Nafi_anam pf pp bronkiektasis.docx

2
Gambaran Klinis Ciri khas bronkiektasis adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya hemoptisis dan pneumonia berulang. Batuk pada bronkiektasis memiliki ciri antara lain batuk produktif yang berlangsung lama dan frekuens mirip dengan bronchitis kronik. Jika terjadi karena infeksi, warna sputum akan menjadi purulen, dan dapat memberikan bau tidak sedap pada mulut. Pada kasus yang sudah berat, sputum disertai dengan nanah dan jaringan nekrosis bronkus. Pada sebagian besar pasien juga ditemukan dipsneu dengan suara tambahan wheezing akibat adanya obstruksi bronkus. Demam berulang juga dapat dirasakan pasien karena adanya infeksi berulang yang sifatnya kronik. Hemoptisis juga dapat terlihat pada sebagian besar kasus, hal ini disebabkan adanya destruksi mukosa bronkus yang mengenai pembuluh darah. Pada dry bronkiektasis (bronkiektasis kering), hemoptisis terjadi tanpa disertai dengan batuk dan pengeluaran dahak. Hal ini biasanya terjadi pada bronkiektasis yang menyerang mukosa bronkus bagian lobus atas paru. Bagian ini memiliki drainase yang baik sehingga sputum tidak pernah menumpuk pada bagian ini. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sianosis dan jari tabuh. Pada keadaan yang lebih parah dapat dilihat tanda-tanda kor pulmonal. Kelainan paru yang lain daapat ditemukan tergantung dari tempat kelainan yang terjadi. Pada bronkiektasis biasanya ditemukan ronkhi basah paru yang jelas pada bagian lobus bawah paru dan ini hilang setelah melakukan drainase postural. Dapat dilihat pula retraksi dinding dada dan berkurang gerakan dinding dada pada paru yang terkena

Transcript of Nafi_anam pf pp bronkiektasis.docx

Page 1: Nafi_anam pf pp bronkiektasis.docx

Gambaran Klinis

Ciri khas bronkiektasis adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya

hemoptisis dan pneumonia berulang. Batuk pada bronkiektasis memiliki ciri antara lain batuk

produktif yang berlangsung lama dan frekuens mirip dengan bronchitis kronik. Jika terjadi

karena infeksi, warna sputum akan menjadi purulen, dan dapat memberikan bau tidak sedap

pada mulut. Pada kasus yang sudah berat, sputum disertai dengan nanah dan jaringan

nekrosis bronkus. Pada sebagian besar pasien juga ditemukan dipsneu dengan suara tambahan

wheezing akibat adanya obstruksi bronkus. Demam berulang juga dapat dirasakan pasien

karena adanya infeksi berulang yang sifatnya kronik. Hemoptisis juga dapat terlihat pada

sebagian besar kasus, hal ini disebabkan adanya destruksi mukosa bronkus yang mengenai

pembuluh darah. Pada dry bronkiektasis (bronkiektasis kering), hemoptisis terjadi tanpa

disertai dengan batuk dan pengeluaran dahak. Hal ini biasanya terjadi pada bronkiektasis

yang menyerang mukosa bronkus bagian lobus atas paru. Bagian ini memiliki drainase yang

baik sehingga sputum tidak pernah menumpuk pada bagian ini.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sianosis dan jari tabuh. Pada keadaan yang

lebih parah dapat dilihat tanda-tanda kor pulmonal. Kelainan paru yang lain daapat

ditemukan tergantung dari tempat kelainan yang terjadi. Pada bronkiektasis biasanya

ditemukan ronkhi basah paru yang jelas pada bagian lobus bawah paru dan ini hilang setelah

melakukan drainase postural. Dapat dilihat pula retraksi dinding dada dan berkurang gerakan

dinding dada pada paru yang terkena serta terjadi pergeseran mediastinum (tertarik) kearah

yang terkena.

Pada pemeriksaan laboratorium sering ditemukan anemia akibat infeksi kronis dan

adanya leukositosis yang menunjukkan infeksi kronis. Pemeriksaan urin umumnya normal,

kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan ditemukan proteinuria. Pemeriksaan

sputum serta kultur bakteri dan uji resistensi perlu untuk dilakukan, apabila ada kecurigaan

terhadap infeksi sekunder.

Gambaran radiologis khas untuk bronkiektasis biasanya menunjukkan kista kista kecil

dengan fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon. Gambaran seperti ini hanya dapart

dilihat pada 13% kasus. Kadang-kadang gambaran radiologis paru pada bronkiektasis

menunjukkan adanya bercak-bercak pneumonia, peeumonia, fibrosis atau kolaps

(atelataksis), bahkan terkadang paru terlihat normal (pada 7% kasus).

Pada pemeriksaan spirometri akan ditemukan penurunan rasio VC dan FEV1 yang

menunjukkan adanya obstruksi saluran nafas. Pada bronkiektasis dapat terjadi perubahan gas

Page 2: Nafi_anam pf pp bronkiektasis.docx

darah berupa penurunan PaO2 yang menunjukkan adanya abnormalitas regional, seperti

kelainan ventilasi.

Aru W. Sudoyo. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II, Edisi IV.  Jakarta : FKUI