MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK · OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DESIMAL Muhamad Lutfi...
Transcript of MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK · OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DESIMAL Muhamad Lutfi...
MENINGKATKAN KONSEP PEMAHAMAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL TENTANG OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DESIMAL
Muhamad Lutfi Saifur Rozak
Jurusan Tadris Matematika FTIK Institut Agama Islam Negeri Tulungagung
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas 5 dalam memahami konsep operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal pelajaran melalui media pembelajaran audio visual. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yang akan dilaksanakan sebanyak dua siklus. Dari hasil penelitian dapat ditemukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media realita sangat diminati oleh siswa, sehingga para siswa antusias dalam memperhatikan proses pembelajaran, dan meningkatkan prestasi siswa dalam menyelesaikan soal tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Pada hasil belajar siswa pada siklus I rata-rata 56,25 sedangkan hasil belajar siklus II rata-rata mencapai 87,5. Berdasarkan data skor hasil belajar siklus I dan skor hasil belajar siklus II terjadi peningkatan sebesar 42,5. Porsentase siswa pada siklus I sebesar 50% sedangkan pada siklus II sebesar 100% . diharapkan dengan penggunaan media audio visual dapat meningkatkan pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal.
Kata kunci : kemampuan, penjumlahan dan pengurangan, pecahan desimal, audio visual.
ABSTRACT
This study aims to improve the ability of students in grade 5 in understanding the concept of operations of addition and subtraction of decimal fractions learning lessons through audio-visual media. The method used was action research, to be conducted by two cycles. From the results of this study found that learning by using reality media is in high demand by students, so students are enthusiastic about the attention to the learning process, and improve student achievement in solving the problem of the operations of addition and subtraction of decimal fractions. On student learning outcomes in the first cycle an average of 56.25 while the second cycle of learning outcomes on average reached 87.5. Based on data from the first cycle of learning outcomes scores and scores the second cycle of learning results in an increase of 42.5. Porsentase students in the first cycle by 50% while in the second cycle of 100%. It is expected with the use of audio-visual media can improve the understanding of the concept of the operations of addition and subtraction of decimal fractions.
Keywords: ability, addition and subtraction, decimal fractions, audio-visual equipment.
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah menunjukkan bahwa
matematika sangat dibutuhkan dalam
kehidupan manusia (Fathani, 2012:75).
Karena Matematika merupakan ilmu
tentang pola dan urutan. Matematika
tidak membahas tentang molekul atau
sel, tetapi membahas tentang bilangan,
kemungkinan, bentuk, algoritma, dan
perubahan. Sebagai ilmu dengan objek
yang abstrak, matematika bergantung
pada logika, bukan pada pengamatan
sebagai standar kebenarannya,
meskipun menggunakan pengamatan,
simulasi dan bahkan percobaan sebagai
alat untuk menemukan kebenarannya.
Matematika berkembang seiring
dengan peradapan manusia, yang
menempatkan matematika pada bagian
puncak hierarki ilmu pengetahuan. Ada
berbagai anggapan yang muncul tentang
matematika seperti matematika
merupakan penentu tingkat intelektual
seseorang, jika seseorang tidak
mengerti matematika berarti mereka
tidak disebut orang pintar. Karena
dianggap sebagai penentu intelektual,
tidak heran jika matematika dijadikan
sebagai alat standar bentuk tes-tes
intelektual atau penempatan.
Masyarakat memiliki persepsi
negatif terhadap matematika. Seperti
pendapat Frans Susilo dalam Walle yang
menyatakan bahwa kebanyakan sikap
negatif terhadap matematika timbul
karena kesalahpahaman atau
pandangan yang keliru mengenai
matematika. Ada beberapa mitos
mengenai matematika yaitu anggapan
bahwa mempelajari matematika
memerlukan bakat khusus, hanya
menggunakan otak, merupakan ilmu
berhitung (Walle, 2006:12).
Sebagian orang islam yang
membenci matematika dan menyatakan
sebagai ilmu kafir, karena beberapa
alasan yaitu, karena matematika
dianggap sebagai ilmu pasti, karena
matematika dalam sejarahnya
dikembangkan oleh orang-orang non
muslim, karena umat islam tidak
mengetahui bahwa al-qur’an yang
merupakan kalam Allah juga berbicara
matematika, karena kesalahpahaman
dalam memahami pendapat Al-Ghazali,
yang menyatakan bahwa mempelajari
matematika hukumnya fardhu kifayah
(Fathani, 2012:76).
Banyak perubahan telah terjadi
sejak tahun 1989 ketika NCTM
membuat visi untuk perubahan dalam
pengajaran dalam pengajaran
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 3
matematika disekolah. Banyak guru
mulai menggunakan apa yang disebut”
pendekatan standar”: pembelajaran
yang lebih kooperatif, lebih
menekankan pada konsep dan
pemecahan soal, dan toleransi yang
lebih luas dalam penggunaan kalkulator.
Perubahan-perubahan ini sering tidak
mendasar dan tidak benar-benar
mengubah sifat apa yang anak-anak
kerjakan dan bagaimana mereka
berfikir didalam pembelajaran
matematika.
Menurut Salinan Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 2 Tahun 2011, tentang standar
kompetensi kelulusan, salah satu
indikatornya menentukan hasil operasi
hitung penjumlahan atau pengurangan
pecahan desimal (Depdiknas, 2011).
Konsep penjumlahan dan pengurangan
pada pecahan desimal diberikan pada
siswa kelas V semester 2.
Pengalaman langsung seperti itu
tentu saja merupakan proses belajar
yang bermanfaat, sebab dengan
memahami secara langsung
kemungkinan kesalahan persepsi akan
dapat dihindari. namun tidak semua
bahan pelajaran dapat disajikan secara
langsung, untuk mempelajari bagaimana
kehidupan makhluk hidup didasar laut,
tidak mungkin guru membimbing siswa
langsung menyelam kedasar lautan,
atau membelah dada manusia untuk
mempelajari organ tubuh cara kerja
organ tubuh manusia, seperti cara kerja
jantung ketika memompa darah. Untuk
memberikan pengalaman belajar
semacam itu, guru memerlukan alat
bantu seperti film atau foto dan lain
sebagainya. Demikian juga untuk
memiliki keterampilan membedah atau
melakukan operasi pada manusia,
pertama tidak melakukan pembedahan
langsung, akan tetapi menggunakan
benda semacam boneka yang mirip
manusia. Alat yang dapat membantu
proses belajar ini yang dimaksud
dengan media atau alat peraga
pembelajaran.
Edgar Dale melukiskan dalam sebuah
kerucut yang kemudian dinamakan
Kerucut pengalaman. Yang didalamnya
Edgar membagi pengalaman menjadi
11, yaitu pengalaman langsung,
pengalaman tiruan, pengalaman melalui
drama, pengalaman melalui
demonstrasi, pengalaman wisata,
pengalaman melalui pameran,
pengalaman melalui televisi,
pengalaman melalui gambaran hidup
dan film, pengalaman melalui radio dan
gambar, pengalaman melalui lambang-
lambang visual, dan pengalaman melalui
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 4
lambang verbal (Sanjaya, 2008:198-
203).
Sesuai uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan
manusia memiliki kesalahpahaman
mengenai matematika yang
menyebabkan mereka tidak ingin
mempelajarinya bahkan menutup diri
terhadap matematika, tanpa mereka
sadari bahwa setiap hari kegiatan yang
mereka lakukan sangat erat
berhubungan dengan matematika. Oleh
karena itu perlu ditanamkan
pembelajaran matematika yang
menyenangkan sejak siswa usia dini.
sesuai dari hasil penelitian, maka
saya akan menfokuskan penelitian
terhadap operasi penjumlahan dan
pengurangan pada pecahan desimal
pada siswa kelas V semester II,
menggunakan media visual.
TEORI DASAR
A. Sejarah Media Pembelajaran
Taun 1960-1965 orang mulai
memperhatikan siswa sebagai
komponen yang penting dalam proses
belajar mengajar. Pada saat itu teori
tingkah-laku. Ajaran B.F Skinner mulai
mempengaruhi penggunaan media
dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini
mendorong orang untuk lebih
memperhatikan siswa dalam proses
belajar mengajar. Menurut teori ini,
pendidik adalah mengubah tingkah-laku
siswa. Perubahan tingkah-laku ini harus
tertanam pada diri siswa sehingga
menjadi adat kebisaaan. Supaya
tingkah-laku tersebut menjadi adat
kebisaaan, maka setiap ada perubahan
tingkahlaku positif kearah tujuan yang
dikehendaki, harus diberi penguatan,
berupa pemberitahuan bahwa
tingkahlaku tersebut telah betul. Teori
ini telah mendorong diciptakannya
media yang dapat mengubah
tingkahlaku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran. Media instruksional yang
terkenal yang dihasilkan teori ini ialah
teaching machine dan programmed
instruction.
Dalam perencanaan ini media
yang akan dipakai dan cara
menggunakannya telah
dipertimbangkan dan ditentukan
dengan seksama.
Guru dan ahli audio visual pada
dasarnya menyambut baik perubahan
ini. Guru-guru mulai merumuskan
tujuan pembelajaran berdasarkan
tingkahlaku siswa. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut, mulai
dipakai berbagai format media. Dari
pengalaman mereka, guru mulai belajar
bahwa cara belajar siswa itu berbeda-
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 5
beda, sebagian lebih cepat belajar
melalui media visual, sebagian melalui
media audio, sebagian lebih senang
melalui media cetak, yang lain melalui
media audio visual, dan sebagainya. Dari
sini maka lahirlah konsep penggunaan
multimedia dalam kegiatan
pembelajaran (Sadirman, 1990:9-10).
Sesuai uraian di atas dapat
disimpulkan audio visual sebagai alat
bantu media juga berfungsi sebagai
penyalur pesan atau informasi belajar.
Siswa sebagai komponen terpenting
harus ditanamkan tingkahlaku positif
yang mengarah pada tujuan yang
dikehendaki melalui format media.
B. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa
latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah dapat
diartikan sebgai perantara atau
pengantar. pengertian media
pembelajaran menurut para ahli
sebagai berikut :
1. Lesle J. Briggs (1979) menyatakan
bahwa media pembelajaran
sebagai “ the physical means of
conveying instructional
content………book, films,
videotapes, etc.
2. Rossi dan breidle (1966),
mengemukakaan bahwa media
pembelajaran adalah seluruh alat
dan bahan yang dapat dipakai
untuk tujuan pendidikan, seperti
radio, televisi, buku, Koran,
majalah, dan sebagainya.
3. Gerlach dan Ely, menyatakan
secara umum media itu meliputi
orang, bahan, peralatan, atau
kegiatan yang menciptakan
kondisi yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap (Sanjaya,
2008:204).
Sesuai pengertian di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa media
pembelajaran dapat dibagi menjadi dua
yaitu dari benda konkret dan visual.
Benda konkret yang berupa televisi,
radio, buku, Koran, majalah. Sedangkan
media visual berupa cerita yang
terkandung dalam film, atau materi
yang disuguhkan dalam bentuk bagan,
diagram, grafik dan lain sebagainya.
C. Proses Pembelajaran Sebagai
Proses Komunikasi
Proses belajar mengajar
hakikatnya adalah proses komunikasi,
dimana guru berperan sebagai
pengantar pesan dan siswa sebagai
penerima pesan. Pesan yang dikirimkan
oleh guru berupa isi atau materi
pelajaran yang dituangkan kedalam
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 6
simbol-simbol komunikasi baik
verbal(kata-kata dan tulisan) maupun
non verbal, proses ini dinamakan
encoding. Penafsiran symbol-simbol
komunikasi tersebut oleh siswa
dinamakan decoding. Ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan
kesalahan komunikasi. Pertama, faktor
lemahnya kemampuan mengirim pesan
dalam mengomunikasikan informasi,
sehingga pesan yang disampaikan tidak
jelas diterima, atau mungkin salah
menyampaikannya. Kedua, faktor
lemahnya kemampuan penerimaan
pesan dalam menerima pesan yang
disampaikan, sehingga ada kesalahan
dalam menginterpretasikan pesan yang
disampaikan. Oleh sebab itu, dalam
suatu proses komunikasi diperlukan
saluran yang berfungsi untuk
mempermudah penyampaian pesan
(Sanjaya, 2008:205).
Media pembelajaran sebagai salah
satu sumber belajar yang dapat
menyalurkan pesan dapat membantu
mengatasi hambatan baik dari guru
maupun siswa. Perbedaan gaya belajar,
minat, intelegensi, keterbatasan daya
indera, cacat tubuh atau hambatan jarak
geografis, jarak waktu dan lain-lain
dapat dibantu di atasi dengan
pemanfaatan media pembelajaran
(Sadirman, 1990:14).
Sesuai uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa media
pembelajaran berperan sangat penting
dalam komunikasi antara siswa dan
guru agar penyampaian informasi dari
guru dapat diterima dengan jelas oleh
siswa.
D. Kegunaan Media Pembelajaran
Dalam Proses Belajar Mengajar.
Secara umum media pembelajaran
mempunyai kegunaan sebagai
berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar
tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan belaka).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera, seperti misalnya :
a. Objek yang terlalu besar, bisa
digantikan dengan realita, gambar,
film bingkai, film atau model;
b. Objek yang kecil, dibantu dengan
proyektor mikro, film bingkai, film,
atau gambar;
c. Gerak yang terlalu lambat atau
terlalu cepat, dapat dibantu
dengan timelapse atau high-speed
photo-graphy;
d. Kejadian atau peristiwa yang
terjadi dimasa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman
film, video, film bingkai, foto
maupun secara verbal;
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 7
e. Objek yang terlalu kompleks
(misalnya mesin) dapat disajikan
dengan model, diagram, dan lain-
lain;
f. Konsep yang terlalu luas( misalnya
gunung berapi, gempa bumi, iklim,
dan lain-lain) dapat divisualkan
dalam bentuk film, film bingkai,
gambar, dan lain-lain.
3. Dengan menggunakan media
pembelajaran secara tepat dan
bervariasi dapat di atasi sikap pasif
anak didik. Dalam hal ini media
pendidikan berguna untuk:
a. Menimbulkan kegairahan belajar.
b. Memungkinkan interaksi yang
lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
c. Memungkinkan anak didik belajar
sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap
siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang
berbeda, sedangkan kurikulum dan
materi pendidikan ditentukan sama
untuk setiap siswa, maka guru akan
banyak mengalami kesulitan apabila
semuanya itu harus diatasi sendiri.
Apalagi bila latar belakang
lingkungan guru dengan siswa juga
berbeda. Masalah ini dapat diatasi
dengan media pembelajaran, yaitu
dengan kemampuannya dalam :
a. Memberikan perangsang yang
sama.
b. Mempersamakan pengalaman
c. Menimbulkan persepsi yang sama
(Sadirman, 1990:16-17).
Sesuai dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa tidak setiap media
dapat digunakan untuk semua
pembelajaran. Media yang digunakan
tergantung pada ukuran objek dan
materi yang akan disampaikan. Dalam
menggunakan media hendaknya juga
menyesuaikan dengan perkembangan
zaman dan usia siswa.
E. Pemilihan Media
1. Dasar Pertimbangan Pemilihan
Media
Penyebab orang memilih media
antara lain yaitu:
a. Bermaksud
mendemonstrasikannya seperti
halnya pada kuliah tentang media,
b. Merasa sudah akrab dengan
media tersebut,
c. Ingin memberi gambaran atau
penjelasan yang lebih konkrit,
dan
d. Merasa bahwa media dapat
berbuat lebih dari yang bisa
dilakukannya.
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 8
e. Kriteria Pemilihan
Kriteria pemilihan media harus
dikembangkan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, kondisi dan
keterbatasan yang ada dengan
mengingat kemampuan dan sifat-sifat
karakteristik media yang bersangkutan.
Sebagai pendekatan praktis
disarankannya untuk
mempertimbangkan media apa saja
yang ada, berapa harganya, berapa lama
diperlukan untuk mendapatkannya, dan
format apa yang memenuhi selera
pemakai(misalnya siswa dan guru)
(Sadirman, 1990:84-85).
Sesuai uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa media yang
digunakan harus sesuai kemampuan
pembuat serta sesuai dengan materi
yang akan dijelaskan agar para siswa
menjadi lebih mudah memahami materi
yang akan disampaikan.
F. Pemahaman Konsep Matematika
Gagne dalam Ruseffendi menyatakan
Konsep adalah pengertian (ide) abstrak
yang memungkinkan seseorang
menggolong-golongkan objek atau
kejadian dan menentukan apakah suatu
objek atau kejadian merupakan contoh
atau bukan contoh (Ruseffendi,
1992:135). Pemahaman konsep
(conceptual understanding) adalah
kemampuan dalam memahami
konsep, operasi dan relasi dalam
matematika (Kilpatrick, 2001:116).
Langkah-langkah dalam
menanamkan suatu konsep
berdasarkan penggabungan beberapa
teori belajar Bruner antara lain teori
konstruksi, teori notasi, teori
kekontrasan dan variasi serta teori
konektivitas adalah sebagai berikut ini.
1. Pengajar memberikan
pengalaman belajar berupa
contoh-contoh yang
berhubungan dengan suatu
konsep matematika dari
berbagai bentuk yang sesuai
dengan struktur kognitif peserta
didik.
2. Peserta didik diberikan dua atau
tiga contoh lagi dengan bentuk
pertanyaan.
3. Peserta didik diminta
memberikan contoh-contoh
sendiri tentang suatu konsep
sehingga dapat diketahui apakah
peserta didik sudah mengetahui
dan memahami konsep tersebut.
4. Peserta didik mencoba
mendefinisikan konsep tersebut
dengan bahasanya sendiri.
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 9
5. Peserta didik diberikan lagi
contoh mengenai konsep dan
bukan konsep.
6. Peserta didik diberikan drill
untuk memperkuat konsep
tersebut (Hudojo, 2003:123).
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa konsep matematika
yang abstrak dan berhubungan dengan
realitas kehidupan sehari-hari
menyebabkan guru kesulitan dalam
menanamkannya. Selain itu,
kebanyakan pembelajaran matematika
dipelajari langsung dari dunia nyata
tanpa mengetahui dasar konsep
matematika. Bahkan tidak jarang siswa
yang merasa bahwa matematika
merupakan pembelajaran yang
membosankan karena hanya diberikan
melalui metode ceramah. Dalam metode
ceramah terjadi dialog imperative,
padahal dalam pembelajaran
membutuhkan keterlibatan pikiran,
pendengaran, penglihatan dan
psikomotor.
PEMBAHASAN
A. Kesulitan Siswa dalam
Memahami Operasi Penjumlahan
Dan Pengurangan Pecahan
Desimal
Pembelajaran di sekolah tidak
selalu berhasil mencapai tujuan, namun
ada hal-hal yang sering mengakibatkan
kegagalan ataupun menjadi gangguan.
Menurut Hamalik, hal-hal yang
mengakibatkan kegagalan atau setidak-
tidaknya menjadikan gangguan dalam
kemajuan belajar disebut sebagai
kesulitan belajar. Kesulitan belajar
diartikan oleh Soleh sebagai kendala-
kendala yang menyebabkan
ketidakberhasilan dalam belajar. Jadi
dapat dikatakan kesulitan belajar adalah
kendala-kendala yang menyebabkan
ketidakberhasilan dalam belajar dan
mengakibatkan kegagalan atau setidak-
tidaknya menjadikan gangguan dalam
kemajuan belajar.
Dalam kenyataan pembelajaran
matematika di sekolah masih banyak
siswa yang mengalami hambatan dan
kendala-kendala dalam menyelesaikan
soal, atau dikatakan siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal tersebut. Menurut Soleh
karakteristik matematika, yaitu
objeknya yang abstrak, konsep dan
prinsipnya berjenjang, dan prosedur
pengerjaannya banyak memanipulasi
bentuk-bentuk ternyata menimbulkan
kesulitan dalam belajar matematika.
Karakteristik tersebut merupakan
bagian dari objek langsung
pembelajaran matematika, sehinggga
penyebab kesulitan belajar matematika
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 10
yang dialami siswa dapat diuraikan
menurut objek langsung pelajaran
matematika sebagai berikut :
1. Fakta
merupakan perjanjian atau
pemufakatan yang dibuat dalam
matematika, misalnya lambang,
nama, istilah, serta perjanjian.
Kaitannya dengan kesulitan
belajar matematika siswa, maka
siswa sering mengalami
kesulitan disebabkan dari
adanya lambang-lambang atau
simbol, huruf dan kata.
2. Konsep
Konsep merupakan pengertian
abstrak yang memungkinkan
seseorang menggolong-
golongkan objek atau peristiwa.
Hubungannya dengan kesulitan
belajar matematika, maka siswa
sering mengalami kesulitan
untuk menangkap konsep
dengan benar.
3. Prinsip
Prinsip yaitu pernyataan yang
menyatakan berlakunya suatu
hubungan antara beberapa
konsep. Pernyataan itu dapat
menyatakan sifat-sifat suatu
konsep, atau hukum-hukum atau
teorema atau dalil yang berlaku
dalam konsep itu. Berkaitan
dengan kesulitan belajar yang
dialami siswa dalam belajar
matematika, maka sering siswa
tidak memahami asal usul suatu
prinsip, ia tahu rumusnya dan
bagaimana menggunakannya,
tetapi tidak tahu
mengapadigunakan
4. Skill
Skill merupakan prosedur
mempercepat pengerjaan,
namun tetap didasari logika yang
benar. Ketidaklancaran
menggunakan skill/prosedur
terdahulu, berpengaruh pada
pemahaman prosedur
berikutnya.
Kemudian jika ditinjau pendapat
Soleh, ia membagi penyebab
kesulitan belajar yang dialami
siswa dalam menyelesaikan soal
matematika sebagai berikut:
a) Ketidakmampuan siswa dalam
penguasaan konsep secara
benar. Ini banyak dialami oleh
siswa yang belum sampai ke
proses berpikir abstraksi,
yaitu masih berada dalam
taraf berpikir kongkrit. Siswa
baru sampai kepemahaman
instrumen (instrumental
understanding), yang hanya
tahu contoh-contoh tetapi
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 11
tidak dapat
mendeskripsikannya. Siswa
belum sampai kepemahaman
relasi (relational
understanding), yang dapat
menjelaskan hubungan antar
konsep. Akibatnya siswa
semakin mengalami kesulitan
dalam memahami konsep-
konsep lainnya yang
diturunkan dari konsep yang
belum dikuasainya tadi. Jalan
pintasnya ia memberi
pengertian sendiri dari
konsep-konsep itu, ini disebut
miskonsepsi.
b) Ketidakmampuan siswa
menangkap arti dari lambang-
lambang
Siswa hanya dapat menuliskan
dan mengucapkan, sudah
tentu siswa tidak dapat
menggunakannya. Akibatnya
semua kalimat matematika
menjadi tak berarti baginya.
Jalan pintasnya, memanipulasi
sekehendaknya lambang-
lambang itu.
c) Ketidakmampuan siswa dalam
memahami asal-usulnya suatu
prinsip
Siswa tahu apa rumusnya dan
bagaimana menggunakannya,
tetapi tidak tahu mengapanya.
Akibatnya, siswa tidak tahu di
mana atau dalam konteks apa
prinsip itu digunakan.
d) Siswa tidak lancar
menggunakan operasi dan
prosedur
Ketidaklancaran
menggunakan operasi dan
prosedur terdahulu,
berpengaruh lagi pada
pemahaman prosedur yang
berikutnya.
e) Ketidaklengkapan
pengetahuan
f) Ketidaklengkapan
pengetahuan ini akan
menghambat kemampuannya
untuk memecahkan masalah
matematika. Sementara itu,
pelajaran terus berlanjut
secara berjenjang, jadilah
matematika suatu misteri
(Rinianti,
http://toyibin77.blogspot.com
/2011/04/kesulitan-kesulitan
belajar-matematika.html).
Berdasarkan kesulitan dalam
kemampuan dasar menghitung, jika
disesuaikan dengan materi pecahan
desimal lebih menuju penempatan
angka saat melakukan
penghitungan. Dalam materi
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 12
operasi hitung bilangan bulat, siswa
mungkin mudah untuk melakukan
penjumlahan dan pengurangan,
sebagai contoh 2.556 ditambah
dengan 324 sama dengan 2.880.
tetapi saat pada materi pecahan
desimal siswa harus paham dengan
konsep penempatan nilai.
B. Solusi Mempermudah
Pemahaman Konsep
Penjumlahan Dan Pengurangan
Pecahan Desimal (penggunaan
media secara detail)
Metode ceramah, bukan satu-
satunya cara untuk menyampaikan
pembelajaran, kita dapat
mengolaborasikan penyampaian
pembelajaran melalui pengalaman.
Pengalaman adalah interaksi antara
individu dan lingkungan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang
mengandung arti bagi individu itu.
Pengalaman dibagi menjadi 2, yaitu
pengalaman langsung dan pengalaman
tidak langsung.
Burton dalam Nasution menyatakan
bahwa yang memberi tingkat
pengalaman langsung dan tidak
langsung dan hubungan alat-alat peraga
yang dapat digunakan. Pengalaman
tidak langsung dapat mempermudah
dalam pembelajaran di kelas, seperti
yang dijelaskan Nasution dalam
bukunya yang menyatakan, tak semua
hal dapat kita pelajari dengan
pengalaman langsung, hal-hal yang
terpisah dari kita dalam hal waktu dan
tempat hanya dapat kita pelajari secara
tidak langsung (Nasution, 2004:99-100).
Salah satu bagian pengalaman tidak
langsung adalah media audio visual.
Dalam pembelajaran matematika
tentang konsep operasi penjumlahan
dan pengurangan pecahan desimal, kita
dapat menggunakan alat peraga media
audio visual. Sebelum menggunakan
alat peraga, ada sebagian siswa yang
masih bingung tentang cara
penempatan angka saat menghitung
susun penjumlahan dan pengurangan,
sebagian siswa tidak memperhatikan
tanda koma pada pecahan desimal.
Pembelajaran akan dilakukan sebanyak
2 siklus, pendapat ini diperkuat dengan
pernyataan Rochiati dalam Zainal yang
menyatakan ada beberapa model PTK,
yaitu model Lewin, revisi model Lewin
menurut Elliott, model spiral, model
Ebbut, dan model McKernan. Model
Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis
adalah model PTK dalam bentuk spiral
yang terdiri atas beberapa siklus
kegiatan. Siklus pertama, peneliti
menilai adanya kekurangan atau
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 13
kesalahan, maka dapat diperbaiki atau
dimodifikasi dengan mengembangkan
spiral ke perencanaan langkah tindakan
kedua. Jika dalam implementasinya,
hasil evaluasi masih menunjukkan
adanya kesalahan ayau kekurangan,
maka dapat diperbaiki atau dimodifikasi
dengan mengembangkan spiral
lanjutan, yaitu perencanaan tindakan
ketiga, begitu seterusnya (Arifin,
2012:109-110).
Pada siklus pertama operasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal, siswa diminta untuk
mempelajarinya terlebih dahulu, setelah
itu guru menerangkan tentang
materinya melalui ceramah, pada saat
penyampaian materi terlihat beberapa
siswa tidak memperhatikan, lalu
memberikan beberapa soal dari LKS
untuk melihat sampai dimana
pemahaman siswa. Beberapa siswa
terlihat masih bingung tentang cara
menjumlahkan dan mengurangkannya.
Pada akhirnya hasil pekerjaan siswa
dirata-rata.
Pada siklus kedua, cara
pengajarannya tidak hanya
menggunakan ceramah tetapi juga
menggunakan media pembelajaran
audio visual, yang didukung oleh
pendapat Andre Rinanto dalam Usman
yang menyatakan sound slide,
mempunyai keistimewaan sebagai
berikut:
1. Mampu menarik perhatian anak-
anak. Dengan munculnya gambar
didinding serta mendengar suara
yang keluar dari kaset, perasaan
siswa menjadi tergugah dan
berminat untuk
memperhatikannya, apalagi
kalau gambar yang dimunculkan
tersebut bersifat ekspresi-
ekspresi dan mengena pada
kehidupan mereka.
2. Meletakkan dasar-dasar yang
konkrit untuk berfikir, dapat
mengindarkan pengertian-
pengertian yang abstrak. Materi
yang disampaikan akan mudah
ditangkap dan dicerna oleh anak-
anak, sehingga energi otak tidak
banyak terbuang.
Memberikan pengalaman yang nyata
kepada anak didik, sehingga
menumbuhkan self activity. Sesuatu
yang hanya divisualisasikan untuk
pengalaman nyata, bukan pengalaman
yang bersifat abstrak (Usman, 2002:72).
Langkah-langkah penggunaan media
audio visual dalam kelas
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 14
1. Sebelumnya guru
mempersiapkan alat-alatnya,
seperti proyektor, sound, laptop.
2. Guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok, yang setiap
kelompok berisi 3-4 orang.
3. Guru meminta siswa untuk
memperhatikan pada layar LCD.
4. Saat selesai pada satu
pembahasan, guru memberi soal
dan menunjuk acak salah satu
kelompok untuk menjawab.
5. Guru memberi nilai pada
perwakilan kelompok yang
menjawab benar, agar siswa
yang pasif, dapat termotivasi.
6. Setelah selesai menampilkan
materi pada LCD, tiap kelompok
diminta mengerjakan soal pada
LKS.
7. Guru membuat kesimpulan
materi yang diajarkan.
C. Hasil Penggunaan Media Dalam
Konsep Penjumlahan Dan
Pengurangan Pecahan Desimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Akuan yang berjudul
“peningkatan belajar matematika
tentang penjumlahan pecahan desimal
dengan media realita dikelas V”
keaktifan siswa dalam kegiatan yang
telah dilakukan menunjukkan adanya
peningkatan dari tiap tindakan.
Perubahan positif pada keaktifan siswa
berdampak pula pada prestasi belajar
dan ketuntasan belajar. Kegiatan
penelitiannya sebagai berikut:
Kegiatan pendahuluan meliputi:
Guru mengucapkan salam dan berdoa,
guru mengkondisikan kelas, guru
mengecek kehadiran siswa, guru
melakukan, apersepsi dan
mengingatkan kembali pelajaran yg
telah lalu, menjelaskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan
memberikan motivasi siswa belajar.
Kegiatan Inti meliputi : guru
menyampaikan menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa tentang
penjumlahan desimal, guru memberikan
tes/kuis kepada setiap siswa secara
individu sehingga akan diperoleh nilai
awal kemampuan siswa, guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar
melakukan 14 taransisi secara efisien,
Guru memberikan tugas kepada
kelompok berkaitan dengan materi
penjumlahan pecahan berpenyebut
tidak sama, membimbing kelompok –
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka,
memberikan kesempatan yang besar
agar siswa dapat berinteraksi langsung
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 15
dengan benda sebagai media, guru
hanya sebagai fasilitator yang
membantu siswa mempelajari objek
sebagai sumber informasi dan
pengetahuan, guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing – masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya, guru bertanya jawab tentang
hal –hal yang belum diketahui siswa,
guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok. Kegiatan
penutup meliputi : bersama siswa
merangkum materi pelajaran tentang
pecahan berpenyebut tidak sama,
memberikan Evaluasi untuk menguji
tingkat kemampuan, melaksanakan
refleksi dan tindak lanjut. Pada hasil
belajar siswa pada siklus I rata-rata
56,25 sedangkan hasil belajar siklus II
rata-rata mencapai 87,5. Berdasarkan
data skor hasil belajar siklus I dan skor
hasil belajar siklus II terjadi
peningkatan sebesar 42,5. Porsentase
siswa pada siklus I sebesar 50%
sedangkan pada siklus II sebesar 100%.
Diharapkan dengan penggunaan media
audio visual mampu meningkatkan
pemahaman konsep matematika
tentang operasi penjumlahan dan
pengurangan seperti pada penggunaan
media realita.
PENUTUP
A. Kesimpulan (berdasarkan
rumusan masalah)
1. Penyebab para siswa sulit
memahami operasi penjumlahan
dan pengurangan pecahan desimal
a. Fakta
merupakan perjanjian atau
pemufakatan yang dibuat dalam
matematika, misalnya lambang,
nama, istilah, serta perjanjian.
Kaitannya dengan kesulitan
belajar matematika siswa, maka
siswa sering mengalami kesulitan
disebabkan dari adanya lambang-
lambang atau simbol, huruf dan
kata.
b. Konsep
Konsep merupakan pengertian
abstrak yang memungkinkan
seseorang menggolong-golongkan
objek atau peristiwa.
Hubungannya dengan kesulitan
belajar matematika, maka siswa
sering mengalami kesulitan untuk
menangkap konsep dengan benar.
c. Prinsip
Prinsip yaitu pernyataan yang
menyatakan berlakunya suatu
hubungan antara beberapa
konsep. Pernyataan itu dapat
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 16
menyatakan sifat-sifat suatu
konsep, atau hukum-hukum atau
teorema atau dalil yang berlaku
dalam konsep itu. Berkaitan
dengan kesulitan belajar yang
dialami siswa dalam belajar
matematika, maka sering siswa
tidak memahami asal usul suatu
prinsip, ia tahu rumusnya dan
bagaimana menggunakannya,
tetapi tidak tahu
mengapadigunakan
d. Skill
Skill merupakan prosedur
mempercepat pengerjaan, namun
tetap didasari logika yang benar.
Ketidaklancaran menggunakan
skill/prosedur terdahulu,
berpengaruh pada pemahaman
prosedur berikutnya.
2. Cara mengatasi kesulitan siswa
dalam memahami operasi
penjumlahan dan pengurangan
pecahan desimal
a. Guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok, yang setiap
kelompok berisi 3-4 orang.
b. Guru meminta siswa untuk
memperhatikan pada layar LCD.
c. Saat selesai pada satu
pembahasan, guru memberi soal
dan menunjuk acak salah satu
kelompok untuk menjawab.
d. Guru memberi nilai pada
perwakilan kelompok yang
menjawab benar, agar siswa yang
pasif, dapat termotivasi.
e. Setelah selesai menampilkan
materi pada LCD, tiap kelompok
diminta mengerjakan soal pada
LKS.
f. Guru membuat kesimpulan materi
yang diajarkan.
Hasil pengunaan media realita,
terhadap hasil belajar matematika
tentang
penjumlahan pecahan desimal, yaitu
hasil belajar siswa pada siklus I rata-
rata 56,25 sedangkan hasil belajar siklus
II rata-rata mencapai 87,5. Berdasarkan
data skor hasil belajar siklus I dan skor
hasil belajar siklus II terjadi
peningkatan sebesar 42,5. Porsentase
siswa pada siklus I sebesar 50%
sedangkan pada siklus II sebesar 100%.
Diharapkan dengan penggunaan media
audio visual mampu meningkatkan
pemahaman konsep matematika
tentang operasi penjumlahan dan
pengurangan seperti pada penggunaan
media realita.
B. Saran
Guru sebaiknya dalam
pembelajaran, memikirkan cara yang
tepat untuk setiap materi yang
December 28, 2014 MUHAMAD LUTFI SAIFUR ROZAK
Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Tulungagung 17
diberikan, agar siswa lebih mudah
dalam memahaminya. Ceramah bukan
satu-satunya cara untuk memahamkan
siswa tentang pembelajaran, masih
banyak cara-cara yang lebih inovatif,
seperti menggunakan berbagai metode-
metode yang menarik, atau
menggunakan media.
DAFTAR RUJUKAN
(1). Fathani, Abdul Halim. 2012.
Matematika:Hakikat dan Logika.
Jogjakarta: AR-RUZ MEDIA.
(2). Walle John A. Van De. 2006.
Matematika sekolah dasar dan
Menengah. Jogjakarta: Erlangga
(3). Ag Moch.Masykur Dan Abdul
Halim Fathani. 2007. Mathematical
Intelligence:Cara cerdas melatih otak
dan menanggulangi kesulitan belajar.
Jogjakarta: AR-ruzz Media
(4). Depdiknas. 2011. Peraturan
menteri pendidikan nasional republik
Indonesia nomor 2 tahun 2011
tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah.
Jakarta: departemen pendidikan
nasional.
(5). Sanjaya Wina. 2008. Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
(6). Sadirman Arief S.. 1990. Media
pendidikan. Jakarta: Pustekkom
Dikkbud dan CV. Rajawali
(7). Ruseffendi, dkk. 1992. Pendidikan
Matematika 3 Modul 1-9. Jakarta:
Depdikbud Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan Tinggi
(8). Kilpatrick, J.dkk. 2001. Adding it
Up: Helping Children Learn
Mathematics. Washington, DC:
National Academy Press
(9). Hudojo, Herman dkk. 2003.
Stategi Belajar Mengajar Matematika
Kontemporer. Malang: Jurusan
Matematika FMIPA Universitas
Negeri Malang
(10). Saepudin Aep dkk. 2009. Gemar
Belajar Matematika untuk Siswa
SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
(11). Nasution. 2004. Didaktik Asas-
Asas Mengajar Jakarta: Bumi aksara.
(12). Arifin Zainal. 2012. Penelitian
Pendidikan Bandung: PT Rosdakarya.
(13). Usman M. Basyiruddin &
Asnawir. 2002. Media Pembelajaran.
Jakarta: Ciputat Pers.