MTE Ablasio Retina Jan 2012 - Degi

download MTE Ablasio Retina Jan 2012 - Degi

of 16

Transcript of MTE Ablasio Retina Jan 2012 - Degi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah ablasio retina (retinal detachment) menandakan pemisahan retina yaitu fotoreseptor dan lapisan bagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya. Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio serosa atau hemoragik. Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio retina regmatogenosa. Menurut penelitian, di Amerika Serikat insiden ablasio retina 1 dalam 15.000 populasi dengan prevalensi 0,3%. Sedangkan insiden per tahun kira-kira 1 diantara 10.000 orang dan lebih sering terjadi pada usia lanjut kira-kira umur 40-70 tahun. Pasien dengan miopia yang tinggi (>6D) memiliki 5% kemungkinan resiko terjadinya ablasio retina, afakia sekitar 2%, komplikasi ekstraksi katarak dengan hilangnya vitreus dapat meningkatkan angka kejadian ablasio hingga 10%Insidensi dari ablasio retina di amerika serikat berkisar antara 1 dari 15.000 populasi, dengan prevalensi 0,3% dari total populasi. Insidensi tahunan diperkirakan mencapai 10.000. sumber lain mengatakan bahwa hubungan umur dengan idiopatik ablasio retina mencapai 12,5 kasus per 100.000 per tahunnya. Atau sekitar 28.000 kasus pertahun di amerika serikat. 1.2. Batasan masalah Makalah ini membahas tentang anatomi retina, fisiologi retina, klasifikasi ablasio retina, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis ablasio retina.

1.3.

Tujuan penulisan Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan memahami tentang

ablasio retina.

1.4.

Metode penulisan Makalah ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai

literatur.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Retina Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan terdiri atas beberapa lapis yang melapisi bagian dalam dua pertiga belakang bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan berakhir di tepi ora serrata.

Gambar 1. Lapisan-lapisan retina Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut: 1. Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retina dan vitreous. 2. Lapisan serabut saraf, merupakan akson-akson sel ganglion menuju saraf ke arah saraf optic. 3. Lapisan sel ganglion, merupakan badan sel dari neuron kedua. 4. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aseluler tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion. 5. Lapisan inti dalam, merupakan badan sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller.2

6. Lapisan pleksiform luar, merupakan tempat sinaps sel fotoresptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. 7. Lapisan inti luar, merupakan lapisan inti sel kerucut dan sel batang. 8. Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi.

9. Lapisan fotoreseptor, terdiri dari sel batang dan kerucut. 10. Lapisan epitel pigmen retina, merupakan batas antara retina dan koroid

Gambar 2. Gambaran Retina Normal

Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optic yang akan memberikan nutrisi dalam retina. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

2.2. Fisiologi Retina Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transducer yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat saraf keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Macula terutama3

digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik). Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rodopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk sewaktu molekul protein opsin bergabung dengan 11-sis-retinal. Sewaktu foton cahaya diserap oleh rodopsin, 11-sis-retinal segera mengalami isomerisasi menjadi bentuk all-trans. Rodopsin adalah suatu glikolipid membran yang separuhnya terbenam di lempeng membran lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor. Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang. Pada bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abuabu, tetapi warna tidak dapat dibedakan. Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, jika senja hari diperantarai oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang.

2.3. Ablasio Retina 2.3.1 Definisi Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan karena terpisahnya lapisan Neuroretina dari lapisan Epitel Pigmen retina sehingga terdapat cairan didalam rongga subretina atau karena adanya suatu tarikan pada retina oleh jaringan ikatatau membran vitreoretina. Istilah ablasio retina menandakan pemisahan retina sensorik, yaitu foto

reseptor dan lapisan jaringan dibagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya. Biasanya Ablasio retina ini adalah suatu kelainan yang berhubungan dengan meningkatnya usia dan miopia tinggi, dimana akan terjadi perubahan degeneratif pada retina dan vitreous. Ablasio retina dibagi menjadi tiga, berdasarkan penyebabnya; Ablasio retina regmatogenosa, Ablasio retina traksional,dan Ablasio retina eksudatif.

4

2.3.2. Etiologi 1. Robekan retina 2. Tarikan dari jaringan di badan kaca 3. Desakan tumor, cairan, nanah ataupun darah. 2.3.3.Patogenesis Ablasio Retina Regmatogenosa. Kata regmatogenosa berasal dari bahasa Yunani rhegma yang berarti robek atau terputus. Pada tipe ini, terjadi robekan pada retina sehingga cairan yang masuk ke belakang antara sel pigmen dengan sel fotoreseptor. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) seperti yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapisan epitel pigmen.Karakteristik ablasio retina regmatogenosa adalah pemutusan total (full thickness) di area sensorik, tarikan korpus vitreus dengan derajat yang bervariasi dan mengalirnya korpus vitreus cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang subretina. Ablasio retina regmatogenosa spontan biasanya didahului oleh pelepasan korpus vitreus. Miopiia, afakia, lattice degeneration (kelemahan retina perifer dasar), dan trauma mata biasanya berkaitan dengan ablasio retina jenis ini. Robekan pada ablasio retina regmatogenosa biasanya terjadi pada setengah superior dari retina pada regio degenerasi ekuatorial. Ablasio retina yang berlokasi di daerah supratemporal sangat berbahaya karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila lepasnya retina mengenai makula lutea. Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan sebagai gejala awal terjadinya ablasio retina. Fotopsia ini merupakan tanda dini terjadinya robekan pada retina, yang biasanya terletak di bagian perifer retina. Fotopsia ini akan lebih nyata bila mata digerakkan dan digoyangkan dengan kuat di tempat yang gelap. Retina yang mengalami ablasio dapat dilihat pada oftalmoskop sebagai membran abu-abu merah muda yang sebagain menutup gambaran vaskular koroid.

5

Retina yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah (pada ablasio retina regmatogenosa). Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang terlepas (ablasi) bergoyang. Kadang-kadang terdapat pigmen dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan yang menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila terdapat neovaskularisasi.

2.3.4 Klasifikasi Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya, terdiri atas: 1. Ablasio retina regmatogenosa Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio retina regmatogenosa. Pada ablasio retina regmatogenosa dimana ablasio terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Karakteristik ablasio regmatogenosa adalah pemutusan total (full-thickness) di retina sensorik, traksi korpus vitreum dengan derajat bervariasi, dan mengalirnya korpus vitreum cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang subretina.Ablasio retina regmatogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus vitreum. Miopia, afakia, degenerasi lattice, dan trauma mata biasanya berkaitan dengan ablasio retina jenis ini.Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan. Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila dilepasnya retina mengenai makula lutea.Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

6

Gambar 3. Gambaran fundus pada ablasio retina Pemeriksaan yang teliti biasanya memperlihatkan satu atau lebih pemutusan retina total misalnya robekan berbentuk tapal kuda, lubang atrofik bundar, atau robekan sirkumferensial anterior (dialisis retina). Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenis; robekan tapal kuda paling sering terjadi di kuadran superotemporal, lubang atrofik di kuadran temporal, dan dialisis retina di kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel, maka defek biasanya terletak dalam 90 derajat satu sama lai. Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang. Kadang-kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek aferen pupil akaibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasio yang telah lama.

Gambar 4. Gambaran Robekan Tapal Kuda

7

2. Ablasio retina tarikan atau traksi Ablasio retina akibat traksi adalah jenis tersering kedua dan terutama disebabkan oleh retinopati diabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati pada prematuritas, atau trauma mata. Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasio retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit. Berbeda dengan penampakan konveks pada ablasio regmatogenosa, ablasio retina akibat traksi yang khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya-gaya traksi yang secara aktif menarik retina sensorik menjauhi epitel pigmen di bawahnya disebabkan oleh adanya membran vitreosa, epiretina, atau subretina yang terdiri dari fibroblas dan sel glia atau sel epitel pigmen retina. Pada ablasio retina akibat traksi pada diabetes, kontraksi korpus vitreum menarik jaringan fibrovaskular dan retina di bawahnya ke arah anterior menuju dasar korpus vitreum. Pada awalnya pelepasan mungkin terbatas di sepanjang arkade-arkade vaskular, tetapi dapat terjadi perkembangan sehingga kelainan melibatkan retina midperifer dan makula. Proses patologik dasar pada mata yang mengalami vitreoretinopati proliferatif adalah pertumbuhan dan kontraksi membran selular di kedua sisi retina dan di permukaan korpus vitreum posterior. Traksi fokal dari membran selular dapat menyebabkan robekan retina dan menimbulkan kombinasi ablasio retina regmatogenosa-traksional.

Gambar 5. Ablasio retina traksi

8

3. Ablasio retina eksudatif Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Hal ini disebabkan penyakit koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina yang terangkat terlihat cincin. Pada ablasio tipe ini penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasio ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.

Gambar 6. Ablasio retina eksudatif

2.3.5. Diagnosis Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,Dan pemeriksaan penunjang. A. Anamnesis Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah : 1. Floaters, terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri. Kadang-kadang penderita merasakan adanya tabir atau bayangan yang datang dari perifer (biasanya dari9

sisi nasal) meluas dalam lapangan pandang. Tabir ini bergerak bersama-sama dengan gerakan mata dan menjadi lebih nyata. Pada stadium awal, penglihatannya membaik di malam hari dan memburuk di siang hari terutama sesudah stres fisik (membungkuk, mengangkat) atau mengendarai mobil di jalan bergelombang. 2. Fotopsia yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap. Keadaan ini disebabkan oleh tarikan pada retina dan bisa terjadi pada orang normal jika terjadi cedera tumpul pada mata. 3. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat. Selain itu, dari anamnesis perlu ditanyakan adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan sebelumnya (seperti ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuler), riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan viterus, ambliopa, glaukoma dan retinopati diabetik), riwayat keluarga dengan penyakit mata serta penyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes, tumor, sikle cell disease, leukemia, eklamsia dan prematuritas). B. Pemeriksaan Oftalmologi 1.Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut terangkat. 2. Pemeriksaan lapangan pandang. Akan terjadi defek lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina. 3. Pemeriksaan funduskopi.

Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskopi indirek binokuler. Pada pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna

10

pada ruang subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok-kelok, dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang mengalami ablasio terlihat lipatan-lipatan halus. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid di bawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau operkulum dapat ditemukan mengambang bebas. 4. Pemeriksaan tekanan bola mata.

Pada ablasio retina tekanan intraokuler kemungkinan menurun. C. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah. 2. Pemeriksaan ultrasonografi. Menggunakan gelombang suara dengan frekwensi tinggi (8-10 MHz). B-scan ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliferatif vitreoretinopati, benda asing intraokuler dengan membuat membuat potongan melalui seluruh jaringan, dengan demikian didapat lokasi dan bentuk dari kelainan dalam dua dimensi. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.

2.3.6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan Pada pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara: 1. Scleral buckle Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisi robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan11

scleral buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama-tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.

Gambar 7.Scleral Buckling 2. Retinopeksi pneumatik

Retinopati pneumatik merupakan metode yang juga sering digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina.

12

Gambar 8. Pneumatic Retinopexy 3. Vitrektomi Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes, dan juga digunakan pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutter untuk menghilangkan berkas badan kaca (vitreous strands), membran, dan perlekatan-perlekatan. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio. Vitrektomi bertujuan melepaskan tarikan vitreus, drainase internal cairan subretinal, tamponade intra okuler (udara, gas, silicon oil, cairan perfluorocarbon), dan membuat adhesi chorioretinal memakai endolaser photocoagulation atau cryopexy.

13

Gambar 9. Vitrektomi

2.3.7. Komplikasi Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya (light perception) adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina jika melibatkan macula. 2.3.8. Prognosis Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula terlepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat penuh sepenuhnya. Namun, bagian penting dari penglihatan dapat kembali pulih dalam beberapa bulan. Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif). PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.

14

BAB III KESIMPULAN

Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan karena terpisahnya lapisan Neuroretina dari lapisan Epitel Pigmen retina sehingga terdapat cairan didalam rongga subretina atau karena adanya suatu tarikan pada retina oleh jaringan ikatatau membran vitreoretina. Ablasio retina merupakan suatu kegawat daruratan karena dapat menyebabkan kebutaan bagi penderitanya. Ablasio retina berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi tiga, ialah ablasio retina regmantogenosa, Ablasio retina traksional dan Ablasio retina eksudatif. Penatalaksanaan ablasio retina saat ini hanya dapat dilakukan dengan operasi, penatalaksanaan medika mentosa biasa tidak dapat mengobati penyakit ini. Terdapat beberapa teknik dalam operasi ablasio retina antara lain, Sklera buckling yang mendekatkan sklera pada retina yang robek, menjadikan reposisi retina lebih dekat ke epitel pigmen retina dengan mengurangi tarikan vitreus pada retina yang robek,pneumatic retinopexi yang digunakan digunakan pada ablasio retina tertentu yang disebabkan robekan pada 2/3 superior yang tampak pada fundus dimana prosedur ini memakai gelembung gas yang disuntikkan dalam ruang intravitreal untuk menekan retina yang robek sampai retina itu melekat kembali, dan Vitrektomi bertujuan melepaskan tarikan vitreus, drainase internal cairan subretinal, tamponade intra okuler (udara, gas, silicon oil, cairan perfluorocarbon), dan membuat adhesi chorioretinal memakai endolaser photocoagulation atau cryopexy.

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Retina & Tumor Intraokular. In: Oftalmologi Umum. 14th ed. Widya Medika: Jakarta; 2006:197, 207-9.2. Ilyas S, dkk. Ablasio Retina. Dalam: Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-4.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.3. "Retinal detachment". MedlinePlus Medical Encyclopedia. National Institutes

of Health. 2005. Retrieved 2006-07-18. available from : URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001027.htm 4. Larkin GL. Retinal Detachment. [online]. 2009 Nov 23: Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/798501-overview5. Regiello C, Chang TS, Jhonson MW. Retinal Detachment. In: Retinal and

Vitreus. Chapter 11.Section 12. American Academy of Opthalmology 20082009. Singapore. p. 292-302. 6. Anonim. Retinal Detachment. [online] 2007 Des 24 [cited 2009 Nov 5]: [6 screens]. Available from: URL: http//id.wikipedia.org/wiki/retinal detachment7. Anonim. Retinal Detachment. [online] 2007 [cited 2009 Nov 5]: [3 sreens].

Available from : URL: http//www.revoptom.com/Retinal_detachment.html. 8. Anonim. Retinal Detachment. [online] 2007 [cited 2009 Nov 5]: [5 screens]. Available from: URL: http//www.avclinic.com/retinal detachment.

16