak – banyak. Dan kalau pulang kabarkan jelas paki kereta yang mana, supaya kami semua bisa menjemput ke stasiun. Aku sudah lama tidak ke stasiun. Ya, kabarkan ya nanti. Kok diam – diam saja. Senang ya pergi. Kangen ? sudah mulai kangen ? (ketawa) tak apa. Kami semua akan menjaga diri baik – baik, percayalah. Daag papa……

ANAK :(menangis ibunya) sudah bu, jangan menyiksa diri terus.

ISTRI :Loh kamu kok tidak ngedahin Papa mu. Ayo angkat tangan. Angkat tangan. Daag Papa…… (mengambil tangan anaknya dan mengangkat)

ANAK :Sudah bu, buat apa nyakiti hati sendiri !

ISTRI :Kamu semua kok begitu. Bapak mau berangkat dibiarkan saja. Ayo dong gembira sedikit, senyum, ketawa kek, supaya enak pikiran orang yang pergi. Ayo buat apa bunga itu dipegang saja. Kasikan dong !

ANAK :Sudah lah Bu.

SALAH SEORANG ANAK MENARUH BUNGA.

IBU :Kok bisu. Minta kek oleh – oleh apa. Jangan takut, orang kan seneng kao dimintain apap – apa. Bapak namanya. Ayo, jangan cangok ! Minta saja. Motor kek. Mainan. Buku. Makanan. Apa saja ! bukan sungguhann. Pemanis – manis namanya supaya bapak mu merasa dibutuhkan. Ah ! gimana sih. Begitu saja lupa. Ayo ! memalukan, nyenengin orang tua saja tidak mau.

ANAK :Tapi Bu, mana mungkin.

ANAK :Sudah jangan. Biar saja.

IBU :Biar apa? Biar tidak ngomong? Cangok. Ayo ngomong.

ANAK :Sudah, sudah Bu. Relakan saja.

IBU :Ini lagi sok tua. Relakan, relakan apa? Memang rela, tapi kan supaya yang pergi seneng sedikit.

Page 12: Naskah GEER

Makanya jangan muka seribu semua. Kalau sama orang bisa ketawa, sama bapak sendiri kok pasang muka topeng.

ANAK :Sudah Bu berhenti !

IBU :Loh kok kamu membantak. Mau durhaka sama orang tua?

ANAK :Sama sekali tidak.

IBU :Kalau tidak kenapa membentak, membangkang?

ANAK :Bapak kan sudah…

IBU :(menampar) Diam ! (dia sendiri terkejut pada perbuatan nya sendiri lalu diam, diam)

BEBERAPA SAAT KEADAAN SEPI.

PENGGALI KUBUR :Awas Jon.

PENGGALI KUBUR :Aduh Bob, dadaku kok kempot – kempotan.

SEPI. TAPI KEMUDIAN TIBA – TIBA SAJA ISTRI MENJERIT PANJANG.

ISTRI :Masssssssssss ! (ia langsung hendak membuka peti hendak mengobrak – abriknya) Massssssssssssssssssss !

PENGGALI KUBUR :Awas Jon ! Tolong, jangan dibiar !

PENGGALI KUBUR :Gresi. Ini mau apa?

Page 13: Naskah GEER

ISTRI :Masss, jangan pegi Mas ! Jangan tinggalkan aku ! jangan tinggal kami. Pulang ! Pulanggg ! (memukul peti)

PENGGALI KUBUR :Cepat pegang Bob !

PENGGALI KUBUR :Petinya atau dia?

PENGGALI KUBUR :Pokoknya pegang mana yang penting.

KEDUA PENGGALI KUBUR MEMEGANG PETI. ISTRI TERUS MENCOBA MEMBUKA DAN MEMUKUL – MUKUL SAMBIL MENANGIS. ANAK – ANAKNYA DIAM SAJA.

ISTRI :Kembalikan suamiku ! kembalikan bapak anak – anak ku. Siapa yang sudah membunuh dia? Terkutuk, bangsat, tega kamu membunuh orang kecilan. Siapa nanti yang menanggung hidup keluarga kami kalau dia pergi. Jangan pergi ! jangan pergi Mass ! kembaliiii ! pulanggg ! buka petinya ! buka !

PENGGALI KUBUR :Tidak mungkin sudah di paku.

ISTRI :Buka goblok ! kenapa kamu masukan suamiku kedalam peti. Dia bukan barang ! Buka !

PENGGALI KUBUR :Bagaimana ini Bob.

PENGGALI KUBUR :Jangan terpancing.

ISTRI :Buka ! Buka ! (menendang – nendang) Kalau tidak mau buka aku gebuk kamu ! (mengambil kayu hendak memukul penggali kubur)

PENGGALI KUBUR :Jon. Mati aku !

PENGGALI KUBUR :Pasrah saja Bob ! Demi tugas harus berani mati !

PENGGALI KUBUR : Hee, ini bagaimana, anak – anaknya kok diam saja. Petinya mau dibetot, pegangin kek sedikit ! (kena tendang) Aduh ! Loh Jon ! Aku bisa panas ini.

Page 14: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Tahan sebentar ! (kepada orang lain) Pak ! Pak ! Hidupkan lampunya ! Tolong, ini bagaimana kok jadi begini !

BAPAK :Sudah lah Sita, relakan saja suami mu, jangan begini. Nanti jalanya seret kesana.

IBU :Ini buktinya. Kalau tidak adil memang begini. Semua orang bisa gila. Aku kalau tidak ingat – ingat sudah kemaren – kemaren mengamuk.

SESEORANG :Selama tidak ada keadilan, dia akan terus seperti itu. Biar saja, supaya jelas.

PENGGALI KUBUR :Mau dibiarkan begini?

PENGGALI KUBUR :Kalau dia buka peti bagaimana?

ISTRI :Mas, bangun Mas. Jangan mau dibeginikan. Berontak dong ! jangan nyerah begitu saja ! (membuka peti)

PENGGALI KUBUR :Tahan Jon.

PENGGALI KUBUR :habis disitu yang punya diam saja. Lihat ! Mau dibuka. Kalau tidak bisa dibuka mungkin dia akan menyeret.

ISTRI :Hee anak – anak ! ayo jangan bego semua. Bapak kamu diperlakukan tidak adil. Ayo buka, apa ini. Buat apa bapak dibeginikan. Jangan dipaksa kalau orang masih banyak tanggungan. Jangan dipaksa ! Mass jangan mau ! jangannnnnnn. O Gusti, sampai hati, sampai hati merampas milik kami yang paling berharga. Kembalikan, kembalikan suamiku…… (berlutut dan menangis)

ANAK –ANAK MENDEKATI IBUNYA. PENGGALI KUBUR KEMUDIAN MENGEMBALIKAN PETI KETEMPAT SEMULA. ORANG – ORANG MENDEKATI ISTRI ITU. IBU MASIH MEGANG PISAU.

BAPAK :Aku tidak bisa menyalahkan siapa – siapa. Dia yang memang paling menderit.

SESEORANG :Ini menunjukkan bahwa almarhum memang orang berguna.

IBU :Anak ku memang orang baik, anak lelaki teladan. Tapi kenapa dia harus mati. Kenapa kalian biarkan dia mati?

Page 15: Naskah GEER

BAPAK :Sudah jangan menyalahkan orang lain.

TIBA – TIBA ISTRI MEREBUT PISAU DITANGAN IBU DAN HENDAK MENIKAM DIRINYA. SERENTAK SEMUANNYA MENJERIT DAN MEMEGANGNYA SERTA MERAMPAS PISAUNYA. ISTRI MENJERIT KEMUDIAN PINGSAN. SEORANG ANAK MENDEKAT PETI MATI.

ANAK :Ayah, kenapa ayah tidak jaga diri. Sekarang akibatnya kami semua menderita. Ini baru permulaan ayah.

ANAK :Bagaimana nanti kalu Ibu gila?

ANAK :Siapa nanti yang akan mengambilkan raport kami dan membayar uang sekolah. Kalau ada yang menghina kita, siapa yang akan membela?

ANAK :Apa ini semua perlu ayah? Buat apa?

ANAK :Ayah, katakana semua ini hanya lelucon.

ANAK :Justru pada saat kami mulai mengerti arti kehadiran ayah, kami merasa ini keterlaluan. Ini tidak lucu. Mestinya ada yang lebih baik buat kita.

ANAK :Ayah, kami menyesal.

ANAK :Lihat kami ayah, kami semua disini, dengarkan kami.

PENGGALI KUBUR :Jon, apa orang mati bisa melihat, bisa mendengar?

PENGGALI KUBUR :O ya dong, tapi dia tidak bisa bicara.

PENGGALI KUBUR :Jadi semua ini dia dengar?

PENGGALI KUBUR :Jelas. Kalu tidak, buat apa mereka bicara.

Page 16: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :heran kamu kok tahu?

PENGGALI KUBUR :Aku pernah mati.

PENGGALI KUBUR :Busyet ! (mendekati peti) maaf, petinya jangan diutak – atik

ANAK :Bisa buka petinya sebentar?

PENGGALI KUBUR :Jon ini mau dibukain peti, boleh nggak?

PENGGALI KUBUR :Maksudnya apa? Dibuka juga tidak ada gunanya Mas, tidak akan hidup lagi.

ANAK :Kami ingin menyanyi dan adik saya ini mamu membacakan sebuah sajak untuk Papa.

PENGGALI KUBUR :Boleh saja.

PENGGALI KUBUR :Tapi pa perlu?

PENGGALI KUBUR :Jon, itu urusan mereka dong.

PENGGALI KUBUR :Oke, silahkan, asal jangan lama, teman saya ini mau keatas dengan pacarnya.

ANAK :Kalau begitu buka dulu petinya.

PENGGALI KUBUR :Wah apa perlu.

ANAK :Kalu peti tidak dibuka, kami tidak bisa bernyanyi.

ANAK :Saya ingin membacakan sajak sambil melihat muka Bapak. Ini bapak saya kan?!

PENGGALI KUBUR :Bagaimana Jon?

PENGGALI KUBUR :Coba tanya mereka?

Page 17: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :(kepada orang lain dibelakang.) maaf Pak, apa petinya bisa dibuka sebentar?

SESEORANG :Saya kira jangan ah, masak dibuka lagi, rasanya kurang baik, seperti menyepelekan.

BAPAK :Bagaimana Bu?

ANAK :Kami ingin menyanyi. Apa kami tidak boleh menyanyi untuk terakhir kalinya buat bapak? Kapan lagi dia bisa mendengar kami menyanyi?

IBU :Boleh menyanyi, tapi jangan dibuka. Sita, bangun, anak – anak mu ingin membuka peti. Boleh tidak?

SESEORANG :Saya kira orang yang sudah tenang jangan diganggu lagi. Menyanyi saja dari luar.

ANAK :Tidak bisa.

ANAK :Saya tidak akan deklamasi kalau peti ini tidak dibuka. Ayo !

IBU :Tunggu dulu. Kalau Ibu mu bilang ya, boleh. Kalau tidak, ya jangan. Dia yang paling berhak menentukan sekarang. Dia yang paling menderita. Ayo Sita, sadar. Lihat anakmu ingin buka peti.

ISTRI :(mulai bangun) Jangan dibuka lagi. Biar dia beristirahat dengan tenang. Kenapa kita mengganggu dia terus. Cepat kuburkan. Jangan halangi terus suamiku, biarkan dia beristirahat.

PENGGALI KUBUR :Itu dengar. Tidak boleh dibuka lagi.

PENGGALI KUBUR :Sebetulnya tidak sulit membuka, tapi kalau tidak boleh bagaimana? Bob, kita pasang saja pakunya biar paten. (cepat keduanya memukulkan palu)

NENEK :Tunggu !!!! Siapa bilang tidak boleh dibuka? Ini permintaan anak kecil yang jujur kok ditolek. Kapan lagi dia bisa menunjukan cintanya kalau tidak sekarang? (menghampiri) Ayo kamu berdua minggir dulu, ini urusan keluarga. Tunggu saja disitu. Kadal kalau dikasih hati jadi buaya. Mundur !

ISTRI :Nenek, jangan nenek.

Page 18: Naskah GEER

NENEK :Sudah diam dulu kamu. Biar anak – anak ini diberi kesempatan. Bagaimana tadi? Kamu mau menyanyi?

ANAK :Enggak, nggak jadi.

NENEK :Loh kenapa? Tadi sudah minta, ini kesempatan kalian yang terakhir, besok tidak bisa melihat wajah bapak lagi.

ANAK :Saya berubah pikiran nek.

NENEK :Ya kenapa?

ANAK :Tidak kenapa – kenapa

NENEK :Ah pasti ada apa – apanya. Takut ibu mu, takut sama kadal itu (menunjuk penggali kubur) kalau mau buka saja. (dia mau buka sendiri tapi susah) pokoknya kalau mau akan dibuka.

ANAK :Tidak, tidak jadi nek, terimakasih.

NENEK :Kenapa?

ANAK :Itu kan hak saya?

NENEK :Ya makanya, kalau mau dibuka, akan nenek buka.

ANAK :Maksud saya, hak saya untuk tidak mau membukanya.

NENEK :Aku tidak mengerti. Kamu juga?

ANAK :Saya mau.

NENEK :Mau apa?

ANAK :Mau deklamasi dan peti itu harus dibuka.

Page 19: Naskah GEER

NENEK :Kamu lebih jujur dari kakak mu itu. (kepada penggali kubur) Hee, sini, coba buka.

PENGGALI KUBUR :Tadi bilang kadal, sekarang minta tolong. Gresi.

PENGGALI KUBUR :Kalem Jon, maklum orang tua, sudah busuk.

NENEK :Cetpet ! (kepada yang lain) kemari semua. Ini kesempatan kamu yang terakhir melihat dia. (menepuk peti) Hee Bima, nenek mau buka dulu peti mu sebab anak mu mau menyanyi untuk kamu. Kapan lagi dia bisa nyanyi kalau bukan sekarang. (kepada orang banyak) kemari. Ini bukan dagelan. Lihat ba ik – baik wajahnya, masak orang sebaik ini digasak begitu saja. Ini memang kebangetan. Ayo kamu cepet buka, jangan ngobrol saja. Sita kemari kamu, disini dekat suami mu, sini tunjukan cinta kamu supaya senang dia pergi. Cepet !

PENGGALI KUBUR :Duh galaknya, nek.

NENEK :Kalau tidak galak, mana mau kamu kerja.

PENGGALI KUBUR :Benar juga.

SEMUA ORANG MENGAMBIL POSISI. PETI TERBUKA. SEMUA ORANG MENANGIS LAGI.

PENGGALI KUBUR :Aduh mulai lagi dari mula.

PENGGALI KUBUR :Kalau nasib belum setuju, ke atas hanya khayalan terus.

NENEK :Sudah cukup ! aku tidak mau mendengar orang yang menangis lagi. Diam sekarang. Kita semua sedih. Sama – sama sedih. Ada yang kurang tampak sedih tapi hatinya sedih. Sekarang beri kesempatan anak ini (menunjuk) kamu sudah siap?

ANAK :Sudah nek.

NENEK :Kamu kemari Sita. Duduk disini. (istri tidak mau) kemari !

ISTRI :Tidak.

Page 20: Naskah GEER

NENEK :Tidak? Kenapa?

ISTRI :Tidak, jangan.

SESEORANG :(mendekati memegang istri) mungkin dia takut Bu.

NENEK :Kenapa takut? Ini suami kan? Memang sudah jadi mayat, tapi ken tetap suami mu? Ya tidak?

ISTRI :Ya.

NENEK :Ayo kemari ! Jangan memalukan ! Nanti orang mengira hanya cinta kalau dia masih hidup kalau sudah mati luntur cinta apa itu. Ayo disini. (Istri mendekat)

SESEORANG :(memapah) Sudah tidak apa – apa. Aku disini.

BAPAK :Ikuti saja permintaan nenek.

NENEK :Ini bukan permintaan ku, permintaan anaknya.

IBU :Bima ! (menubruk peti dan menangis)

NENEK :Jangan menangis lagi. Duduk (kepada istri) kamu (kepada seseorang) jangan disini, disitu saja. (dia sendiri bersimpuh) dengar. Semua dengar aku, bukan? Sekarang aku akan bengunkan bima sebab anaknya mau nyanyi.

ANAK :Deklamasi.

NENEK :Ya menyanyi. (kepada istri) pejamkanmatamu kalau takut. (istri memejamkan mata)

PENGGALI KUBUR :Mau apa dia Jon?

BAPAK :Diam ! jangan ada yang bicara.

NENEK :Sekali lagi ada yang bicara, aku akan marah. (menunggu dengan tenang) Ya baik. Cucuku, bangunlah sebntar, lihat sekali lagi semua disini, semua yang akan kamu tinggalkan. (merogoh ke peti dan

Page 21: Naskah GEER

membangunkan Bima yang tadi berbaring, dengan keapla Bima ditanganya ia terus bicara) Lihat disini ada aku, ibu mu, bapak mu, istri mu, anak – anak mu, teman – teman kerja mu, bahkan atasan mu juga mengirimkan kembang, karena beliau ada rapat diatas. Semua ada disini. Mereka banyak sekali, itu tandanya kamu punya banyak teman. Nenek senang melihat banyak yang membela mu, artinya dulu kamu banyak membela orang lain. Lihat disana semua jasa – jasa mu akan tetap dikenang oleh orang lain. Bahkan semua orang sudah protes mengatakan ini keterlaluan. Ini tidak adil. Sekarang (kepada istri) pejamkan terus matamu. Biar kamu beristirahat di dada istrimu untuk mendengarkan anak mu menyanyi. Jangan buka matamu pegang saja. (meletakan mayat itu bersandar ke dada istri) jangan menangis, jangan takut. Aku tidak ingin ada yang menangis lagi, biar dia tenang, biar dia… (dia sendiri menangis)

SEMENTARA IBU DAN NENEK MENANGIS. ANAK MULAI SEMPOYONGAN. DIA HENDAK MENANGIS TAPI TERTAHAN – TAHAN. KETIKA DIA HENDAK REBAH CEPAT PENGGALI KUBUR MEMEGANGNYA. SAMBIL BERSANDAR KE PELUKAN PENGGALI KUBUR KEMUDIAN DIA MEMBACAKAN SAJAKNYA.

ANAK :Ayah……… (sebuah sajak yang dibaca dengan sederhana sekali dalam kesunyian).

BEBERAPA SAAT SETELAH PEMBACAAN YANG MENGHARUKAN ITU, BAPAK MULAI GOYAH.

PENGGALI KUBUR :Awas Bob, tolong itu ! (penggali kubur yang satu lagi cepat memeluk bapak) cepat sedikit nanti banyak yang jatuh. (satu orang lagi hendak jatuh pingsan, tapi segera seseorang memegangnya)

PEMBACAAN SAJAK TERUS. WAKTU ITU PERLAHAN – LAHAN BIMA YANG ADA DI DADA ISTRINYA MEMBUKA MATA. TUBUHNYA TAK BERGERAK. TAPI MATANYA PERLAHAN – LAHAN MELIRIK KEPADA ANAKNYA YANG MEMBACAKAN SAJAK.

ANAK :Ibu……… (dan seterusnya)

PENGGALI KUBUR :(yang memeganginya) kok panjang sekali, sajak siapa ini?

PENGGALI KUBUR :(yang memegangi bapak) Cepat sedikit, berat ini !

Page 22: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Sudah dipotong saja, nggak ada yang tahu.

PENGGALI KUBUR :Aduh, ini bukan pingsan, malah mendengkur Bob !

PENGGALI KUBUR :Ayo segitu saja sudah, sudah bagus !

ANAK TERUS MENDEKLAMASIKAN SAJAK SAMPAI SELESAI. BEGITU SELESAI, BAPAKNYA, BIMA, LANGSUNG KOMENTAR.

BIMA :Sajak siapa itu nak?

BELUM ADA YANG MEMPERHATIKAN. ANAK MASIH MENYAMBUNG KATA – KATANYA DENGAN MENGCAPKAN T ANGGAL PEMBUATAN SAJAK, PENGARANG SERTA DARI BUKUMANA SAJAK ITU DIAMBIL.

PENGGALI KUBUR :Aduh, bandel juga. Tahu nggak ini berapa kilo?

BIMA :Jangan berisik dulu, biar dia selesai membaca.

PENGGALI KUBUR :Benar, tapi ini lihat dong, mana tahan ini.

BIMA :Sebentar, sebentar.

PENGGALI KUBUR :Sebentar – sebentar endas mu, Jon capek kan !

PENGGALI KUBUR :Bob awas ! (muali melihat)

ANAK :(selesai betul ) Ayah, hanya itu yang bisa anakanda berikan. Mudah – mudahan ayah suka.

BIMA :Terimakasih, ayah suka.

Page 23: Naskah GEER

ANAK :(Heran menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu mendekati bima) Tuhan, aku dari tadi diam. Aku hanya bisa menangis. Tapi sekarang aku akan buka mulut dan mengatakan pendapat ku meskipun tidak kau minta. Aku tidak setuju semua ini. Busuk ! tapi jangan salah paham, maksudku, sejak tadi malam aku sudah curiga. Sekarang aku percaya. Makin keras mereka menangis, makin besar dosa mereka. Aku sudah selidiki baik – baik, tidak seorang pun diantara mereka yang sungguh – sungguh sedih, kecuali aku. Tangis itu hanya dimuka umum. Tapi kalau mereka di kamar mandi, ditempat tidur atau di WC sendirian, aku intip, semuanya senang, semuanya tidak ada yang sedih. Mereka pembohong semua ! kakek dan nenek cepat cepat mau minta dibuatkan rumah,, ibu mau kawin lagi, mobil di jual, kami dititpkan dirumah piatu, semua orang tidak ada yang suka sama ayah. Mereka bersyukur……

BAPAK :(bangun) itu tidak betul ! jangan biar dia ngoceh !

IBU :Sudah nak, kuasai pikiran mu, relakan saja !

SESEORANG SEGERA HENDAK MENANGKAP ANAK. ANAK MENGHINDAR KE DEKAT AYAHNYA. IA TIDAK SADAR BIMA MENGGULIRKAN TANGAN DAN MEREKA BERPEGANGAN. ANAK MENGAWASI SESEORANG YANG HENDAK MEMBERANGUSNYA.

NENEK :Biarkan dia, Jangan ! kita semua tahu, kesedihan ini memang mebuat kita lupa ingatan semua. Biar. Biar almarhum tahu, bagaimana kacaunya pikiran anaknya karena dia pergi. Dan biar yang disana juga tahu. Ini sangat perih, tuhan, kau lihat sekarang, kau lihat sendiri apa yang terjadi disini, ini tidak adil. Semua orang, semua orang bisa melihat disini, lihat …… (ia menunjuk ke Bima dan terbelalak tak bisa melanjutkan kata – katanya)

ANAK MENANGIS DAN BERSIMPUH. BIMA MEMBELAINYA.

ANAK :Ayah……

PENGGALI KUBUR :Astaghfirullah …… (pinsan)

PENGGALI KUBUR :Gresi. O Gresi ini Bob !

ANAK :Ayah, maafkanlah mereka semua.

Page 24: Naskah GEER

BIMA :(membelai kepala anaknya) jangan menangis saying, kenapa menangis……

ANAK :(baru sadar) Ayah…… ! ( kaku dan menjerit)

BAPAK :Awas !

SEKETIKA KEADAAN PANIK. PENGGALI KUBUR CEPAT BERLARI MENYELAMATKAN ANAK. ISTRI YANG KELIHATANNYA MEMANG SUDAH TADI REBAH. ORANG – ORANG SEGERA MENYELAMATKANNYA. JASA – JASA ALMARHUM BERGOYANG – GOYANG. SUARA – SUARA BISING. PARA PETUGAS KEAMANAN MENYAMPRIT. PENGGALI KUBUR YANG PINGSAN SEGERA BANGUN. BERDUA MEREKA MENGANGKAT TUTUP PETI. BIMA DIAM SAJA TERCENGANG. IA BARU TERKEJUT KETIKA KEDUA PENGGALI KUBUR MENUTUP PETI DENGAN PAKSA. KEDUA PENGGALI KUBUR MEMELUK PETI ITU. YANG SATU JONGKOK DIATASNYA. ORANG – ORANG LAIN MUNDUR KEBELAKANG. BIMA MENGETUK – NGETUK DALAM PETI. KEMUDIAN IA MENOLAKAN TUTUP PETI SEHINGGA PENGGALI KUBUR JATUH, TAPI SEGERA BANGUN LAGI DAN MENUTUP PETI.

PENGGALI KUBUR :Paku ! Paku ! Tolong cari Paku !

SESEORANG :Pakunya kan tadi dibawa semua !

PENGGALI KUBUR :O ya. Sudah habis. Cari paku lagi !

PENGGALI KUBUR :Palu juga.

PENGGALI KUBUR :Paku dan palu cepat !

PENGGALI KUBUR :Tali juga boleh !

PENGGALI KUBUR :Apa saja – apa saja dulu yang berat. Batu boleh.

PENGGALI KUBUR :Wah payah Jon.

Page 25: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Ambil saja itu bungkusan dulu !

BEBERAPA ORANG MENURUNKAN SEBUAH BUNGKUSAN JASA. KEMUDIAN BERAMAI – RAMAI ITU DITARUH DIATAS PETI UNTUK PEMBERAT. KEMUDIAN MEREKA SEGERA LARI TERBIRIT – BIRIT KEBELAKANG.

BAPAK :Masih perlu paku?

PENGGALI KUBUR :Ya dong, goblok !

PENGGALI KUBUR :Gresi ! otak kadal semua. Sekarang jelas siapa yang kadal. Palu, jangan lupa palu ! tahu nggak apa palu? Kalau sudah begini, baru kelihatan aslinya. Gresi ! Pengecut semua !

PENGGALI KUBUR :Kayanya sudah tenang sekarang Jon.

PENGGALI KUBUR :Kamu juga kadal ! dari tadi bertindak kek. Pakai pingsan.

PENGGALI KUBUR :Sorry Bob, habis pikiran terus keatas ingat si Nensi.

PENGGALI KUBUR :Nensi Gresi !

BAPAK :(dari jauh) Coba tanya sudah tenang betul?

SESEORANG :Mas, sudah tenang ya?

PENGGALI KUBUR :Hhhh ! Mas, Mas. Sekarang Mas. Tadi kadal.

PENGGALI KUBUR :Biar dikata kadal, asal tipnya ceceng – ceceng semua, boleh juga Bob.

IBU :Alus – alusin sedikit, kelihatannya pendidikiannya kurang. (merogoh dompet) ini suruh beli paku dulu. Ada uang kecil pak?

BAPAK :Aduh mana dompetnya tadi.

Page 26: Naskah GEER

SESEORANG :Ini ada (mengeluarkan uang) Mas (maju tapi masih ada jarak) ini Mas, beli paku dulu, sekalian untuk rokok.

PENGGALI KUBUR :Gimana Bob?

PENGGALI KUBUR :Ya bagimana kok tanya. Sudah dibeli nggak pakunya.

PENGGALI KUBUR :Paku belum dibeli ya?

SESEORANG :Belu, habis mana sempat. Tidak ada yang tahu ukuranya. Ini tolong. Sekalian untuk beli permen.

PENGGALI KUBUR :(yang satu sudah mau beranjak) beli permen, memangnya anak kecil ! Jon ! Jangan mata duitan kamu!

PENGGALI KUBUR :Habis bagaimana? Wah serba salah ini !

IBU :(mengeluarkan uang dan menyatukan dengan uang yang dibawa seseorang) ini tambah, kasihan kelihatanya belum makan.

SESEORANG :(juga ikut mengeluarkan uangnya menambahi) O ya ini, sekalian untuk beli makan. Ini.

PENGGALI KUBUR :Gimana Bob?

PENGGALI KUBUR :Ya sudah, kan mau beli paku. Beli saja.

PENGGALI KUBUR :(ogah – ogahan) yahhhh. Capek juga. (menerima uang acuh)

SESEORANG :Cepat saja dipaku.

PENGGALI KUBUR :Oke, sip.

SESEORANG :Cepat saja dipaku, ya pak !

PENGGALI KUBUR :Makanya jangan dilama – lama lagi. Orang mati kan tinggal dikubur biar tenang. Pakai pidato – pidato seperti pemilihan lurah saja.

Page 27: Naskah GEER

SESEORANG :Yak an keadaan mendesak.

PENGGALI KUBUR :Ah ! Tidak ada keadaan mendesak. Apa itu keadaan mendesak. Gresi ! Jon !

PENGGALI KUBUR :Tunggu. Tolong kalau ada rokoknya satu. (seseorang itu meu mengeluarkan rokok langsung mengulurkan api) satu lagi pak, untuk Bob. (seseorang mengeluarkan satu lagi, kedua rokoknya dikeluarkan)

NENEK :Kadal kalau disakih hati melonjak, pasti.

BAPAK :Sudah, biar dulu , bu.

IBU :Eh tadi, uangnya lembaran berapa? Sepuluh ribu ya?

SESEORANG :Entah, iya barangkali.

IBU :Aduh, dikira hanya seribu. Aduh. Bisa ditukar tidak ya? Mas !

SESEORANG :Sudah bu.

BAPAK :Sudah, sudah nanti orangnya ngambek lagi. Biar ditutup dulu petinya nanti diminta kembalinya.

PENGGALI KUBUR :(mengulurkan rokok) nih Bob, jangan berkoar terus. Pakunya mana? (Bob menerima rokok dan merogoh saku lalu mengeluarkan paku, Jon mengeluarkan palu)

NENEK :Itu lihat akalnya. Mana ada paku habis. Palu dibeli lagi. Kalau mau dagang – dagang saja, jangan disini. Hee, bagaimana itu sudah? Cepat, jangan mau duitnya saja.

PENGGALI KUBUR :Busyet. Nangka busuk itu ikut ngomong. Aku panas ini sekarang Bob. Begini ya (maju) jangan di paku dulu Bob. Begini ibu dan bapak – bapak. Kami ini memang kami ini Cuma kelihatannya saja begini. Pakaian begini. Jelek kelihatan kalau sedang bertugas. Tapi kami juga punya jas, punya dasi di rumah. Maksud saya, kami ini juga orang intelek kalau perlu, kami atur sesuai dengan tempatnya. Jelek – jelek begini, tapi saya sudah sering naik panggung, nyumbang lagu di Taman Ria. Jadi bagaimana sekarang? Mau dilanjutkan? Mau dipaku sekarang, kami paku. Mau tidak, kami bisa pergi sekarang. Masih banyak orang mati yang perlu ditonton. Kami mencari makan dengan halal, kami suka duit, tapi kami bukan mata duitan. Ini uangnya kalau mau diambil lagi. Masih utuh. (melempar uang ke tanah dan menoleh kawanya) yak an Bob?

Page 28: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Bagus ! (mengebulkan asap rokok dan duduk di peti)

PENGGALI KUBUR :Bagaimana? (melirik ke uang dan berpaling) astaghfirullah.

PENGGALI KUBUR :Kenapa?

PENGGALI KUBUR :Ada puluhan ribuanya !

PENGGALI KUBUR :Taka pa. Gengsi lebih penting.

PENGGALI KUBUR :Bagaimana?

SESEORANG :

(Bapak dan Ibu mau bicara) Tenang Bu, Pak, biar saya atasi.

NENEK :Ada apa sih orang – orang sekarang ini, bertingkah semua?

BAPAK :Sudah Bu. (mendekati nenek dan memegangnya)

SESEORANG :Sudah Mas. Kami minta maaf. (mengulurkan tangan) manusia bisa hilaf, apalagi keadaanya genting. Ya kan.

PENGGALI KUBUR :Ya memang.

SESEORANG :Tolong diteruskan

PENGGALI KUBUR :Benar?

SESEORANG :Ya.

PENGGALI KUBUR :Saya tidak mau ada yang menghina Jon atau Bob lagi. Oke?

SESEORANG :Oke.

Page 29: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Bagus. (salaman lagi lalu mengambil uang, seseorang menepuk nepuk pundaknya)

SESEORANG :Namanya siapa Mas?

PENGGALI KUBUR :Jon Lenon Sofian Nasution. Oke Bob, kita mulai !

TIBA – TIBA TUTUP PETI TERANGKAT. BOB JATUH. KEPANIKAN KEMBALI. BIMA TERSEBUL. JON CEPAT MENOLONG. BOB BANGUN. MEREKA MENCOBA MENUTUP PETI TAPI GAGAL KARENA TERTOLAK. SEMUA ORANG MUNDUR KEMBALI. JON MENDORONG BIMA KE PETI, MEREKA BERGULAT. BOB MEMBAWA TUTUP PETI. JON TERTARIK IKUT MASUK KEDALAM PETI. BOB YANG TIDAK TAHU KARENA SIBUK MENGANGKAT TUTUP PETI LANGSUNG MENUTUP PETI. JON MENJERIT DAN MENENDANG TUTUP PETI. BOB TERJUNGKAL. JON MELOMPAT KE LUAR.

PENGGALI KUBUR :Gresi !

PENGGALI KUBUR MENGAMBIL BUNTALAN DAN KEMUDIAN MEMUKULKANYA KEPADA BIMA. BIMA MENANGKAP BUNTALAN ITU DAN BERTERIAK.

BIMA :Jon ! Stop ! Gila kamu !

PENGGALI KUBUR TERTEGUN. IA MUNDUR. BIMA MASIH DI DALAM PETI MEMEGANGI BUNTALAN ITU. SEPI SEJENAK.

PENGGALI KUBUR :Kamu ngomong? Bob ! kamu bilang mayat tidak bisa ngomong.

PENGGALI KUBUR :Awas Jon.

PENGGALI KUBUR :Kamu ngomong?

Page 30: Naskah GEER

BIMA :Ya.

PENGGALI KUBUR :Astaghfirullah ! (jatuh)

PENGGALI KUBUR :Jangan main – main kamu kan sudah mati.

BIMA :Mati? Siapa yang mati?

PENGGALI KUBUR :Anda.

BIMA :Saya mati? Gila. Siapa yang mati?

PENGGALI KUBUR :Mayat kok bisa bicara?

BIMA :Mayat? Siapa yang mayat?

PENGGALI KUBUR :Awas Bob, jangan terlalu dekat.

PENGGALI KUBUR :Stttt ! terus saja ajak bicara.

BIMA :Saya Bima masak sudah lupa?

PENGGALI KUBUR :(mengedipkan mata dan ketawa jelek) Ya, ya. Dan saya Jon. Kita pernah minum sama – sama di warung.

BIMA :Jon Lenon Sofian. Apa kabar? (mengulurkan tangan)

PENGGALI KUBUR :Ya, ya, baik.

BIMA :Salaman dong. Kita kan kawan lama.

PENGGALI KUBUR :Ya, ya. Tapi tidak usah salaman, tangannya kotor, habis menggali kubur ini.

BIMA :Tidak apa. Ayo (tetap mengulurkan tangan) kubur siapa?

Page 31: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Nag rasian lhu ! yah begitulah pekerjaan.

BIMA :Sini dong, apa kabar?

PENGGALI KUBUR :(yang satu lagi mencari sesuatu untuk memukul dan member isyarat supaya temanya mendekat) Ayo salaman !

PENGGALI KUBUR :(mendekat) Mau rokok? Mana tadi rokoknya? (merogoh saku mengeluarkan rokok dan mengulurkanya, Bima menyambut, dinyalakan).

BIMA :Terimakasih. Sebetulnya saya sudah dilarang dokter merokok. Tapi untuk persahabatan. Satu isapan saja. (kemudian dikembalikan) ini. (penggali kubur terpaksa menerima) Terimakasih apa kabar? (mengulurkan tangan) sekarang penggali kubur terpaksa bersalaman dengan memejamkan mata)

PENGGALI KUBUR :Cepat sedikit ! (berteriak)

PENGGALI KUBUR YANG SATU SUDAH DEKAT? MENGANGKAT BAMBU DAN MEMUKUL KE ATAS KEPALA BIMA. LUPUT. KENA BADANYA.

BIMA :Aduh ! Aduh ! Kenapa sih? Krnapa memukul?

KEDUA PENGGALI KUBUR BERDIRI TEGAK DAN AGAK MENJAUH. TERCENGANG.

BIMA :Aduh gilaaa. Patah ini. Kenapa sih kalian? Mabok ya? Aduhhh !

PENGGALI KUBUR :Gresi, Jon, dia masih bisa sakit.

PENGGALI KUBUR :memang belum mati kali.

BIMA :Aduh ! kenapa sih kalian?

Page 32: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Orang mati tidak akan bisa sakit.

PENGGALI KUBUR :Ya, ya !

PENGGALI KUBUR :Coba sekali lagi, supaya yakin.

PENGGALI KUBUR :Boleh juga. Mungkin pura – pura

PENGGALI KUBUR :Sekarang kaulah.

PENGGALI KUBUR :Aduh, kau dong yang lebih berpengalaman.

PENGGALI KUBUR MEJU LAGI HENDAK MEMUKUL.

BIMA :Sudah ! Jangan aku menyerah. Kalian mau apa? Sakit loh !

PENGGALI KUBUR MENGANGKAT BAMBU.

BIMA : Jangan !

PENGGALI KUBUR TIBA – TIBA MENURUNKAN BAMBU DAN MEMBUANGNYA.

PENGGALI KUBUR :Terus Bob !

PENGGALI KUBUR :Gresi ! aku kira dia belum mati?

BIMA :Siapa bilang aku mati?

Page 33: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR MENDEKAT DAN MEMEGANG – MEGANG. YANG SATU IKUT.

PENGGALI KUBUR :Jantungnya masih jalan. Belum mati. (temanya dating dan memeriksa) Ya?

PENGGALI KUBUR :Ya

PENGGALI KUBUR :Jadi kamu belum mati?

BIMA :Aku tidak mati. Siapa bilang?

PENGGALI KUBUR :Kalau tidak mati kenapa kamu disini?

BIMA :Nggak tahu. Dimana ini?

PENGGALI KUBUR :Di kuburan.

BIMA :Kuburan . Kenapa?

PENGGALI KUBUR :Loh, situ kok tidak tahu.

PENGGALI KUBUR :Ada yang tidak beres ini.

BIMA :Aku tidak mengerti. Ini kuburan? Kenapa aku dibawa kemari? (melihat peti) loh ini apa. Ini, ini kok seperti peti?. Peti apa? Peti mati? (memegang kepalanya) Gila ! kenapa aku disini. Ada apa ini. Aduh pening. Baunya. Ini baunya kok harum nggak enak. Bau orang mati. Gila kenapa aku dibawa kemari?

PENGGALI KUBUR MEMBERI ISYARAT TEMANYA DAN BERUNDING BERBISIK. BERBISIK. KEMUDIAN MEREKA BERDO’A.

BIMA :Hee Jon ! Kenapa aku sampai disini ! kau apakan aku ini?

Page 34: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Maaf ya Mas, kami juga tidak mengerti. Biar mereka yang menjawab. Kami hanya menjalankan tugas. Mungkin ini ada apa – apa.

PENGGALI KUBUR :Hee di situ semua. Pada lari kemana. Kemari dong. Jelaskan. Ini betul – betul gresi ! ayo kemana itu ngumpet. Ini bagaimana, kok dia bangun lagi?

PENGGALI KUBUR :Ini bukan urusan kami. Tolong bereskan dulu. Mas coba tanya sama mereka saja. Kami juga tidak tahu (manunjuk kebelakang)

PENGGALI KUBUR :Kami Cuma tukang gali. Disuruh gali, yagali. Disuruh kubur, ya kubur. Jangan menyalahkan kami.

PENGGALI KUBUR :Maaf pukulan tadi, ya. Jangan marah.

PENGGALI KUBUR :Heeeee ! jangan lagi lagi. Mana itu tadi nenek yang koar – koar, kemari sekarang. Jawab dia. Ayo Bob, kita desak mereka !

PENGGALI KUBUR :Kalau tidak muncul kami panggil polisi sekarang ! Ayo Bob panggil polisi saja.

PENGGALI KUBUR :Enggak usah, disitu ada hansip buat apa polisi.

PENGGALI KUBUR :Hansipnya juga mabok. Ayo caro polisi saja biar resmi.

PENGGALI KUBUR :Ayo.

BAPAK :(muncul) tunggu !

PENGGALI KUBUR :Nah begitu dong, bertanggung jawab sedikit. Ayo Jon kita istirahat dulu sampai jelas.

PENGGALI KUBUR :Yahh, sudah sore. Terlambat lai ini. Sorry Nensi.

PENGGALI KUBUR KE PINGGIR. BAPAK MAJU. KEMUDIAN BEBERAPA ORANG MULAI IKUT MAJU. (GILA NASKAH BERHENTI SEBENTAR, SARDONO DAN AMNA TIBA – TIBA DATANG BAWA CERITA LUCU NGAKAK – NGAKAK SEBENTAR) HANSIP JUGA.

Page 35: Naskah GEER

HANSIP :Coba yang perempuan – perempuan jangan ikut – ikut dulu. Bang coba panggil polisi.

HANSIP :Dimana?

HANSIP :Di perempatan situ pasti ada.

HANSIP :Coba ya ! (pergi)

HANSIP :Ayo Pak. (kepasa bapak dan seseorang serta lelaki yang lain) Tolong yang merasa dirinya laki – laki ikut kemari.

(NENEK MAJU).

HANSIP :Mbah, tunggu dibelakang saja dulu.

NENEK :Mbah Bacot mu ! memangnya perempuan harus dibelakang terus.

HANSIP :Demi keamanan.

IBU :Sudah biar saja.

BAPAK :Pak Hansip di depan.

HANSIP :Bapak juga, kan bapak yang berkepentingan.

NENEK :Aku saja maju. (maju)

HANSIP :Ayo !

HANSIP :Ayo ! masak takut.

MEREKA SEMUANYA AGAK DEKAT, TETAPI TETAP JAUH, NENEK DI DEPAN. SEPI SEBENTAR.

Page 36: Naskah GEER

NENEK :Terus terang saja kamu siapa? Kamu mau apa? Kamu jangan menakut – nakuti kami disini, kami semua bermaksud baik. Kamu jangan main – main. Kamu siapa? (Bima kebingungan) kamu siapa? Jawab. Jangan bikin orang tua ini sebel. Aku sudah Sembilan puluh tahun hidup. Aku mengalami zaman Belanda, Jepang, revolusi. Aku ikut bergrilya dulu. Aku tidak takut mati. Apa lagi Cuma melawan setan. Kamu siapa? Ayo jangan buang – buang waktu. Ngomong kalau memang mau menentang kami !

BIMA :Loh, nek. Saya kan Bima.

NENEK :(Terkejut) Ya Tuhan ! Dia betul – betul bicara. (Ibu cepat memeganginya)

IBU :Ibu, sabar

BIMA :Ibu…

IBU :Oh Tidak ! (hamper rebah – bapak cepat memeganginya)

BAPAK :Pak Hansip bagaimana ini !

HANSIP :Saya kan sudah bilang perempuan kebelakang dulu. Makanya menurut dong, apa gunanya kami disini.

SESEORANG :Ya apa gunanya. Atur dong !

HANSIP : Ayo kamu.

HANSIP :Kok aku.

SESEORANG :Habis siapa?

HANSIP :Coba tenang. Tenang. (mengeluarkan pisaunya) saya minta tenang, kita berhadapan dengan setan, kita harus melawanya dengan kekuatan batin, jangan memakai kekerasan. O ya. (memasikan lagi senjatanya) ayo temani aku.

HANSIP :Siap Pak. (mengikuti)

Page 37: Naskah GEER

HANSIP :Jangan dibelakang, disini sama – sama.

HANSIP :Siap. He kamu juga bertiga.

HANSIP :Ayo kemari semua ! siap dalam formasi siaga !

HANSIP SEMUA BERKUMPUL DAN MAJU. TETAPI SEMUANYA DIAM MENATAP BIMA. HANSIP YANG PALING DEPAN KEMUDIAN KOMAT – KAMIT MEMBACA DO’A.

HANSIP :(membacakan mantera) …………

BIMA BERGERAK SEDIKIT. SEMUANYA HANSIP TERTEGUN DAN MUNDUR.

HANSIP :Siap ! posisi mengepung !

SEMUA HANSIP MENYEBAR DALAM POSISI MENGEPUNG. HANSIP YANG MEMBACA MANTERA TERUS MEMBACA MANTERA. NENEK MAJU. MENGHAMPIRI HANSIP ITU.

NENEK :Heee ! Sudah ! Hansip apaan ini ! (Hansip yang ditepuk terkejut dan jatuh tapi manteranya tambah keras) kamu siapa?

BIMA :Loh saya Bima, nek !

NENEK :Kamu bukan Bima, kamu setan !

BIMA :Astaghfirullah, Nek saya Bima, cucu nenek.

NENEK :Bohong ! kamu setan ! Bima cucu ku sudah mati !

Page 38: Naskah GEER

BIMA :Mati?

BAPAK :Kalau upacara ini ada yang kurang, bilang saja, tapi jangan seperti ini.

BIMA :Upacara apa? Saya tidak mati.

NENEK :Kamu sudah mati !

IBU :Sudah lah Bima, pergi dengan baik – baik, jangan bikin susah. Jangan bikin aku sedih (menangis)

BIMA :Tapi saya tidak mati.

NENEK :Tapi dokter bilang kamu sudah mati.

BIMA :O ya? Kenapa?

NENEK :Pak lurah juga bilang begitu.

BAPAK :Ya.

BIMA :O ya? Mungkin ya. Tapi nyatanya sekarang saya tidak apa – apa kan?

HANSIP :Kelihatannya tidak, tapi dibelakang. Ayo tetap siaga semua.

NENEK :Kamu mencoba iman kami?

BAPAK :Upacara ini memang tidak kurang dari biasa. Semua sudah dipenuhi.. mengapa sampai begini?

IBU :Mungkin do’a nya kurang cukup.

SESEORANG :Atau kita terlalu banyak berdo’a sehingga dia hidup lagi.

NENEK :Ya begitu?

Page 39: Naskah GEER

BIMA :Saya tidak tahu. Tapi saya tidak mati. Aneh. (ketawa) bahkan saya lapar sekarang. Perut saya melilit – lilit karena lapar.

BAPAK :Nah itu kan sudah bilang, berikan dia bekal bakso kesukaanya. Ayo tolong siapa yang bisa beli sebentar.

HANSIP :Baik pak ! (hendak lari)

HANSIP :(kepalanya) tunggu ! Biar aku saja. (hendak pergi)

NENEK :Tidak usah ! ini permintaan setan, jangan diikuti. Kamu jangan macam – macam. Kalau mati – mati saja, jangan pakai minta bakso. Mana ada orang mati makan bakso.

BIMA :Saya tidak minta bakso. Apa saja boleh yang bisa dimakan. Saya tidak mati. Bagaimana sih ini. (hendak bergerak)

HANSIP :Siap ! Siap !

SEMUANYA MUNDUR TERMASUK HANSIP KECUALI NENEK. PENGGALI KUBUR KEDUANYA MUNCUL LAGI.

PENGGALI KUBUR :Bagaimana sih ini. Orang lapar kok dibiarkan. Jon mana ransum mu.

PENGGALI KUBUR :(mengeluarkan bungkusan nasi) ini mau?

BIMA :Air dulu, saya haus sekali.

PENGGALI KUBUR :Ayo Bob tolong.

BIMA :Kalau bisa kopi pahit.

SESEORANG :(memberanikan diri) saya ada ini. (menyerahkan termos kepada teman dekatnya, lalu termos itu dioper – oper ke teman lainya sampai kepada nenek yang paling dekat dengan Bima)

Page 40: Naskah GEER

BIMA MULAI MAKAN DENGAN LAHAP

PENGGALI KUBUR :Heran. Kalau semua mayat bangun minta makan, kita bisa kelaparan. Lihat rakusnya.

PENGGALI KUBUR :Ini yang makan badanya atau roh nya?

BIMA :Bisa minta air?

NENEK :(membuka termos dan menaburkan air kelatai) minum setan !

BIMA BERGERAK HENDAK MENDEKAT. SEMUA MENJERIT KEBELAKANG. NENEK JATUH. PENGGALI KUBUR CEPAT MEMEGANGI BIMA YANG LAIN SEGERA MENOLONG NENEK. BIMA KESAKITAN MEMEGANGI PERUTNYA.

BIMA :Aduh ! perut ku tambah sakit. (membanting nasi)

PENGGALI KUBUR :Bob, pergi dulu yuk, pikiran ku tidak enak.

PENGGALI KUBUR :Betul, ya. Ya. Ini bukan urusan kita.

KEDUA PENGGALI KUBUR MINGGIR LAGI.

BIMA :(matanya beringan memandang semua orang, suaranya lain) aku tidak mati. Aku tidak jadi mati. Aku masih diberi kesempatan hidup, kasih aku pakaian biasa, jangan diperlakukan seperti mayat lagi ! lihat tangan ku gemetar karena lapar. Darah ku sudah berjalan lagi. Kalian tidak percaya? (dia berdiri menyelimuti bagian tubuh bawahnya lalu duduk di peti) kalian tidak mimpi. Aku memang diberikan kesempatan hidup lagi. Barangkali aku memang belum waktunya menghadap Dia. Sekarang aku dikembalikan kepada kalian lagi. Ini sungguh – sungguh. Percayalah ! (Bima tersenyum)

Page 41: Naskah GEER

BEBERAPA ORANGMULAI IKUT TERSENYUM MEMBALAS.

SESEORANG :Jadi saudara hidup lagi?

BIMA :Ya. (berdiri mengulurkan tangan – orang itu langsung jatuh pingsan – bapak ikut jatuh pingsan)

ISTRI MAJU

ISTRI :Jadi mas hidup lagi?

BIMA :Ya.

ISTRI :Kembali pada kami untuk selama – lamanya?

BIMA :Sampai waktu yang ditentukan oleh yang maha kuasa.

ISTRI :Betul?

BIMA :Buktinya ! (mengulurkan tangan) sini. Mana anak – anak? (tapi istri malah mundur ketakutan)

SESEORANG :Kita mungkin bukan menghadapi manusia tapi bayangan roh yang sedang berusaha melepaskan diri dari jasadnya.

HANSIP :Karena itu jangan pakai kekerasan. Cukup tenaga batin saja.

BIMA :Jangan takut. Saya bima. Saya waras. Saya ingat sekarang, tiga hari yang lalu saya masih sehat bugar. Saya bersama istri dan anak – anak beru pulang daari gunung. Ada orang muda yang marah – marah kena serempet mobil kami. Dia memukul saya, saya tidak terima, tapi tidak mau membalas, saya hanya maki – maki dalam hati. Tapi waktu kami meneruskan pulang ada anak – anak tiba – tiba menyebrang jalan dengan mengagetkan. Saya tidak bisa menahan diri lagi. Saya hajar anak itu di pinggir jalan. Sesudah itu, sesudah itu, saya lupa. Mungkin jantung saya berhenti. Meungkin dokter menyangka memang saya sudah mati. Berangkali saya sudah mati. Tapi buktinya sekarang saya sehat lagi. Saya kembali kepada anak bini dan keluarga saya, tidak kurang apa – apa. Saya kembali. Bagus bukan? Kenapa kalian diam saja? Hanya memandang saja? Terimalah saya kembali. Saya bukan roh, bukan setan, bukan hantu. Saya Bima ! saya ingin minum !

BIMA BERDIRI DAN MENDEKATI TERMOS YANG JATUH. SEMUA ORANG MUNDUR. BIMA MINUM.

Page 42: Naskah GEER

BIMA :Kenapa kalian?

BAPAK TIBA – TIBA BERDIRI LAGI.

BAPAK :Bima ! Kamu jangan kurang ajar ! jangan coba – coba mengganggu keluarga mu lagi. Kalau mati, mati sajalah. Kalau ada diantara kami yang bersalah maafkanlah. Tapi pergilah dengan damai. Biar kami tenang disini. Kami akan merawat apa yang kami tinggalkan !

IBU :Anakku… (jatuh pingsan)

SESEORANG :Dik, Bima sudah lah. Biar kami melepaskan mu dengan tenang. Kami memang bersalah selama ini tak menghiraukan adik. Tapi apa mau dikata lagi, takdir sudah memutuskan kita.

ANAK BIMA YANG TADI DEKLAMASI MAJU.

ANAK :Ini bukan Ayah ! Bukan ! Bukan Ayah ! Ayah sudah meninggal ! ini setan ! (mengambil sesuatu dan melempari bima) Pergi ! Pergi !

ISTRI :(memegangi anaknya) Sudah lah mas, kami relakan. Kita dulu sudah hampir bercerai. Terlalu banyak perbedaan, apa yang dipikirkan lagi. Aku akan menjaga anak – anak kita. Percayalah. Aku akan merawat mereka. Pergilah dengan tenang Mas, jangan ingat kami. Teruskan perjalanan mas baik – baik …… (masih mau ngomong tapi takut hanya komat – kamit)

SESEORANG MENDEKATI MEMEGANG ISTRI DAN MELINDUNGINYA. BIMA TERTEGUN.

BIMA :Koko !

KOKO :Ya, saya koko bung. (masju) saya tidak sempat minta maaf kepada bung. Sekarang saya minta maaf. Tapi saya bersumpah, bahwa saya benar – benar mencintai Sita, saya tidak bisa melupakan Sita istri bung. Saya berjanji akan merawat anak bung percayalah. Dan saya berjanji akan mencintai Sita untuk

Page 43: Naskah GEER

selama – lamanya, apaun yang terjadi. Percayalah diatidak akan menderita dengan saya ! jadi bung jagan ragu – ragu. (maju lagi mendekat) pergilah dengan tenang. Semua akan beres. Kami semua akan mengenangkan bung sebagai orang yang bijaksana, yang berhati agung, yang mengerti segalanya dengan penuh maaf. Saya kira tidak ada orang yang begitu mengerti, begitu agung seperti bung. Saya respek pada bung, jadi pergilah dengan baik – baik.

BIMA :Bajingan !

KOKO :Ya, saya mengerti ini pahit sekali. Saya mengerti perasaan bung. Tapi ini kenyataan, kita harus terima bung.

BIMA :Bajingan ! aku tidak ingin mempertahankan apa yang ingin kamu miliki, anjing ! aku hanya mempertahankan kehormatan ku sebagai suami yang kamu hina. Pergi anjing !

KOKO :Tidak bung, saya lakukan semua dengan jujur. Percayalah semuanya dengan kejujuran, bukan karena nafsu birahi. Mari kita saling memaafkan. (mengulurkan tangan)

BIMA :Ya Tuhan ! Terkutuk kamu ! (gemeyar tapi tak bisa bilang apa –apa mulutnya komat – kamit menyumpah – nyumpah memandang Koko)

BAPAK :Bima, sudah lah pergi dengan baik – baik.

IBU :Rumah peninggalan mu sudah kami jual untuk membiayai upacara penguburan ini. Mobil mu juga sudah kami berikan kepada orang lain, supaya kami tidak selalu ingat kamu. Uang simpanan mu di Bank juga sudah kami ambil karena anak istrimu mau pindah kota. Sedangkan barang – barang lain……

BIAM :Diammmmm !

ORANG ORANG TIDAK BEGITU TAKUT LAGI. MEREKA MAJU.

BIMA :Kalian terlalu ! kalian sudah pretali sebelum aku betul – betul masuk kubur. Kalian tidak bisa sabar sedikit menunggu perasaan – perasaan ku lenyap dari sini. Kalian rendah semua !

HANSIP :Awas ! Siap ! Siap semua ! (mereka membentuk lingkaran menjepit Bima)

BIMA :Tidak ! Aku tidak terima. Aku mau rebut kembali semua itu ! Istri ku ! Anak ku ! Rumah ku ! Tabungan ku, hak ku. Semua ! semua manaaaaaa, kembalikan kepada ku ! Minggir kamu !

Page 44: Naskah GEER

HANSIP :Ayo jangan takut. Terus kepung !

SEMUA ORANG MENGEPUNG. BIMA MUNDUR. PENGGALI KUBUR MAJU LAGI.

PENGGALI KUBUR :Ini mau apa?

PENGGALI KUBUR :Jon, kau mau bela siapa?

PENGGALI KUBUR :Aku bingung, lihat dulu siapa yang lebih kuat. Sebentar lagi polisi akan datang.

PENGGALI KUBUR :Awas Pak Hansip Enta jangan main curang.

HANSIP :Kamu diam. Kalau kamu (kepada Bima) tidak mau kembali ke peti kamu dengan baik – baik, akan kami hajar.

BIMA :mengapa aku harus kembali kesitu.

HANSIP :Kamu kan sudah mati.

BIMA :Tidak ! aku masih hidup !

HANSIP :Ah brengsek ! Ayo ! Tangkap !

BIMA :Tolong ! (hendak lari ke depan tapi ditangkap oleh penggali kubur)

KEMUDIAN SEMUA ORANG MENDESAK MAJU. BIMA DIBERANGUS DAN DIPAKSA DIMASUKAN KEMBALI KE DALAM PETI.

PENGGALI KUBUR :Jon, kita bela siapa ini.

Page 45: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Kita lari saja panggil polisi.

PENGGALI KUBUR :Kamu tadi kok ikut pegang.

PENGGALI KUBUR :Habis gugup.

PENGGALI KUBUR :Ayo panggil Polisi !

PENGGALI KUBUR :Tunggu, nonton sebentar !

MEREKA BERDUA MENONTON DARI PINGGIR. BIMA DIPAKSA MASUK. BIMA BERJUANG SAMBIL BERTERIAK TERIAK. AKHIRNYA MEREKA BERKELAHI. HANSIP DAN ORANG – ORANG ITU MULAI MEMUKUL MUKUL. AKHIRNYA BIMA BERHASIL DIMASUKAN KEDALAM PETI LAGI. LALU SEMUANYA MEMEGANGI ATAS PETI.

HANSIP :Alhamdulillah, berkat kerja sama yang kompak.

HANSIP :Saya sudah bilang jangan pakai kekerasan, kekuatan batin lebih baik. Coba lepaskan saja dulu. Mingir.

SEMUA MINGGIR KEMBALI. HANSIP ITU KEMUDIAN MULAI MENGUCAPKAN MANTERANYA. TAPI TIBA – TIBA TUTUP PETI TERLONTAR TEPAT MENGENAINYA.

HANSIP :Awas !

BIMA LONCAT. ORANG MENGERUBUNGINYA LAGI DAN MENGHAJAR. PERKELAHIAN HIRUK PIKUK. BIMA CUKUP KUAT.

BIMA :Tolong ! Tolonggggggggggg !

Page 46: Naskah GEER

BIMAAKHIRNYA SEMPAT MELONCAT DAN NAIK KE ATAS PUNGGUNG ORANG – ORANG ITU. IA MELONCAT NAIK KEATAS TALI DAN NAIK KE ATAS. ORANG – ORANG DIBAWAH SEGERA MELEMPARINYA. ADA YANG MENCARI GALAH ATAU TANGGA KEMUDIAN DIA DIKEPUNG DAN DISORAK – SORAKI DARI BAWAH DENGAN HIRUK PIKUK. BIMA MELOLONG DIATAS TALI.

BIMA :Tolongggg ! Tolongggggggggg !

SESEORANG NAIK KEATAS DAN MEMUTUSKAN TALI. TALI JATUH BERSAMA BIMA. ORANG SEGERA MENGEPUNG DAN MEMUKUL. MENANGKAP DAN MENYERET KEMBALI BIMA KE ATAS PETI MATI. BIMA TERPERANGKAP DAN SEGERA BISA DIMASUKKKAN. TAPI KEMUDIAN IA MELONCAT KEMBALI TELANJANG BULAT. IA BERLARI. SEMUA ORANG MEMBURUNYA. MEREKA KEJAR – KEJARAN. TIBA – TIBA TERDENGAR SUARA SIRINE MOBIL POLISI. WAKTU ITU BIMA BARHASIL MELARIKAN DIRI. SEMUA ORANG DENGAN MEMBAWA SENJATA MASING – MASING MEMBURUNYA. KECUALI NENEK. IA TERMENUNG. JUGA KEDUA PENGGALI KUBUR KELIHATAN TERCENGUNG.

PENGGALI KUBUR :Jadi bagaimana Jon?

PENGGALI KUBUR :Nggak tau lah Bob, aku belum pernah melihat penguburan begini.

PENGGALI KUBUR :Kalau semua orang mati begini, kita lebih baik berhenti. Nggak ada senengnya lagi disini.

DARI KEJAUHAN MASIH TERDENGAR SORAK ORANG KEJAR MENGEJAR, MUNCUL HANSIP.

HANSIP :Hee ! nanti kalau polisi dan lurah datang suruh nyusul ya !

PENGGALI KUBUR :Nyusul gundul mu !

HANSIP :Apa?

Page 47: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Ya, ya Pak !

HANSIP :Aduh capek juga. Apa sih ini?

PENGGALI KUBUR :Itu ke situ !

HANSIP :Demi tugas ! (pergi ke tempat yang lain arahnya)

PENGGALI KUBUR :Loh, bukan kesitu ! kesitu dong. Kesana larinya.

HANSIP :Biar, mau minum dulu. (pergi santai ketempat yang lain)

NENEK :Heee !

PENGGALI KUBUR :Apa bu?

NENEK :Kesitu?

PENGGALI KUBUR :Betul. Hati – hati nanti salah mukul.

NENEK :WC nya di situ?

PENGGALI KUBUR :Loh ! mau ke WC. Bukan disitu. Kesana.

NENEK :Aku tak tahan. Apa saja yang dikerjakan laki – laki dan anak muda bisa kulakukan. Kecuai yang satu ini. Mana? Kesitu? (pergi ketempat yang salah)

PENGGALI KUBUR :Bukan kesitu. Salah. Kesana !

NENEK :Ya, ya ! (balik langkah) ya sudah lah, kok bolong begini sekarang klepnya ! (lari dan jatuh lalu lari lagi)

PENGGALI KUBUR :Gresi ! Gila kamu Jon. WC nya kan bukan disitu. Disana.

Page 48: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Biarin. Biarin kapok. Masak kita dibilang kadal. Biar tahu aturan sedikit.

PENGGALI KUBUR :O ya, ya.

NENEK TIBA – TIBA MUNCUL LAGI.

NENEK :Dimana sih? Nggak ada disitu.

PENGGALI KUBUR :Bukan disitu. Sana, sana ujung sana.

NENEK :Kadal ! disini sajalah, tidak tahan lagi ! (minggir ketempat lain)

PENGGALI KUBUR :Aduh jangan disitu, jangan deket pos kita !

NENEK :(dari luar) Biar – biar. Aduh, aduh, aduhhhhhhhhhhhhhh.

PENGGALI KUBUR :Kamu sih.

PENGGALI KUBUR :Kok Aku. Bagaimana sekarang? Nensi purus sudah.

TERDENGAR SUARA SIRINE MOBIL POLISI.

PENGGALI KUBUR :Itu mereka datang.

HANSIP YANG MENCARI POLISI BERSAMA POLISI DAN PAK LURAH DATANG. MEREKA NGEPUNG TEMPAT ITU.

POLISI :Mana, mana dia?

Page 49: Naskah GEER

POLISI :Cepat atur posisi !

POLISI :Angkat tangan !

PENGGALI KUBUR :Angkat tangan mu Jon.

PENGGALI KUBUR :Sabar pak, bukan kami.

LURAH :Tutup mulut, angkat tangan !

HANSIP :Orangnya bukan ini pak.

POLISI :Diam Hansip tau apa?

POLISI :Angkat tangan !

LURAH :(maju) kemu berdua penggali kubur disini? Yang mana Jon yang mana Bob?

PENGGALI KUBUR :Sama saja pak. Nama kami boleh ditukar – tukar.

LURAH :Katanya tadi ada kerusuhan disini. Siapa yang di bunuh?

HANSIP :Bukan dibunuh pak, ada orang mati hidup lagi.

POLISI :Diam ! Hansip tau apa ! orang mati kok hidup lagi/ ini bukan lenong !

HANSIP :Betul !

POLISI :Betul !

LURAH :Jadi tidak ada pembunuhan?

PENGGALI KUBUR :Dimana?

Page 50: Naskah GEER

LURAH :Ya Di sini.

PENGGALI KUBUR :Ada nggak Bob?

PENGGALI KUBUR :Tidak ada pak, di sini hanya ada orang mati hidup kembali.

LURAH :Tidak ada pembunuhan?

HANSIP :Tidak ada pak.

LURAH :Ya sudah saya hanya ingin meyakinkan. Jadi tidak ada pembunuhan. Kamu siapa? Oh maaf.ini Jon dan itu Bob kan?

PENGGALI KUBUR :Ya pak.

LURAH :Kenapa tangan mu diangkat terus? Kamu kan tidak bersalah.

POLISI :Ceritakan sampai sekecil – kecilnya., jangan sampai ada yang kelewatan.

PENGGALI KUBUR :Waduh kalau diceritakan bisa satu hari.

PENGGALI KUBUR :Baru sekali ini terjadi pak.

POLISI :Betul?

LURAH :Jadi baru sekali. Ada mayat hidup lagi, begitu?

POISI :Apa mungkin tadinya tidak mati.

POLISI :kalau begitu ini pembunuhan. Ya nggak?

HANSIP :Saya tidak tahu.

Page 51: Naskah GEER

LURAH :Ini tidak boleh terjadi. Siapa saja yang mengubur orang yang belum mati, itu namanya pembunuhan. Siapa sih yang mati itu?

PENGGALI KUBUR :Kalau tidak salah namanya, namanya siapa ya? Pak Hansip tahu dong.

HANSIP :Bima pak.

LURAH :O Bima. O ya dia memang mati tiga hari yang lalu. Yak an, ada catatanya kan?

POLISI :Ya, ada kan?

POLISI :Ada saya kira.

LURAH :Kalau Bima memang mati masak dia hidup lagi?

PENGGALI KUBUR :Saya tidak tahu pak.

LURAH :Dimana dia sekarang?

PENGGALI KUBUR :Disitu. (menunjuk)

DARI ARAH YANG DITUNJUK DATANGLAH NENEK.

NENEK :Lumayan. (sambil mengangkang kakinya) WC nya dimana? Aku harus cebok.

LURAH :O ya, ini ibu. Bagaimana Bima bu?

NENEK :Pak lurah maaf, maaf saya cebok dulu… (lari)

HANSIP :WC nya bukan disitu bu, disana !

NENEK :(terus lari) Kadal kamu !

Page 52: Naskah GEER

TERDENGAR SORAK SORAI ORANG NGUBER. MUNCUL BIMA LARI TELANJANG BULAT DIUBER ORANG BANYAK.

BIMA :Tolonggggggg ! (lari terus yang nguber terus membuntuti)

HANSIP :Itu mereka pak.

POLISI :Ayo !

POLISI :Ayo !

SEMUANYA IKUT LARI MENGUBER, TINGGAL LURAH DAN KEDUA PENGGALI KUBUR.

LURAH :Macam – macam saja. Ya tidak – tidak semuanya terjasi sekarang. Dan semuanya datang kepada kita. Masak urusan keluarga begini mesti dimasukkan tugas dinas. Terlalu !

PENGGALI KUBUR :Bagaimana pak?

LURAH :Tidak apa. Ini untuk beli rokok (memberikan persenan)

PENGGALI KUBUR :Terimakasih pak.

LURAH :Ada – ada saja. (menggeleng lalu pergi)

PENGGALI KUBUR :(bengong) pak……

CAHAYA REDUP PERLAHAN – LAHAN. TINGGAL CAHAYA DIATAS PETI. TALI DAN BUNTALAN JASA DITARIK SEHINGGA TEMPAT ITU LEBIH KOSONG. TAPI TALI ITU TURUN LAGI DAN BERGOYANG GOYANG BEGITU JUGA BUNTALAN JASA. KEDUA PENGGALI KUBUR ITU BENGONG MEMPERHATIKAN.

Page 53: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Sudah malam, gagal lagi keatas.

PENGGALI KUBUR :Lihat apa itu Jon.

PENGGALI KUBUR :Yang begoyang goyang itu ?

PENGGALI KUBUR :Ya, apa itu?

PENGGALI KUBUR :Entah.

PENGGALI KUBUR :Kenapa bergerak – gerak?

PENGGALI KUBUR :Entah ya.

PENGGALI KUBUR :Siapa yang menggerakkan ya?

PENGGALI KUBUR :Setiap malam aku lihat. Sampai sekarang aku tidak tahu kenapa?

PENGGALI KUBUR :Mungkin matamu yang bergoyang.

PENGGALI KUBUR :Enggak lah.

PENGGALI KUBUR :Lihat disana juga ada. Dimana – mana ada yang bergoyang.

PENGGALI KUBUR :Mungkin kepala mu bergoyang.

PENGGALI KUBUR :Enggak !

PENGGALI KUBUR :Rasanya kalau sudah begini aneh ya.

PENGGALI KUBUR :Ya. Aku yakin pasti ada yang menggerakkannya. Pasti.

Page 54: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Tunggu saja, nanti akhirnya kan ketahuan. Masak dia bisa ngumpet terus.

PENGGALI KUBUR :Heeee ! Siapa?

PENGGALI KUBUR :Sudah diam !

PENGGALI KUBUR :Itu lihat ada orang disitu ! (ia menunjuk – membelakangi penonton dibelakang di tempat yang ketinggian tampak Bima hanya dengan secabik kain)

PENGGALI KUBUR :Siapa itu?

PENGGALI KUBUR :Tolong !

PENGGALI KUBUR :Loh itu kan orang yang mati tadi, ya?

BIMA :Tolong !

PENGGALI KUBUR :Itu Bima ya?

BIMA :Ya

PENGGALI KUBUR :Sini !

PENGGALI KUBUR :Tunggu dulu disitu. Bob, kau yakin dia bukan setan?

PENGGALI KUBUR :Aku tudak tahu, aku merasa bukan setan.

PENGGALI KUBUR :Kalau ada apa – apa tanggung mu, ya?

PENGGALI KUBUR :Oke.

PENGGALI KUBUR :Salaman dulu ! (mereka salaman) Oke, kemari.

Page 55: Naskah GEER

BIMA BEJALAN PERLAHAN – LAHAN MENDEKAT. JATUH LALU BANGUN LAGI DAN MENDEKAT.

PENGGALI KUBUR :Gila kamu di betot habis – habisan ya?

BIMA :Ya.

PENGGALI KUBUR :Untung bisa selamat.

BIMA :Kalau Tuhan masih melindungi kita, kita tidak akan bisa dihancurkan.

PENGGALI KUBUR :Lihat Jon, ada setan menyebut – nyebut Tuhan.

PENGGALI KUBUR :Aku bukan setan.

PENGGALI KUBUR :Tahu, ayo duduk. (Bima ditolong duduk diatas peti) Mau ngerokok? (Bima mengangguk - diberikan rokok) Di sini aman.

BIMA :Betul?

PENGGALI KUBUR :Kita frend.

BIMA :Mudah – mudahan betul.

PENGGALI KUBUR :Tapi anda ini sungguh – sungguk belum mati.

BIMA :Sungguh mati. Masak saya bohong. Buat apa?

PENGGALI KUBUR :Maaf ya. (memegang) Panas. Kalau hantu pasti dingin.

PENGGALI KUBUR :Sudah ku bilang dia jujur. Masih mau minum?

BIMA :Boleh juga.

Page 56: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Ambilkan Bob, terus terang ya, jon tidak mengerti yang satu ini. Kami sudah pengalaman puluhan tahun. Baru satu kali ini orang yang mati bisa hidup lagi.

BIMA :Ya saya juga heran. Kok bisa begini.

PENGGALI KUBUR :Sama sekali aneh.

BIMA :Betul.

PENGGALI KUBUR :(membaawa minum) seadanya ya.

BIMA :Terimakasih loh, jangan repot – repot.

PENGGALI KUBUR :Nggak apa – apa, kitakan CS.

PENGGALI KUBUR :Tapi bagaimana ya? Saya ini orang bodoh, pendidikan memang kurang. Kalau perkara perempuan memang saya orangnya. Tapi sekarang, Jon tidak abis piker, yak an Bob?

PENGGALI KUBUR :Bagaimana?

PENGGALI KUBUR :Menurut pendapat mu bagaimana Bob?

PENGGALI KUBUR :Aku? Pendapat apa?

PENGGALI KUBUR :Tentang frend kita ini. Aneh kan?

PENGGALI KUBUR :Bagaimana ya? Yah beginilah. Kan aku sudah bilang dia memang masih hidup. Buktinya segar bugar kan?! (Tertawa)

BIMA :(tertawa) sebetulnya saya geli kalau memikirkan ini.

PENGGALI KUBUR :Aduh jelek bener ketawanya.

BIMA :Saya hidup, kok dianggap mati. Coba. Justru oleh keluarga saya sendiri. Apa tidak sakit kalau begini?

Page 57: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Memang, sering musuh kita adalah keluarga sendiri. Dengan teman. Dengan turis – turis asing kita bisa berteman bahkan sering ngasih tip. Coba kalau keluarga? Jangankan tip, di tegur, berterimaksih saja tidak. Ini bukan sakit lagi, bonyok.

BIMA :Tadi kalian kenapa tidak menolong saya?

PENGGALI KUBUR :Sebetulnya kami memang ingin menolong tapi bagaimana ya.

PENGGALI KUBUR :Ah, apa bedanya tadi dan sekarang. Buktinya kita tolonganda kan?

BIMA :Ya, ya saya mengerti, selalu ada jarak. Sekarang saya tidak tahu mesti bagaimana. Pulang saja atau lapor polisi.

PENGGALI KUBUR :Polisi?Jangan.

BIMA :Kenapa?

PENGGALI KUBUR :Kenapa Bob?

PENGGALI KUBUR :Nanti sulit. Juga jangan ke Lurah. Lebih baik diselesaikan sendiri.

BIMA :Caranya?

PENGGALI KUBUR :Itulah, ternyata memang caranya memang sulit. Mau sih mau, yakan?!

PENGGALI KUBUR :Begini saja, saya ada akal. (berbisik) yak an?! (ketawa)

PENGGALI KUBUR :Bagaimana? (dibisiki kemudian keduanya ketawa)

PENGGALI KUBUR :Ya nggak?

BIMA :Bagaimana?

PENGGALI KUBUR :Ah ! (membisiki)

Page 58: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Lalu (berbisik)

PENGGALI KUBUR :Jangan kuatir pokoknya (berbisik) ya kan !

KETIGANYA TIBA – TIBA TERTAWA TERBAHAK – BAHAK. NENEK MUNCUL DAR BELAKANG.

PENGGALI KUBUR :Apa hubunganya. Cepet banget !

PENGGALI KUBUR :Belum tahu artinya neraka ya !

NENEK :(Tiba – tiba muncul) Bima !

KETIGANYA TERTAWA LAGI. BIMA TERKEJUT. IA SEGERA HENDAK LARI. TAPI SEGERA DITAHAN PENGGALI KUBUR.

NENEK :Bima ! Pegang dia !

BIMA :Lepaskan !

PENGGALI KUBUR :(tertawa) kenapa di lepaskan? Kalau mau mati cepat saja, menghambat !

PENGGALI KUBUR :Kamu enak ! yang rugi kan kami, orang kecil – kecil !

BIMA :Bangsat ! kamu penipu ! lepaskan !

NENEK :Pegang terus yang kuat !

PENGGALI KUBUR :Kalem aja nek.

Page 59: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Mau kemana sih kamu. Dalam peti itu kan enak, tidak ada yang mengganggu.

BIMA :Tapi aku kan belum mati.

PENGGALI KUBUR :Diam ! (menampar) kamu kira aku masih takut sekarang? Diam !

PENGGALI KUBUR :Sepandai – pandai tupai melompat, akhirnya kamu akan jatuh juga. Pukul lagi Jon biar kapok. (Jon memukul)

BIMA :Tolong ! Tolong !

PENGGALI KUBUR :(melipat tangan Bima dan menutup mulutnya yang satu)

PENGGALI KUBUR :(siap memukul) kalau kamu berani lagi bertingkah awas. Ini (memperlihatkan kepalan di depan mata Bima) Keras !

NENEK :Bagus. (mendekat) ck ck ck ! kamu anak durhaka ! kamu mau mengingkari takdir. Kamu mau melawan kehendakNya ya? Kamu kira kamu sanggup? Apa saja yang diajarkan oleh orang tuamu waktu kecil? Kamu kira kamu bisa melawan takdir? (meludah) coba lepaskan dia !

PENGGALI KUBUR :Nanti lari lagi.

NENEK :Kalau dia insaf sejauh – jauh orang lari akhirnya akan ketemu juga, dia takan lari. Lepas saja. Bima ! (dilepaskan) kamu tahu siapa ini?

BIMA :Nenek.

NENEK :(kepda penggali kubur) saya neneknya. Aku yang sudah melahirkan orang tuamu. Kalau kamu hormat pada orang tua mu, kamu harus lebih hormat lagi kepada ku. Sebab kalau tidak ada aku, selembar bulu pun kau tidak punya. Nyawa mu itu asalnya dari perut ini tahu?

BIMA :Saya tahu nek. Tapi saya kan tidak mati, kenapa saya disuruh mati.

NENEK :Diam ! kalau aku selesa bicara boleh ku bantah. Dengar dulu apa yang mau aku katakan. Kamu belum tahu apa yang akan aku katakana?

Page 60: Naskah GEER

BIMA :Saya tahu.

NENEK :Mana bisa. Hee kadal (kepada si penggali kubur) apa mungkin orang tahu apa yang belum dikatakan?

PENGGALI KUBUR :Kita mana tahu, kan kadal.

NENEK :Tidak mungkin. Coba kamu lihat aku.

BIMA :Saya lihat.

NENEK :Pejamkan mata mu sekarang. Pejamkan saja. Sekarang buka lagi. Lihat aku lagi. Kau lihat?

BIMA :ya dong.

NENEK :Jadi kalau aku ada disini meskipun kamu pejamkan mata aku tetap ada disini. Tidak mungkin tidak, kecuali aku pergi. Jadi kalau kamu mati, kamu juga harus mati. Mengerti?

BIMA :Tapi saya tidak mati.

NENEK :Semua orang sudah tau kamu mati. Apa yang akan mereka katakana kalau kamu hidup lagi. Kemana mereka harus menyembunyikan muka mereka. Semua orang meminta kamu mati supaya kita agak tenang sedikit.

BIMA :Saya tidak mau mati.

NENEK :Harus ! istri mu sedih sekali karena kamu mati. Tapi kalau kamu hidup lagi, dia akan lebih sedih lagi, karena semua rencananya, rencana kita semua bisa rusak. Ibu mu, bapak mu, anak – anak mu, dan tetangga – tetangga mu bahkan polisi dan pak lurah sudah berusaha payah menerima kematian mu selama tiga hari tiga malam. Sekarang kok kamu hidup lagi. Bagaimana ini? Kan bingung kita semua.

BIMA :Loh saya yang bingung dong ! saya tidak mati, saya hidup.

NENEK :Sudah nduk, sini. Kamu kelihatan capek. (duduk di tepi peti) kamu kelihatan lelah sekali.

BIMA :Jiwa saya memang lelah.

Page 61: Naskah GEER

NENEK :Duduk disini. (Bima duduk disamping peti) taruh kepala mu di pangkuan nenek. Jangan membantah terus. Hidup memang keras, tapi kamu harus lebih keras lagi.

BIMA :(meletakan kepala dipangkuan nenek) aku capek sekali nek. Aku tidak mengerti.

NENEK :Karena itu lebih baik mati. Sekarang makin jauh kamu melawan akan makin sulit. Mati sajalah. Mati ya. Aku sebetulnya kasihan kalau melihat mu. Setiap hari berjuang mati – matian untuk hidup mu, padahal sebenernya kalau kamu tahu, hidup ini gampang sekali. Semua kesuitan hanya berbatas lubang. (kepada penggali kubur) coba panggil mereka sekarang cepat. (Membarut terus kepala Bima)

PENGGALI KUBUR :Bagaimana ini Bob? Ini semua gara – gara kamu.

PENGGALI KUBUR :Kalem dulu !

PENGGALI KUBUR :Kalem apaan ! Aduh itu mereka datang !

POLISI, LURAH DAN HANSIP DATANG BERAMAI – RAMAI.

HANSIP :Awas ! Siap !

POLISI :Angkat tangan ! (penggali kubur angkat tangan)

LURAH :Itu nenek ya !

NENEK :Sssst ! suruh mereka diam. Dia hamper tidur.

PENGGALI KUBUR :Pak lurah diminta diam.

LURAH :Loh saya datang keamri, diminta untuk mengusut, sampai disini di suruh diam. Bagaimana?

POLISI :Bima, angkat tangan kamu !

HANSIP :Ambil posisi seperti tadi !

Page 62: Naskah GEER

LURAH :Menyerah saja Bima, kau sudah dikepung !

NENEK :Astaga. Tolol semua. Diammmmm ! (Bima terkejut hendak bangkit tapi cepat nenek menutup matanya) sudah, sudah tak apa – apa. Nenek jaga disini.

BIMA :Aku sebel nek. Aku penasaran lihat semuanya. Serba salah semua. Dimana – mana tidak ada yang betul. Semuanya menyakitkan.

NENEK :Makanya jangan buka mata. Tidur saja, tidur tenang. Nenek akan jaga. Heeee kamu jangan ganggu lagi, cucu aku mau tidur. Dia sudah capek bekerja satu hari satu malam untuk menghidupi anak bininya. Apa dia tidak berhak tidur sebentar.

LURAH :Loh aku ini tidak mengerti. Kita kemari kan.

NENEK :Diam ! matikan radio. Mengganggu tetangga saja. Ini jam tidur tahu. Tidur itu wajib, sehat untuk jiwamu. Dia harus bekerja lagi besok. Kamu tahu apa?

LURAH :Radio apa?

POLISI :Ini kata – kata sandi pak. Kita memang sering memakai taktik begini kalau menghadapi penjahat.

LURAH :O begitu.

NENEK :Pejamkan mata mu. Tidak apa – apa, nenek akan melindungi kamu. (kepada penggali kubur) Tolong angkat badanya, dia harus berbaring.

BIMA :Semua orang kurang ajar. Tidak ada yang bisa diajak ngomong nek. Istri ku. Anak ku. Tetangga – tetangga ku. Kecuali penggali kubur itu. Semuanya berengsek. Aku capek.

NENEK :ya, ya, karena itu istrahat. Cepat tolong.

KEDUA PENGGALI KUBUR MENOLONG NENEK MEREBAHKAN KEMBALI BIMA KE DALAM PETI.

Page 63: Naskah GEER

NENEK :Cah bagus, anak baik begitu. Istirahat sekarang. Biar nenek jaga kamu. Tidak aka nada kucing yang berani kemari. Tidur ya, besok pagi – pagi bangun lagi. Sehat dan bekerja lagi disawah.

PENGGALI KUBUR :Memangnya petani.

NENEK :Diam kadal, bagus begitu – begitu – begitu. (kemudian dia diam dan mengusap airmatanya) ini sebetulnya tidak adil. Tidak adil. Tuhan mengapa, kami semua yang harus menanggung ini.

PENGGALI KUBUR :Waduh ini mulai lagi.

PENGGALI KUBUR :Gresi ! bagaimana ini.

PENGGALI KUBUR :Ini gara – gara akal jelek mu Bob.

PENGGALI KUBUR :udah jagan saling menuduh.

NENEK :Jangan diam – diam saja sekarang. Aku sudah kerja keras. Masak aku yang paling tua harus bekerja. Ayo kamu pemalas. Lanjutkan. Aku tidak kuat lagi bersandiwara. Heee Tolong ! Kedua penggali kubur mendudukan nenek diatas peti.

BAPAK :Hhmm ! (batuk – batuk) bagini pak lurah. Dengan ini kami laporkan bahwa anak kami Bima meninggal, membunuh diri tiga hari yang lalu.

LURAH :O ya. Saya sebagai lurah hanya bisa ikut menyatakan bela sungkawa. Saya kenal Bima sebagai warga yang baik. Dia orang yang sangat berguna. Jasa – jasanya banyak.

BAPAK :Betul. Saya sebagai bapaknya minta maaf karena Bima menghentikan pengabdiannya kepada masyarakat tanpa persetujuan bapak terlebih dahulu. Dia memang anak nakal.

LURAH :Oh, itu memang diluar kekuasaan kita. Itu kehendak Yang Maha Kuasa, mau diapakan lagi? Tapi dia memang orangnya baik.

HANSIP :Betul sekali. Seperti kata pak lurah tadi. Selama saya jadi hansip di kampong, belum satu kali pun saya lihat saudara Bima melakukan hal yang tidak – tidak.

POLISI :Yang tidak – tidak apa? Kalau ngomong yang pasti. Dasar Hansip !

Page 64: Naskah GEER

HANSIP :Yah, mencuri maaf. Tertangkap basah atau berjudi misalnya. Sama sekali tidak, dia bersih. Ya kan.

HANSIP :Betul sekali. Bahkan dia sering menggantikan kami ronda, kalau kami ketiduran.

LURAH :Memang bagus sekali sifat – sifatnya, warga teladan.

IBU :(menangis) sudah, jangan sebut – sebut lagi dia. Anakku, Bima…… (cepat dipegang bapak)

BAPAK :Sudahlah relakan saja.

POLISI :Relakan saja bu. Kami dari pihak kepolisian ikut bertanggung jawab sebenernya terhadap segala sesuatu di sini. Membunuh diri adalah pekerjaan terlarang yang bisa dihukum. Kami sebenernya ingin membacakan hukuman apayang bisa dijatuhkan ke hadapan orang yang mati bunuh diri, sebab ini melanggar ketertiban hidup. Tapi, karena jasa – jasanya, yah semua ada perkecualian. Tanpa menghilangkan ketegasan kami, kami sudah sepakat untuk tidak mengungkit – ungkit soal ini lagi.

HANSIP :Maksudnya pura – pura tidak tahu.

POLISI : He diam Hansip.

LURAH :Yanh begitulah. Ini adalah siklus kehidupan.

ANAK – ANAK BIMA TIBA – TIBA MENYERBU KE TEMPAT PETI.

ANAK – ANAK :Bapaaaaaaaaaak ! (cepat ditahan oleh nenek)

NENEK :Sudah, sudah, biar bapak tenang !

ISTRI :Mas, Mas, jangan tinggalkan kami Mas. Aku minta maaf, aku menyesal mas. Ini tidak adil. Ini tidak adil ! (dia rebah langsug dipeluk oleh koko)

SESEORANG :Saya sebagai ketua RT 10 ingin sekedar memberikan sekapur sirih. Kita sebagai manusia tidak luput dari segala kehilafan. Apalagi sebagai hamba tuhan yang lemah senantiasa terancam oleh berbagai kesulitan, ekonomi, perumahan, gaji yang tidak pernah cukup, serta tata pergaulan yang mewajibkan

Page 65: Naskah GEER

kita untuk saling tolong menolong. Saya sadar sekali sebagai seorang warga, warga yang saya sadari seperti juga yang lain – lain. Negara kita adalah Negara yang merdeka yang di proklamirkan pada tanggal 17 Agustus. Pada bulan – bulan yang berdejarah ini, kita wajib, wajib mengenang jasa – jasa pahlawan dan bertanya kepada hati kita sendiri. What next? What we can bring the nation bukahnya what, what nanti on, maksudnya apa yang di berikan Negara pada kita. Disini kembali saudara Bima. Sahabat saya, teman sepermainan saya sejak kecil, sebagai kepala RT 10 saya ucapkan selamat pada keluarganya. Marilah kita mengheningkan cipta. Semoga arwahnya diberi tempat yang semestinya oleh Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun memang kita merasa ini tidak adil, sama sekali rasanya, ingat loh rasanya yang kurang adil, mengapa manusia yang sebaik Bima harus pergi. Rasanya, kalau bisa meu kita menebus nyawanya dengan nyawa kita, sebab orang begitu, seperti bung Bima sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita yang sedang berjuang sekarang, pendeknya seorang patriot. Saya tidak akan berpanjang lebar, pak lurah tahu apa maksud saya. (lurah mendehem – dehem) maaf mungkin saya sudah bertele – tele.

NENEK :Cukup ! sekarang jangan banyak cakap lagi. Nanti dia hidup lagi. Sekarang semuanya berdo’a. berhenti menangis. Berdo’a semua jangan ada yang tidak !

POLISI :Saya juga?

HANSIP :Ya dong pak.

POLISI :KAmu hansip tolol !

SEMUANYA BERDO’A. SEPI.

NENEK :Ya tuhan seru sekalian alam. Mulut kami terbuka bersama sama disini. Aku tidak mengingkari kebesaranMu, aku tidak ingin melawan kehendakMu. Tapi satu kali ini biarkan kami berbeda pendapat tentang kematian seorang anak yang kami cintai. Dia berguna untuk kami, untuk diri kami masing – masing, seorang kecil yang banyak melakukan perbuatan – perbuatan besar. Mengapa kau biarkan ia gugur. Apa yang sedang kau rencanakan. Jangan diumpat terlalu lama, sehingga kami gentayangan dan menebak – nebak. Singkapkan tabir kalau itu memang bukan untuk menipu kami. Biarkan kami tahu seluruhnya. Ini sangat menyakitkan. Kalau boleh diulangi, jangan ambil anak itu. Kembalikan pada kami. Kami sangat tersiksa. Semua kami tersiksa, seperti dibantai seiris demi seiris. Berapa kali lagi ini akan terjadi?

SEMENTARA BERDO’A. LAMPION – LAMPION MENYALA NAIK KEATAS. PENGGALI KUBUR SEGERA BERTINDAK.

Page 66: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Ayo Jon.

MEREKA MEMBALIKKAN PETI. TERNYATA SEBELAHNYA BERLUBAG.

PENGGALI KUBUR : Ayo bangun sekarang. Jangan keenakan. Nanti ati betulan.

PENGGALI KUBUR :Bangun ! bangun ! (menepuk – nepuk)

PENGGALI KUBUR :Loh, jangan – jangan betul – betul mati.

PENGGALI KUBUR :(menarik kakinya) hee goblok ! mau hidup nggak? Gresi ! Ayo tarik !

PENGGALI KUBUR :Jangan manja. Ayo bung ! katanya mau hidup ! tarik saja !

KEDUANYA SAMA – SAMA MENARIK KAKI BIMA YANG SUDAH KELUAR TAPI KEPALANYA BELUM BISA. TIBA – TIBA DARI DEPAN DARI BERBAGAI ARAH MUNCUL SEGEROMBOLAN MUMI MENGHAMPIRI PETI HENDAK MENGANGKATNYA.

PENGGALI KUBUR :He lihat itu merka sudah datang !

PENGGALI KUBUR :He gila kamu ! ada ulat – ulat sebesar ini.

PENGGALI KUBUR :Hee bung ! bung Bima. Keparat kamu. Bangun ! ini main – main. Lihat itu ulat – ulat itu datang! Tahan dulu Bob.

BOB MAJU DAN MENDORONG MUMI ITU. MEREKA BERJATUHAN TAPI MEREKA MAJU TERUS. BOB MEMUKULNYA DAN MENYERETNYA. TAPI MEREKA BANDEL HENDAK MENGHAMPIRI PETI.

Page 67: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Jon ! tidak bisa Jon. Tolong. Aduh. (Jon datang menolong)

MEREKA MEMUKULI MUMI ITU. TAPI SEMENTARA ITU KAKI BIMA MASUK KE PETI LAGI.

PENGGALI KUBUR :Gresi ! (lari dan menarik kaki Bima kembali) Tahan Jon.

PENGGALI KUBUR :Waduh nggak bisa.

PENGGALI KUBUR :Ini tidak bisa ditinggal.

PENGGALI KUBUR :(membekuk semua mumi itu) Aduh aku nyerah saja. Aku nyerah deh. Nyerah. Nyerah !

PENGGALI KUBUR :Jangan, tahan sebentar, ini sudah mulai bergerak.

PENGGALI KUBUR :Tidak. Aku nyerah deh. Aku kalah loh !

PENGGALI KUBUR :Kenapa?

PENGGALI KUBUR :Mereka tiba – tiba diam. (mumi itu tiba – tiba diam)

PENGGALI KUBUR :(meneekat) Aneh. Saudara – saudara. Saya peringatkan. Jangan keliru. Orang itu belum mati. Dia Cuma tidur. Jangan ganggu dia.

PENGGALI KUBUR :Percuma, dia tahu?

PENGGALI KUBUR :Coba saja.

PENGGALI KUBUR :Sadara, kami Cuma minta pengertian. Jangan salah langkah. Orang itu hidup. Dia hidup. Dia tidak mati. Dia ingin hidup.

PENGGALI KUBUR :Dia hidup. Kami bersumpah dia hidup seperti kami. Jangan di ganyang. Beri dia kesempatan.

Page 68: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Percuma Jon.

PENGGALI KUBUR :Demi Tuhan. Kami memang bodoh, tapi kami tau mana orang mati mana orang hidup mana yang tidak.

NENEK :(Tiba – tiba berbalik) tapi di atas segalanya. Kalau ini mesti terjadi tidak apa. Lanjutkan saja. Jangan ditunda lagi, sebab sama saja. Kami relakan. Ambil dia. Ambil dia sekarang. Cepat ! Lebih cepat lebih baik buat kami untuk menyiapkan yang lain.

PENGGALI KUBUR :Dia bergerak lagi.

NENEK : teruskan ! (mumi bergerak lagi)

PENGGALI KUBUR :Bohong ! Dia bohong ! mereka semua pembohong, penipu. Orang itu masih hidup.

NENEK :Kalau ini kehendak Mu buat apa ditunda lagi hanya akan menyakitkan saja. Kami terima. Kami terima dengan rela. Ya Tuhan, segera ambil, ambil semua kepunyaanMu. Aku tidak akan menolak. Kami tidak berani menolak !

PENGGALI KUBUR :Goblok ! jangan percaya nenek busuk itu.

PENGGALI KUBUR :Percuma Jon.

PENGGALI KUBUR :Coba ! Ayo !

PENGGALI KUBUR BERUSAHA BRJUANG MELAWAN MUMI TAPI MAKHLUK – MAKHLUK PUTIH YANG SEPERTI ULAT – ULAT ITU MAJU TERUS. KEDUA PENGGALI KUBUR TAK BERDAYA. MEREKA TERCECER.

PENGGALI KUBUR :Sudah menyerah saja Jon. Gresi !

PENGGALI KUBUR :Setan ! Yeni, Maria Nensi semuanya sudah gagal. Aku tidak mau gagal terus. Sekali ini. Ayo itik – itik kakinya !

Page 69: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Apa?

PENGGALI KUBUR :Itik – itik kakinya !

PENGGALI KUBUR :O ya !

KEDUANYA MELONCAT LAGI. MEREKA MENARIK – NARIK KAKI BIMA DAN MENGITIK – ITIKNYA. BIMA KONTAN BANGUN.

BIMA :Aduh ! (ketiganya berdiri – mumi atau ulat itu mulai melanda mereka, tetapi ternyata tak menggangu mereka)

BIMA :Apa ini? Dimana ini?

PENGGALI KUBUR :Sssst !

KEDUA PENGGALI KUBUR MENARIK BIMA KEDEPAN. MUMI TERUS MERUBUNG PETI.

MEREKA SEMUA MENGGELUTINYA, SEPERTI ULAT MERUBUNG DAGING BUSUK. SEMENTARA ITU NENEK MEMIMPIN ORANG – ORANG DIBELAKANG.

NENEK :Berdo’a selesai ! semua sekarang siap. Atas nama keluarga kami, saya mengucapkan terimakasih atas semua yang hadir disini. Pak lurah, bapak – bapak polisi dan tidak ketinggalan bapak – bapak hansip. Semoga segala kebaikannya akan mendapat pahala. Sekarang kita lanjutkan upacara ini. Tidak seorang pun boleh menangis lagi, biar dia tenang menuju tempatnya yang baru disana. Seorang telah pergi, kita kenang, tapi kita sendiri masih harus tetap hidup, membesarkan anak – anak kita. Mari ! mari, meskipun semuanya ini tidak adil.

SEMUA ORANG MENDEKATI PETI YANG SEDANG DIRUBUNG ULAT. SEMENTARA ITU KEDUA PENGGALI KUBUR BERSALAMAN DENGAN BIMA.

Page 70: Naskah GEER

PENGGALI KUBUR :Kita berpisah dulu disini. Kemi menjalankan tugas. Ayo Jon.

PENGGALI KUBUR :Supaya selamat, lebih baik ganti nama.

PENGGALI KUBUR :Ya. Dari pada dauber – uber. Baju juga harus diganti. Terpaksa kan bung?! Apa boleh buat.

BIMA DIAM SAJA. PENGGALI KUBUR ITU MENUKAR BAJU BIMA. MEREKA MEMBALUT BIMA DENGAN KAIN – KAIN PUTIH. BIMA DIAM SAJA. SEMENTARA ITU MUMI ATAU ULAT PUTIH ITU MELAI MENGANGKAT PETI. LALU ORANG – ORANG IKUT BERGABUNG DALAM SEBUAH PROSESI SAMBIL MENGUMANDANGKAN DO’A. PETI ITU DIARAK KEBELAKANG KEBAGIAN PANGGUNG YANG TINGGI. TALI DENGAN BUNGKUSAN JASA TURUN LAGI. SEDANG DIBAGIAN DEPAN PANGGUNG DUA BUAH LAMPION BESAR SEKALI DI KEREK NAIK PERLAHAN – LAHAN. TERDENGAR SAYUP – SAYUP NYANYIAN BERSMA. PENGGALI KUBUR MENEPUK – NEPUK LALU MENGAMBIL SEKOP DAN CANGKUL MENGIRINGI PROSESI. TAPI KEMUDIAN MEREKA MENEMUKAN KAIN MERAH. CEPAT MEREKA KEMBALI DAN MENGALUNGKAN KAIN ITU DI LEHER BIMA. KEMUDIAN KEMBALI BERGABUNG DENGAN IRING – IRINGAN PROSESI. BIMA TINGGAL SENDIRIAN. IA MEMANDANGI PROSESI ITU. KEMUDIAN BERBALIK. BADANYA GEMETAR. IA MENCOBA MENAHAN DIRI. TAPI AKHIRNYA TAK BISA MENAHAN TANGISNYA. IA MENANGIS DENGAN PERKASA. WAKTU ITU SUARA NYANYIAN BERTAMBAH KERAS. LAGUNYA : JANGAN MENANGIS INDONESIA. DAN SETERUSNYA ………………… DAN SETERUSNYA.

SELESAI.

Jakarta, 21 Juni 1981

Pada Ulang Tahun Jakarta

MEMENTASKAN NASKAH INI HARUS SEIZIN PENGARANGNYA.

Page 71: Naskah GEER

Putu Wijaya – Majalah Zaman, Blok II Lantai III, Proyek senen, Jakarta.