MORFOMETRIK HATI, LAMBUNG, USUS, DAN PANKREAS … · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi...

31
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018 MORFOMETRIK HATI, LAMBUNG, USUS, DAN PANKREAS AYAM BROILER YANG DIBERI JAMU KOMBINASI KEMANGI, TETES TEBU, DAN GARAM VALEN HILMY RAMADHAN

Transcript of MORFOMETRIK HATI, LAMBUNG, USUS, DAN PANKREAS … · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi...

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

MORFOMETRIK HATI, LAMBUNG, USUS, DAN PANKREAS

AYAM BROILER YANG DIBERI JAMU KOMBINASI

KEMANGI, TETES TEBU, DAN GARAM

VALEN HILMY RAMADHAN

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Morfometrik Hati, Lambung,

Usus, dan Pankreas Ayam Broiler yang Diberi Jamu Kombinasi Kemangi, Tetes

Tebu, dan Garam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Valen Hilmy Ramadhan

NIM B04140015

ABSTRAK

VALEN HILMY RAMADHAN. Morfometrik Hati, Lambung, Usus, dan

Pankreas Ayam Broiler yang Diberi Jamu Kombinasi Kemangi, Tetes Tebu, dan

Garam. Dibimbing oleh ANDRIYANTO dan NURHIDAYAT.

Peternak ayam broiler di Indonesia banyak menggunakan Antibiotic

Growth Promotor (AGP). Sediaan AGP berfungsi sebagai pemacu bobot badan

ayam dengan cara membunuh kuman patogen dalam organ pencernaan ayam.

Namun, penggunaan AGP yang tidak tepat berpotensi menimbulkan residu yang

berdampak pada resistensi antibiotik. Jamu dapat digunakan sebagai pakan

tambahan dan pakan imbuhan yang berkhasiat sebagai substitusi antibiotik

pemacu pertumbuhan. Salah satu tanaman herbal yang dapat dijadikan bahan

dasar jamu adalah kemangi, tetes tebu, dan garam yang memiliki efek antibakteri

dan bekerja merusak membran sel bakteri dalam pencernaan ayam. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu kemangi, tetes tebu, dan

garam terhadap morfometrik organ dalam pencernaan dan karkas ayam broiler.

Ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 ekor dibagi

kedalam 5 perlakuan 12 ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam percobaan yang

diberi air minum aquades (Kontrol), ayam percobaan yang diberi kemangi 2 mL

air minum (P1), Ayam Percobaan yang diberi garam 2 g (P2), ayam percobaan

yang diberi tetes tebu 2 mL (P3), dan ayam percobaan yang diberi jamu

kombinasi kemangi, tetes tebu, dan garam (P4) yang dicampurkan ke dalam air

secara ad libbitum. Pemberian perlakuan diberikan selama 16 hari yang dimulai

pada hari ke-15 hingga hari ke-31. Hasil penelitian menunjukkan jamu

berpengaruh (P<0.05) terhadap Bobot hati, Bobot ventrikulus, jejunum, dan

panjang ileum, sekum. Jamu tidak berpengaruh terhadap bobot karkas, pankreas,

proventrikulus, duodenum, jejunum, ileum, sekum, dan kolon. Pemberian jamu

kombinasi dan sediaan penyusunnya mampu memperbaiki produktivitas ayam,

dan morfometrik organ pencernaan sehingga kombinasi tersebut layak sebagai

substitusi AGP.

Kata kunci: AGP, Broiler, Feed additive, Jamu, Organ pencernaan

ABSTRACT

VALEN HILMY RAMADHAN. Morphometric of Liver, Gizzard, Intestine. and

Pancreas of Broiler Chicken that administered Jamu Combination of Basil,

Molases, and Salt. Supervised by ANDRIYANTO and NURHIDAYAT.

In Indonesia, broiler breeders are still using Antibiotic Growth Promotor

(AGP). AGP can be used to increase the body weight of the broiler by killing off

the pathogen in the digestive system, but over use of AGP in an incorrect dosage

will induced resistance of the bacteria towards the antibiotic. Jamu can be used to

substitute AGP as feed additive. Herbal plants that are commonly use as the

foundation for jamu are basil, molasses, and salt which have antibacterial activity

by disrupting the membrane of bacteria in the intestine of the broiler. Research

was conducted to identify the influence of jamu basil, molasses, and salt on

morphometric of organ in digestive system and carcass of the broiler chicken.

60 broiler were divided into 5 treatment and 12 repetitive. The broiler chicken

were administrated aquadest as control group, basil with the dosage of 2 mL of

water (P1), salt 2 g (P2), molasses 2mL (P3), and the combination of jamu basil,

molasses, and salt (P4). The research was started in day-1 during 16 days and the

treatment was given from day-15 to day-31. The research showed that jamu

influence significantly the weight of liver, ventriculus, jejunum and the length of

ileum and caecum. However jamu did not affect the weight of pancreas,

proventriculus, duodenum, ileum cecum, colon and the length of duodenum,

jejunum, colon. It was concluded that the administration of jamu combination has

the potential to increase the productivity and morphometric of digestive organ of

broiler.

Keywords: AGP, Broiler, Feed additive, Jamu, Digestive system

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

MORFOMETRIK HATI, LAMBUNG, USUS, DAN PANKREAS

AYAM BROILER YANG DIBERI JAMU KOMBINASI

KEMANGI, TETES TEBU, DAN GARAM

VALEN HILMY RAMADHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

Judul Skripsi : Morfometrik Hati, Lambung, Usus, dan Pankreas Ayam Broiler

yang Diberi Jamu Kombinasi Kemangi, Tetes Tebu, dan Garam

Nama : Valen Hilmy Ramadhan

NIM : B04140015

Disetujui oleh

Dr Drh Andriyanto, MSi

Pembimbing I

Dr Drh Nurhidayat, MS, PAVet

Pembimbing II

Diketahui oleh,

Prof Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Morfometrik

Hati, Lambung, Usus, dan Pankreas Ayam Broiler yang Diberi Jamu Kombinasi

Kemangi, Tetes Tebu, dan Garam. Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada

jungjungan nabi besar Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya. Skripsi

ini tentunya tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dukungan beberapa pihak.

Atas segala bantuannya penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Drh Andriyanto, MSi dan Dr Drh Nurhidayat, MS PAvet selaku

pembimbing yang telah memberikan do’a, semangat dan saran dalam

pembuatan karya ilmiah ini.

2. Dr Drh Aulia Andi Mustika, MSi selaku kepala Unit Pengelolaan Hewan

Laboratorium (UPHL) FKH IPB yang telah memberikan sarana prasarana

serta ilmu dan motivasi pada skripsi ini.

3. Seluruh dosen-dosen di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut

Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu kepada penulis sehingga

menjadi bekal dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak (Alm) Agus Sarip Hidayatulloh, SH, MH, Ibu Elis Marganengsing,

Amd Keb, dr. Eliza Muthiara Nuur, dan Jovita Kamalia Dewi, Teh Vivi,

A Dadang serta seluruh keluarga besar dari ayah dan ibu yang telah

memberikan do’a, semangat, motivasi serta kasih sayangnya.

5. Ibu Rosita Ida Purnama, SPt, ibu Dr Lina Noviyanti S, SSi Apt, MSi dan

ibu Agam (ibu kos Nabila) yang telah memberikan banyak motivasi dan

semangat kepada penulis.

6. Abduljalil Hazzi, Fikri Amanda, Ang Guan Ming, Febri R, Taufiq S,

Radityo Akbar Resnanto, Assyifa Salsabila Basudewa, M Novan Indrawan,

Finna M, Teh Sharah, dan A Aldi selaku sahabat saya yang banyak

memberi motivasi dan semangat

7. Teman-teman magang UPHL, yaitu Evien Gayatri, Indriani Putri Maryono,

dan Nur Wicaksana Putra yang telah menemani dan bersedia berbagi ilmu

selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

8. Keluarga besar UPHL, yaitu Drh Dedi NA, Musfian A, Drh Novaldi N,

Drh Pramesti, Mahana A, Mas Angga, Nur HS, Putra RH, Idha, Icha, dan

SM yang telah memberikan semangat dan membantu penyelesaian

penelitian ini.

9. Teman-teman penelitian Yogo, Louisa, Samudera, Nahar, Rayhan, Rina,

dan Natalia yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Pihak-pihak di lingkungan FKH IPB dan Teman-teman Acinonyx yang

telah membantu penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis meminta maaf atas segala kekurangan yang ada pada penyusunan

skripsi ini. Semoga karya ilmiah dapat diselesaikan dengan baik, benar, dan

bermanfaat.

Bogor, Agustus 2018

Valen Hilmy Ramadhan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Ayam Broiler 2

Lambung 3

Hati 3

Pankreas 3

Usus Halus (Duodenum, Jejunum, Ileum) 4

Sekum 4

Usus Besar (Kolon) 5

Jamu 5

Kemangi 6

Tetes Tebu (Molases) 6

METODE 6

Waktu dan Tempat Penelitian 6

Alat dan Bahan 6

Prosedur Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

HASIL 8

PEMBAHASAN 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

RIWAYAT HIDUP 17

DAFTAR TABEL

1 Bobot karkas, hati, dan pankreas yang diberi jamu kemangi, tetes tebu,

garam, dan kombinasi 8 2 Bobot dan panjang organ proventrikulus, Gizzard, duodenum, jejunum,

ileum, sekum, kolon yang diberi jamu kemangi, tetes tebu, garam,

dan kombinasi 9

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tubuh yang sehat merupakan salah satu aspek kesejahteraan hidup

manusia. Manusia melakukan berbagai cara untuk mempertahankan tubuh agar

tetap sehat antara lain dengan olahraga, pola tidur teratur, maupun memperhatikan

pola makanan yang dikonsumsi (Hanifah 2011). Salah satu pola makan yang perlu

diperhatikan adalah konsumsi protein hewani. Protein hewani dapat diperoleh dari

konsumsi daging maupun organ pencernaan hewan (Bersal dan Sahar 2007).

Menurut Sunarno et al. (2015), Protein hewani berguna untuk meregenerasi sel

tubuh sehingga protein menjadi salah satu komponen penting dalam pertumbuhan

manusia.

Ayam broiler merupakan sumber protein hewani yang menguntungkan

bagi peternak serta diminati oleh masyarakat. Seluruh bagian tubuh ayam dapat

dikonsumsi atau zero waste bagi masyarakat Indonesia. Di samping itu, perawatan

dan pemeliharaan ternak ayam cukup singkat, sekitar 1 bulan atau setelah bobot

akhir lebih dari 1 kg (Jayanata dan Harianto 2011; Iskandar 2015). Oleh karena itu,

banyak peternak yang menjadikan ayam sebagai hewan produksi. Performa ayam

yang baik akan meningkatkan bobot ayam dengan kondisi organ Gizzard, hati,

dan usus yang berfungsi secara optimal. Kondisi organ yang sehat secara anatomi

dan fisiologi dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi pakan ayam, sehingga

diperoleh pertumbuhan dan bobot akhir ayam yang maksimal (Amrullah 2004).

Bobot karkas yang tinggi dapat dicapai dengan penambahan antibiotic growth

promotor (AGP) dalam pakan. Menurut Hidayat et al. (2016), AGP berfungsi

sebagai pemacu bobot badan hewan. Sediaan AGP digunakan sebagai agen yang

dapat membunuh kuman patogen di dalam saluran pencernaan ayam. Secara

keseluruhan, AGP tersebut bermanfaat meningkatkan fungsi organ ayam seperti

lambung, usus, hati, dan pankreas dalam menyerap nutrisi tubuh hewan secara

maksimal.

Di sisi lain, penggunaan AGP berpotensi menimbulkan residu antibiotik

sehingga pemerintah pada tahun 2017 mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian

nomor 14/Permentan/PK.350/5/2017 tentang klasifikasi obat hewan yang memuat

pelarangan penggunaan AGP dalam pakan hewan. Solusi yang diberikan

pemerintah untuk menggantikan penggunaan AGP antara lain feed additive

(probiotik, enzim, acidifier, dan bahan alami) dan feed supplement (vitamin)

(Akhadiarto 2012). Perpaduan berbagai macam tanaman maupun bahan asal

hewan yang berkhasiat dalam mencegah dan mengobati penyakit dikenal sebagai

jamu (Delima et al. 2012). Jamu merupakan ekstrak tumbuhan yang diperoleh dari

proses pemanasan dan penyaringan untuk mendapatkan zat aktif tanaman

berkhasiat. Zat aktif berkhasiat tersebut dapat memperbaiki tumbuh kembang

hewan yang mengonsumsinya. Jamu dapat digunakan sebagai feed additive dan

feed supplement yang berkhasiat sebagai substitusi AGP (Tamalluddin 2014).

Salah satu tanaman herbal yang dapat dijadikan bahan dasar jamu antara lain,

kemangi yang memiliki efek antibakteri dan bekerja merusak membran sel bakteri

dalam pencernaan hewan (Agustina 2006). Tetes tebu yang berfungsi untuk

meningkatkan palatabilitas dan sumber energi, dan garam yang memiliki khasiat

2

dalam pemenuhan mineral tubuh hewan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

pengaruh pemberian kemangi, tetes tebu, garam, dan jamu kombinasi terhadap

produktivitas dan morfometrik saluran pencernaan ayam broiler.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas pemberian jamu

kemangi, tetes tebu, dan garam dalam air minum ayam broiler terhadap kenaikan

produktivitas ayam broiler dan membandingkan kenaikan ukuran maupun bentuk

hati, lambung, dan usus setiap kelompok perlakuan.

Manfaat Penelitian

Penelitian jamu kemangi, tetes tebu, dan garam yang disatukan dalam air

minum ayam ini diharapkan dapat menjadi sediaan alternatif substitusi AGP.

Penggunaan jamu ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ayam dan

mengoptimalkan fungsi organ ayam broiler.

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan komoditas yang diminati masyarakat Indonesia

sebagai asupan protein hewani. Seiring berjalannya waktu pengembangan ayam

broiler mengalami tingkat efisiensi yang tinggi. Hal tersebut terlihat dari jumlah

populasi ayam broiler di Indonesia pada tahun 2016 telah mencapai 1.592.669.402

ekor (BPS 2017). Menurut pemaparan Rasyaf (2004) dan Lestari (1992),

komoditas ayam broiler dipilih sebagai komoditas yang efisien karena kondisi

ayam broiler yang mampu mencapai bobot 1.3-1.4 Kg pada minggu ke 5-6 dan

mencapai bobot akhir berkisar 1.5-2 kg dalam jangka waktu 6-8 minggu. Masa

panen dari ayam broiler sekitar 12 minggu atau setelah bobot ayam mencapai 1 kg

(Iskandar 2015).

Produktivitas ayam digolongkan menjadi empat segmen antara lain

segmen ayam besar dengan bobot 1.8 kg/ekor, segmen ayam sedang dengan bobot

1.4-1.8 kg/ekor, segmen ayam kecil dengan bobot sebesar 0.8-1.4 kg/ekor, dan

segmen ayam terolok dengan bobot ayam dibawah 0.7 kg/ekor

(Tamalluddin 2014). Produktivitas ayam yang tinggi dapat diraih dengan kondisi

organ dalam yang baik. Organ-organ yang berfungsi dalam peningkatan

produktivitas ayam antara lain hati, pankreas, lambung, dan usus

(Awad et al. 2009). Produk yang dihasilkan dari ayam broiler berupa daging dan

organ dalam yang seluruhnya dapat dikonsumsi bagi masyarakat Indonesia.

Pertumbuhan ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

tipe ayam, jenis kelamin, galur, temperatur, dan lingkungan

(Ramadhani et al. 2016). Penelitian ini menggunakan ayam broiler galur Cobb.

Ayam broiler galur Cobb memiliki kelebihan berupa mudah beradaptasi di

3

lingkungan tropis dan memiliki laju pertumbuhan yang cepat sekitar 5 minggu

(Umam et al. 2016).

Lambung

Lambung ayam terdiri dari dua bagian dengan fungsi masing-masing yang

berbeda. Bagian petama merupakan proventrikulus yang berfungsi dalam proses

pencernaan kimiawi sedangkan bagian lainnya merupakan ventrikulus yang

berfungsi dalam proses penghancuran dan mencampuran bahan makanan secara

mekanis (Resnawati 2010). Ventrikulus memiliki otot kuat berlapis epitel tanduk.

Otot ini mampu menggiling makanan kasar dan bijian hingga sempurna. Lambung

bagian ventrikulus dapat berubah ukuran tergantung dari jenis dan bahan makanan

yang dikonsumsinya (Amrullah 2003). Fungsi lainnya, ventrikulus sebagai

pengganti gigi pada unggas (Sarvestani 2016). Menurut Putnam (1991),

persentase bobot lambung pada ayam broiler umumnya sebesar 1.60-2.30% dari

bobot hidupnya.

Hati

Hati merupakan organ ayam yang memiliki dua lobus, berwarna merah tua

dan berada diantara usus. Hati normal memiliki pinggiran yang lancip. Salah satu

parameter hati yang mengalami kelainan yaitu terbentuknya pinggiran hati

membulat dan berwarna coklat kehijauan (Crump et al. 2014). Hati memiliki

fungsi dalam sistem tubuh sebagai pertukaran zat protein, lemak, dan karbohidrat.

Selain itu, hati berfungsi dalam mendetoksifikasi zat toksikan dalam tubuh,

sekresi getah empedu, dan mengeksresikan senyawa-senawa yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh (Ressang 1984).

Hati di dalam sistem pencernaan berfungsi sebagai penghasil cairan empedu.

Cairan empedu tersebut dialirkan ke duodenum dan mengemulsi lemak dalam

usus. Hasil penelitian dari Lindroos et al. (1991), hati memiliki kemampuan

dalam meregenerasi jaringan yang cukup tinggi terutama setelah terpapar oleh

toksikan. Hal tersebut mengakibatkan gejala-gejala klinis dari gangguan hati tidak

selalu tampak. Hati ayam normal memiliki bobot dikisaran 1.7-2.8% dari bobot

hidupnya (Amrullah 2004). Hasil penelitian oleh Lubis et al. (2007), bobot hati

ayam yang diberi pakan onggok fermentasi memiliki kisaran bobot sebesar

32.58-35.57 g atau sebanding dengan 2.04-2.56% dari bobot hidup.

Pankreas

Pankreas adalah kelenjar yang menyekresikan enzim ke dalam duodenum

untuk mencerna pati, lemak dan protein. Pankreas pada ayam terletak sejajar

dengan lekukan duodenum (Anggrodi 1985). Fungsi pankreas antara lain

menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik untuk hidrolisis pati,

lipotik untuk hidrolisi lemak, dan proteolitik untuk hidrolisis protein. Enzim-

4

enzim tersebut mengolah pakan menjadi sumber energi untuk ayam. Selain itu,

enzim tersebut dapat menetralisir kondisi asam pada ventrikulus (Amrullah 2003).

Menurut Suprijatna et al. (2008), sekresi dari pankreas akan masuk ke

dalam duodenum berupa sekresi eksokrin. Pankreas sebagai kelenjar endokrin

menghasilkan insulin dan glukagon. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas

menghasilkan enzim pencernaan. Hasil penelitian Dewi (2007), memeroleh hasil

bobot umum pankreas dikisaran 3.41-4.49 g atau sekitar 0.24-0.32% dari bobot

hidup ayam.

Usus Halus (Duodenum, Jejunum, Ileum)

Usus merupakan organ penting dalam sistem pencernaan hewan. Usus

berfungsi menyerap makanan ke dalam sel tubuh dan menggerakan aliran

makanan (Akoso 1993). Usus ayam memiliki tiga bagian yaitu duodenum,

jejunum, dan ileum. Duodenum merupakan bagian yang berbentuk huruf U

dengan mengapit kelenjar pankreas (Amrullah 2003). Jejunum adalah bagian yang

berjalan dari duktus ke diverticulum meckel. Jejunum memiliki fungsi dalam

penyerapan komponen nutrisi, air, karbohidrat, protein dan vitamin (Yamauchi

2002). Ileum merupakan bagian yang berjalan dari diverticulum meckel hingga

persimpangan ileo-caeco-colic. Ileum memiliki fungsi dalam penyerapan

garam-garam mineral, vitamin B, dan sisa-sisa komponen nutrisi yang tidak

terserap oleh jejunum (Gao et al. 2008).

Usus halus menerima enzim-enzim antara lain amilase, lipase, dan

protease dari pankreas. Enzim tersebut memecah zat-zat makanan yang kompleks

menjadi lebih sederhana. Peningkatan kinerja dari enzim-enzim tersebut

berkolerasi dengan peningkatan bobot usus dan bobot badan (Tamalluddin 2014).

Gerakan peristaltik untuk mencampur digesta dengan cairan pankreas dan empedu

terjadi di dalam usus halus. Pemicu pergerakan peristaltik adalah vili dalam usus

yang memperluas bidang serap pakan (Awad et al. 2009). Hasil penelitian

Syamsuhaidi (1997), menyatakan bahwa penambahan duckweed dapat

mengakibatkan ukuran usus yang semakin panjang. Hal tersebut terjadi akibat

adanya kemampuan usus untuk meregang dan mencerna ransum berserat kasar

tinggi. Hasil penelitian Dewi (2007), memeroleh panjang relatif duodenum

sepanjang 11.88-12.69 cm/kg, jejunum sepanjang 14.30-16.42 cm/kg, dan ileum

sepanjang 14.60-16.69 cm/kg.

Sekum

Sekum merupakan perbatasan antara usus halus dan usus besar. Sekum

atau usus buntu, memiliki jumlah sepasang dengan panjang masing-masing

sebesar 15 cm. Isi dari sekum berupa zat-zat makanan yang tidak tercerna oleh

tubuh ayam. Zat-zat tersebut akan dibuang melalui usus besar menuju kloaka

(North dan Bell 1990). Sekum berfungsi membantu penyerapan air, karbohidrat

dan protein yang dibantu oleh mikroflora yang terdapat dalam sekum

(Yang et al. 2012). Menurut Pond et al. (1995), sekum memiliki fungsi sebagai

pencerna serat di tubuh. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya bakteri

5

fermentasi dalam sekum hewan. Namun jumlah serat yang ditemukan pada

unggas lebih sedikit dibandingkan pada mamalia.

Kesehatan usus dapat terlihat melalui interaksi antara necrotic enteritis dan

coccidiosis. Penampang sekum yang sehat terlihat dari halusnya isi ransum yang

berada dalam sekum. Peran sekum belum berfungsi signifikan dalam sistem

pencernan (Yegani dan Korver 2008). Hanya sebagian kecil dari air dan nutrisi

yang mampu diserap oleh sekum dengan bantuan bakteri fermentasi (Rose 1997).

Panjang sekum normal menurut penelitian Dewi (2007), dengan konsumsi ransum

komersial dikisaran 0.93-1.53 cm/kg.

Usus Besar (Kolon)

Usus besar merupakan bagian paling belakang dari sistem pencernaan dan

berada tepat sebelum kloaka. Usus besar terdiri dari bagian kantung buntu

(sekum) dan kolon. Kolon terdiri dari tiga bagian yaitu bagian yang naik

(ascendent), datar (transcendent), dan turun (descendens). Fungsi dari usus besar

ini sebagai tempat penyerapan air setelah pakan melewati usus halus. Fungsi

lainnya adalah membentuk feses yang selanjutnya dibuang oleh kloaka

(Grist 2006). Ayam dewasa memiliki usus dengan panjang berkisar 8-9 cm/ekor.

Menurut Amrullah (2004), usus ayam dapat bertambah panjang, berat, dan

tebalnya jika pakan yang digunakan memiliki serat atau bahan tidak tercerna yang

tinggi.

Jamu

Ramuan herbal atau jamu merupakan kekayaan warisan budaya Indonesia

yang digunakan turun temurun secara empiris. Jamu dikonsumsi oleh manusia

maupun ternak sebagai pemelihara tubuh (Zumrotum 2012). Jamu dapat

digunakan sebagai obat alami, yaitu obat yang berasal dari alam tanpa rekayasa

bahan kimia sintetik. Konsumsi jamu umumnya bertujuan untuk menjaga

kesehatan dan mengobati penyakit tertentu yang lebih spesifik. Jamu diperoleh

dari campuran dua bahan atau lebih sediaan alami yang diracik guna mendapatkan

suatu khasiat untuk pengobatan maupun penjagaan kesehatan secara empiris.

Salah satu bahan yang sering digunakan sebagai jamu adalah kemangi

(Kumar et al. 2011).

Pada unggas, jamu dapat digunakan sebagai feed additive dalam pakan atau

air minum (Tamalluddin 2014). Hasil penelitian Agustina (2006), menunjukkan

bahwa ramuan herbal dapat menjadi substitusi antibiotic growth promotor. Selain

itu jamu mengandung senyawa antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri patogen dalam tubuh unggas. Salah satu contoh bakteri yang mengganggu

pertumbuhan unggas adalah Clostridium perfringens. Penelitian sebelumnya telah

dievaluasi mengenai efek dari bahan herbal yang mampu menghambat

pertumbuhan Clostridium perfringens dalam usus ayam antara lain tepung jagung,

sorghum, gandum, dan kemangi (Shakouri et al. 2009). Efek yang ditimbulkan

dari senyawa tersebut berhubungan dengan kondisi fisiko-kimia usus.

6

Kemangi

Masyarakat Indonesia sering menggunakan kemangi sebagai bumbu dapur.

Budidaya kemangi banyak dikembangkan di Indonesia. Hal tersebut

mengakibatkan komoditi dari kemangi tidak sulit untuk ditemukan. Kemangi

merupakan anggota dari famili lamiaceae termasuk golongan tanaman dengan

bunga berbibir. Genus dari tanaman kemangi adalah ocimium tergolong tanaman

beraroma (Massimo et al. 2004).

Menurut Kumar et al. (2011), daun kemangi memiliki komponen non gizi

antara lain senyawa flavonoid, arginin, anetol, boron, dan minyak atsiri. Minyak

atsiri dari kemangi mengandung senyawa linalool, estragol, 1-8 sineol, eugenol,

terpenol, dan geraneol. Senyawa tersebut dapat berperan sebagai antibakterial

(Sastroamidjojo 2001). Eugenol merupakan senyawa fenol yang terdapat dalam

minyak atsiri, senyawa tersebut mampu merusak membran sel bakteri dan

mengganggu lapisan fosfolipid dari bakteri Escherichia coli.

Tetes Tebu (Molases)

Tetes tebu atau molases adalah produk samping yang dihasilkan dari

pengolahan atau pemurnian gula (Cheeke 1999). Tetes tebu memiliki warna coklat

kehitaman dengan konsistensi yang kental. Di dunia peternakan, tetes tebu sering

digunakan sebagai bahan makanan tambahan dengan energi yang cukup tinggi.

Tetes tebu memiliki kadar karbohidrat cukup tinggi yaitu 48-60% kadar gula dan

rasa yang disukai oleh ayam. Menurut Rangkuti et al. (1995), kadar kalium dalam

tetes tebu tergolong tinggi sehingga jika dikonsumsi terlalu banyak akan

menghasilkan energi yang tinggi dan berdampak pada penurunan bobot badan.

Penggunaan tetes tebu banyak dimanfaatkan di industri peternakan. Hal

tersebut karena kandungan karbohidrat, protein, dan mineral yang tinggi dalam

tetes tebu disukai oleh ternak. Keuntungan lain dari tetes tebu adalah harganya

yang murah dan dapat memperbaiki aroma maupun rasa pakan dan minuman

ternak.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017 dan dilakukan di

Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL), Fakultas Kedokteran Hewan,

Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang ayam,

tempat pakan ayam, tempat minum ayam, spuit 10 mL, gloves, meteran, blender

timbangan digital, dan gelas ukur. Bahan-bahan yang digunakan adalah ayam

7

broiler berumur satu hari atau day old chick (DOC) strain Cobb sebanyak 60 ekor,

tisu, kapur, disinfektan mefisto®, multivitamin, alkohol 70%, vaksin infectious

bursal (ND IB) Volvac® IB Fit, vaksin Medivac® gumboro, vaksin Medivac® ND

La Sota, sediaan kemangi (KM), tetes tebu (T), garam (G), dan jamu kombinasi

kemangi, tetes tebu, garam (J) yang dilarutkan dalam air serta pakan ayam broiler

komersial dengan kandungan protein 22-25%. Selain itu, bahan yang digunakan

selama pemeliharaan ayam dalam penelitian adalah sekam padi.

Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan

Tahap Persiapan Kandang dan Alat

Persiapan kandang dilakukan dengan pembersihan kandang, dilanjutkan

dengan penyemprotan disinfektan pada kandang ayam, kandang diberi dengan

kapur dan didesinfeksi dengan disinfektan glutaraldehid kembali. Kandang ayam

dibagi menjadi 10 kelompok dan terdiri dari 2 kelompok kontrol (K), 2 kelompok

kemangi (KM), 2 kelompok tetes tebu (T), 2 kelompok garam (G), dan

2 kelompok jamu (J). Tiap kelompok berukuran 2 x 1 m dengan papan setinggi

1 meter untuk membatasi antarkelompoknya.

Tempat pakan, tempat minum, dan gelas ukur dicuci menggunakan

detergen dan direndam dalam larutan disinfektan. Setelah tahap pencucian,

seluruh peralatan dijemur di bawah sinar matahari.

Tahap Pembuatan Jamu

Jamu yang digunakan merupakan kombinasi dari kemangi yang diambil

daunnya, tetes tebu yang didapatkan dari pasar tradisional Bogor, garam, dan air.

Pembuatan jamu diawali dengan mencacah daun kemangi dan dihaluskan dengan

menggunakan blender. Kemangi yang digunakan sebanyak 1 kg. Setelah itu,

campurkan kemangi dan aquades dengan perbandingan 1:2 dan dipanaskan hingga

mencapai suhu 60 oC. Selanjutnya didiamkan selama 15 menit dan kemangi

dipanaskan kembali hingga suhu mencapai 60 oC, proses ini dilakukan selama

3 kali pengulangan. Kemudian, rebusan kemangi disaring hingga terpisah dari

ampasnya. Hasil penyaringan didinginkan dengan suhu ruangan lalu dimasukkan

ke dalam botol. Selanjutnya, sediaan kemangi dimasukkan ke dalam freezer suhu

-20 oC. Tetes tebu dan garam tidak dicampurkan dalam sediaan saat kemangi

dipanaskan, namun, dimasukkan ketika sediaan jamu akan dicampurkan di dalam

air minum ayam.

Perlakuan

Pemeliharaan Hewan

Day old chick yang baru datang diberikan minum air gula. Pemberian

vaksin ND La sota atau tetelo pada hari ke-3 ayam masuk, vaksin IBD di hari

ke-11, dan vaksin IBD-ND La sota sebagai booster pada hari ke-18. Vaksin

diberikan melalui tetes mata. Ayam diberikan pakan sesuai kebutuhan konsumsi

perharinya dan minum secara ad libitum.

8

Rancangan Percobaan

Ayam sebanyak 60 ekor dikelompokkan ke dalam rancangan acak lengkap

dengan 5 perlakuan dan 12 ulangan. Perlakuan tersebut meliputi ayam percobaan

yang diberi air minum aquades (K), ayam percobaan KM 2 mL (P1), G 2 g (P2),

T 2 mL (P3), dan J (P4) yang dilarutkan ke dalam air secara ad libitum. Perlakuan

dilakukan selama 16 hari dari hari ke-15 sampai dengan hari ke-31.

Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot karkas, hati,

pankreas, proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, kolon, dan ukuran

panjang duodenum, jejunum, ileum, sekum dan kolon.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA)

dengan taraf kepercayaan 95% (P<0,05). Dilanjutkan dengan uji Duncan serta

dianalisis secara stastistik dan deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Perlakuan jamu pada ayam percobaan memengaruhi bobot organ

pencernaan ayam. Jamu berfungsi menambah bobot karkas ayam broiler.

Perlakuan kemangi, tetes tebu, garam, dan jamu kombinasi memengaruhi bobot

organ dan karkas ayam broiler (P<0,05).

Tabel 1. Bobot karkas, hati, dan pankreas yang diberi jamu kemangi, tetes tebu,

garam, dan kombinasi

Parameter

Perlakuan Jamu

Kontrol

(K)

Kemangi

(KM)

Tetes Tebu

(T)

Garam

(G)

Kombinasi

(J)

Bobot karkas (g) 930.5±43.60a 942.83±100.64a 990.16±154.51a 889.83±76.86a 1037.16±96.49a

Bobot hati (g) 40.45±2.37b 47.12 ±2.26a 38.66 ±3.98b 46.45±5.46a 35.04±0.71b

Bobot pankreas(g) 4.00±0.63a 4.00±0.63a 4.00±0.00a 4.16±0.75a 4.91±0.80a

Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0.05).

Tabel 1 menunjukkan pertambahan bobot karkas dan organ tiap kelompok

perlakuan. Perlakuan J, KM, T, G tidak mempengaruhi penambahan bobot karkas

(P>0,05). Hasil penimbangan bobot karkas, karkas tertinggi diperoleh ayam J

sebesar 11.4%. Perlakuan KM, T, G, J memengaruhi pertambahan bobot hati

(P<0.05). Perolehan bobot hati perlakuan KM mencapai rataan 47.12 g dengan

pertambahan bobot 16.4%. Hasil pemberian jamu tidak berpengaruh terhadap

bobot pankreas (P>0.05). Rataan bobot pankreas ayam percobaan sebesar

4.00-4.91 g. Bobot pankreas terbesar oleh perlakuan J dengan penambahan bobot

22% (Tabel 1). Selain mempengaruhi bobot karkas, hati, dan pankreas, pemberian

perlakuan kemangi, tetes tebu, garam dan jamu kombinasi mempengaruhi

9

pertambahan bobot dan ukuran organ lainnya yaitu proventrikulus, ventrikulus,

usus halus (duodenum, jejunum dan ileum), sekum, dan kolon (Tabel 2).

Tabel 2. Bobot dan panjang organ proventrikulus, Gizzard, usus halus, sekum,

kolon yang diberi jamu kemangi, tetes tebu, garam, dan kombinasi.

Parameter

Perlakuan Jamu

Kontrol (K)

Kemangi (KM)

Tetes Tebu (T)

Garam (G)

Kombinasi (J)

Bobot

Proventrikulus (g) 9.33±1.36a 9.66±1.36a 8.58±1.11a 9.50±1.51a 9.50±1.04a

Gizzard (g) 27.58±2.37c 35.00±2.82b 29.70±3.01c 39.87±0.89a 31.12±1.88bc

Duodenum (g) 10.67±1.36a 10.83±1.16a 12.45±1.70a 11.50±2.25a 11.00±1.26a

Jejunum (g) 20.50±2.88a 21.66±1.63a 23.04±2.20a 23.83±2.78a 15.79±2.29b

Ileum (g) 15.66±2.65a 15.83±1.72a 18.50±0.54a 17.25±0.75a 15.66±2.733a

Sekum (g) 6.50±2.34a 6.50±0.83a 7.25±1.40a 7.75±1.08a 7.66±1.86a

Kolon (g) 2.50±1.76a 2.00±0.63a 2.66±0.51a 2.66±0.81a 2.50±0.83a

Panjang

Duodenum (cm) 29.83±3.10a 31.87±2.45a 30.66±1.94a 30.00±2.53a 31.66± 0.97a

Jejunum (cm) 76.41±3.49a 84.50±3.01a 81.62±7.09a 83.62±5.89a 79.58±4.17a

Ileum (cm) 75.75±3.12b 84.29±4.82a 85.70±3.76a 82.83±6.51ab 83.91± 2.24a

Sekum (cm) 16.58±1.68a 14.41±1.11ab 13.33±1.69b 16.91±1.90a 14.25±2.92ab

Kolon (cm) 8.25±1.91a 9.41±0.49a 8.50±1.51a 9.18±1.73a 9.00±1.70a

Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0.05).

Rataan bobot proventrikulus ayam perlakuan jamu menghasilkan rataan

yang tidak berbeda nyata antar perlakuannya (P>0.05) dengan hasil sekitar

8.58-9.66 g. Bobot proventrikulus tertinggi pada ayam perlakuan KM dengan

pertambahan bobot sebesar 3.53%. Pengaruh pemberian perlakuan terhadap bobot

gizzard menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0.05). Kenaikan bobot

proventrikulus pada perlakuan G menunjukkan hasil tertinggi dengan

pertambahan bobot sebesar 44.5% (Tabel 2).

Usus halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.

Hasil perlakuan pemberian jamu terhadap panjang dan bobot duodenum tidak

memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05). Pada bagian jejunum dan ileum,

perlakuan pemberian jamu terhadap parameter panjang maupun bobotnya tidak

memberikan pengaruh yang nyata kecuali pada ileum yang mengalami perubahan

panjang (P<0.05). Perlakuan KM menunjukkan hasil panjang tertinggi pada tiap

bagian usus, duodenum, jejunum, dan ileum mengalami kenaikan sebesar

6.83, 10.58, dan 13.13%. Bobot duodenum tertinggi diperoleh ayam percobaan

T sebesar 16.6%, bobot jejunum tertinggi diperoleh ayam percobaan G sebesar

16.24%, bobot ileum tertinggi diperoleh ayam percobaan T sebesar 18.13%.

Panjang dan bobot sekum ayam percobaan masing-masing sebesar

13.33-16.91 cm dan 6.50-7.75 g.

Perlakuan jamu berpengaruh terhadap panjang sekum (P<0,05) namun tidak

berpengaruh pada parameter bobotnya. Pada ayam percobaan G sekum

mengalami kenaikan panjang sebesar 2% dan bobot sebesar 19.23%. Perlakuan

jamu tidak berpengaruh pada panjang maupun bobot kolon. Kolon terpanjang

pada perlakuan KM dengan penambahan panjang sebesar 14.06% dan

penambahan bobot kolon tertinggi pada perlakuan G dan T dengan penambahan

bobot sama-sama sebesar 6.4%. Hasil pengukuran panjang dan penimbangan

10

bobot organ ayam dibandingkan dengan kontrol. Pemberian perlakuan

mempengaruhi bobot ventrikulus dan jejunum serta berpengaruh terhadap panjang

ileum dan sekum.

PEMBAHASAN

Peningkatan bobot karkas dapat dipengaruhi oleh aktivitas organ

pencernaan yang berfungsi baik. Ayam percobaan yang diberi perlakuan J, KM, T,

dan G tidak meningkatkan bobot karkas (P>0.05). Namun secara rataan bobot,

karkas pada ayam percobaan J menunjukkan hasil yang paling tinggi

dibandingkan sediaan KM, T, dan G. Peningkatan bobot karkas karena organ

pencernaan percobaan J dalam keadaan yang meningkat sehingga penyerapan

nutrisi dapat tercerna secara maksimal.

Hati dalam sistem pencernaan berfungsi sebagai protektor benda asing

yang masuk kedalam tubuh. Sel fagosit di hati berguna sebagai agen yang

mencerna benda asing berupa toksin dan bakteri. Bobot hati tertinggi diperoleh

dari kelompok ayam percobaan KM (Tabel 1). Bobot hati ayam berkisar antara

32.58-35.57 g (Lubis et al. 2007). Ayam yang diberi bungkil biji jarak

menghasilkan rataan bobot hati sebesar 23.65-26.87 g (Wina et al. 2010). Hasil

perbandingan tersebut menunjukkan bahwa ayam yang diberi perlakuan jamu KM

memiliki bobot yang lebih tinggi. Kandungan minyak atsiri dalam kemangi

meningkatkan bobot hati sehingga mampu menurunkan toksisitas dan melindungi

sel limfosit tahan terhadap toksin lingkungan maupun bakteri (Deyusma 2004).

Pankreas pada sistem pencernaan berfungsi mensekresikan enzim ke

dalam duodenum. Enzim yang disekresikan dapat mencerna lemak dan protein

dalam tubuh hewan (Amrullah 2003). Perlakuan jamu terhadap pakreas tidak

memberikan pengaruh yang nyata, namun masih berada pada rentang normal.

Pankreas tertinggi terlihat pada perlakuan J. Bobot pankreas (Tabel 1) sama

seperti bobot pankreas ayam yang diberi ransum kovensional dan tepung tapioka

pada kisaran 3.41-4.49 g (Dewi 2007) dan yang diberi biji jarak ayam percobaan

dengan bobot pankreas sekitar 2.74-4.29 g (Wina et al. 2010). Menurut Piliang

(2006), minyak atsiri dalam kemangi memiliki fungsi dalam menstimulasi saraf

vagus dan simpatis. Saraf tersebut menstimulasi sel-sel sekretori pankreas

sehingga meningkatkan konsentrasi enzim pada sekresi pankreas. Bobot pankreas

yang tinggi berkorelasi dengan jumlah sekresinya dalam mencerna lemak dan

protein, hal tersebut sejalan dengan peningkatan karkas yang tinggi pada

perlakuan J.

Pencernaan enzimatik pada unggas dilakukan oleh proventrikulus.

Proventrikulus merupakan lambung kelenjar yang menghasilkan enzim amilase,

lipase, dan pepsin (Amrullah 2004). Bobot proventrikulus ayam yang diberi

perlakuan jamu lebih besar dibandingkan ayam yang diberi pakan probiotik,

menghasilkan bobot proventrikulus sekitar 6-8 g (Awad et al. 2009). Bobot

proventrikulus tertinggi diperoleh ayam percobaan KM. Serat yang terdapat pada

kemangi dapat meningkatkan kerja otot gizzard. Menurut Sumiati et al. (2000),

peningkatan serat dalam pakan dapat meningkatkan kerja dari lambung untuk

memperkecil partikel, sehingga otot lambung yang bekerja menjadi lebih tebal.

11

Gizzard merupakan lambung yang bekerja secara mekanik pada bangsa aves.

Fungsi gizzard pada ayam sebagai pengganti gigi dengan menghancurkan dan

menggiling pakan yang dikonsumsi (Resnawati 2010). Gizzard yang mengalami

kenaikan bobot paling tinggi pada ayam percobaan perlakuan G (Tabel 2). Nilai

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan minyak biji saga dengan

rataan gizzard sebesar 18.1– 21.0 g (Resnawati 2010). Mineral-mineral dalam

garam mampu membantu kerja batuan gizzard untuk menghancurkan pakan

sehingga pakan yang masuk ke organ usus menjadi lebih kecil dan mudah untuk

diabsorbsi. Selain itu kalsium dan fosfat dalam garam mampu membentuk air liur

dan cairan lambung untuk mempercepat penyembuhan dan memperkuat gizzard

(Nurbaity 2011).

Usus halus berfungsi sebagai organ yang mengabsorbsi nutrisi dari bahan

pakan dan menggerakan pakan menuju ke anus (Akoso 1993). Perlakuan tetes

tebu dan garam dapat meningkatkan ketebalan dinding usus. Perlakuan pemberian

KM menunjukkan hasil terpanjang pada duodenum, jejunum, dan ileum

sedangkan bobot duodenum tertinggi ditentukan masing-masing pada ayam

percobaan T, KM, dan ayam T. Ayam yang diberi ransum konvesional memiliki

panjang duodenum, jejunum, dan ileum berturut-turut yaitu 10.88-20.69 cm,

14.30-16.42 cm, dan 14.60-16.69 cm. Menurut Kiczorowska (2016), panjang

normal duodenum sekitar 19.84-22.56 cm. Usus halus pada ayam perlakuan lebih

panjang dibandingkan usus halus ayam kontrol. Perlakuan pemberian kemangi

berpengaruh terhadap kenaikan panjang usus, karena senyawa-senyawa penyusun

kemangi yaitu eugenol, linalool, dan sitrat yang bersifungsi sebagai antibakteri.

Senyawa-senyawa tersebut menghambat pertumbuhan bakteri dalam usus dengan

merubah komponen makromolekul dari bakteri sehingga membran sel menjadi

rusak, membuat inaktif protein secara irreversible, dan rusaknya asam nukleat

(Kadarohman et al. 2011). Hasil penelitian Budiman (2012), dengan perlakuan

jamu kemangi mampu mengatasi aktivitas mikroba. Minyak atsiri yang

terkandung dalam kemangi mampu melawan bakteri Escherichia coli dan Shigella

sonnei (Kadarohman et al. 2011).

Proses pencernaan ayam secara fermentatif dilakukan oleh organ sekum.

Sekum mencerna serat pakan secara fermentatif (Yang et al. 2012). Pencernaan

fermentatif yang dilakukan oleh sekum bertujuan agar seluruh nutrisi pakan dapat

tercerna dengan maksimal. Ayam yang diberi perlakuan G memiliki panjang dan

bobot tertinggi. Panjang sekum normal umumnya sekitar 15 cm (Amrullah 2004)

dan bobot sekum sekitar 6.6-7.9 g (Awad et al. 2009). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pemberian perlakuan dapat memperbaiki panjang sekum

namun tidak meningkatkan bobot sekum. Sekum ayam percobaan G dan K

memiliki panjang yang tinggi. Garam dan air tidak merusak habitat pertumbuhan

mikroflora sekum ayam percobaan sehingga jumlah pakan yang difermentasikan

maksimal (Nurbaity 2011).

Usus besar atau kolon merupakan salah satu yang berfungsi dalam

penyerapan air dan pembentukan feses (Grist 2006). Perlakuan KM dapat

meningkatkan panjang kolon (Tabel 2). Minyak atsiri pada kemangi dapat

berfungsi dalam memperbaiki sel-sel organ. Linalool pada kemangi mampu

merusak membran sel bakteri, hambat enzim bakteri, dan menekan translasi dari

bakteri Escherichia coli dan Shigella (Budiman 2012). Selain itu, minyak atsiri

menekan jumlah mikroba pada saluran usus halus dan kolon. Bobot kolon

12

tertinggi ditemukan pada ayam percobaan perlakuan G dan T. Etanol dan gula

dalam tetes tebu efektif memperbaiki fungsi metabolisme ileum dalam mencerna

pakan dan membentuk jaringan-jaringan usus (Wardani dan Pertiwi 2013). Selain

itu, etanol dan gula dalam tetes tebu serta mineral-mineral dalam garam mampu

meningkatkan ketebalan usus halus (Nurbaity 2011). Hasil pemberian perlakuan

jamu terhadap kolon masih berada pada rentan panjang normal ayam umumnya

sesuai Amrullah (2004), panjang kolon normal ayam umumnya pada kisaran

8-9 cm. pemberian jamu efektif terdahadap pertambahan bobot karkas serta organ

secara umum.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perlakuan pemberian jamu kombinasi dan sediaan penyusunnya dapat

memperbaiki bobot karkas dan morfometrik organ pencernaan. Pemberian

perlakuan mempengaruhi bobot ventrikulus dan jejunum serta berpengaruh

terhadap panjang ileum dan sekum. Kombinasi tersebut layak digunakan sebagai

sediaan peningkat bobot karkas ayam yang dapat digunakan dan diaplikasikan

pada petenakan ayam.

Saran

Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kadar efektif sediaan

jamu kemangi tetes tebu, dan garam. Mengetahui komposisi zat aktif sediaan jamu

kombinasi. Menguji toksisitas sediaan jamu kombinasi sehingga dapat digunakan

sebagai alternatif pengganti antibiotik pemacu pertumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina L. 2006. Penggunaan ramuan herbal sebagai feed additive untuk

meningkatkan performans broiler. Prosiding Lokakarya Nasional Teknologi

dalam Mendukung Usaha ternak Unggas Berdayasaing. 1(1): 47-52.

Akhadiarto S. 2012. Pengaruh pemberian probiotik temban, biovet dan biolacta

terhadap persentase karkas, bobot lemak abdomen dan organ dalam ayam

broiler. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 12(1): 22-30.

Akoso BT. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius

Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-1. Bogor (ID): Lembaga Satu

Gunungbudi.

Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-2. Bogor (ID): Lembaga Satu

Gunungbudi.

Anggrodi R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta (ID): UI-Press.

13

Awad WA, Ghareeb K, Abdel-Raheem S, Bohm J. 2009. Effects of dietary

inclusion of probiotic and synbiotic on growth performance, organ weights,

and intestinal histomorphology of broiler chickens. Poultry Science. 88(1):

49-56.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Populasi Ayam Ras Pedaging Menurut

Provinsi tahun 2009-2016. [internet].

https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1034. Diakses 12 januari

2018.

Bersal ML, Sahar J. 2007. Pengaruh Minum Teh terhadap Kejadian Anemia pada

Usila di Kota Bandung. Makara Kesehatan. 11(1): 38-43.

Budiman I, Aprinda N. 2012. Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Kemangi

(Ocimum Sanctum Linn) terhadap Escherichia Coli dan Staphylococcus

Aureus Secara In Vitro. Medika Planta. 1(1): 1-7.

Cheeke PR. 1999. Applied Animal Nutrition Feeds and Feeding. Ed ke-2.

New Jersey (US): Upper Saddle River.

Crump D, Porter E, Egloff C, Williams KL, Letcher RJ, Gauthier LT, Kennedy

SW. 2014. 1,2-Dibromo-4-(1,2-dibromoethyl)-cyclohexane and tris

(methylphenyl) phosphate cause significant effects on development, mRNA

expression, and circulating bile acid concentrations in chicken embryos.

Toxicology and Applied Pharmacology. 277(1): 279–287.

Delima D, Widowati L, Astuti Y, Siswoyo H, Gitawati R, Purwadianto A. 2012.

Gambaran praktik penggunaan jamu oleh dokter di enam provinsi di

Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 40(1): 110-122.

Dewi HRK. 2007. Evaluasi beberapa ransum komersial terhadap persentase bobot

karkas, lemak abdomen dan organ dalam ayam broiler [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Deyusma. 2004. Efektivitas pemberian feed additive alami pada ransum yang

dibandingkan dengan penggunaan antibiotik terhadap organ dalam dan status

kesehatan ayam pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gabrielia N. 2012. Profil organ dalam ayam broiler yang diberi ransum berbasis

karbohidrat atau lemak sebagai sumber energi disuplementasi vitamin E dan

C melalui air minum [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gao J, Zhang HJ, Yu SH, Wu SG, Yoon I, Quigley J, Gao YP, Qi GH. 2008.

Effect of yeast culture in broiler diets on performance and

immunomodulatory functions. Poultry Science. 87(1): 1377-1384.

Grist A. 2006. Poultry Inspection. Anatomy, Physiology, and Disease Conditions.

Ed ke-2. Nottingham (UK): Nottingham University Press.

Hanifah E. 2011. Cara Hidup Sehat. Jakarta (ID): PT. Sarana Bangun Pustaka.

Hidayat, Marnadi SC, Harimurti S. 2016. Pengaruh suplementasi probiotik bakteri

asam laktat terhadap histomorfologi usus dan performan puyuh jantan.

Buletin Peternakan. 40(2): 101-106.

Iskandar S. 2015. Optimalisasi protein dan energi ransum untuk meningkatkan

produksi daging ayam lokal. Pengembangan Inovasi Pertanian 1(5): 96-107.

Jayanata CE, Harianto B. 2011. 28 Hari Panen Ayam Broiler. Jakarta (ID):

AgroMedia.

14

Kadarohman A, Dwiyanti G, Angraeni Y, Khumaisah LL. 2011. Komposisi kimia

dan uji aktivitas antibakteri minyak kemangi (Ocimum americanum L.)

terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella sonnei, dan Salmonella enteritidis.

Berkala Penelitian Hayati. 16(1): 101-110.

Kiczorowska B, Al-Yasiry ARM, Samolinska W, Marek A, Pyzik E. 2016. The

effect of dietary supplementation of the broiler chicken diet with Boswellia

serrata resin on growth performance, digestibility, and gastrointestinal

characteristics, morphology, and microbiota. Livestock Science. 191(1): 117–

124.

Kumar V, Andola HC, Lohani H, Chauhan N. 2011. Pharmacological review on

ocimum sanctum linnaeus : a queen of herbs. Journal of Pharmacy Research.

4(2): 366-368.

Lestari. 1992. Pemeliharaan Ayam Broiler. Surabaya (ID): CV Yasaguna

Lindroos PM, Zarnegar R, Michalopoulos GK. 1991. Hepatocyte growth factor

(hepatopoietin a) rapidly increases in plasma before DNA synthesis and liver

regeneration stimulated by partial hepatectomy and carbon tetrachloride

administration. Hepatology 13(4): 743-750.

Lubis AD, Suhartono B, Darmawan H, Ningrum IY, Noormasari,

Nakagoshi N. 2007. Evaluation of fermented cassava (Manihot esculenta

Crantz) pulp as feed ingredient for broiler. Journal of Tropics. 17(1): 73-80.

Massimo LM, Miele B, Ledda, Grassi F, Mazzei M, Sala F. 2004. Morphological

characterization essential oil composition and DNA genotyping of Ocimum

basilicum L. cultivars. Journal Plant Science. 1(167): 725-731.

North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed ke-4.

New York (US): Van Nostrad Rein Hold.

Nurbaity 2011. Peranan garam-garam anorganik dalam tubuh sebagai prinsip

dasar pada sistem pengobatan secara biokimia. Mesometri. 1(1): 21-27.

Piliang WG. 2006. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis.

Jakarta (ID): Agromedia.

Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding.Ed

ke-4. New York (US): John Willey and Sons.

Putnam PA. 1991. Handbook of Animal Science. San Diego (US): Academy Press.

Ramadhani RA, Prayogi HS, Cholis N. 2016. Korelasi antara

tingkat deplesi terhadap bobot panen, pertambahan bobot badan, konsumsi

pakan, dan FCR pada ayam pedaging. Malang (ID): Fakultas Peternakan.

Universitas Brawijaya.

Rangkuti MA, Musofie P, Sitorus IP, Kompiang N, Kusumawardhani A, Roesjat.

1995. Pemanfaatan Daun Tebu untuk Pakan Ternak di Jawa Timur.

Jakarta (ID): Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Rasyaf M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Resnawati H. 2010. Bobot Organ-Organ Tubuh Pada Ayam Pedaging yang Diberi

Pakan Mengandung Minyak Biji Saga (Adenanthera pavonina L.). Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 1(1): 670-673.

Ressang AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Ed ke-2. Denpasar (ID): NV

Percetakan.

Rose SP. 1997. Principles of Poultry Science. London (UK): CAB International.

15

Sarvestany FS. 2016. Comparison of proventriculus and ventriculus histology in

gallus gallous domestic us according to food composition. Journal of Global

Pharma Technology. 12(8): 413-417.

Sastroamidjojo. 2001. Obat Asli Indonesia. Ed ke-6. Jakarta (ID): Dian Rakyat.

Shakouri MD, Iji PA, Mikkelsen LL, Cowieson AJ. 2009. Intestinal function and

gut microflora of broiler chickens as influenced by cereal grains and

microbial enzyme. Journal of Animal Physiology and Animal Nutrition.

93(1): 647-658.

Simanjuntak TPT. 2015. Komponen Gizi dan Terapi Pangan Ala Papua.

Yogyakarta (ID): Deepublish.

Sumiati W, Hermana, Aliyani A. 2002. Persentase berat karkas dan organ dalam

ayam broiler yang diberi tepung daun talas (Colocasia esculenta (L.) Schoot)

dalam ransumnya. Media Peternakan. 26(1): 4-10.

Sunarno S, Mardiati SM, Suprihatin T. 2015. Potensi Bahan Antiaging dari

Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) terhadap Perbaikan Histo-Morfologi

Hipokampus. Buletin Anatomi dan Fisiologi dh Sellula. 23(1): 81-91.

Suprijatna E, Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.

Ed ke-2. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Syamsuhaidi. 1997. Penggunaan duckweed (famili Lemnaceae) sebagai pakan

serat sumber protein dalam ransum pedaging [disertasi]. Bogor (ID):

Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Tamalluddin F. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Jakarta (ID): Penebar

Swadaya.

Umam MK, Prayogi HS, Nurgiartiningsih A. 2016. Penampilan produksi ayam

pedaging yang dipelihara pada sistem lantai kandang panggung dan kandang

bertingkat. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 24(3): 79-87.

Wardani A, Pertiwi FNE. 2013. Produksi Etanol dari Tetes Tebu Oleh

Saccharomyces Cerevisiae Pembentuk Flok (Nrrl – Y 265). Agritech. 33(2):

131-139

Wina E, Tangendjaja B, Pasaribu T, Purwadaria T. 2010. Performans ayam

pedaging yang diberi bungkil biji jarak (Jatropha curcas) didetoksifikasi

dengan perlakuan fermentasi, fisik dan kimia. Jurnal Ilmu Ternak dan

Veteriner. 15(3): 174-181.

Yamauchi K. 2002. Review on chicken intestinal villus histological ateration

related with intestinal function. Journal of Poultri Science. 39 (4): 229-242.

Yang CM, Cao GT, Ferket PR, Liu TT, Zhou L, Zhang L, Xiao YP, Chen AG.

2012. Effects of probiotic, Clostridium butyricum, on growth performance,

immune function, and caecal microflora in broiler chickens. Poultry Science.

91(1): 2121–2129.

Yegani M, Korver DR. 2008. Riview factors affecting intestinal health in poultry.

Poultry Science. 87 (1): 2052-2063.

Zumrotum. 2012. Jamu Sebagai Feed Additive dan Feed Suplement untuk

Meningkatkan Efisiensi dan Kesehatan Broiler. [internet].

http://vedca.siap.web.id/2012/03/14/jamu-sebagai-feed-additive-dan-feed-

suplement-untuk-meningkatkan-efisiensi-dan-kesehatan-broiler-oleh-

zumrotun-ir-mp-widyaiswara-pppptk-pertanian/, diakses 12 Januari 2018.

16

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 14 Februari 1996.

Penulis merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara dan merupakan satu-satunya anak

laki-laki dari pasangan (Alm) Agus Syarif Hidayatulloh, SH, MH dan Ibu Elis

Marganengsih, Amd. Keb

Penulis Memulai jenjang pendidikan pada usia 5 tahun di TK PGRI selama

2 tahun. Pendidikan dilanjutkan ke tingkat dasar di SD Negeri Peuteuycondong 1

selama 6 tahun. Pendidikan sekolah menengah pertama selama 3 tahun di SMP

Negeri 4 Cianjur dan pendidikan menengah dilanjutkan di SMA Pesantren

Terpadu Hayatan Thayyibah Kota Sukabumi. Penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbabagai organisasi sebagai

Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Cianjur (Himat), Kepala Divisi (Kadiv)

Informasi dan Komunikasi Himpunan Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik

Eksotik (HKSA), Kadiv Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi (PDD) Pet Care

Day 2016, Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Flagfootball Snipers IPB.