mte baru lengkap
-
Upload
jane-sentosa -
Category
Documents
-
view
525 -
download
2
Transcript of mte baru lengkap
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Tumor jinak kulit dan tumor ganas kulit kebanyakan dapat berkembang menuju kulit
periokular, timbul dari mulai lapisan edermis, dermis atau struktur adneksa palpebra. Lesi
maligna yang paling sering mengenari palpebra adalah karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa, karsinoma sel sebasea dan melanoma.1
Kanker kulit non melanoma termasuk kasinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa
memiliki angka yang relative rendah untuk terjadinya metastase mealuli kelenjar limfe ataupun
daerah sekitarnya. Namun, bila kanker ini terletak di palpebra, resiko untuk menghancurkan
jaringan sekitarnya dan merusak struktur vital ocular lebih signifikan, dan dapat pula
menyebabkan kebutaan2.
Insiden dari penyakit tumor ganas palpebra ini bervariasi, tergantung dari cara analisis,
geografis dan sosioekonomi masyarakat.3 Dari keseluruhan tumor ganas palpebra yang ada,
karsinoma sel basal merupakan kasus terbanyak dimana terhitung 90-95% dari seluruh tumor
ganas palpebra.1
Sementara insiden karsinoma sel skuamosa di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 2,4-30,4%
daritumor ganas palpebra.4 Merujuk pada The National Cancer Institude, pada tahun 2008
dilaporkan terdapat 62480 kasus melanoma dan 8420 kematian.2
Di negara-negara maju, tindakan operasi radikal pada tumor epitel mata sangat jarang
dilakukan karena adanya kesadaran penderita untuk datang pada stadium dini.3 Deteksi dini
merupakan hal yang berguna untuk kasus tumor ganas palpebra.2
1.2. Batasan masalah
Makalah ini hanya akan dibatasi pada epidemiologi, etiologi, faktor resiko, klasifikasi,
patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan tumor ganas palpebra.
1
1.3. Tujuan penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami epidemiologi, etiologi,
faktor resiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan tumor ganas palpebra.
1.4. Metode penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang merujuk ke beberapa literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.10
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis
kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis
membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).10
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis,
dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra
dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik
dari kujlit kepala.
4. Tarsus
3
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut
tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan
kelenjar Meibom.
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang
melekat erat pada tarsus.
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30mm dan lebar 2 mm. Ia dipisahkan oleh garis
kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu
mata, glandula Zeiss dan Moll.10
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu mata atas lebih
panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke atas; bulu mata bawah
melengkung ke bawah. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat
yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.10
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal)1
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra, berupa
elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus
lakrimalis.10
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini
berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral
orbita dan membentuk sudut tajam.10
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di
antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior;
septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.10
4
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot
rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan
dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung
serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor
utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus
meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis
okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus
rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.10
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik
kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh
cabang kedua nervus V. 11
5
Figure 2. Anatomy of upper and lower eyelids.
2.2. Klasifikasi Tumor Ganas Palpebra
Tumor ganas palpebra:10
1. Karsinoma
a. Karsinoma sel basal
b. Karsinoma sel skuamosa
c. Karsinoma kelenjar sebasea
2. Sarkoma
3. Melanoma
2.2.1. Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel nonkeratosis yang berasal dari
lapisan basal epidermis.
A. Epidemiologi
Karsinoma sel basal merupakan keganasan palpebra terbanyak, yaitu 90-95% dari
keganasan palpebra. Basal sel karsinoma paling sering mengenai pinggir bawah palpebra (50-
60%) dan dekat kantus medial (25-30%), serta jarang mengenai palpebra superior(15%) dan
kantus medial (5%).1 Karsinoma sel basal lebih sering mengenai orang berkulit putih/ terang, dan
lebih sering mengenai laki-laki daripada perempuan (3:2).5
B. Faktor resiko
Faktor resiko karsinoma sel basal adalah paparan sinar ultraviolet, rambut dan warna
mata terang,serta orang Eropa.5 Radiasi sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor utama penyebab
karsinoma sel basal.6 Merokok juga meningkatkan resiko terjadinya karsinoma sel basal.1 Faktor
6
genetic juga memegang peranan, seperti defek pada replikasi DNA dan DNA repair yang
diturunkan pada xeroderma pigmentosa.5
Kerusakan pada kulit merupakan faktor predisposisi perkembangan karsinoma kulit
akbiat paparan sinar UV pada anak dan dewasa muda. Sehingga, pencegahan karsinoma sel basal
dilakukan pada usia muda, bukan pada decade 5 sampai 8 kehidupan ketika kanker kulit mulai
bermanifes.7
C. Patofisiologi
Tumor ini berasal dari sel epidermal pluripotensial atau dari epidermis/ adneksanya.8
Radiasi telah terbukti menyebabkan pembentukan tumor melalui dua mekanisme. Mekanisme
pertama meliputi inisiasi dan prolong seluler proliferasi, yang menyebabkan terjadi peningkatan
kesalahan transkripsi yang dapat mengakibatkan transformasi seluler.8
Mekanisme kedua yaitu kerusakan langsung replikasi DNA, yang menyebabkan mutasi sel
yang mengaktifkan proto-onkogen atau deaktivasi tumor supresor gen5.
Mutasi dari p53 (overekspresi gen p53) merupakan kelainan yang terjadi pada genetic dan
menjelaskan pathogenesis karsinoma sel basal. Zhang et al menunjukkan bahwa paparan sinar
UV spesifik dapat mengubah nukleotida dari 2 tumor supresor gen yaitu p53 dan PTCH, yang
mempengaruhi onset dini karsinoma sel basal5.
Secara imunologi, mekanisme paparan radiasi UV menyebabkan perkembangan dari
karsinoma sel basal melalui supresi sistem imun kulit, dan tidak responsifnya sistem imun
terhadap tumor kulit. Efek lokalnya berupa penurunan dari sel Langerhan, sel dendritik T-
epidermal, T-helper. Lebih lanjut, proliferasi T-suppresor sel dan pelepasan faktor imunosupresi
(tumor necrosis factor-α, interleukin-1, prostaglandin, interleukin-10), diyakini sebagai agen
patogenik dalam perkembangan karsinoma palpebra5.
D. Gejala klinis
Basal sel karsinoma merupakan keganasan pada kulit yang memiliki kemampuan ekstensi
menyebabkan kerusakan jaringan (invasif), tetapi jarang bermetastasis.9 Pasien sering datang
7
dengan keluhan ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan mudah berdarah dengan trauma ringan
dan sering tidak nyeri. Pada anamnesis, perlu ditanyakan riwayat paparan matahari.5
Diagnosis dini keganasan di kulit merupakan hal yang sangat penting, maka hendaknya
kecurigaan akan adanya keganasan sudah timbul bila dari anamnesis ditemukan rasa gatal/nyeri,
perubahan warna (gelap,pucat dan terang), ukurannya membesar, pelebarannya tidak merata ke
samping, permukaan tidak rata, trauma, perdarahan (walaupun karena trauma ringan),
ulserasi/infeksi yang sukar sembuh).8
Adanya gejala objektif berupa tidak berambut, berwarna suram (waxy, seperti mutiara,
translusen), permukaan tidak rata, cekung di tengah dengan pinggir agak menonjol, penyebaran
warna tidak homogen, teleangiktasis juga perlu dicurigai adanya keganasan.
Sangat sulit membedakan bentuk dini karsinoma sel basal, sel skuamosa, maupun
melanoma maligna. 8
E. Pemeriksaan fisik
Secara klinis, karsinoma sel basal dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe : 5
- Nodular
o Bentuk paling sering
o Lesi mengkilat, nodul seperti mutiara dengan teleangiektasi.
o Tumbuh lambat, 0,5cm dalam 1-2 tahun.
o Dapat berpigmentasi menandakan adanya melanin (melanosis sekunder) dan
dapat disalah artikan secara klinik sebagai melanoma malignum.
o Lesi dapat berdarah, akibat deposisi hemosiderin.
o Tumor dapat berbentuk kista, yang dapat disalah artikan sebagai kista inklusi
dari kelopak mata.
o Tidak terdeteksi atau tidak diobati, nodul tumor dapat membentuk ulkus
dibagian tengahnya dan menjadi bentuk awal dari BCC nodulo-ulseratif.
8
- Nodulo-ulseratif
o Dengan ciri khas, ulkus di bagian sentral, dapat meluas pada kasus-kasus yang
tidak ditangani, oleh karenanya disebut juga ulkus roden.
o Tumor ditandari dengan batas melingkar yang seperti mutiara
o Pembuluh darah dilatasi disekitar batas tumor.
o Jika tidak diobati, tumor dapat meluas dan merusak sebagian besar kelopak
mata
- Bentuk Morphea (Sklerosing)
o Kasusnya jarang ditemukan.
o Bentuknya pucat, batas tidak tegas, dengan plak indurasi
o Tumor tumbuh dibawah epidermis, yang menyebabkan lebih ekstensi pada
palpasi daripada inspeksi.
F. Pemeriksaan penunjang
Biopsi penting untuk mengkonfirmasi karsinoma sel basal. Biopsi insisional dapat
digunakan untuk konfirmasi tumor yang diduga merupakan keganasan. Bagian yang dilakukan
biopsy harus difoto atau digambar karena bagian tersebut dapat sembuh dengan baik sehingga
lokasi asal tumor sulit ditentukan untuk pengangkatan tumor.4
Biopsi eksisional dilakukan jika ukuran tumor kecil dan tidak mengenai pinggir palpebra
atau jika lokasi tumor di tengah pinggir palpebra, tidak dekat kantus lateral atau punctum
lacrimal. Apabila bagian yang dieksisi positif residu pada batas pinggirnya, makan daerah yang
terkena harus dieksisi kembali, dengan teknik mikrografi Mohs atau dengan teknik bedah beku.4
Pemeriksaan radiologi wajah, tulang orbita dan jaringan lunak diperlukan untuk
mengetahui invasi tumor/ dalam tumor pada kantus medial. 5
G. Penatalaksanaan
9
Kunci utama keefektifan terapi kanker kulit adalah deteksi dini dan terapi awal yang
adekuat. Ada beberap prinsip dalam penatalaksanaan kanker kulit. Yang pertama, identifikasi
orang beresiko tinggi untuk pencegahan dan surveilens. Karena penyebab utama karsinoma sel
basal adalah kombinasi kulit yang berpigmentasi sedikit dan paparan sinar matahari, pasien
dengan kulit terang dan tinggal, bekerja atau bermain di bawah matahari beresiko tinggi. Paparan
sinar matahari yang tidak perlu dan berlebihan harus dihindari, bahkan pada anak-anak. Pasien
dewasa dengan riwayat diatas harus diperiksa secara rutin. Semua kanker kulit berawal dari
ukuran yang kecil dan terletak superficial dan mudah disembuhkan.7 Prinsip kedua dalam
mengobati kanker kulit adalah menghilangkan lesi secara total. Metode terapi yang sering
digunakan yaitu: eksisi bedah, bedah mikrografi Mohs, dan terapi radiasi. Prinsip terapi ketiga
yaitu follow-up dengan 2 alasan. Pertama, rekurensi lesi local harus didiagnosa secepat mungkin
untuk pengobatan yang efektif. Kedua, pasien dengan karsinoma memiliki resiko tinggi terkena
tumor kulit lainnya.7
Keuntungan reseksi bedah adalah cepat dan lesi kecil dapat dibuang dengan anestesi
lokal, sehingga lebih cost-effective. Spesimen yang direseksi dapat digunakan untuk pemeriksaan
patologi untuk mengevaluasi tipe histologist dan batas pinggir jaringan normal. Kelemahannya,
jika tumor telah meluas, dapat menyebabkan operasi yang lebih rumit dan biaya yang mahal.7
Bedah mikrografi Mohs menggunakan control mikroskop untuk mengevaluasi perluasan
invasi tumor.5 Keuntungan metode ini adalah menggunakan anestesi local, specimen yang baik
untuk pemeriksaan patologi, 98% efektif dan cost-effective. Kelemahannya, adalah lama dan
kadang memerlukan rekonstruksi, dan apabila mahal apabila kompleks.7
Kanker kulit yang sulit secara anatomi untuk diangkat secara bedah atau dapat
menimbulkan masalah kosmetik, dapat dilakukan terapi radiasi.7 Efek sampingnya adalah
dermatitis, keratinisasi konjungtiva, dan keratitis kronis. Kontraindikasinya adalah xeroderma
pigmentosa, verukaformis, epidermodisplasia, dan sindroma nevus sel basal.5
Terapi lain yang dapat digunakan adalah kemoterapi dan photodynamic therapy (PDT)
Kemoterapi tidak menyembuhkan tetapi membantu menangani lesi superficial, lesi di medial
kantus, basal sel karsinoma yang kambuh dan invasive, dan tumor yang luas jika dioperasi akan
berakibat deformitas dan kelainan fungsi kosmetik. Dengan menggunakan obat tazarotene
(tazoraca) secara topical.5
10
PDT dengan fotosensitizer efektif untuk terapi tumor kulit epitel superficial. Disarankan
PDT dengan asam d-aminoalfeolin, dengan indikasi : tumor yang kambuh dengan operasi
okuloplasti luas pada system retina atropi jaringan dan jaringan parut, pasien yang sudah tua atau
pasien yang seharusnya melakukan operasi rekonstruksi okuloplasti luas, tumor yang sulit
diketahui batasnya, dan tumor rekuren yang sulit atau operasi luas.5
H. Prognosis
Kanker kulit dini yang berukuran kecil, mudah dikendalikan dan dapat diterpi dengan
sukses dengan modalitas terapi dengan angka kematian yang rendah. Sebaliknya, kanker kulit
yang ekstensif dan rekuren sulit disembuhkan dan terapi menjadi mahal dan memiliki hasil yang
buruk.8
2.2.2 Karsinoma sel skuamosa
A. Epidemiologi
Insiden karsinoma sel skuamosa tercatat sekitar 5 % dari tumor ganas palpebra. Tidak
seperti karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa bisa menjadi tumor yang agresif dan
berpotensi untuk menginvasi orbita, metastasis ke nodus limfe dan tempat yang jauh dan
kemudian menyebabkan kematian. Karsinoma sel skuamosa lebih banyak di palpebra superior.4
Pada orang yang imunokompeten, insiden karsinoma sel squomosa pada region preocular
terhitung 9% dari seluruh lesi ganas palpebra.12
B. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor resiko karsinoma sel skwamosa meliputi
paparan sinar matahari (sinar ultraviolet), terutama pada orang berkulit putih, uap arsenik
ataupun obat-obatan, batu bara aspal, minyak paraffin, Paparan radiasi, prakanker dermatosa dan
juga inflamai kronis dari konjungtiva. (4,13)
C. Patofisiologi
11
Karsinoma sel skwamosa tumbuh lambat dan tanpa rasa sakit, seringkali berawal sebagai
sebuah nodul hiperkeratotik, yang dapat berulkus.10 Skuamos sel karsinoma biasanya ditemukan
pada daerah yang terpapar dengan sinar matahari. Biasanya diawali dengan lesi prekanker
(actinic kerarosis, bowen dermatosis) yang juga berhubungan dengan paparan sinar matahari.
Sinar UV merupakan factor yang berperan dalam perkembangan karsinoma sel skuamosa, yaitu
dengan merusak DNA keratinosit yang membuat pertumbuhan sel kehilangan control.12
Pada pasien dengan xeroderma pigmentosum, defek DNA menyebabkan predisposisi
untuk perkembangan lesi epithelial yang ganas, termasuk karsinoma sel skuamosa. 4
Pekerjaan dengan pajanan yang cukup pada minyak atau tar mungkin berhubungan dengan
peningkatan insiden karsinoma sel skwamosa kelopak mata. Pada pasien dengan pigmentosum
xeroderma, kerusakan DNA repair menjadi predisposisi untuk perkembangan lesi epitel ganas,
termasuk karsinoma sel skwamosa.4
Karsinoma sel skuamosa dapat terjadi pada usia muda dengan riwayat radioterapi ataupun
terinfeksi HIV. Dimana infeksi human papilomavirus atau overekspresi p53 dapat menyebabkan
karsinoma sel skuamosa pada orang yang terinfeksi HIV. 4
D. Gejala klinis dan Tanda
Gejala yang diperlihatkan pada karsinoma sel skuamosa bervariasi. Tumor ini bisa datang
dengan sendirinya ataupun merupakan perkembangan dari luka akibat paparan sinar mataharidan
actinic keratosis.1 Adanya riwayat imunokompeten pada pasien seperti HIV, riwayat kemoterapi
ataupun riwayat transplantasi organ dapat menyertai karsinoma sel skuamosa. Riwayat sering
terpapar sinar matahari atau pekerjaan diluar ruangan. Adanya kekambuhan setelah pengobatan
lesi kelopak mata4. Perubahan ukuran, kontur, atau warna lesi seperti adanya ulserasi, luka, bintik
merah, dan trikiasis 4,2. Dapat juga terjadi penurunan penglihatan dan diplopia 4.
E. Diagnosis
Tumor radang jinak seperti keratoxanthoma sangat mirip karsinoma, sukar dibedakan
secara klinis. Diagnosis tepat tergantung pada biopsi. Seperti karsinoma sel basal, tumor ini
12
dapat menyusup dan mengikis jaringan sekitarnya; mereka dapat pula menyebar ke limfonodus
regional melalui sistem limfatik.4
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dapat berupa, tes fungsi hati, jika diduga
metastasis, Tes HIV, jika pasien masih muda dan tidak ada riwayat paparan kerja, atau paparan
sinar matahari yang berlebihan. CT scan dilakukan bila menduga adanya metastasis.4
F. Diagnosa banding
Karsinoma sel skuamosa dapat di diagnose banding dengan, basal sel karsinoma,
blepharitis, kalazion, Hordeolum, Xanthelasma.4
G. Tatalaksana
Pasien disarankan untuk melindungi kelopak mata mereka dari paparan sinar matahari.
Bisa dengan menggunakan sunblok pada kelopak mata ataupun menggunakan topi dan kacamata
hitam. 2,4,12
Pembedahan dengan eksisi lengkap teknik Mohs. Eksisi lebar dengan frozen-section dapat
dilakukan ketika eksisi Mohs tidak tersedia.4
Terapi radiasi, bagi pasien yang tidak ingin atau kontraindikasi untuk menjalani eksisi.
Krioterapi untuk pasien yang menolak operasi.4
H. Prognosis
Prognosis penyembuhan sangat baik jika lesi terdeteksi dini dan eksisi lengkap dilakukan.
Namun dengan paparan faktor resiko, pasien perlu di follow-up karena berisiko untuk
berkembangannya keganasan pada kulit (karsinoma sel basal dan karsinoma sel skwamosa) dari
kelopak mata.4
13
2.2.3. Karsinoma kelenjar sebasea
A. Epidemiologi
Insiden karsinoma sel sebasea adalah 3,2% diantara tumor ganas dan 0,8% dari seluruh
tumor palpebra. Angka kematiannya berkisar sekitar 22%. Karsinoma sel sebasea paling sering
terjadi pada perempuan dibandingkan lelaki, terutama pada usia 70 tahun keatas.5
B. Gejala dan Tanda
Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas.
Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti khalazion. Sering terlihat seperti khalazion
yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal. Beberapa pasien dengan
karsinoma kelenjar Meibom mempunyai penebalan berbentuk plak yang difus dari tarsus atau
sebuah pertumbuhan berbentuk jamur atau papilloma menyerupai papilloma sel skuamosa atau
karsinoma sel skuamosa papilla.14
Tempat predileksinya terdapat pada palpebra superior dan terlihat massa bewarna kuning
yang berisi lemak, massa ini juga dapat berupa papil-papil. 5,15 Tumor pada pinggir palpebra
bisanya menyebabkan hilangnya bulu mata. Biasanya, lesi tidak nyeri, berindurasi atau berulkus
diikuti dengan hilangnya silia pada daerah khalazion berulang.5
Pada kondisi inflamasi seperti blepharoconjungtivitis atau keratokonhungtivitis juga dapat
menyertai karsinoma sel sebasea.15
C. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa pasti dari karsinoma sel sebasea ini dilakukan biopsi.4
D. Diagnosis banding
Diagnosis banding karsinoma sel sebasea dapat dibagi menjadi dua. Yaitu, menurut gejala
klinis dapat di diagnosa banding dengan chalazion, blepharoconjungtivitis atau
14
keratokonhungtivitis. Secara histopatologis dapat didiagnosa banding dengan karsinoma sel
basal, karsinoma mukoepidermoid dan hemangioma.15
E. Tatalaksana
Pada penatalaksanaan karsinoma sel sebasea dilakukan terapi bedah. Pengobatan bertujuan
untuk mengangkat lesi yang ganas untuk mencegah penyebaran local ataupun sistemik.
Pengobatan dari karsinoma kelenjar sebasea adalah operasi eksisi yang adekuat, dengan batasan
operasi yang luas dengan control potongan beku segar untuk menggambarkan pinggiran tumor.
Evaluasi nodul limfatik diperlukan untuk menilai metastase.14
Jika terdapat keterlibatan difus dari kedua bola mata atas dan bawah, diperlukan tiindakan
eksentrasi. Buatkan biopsy pada area konjungtiva yang hyperemia yang dicurigai karsinoma
kelenjar sebasea pada waktu operasi.15
F. Prognosis
Karsinoma kelenjar sebasea dari kelopak mata dapat berhubungan dengan bagian yang
agresif dan prognosa yang buruk. Identifikasi faktor-faktor risiko dengan pasti membantu
menemukan pasien-pasien yang mungkin memperoleh keuntungan dari terapi yang lebih
agresif.14
Indikator-indikator prognosa burukk, keterlibatan kelopak mata atas, durasi gejala lebih
dari 6 bulan, bentuk pertumbuhan yang infiltrative, diferensiasi sebasea sedang samapi buruk,
asal multisentrik, karsinoma intraepitel (penyebaran pagetoid), invasi vascular dan saluran
limfatik, invasi ke orbita, ukuran lebih dari 10 mm.14
Dengan eksisi luas dan tanpa bukti metastase, hasil operasi dapat mencegah keganasan.
Meskipun demikian, lesi-lesi sebasea mempunyai insiden kekambuhan dan metastase.14
2.2.4 Melanoma Maligna Palpebra
A. Epidemiologi
15
Melanoma adalah tumor palpebra berpigmen yang jarang yang harus dibedakan dari Nevi
dan karsinoma sel basal.16 Terdapat peningkatan 4% kejadian melanoma maligna yang
didiagnosa setiap tahun. Ada 51.400 kasus baru melanoma didiagnosa pada tahun 2002 dengan
7.800 kematian. 25% pasien melanoma maligna dijumpai pada umur di bawah 40 tahun.17
Meloma hanya ditemukan 1% dari keseluruhan lesi palpebra. Kenyataannya, walaupun
hanya 3% dari semua kanker kulit melanoma, ini sangat penting karena lebih dari dua pertiga
dari semua kematian akibat kanker kulit yang disebabkan melanoma maligna. Oleh karena itu,
penting untuk mengenali lesi jinak dan ganas kelopak mata, terutama ketika berpigmen.18
B. Faktor Risiko
Mereka yang paling berisiko untuk berkembangnya melanoma adalah kelompok yang
mempunyai riwayat melanoma dalam keluarga dan pasien dengan nevus displastik. Kelompok
berisiko tinggi adalah pasien dengan xeroderma pigmentosa, pasien dengan limfoma non-
Hodgkin, dan pasien dengan transplantasi organ atau AIDS. Pasien melanoma memiliki risiko
tinggi lima kali lipat untuk mengidap melanoma kedua.17
C. Diagnosis
Ciri khas dari melanoma maligna adalah pigmentasi variabel (yaitu sebuah lesi dengan
tingkat warna coklat, merah, putih, biru atau hitam gelap) batas tidak tegas, ulserasi dan
perdarahan. Melanoma palpebra yang melibatkan konjungtiva biasanya lebih agresif daripada
yang terbatas di kulit palpebra.17
Perubahan tampilan pada lesi berpigmen memerlukan biopsi eksisi pada lesi. Evaluasi
sistemik untuk metastasis regional atau jauh diperlukan bila didiagnosis melanoma.16 Clark dan
Breslow membagi kedalaman invasi ke dalam lima tingkat anatomis:17
Tingkat 1 hanya terbatas pada epidermis (in situ).
Tingkat 2 menembus papiler dermis.
Tingkat 3 mengisi papiler dermis.
Tingkat 4 meluas ke reticular dermis.
16
Tingkat 5 tumor meluas ke dalam jaringan subkutan.
D. Penatalaksanaan
Terapi bedah dapat dilakukan untuk alasan kosmetik atau kecurigaan keganasan pada lesi
jinak berpigmen. Prosedur pilihan untuk pengobatan melanoma maligna kulit kelopak mata
adalah eksisi bedah lebar dengan 1 cm margin kulit dikonfirmasi oleh histologi. Pemotongan
kelenjar getah bening regional harus dilakukan untuk tumor yang lebih besar dari 1,5 mm secara
mendalam dan / atau untuk tumor yang menunjukkan bukti penyebaran vaskular atau limfatik.18
Laser dapat digunakan untuk lesi berpigmen kelopak mata tertentu, sebuah penelitian
terbaru telah menunjukkan kasus uveitis bilateral setelah terapi laser pada lesi kelopak mata
berpigmen.18
E. Prognosis
Tingkat 4 atau Tingkat 5 melanoma ganas kulit palpebra biasanya mempunyai prognosis
buruk. Breslow mengembangkan metode kuantitatif dengan mengukur kedalaman invasi dengan
milimeter. Pasien dengan tebal tumor kurang dari 0,75 mm memiliki prognosis sangat baik
dengan dapat bertahan hidup 5 tahun sebesar 100%. Pasien dengan lesi 0,75 mm sampai 1,5 mm
memiliki prognosis yang cukup baik, dan pasien dengan tumor lebih dari 1,5 mm memiliki
prognosis yang buruk dengan ketahanan hidup 5 tahun sebesar 50% sampai 60%.18
2.2.5 Sarkoma Palpebra
A. Epidemiologi
Sarkoma Kaposi merupakan salah satu manifestasi yang sering dijumpai pada penderita
AIDS (24%) dan 20% dari sarkoma dapat mengenai mata, yaitu palpebra atas/bawah menyerupai
hordeolum atau hemangioma dan pada konjuntiva forniks, dan bulbi bagian inferior (menyerupai
perdarahan subkonjuntiva granuloma atau hemangioma). Tumor ini bersifat agresif, multifokal
dan sering kambuh.19
17
Pada tahun 1872, Kaposi melaporkan sarkoma multiple-pigmented dari kulit yang
idiopatik. Sarkoma Kaposi endemik lazim di Afrika Tengah, terutama mempengaruhi laki-laki
muda dengan lesi kulit yang agresif dan viseral.20
B. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti, tetapi beberapa faktor terlibat yang ditemui pada
pasien sarkoma Kaposi:20
Human herpesvirus-8 (HHV-8) DNA atau sarkoma Kaposi terkait virus herpes (KSHV)
telah ditemui pada pasien yang HIV-negatif dan HIV-positive.
Laki-laki homoseksual dengan HIV mempunyai risiko yang tinggi. Risiko ini meningkat
tajam dengan jumlah pasangan yang banyak.
Pasien yang sudah pernah transplantasi organ, dan menggunakan agen imunosupresif dan
steroid berisiko tinggi.
C. Patofisiologi
Sarkoma Kaposi kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk ekspresi
deregulasi dari onkogen dan gen oncosuppressor oleh KSHV/HHV-8 dikombinasikan dengan
penurunan kekebalan tubuh dan pelepasan sitokin (interleukin [IL] -6) dan faktor pertumbuhan
dari HIV bertindak ke atas terjadinya infeksi sel. IL-6 menginduksi signal transducers and
activators of transcription 3 (STAT3), sehingga menyebabkan ekspresi onkogen. Meskipun
mekanisme yang tepat tentang KSHV/HHV-8 bertindak sebagai perantara oncogenesis belum
sepenuhnya diketahui, banyak KSHV/HHV-8 onkogen virus yang telah dikatakan dapat
menyebabkan neoplasia.20
D. Diagnosis
Sarkoma Kaposi pada mata biasanya asimptomatik, kadang-kadang disertai iritasi ringan.
Tumor sarkoma Kaposi berwarna kemerah-merahan, padat, dengan gambaran proliferasi
vaskuler, sel-sel spindle dan serat-serat retikulin, diduga berasal dari endotel.19
18
Untuk mengidentifikasi faktor risiko pada sarkoma Kaposi, dokter harus anamnesa
tentang hal-hal berikut:20
Demografi
Status kekebalan
Lesi kulit Sebelumnya
Pengobatan sebelumnya untuk sarkoma Kaposi
Riwayat infeksi oportunistik
Penggunaan obat saat ini
Gejala sarkoma Kaposi adalah sebagai berikut:20
Sakit
Fotofobia
Mata merah atau perdarahan berulang
Iritasi dan sensasi benda asing
Epiphora
Kering mata
Keluarnya mukopurulen
Kelopak mata keras atau bengkak
Ketidakmampuan untuk menutup mata
Penglihatan kabur
Pemeriksaan Fisik20
19
Pemeriksaan mata penuh harus mencakup sebagai berikut:
o Inspeksi dan eversi kelopak mata dan bulu mata.
o Lakukan slit lamp biomicroscopy.
o Periksa palpebral dan konjungtiva bulbi dan forniks dengan terperinci.
o Palpasi kelenjar lakrimal, dan pemeriksaan pada massa.
Lesi yang merah keunguan hingga merah terang dengan pembuluh telangiekstatik
sekitarnya, mungkin makula, seperti plak, atau nodular.
Dugel dkk menguraikan 3 tahapan klinis yang dapat membantu terapi langsung:
o Tahap I dan II, tumor merata dan datar. Lesi ini memiliki tinggi ketebalan kurang
dari 3 mm vertikal dan timbul kurang dari 4 bulan.
o Tahap III, tumor nodular dan kenaikan tinggi vertikal yang lebih besar dari 3 mm,
cenderung timbul lebih dari 4 bulan.
Lesi sarkoma Kaposi oftalmik ditemukan di kelopak mata, konjungtiva, dan jarang
ditemukan di dalam orbital.
Keterlibatan konjungtiva dapat disertai pendarahan subkonjunctiva, injeksi, dan kemosis.
Pemeriksaan Lab 20
Pada pasien dengan sarkoma Kaposi diindikasikan:
HIV enzyme-linked immunosorbent assay
HIV Western blot
Berhubung dengan kulit atau konjungtiva, biopsi dari lesi mungkin diperlukan untuk diagnosis
pasti.
E. Penatalaksanaan
20
Tidak ada pengobatan spesifik untuk sakoma Kaposi, hanya bersifat paliatif. Radioterapi
memberikan respon yang baik pada 93-100% penderita dengan sarkoma Kaposi.19
Tujuan terapi pada pasien dengan sarkoma Kaposi adalah untuk meringankan iritasi mata,
efek massa, dan kerusakannya. Sarkoma Kaposi cenderung untuk mempunyai respon terhadap
kemoterapi. Jika pasien memiliki keterlibatan sistemik yang membutuhkan kemoterapi, lesi mata
seringkali teratasi atau berkurang drastis setelah memulai terapi ini. Namun, biasanya terjadi
kekambuhan berikut setelah penghentian kemoterapi.20
Pengobatan dengan Interferon hanya 10% memberikan respon baik, 20% memberikan
respons partial sedangkan sebagian besar penderita tidak memberikan hasil yang baik.11 Indikasi
untuk eksisi lokal mencakup lesi mengganggu secara kosmetik, ketidaknyamanan, dan obstruksi
penglihatan dari bagian terbesar tumor. Pertimbangan dalam mengobati lesi untuk mencegah
pembentukan entropion dengan trikiasis dan keratopati eksposur dan ulkus kornea.20
F. Komplikasi
Keterlibatan pada kelopak mata dapat menyebabkan kerusakan dan disfungsi kelopak.
Lagofthalmos dan trikiasis dapat menyebabkan iritasi mendalam dan kekeringan, infeksi, dan
jaringan parut pada kornea. Keterlibatan konjungtiva dapat mengakibatkan pendarahan
subkonjunctiva berulang. Pada akhirnya, penglihatan bisa hilang dari disfungsi kelopak,
perubahan permukaan kornea, atau obstruksi penglihatan.2
21