NADYA KHARIMA-FDK.pdf

115
Implementasi Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Gender Mainstreaming ( Studi Kasus Workshop Pemberdayaan Mubalighat I oleh Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh : Nadya Kharima NIM. 104054102123 Di Bawah Bimbingan Dra. Asriati Jamil, M. Hum NIP. 150 244 766 KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1249 H / 2008 M

Transcript of NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Page 1: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Implementasi Program Pemberdayaan Perempuan Melalui

Gender Mainstreaming

( Studi Kasus Workshop Pemberdayaan Mubalighat I oleh Pusat

Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

Nadya Kharima

NIM. 104054102123

Di Bawah Bimbingan

Dra. Asriati Jamil, M. Hum

NIP. 150 244 766

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1249 H / 2008 M

Page 2: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul : “IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI GENDER MAINSTREAMING STUDI KASUS WORKSHOP PEMBERDAYAAN MUBALIGHAT I OLEH PUSAT STUDI WANITA (PSW) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA” Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 18 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 18 September 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap

Anggota

Dr. Arief Subhan, MA. Dra. Sukmayeti

NIP. 150 262 442 NIP. 150 234 867

Penguji I Penguji II

Drs. Helmi Rustandi, M. Ag Ismet Firdaus, M. Si.

NIP. 150 235 946

Pembimbing

Dra. Asriati Jamil, M.Hum

NIP. 150 244 766

Page 3: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 September 2008

Nadya Kharima

Page 4: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

ABSTRAK

Dewasa ini, ada enam isu ketimpangan gender yang menimpa

perempuan mulai dari streotype makhluk yang lemah, sub ordinat, objek

kekerasan, marjinalisasi, diskriminasi hingga multiperan perempuan

masa kini. Oleh karena itu dibutuhkan adanya sebuah wadah bagi kaum

perempuan itu sendiri untuk berdaya melalui pemberdayaan.

Workshop Pemberdayaan Mubalighat I merupakan salah satu cara

yang dilaksanakan oleh Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dalam melakukan pemberdayaan terhadap perempuan.

Pada hakikatnya, menurut Kusnadi pemberdayaan adalah upaya

untuk membangun daya itu dengan mendorong, memotivasi dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya

untuk mengembangkannya.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana Workshop

Pemberdayaan Mubalighat di laksanakan oleh PSW UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif

dengan pencatatan data dari hasil interview, dan dokumentasi.

Pelaksanaan pelatihan Workshop Pemberdayaan Mubalighat I

adalah berlangsung selama tiga hari di wisma Syahida dengan 30

peserta, 5 nara sumber, 5 fasilitator dan 4 pelaksana.

Page 5: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Mubalighat terbukti telah terbantu dengan adanya Workshop

Pemberdayaan Perempuan yang dilaksanakan PSW UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Mubalighat merasa telah mendapatkan

pengetahuan, pengalaman serta silaturahmi antar mubalighat. Hingga

terlihat jelas bahwa adanya sebuah keberhasilan dalam Workshop

Pemberdayaan Mubalighat I terutama dalam proses pemberdayaan

perempuan.

Page 6: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan syukur Alhamdulillah atas rahmat dan pertolonganNya sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Karena dengan skripsi ini penulis berharap dapat

memberikan sedikit sumbangan maupun perhatian bagi dunia Ilmu Kesejahteraan

Sosial.

Setelah bersyukur atas rahmat Allah yang telah memberi kekuatan dalam

menyelesaikan skripsi ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr Murodi , M.A. Pudek I, Dr. Arief

Subhan, MA. Pudek II, Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Pudek III, Study Rizal LK,

MA.

2. Selaku Kajur dan Sekjur Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. Terima kasih atas

segala bimbingan dan bantuan.

3. Dosen Pembimbing, Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum. berkat bimbingan dari ibu,

skripsi ini berhasil saya selesaikan. Terimakasih atas ilmu dan kebaikan yang

telah ibu berikan.

4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang pernah memberikan

ilmunya kepada penulis.

5. Seluruh staff akademik dan perpustakaan Dakwah dan Komunikasi.

6. Seluruh pengurus PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama Bpk Mu’min,

Bpk Yudi, Kak Yeyen dan Kak Desi atas bantuan dan dukungan dalam

pembuatan skripsi penulis.

7. Kedua orang tua penulis, kepada Bapak Ir. H. Moechsin, MM. yang selalu

memberikan kasih sayang dengan caranya tersendiri, memberikan teladan akan

Page 7: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

ketakwaan dan selalu mengajarkan arti penting sebuah keluarga. Dan ibu H. Nur

Fadilah, BA. yang memberikan ruang kedewasaan dalam segala aspek

kehidupan, memberikan kepercayaan yang luar biasa kepada penulis dan selalu

memahami penulis keadaan apapun. Penulis berharap semoga Bapak dan Ibu

dapat tersenyum bahagia atas apa yang telah penulis hasilkan ini.

8. Kakakku tersayang Ir. Faqih Akhsani (Akhirnya kita selesai juga..) dan adikku si

penghibur M. Habibullah Labiba (cepat besar ya..). Serta sepupuku De’ Charom

atas sumbangan “Laptop si Unyil” dan kepada seluruh keluarga besar Magetan

dan Banyumas.

9. Teman-teman Kalacitra dan SC (Student Center) yang tergabung dalam Forum

UKM yang telah mengajarkan penulis sebuah arti saudara tanpa satu darah.

Terutama untuk Truk Gandeng (Aci, Feby, Joe dan.. atas persaudaraan kita yang

begitu indah), Si Bontot Erza, Iwan, Budi, Luthfi, Aden Senja, Vicky, Trio

Macan, Pandawa Sembilan dan angkatan V yang belum penulis sebutkan yang

selalu memberikan keceriaan yang tidak pernah pudar.

10. Temanku yang super bawel tapi baik hatinya, Mbak Ziyarotun Kharomaen (maaf

mbak ngerepotin..).

11. Teman-teman Konsentrasi Kesejahteraan Sosial dari angkatan 2003 sampai 2008,

terutama untuk Putri, Winda, Fitrah, Nana, Emmy, Sarti dan Kartini yang selalu

hadir dengan “obrolan hangat” dan teman-teman angkatan 2004 yang tidak

sempat penulis sebutkan atas kebersamaannya selama masa kuliah penulis.

12. Ibu Ismah Salman, Ibu Anggarkasih dan Ibu Nina yang sudah meluangkan

waktunya untuk penulis wawancara.

13. Untuk semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu dan yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Akhirnya hanya kepada Allah penulis serahkan segalanya. Semoga Allah

membalas atas segala kebaikan yang telah kalian perbuat baik disadari maupun tidak

kepada penulis.

Seperti pepatah, tiada gading yang tak retak maka skripsi ini masih jauh dari

sebuah kesempurnaan maka penulis dengan segala kerendahan hati dan memohon

maaf . Namun kepuasaan penulis adalah jika skripsi ini aka nada sisi-sisi yang dapat

bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta, 18 September 2008

Penulis

Page 9: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI…………………...………………………………………………iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………..iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..1

B. Pembatasan dan Perumusan

Masalah………………………………..8

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….9

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………..9

E. Metodologi Penelitian………………………………………………10

F. Sistematika Penulisan……………………………………………….15

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Pemberdayaan

Perempuan………….................................................16

Page 10: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

1. Pengertian Pemberdayaan

Perempuan………………………….16

2. Tujuan Pemberdayaan…………………………………………..19

3. Model-model Program

Pemberdayaan………………………….21

4. Indikator Keberdayaan………………………………………….24

B. Workshop……………………………………………………………29

C. Mubalighah………………………………………………………….29

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI PSW UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA.

A. Profil PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta………………………….31

B. Sejarah Singkat PSW UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta………….........33

C. Visi, Misi dan Tujuan PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta………...35

D. Program dan Kegiatan Pokok di PSW UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta………………………………………………………………….37

E. Struktur Kepengurusan PSW UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta……….40

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN

Page 11: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

A. Analisa Program Pemberdayaan

Perempuan…………………………..41

B. Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Program Pemberdayaan

Perempuan..……………………………………………………………48

C. Analisa SWOT………………………………………………………...61

BAB V PENUTUP

D. Kesimpulan……………………………………………………………63

E. Saran…………………………………………………………………..64

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....65

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

DAFTAR TABEL

1. Tabel Data orang yang penulis

wawancara…………………………………………. 13

2. Tabel Model-model program

pemberdayaan……………………………………….. 21

3. Tabel Indikator Keberdayaan

………………………………………………………. 27

4. Tabel nama-nama peserta

workshop…………….………………………………….. 47

5. Tabel nama-nama

narasumber……………………………………………………… 49

6. Tabel nama mubalighat yang

dikunjungi……………………………………………. 56

Page 13: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, persoalan yang sering muncul adalah mengenai

kerentanan sosial akibat perempuan tidak mempunyai akses untuk

mampu setara dan berkeadilan gender. Isu-isu ketimpangan gender

masih melanda perempuan. Antara lain terdapat enam isu ketimpangan

gender yang menimpa perempuan yang saya (Bachtiar Chamsyah)

ketahui yaitu : (1). Streotype ; perempuan dicap sebagai makhluk yang

lemah dan tidak mampu mandiri tanpa bantuan pria, hal ini

mengandung konsekuensi perempuan menjadi di belakang pria (2) Sub

Ordinat ; pada akhirnya karena kodrat dan keterbatasannya perempuan

menjadi subordinat pria (3) Objek Kekerasan ; karena perempuan

dianggap berstatus sebagai sub ordinat maka seringkali perempuan

mengalami tindak kekerasan dari pria yang seolah-olah superior. (4)

Marjinalisasi ; perempuan menjadi terpinggirkan dalam kegiatan

pembangunan karena kegiatan pembangunan itu sendiri belum responsif

gender. Kegiatan pembangunan hanya dinikmati atau dilaksanakan oleh

pria. (5) Diskriminasi ; terdapat perbedaan perlakuan terhadap

perempuan dikarenakan latar budaya atau anggapan yang lebih

mengutamakan pria. (6) Multiperan ; perempuan memegang peran

ganda, karena laki-laki yang di cap sebagai kepala rumah tangga atau

Page 14: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

pencari nafkah, maka perempuan yang bekerja tetap diserahi tanggung

jawab untuk mengurusi keluarga. 1

Berbagai fakta sering dipakai sebagai alat analisis untuk melihat

seberapa parah persoalan yang membelengu kehidupan kaum

perempuan. Lebih dari separuh ( 104,6 juta orang ) dari total penduduk

Indonesia (208,2 juta orang) adalah perempuan. Namun, kualitas hidup

perempuan jauh tertinggal dibandingkan laki-laki. Masih sedikit sekali

perempuan yang mendapat akses dan peluang untuk berpartisipasi

secara penuh dalam proses pembangunan. Tidak mengherankan bila

jumlah perempuan yang menikmati hasil pembangunan lebih terbatas

dibandingkan laki-laki. Hal itu terlihat dari semakin turunnya nilai Gender

Development Index (GDI) Indonesia dari 0,651 atau peringkat ke 88 (HDR

1998) menjadi 0,664 atau peringkat ke 90 (HDR 2000).2

Kemudian adanya kesejangan ekonomi dan ketidakmerataan

pembangunan terhadap gender berimplikasi pada tidak meratanya

penguasaan sumber daya ekonomi dan pada akhirnya juga membatasi

akses terhadap fasilitas pendidikan maupun kesehatan. Berikut ini adalah

data tentang angka buta huruf 3:

Kelompok Umur Perempuan Laki-Laki

1 Bachtiar Chamsyah, Sentuhan Kesejahteraan Sosial (Jakarta : DEPSOS RI, t.t), h. 107. 2 Edriana Noerdin, dkk, Potret Kemiskinan Perempuan (Jakarta : Women Research Institute, 2006), h.53

3 Ibid, h. 12

Page 15: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Penduduk Perkotaan Pedesaa

n

Perkotaan Pedesaa

n

15 tahun dan kurang 18,41 7,87 3,06 9,14

15 – 24 tahun 2,44 0,58 0,54 1,96

25 – 44 tahun 10,29 3,41 1,24 4,91

45 tahun dan lebih 42,90 23,33 8,53 20,73

Sumber : data Susenas 2003 dalam Jalal (2004)

Disamping masalah kemiskinan, persoalan diskriminasi pun masih

menjadi isu pokok dalam perbincangan seputar persoalan perempuan.

Diskriminasi ini ditengarai terjadi di hampir semua aspek kehidupan baik

budaya sosial, ekonomi maupun politik.4

Ditambah lagi isu penindasan terhadap wanita belakangan

demikian dieskpose di media. Bukan hanya di Indonesia, isu ini menjadi isu

internasional. Berbagai seminar, aksi, dilakukan di seluruh dunia. Adalah

suatu yang lumrah apabila sebuah ideologi akan melakukan segala

upaya untuk mempertahanakan eksistensinya. Kapitalisme global yang

diserukan ke seluruh dunia oleh kekuatan negara seperti Amerika Serikat

dan negara-negara Eropa lainnya. Mereka memanfaatkan propaganda

4 Najmah Sai’dah dan Khusnul Khatimah, Revisi Politik Perempuan (Bogor : CV IDeA Pustaka Utama, 2003), h. 26.

Page 16: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

anti kekerasan perempuan untuk memberikan stigma negatif terhadap

ideologi tandingan yang sangat mereka takuti yaitu Islam.5

Ada beberapa tesis yang diajukan tentang kondisi perempuan

yang kurang menyenangkan seperti ini. Riffat Hassan lebih cenderung

berpendapat bahwa kerendahan martabat perempuan tersebut

disebabkan oleh faktor teologis yang mendasari pola pikir sebagian besar

muslim.

Artinya, perempuan yang memiliki derajat tinggi dalam Islam itu

dipahami sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai

subordinat dan untuk kepentingan laki-laki.6 Ayat Al-Quran yang sering

dijadikan rujukan dalam persoalan ini adalah surah An-Nisa ayat 34

berikut :

5 Farid Ma’ruf, “Kekerasan Terhadap Perempuan,” artikel diakses pada 30 Januari 2008 dari http://baitijannati.wordpress.com/2008/01/14/kekerasan-terhadap-wanita-bukan-perkara-gender/ 6 Moh Roqib, Pendidikan Perempuan (Yogyakarta : Gama Media, 2003), h. 3.

Page 17: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

“ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh

karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian

yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan

sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah

yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,

oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu

khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka.

Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari

jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Maha Besar”.7

Sehingga dengan adanya ayat di atas maka seorang istri

mempunyai kewajiban untuk patuh kepada suami, maka apabila ia

nusyuz (tidak menjalankan kewajiban sebagai istri atau tidak patuh) maka

suami berhak bertindak dalam 3 tahapan : menasehatinya, pisah ranjang

dan memukulnya.8 Meski telah banyak kalangan yang mencoba untuk

meluruskan atau memberikan pemahaman yang baik terhadap ayat di

atas. Namun yang disayangkan ayat di atas seringkali disalahartikan oleh

masyarakat dengan dijadikannya sebuah tameng bagi kaum suami

untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap istri mereka.

7 “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, artikel diakses pada 6 Februari 2008 dari http://quran.kawanda.net/.htm 8 Tuchfatul Asrori, “Pembinaan Mental Perempuan Korban Kekerasan Seksual di Panti Sosial Perlindungan Bhakti Kasih Kebon Kosong Kemayoran Jakarta Pusat” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004), h.20.

Page 18: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Padahal kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran islam

tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara oleh

masyarakat. Ajaran islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang

sangat besar serta kedudukan terhormat kepada perempuan.9

Dimana islam sesungguhnya menunjukkan jalan yang lurus untuk

membentuk masyarakat yang ideal ; yaitu jalan solidaritas. Yang

dengannya kehidupan bangsa berjalan wajar dan kekuatan masyarakat

menjadi kokoh dan tak tergoyahkan. Demi tercapainya tujuan ini, Islam

mengikis habis sifat-sifat buruk yang melekat pada pikiran para pemilik

harta dan kaum kapitalis, seperti kebiasaan hidup tanpa tujuan dan

kebiasaan hidup berlebih-lebihan. Islam melalui berbagai cara

menyadarkan orang untuk gemar memberikan pertolongan10. Seperti

yang terdapat dalam ayat Al-Quran At-Taubah ayat 71 :

9 M Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung : Mizan, 1994), h. 269. 10 Mahmud Syaltut, Islam dan Sosialisme. Penerjemah Mahnun Husein (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 167.

Page 19: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”11

Dari ayat di atas, jelaslah bahwa yang paling utama dan mulia

ketika kita sebagai umat manusia diberikan rahmat oleh Allah SWT.

Dengan begitu, diharapkan wacana-wacana tentang perempuan tidak

akan ada lagi pernyataan-pernyataan yang memberi peluang bagi

terciptanya sistem kehidupan yang diskriminatif, subordinatif,

memarjinalkan perempuan itu sendiri.

Namun masih saja ada segelintir kaum laki-laki yang

menyalahgunakan ajaran agama islam tersebut, demi lancarnya

kepentingan mereka, akibatnya etika dan moral bangsa ini makin kabur

dan persoalan terhadap perempuan sangatlah kompleks.12

11 Al-Qur’an dan Terjemahannya, artikel diakses pada 22 Februari 2008 dari http://quran.kawanda.net/ 12 Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan; Pembelaan Kiai Pesantren (Yogyakarta : LKiS, 2004) ,h. 234.

Page 20: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Sehingga salah satu pemecahan dari permasalahan perempuan

yang sangat kompleks adalah adanya pengharapan agar perempuan

Indonesia membangun citra atau berkaitan dengan persepsi seorang

perempuan tentang dirinya dengan persepsi citra manusia Indonesia

pada umumnya. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa kaum perempuan di

Indonesia memandang dirinya sendiri dalam kemajuan IPTEK dan

modernisasi. Menurut Tilaar Wujud, di atas sesuai dengan makna

modernisasi, yaitu mengubah setiap hidup dan tujuan hidup. Untuk

mewujudkan citra yang dimaksud maka dituntut bagaimana seorang

perempuan memandang dirinya sendiri dan seberapa nilai yang ia

berikan pada dirinya, sikap yang ia pegang, tingkah laku yang ia

prakarsai dan respon yang ia lakukan terhadap orang lain. Dalam

merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki, kaum perempuan harus

mempunyai citra yang baik tentang dirinya.13

Maka berdasarkan wacana-wacana yang berkembang diatas, perhatian

masyarakat (perempuan) atas kehidupan yang lebih baik dapat diwujudkan dengan

penerapan berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial yang kongkrit. Usaha

kesejahteraan sosial mengacu pada program pelayanan dan berbagai kegiatan

13 Tilaar Wujud, “Peranan Wanita dalam Penguasaan IPTEK,” dalam Kajian, Juni 1997 h. 16.

Page 21: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

yang secara kongkrit (nyata) berusaha menjawab kebutuhan atas masalah yang

dihadapi anggota masyarakat (perempuan).14

Dimana kesejahteraan sosial dalam UU no. 6 tahun 1974 tentang

ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai berikut :

“Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai pancasila”. 15

Kemudian prinsip-prinsip pekerjaan sosial, seperti menolong orang agar

mampu menolong dirinya sendiri, penentuan nasib sendiri, bekerja dengan

masyarakat dan bukan bekerja untuk masyarakat, menunjukkan betapa pekerjaan

sosial memiliki komitmen yang kuat terhadap pelayanan masyarakat.16 Dimana

pelayanan tersebut dapat dilakukan melalui pemberdayaan terhadap masyarakat.

Dimana pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu,

kelompok atau komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan

mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.17

Dan kini di Indonesia telah banyak bermunculan lembaga yang

menyuarakan kepeduliannya terhadap nasib perempuan melalui program

14 Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial Dasar-dasar Pemikiran (Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994), h. 5. 15 Muhidin Syarif, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung : STKS, 1997), h. 5. 16 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung : Refika Aditama, 2005), h. 57. 17 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta : LP FEUI, 2003)., h 54.

Page 22: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

pemberdayaan tersebut. Salah satunya adalah Pusat Studi Wanita UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dimana PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berfokus

sebagai organisasi atau lembaga yang menaruh perhatiannya terhadap perempuan

melakukan pengembangan dan nilai-nilai keagamaan islam yang berprespektif

gender melalui pemberdayaan perempuan.

Pemberdayaan perempuan yang dilakukan PSW UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini melalui workshop pemberdayaan mubalighat.

Dimana menurut Achyar Eldi, Mubaligh adalah tauladan utama atau

motivator panutan bagi semua umat. Seorang mubaligh harus bisa

menjadi contoh bagi lingkungan masyarakat, untuk itu mubaligh harus

mempunyai perilaku, kepribadian yang baik.18

Oleh karena itu, PSW membuat kegiatan workshop tersebut

bertujuan agar mubalighat memiliki sensitivitas gender, sehingga dalam

berdakwah dapat lebih memunculkan pembelaan mereka terhadap

perempuan baik pada dirinya sendiri maupun lingkungan masyarakat

atau jamaah yang dibinanya dan dipilihnya mubalighat sebagai sasaran

workshop ini karena mereka memiliki akses langsung ke masyarakat,

sehingga memudahkan bagi penyebaran isu-isu kontemporer meliputi

gender, HAM dan demokrasi. 19

18 Achyar Eldi. SE MM, Dakwah Stratejik, Cet. Ke-1 (Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003), h. 51. 19 Rencana Strategis PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010 (Jakarta:PSW UIN, 2006), h.16.

Page 23: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Sehingga Penulis mencoba untuk menguraikan mengenai bagaimana

sejatinya pemberdayaan terhadap perempuan yang telah dilakukan Pusat Studi

Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap perempuan melalui program

pemberdayaan perempuan yaitu “Workshop Pemberdayaan Mubalighat I

(pertama)”. Sehingga berdasarkan uraian di atas maka, judul penelitian ini adalah

“Implementasi Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Gender

Mainstreaming (Studi Kasus Workshop Pemberdayaan Mubalighat I oleh

Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis melihat lebih kepada program

pemberdayaan perempuan melalui gender mainstreaming berupa

Workshop yang dilakukan oleh Pusat Studi Wanita UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta agar dapat menyelaraskan penafsiran yang selama

ini berkembang menjadi ke arah yang lebih baik. Sehingga, penelitian ini

berfokus pada bagaimana implementasi program pemberdayaan

perempuan yang dilakukan oleh Pusat Studi Wanita UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta di daerah DKI Jakarta melalui program “Workshop

Pemberdayaan Mubalighat I” yang dilaksanakan pada tanggal 2-4

September 2003 di Wisma Syahida Univeritas Islam Negeri Syarif

Page 24: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya, peneliti dalam tulisan akan menulis

Pusat Studi Wanita dengan singkatan PSW.

2. Perumusan Masalah

Setelah memahami latar belakang dan batasan masalah penelitian,

agar uraian dalam bab-bab selanjutnya tidak meluas secara tidak menentu,

maka rumusan masalah yang akan penulis jabarkan adalah sebagai berikut:

Bagaimana implementasi program pemberdayaan perempuan melalui

gender mainstreaming yang dilakukan oleh PSW UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta melalui “Workshop Pemberdayaan Mubalighat I”?

C. Tujuan Penelitian

Setelah memahami permasalahan yang diteliti, ada beberapa tujuan

yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui implementasi program pemberdayaan perempuan melalui

gender mainstreaming yang dilakukan oleh PSW UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta melalui “Workshop Pemberdayaan Mubalighat I”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini juga semoga memberi manfaat secara:

1. Manfaat Akademis

Page 25: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Manfaat akademis yang diharapkan penulis dari dari penelitian ini

adalah :

a. Memberikan sumbangan pengetahuan pada ranah ilmu

kesejahteraan sosial dalam permasalahan sosial perempuan

melalui pemberdayaan perempuan.

b. Menambah khazanah keilmuan baik bagi seluruh civitas UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dalam pemberdayaan perempuan

khususnya.

c. Mengenal lebih jauh organisasi PSW UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta sebagai salah satu lembaga pemberdayaan

perempuan yang turut andil dalam peran perempuan sebagai

pendakwah (Mubalighat).

d. Sebagai prasyarat akhir untuk mendapatkan gelar sarjana

trata satu (S1)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga sebagai

bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan. Karena sejatinya

sebuah ilmu yang kita dapatkan takkan pernah membawa kita ke jalan

yang sesat dan justru membantu kita untuk melanjutkan hidup yang lebih

baik.

Page 26: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan metode penelitian kualitatif. Dimana menurut

Bogdan dan Taylor, Metodologi kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara

utuh20.

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat

diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring

informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek,

dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut

pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai

dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi

sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang

dapat diterima oleh akal sehat manusia.21

Oleh karena itu, Pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis

berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan

gambaran proses dari implementasi program pemberdayaan

20 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 3. 21 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1992), h. 209.

Page 27: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

perempuan melalui gender mainstreaming dengan studi kasus

workshop pemberdayaan perempuan oleh PSW UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dimana untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, penulis

mendapatkan data-data yang diperlukan melalui temuan data di

lapangan dengan mencari data-data yang ada yaitu penulis

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah yang

penulis bahas.

Selain itu, Peneliti melakukan penelitian dengan menguraikan

fakta-fakta yang terjadi secara alamiah dengan

menggambarkannya secara semua kegiatan yang dilakukan

melalui pendekatan lapangan, dimana usaha pengumpulan data

dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali

atas semua yang telah dikumpulkan.22 Penulis akan mendapatkan

data-data pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh PSW

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Jenis Penelitian

22 Gorys Keraf, Komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (NTT : Nusa Indah, 1989), h. 162.

Page 28: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah

Deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan

demikian, laporan penelitian akan diberi kutipan-kutipan data

untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data

tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,

catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.23

3. Penentuan waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan terhitung

sejak bulan Juli 2008 sampai Agustus 2008.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta, narasumber, fasilitator

dan pelaksana (panitia) Workhsop Pemberdayaan Mubalighat I,

sedangkan objeknya adalah Implementasi Program

Pemberdayaan Perempuan melalui Workhsop Pemberdayaan

Mubalighat I. Karena keterbatasan waktu dan lokasi peneliti maka

peneliti mengambil lima orang yang dirasa penulis telah mewakili

untuk mendapatkan data-data yang penulis butuhkan berikut ini

nama-namanya :

23 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Cet ke 2 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 39.

Page 29: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

No Nama Peranan di Workhsop

1 Bapak Mu’min Rauf, MA. Pelaksana

2 Prof. Dr. Ismah Salman, M.Hum. Narasumber

3 Dra. Tati Hartimah, MA. Fasilitator

4 Dra. Hj. Endah Nina Kurniasih,

MA.

Peserta

5 Hj. Siti Anggarkasih. H. Peserta

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, penulis menganggap teknik

yang penulis lakukan adalah teknik pengumpulan data kualitatif,

yaitu berupa pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat,

pernyataan dan gambar.

Dimana dalam pelaksanaannya penulis melakukan teknik

pengumpulan data melalui :

a) Wawancara

Wawancara atau interview adalah percakapan atau

tanya jawab yang diarahkan untuk tujuan tertentu, dalam hal

ini pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk

memperoleh data. Deddy Mulyana menjelaskan wawancara

Page 30: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang

lainnya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari

seseorang lainnya, dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.24 Teknik yang

digunakan adalah interview bebas terpimpim, yaitu penulis

mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan,

kemudian langsung dijawab oleh informan dengan bebas dan

terbuka. Dimana hal ini dilakukan oleh peneliti dapat menggali

informasi dan data yang akurat dari nara sumber yang

berkaitan dengan program pemberdayaan perempuan

melalui gender mainstreaming yang dilakukan oleh PSW UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu “Workshop Pemberdayaan

Mubalighat I”.

b) Dokumentasi

Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis maupun film.25 Hal ini

digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh

dengan interview atau observasi, tetapi hanya diperoleh

dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah

buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sumber lain

yang berkaitan program pemberdayaan perempuan melalui

24 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Cet ke 2, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), h. 180. 25 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 216.

Page 31: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

gender mainstreaming yang dilakukan oleh PSW UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yaitu “Workshop Pemberdayaan

Mubalighat I”.

c) Pengamatan ( Observasi )

Observasi atau pengamatan merupakan metode pertama

yang digunakan dalam melakukan penelitian ilmiah. Observasi

berarti pengamatan pencatatan sistematik terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki.26 Oleh karena itu, peneliti

melakukan pengamatan secara tidak langsung melalui

pengamatan terhadap subjek-subjek yang terlibat secara

langsung dalam workshop pemberdayaan perempuan I.

6. Tehnik penulisan

Penulisan skripsi ini dilakukan sesuai dengan buku “pedoman

penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, dan disertasi”, yang diterbitkan

oleh UIN Jakarta Press Tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

26 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Offset, 2000), h.136.

Page 32: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Untuk menggambarkan dan menguraikan secara jelas

mengenai hal-hal yang terkandung dalam skripsi ini, maka penulis

membagi sistematika penyusunanya ke dalam lima bab. Dan masing-

masing bab dibagi ke dalam sub-sub bab, dengan perincian sebagai

berikut:

Bab I, pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II, kerangka teoritis yang meliputi, teori mengenai

Pemberdayaan Perempuan yang didalamnya terdapat pengertian

Pemberdayaan Perempuan, Tujuan Pemberdayaan Perempuan,

Model-model Program Pemberdayaan, Indikator Keberdayaan,

Ruang Lingkup Pemberdayaan Perempuan dan juga terdapat

mengenai Gender Mainstreaming, Workshop dan Mubalighah.

Bab III, Gambaran Umum PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dimana terdapat Profil PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sejarah

singkat PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Visi, Misi dan Tujuan PSW

Page 33: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program dan Kegiatan Pokok

Pemberdayaan Perempuan di PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Struktur Kepengurusan PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bab IV, Temuan dan Analisa Data Lapangan dimana terdapat

Analisa Program Pemberdayaan, Indikator Keberhasilan dan

Kegagalan Program Pemberdayaan Perempuan, dan Analisa SWOT .

Bab V Penutup, yang terdiri dari, Kesimpulan dan. Saran.

Page 34: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

BAB II

KERANGKA TEORITIS

G. Pemberdayaan Perempuan

1. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan (empowerment) berasal dari bahasa Inggris,

dengan kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat,

mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan ‘em’ berasal dari

bahasa latin dan Yunani yang berarti didalamnya. Oleh karena itu,

pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia dan suatu

sumber kreativitas yang ada di dalam setiap orang yang secara luas

tidak ditentukan oleh orang lain.27

Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas

horizon pilihan bagi masyarakat dengan upaya pendayagunaan

potensi dan pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang

memuaskan.28

Menurut Srihartini (2003) memberdayakan masyarakat diartikan

upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat

yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari

27 Rimbun Wibowo, “Urun Rembuk Perbaikan Kurikulum PMI”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Kurikulum Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta di Wisma Tugu, Puncak, 29 Oktober 2002, h. 1 28 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safe’I, Pengembangan Masyarakat Islam (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2001), h. 42.

Page 35: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain

memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan

masyarakat.29

Menurut Sofyan Hadi (2004) menyatakan bahwa memberdayakan

rakyat mengandung makna mengembangkan, memandirikan,

meswadayakan dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan

bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan

sektor kehidupan, disamping juga mengandung arti melindungi dan

membela dengan berpihak kepada yang lemah, selain itu untuk

mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi

atas yang lemah.30

Hal serupa diungkapkan oleh Sumodiningrat (dalam Kunadi, 2005)

memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi

sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap

kemiskinan dan keterbelakangan, dengan kata lain memberdayakan

masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat bermaksud

mengembangkan kemampuan masyarakat agar secara berdiri sendiri

29 Srihartini, “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat,”. Jurnal PMI, September, 2003, h. 45. 30 Sofyan Hadi, “Pemberdayaan Rakyat di Bawah Bayang-bayang Developmentalisme,”. Jurnal PMI. Maret, 2004, h. 113.

Page 36: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

memiliki ketrampilan untuk mengatasi masalah-masalah mereka

sendiri.31

Pada hakikatnya, upaya memberdayakan masyarakat

haruslah pertama-tama dimulai dengan menciptakan suasana dan

iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini titik

tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap

masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak

ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena kalau

demikian akan sudah punah. Karena pemberdayaan adalah upaya

untuk membangun daya itu dengan mendorong, memotivasi dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta

berupaya untuk mengembangkannya.32

Shardlow (1998:h. 32) juga melihat bahwa berbagai pengertian

yang ada mengenai Pemberdayaan pada intinya membahas

bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha

mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.33

Sedangkan pemberdayaan perempuan menurut Mely G Tan

berarti “Meningkatkan keinginan, tuntunan, membagi kekuasaan

(sharing power) dalam posisi setara (equal), representasi serta

31 Kusnadi, Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Strategi Implementasi (Jakarta : DEPDIKNAS, 2005), h. 220. 32 Ibid, h. 44 33 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta : LP FEUI, 2003)., h 54.

Page 37: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

partisipasi dalam pengambilan keputusan, yang menyangkut

kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara”.34 Dan menurut Adik Wibowo dalam buku perempuan

dan pemberdayaan mengemukakan bahwa pemberdayaan

perempuan adalah “pembekalan, peningkatan serta pembinaan

potensi atau aktualisasi perempuan sehingga lebih mampu

mempergunakan kesempatan yang ada, mampu berperan serta

secara aktif dan mampu menjadi mitra kaum laki-laki dalam mengisi

pembangunan”.35

Kemudian pemberdayaan perempuan dilihat dari aspek

agama Islam, menurut Al-Quran misi risalah islam adalah

pemberdayaan dimana mengajak orang berbuat baik, mencegah

orang berbuat mungkar, menghalalkan yang baik-baik,

mengharamkan yang buruk-buruk, mengatasi himpitan-himpitan

hidup dan melepaskan belenggu-belenggu yang bisa memberangus

orang. Bahkan menurut Al-Quran, pendusta agama adalah mereka

yang tidak mengembangkan dan memberdayakan.36

Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberdayaan perempuan

adalah membina, mengembangkan, maupun memandirikan baik

34 Mely G. Tan, “Perempuan dan Pemberdayaan ; Makna dan Fakta” dalam Smita Noto Susanto dan E. Kristi Poerwandari, Perempuan dan Pemberdayaan (Jakarta : Obor dan Harian Kompas, 1997), h. 12. 35 Adik Wibowo, “Memampukan Wanita Agar Menggunakan Hak Reproduksi” dalam Smita Noto Susanto dan E. Kristi Poerwandari (Peny), Perempuan dan Pemberdayaan (Jakarta : Obor dan Harian Kompas, 1997), h. 163. 36 Agus Ahmad Safe’I, Manajemen Pengembangan Masyarakat, (Bandung: Gerbang Masyarakat Baru Press, 2001), h. 47.

Page 38: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

secara individu maupun komunitas perempuan agar dapat terlepas

dari permasalahan yang menimpanya dan dapat mengeluarkan

potensi yang ada dalam dirinya.

2. Tujuan Pemberdayaan Perempuan

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki

ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi

mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas

oleh struktur sosial yang tidak adil).37

Sedangkan Payne (1997:h.266) mengemukakan bahwa suatu

proses pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditujukan guna:

“to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to exercising existing power, by increasing capacity and selfconfidence to use power and by transferring power from the environment to clients.”

(membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya).

37 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung : Refika Aditama, 2005), h. 60.

Page 39: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Meskipun demikian, target dan tujuan pemberdayaan itu

sendiri dapat berbeda sesuai dengan bidang pembangunan yang

digarap. Tujuan pemberdayaan bidang ekonomi belum tentu sama

dengan tujuan pemberdayaan di bidang pendidikan ataupun di

bidang sosial. 38

Sedangkan menurut Agus Ahmad Syafe’i, tujuan

pemberdayaan masyarakat itu adalah mendirikan masyarakat atau

membangun kemampuan untuk menjauhkan diri ke arah yang lebih

baik secara berkesinambungan.39

Lebih jelasnya, tujuan pemberdayaan perempuan adalah

pertama, untuk merubah atau meminimalisir ideologi patriarki yaitu

dominasi laki-laki atas perempuan. Kedua, merubah struktur dan

pranata yang memperkuat dan melestarikan diskriminasi gender dan

ketidaksamaan sosial (termasuk keluarga, kasta, kelas, agama, proses

dan pranata pendidikan, media, praktek dan sistem pendidikan,

perundangan dan peraturan, proses politik, model-model

pembangunan dan pranata pemerintahan). Ketiga, memberi

kesempatan bagi perempuan miskin untuk memperoleh akses dan

penguasaan terhadap sumber-sumber material maupun informasi.

Keempat, memperbaiki keadaan maupun posisi kaum perempuan

38 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta : LP FEUI, 2002), h. 164. 39 Agus Ahmad Syafe’I, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (Bandung : Gerbang Masyarakat Baru, 2001), h. 39.

Page 40: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

artinya memperbaiki perempuan yang mapan dari segi pendidikan

dan mempunyai pekerjaan dengan upah yang baik tetapi

mengalami pelecehan, bahkan penganiayaan oleh laki-laki (suami).40

3. Model-model Program Pemberdayaan

Berikut ini perbandingan pada dua model program

pemberdayaan41 :

Model I

40 Mely G. Tan, Perempuan dan Pemberdayaan, h. 10. 41 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial., h. 181

Persiapan

Pemformulasian

R Ak i

Pelaksanaan Program

Pengkajian (assessment)

Perencanaan alternative program atau kegiatan

Page 41: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Model II

Evaluasi

Terminasi

Engagement

Implementasi

Pengkajian (assessment)

Perencanaan program

Evaluasi

Page 42: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Untuk lebih jelas rincian dari masing-masing tahap tersebut

maka akan diuraikan secara singkat tahap-tahap pemberdayaan

yang di maksud dalam model I dan II. Tahapan model I dituliskan

secara langsung, sedangkan tahapan di dalam kurung adalah

tahapan dari model II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini42

:

a. Tahap Persiapan (Engagement)

Pada tahap persiapan ini didalamnya sekurang-kurangnya ada

dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu (a) Penyiapan Petugas;

dan (b) Penyiapan Lapangan. Penyiapan petugas, dalam hal ini

tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh

community worker, dan penyiapan lapangan merupakan

prasyarat suksesnya suatu program pemberdayaan masyarakat

yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.

b. Tahap Pengkajian (Assessment)

Proses assessment yang dilakukan di sini dapat dilakukan secara

individual melalui tokoh-tokoh masyarakat (key-person), tetapi

42 Ibid, h. 182-195

Disengagement

Page 43: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

dapat juga melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada

tahap ini, petugas sebagai agen perubah berusaha

mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs)

dan juga sumber daya yang dimiliki klien. Dalam analisis kebutuhan

masyarakat ini ada berbagai tehnik yang dapat digunakan untuk

melakukan assessment. Baik itu dengan pendekatan yang

kuantitatif maupun kualitatif.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Designing).

Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubah (change

agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk

berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana

cara mengatasinya. Sehingga program dan kegiatan yang akan

mereka kembangkan tentunya harus disesuaikan dengan tujuan

pemberian bantuan sehingga tidak muncul program-program

yang bersifat charity (amal) yang kurang dapat dilihat manfaatnya

dalam jangka panjang.

d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Dalam tahap pemformulasian rencana aksi ini, diharapkan

petugas dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan

menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai

dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Kemudian

mereka dapat mengarahkan tindakan itu sesuai dengan apa yang

sudah diformulasikan.

Page 44: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi).

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang

paling penting dalam program pemberdayaan masyarakat,

karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan

dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada

kerja sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja

sama antar warga.

f. Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas

terhadap program pemberdayaan masyarakat. Proses evaluasi

diharapkan akan dapat memberikan umpan balik yang berguna

bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan. Evaluasi itu

sendiri dapat dilakukan pada input, proses (yang juga dikenal

sebagai pemantauan atau monitoring) dan juga pada hasil.

g. Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara

formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam suatu program

pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena

masyarakat sudah dapat dianggap ‘mandiri’, tetapi lebih karena

proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka

waktu yang ditetapkan sebelumnya atau karena anggaran sudah

selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau

meneruskan.

Page 45: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

4. Indikator Keberdayaan

Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara

operasional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan

yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga

ketika sebuah program pemberdayaan sosial diberikan, segenap

upaya dapat dikonsentrasikan pada apek-aspek apa saja dari

sasaran perubahan yang perlu dioptimalkan. Schuler, Hashemi dan

Riley mengembangkan delapan indikator pemberdayaan, yang

mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks

pemberdayaan sebagai berikut43 :

a. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar

rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar,

fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga.

Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi

sendirian.

b. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu

untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari

(beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu); kebutuhan

dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, sampo).

43 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, h. 63-66

Page 46: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama

jika ia dapat membuat keputusan sindiri tanpa meminta ijin

pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang

terebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

c. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu

untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti

lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga.

Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi diberikan terhadap

individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa

meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli

barang-barang terebut dengan menggunakan uangnya

sendiri.

d. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah

tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri maupun

bersama suami/istri mengenai keluarga, misalnya mengenai

renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak,

memperoleh kredit usaha.

e. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: reponden ditanya

mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang

(suami, istri, anak-anak, mertua) yang mengambil uang, tanah,

perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempuanyai

anak; atau melarang bekerja di luar rumah.

f. Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang

pegawai pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD

Page 47: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

setempat; nama presiden; mengetahui pentingnya memiliki

surat nikah dan hukum-hukum waris.

g. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang

dianggap ‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye

atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya, terhadap

suami yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan

keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan bantuan

sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai

pemerintah.

h. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki

rumah, tanah, aset produktif, dan tabungan. Seseorang

dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek

tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.

Sedangkan keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat

dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan

ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan

kemampuan kultural politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan

empat dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’ (power within),

‘kekuasaan untuk’ (power to), ‘kekuasaan atas’ (power over), dan

‘kekuasaan dengan’ (power with), berikut rangkumannya44:

44 Ibid, h. 63-65

Page 48: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Tabel 1.1 : Indikator Keberdayaan

Jenis Hubungan Kekuasaan

Kemampuan Ekonomi

Kemampuan Mengakses

Manfaat Kesejahteraa

n

Kemampuan Kultural dan Politis

Page 49: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Kekuasan di dalam :

Meningkatkan kesadaran dan keinginan untuk berubah.

• Evaluasi positif terhadap kontribusi ekonomi

• Keinginan memiliki kesempatan ekonomi yang setara

• Keinginan memiliki kesamaan hak terhadap sumber yang ada pada rumahtangga dan masyarakat.

• Kepercayaan diri dan kebahagiaan

• Keinginan memiliki kesejahteraan yang setara

• Keinginan membuat keputusan mengenai diri dan orang lain

• Keinginan untuk mengontrol jumlah anak.

• Assertiveness dan otonomi

• Keinginan untuk menghadapi subordinasi gender termasuk tradisi budaya, diskriminasi hukum dan pengucilan politik

• Keinginan terlibat dalam proses-proses budaya, hukum dan politik.

Kekuasaan untuk :

Meningkatkan kemampuan individu untuk berubah; Meningkatkan kesempatan untuk memperoleh akses.

• Akses terhadap pelayanan keuangan mikro

• Akses terhadap pendapatan

• Akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumahtangga

• Akses terhadap pasar

• Penurunan beban dalam pekerjaan domestik termasuk perawatan anak.

• Keterampilan, termasuk kemelekan huruf

• Status kesehatan dan gizi

• Kesadaran mengenai dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

• Ketersediaan pelayanan kesejahteraan publik.

• Mobilitas dan akses terhadap dunia di luar rumah

• Pengetahuan mengenai proses hukum, politik dan kebudayaan

• Kemampuan menghilangkan hambatan formal yang merintangi akses terhadap proses hukum, politik dan kebudayaan.

Page 50: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Kekuasaan atas:

Perubahan pada hambatan-hambatan sumber dan kekuasaan pada tingkat rumahtangga, masyarakat dan makro; kekuasaan atau tindakan individu untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut.

• Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkannya

• Kontrol atas pendapatan aktivitas produktif keluarga yang lainnya

• Kontrol atas aset produktif dan kepemilikan keluarga

• Tindakan individu menghadapi diskriminasi atas akses terhadap sumber dan pasar.

• Kontrol atas ukuran konsumsi keluarga dan aspek bernilai lainnya dari pembuatan keputusan keluarga termasuk keputusan keluarga berencana

• Aksi individu untuk mempertahankan diri dari kekerasan keluarga dan masyarakat.

• Akar individu dalam menghadapi dan mengubah persepsi budaya dan kapasitas dan hak wanita pada tingkat keluarga dan masyarakat

• Keterlibatan individu dan pengambilan peran dalam proses budaya, hukum dan politik.

Kekuasaan dengan:

Meningkatnya solidaritas atau tindakan bersama dengan orang lain untuk menghadapi hambatan-hambatan sumber dan kekuasaan pada tingkat rumahtangga, masyarakat dan makro.

• Bertindak sebagai model peranan bagi orang lain terutama dalam pekerjaan publik dan modern.

• Mampu memberi gaji terhadap orang lain

• Tindakan bersama menghadapi diskriminasi pada akses terhadap sumber (termasuk hak atas tanah),

• Penghargaan tinggi terhadap peningkatan pengeluaran untuk anggota keluarga

• Tindakan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan publik.

• Peningkatan jaringan untuk memperoleh dukungan pada saat krisis

• Tindakan bersama untuk membela orang lain menhadapi perlakuan salah dalam keluarga dan masyarakat

• Partisipasi dalam gerakan-gerakan menghadapi subordinasi gender yang bersifat kultural, politis, hukum pada tingkat masyarakat dan

Page 51: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

pasar dan diskriminasi gender pada konteks ekonomi makro.

makro.

5. Ruang Lingkup Pemberdayaan Perempuan

Hal yang paling krusial dari aktivitas pemberdayaan adalah

pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan (ekonomi). Ketiga hal

tersebut sering dijadikan standar pengukuran berdaya tidaknya

kondisi suatu objek.45

1. Pendidikan

Menciptakan dan perluasan kemudahan pengaksesan.

Menciptakan infrastruktur pendidikan yang fleksibel bagi

perempuan buruh industri, dan ibu rumah tangga. Hal ini guna

mencapai optimalisasi dan peningkatan konstribusi perempuan.

Dan menjadi salah satu tolak ukur berdayanya perempuan,

mengingat taraf pendidikan perempuan masih tertinggal

dibandingkan laki-laki.

2. Kesehatan

Bukti tingginya kematian ibu menuntut perbaikan sistematik

infrastruktur kesehatan perempuan. Keterjangkauan sarana dan

45 Kebijakan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan, (Jakarta:KMNPP, BKKBN, UNFPA, 2003) h. 93

Page 52: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

prasarana kesehatan yang dapat mengcover seluas mungkin

masyarakat yang bersifat “ramah perempuan” terutama bagi

kesehatan reproduksi perempuan. Penerapan urgensi kesehatan

ibu secara konsisten dari pusat sampai daerah-daerah terpencil,

semua itu akan melahirkan semangat pelayanan kesehatan yang

simpatik dan penuh tanggung jawab.

Maka memberdayakan perempuan tak akan pernah berarti tanpa

memberdayakan kesehatan reproduksi mereka.

3. Hukum, Sosial, Politik dan Ekonomi.

Hal terakhir ini dianggap sebagai kunci terpenuhinya berbagai

lingkup pemberdayaan perempuan. Terwujudnya lingkungan

masyarakat yang hidup dalam semangat untuk selalu menjadi

orang yang produktif dan berguna bagi orang lain. Keadaan ini

akan memberikan kesempatan perempuan menjadi manusia

merdeka yang dapat mengekspresikan kemampuannya guna

memenuhi kepentingan perempuan.

H. Pengarusutamaan Gender (Gender Mainstreaming)

Istilah gender mainstreaming sendiri muncul sesudah Konferensi

Perempuan di Nairobi tahun1985 dan menjadi pressure terhadap

logika prosedural dan mekanistik yang dibangun secara sistematik

dalam organisasi, terutama pemerintahan dan lembaga publik.

Page 53: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Tekanan terhadap hal ini kemudian melahirkan isu gender pada

semua tingkatan membuat kebijakan dan perancang program serta

implementasinya.46

1. Pengertian Gender Mainstreaming

Menurut bahasa, kata gender berasal dari kata gene artinya

benda hidup, mikroskopik (sangat kecil) yang terdapat dalam inti

sel makhluk hidup. Gene adalah pembawa sifat-sifat dasar yang

dipunyai oleh makhluk hidup dan diteruskan kepada

anak/keturunannya.47 Dimana gender adalah suatu konsep yang

digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan

perempuan dilihat dari segi social budaya. gender dalam arti ini

mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non-

biologis.48Sedangkan kata mainstreaming berarti pikiran utama

46 Eri Rossatria, M. Ag dan Abdul Rahman Saleh, “Gender Mainstreaming” dalam Pengantar Kajian Gender (Jakarta:PSW UIN, 2003), h. 237 47 Said Agil Husen Al-Munawar, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi serta Rekayasa Tekhnik Genetika Dalam Perspektif Islam (Yogyakarta: PP Muhamadiyah, 1996), h. 56. 48 Dr. Nasaruddin Umar, MA, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Quran (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 35.

Page 54: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

yang melekat pada seseorang atau arus utama yang

mengarahkan suatu konsep, pemikiran, maupun tingkah laku

seseorang.

Dengan demikian istilah gender mainstreaming dapat diartikan

pokok-pokok pikiran, rencana ataupun tindakan yang terkandung

dalam suatu konsepsi dimana arus utamanya adalah pandangan-

pandangan mengenai gender.49

Dimana pengarusutamaan gender juga dapat diartikan

adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender

menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan

program pembangunan nasional yang mempunyai tujuan

kesetaraan peran, demi terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional yang

berprespektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan

keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.50

2. Tujuan Gender Mainstreaming

49 Eri Rossatria, M. Ag dan Abdul Rahman Saleh, “Gender Mainstreaming”, h. 239. 50 Cecep Miftah Zainuddin, Tinjauan Hukum Islam terhadap Gender Mainsteaming dalam Kompilasi Hukum Islam (Jakarta:Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 18.

Page 55: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Sedangkan tujuan dari gender mainstreaming adalah :

a. Membentuk mekanisme untuk formulasi kebijakan dan program

yang responsif gender,

b. Memberikan perhatian khusus pada kelompok-kelompok yang

mengalami marginalisasi,

c. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran semua pihak baik

pemerintah maupun non pemerintah sehingga mereka mau

bertindak di bidangnya masing-masing. ( Menneg.P.P., 2001)

Senada dengan itu, menurut Bappenas, Gender Mainstreaming

bertujuan mengurangi atau menghapus kesenjangan gender dalam

pengertian bahwa perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama

kepada dan kontrol yang sama atas sumberdaya; sama-sama

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan memperoleh

manfaat yang sama dari hasil pembangunan. Oleh karena itu, tujuan

akhir Gender Mainstreaming adalah mencapai keadilan dan

kesetaraan gender.51

I. Workshop

51 Eri Rossatria, M. Ag dan Abdul Rahman Saleh, “Gender Mainstreaming”, h. 240.

Page 56: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Didalam Kamus Ilmiah Populer, disebutkan bahwa workshop

adalah tempat kerja atau sanggar kerja atau bengkel.52

Konsep workshop terdapat proses belajar mengajar untuk

mentransfer pengetahuan dan atau keahlian dimana workshop juga

dapat menjadi sarana komunikasi dalam hubungan masyarakat yaitu

face-to-face discussion.53

Selain itu, Workshop merupakan sarana essensial untuk

berkomunikasi secara terbuka dengan individu-individu yang menjadi

khalayak sasaran dari program kemasyarakatan. Workshop juga

merupakan penyampaian kata-kata secara langsung dalam diskusi

tatap muka dan dapat dikatakan sebagai segmen kampanye untuk

memberikan informasi dan membentuk opini melalui kata-kata yang

diucapkan.

Hal ini tentu dapat dilakukan secara oral melalui pidato maupun

penampilan dari perwakilan organisasi di dalam diskusi tatap muka

tersebut. Meski ada saja kemungkinan kinerja pembicara dapat

mengurangi semangat para pendengar untuk merespon baik pesan

52 Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Popular (Surabaya: Penerbit Arkola, 1994), h.8. 53 Yuli Yulfiansyah, Hubungan antara Kualitas Workshop EU-SPF dan Minat mengajukan proposal EU-SPF (Jakarta:FISIP UI, 2003), h. 21

Page 57: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

yang disampaikan, kontak langsung yang terjadi pada diskusi dapat

mempercepat pendistribusian pesan itu sendiri secara lebih jelas.54

Di dalam workshop, pesertanya bisa berasal dari luar organisasi,

diselenggarakan dalam kurun waktu yang lebih singkat (biasanya 1

atau 2 hari) dengan materi yang bersifat praktis.55

J. Mubalighah

Mubalighat adalah mubaligh perempuan.56 Secara etimologi,

mubaligh berasal dari bahasa arab: yaitu fa’il dari kata ballagha

yuballighu berarti menyampaikan, mubaligh artinya orang yang

menyampaikan ajaran islam (bertabligh).57

Pengertian mubaligh menurut Toto Tasmara dalam bukunya

mengemukakan mubaligh dapat diartikan baik secara umum atau

khusus. Secara umum adalah setiap muslim dan muslimah yang

dewasa dan berkewajiban itu sesuatu yang melekat tak terpisahkan

dari tujuannya sebagai penganut islam. Sedangkan secara khusus

pengertian mubaligh adalah mereka yang mengambil keahlian

54 Dennis L Wilcox, dkk, Public Relations Strategies and Tactics (Harper Colins Collins College Publisher, 1995), h. 592. 55 ibid., h. 593. 56 Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Popular, h. 489. 57 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 39.

Page 58: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

khusus dalam bidang agama islam yang dikenal dengan panggilan

ulama.58

Menurut Ahmad Mubarok, Mubaligh adalah orang

menyampaikan tabligh (materi dakwah) kepada masyarakat berupa

keterangan, informasi, ajaran, seruan atau gagasan melalui media

lisan maupun tulisan.59

Sedangkan menurut Asep Muhidin, Mubaligh hanya

menyampaikan risalah Allah kepada manusia, perannya hanya

sebagai pemberi berita gembira dan peringatan tidak ada tugas lain

selain mengajak dan menyampaikan risalah islam secara optimal

sesuai kemampuannya masing-masing. Diterima atau tidaknya pesan

risalah itu diserahkan sepenuhnya pada sikap pendengar atau orang

menerima pesan dan hidayah Allah SWT.60

58 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, cet ke-2 (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 54. 59 Ahmad Mubarok, Hakekat Dakwah (Jakarta:Iqro Media, 2003), h. 7 60 Asep Muhidin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Cet ke-1 (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 63.

Page 59: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI PSW UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.

A. Profil PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta61

PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan Pusat Studi Wanita

pertama yang ada di IAIN/STAIN di Indonesia. PSW UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan kajian

dan pengembangan gender di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

pemberdayaan perempuan secara umum. Tidak hanya

berkonsentrasi kepada penelitian saja, tetapi bergerak ke arah yang

lebih praktis berupa pemberdayaan perempuan secara langsung baik

melalui workhsop maupun pelatihan. Meskipun begitu, basis akademis

sebagai kekuatan PSW tetap menjadi landasan dalam setiap program

yang dilaksanakan.

Pusat Studi Wanita (PSW) telah memiliki jaringan yang luas di

Indonesia. Jaringan yang dimiliki di antaranya dengan PSW PTAI se-

Indonesia. Jaringan ini memiliki 52 PSW yang ada PTAI se-Indonesia.

61Rencana Strategis PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010 ( Jakarta : PSW UIN, 2006), h.1-3

Page 60: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga merupakan anggota

Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR) yang beranggotakan 30

organisasi yang berbasis LSM, Perguruan Tinggi, dan Organisasi Massa.

Selain itu, PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga sebagai anggota

jaringan PSW di perguruan tinggi se-Jakarta yang terhimpun dalam

Forum Studi Wanita (FSW).

Selama ini PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah

mengembangkan program yang dibiayai oleh sumber dana lokal,

nasional maupun asing. Sumber dana lokal berasal dari Pemerintah

Kota DKI Jakarta, tingkat nasional berasal dari UIN Jakarta,

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen

Agama, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Hukum dan

HAM, dan Departemen Pendidikan Nasional, sedangkan sumber dana

asing berasal dari CIDAI melalui McGill University, The Asia Foundation,

USAID, dan The Royal Netherlands Embassy.

PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga telah melakukan berbagai

kerjasama dengan institusi-institusi yang memiliki concern yang sama

seperti Fatayat NU, Rahima, Puan Amal Hayati, LPEM UI, LBH APIK, dan

Yayasan Kesehatan Perempuan.

Program-program yang dikembangkan selama ini meliputi

pengembangan akademik, pengembangan SDM, pengembangan

lembaga, dan pengembangan jaringan. Program tersebut

diimplementasikan dalam kegiatan penelitian, kajian, penerbitan,

Page 61: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

pelatihan dan workshop. Dan sampai saat ini PSW UIN telah

melakukan tidak kurang dari 20 penelitian, 42 pendidikan dan

pelatihan, dan penerbitan 13 judul buku.

Dalam bidang SDM, PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah

memberikan S2 Kajian Gender bagi dosen, sedangkan dalam rangka

pengayaan akademik telah dikembangkan perpustakaan gender

dan perempuan yang sampai saat ini koleksi yang dimiliki berjumlah

556 judul buku.

B. Sejarah Singkat PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta didirikan pada tanggal 24 Maret 1988 berdasarkan keputusan

Rektor IAIN Jakarta No. 10 tahun 1988 dengan nama Forum Studi

Wanita (FSW).

Berdirinya FSW saat itu merupakan komitmen para alumni Short

Course On Women’s Studies yang diselenggarakan selama 5 bulan

oleh sebuah lembaga bernama VENA (Vrouwen en Autonomie) di

Belanda untuk mendirikan lembaga kajian perempuan. Salah satu

pesertanya adalah Dra. Ismah Salman yang kemudian menjadi ketua

pada periode awal berdirinya FSW IAIN Jakarta. Pada periode awal ini

Page 62: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

kegiatan difokuskan kepada pemenuhan infrastruktur lembaga dan

pemahaman konsep terutama tentang wanita dalam pembangunan.

Kegiatan FSW IAIN Jakarta belum sepenuhnya dilakukan secara

mandiri tetapi banyak disokong oleh IAIN melalui DIP. Upaya

monumental FSM IAIN Jakarta saat itu adalah melaksanakan kursus

WAD untuk wakil dosen perempuan dari seluruh IAIN di Indonesia (saat

itu 14 IAIN). Rekomendasi mendasar dari kursus ini adalah adanya

kesepakatan dari peserta kursus untuk mendirikan lembaga kajian

wanita di IAIN mereka masing-masing.

Periode kepengurusan PSW kedua dimulai pada tahun 1990. Pada

periode ini kepengurusan dipimpin oleh Drs. Netty Hartati. Kegiatan

FSW pada periode ini difokuskan pada pengembangan sumberdaya

manusia dalam bentuk pelatihan dan penelitian. Pada periode ini

kerjasama dengan instansi pun mulai dikembangkan terutama

dengan Pemda DKI Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan ini struktur

kepengurusan dikembangkan dengan dibentuknya Bidang

Pengembangan dan Bidang Penelitian.

Pada 1995 Dr. Chuzaemah Tahido melanjutkan tampuk

kepemimpinan PSW hingga tahun 1998. pada awal kepengurusannya

atas pengarahan dari Menteri Negara Urusan Peranan Perempuan

(Meneg UPW) pada pertemuan Rektor-rektor Perguruan Tnggi di

Indonesia, lembaga kajian wanita yang ada di Perguruan Tinggi

dengan nama yang berbeda-beda dijadikan sebagai Pusat Kajian

Page 63: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Wanita (PSW) agar terdapat keseragaman nama pusat-pusat studi

wanita yang ada di instansi pemerintah maupun perguruan tinggi di

Indonesia. Sejalan dengan itu, FSW IAIN Jakarta pun berubah menjadi

PSW IAIN Jakarta. Fokus kegiatan PSW pada periode ini lebih besar

diarahkan kepada sosialisasi gender bagi civitas akademika IAIN

Jakarta.

Pada tahun 2000, jaringan PSW IAIN se-Indonesia menyepakati

untuk berpusat koordinasi di PSW IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada periode selanjutnya, PSW IAIN Jakarta dipimpin oleh Eri

Rossatria, M. Ag dan berakhir pada tahun 2004. Jenis kegiatan PSW

IAIN Jakarta sudah terlihat beragam sesuai dengan bidang yang ada

dalam struktur kepengurusan, namun demikian semua kegiatan

tersebut diarahkan dalam rangka pengarusutamaan gender,

khususnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam bidang

pengembangan, beragam kegiatan telah dilaksanakan seperti

workhsop, training of trainers (TOT), seminar, lokakarya, dan diskusi

bulanan. Di dalam kampus, semua kalangan mulai dari pimpinan,

dosen, karyawan, sampai mahasiswa telah dilibatkan dalam berbagai

kegiatan PSW. Untuk anggota jaringan PSW IAIN/STAIN, para ketua

PSW dari beberapa IAIN/STAIN pernah dilibatkan. Sedangkan

kalangan masyarakat umum yang telah dilibatkan dalam kegiatan

PSW di antaranya Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) dan badan

Penyuluh dan penasehat Pekawinan, guru madrasah, dan

Page 64: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

mubalighah. Pada periode ini pula kerjasama dengan funding luar

negeri terealisasi, seperti kerjasama dengan CIDA/McGill Project dan

kerjasama dengan The Asia Foundation (TAF). Dalam bidang

penerbitan, telah terbit Jurnal Harkat yang terbit setiap 6 bulan dan

Newsletter yang pernah diterbitkan sebanyak 3 kali.

Pada 2004, PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dipimpin oleh Dra.

Tati Hartimah, MA. Pada masa ini mulai terdapat perimbangan dalam

hal komposisi laki-laki dan perempuan. Di samping itu, telah terjadi

penambahan bidang publikasi pada strukturnya. Pada masa ini, PSW

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah merekonstruksi visi, misi dan tujuan

PSW yang belaku untuk jangka waktu yang lebih panjang.

C. Visi, Misi dan Tujuan PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Visi

Terwujudnya kehidupan sosial yang demokratis dan

keadilan sosial kemasyarakatan yang demokratis dan keadilan

sosial melalui pengembangan keilmuan dan nilai-nilai keagamaan

Islam yang berprespektif gender.

2. Misi

a. Mengembangkan paradigma keilmuan Islam yang

berwawasan gender,

Page 65: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

b. Meningkatkan peran serta civitas akademika UIN Jakarta untuk

mewujudkan pengarusutamaan gender,

c. Meningkatkan kualitas perempuan di berbagai bidang

strategis, dan

d. Meningkatkan kemandirian organisasi melalui penguatan

lembaga dan perluasan jejaring.

3. Tujuan

a Meningkatkan hasil kajian ilmu-ilmu sosial dan keislaman yang

berwawasan gender,

b Meningkatkan peran serta civitas akademika sesuai dengan

fungsi dan tugas pokok masing-masing dalam pelaksanaan

pengarusutamaan gender di UIN Jakarta,

c Meningkatkan relasi gender yang berkeadilan di masyarakat

dalam berbagai bidang strategis,

d Meningkatkan kemandirian PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada aspek sumber daya manusia, pendanaan, serta sarana

dan prasarana dalam rangka menghasilkan program yang

inovatif, dan

e Meningkatkan kuantitas dan kualitas jejaring pengarusutamaan

gender di masyarakat.

D. Program dan Kegiatan Pokok PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 66: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Program-program PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta meliputi :

1. Program Pengembangan Ilmu Sosial dan Keislaman Berwawasan

Gender

Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan paradigma

keilmuan islam yang berwawasan gender dalam rangka

mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Output program ini

adalah:

a. Bertambahnya kajian tentang perempuan dan gender yang

berkualitas dalam ilmu-ilmu sosial dan keislaman,

b. Meluasnya publikasi hasil kajian dan penelitian dalam gender

dan Islam.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan melalui program ini adalah

a. Pengkajian tentang relasi gender yang berkembang dalam

ilmu-ilmu sosial dan keislaman,

b. Implementasi konsep gender sebagai alat analisis,

Page 67: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

c. Integrasi gender dalam melakukan keislaman; dan

d. Publikasi hasil kajian dan penelitian terhadap relasi gender baik

kontemporer maupun klasik.

2. Program Pengembangan Pengarusutamaan Gender di UIN Jakarta

Tujuan program ini adalah untukl meningkatkan peran serta dan

aspresiasi sumber daya civitas akademika UIN Jakarta dalam

mewujudkan pengarusutamaan gender. Output program ini

adalah:

a. Adanya kebijakan mengenai pengarusutamaan gender di UIN

Jakarta,

b. Bertambahnya dosen yang menggunakan perspektif/analisis

gender dalam kegiatan pembelajaran,

c. Bertambahnya jumlah dosen dan karyawan perempuan UIN

Jakarta yang menduduki posisi strategi, dan

d. Adanya kegiatan-kegiatan pengarusutamaan gender yang

dilaksanakan oleh mahasiswa (BEM).

Kegiatan pokok yang akan dilakukan melalui program ini

adalah:

a. Pengkajian dan penyusunan Rencana Strategis UIN Jakarta

Tahun 2007-2012 yang berperspektif gender,

b. Peningkatan kemampuan dosen dalam menggunakan

perspektif/analisis gender pada setiap mata kuliah yang secara

proposional,

Page 68: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

c. Peningkatan kualitas dan kuantitas peran dan kedudukan

perempuan dalam posisi-posisi strategis sebagai pengambil

keputusan/perumus kebijakan,

d. Peningkatan kualitas akademis dan manajerial dosen dan

karyawan-karyawan, dan

e. Fasilitasi pengembang pengarusutamaan gender di tingkat

mahasiswa.

3. Program Pengembangan Masyarakat

Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan relasi gender yang

berkeadilan di masyarakat dalam bidang strategis. Output

program ini adalah:

a. Meningkatkan kesadaran dan sensitivitas gender di kalangan

masyarakat, dan

b. Meningkatnya peran dan kualitas perempuan di berbagai

bidang strategis.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan melalui program ini

adalah:

a. Pengkajian sumber daya perempuan dalam masyarakat,

b. Pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat, dan

c. Fasilitas pemberdayaan perempuan di berbagai bidang

strategis.

Page 69: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

4. Program Pengembangan Lembaga

Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan

profesionalitas pengelolaan organisasi PSW UIN Jakarta. Output

program ini adalah:

a. Memiliki sumberdaya manusia yang bermutu,

b. Pengelolaan sumber dana secara profesional, dan

c. Memiliki jejaring pengarusutamaan gender di masyarakat

secara luas dan lembaga mitra baik di tingkat nasional maupun

internasional.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan melalui program ini

adalah:

a. Pembentukan tim ahli ilmu keislaman yang memiliki wawasan

gender,

b. Peningkatan kualitas pengurus di bidang manajemen proyek,

pengembangan rencana aksi, dan pengelolaan anggaran,

dan

c. Peningkatan kualitas dan kualitas jejaring dan kemitraan PSW.

Page 70: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

E. Struktur Kepengurusan PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Struktur Kepengurusan PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta62

Periode 2004 – Sekarang

Responsible Person : Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA.

Director : Dra. Tati Hartimah, MA.

Vice Director : Dra. Asriati Jamil, M.Hum.

Secretary : Mu’min Rauf, MA.

Treasurer : Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA.

Division of Education

And Training : Dra Tien Rohmatin.

62 Brosur PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 71: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Rini Laili Prihatini, M.Si.

Division of Study and

Research : Dra. Fadilah Suralaga, M.Si.

Dra. Djunaidatul Munawaroh, M. Ag.

Division of Publication : Yudhi Munadi, M.Ag.

Abdul Rahman Saleh, M.Si.

Page 72: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN

A. Analisa Program Pemberdayaan Perempuan.

Dari hasil wawancara dan dokumen yang penulis dapatkan,

bahwa program pemberdayaan perempuan berupa workshop

pemberdayaan mubalighat I merupakan kegiatan

mentransformasikan pengetahuan dari para nara sumber kepada

para mubalighat. Dimana setelah mengikuti workshop maka

mubalighat diharapkan mampu menguasai dan mengembangkan

materi dakwah yang berkaitan dengan HAM, Demokrasi dan Gender

dalam islam serta mengaplikasikan metode pembelajaran dalam

berdakwah.

Pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh PSW UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta melalui workshop pemberdayaan mubalighat I

ini merupakan pemberdayaan dari aspek ilmu pengetahuan dimana

PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui para nara sumber dan

fasilitatornya mencoba memberikan sebuah wacana-wacana yang

berupa pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada mubalighat.

Page 73: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Selanjutnya penulis akan memaparkan temuan yang penulis

temukan dimana penulis mencoba menghubungan dengan teori

program pemberdayaan perempuan yang penulis paparkan pada

bab II dengan workshop pemberdayaan perempuan I, yaitu:

1. Tahap Persiapan (Engagement)

Sebelum dilaksanakan workshop pemberdayaan mubalighat I,

PSW UIN Syarif Hidayatullah telah melaksanakan dua kegiatan

untuk persiapan melakukan workshop pemberdayaan mubalighat

I yaitu : Workshop Review Kurikulum Pemberdayaan Mubalighat

dan Training of Trainers.

Berikut ini sedikit ulasan yang penulis dapatkan mengenai

kedua kegiatan tersebut :

a. Workshop Review Kurikulum Pemberdayaan Mubalighat.

Kegiatan ini berupa workshop peninjauan kembali terhadap

kurikulum yang telah dimiliki oleh dua lembaga, yaitu : Komisi

Perempuan Majelis Dakwah Islamiyah (KPMDI) pusat dan PSW

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Workshop ini dilaksanakan di

Hotel Cemara tanggal 18 – 19 Maret 2003 dan diikuti oleh

sebanyak 20 orang peserta yang terdiri dari 10 orang utusan

PSW dan 10 orang dari KPMDI. Workshop ini menghasilkan

Page 74: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

kurikulum bersama yang akan dijadikan sebagai acuan bagi

mubalighat dalam berdakwah.

b. Training of Trainers.

Setelah kurikulum yang dimiliki oleh PSW UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta direview, kemudian dipersiapkan tenaga-tenaga

instruktur yang akan menjadi fasilitator pada kegiatan

workshop pemberdayaan mubalighat yang akan dilaksanakan.

Dalam kegiatan ini, yang dilibatkan adalah 20 dosen UIN

Jakarta yang memiliki akses terhadap majelis taklim dan

mubalighat serta dilaksanakan pada tanggal 9-13 Juni 2003 di

Wisma Sirnagalih Megamendung Bogor.

Kemudian dalam tahap persiapan ini PSW UIN Syarif

Hidayatullah juga telah melakukan penyiapan petugas dan

penyiapan lapangan. Penyiapan petugas antara lain:

a. Narasumber

Sebelum melakukan workshop pemberdayaan mubalighat

maka PSW melakukan persiapan terhadap calon narasumber,

dimana dilakukan pemilihan yang sesuai dengan tema yang

diangkat dengan penguasaan si narasumber itu sendiri

terhadap tema yang akan diangkat, seperti yang diungkapkan

oleh Bapak Mu’min Rauf :

”untuk nara sumber.. kita sudah punya data basenya.. nara sumber tidak hanya dari UIN.. nara sumber itu banyak juga

Page 75: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

yang dari luarnya.. nanti kita pilih secara proposional..misalnya kalau gender itu berkaitan dengan Islam kita biasanya ambil dari UIN atau juga ada dari teman-teman LSM-LSM.. kalau kriteria-kriterianya ya mereka menguasai materi yang akan disampaikannya.. ya tentunya proposional.. kita lihat karena kita punya databasenya ya.. si A ini menguasai materi ini.. si B menguasai materi ini.. ya gitu aja..”.63

b. Fasilitator

Fungsi utama fasilitator adalah memfasilitasi berlangsungnya

proses belajar yang memungkinkan peserta pelatihan dapat

mengembangkan dirinya, pengetahuannya, pemahamannya,

perilakunya serta keterampilan-keterampilan yang ingin

dikuasainya.

Oleh karena itu, seorang fasilitator tidak hanya dituntut memiliki

ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam

melaksanakan tugasnya, tetapi juga menuntut wawasan,

persepsi fasilitator terhadap peserta, sikap dan perilaku serta

gaya pribadi tertentu yang diperlukan.64

Untuk memperjelas apa dan bagaimana fungsi fasilitator, perlu

dipahami lebih dahulu bagaimana kondisi belajar yang

didambakan agar tercipta proses belajar yang saling

mengembangkan di antara peserta. Oleh karena itu, PSW

63 Wawancara pribadi dengan Bapak Mu’min Rauf, S.MA., Jakarta, 6 Agustus 2008. 64 Musdah Mulia, Modul Pemberdayaan Mubalighat Menuju Masyarakat Madani (Jakarta:DPP KW MDI, 1999), h. 14.

Page 76: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

melakukan kegiatan Training of Trainers seperti yang telah

disampaikan di atas.

c. Peserta

Peserta pada workshop kali ini sudah jelas adalah mubalighat.

Mereka berperan sebagai penghubung sekaligus penafsir atas

berbagai informasi yang datang kepada komunitasnya.

Pendapatnya selalu diminta tak terbatas pada isu-isu

keagamaan atau isu perempuan belaka. Karenanya sangatlah

dimengerti jika para mubalighat kerap menjadi ujung tombak

dari berbagai program pembangunan yang menghendaki

kesuksesannya di masyarakat.65

Pendapat di atas juga disepakati oleh Bapak Mu’min Rauf,

berikut kutipannya :

“PSW berharap mubalighat bisa dijadikan patner dalam pemberdayaan perempuan secara keseluruhan.. kita memandang dia punyai nilai strategis dalam pemberdayaan.. PSW sesuai dengan namanya pusat studi berarti dia pusat kajian.. artinya kita tidak mempunyai sebuah network ke masyarakat secara akar rumput gitu.. yang langsung ke bawah .. nah maka mubalighat lah sebagai jembatan antara PSW dengan masyarakat di tataran gresroot tadi.. Mubalighat lebih pandai membahasakan apa yang kita mau”66. PSW pun juga melakukan seleksi terhadap pesertanya, berikut

ini sistem penyeleksiannya :

65 Alimin Mesra, dkk. Modul Pelatihan Mubaligh dan Mubalighat (Jakarta:PSW UIN, 2006), h.5 66 Wawancara pribadi dengan Bapak Mu’min Rauf, MA., Jakarta, 6 Agustus 2008.

Page 77: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

“peserta untuk mubalighat ini tidak mudah menyeleksinya ya karena di Indonesia ini.. dari kapan saya juga nggak tahu.. majelis-majelis taklim subur sekali ya sehingga setiap majelis taklim pasti ada Mubalighatnya kan atau ada mubaligh ya.. nah kita itu menghubungi Depag bagian kemasyarakatan apa itu ya namanya.. humas ya.. kita menghubungi mereka dan meminta data-data dari mereka walaupun tidak semua ke data.. dan meminta bantuan kepada mubalighat-mubalighat yang sudah kita kenal cara menjalinnya tuh.. nah baru kemudian kita cari tau.. si A, si B sudah menjalankan sebagai mubalighat itu berapa tahun.. dia alumni mana..”67. Kemudian peserta yang dapat dijaring oleh PSW UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam pelatihan ini sesuai rencana, yaitu

berjumlah 30 orang yang terdiri atas 15 mubalighat dari Jakarta

Selatan dan 11 mubalighat dari Jakarta Timur, 2 orang dari

Muslimat, 2 orang dari Aisyiyah.

2. Tahap Pengkajian (Assessment).

Pada tahap pengkajian ini PSW melakukan penelitian terlebih

dahulu untuk workshop pemberdayaan mubalighat, seperti apa

yang dikatakan Bapak Mu’min Rauf berikut ini:

67 Ibid

Page 78: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

“Setiap pelatihan.. setiap workshop.. PSW biasanya melakukan plan assesment terlebih dahulu.. apa yang dibutuhkan masyarakat itu kita lakukan semacam penelitian awal.. agar workshop itu tepat sasaran.. nah itu yang kita lakukan terlebih dahulu..”68.

Dimana plan assessment yang dilakukan PSW UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta seperti melihat persoalan yang ada pada

masyarakat dewasa ini. Peran strategis mereka kurang

dimanfaatkan dalam membangun penyadaran kritis jamaahnya

terutama yang berkaitan dengan hak-hak mereka. Misalnya

membangun kesadaran kritis tentang hak-hak kaum perempuan

baik sebagai individu, istri atau warga masyarakat. Maka untuk

membangun kesadaran itu dibutuhkan sebuah upaya pendidikan

yang dapat memampukan mereka membaca realitas masyarakat

secara kritis. Di sinilah perlunya memberdayakan para mubalighat

agar mereka menjadi mubalighat yang memiliki kemampuan

untuk memberdayakan komunitas jamaahnya.69

68 Ibid 69 Modul Pelatihan Mubalighat PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 79: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

3. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi.

Setelah melakukan penelitian, kemudian PSW membuat proposal.

Dimana dalam proposal tersebut terdapat teknis pelaksanaan

sebagai tahap pemformulasian rencana aksi PSW terhadap

workshop pemberdayaan mubalighat I.

Pada bentuk TOR ini dibuat lebih difokuskan pada pengajuan

dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan Workshop PSW UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta mulai dari kebutuhan pelaksana hingga

akomodasi bagi narasumber, fasilitator dan mubalighat itu sendiri.

Selain itu, juga membahas mengenai teknis pelaksanaan kegiatan

workshop pemberdayaan mubalighat I secara terperinci.

“Baru kita rumuskan dalam bentuk TOR.. dalam bentuk proposal.. terus kemudian proposal itu untuk biasanya pengajuan dananya.. TOR nya itu untuk teknis pelaksanaannya yang seluruhnya melalui proses rapat-rapat ya.. ya secara umum begitu kalau untuk workshop”70.

4. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi).

Kemudian terlaksanalah workshop pemberdayaan mubalighat I

yang diadakan oleh PSW UIN Syarif Hidayatullah bekerjasama

dengan The Asia Foundation (TAF). Kegiatan ini berlangsung pada

hari selasa sampai kamis tepatnya pada tanggal 2-4 September

70 Wawancara pribadi dengan Bapak Mu’min Rauf, MA., Jakarta, 6 Agustus 2008.

Page 80: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

2003 di Wisma Syahida Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta tepatnya di Jalan Kerta Mukti, Pisangan-Ciputat.

Dalam workshop pemberdayaan mubalighat I ini terdapat

komponen-komponen, yaitu :

a. Peserta

Berikut ini daftar peserta yang terlibat dalam workshop

pemberdayaan mubalighat I adalah71

No

Nama

Pekerjaan

Nama Majelis Taklim

1 Hj. Masfah Jamaluddin

Guru Agama Nurul Huda (Sabtu)

Nurul Hasanah (Senin)

Al Jihad (Selasa)

Al Karimah

Al Hidayah

Nurul Jannah

Al Huda

2 Hj. Nurjannah Guru Agama An Nuur (Rabu)

Al Awwabin (Minggu)

Nurun Nisa (Sabtu)

71 Laporan Satuan Kegiatan Workshop Pemberdayaan Mubalighat I (Jakarta:PSW UIN, 2004)

Page 81: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

3 Hj. Sumiati Guru Agama Nurul Barkah

4 Ai Siti Rubiah - Ashabul Kahfi

5 Lilis Sufiati Guru Agama Al Husaini (Masjid Ihyaus Sunnah)

6 Dra. Hj. Maryamah Guru Agama Al Fatayat

Al Karimah

7 Tati Suryati, S.Ag Guru MTS dan MI

Al Hamidiyah / Nurul Iman

8 Dra. Hj. Sugesti Supodo

Guru agama Al Hilal

9 Hj. Rahmah Hawari Lubis

Guru agama Al Waslihyah

Al Mukmin (Senin)

Al Maysyarah (Kamis)

10 Nurhayati Guru agama At Taubah

11 Sapinah Guru agama Al Amin

12 Dra. Hj. Endah Nina Kurniasih, MA.

Konsultan BP4 kodya Jaksel dan

Penyuluh Agama Islam Kec. Cilandak

Al-Khairat

13 Hj. Rahmaniah Guru Majelis Taklim

Al Amanah

Page 82: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

14 Dra. Nuryani Haki Kepala TK dan Penyuluh Agama Kebayoran lama

Nurul Fajri

15 Zubaedah Penyuluh agama Pancoran

Nurus Shopiah (Kamis)

16 Hj. Masniyah Ahmad Guru agama Al Mar’ah Asholihah (Kamis)

Khairunnisa (Selasa)

Al-Hidayah (Rabu)

PKK Kelurahan Nurul Qur’an

17 Hj. Ida Sri Richmayani wiraswasta Al Baqiyatus Sholihat

18 Nurlaelah, S.Ag Guru MA Al Khairiyah JakUt

Nurul Islam

19 Saidah, S. Ag. Penyuluh Agama Islam Kandepag JakSel

Al Ahyar

20 Neneng K., S. Ag. Penyuluh Agama Islam Kandepag JakSel

An Nuroniyah

21 Iklilah Muzayyanah Dini F., S. THI

Guru dan aktivitas Ormas

As Salam

22 Hj Salmah - PKK Kelurahan Grogol Utara

Page 83: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

23 Dra. Sri Suleha Wiraswasta dan Aktifis Ormas

Al Muhajjirin

24 Dra. Sri Mulyani - Al Ummahaat

25 Hj. Ida Musthofa Guru dan Aktifis Ormas

Al Muqorrobin

Nurul Qur’an (Senin)

Al Hijrah (Selasa)

Nurul Jannah (Rabu)

26 Hj. Siti Anggarkasih. H Mubalighat Al Amien

27 Hj. Walana Penyuluh Agama Islam

Al Abror

Tajul Huda

Al Barkah

28 Nur Annisa Qurratul Ain, S. Ag.

Penyuluh Agama Islam

Al Hidayah

TKW Sinar Pola

PSKW Mulya Karya

29 Lilies Nurul Aflah, S. Ag.

Penyuluh Agama Islam

Raudhatul Ulum

Tsamrotul Fu’ad

30 Dra. Hj. Istianah Wachid

Kepala Madrasah

Al-Hidayah Pamulang

Darunnisa

Dari 2 mubalighat yang penulis wawancarai mengaku bahwa

mereka senang mengikuti kegiatan workshop tersebut karena

Page 84: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

adanya manfaat yang sangat mereka rasakan dengan

beberapa alasan seperti materi yang bagus, menambah

pengetahuan, dan menyambung tali silaturahmi. Seperti yang

diungkapkan ibu Anggarkasih dan ibu Nina:

“Semuanya bagus untuk dapat pengetahuan dan

kemampuan diri..”72

“Seingat saya materi-materi di workshop itu semuanya bagus terus juga keinginan kita untuk nambah pengetahuan disitu terpenuhi.. juga yang terpenting itu kita ada silaturahm ya.. jadi kita tahu pengalaman apa yang dia lakukan kemudian juga kalau kita punya masalah atau apa kita jadi punya solusi dan sebagainya.. sebagainya..”73

b. Narasumber

kegiatan ini juga diisi oleh 5 narasumber (orang yang

menyampaikaan materi) yang terdiri dari:

No Nama Materi yang disampaikan

1 Prof. Dr. Ishmah Salman, M.

Hum.

Dakwah Efektif Berperspektif

Gender

2 Prof. Dr. Azyumardi Azra,

M.A.

Peran Mubalighat dalam

Mengembangkan HAM dan

72 Wawancara pribadi dengan Hj. Siti Anggarkasih. H., Jakarta, 11 Agustus 2008. 73 Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Endah Nina Kurniasih, MA., 20 Agustus 2008

Page 85: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Sikap Demokrasi dalam

Masyarakat

3 KH. Husein Muhammad

Hak-hak Perempuan dan

Anak dalam Islam

4 Dra. Tati Hartimah, MA.

Identifikasi Masalah

5 Dra. Badriyah Fayumi, Lc.

Gender dalam Islam (Issu-issu

Fiqih Personal, Inter Personal

dan antar personal)

c. Fasilitator

Serta 5 fasilitator yang bertugas dalam workshop tersebut ialah:

1. Dra. Djunaidatul Munawwarah, M. Ag.

2. Dra. Tati Hartimah, MA.

3. Dra. Eri Rossatria, M. Ag.

4. Dra. Asriati Jamil, MA.

5. Dra. Armawati Arbi, M.Si.

d. Acara / Kegiatan

Berikut ini susunan acara yang telah dilaksanakan pada

workshop pemberdayaan mubalighat I:

Page 86: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Proses Pelaksanaan “Workshop Pemberdayaan Mubalighat I”

Pusat Studi Wanita (PSW) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA74

Hari, Tanggal Waktu (WIB) Kegiatan

Pukul 08.00-10.00

Pembukaan

Sambutan Ketua PSW UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta, Dra. Eri Rossatria,

M. Ag.

Sambutan Rektor UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr.

Azyumardi Azra, MA.

Selasa, 2 September

2003

Pukul 10.00-10.30

1. Sessi II (Perkenalan),

Fasilitator : Dra.

Djunaidatul

Munawaroh

2. Setelah perkenalan

selesai, acara

74 Laporan Proses Workhsop Pemberdayaan Mubalighat I (Jakarta : PSW UIN, 2003)

Page 87: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

dilanjutkan dengan

kontrak belajar yang

dipimpin oleh Dra.

Djunaidatul

Munawaroh dan Dra.

Tati Hartimah.

Pukul 10.30-

12.00

Materi : Identifikasi

Masalah

Nara Sumber : Dra. Tati

Hartimah.

Identifikasi masalah

gender dilakukan

dengan cara meminta

peserta untuk

mengidentifikasi

persoalan-persoalan-

persoalan yang terkait

dengan peran gender

dalam rumah tangga. Di

sini fasilitator membagi

peserta ke dalam empat

kelompok dan memberi

waktu selama 10 menit

untuk mendiskusikan

masalah di atas.

Di sini fasilitator

menggunakan metode

dalam penyampaian

Page 88: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

materi menggunakan

active learning karena

dianggap sangat

efektif75.

Pukul 12.00-13.00

Ishoma (Istirahat, Shalat,

Makan)

Pukul 13.00-15.00

Materi : Peran Mubalighat

dalam Mengembangkan

HAM dan Sikap

Demokrasi dalam

Masyarakat

Nara Sumber : Prof. Dr.

Azyumardi Azra, M.A.

Fasilitator : Dra. Eri

Rossatria, M. Ag.

Pukul 15.00-17.00

Materi :

Pendalaman Materi Hak-

Hak Perempuan dalam

Islam

Fasilitator : Dra. Tati

Hartimah MA.

Pada sesi ini fasilitator

meminta peserta untuk

75 Wawancara pribadi dengan Dra. Tati Hartimah, MA., 13 Agustus 2008

Page 89: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

mendiskusikan tema-

tema yang berkaitan

dengan hak-hak

perempuan dan anak

dalam Islam.

Pukul 19.00-21.30

Presentasi hasil Diskusi

tentang hak-hak

perempuan dan anak

dalam islam. Di sini

peserta

mempresentasikan hasil

diskusi mereka dengan

menjelaskan

permasalahannya yang

kemudian mencarikan

solusinya.

Pukul 08.00-13.00

Materi : Gender

dalam Islam (Issu-issu Fiqih

Personal, Inter Personal

dan antar personal)

Nara Sumber :Dra.

Badriyah Fayumi, Lc.

Fasilitator : Dra.

Djunaidatul Munawaroh

Rabu, 3 September

2003

Pukul 13.00-15.00 Materi : Hak-

hak Perempuan dan

Page 90: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Anak dalam Islam

Nara Sumber : KH. Husein

Muhammad

Fasilitator : Dra. Tati

Hartimah MA.

Pukul 15.00-17.30 Materi :

Penyusunan Rencana

Pembelajaran Gender

dalam Islam

Fasilitator : Dra. Tati

Hartimah MA.

Pada sesi IV ini peserta

diminta untuk menyusun

rencana pembelajaran

Gender dalam Islam

yang akan mereka

jadikan acuan dalam

ceramah di depan

jamaah.

Pukul 19.00-21.00 Sessi V

Materi : Menonton

Pemutaran Film

Page 91: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

“Kekerasan Terhadap

Perempuan dalam

Rumah Tangga”

Fasilitator : Dra. Asriati

Jamil, MA.

Pada sesi ini peserta

diajak untuk menonton

pemutaran film dengan

tujuan melihat realitas

yang dihadapi oleh

perempuan. Setelah

tayangan ini diputar

peserta diminta untuk

mendiskusikannya.

Kamis, 4 September

2003

Pukul 08.00-10.00

Materi :

Dakwah Efektif

Berperspektif Gender

Nara Sumber : Prof. Dr.

Ishmah Salman, M. Hum.

Fasilitator :Dra.Armawati

Arbi, M.Si.

Page 92: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Pukul 13.00-17.00 Materi : Dakwah

Mikro

Fasilitator:Dra.Djunaidatul

Munawaroh

Peserta

mempresentasikan materi

yang telah mereka susun

dalam sesi penyusunan

rencana pembelajaran.

Pukul 19.00 Penutupan

e. Pelaksana

Pada workshop pemberdayaan mubalighat I ini yang menjadi

pelaksana adalah:

1. Dra. Tati Hartimah, MA.

2. Dra. Eri Rossatria, M.Ag.

3. Khadijah, S.Ag.

4. Mu’min Rauf, MA.

Berikut ini pemaparan mengenai teknis peranan pelaksana

dimana mereka memiliki tanggung jawab yang besar terhadap

kelancaran dan keberhasilan dari kegiatan Workshop

Pemberdayaan Mubalighat I, berikut penuturannya :

Page 93: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

“panitia tentunya secara tekhnis yang melaksanakan kegiatan tersebut.. mulai dari persiapan awal, pelaksanaan, sampai pelaporan itu tanggung jawab sepenuhnya panitia.. sukses atau tidaknya itu tanggung jawab panitia pelaksana.. gitu.. mulai dari apa namanya.. angkut-angkut ATK dari kantor ke tempat latihan terus kemudian sampai kepada pembuatan laporan akhirnya.. ”76

f. Media

Dalam workshop pemberdayaan mubalighat I ini juga

menggunakan banyak media, seperti infocus, layar film, slide

dan sebagainya. Media ini umumnya digunakan untuk

mentransfer ilmu dari narasumber atau fasilitator kepada para

mubalighat.

“Menggunakan slide ketika menyampaikan materi..”77

g. Teknik Penyampaian Materi

Terdapat beberapa teknik penyampaian materi saat workshop

pemberdayaan mubalighat I, antara lain :

1. Teknik presentasi meliputi: ceramah, dialog, audio casset,

slide, membaca.

2. Teknik meeting meliputi: Tanya jawab, forum, kelompok,

panel.

3. Teknik diskusi: diskusi terarah, diskusi buku, diskusi, kelompok,

diskusi kasus, diskusi pemecahan masalah.

76 Wawancara pribadi dengan Bapak Mu’min Rauf, MA., Jakarta, 6 Agustus 2008. 77 Wawancara pribadi dengan Prof. Dr. Ismah Salman, M.Hum, Jakarta, 27 Agustus 2008

Page 94: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

4. Teknik simulasi: role playing, case method, games.

5. Tahap Evaluasi

PSW selaku pelaksana telah melakukan evaluasi setelah

terlaksananya workshop pemberdayaan mubalighat I mulai dari

pembuatan laporan proses dimana mencatat setiap kegiatan

yang terjadi selama workshop pemberdayaan mubalighat I

berlangsung, pembuatan Proposal Pertanggung Jawaban hingga

pengadaan kegiatan sosialisasi dan monitoring program

pemberdayaan mubalighat.

Pada evaluasi ini terdapat komponen-komponen yang dievaluasi

mulai dari ketercapaian tujuan hingga evaluasi kinerja dan

pemahaman peserta terhadap materi.

“komponen yang dievaluasi.. tentunya tercapainya tujuan workshop itu sendiri.. dari sisi kesiapan trus kemudian pelaksanaannya yang di evaluasi itu kinerja panitia.. kinerja fasilitator.. kinerja nara sumbernya.. sampai pada pencapaian tujuan.. apakah materi-materi itu di pahami dengan baik oleh peserta atau tidak.. nah kita evaluasi itu semua..”.78 Untuk mengetahui secara pasti apakah peserta telah mampu

menyampaikan pesan-pesan tersebut dan juga dapat

menggunakan metode yang bervariasi perlu dilakukan sosialisasi

dan monitoring. Oleh karena itu, PSW selaku pelaksana

78 Wawancara pribadi dengan Bapak Mu’min Rauf, MA., Jakarta, 6 Agustus 2008.

Page 95: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

mengadakan sosialisasi dan monitoring terhadap peserta. Di mana

realisasi kegiatannya adalah sebagai berikut:

a. Sosialisasi

Sosialisasi dilaksanakan pada dua orang mubalighat dari setiap

angkatan dan dilaksanakan dalam dua cara.

Pertama,pengamat dari PSW mengikuti ceramah yang

disampaikan oleh mubalighat untuk mengetahui sejauhmana

materi yang disampaikan sudah berprespektif gender, HAM,

dan demokrasi. Kedua, PSW turut menyampaikan materi

seputar isu-isu penting yang perlu disampaikan sesuai dengan

perkembangan saat itu.

Adapun para mubalighat yang dikunjungi dan pengamat dari

PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam sosialisasi adalah

sebagai berikut:

No Hari/Tangg

al Nama Alamat MT Petugas

1 21-02-2004 Anggarkasih

MT. Al-Amin Bintaro Tati Hartimah

2 28-02-2004 Masfah MT Darul Huda

Jl. RS Fatmawati Cipete

Eri Rossatria

3 04-03-2004 Indrawati MT Al-Ikhlas

PD. Betung, Pd Aren Tangerang

Tati Hartimah

Page 96: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

4 10-03-2004 Hj. Sahlah MT. Nurul Huda

Pesanggrahan Bintaro

Eri Rossatria

5 13-03-2004 Samiyati Pondok Cabe-

Tangerang

Tati Hartimah

6 22-03-2004 Amaliah MT. Ummahatul Jannah Kemanggisan

Tati Hartimah

b. Monitoring

Monitoring dilakukan dengan cara mengundang seluruh alumni

workshop. Kemudian ditunjuk masing-masing dua orang untuk

mempersiapkan materi dan menyampaikannya di depan

teman-teman mereka sesama peserta. Setelah itu dilakukan

diskusi evaluative dengan peserta lainnya. Di akhir diskusi,

pengamat dari PSW menyampaikan pandangannya baik dari

sisi materi maupun metode.

6. Tahap Terminasi

Setelah melakukan sosialisasi dan monitoring, maka pada tahap

terminasi ini PSW hanya mendengarkan rekomendasi peserta

workshop mubalighat I yaitu :

Page 97: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

a. Kegiatan sejenis bagi peserta lain yang belum pernah

mengikuti

b. Kegiatan lanjutan bagi peserta yang telah mengikuti workshop

pemberdayaan mubalighat.

Sama halnya dengan harapan dari ibu Anggarkasih dan ibu Nina

yaitu:

“Kalau ibu sih mengharapkan ada pertemuan-pertemuan lanjutan.. sementara kalau kita misalnya mengadakan gabungan dengan beberapa alumni gitu.. kebanyakan pesertanya dah pada sibuk gitu loh.. untuk janji ketemu disini itu susah.. sebenarnya kita mengharapkan dari PSW sendiri mungkin untuk memberikan program entah setahun sekali atau setahun dua kali untuk kita menjaring nerworking gitu.” 79

“Sebetulnya sih saya pengen ikut lagi.. kalau ada lagi supaya dapat ilmunya lebih banyak lagi..”80

Dari PSW sendiri ada keinginan untuk mengadakan kegiatan

serupa namun karena kesibukan dari para staff PSW itu sendiri

maka kegiatan tersebut belum dapat terwujud.

79 Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Endah Nina Kurniasih, MA., 20 Agustus 2008. 80 Wawancara pribadi dengan Hj. Siti Anggarkasih. H., Jakarta, 11 Agustus 2008.

Page 98: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

B. Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Program Pemberdayaan

Perempuan.

1. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan program pemberdayaan perempuan dapat

dilihat dari perubahan yang dialami para peserta serta manfaat

yang dirasakan peserta setelah mengikuti workshop

pemberdayaan mubalighat I. Penulis menyimpulkan bahwa dari

workshop tersebut peserta dapat memahami materi-materi yang

telah disampaikan pada Workshop Pemberdayaan Mubalighat,

berikut ini indikator-indikatornya :

a. Menambah pengetahuan atau wawasan para mubalighat

mengenai gender dalam Islam, HAM dan Demokrasi.

b. Menambah pemahaman materi untuk berdakwah yang

berprespektif gender.

c. Mempererat tali silaturahmi antara para mubalighat,

narasumber, fasilitator dan pelaksana sehingga para peserta

dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Page 99: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Indikator-indikatornya dapat penulis lihat dari hasil wawancara

dengan beberapa peserta berikut penuturannya:

“Kalau manfaat sih jelas ya.. itu dari sisi keilmuan ya.. kualitas.. silaturahmi kita.. bagaimana kita menajamkan kita memberikan materi.. banyak manfaatnya..”.81

“Ooo Banyak.. banyak.. sebelum itu juga kan kita dikasih

latihan-latihan.. jadi disini saya diajarkan pendidikan agama.. banyak mendapat pengetahuan saya.. Kalau buat orang luar kadang-kadang ceramah-ceramah dari ibu-ibu itu (materi-materi di workshop) saya ambil sedikit-sedikit saya pakai lagi untuk ceramah kepada para jamaah.”.82

Dimana tidak hanya sekedar pemahaman dari para peserta

mubalighat terhadap materi-materi yang peserta dapatkan dari

Workshop Pemberdayaan Mubalighat I. Tetapi penulis melihat

bahwa ternyata para peserta juga sudah dapat

mengaplikasikannya dengan bentuk perbuatan dalam kehidupan

sehari-hari peserta baik terhadap keluarga maupun jamaah para

peserta mubalighat, berikut ini indikator-indikatornya :

a. Dapat menghadapi masalah-masalah bias gender maupun

pengaplikasian wacana berprespektif gender baik dari dalam

keluarga mubalighat itu sendiri maupun para jamaah yang

dibinanya.

Seperti apa yang telah dituturkan ibu Anggarkasih dan ibu

Endah kepada penulis, sebagai berikut:

81 Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Endah Nina Kurniasih, MA., 20 Agustus 2008. 82 Wawancara pribadi dengan Hj. Siti Anggarkasih. H., Jakarta, 11 Agustus 2008.

Page 100: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

“Seringkali mereka itu curhat kepada saya dan kadang semuanya itu ada hubungannya dengan apa yang disampaikan dalam workshop sehingga bisa saya jadikan pegangan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan jamaah saya.”.83 “Kita mungkin misalnya di keluarga kita dapat materi itu.. kita sambil cerita-cerita dengan suami dengan tidak mengurui tapi gimana pendapat dia.. dengan tujuan kita ingin mentransfer supaya dia juga lebih paham karena siapa tahu juga ia malas baca-baca dan dengan bahasa kita komunikasikan.. terus dengan anak-anak kita juga begitu.. nah sekarang kita punya binaan di majelis taklim juga kita berikan itu pemahaman.. ngerti nggak ibu-ibu tentang gender.. apa hak ibu harus begini-begini padahal dalam islam itu harus seperti ini.. bukan berarti ibu-ibu itu berontak dengan keadaan tapi kita harus punya wawasan yang tidak tertinggal yang kita dapatkan sekarang dengan apa yang ada dalam al-Qur’an itu seperti ini.. gitu..“.84

b. Menambah pemahaman bahwa materi yang berprespektif

gender juga dapat memberdayakan para jamaah binaan

peserta mubalighat dengan melakukan tindakan nyata seperti

membangun koperasi untuk membantu perekonomian para

jamaah peserta mubalighat.

Penulis melihat dari apa yang telah dikatakan oleh ibu Endah

kepada penulis, yaitu :

“Ya mungkin karena kitanya dari sisi pengetahuannya bertambah.. terus kita memberikan binaan juga kita lebih mengedepankan selain kita bisa menyampaikan secara baik dengan seperti apa yang kita terima pada workshop tersebut.. kita juga sekarang ini lebih kepada bagaimana dakwah kita ini tidak hanya sekedar lisan saja.. jadi lebih kepada harus ada tolak ukurnya bahwa dakwah kita itu bisa merubah.. merubah

83 Ibid. 84 Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Endah Nina Kurniasih, MA., 20 Agustus 2008.

Page 101: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

itu kan bagaimana kita merubah dari mereka yang tidak baik jadi baik dan yang baik jadi lebih baik.. dan yang kedua juga kita mulai menyadarinya bahwa ternyata dakwah itu kita perlu memberdayakan mungkin antaranya dari hasil workshop itu adalah inspirasi sehingga sekarang ibu punya koperasi wanita.. karena kita memandang bahwa mereka harus juga diberdayakan juga tidak hanya dari sisi kualitasnya.. ilmunya tapi juga dari ekonominya.. karena itu penting banget ya..”.85

2. Indikator Kegagalan

Dari data yang penulis kumpulkan, terdapat indikator kegagalan

dari program pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh

PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui workshop

pemberdayaan perempuan adalah terdapatnya narasumber

yang kurang komunikatif dalam menyampaikan materi dan kurang

tajamnya materi yang diberikan.

Berikut ini data yang penulis dapatkan sebagai bahan penelitian

terhadap indikator kegagalan, yaitu:

“ada yang nara sumber yang kurang komunikatif.. Jadi untuk nara sumber lebih baik lebih dipilih yang lebih bisa komunikatiflah..”.86

C. Analisa SWOT

85 Ibid. 86 Ibid.

Page 102: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Pada tahap evaluasi hasil ini, dengan menggunakan analisa SWOT

(Strong, Weakness, Opportunity, Threat), berikut ini hasil yang penulis

dapatkan :

a. Kekuatan (Strong)

Kegiatan workshop pemberdayaan mubalighat I dapat berjalan

baik karena mendapat dukungan dari pihak UIN Syarif Hidayatullah

itu sendiri, adanya bantuan dana dari pihak The Asia Foundation

dan antusiasme para mubalighat.

b. Kelemahan (Weakness)

Adanya narasumber yang kurang komunikatif sehingga peserta

merasa kurang bisa menangkap isi materi yang disampaikannya.

c. Peluang (Opportunity)

Adanya sosialisasi dan monitoring yang dilakukan PSW UIN Jakarta

untuk para mubalighat mempraktekan materi kepada jamaah

yang mereka miliki.

d. Ancaman (Threat)

Adanya kemungkinan untuk para mubalighat tidak dapat

menyerap materi yang diberikan oleh narasumber sehingga tidak

dapat diterapkan oleh narasumber dalam kehidupan sehari-hari.

Page 103: NADYA KHARIMA-FDK.pdf
Page 104: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa PSW UIN

Jakarta telah mengimplementasikan program pemberdayaan

perempuan melalui Workshop Pemberdayaan Mubalighat I berupa

pemberdayaan dari aspek ilmu pengetahuan dimana sudah memiliki

sebuah alur program yang terarah dengan memulai dari tahap

persiapan yang berupa pengadaan kegiatan Workhsop kurikulum

Pemberdayaan Mubalighat dan TOT hingga berakhir pada kegiatan

Sosialisasi dan Monitoring.

Selain itu, Workshop Pemberdayaan Mubalighat I telah

memberikan sebuah dampak yang baik bagi para mubalighat dilihat

dari pemahaman peserta mubalighat terhadap materi-materi berupa

wacana-wacana mengenai gender yang telah disampaikan di

workshop tersebut yang kemudian dapat diaplikasikan oleh

mubalighat itu sendiri ke tengah-tengah keluarga maupun

masyarakatnya.

Page 105: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Sehingga tujuan Workshop Pemberdayaan Mubalighat I dapat

terlaksana dengan baik, dimana para peserta ketika terjun ke tengah

keluarga maupun lingkungannya atau masyarakat dapat berdaya

dan bahkan dapat memberdayakan para jamaahnya terutama

tehadap permasalahan bias gender.

2. Saran-saran

Penulis melihat bahwa untuk kedepannya PSW UIN Syarif

Hidayatullah dapat lebih selektif lagi dalam pemilihan narasumber

yang lebih komunikatif terhadap peserta agar materi-materi yang

hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh para

peserta mubalighat.

Penulis juga melihat bahwa PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebaiknya dapat mempertahankan keberlangsungan Workhsop

Pemberdayaan Mubalighat. Mengingat begitu pentingnya workshop

tersebut dalam proses pemberdayaan dalam komunitas yaitu

mubalighat.

Terutama dewasa ini terdapat banyaknya polemik yang menjadi

isu-isu hangat mengenai dunia perempuan dan islam maka jelas

adanya dibutuhkan organisasi yang turut serta berperan memberikan

penjelasan yang mendukung dalam menghadapi masalah tersebut.

Sehingga diharapkan PSW UIN Syarif Hidayatullah dapat memberikan

Page 106: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

materi-materi yang telah disesuaikan dengan kondisi nyata

masyarakat saat ini.

Page 107: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta : LP FEUI, 2003.

Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta : LP FEUI, 2002.

Adi, Isbandi Rukminto. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial Dasar-dasar Pemikiran Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994.

Al-Munawar, Said Agil Husen. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi serta Rekayasa Tekhnik Genetika Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: PP Muhamadiyah, 1996.

Al-Qur’an dan Terjemahannya, artikel diakses pada 22 Februari 2008 dari http://quran.kawanda.net/

Al-Qur’an dan Terjemahannya. artikel diakses pada 6 Februari 2008 dari http://quran.kawanda.net/.htm

Asrori, Tuchfatul. “Pembinaan Mental Perempuan Korban Kekeraan Seksual di Panti Sosial Perlindungan Bhakti Kasih Kebon Kosong Kemayoran Jakarta Pust.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Chamsyah, Bachtiar. Sentuhan Kesejahteraan Sosial. Jakarta : DEPSOS RI.

Eldi, Achyar. Dakwah Stratejik. Cet. Ke-1. Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003.

Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1992.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, 2000.

Page 108: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Kebijakan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan. Jakarta : KMNPP, BKKBN, UNFPA, 2003.

Keraf, Gorys. Komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa NTT : Nusa Indah, 1989.

Kusnadi, Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Strategi Implementasi. Jakarta: DEPDIKNAS, 2005.

Ma’ruf, Farid. “Kekerasan Terhadap Perempuan.” artikel diakses pada 30 Januari 2008 dari http://baitijannati.wordpress.com/2008/01/14/kekerasan-terhadap-wanita-bukan-perkara-gender/

Machendrawaty, Nanih dan Safe’I, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat Islam. (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2001), h. 42.

Mesra, Alimin, dkk. Modul Pelatihan Mubaligh dan Mubalighat. Jakarta:PSW UIN, 2006.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1991.

Mubarok, Ahmad. Hakekat Dakwah. Jakarta:Iqro Media, 2003.

Muhammad, Husein. Islam Agama Ramah Perempuan; Pembelaan Kiai Pesantren. Yogyakarta : LKiS, 20044.

Muhidin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Cet ke-1. Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Mulia, Musdah. Modul Pemberdayaan Mubalighat Menuju Masyarakat Madani. Jakarta:DPP KW MDI, 1999.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Cet ke 2. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.

Noerdin, Edriana. dkk. Potret Kemiskinan Perempuan Jakarta : Women Research Institute, 2006.

Partanto, Pius A dan Al Barry, M Dahlan. Kamus Ilmiah Popular. Surabaya: Penerbit Arkola, 1994.

Page 109: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Rencana Strategis PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010. Jakarta : PSW UIN, 2006.

Roqib, Moh. Pendidikan Perempuan. Yogyakarta : Gama Media, 2003.

Rossatria. M. Ag, Eri dan Saleh, Abdul Rahman. “Gender Mainstreaming” dalam Pengantar Kajian Gender. Jakarta:PSW UIN, 2003.

Safe’I, Agus Ahmad. Manajemen Pengembangan Masyarakat, Bandung: Gerbang Masyarakat Baru Press, 2001.

Sai’dah, Najmah dan Khatimah, Khusnul. Revisi Politik Perempuan. Bogor : CV IDeA Pustaka Utama, 2003.

Shihab, M Quraish. Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung : Mizan, 1994.

Sofyan Hadi, “Pemberdayaan Rakyat di Bawah Bayang-bayang Developmentalisme” Jurnal PMI. Maret, 2004.

Srihartini, “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.”. Jurnal PMI, September, 2003.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : Refika Aditama, 2005.

Syafe’I, Agus Ahmad. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung : Gerbang Masyarakat Baru, 2001.

Syaltut, Mahmud. Islam dan Soialisme. Penerjemah Mahnun Husein. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Syarif, Muhidin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : STKS, 1997.

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.

Tan, Mely G. “Perempuan dan Pemberdayaan ; Makna dan Fakta” dalam Smita Noto Susanto dan E. Kristi Poerwandari, Perempuan dan Pemberdayaan. Jakarta : Obor dan Harian Kompas, 1997.

Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. cet ke-2. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Page 110: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Umar. MA, Dr. Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Quran. Jakarta: Paramadina, 2001.

Wibowo, Adik. “Memampukan Wanita Agar Menggunakan Hak Reproduksi” dalam Smita Noto Susanto dan E. Kristi Poerwandari (Peny), Perempuan dan Pemberdayaan. Jakarta : Obor dan Harian Kompas, 1997.

Wibowo, Rimbun. “Urun Rembuk Perbaikan Kurikulum PMI”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Kurikulum Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta di Wisma Tugu, Puncak, 29 Oktober 2002.

Wilcox, Dennis L. dkk. Public Relations Strategies and Tactics. Harper Colins Collins College Publisher, 1995.

Wujud, Tilaar. “Peranan Wanita dalam Penguasaan IPTEK.” dalam Kajian, Juni 1997.

Yulfiansyah, Yuli. Hubungan antara Kualitas Workshop EU-SPF dan Minat mengajukan proposal EU-SPF. Jakarta:FISIP UI, 2003.

Page 111: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta : LP FEUI, 2003.

Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta : LP FEUI, 2002.

Adi, Isbandi Rukminto. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial Dasar-dasar Pemikiran Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994.

Al-Munawar, Said Agil Husen. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi serta Rekayasa Tekhnik Genetika Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: PP Muhamadiyah, 1996.

Al-Qur’an dan Terjemahannya, artikel diakses pada 22 Februari 2008 dari http://quran.kawanda.net/

Al-Qur’an dan Terjemahannya. artikel diakses pada 6 Februari 2008 dari http://quran.kawanda.net/.htm

Asrori, Tuchfatul. “Pembinaan Mental Perempuan Korban Kekeraan Seksual di Panti Sosial Perlindungan Bhakti Kasih Kebon Kosong Kemayoran Jakarta Pust.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Chamsyah, Bachtiar. Sentuhan Kesejahteraan Sosial. Jakarta : DEPSOS RI.

Eldi, Achyar. Dakwah Stratejik. Cet. Ke-1. Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003.

Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1992.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, 2000.

Kebijakan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan. Jakarta : KMNPP, BKKBN, UNFPA, 2003.

Keraf, Gorys. Komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa NTT : Nusa Indah, 1989.

Kusnadi, Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Strategi Implementasi. Jakarta: DEPDIKNAS, 2005.

Page 112: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Ma’ruf, Farid. “Kekerasan Terhadap Perempuan.” artikel diakses pada 30 Januari 2008 dari http://baitijannati.wordpress.com/2008/01/14/kekerasan-terhadap-wanita-bukan-perkara-gender/

Machendrawaty, Nanih dan Safe’I, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat Islam. (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2001), h. 42.

Mesra, Alimin, dkk. Modul Pelatihan Mubaligh dan Mubalighat. Jakarta:PSW UIN, 2006.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1991.

Mubarok, Ahmad. Hakekat Dakwah. Jakarta:Iqro Media, 2003.

Muhammad, Husein. Islam Agama Ramah Perempuan; Pembelaan Kiai Pesantren. Yogyakarta : LKiS, 20044.

Muhidin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Cet ke-1. Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Mulia, Musdah. Modul Pemberdayaan Mubalighat Menuju Masyarakat Madani. Jakarta:DPP KW MDI, 1999.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Cet ke 2. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.

Noerdin, Edriana. dkk. Potret Kemiskinan Perempuan Jakarta : Women Research Institute, 2006.

Partanto, Pius A dan Al Barry, M Dahlan. Kamus Ilmiah Popular. Surabaya: Penerbit Arkola, 1994.

Rencana Strategis PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010. Jakarta : PSW UIN, 2006.

Roqib, Moh. Pendidikan Perempuan. Yogyakarta : Gama Media, 2003.

Rossatria. M. Ag, Eri dan Saleh, Abdul Rahman. “Gender Mainstreaming” dalam Pengantar Kajian Gender. Jakarta:PSW UIN, 2003.

Safe’I, Agus Ahmad. Manajemen Pengembangan Masyarakat, Bandung: Gerbang Masyarakat Baru Press, 2001.

Sai’dah, Najmah dan Khatimah, Khusnul. Revisi Politik Perempuan. Bogor : CV IDeA Pustaka Utama, 2003.

Page 113: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Shihab, M Quraish. Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung : Mizan, 1994.

Sofyan Hadi, “Pemberdayaan Rakyat di Bawah Bayang-bayang Developmentalisme” Jurnal PMI. Maret, 2004.

Srihartini, “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.”. Jurnal PMI, September, 2003.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : Refika Aditama, 2005.

Syafe’I, Agus Ahmad. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung : Gerbang Masyarakat Baru, 2001.

Syaltut, Mahmud. Islam dan Soialisme. Penerjemah Mahnun Husein. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Syarif, Muhidin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : STKS, 1997.

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.

Tan, Mely G. “Perempuan dan Pemberdayaan ; Makna dan Fakta” dalam Smita Noto Susanto dan E. Kristi Poerwandari, Perempuan dan Pemberdayaan. Jakarta : Obor dan Harian Kompas, 1997.

Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. cet ke-2. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Umar. MA, Dr. Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Quran. Jakarta: Paramadina, 2001.

Wibowo, Adik. “Memampukan Wanita Agar Menggunakan Hak Reproduksi” dalam Smita Noto Susanto dan E. Kristi Poerwandari (Peny), Perempuan dan Pemberdayaan. Jakarta : Obor dan Harian Kompas, 1997.

Wibowo, Rimbun. “Urun Rembuk Perbaikan Kurikulum PMI”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Kurikulum Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta di Wisma Tugu, Puncak, 29 Oktober 2002.

Wilcox, Dennis L. dkk. Public Relations Strategies and Tactics. Harper Colins Collins College Publisher, 1995.

Wujud, Tilaar. “Peranan Wanita dalam Penguasaan IPTEK.” dalam Kajian, Juni 1997.

Page 114: NADYA KHARIMA-FDK.pdf

Yulfiansyah, Yuli. Hubungan antara Kualitas Workshop EU-SPF dan Minat mengajukan proposal EU-SPF. Jakarta:FISIP UI, 2003.

Page 115: NADYA KHARIMA-FDK.pdf