MOOT COURT - digilib.uns.ac.id/Moot... · “Segi kemenarikan dan kebaruan dari buku ini terletak...
Transcript of MOOT COURT - digilib.uns.ac.id/Moot... · “Segi kemenarikan dan kebaruan dari buku ini terletak...
i
Muhammad Rustamaji Dewi Gunawati
MOOT COURT
Membedah Peradilan Pidana dalam Kelas Pendidikan Hukum Progresif
“Segi kemenarikan dan kebaruan dari buku ini terletak pada pemikiran untuk menggabungkan tidak saja aspek teknis hukum dalam beracara, tetapi juga sekaligus dipadukan dengan pendidikan hukum progresif yang mengajak semua lawyer untuk tidak hanya berkutat pada keterampilan teknis hukum konvensional,
tetapi juga mengolah hati nurani. Kepada khalayak, saya merekomendasikan untuk menelaah buku ini karena sesungguhnya memang enak dibaca dan perlu”
(Mohammad Jamin,S.H.,M.Hum.-Dekan Fakultas Hukum UNS)
ii
Pendidikan bukan persiapan untuk hidup, pendidikan adalah hidup itu sendiri.
(John Dewey—Begawan Pendidikan Progresif)
Hukum adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya, ... dan hukum itu tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan
untuk sesuatu yang lebih luas, yaitu, ... untuk harga diri manusia,
kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemuliaan manusia.
(Satjipto Rahardjo—Begawan Hukum Progresif)
iii
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
egala puji dan syukur hanya milik Alloh SWT, Dzat Yang Maha Kuasa,
Pencipta Ilmu dan Pengetahuan, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sholawat serta salam senantiasa terlantun kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya serta bagi kita sekalian yang
insyaalloh senantiasa istiqomah dijalan-Nya. Atas limpahan rizki berupa ilmu
pengetahuan dan ridho-Nya, akhirnya buku sederhana ini hadir di hadapan pembaca
yang budiman.
Buku ini mengulas mengenai moot court dalam dua sisi pendekatan yang berbeda.
Di satu sisi moot court dikaji dari sisi pedogagik dan di sisi lain moot court didekati dari
sisi yuridisnya. Kajian moot court demikian tentu berbeda dengan literasi yang banyak
mengungkap peradilan pidana dalam kajian teoritis, maupun referensi teknis beracara
pidana dalam pendekatan praktis. Penulisan buku berbasis riset (hibah bersaing) ini
mulanya dimaksudkan sebagai bahan latihan menulis berdasar rumus P3K, yaitu
Pengalaman, Pengamatan, Pengemasan dan Karakterisasi, terhadap obyek yang diteliti.
Namun seiring keinginan kuat untuk mengikat ilmu dan menumbuhkannya menjadi
amal investatif, kajian buku ini dilanjutkan hingga mengulas mengenai isu-isu hukum
terkini yang ternyata membentuk simulakrum kompleksitas hubungan antara pendidikan
tinggi hukum, terhadap penegakan hukum oleh aparaturnya di keseharian kondisi makro
penegakan hukum di Indonesia. Oleh karenanya, buku ini memang ditujukan kepada
khalayak pembaca yang merupakan mahasiswa fakultas hukum, para pegiat di bidang
moot court, pemantau peradilan, maupun pendidik mata kuliah kemahiran hukum.
Kajian dimulai dari kritikan tajam mengenai rona wajah hukum yang kian suram
dalam implementasi penegakannya yang coba dicari akar permasalahannya hingga ke
tempat para penegak hukum menimba pengetahuan hukumnya, yaitu entitas pendidikan
tinggi hukum. Isu hukum demikian seolah ingin menarik kembali deretan proses hukum
dengan menghadirkan ruang persidangan dengan segala hiruk-pikuk proses beracaranya
ke dalam kelas-kelas pendidikan tinggi hukum untuk dikaji, dibedah, dan ditemukan apa
S
iv
yang salah terhadapnya. Benturan yang demikian hebat antara law in book dan law in
actions coba digali kembali sejak pengajaran dilaksanakan pada pembelajaran hukum
tradisional untuk selanjutnya ditemukan masalah sekaligus solusi yang bersifat radic
(mengakar). Berdasarkan pencermatan literasi konsepsi progresif yang dikemukakan
John Dewey dalam pendidikan progresifnya, dan pemikiran mendalam Satjipto
Rahardjo dalam hukum progresif yang digagasnya, diskursus mengenai konsep
permodelan pendidikan hukum progresifpun mulai mengemuka. Tidak hanya
dimaksudkan untuk menggantikan pendidikan hukum tradisional yang selama ini
diajarkan, namun usaha membumikan kompetensi pembelajar ilmu hukum juga
diarahkan dengan proyeksi memperbaiki implementasi penegakan hukum yang lebih
baik dimasa kini dan mendatang.
Namun demikian, guna membumikan konsep progresif dari buah pikir kedua
begawan tersebut, diperlukan ‘batu ujian’ yang menkonkritisasi konsep menjadi model
yang implementatif. Untuk itulah moot court dipilih untuk menguji konteks maupun
konten progresif dalam sebuah rangkaian permodelan pendidikan hukum progresif.
Adapun paparan tulisan bergerak dari ranah umum pendidikan tinggi hukum yang
secara langsung maupun tidak, menjadi salah satu ‘tertuduh’ dalam rangkaian gerbong
‘kemerosotan hukum’ di tanah air. Atas hal demikian, pengejawantahan praktik hukum
coba dicandra dan direkonstruksi dalam kelas progresif melalui pendekatan moot court,
untuk selanjutnya dikupas kerumpilannya berdasarkan pisau analisis tukilan beragam
teori, hasil riset terkini, maupun atas landasan perbedaan pendapat / pertingkahan para
pakar hukum. Hasil kajian berbasis moot court inilah yang kemudian menghasilkan
permodelan pendidikan hukum progresif yang mengintegrasikan kedalaman teoritik dan
kemahiran praktikal peradilan semu. Bekal integritas dan kompetensi profesional
demikian, coba dibalut pula dengan pemahaman mendasar bahwa pada setiap perkara
pidana yang hadir, sesungguhnya adalah permasalahan manusia, bukan permasalahan
hukum an sich. Dengan demikian pendekatan yang ditelurkan bukan hanya bernuansa
teknologis, namun menekankan pula sisi humanis dari keberlakuan hukum yang dirintis
dalam pembelajaran moot court dimaksud.
Penulis menyadari sepenuh hati, bahwa semakin dalam kajian hukum digali dan
ditemukan jalin-kelindannya, semakin dalam pula menunjukkan kelemahan dan
kebodohan penulis akan pemahaman atas jagad hukum dan ketertiban yang
v
menggelayutinya. Untuk itu tegur sapa dan kritikan yang membangun, senantiasa
penulis harapkan demi perbaikan buah pikir penulis saat ini maupun di masa
mendatang. Jasa baik pembaca yang budiman dalam memberikan masukan kepada
penulis dapat disampaikan melalui nawalanet dengan alamat e-mail:
Pada kesempatan ini, ijinkan penulis menyampaikan untaian terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan,
bantuan, dan peran yang sangat besar, sehingga buku sederhana ini tersampaikan
kepada pembaca yang budiman. Penulis pertama menyampaikan terima kasih kepada
Rysca Indreswari dan Quinsha Mumtaza Laksita, yang dengan sabar dan penuh
keikhlasan senantiasa mendoakan suami dan ayah yang berkutat di depan monitor
dalam penyusunan buku ini. Kepada yang sangat terpelajar Prof. Dr. Adi
Sulistiyono,S.H.,M.H. yang medorong penulis untuk senantiasa berfikir ilmiah dan
bertindak amaliah. Kepada yang penulis hormati, para senior di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret, dan yang penulis muliakan Bapak HM. Jamin,S.H.,M.H.
yang telah berkenan memberikan kata pengantar dan senantiasa membukakan
kesempatan bagi pengembangan diri dan penalaran penulis.
Untaian ucapan terima kasih yang sangat mendalam juga disampaikan penulis
kedua kepada Ibunda tercinta, Hajjah Sumiyati, anugerah termahal yang senantiasa
memberikan lautan cinta dan kasih sayang, serta menjadi sumber kesabaran dan
pengorbanan. Teruntuk Ayahanda terkasih, Haji Drs. S. Gunarso, atas keteladanan akan
hidup dan kehidupan, pemberi contoh keutamaan dalam kerja keras, kejujuran dan budi
pekerti nan luhur. Teruntuk Bapak Ibu Mertua, Bapak Achmad Chozin dan Ibu Ghulam
Sughra, atas untaian doa dan restunya yang senantiasa hadir mengiringi kehidupan
penulis. Teruntuk Suami tersayang, Faizal Banu,S.H., M.Hum, atas kesungguhan yang
senantiasa menjadi guru sejati, motivator, dan sumber keteguhan hati, kekuatan prinsip
dan kebersahajaan, terima kasih atas lautan cinta dan kasihnya kepada penulis. Dan
kepada Ananda terkasih, Putrie Fahira Banu, permata hatiku yang sholehah, semoga
Allah senantiasa menjaga dan merahmati kehidupanmu.
Selama proses penulisan buku ini, penulis juga mendapatkan bantuan yang tidak
terhingga dari kolega dan rekan yang sangat berarti. Untuk itu terima kasih penulis
sampaikan kepada yang penulis banggakan, Saudari Diana Lukitasari,S.H.,M.H, dan
vi
yang penulis muliakan, Ustad Seno Hadisumitro yang berperan besar mengkritisi dan
mencermati buku dimaksud dengan langkah-langkah meninda serta editing yang sangat
cermat. Serta kepada yang penulis hormati, Bapak/Ibu ..................selaku Pemimpin
Penerbit.................yang sangat urgen kontribusinya terhadap terbitnya buku ini.
Akhirnya, sebagai sebuah awalan, penulis berdoa semoga buku sederhana ini
menjadi pengikat ilmu dengan mencatatnya, bermanfaat luar biasa bagi siapapun
pembacanya, dan menjadi amal investatif, baik bagi penulis, ayah ibu penulis, serta
amal baik bagi setiap orang yang membantu penyusunan buku ini, amin ya robbal
alamin.
Wassalamuallaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
vii
KATA PENGANTAR
DEKAN FAKULTAS HUKUM UNS
Pendidikan klinis hukum mempunyai kedudukan sangat strategis dalam
pembelajaran di fakultas hukum, untuk menyiapkan lulusan dalam memasuki dunia
profesi hukum. Salah satu bentuk pendidikan klinis hukum yang dilakukan di fakultas
hukum adalah dalam bentuk praktek peradilan semu (moot court) menjadi basic skill
yang harus dikuasai oleh calon sarjana hukum. Di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret (UNS), sudah sejak lama mahasiswa diwajibkan menempuh moot court di bidang
Hukum Perdata, Hukum Tata Usaha Negara, dan Hukum Pidana, yang menjadi bagian
dari Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum (PLKH). Maka tidak salah jika moot
court disebut sebagai icon pendidikan klinis hukum. Tidak aneh pula jika tim moot
court FH UNS yang didukung oleh mahasiswa peminat yang tergabung dalam moot
court community (McC), telah beberapa kali menyabet gelar juara dalam berbagai
kompetisi di tingkat nasional.
Penulis buku ini adalah salah satu dosen pembimbing kegiatan moot court yang
telah seringkali mendampingi mahasiswa dalam aktivitas praktek di dalam kampus,
maupun berbagai ajang kompetisi di tingkat nasional. Content buku ini tentu sangat
diwarnai pengalaman dan kontemplasi penulisnya dalam melakukan aktivitas
pendampingan kepada mahasiswa. Mengelola kegiatan moot court adalah
menggabungkan antara reasoning, skill dan art. Ketiga dimensi ini yang harus dipelajari
oleh mahasiswa maupun dosen sehingga kegiatan moot court akan benar-benar
memberikan added value bagi para pelakunya.
Segi kemenarikan dan kebaruan dari buku ini terletak pada pemikiran untuk
menggabungkan tidak saja aspek teknis hukum dalam beracara, tetapi juga sekaligus
dipadukan dengan pendidikan hukum progresif yang mengajak semua lawyer untuk
tidak hanya berkutat pada keterampilan teknis hukum konvensional, tetapi juga
mengolah hati nurani. Hal ini sejalan dengan motto institusi tempat dimana penulis buku
ini berkarya, yaitu menjadikan lawyer yang “profesional dan bermoral”.
Sebagai “senior” tentu menyambut gembira terbitnya buku ini sebagai bentuk
proses kreatif yang selama ini selalu saya pompakan kepada dosen-dosen muda. Kepada
viii
khalayak, saya merekomendasikan untuk menelaah buku ini karena sesungguhnya
memang enak dibaca dan perlu. Wassalam.
Surakarta, Maret 2011
Mohammad Jamin,S.H.,M.Hum.
ix
KATA PENGANTAR
KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
JAWA TENGAH
Pendidikan hukum di perguruan tinggi sampai saat ini masih mengisyaratkan
lontaran bahwa lulusan Fakultas Hukum belum mampu mengembangkan profesi
hukum, baik selaku Penyelidik, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Penasihat Hukum
atau Advokat, meskipun dilihat dari riwayat pendidikan hukum di perguruan tinggi
sejak tahun 1909 hingga sekarang ini sudah mengalami perkembangan pesat. Semula
pendidikan hukum menggunakan sistem academic schooling yang menitikberatkan pada
arah pendidikan yang berfokus pada sisi akademik teoritik, dan kurang memerhatikan
aspek professional schooling. Pada perkembangannya, penggunaan sistem academic &
professional schooling dengan menitikberatkan pada penyiapan para lulusan fakultas
hukum yang siap terjun ke dalam masyarakat dan dunia kerja, atau siap
mengembangkan profesi hukumnya, menjadi sebuah tuntutan kekinian.
Upaya menuju academic & professional schooling, salah satunya adalah
mengoptimalkan adanya moot court (peradilan semu) yang diharapkan dapat
menghasilkan model pendidikan hukum di perguruan tinggi yang mengintegrasikan
kemahiran berteori dan cakap berpraktik. Output dari moot court, diharapkan
mengantarkan peserta didik mahasiswa fakultas hukum dapat menggali potensi diri
dalam penguasaan materi yang diajarkan dengan mengaplikasikan seperangkat aturan
main hukum acara pidana, dan pada akhirnya untuk menghindari ambisi memburu nilai
berindeks prestasi tinggi semata, tanpa mengorientasikan keilmuan yang mumpuni.
Kerya tulis dari Saudara Muhammad Rustamaji dan Dewi Gunawati, merupakan
satu kontribusi bagi pengembangan Pendidikan Hukum di perguruan tinggi di tanah air
Indonesia tercinta. Pada tulisan ini diuraikan moot court yang diimplementasikan
dengan sistem pembelajaran academic & professional schooling.
Saya menyambut gembira dan mengapresiasi tinggi hadirnya buku “Moot Court,
Membedah Peradilan Pidana dalam Kelas Pendidikan Hukum Progresif”, karya tulis
ilmiah empirik, hasil kreatifitas Saudara Muhammad Rustamaji dan Dewi Gunawati.
Insyaalloh dengan terbitnya buku ini bermanfaat bagi kepentingan dunia akademisi,
x
mahasiswa fakultas hukum, dan kalangan pemerhati penegakkan hukum progresif,
seperti diajarkan Begawan Prof. Satjipto Raharjo.
Semarang, 1 Maret 2011 KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
JAWA TENGAH
WIDYOPRAMONO JAKSA UTAMA MADYA
NIP. 19570807 198503 1 001
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------- i
MOTTO ------------------------------------------------------------------------------- ii
PRAKATA ---------------------------------------------------------------------------- iii
KATA PENGANTAR DEKAN FH UNS ----------------------------------------- vii
KATA PENGANTAR KEJATI JATENG ---------------------------------------- ix
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- xi
DAFTAR GAMBAR ---------------------------------------------------------------- xiii
DAFTAR TABEL -------------------------------------------------------------------- xiv
DAFTAR LAMPIRAN -------------------------------------------------------------- xiv
DAFTAR SINGKATAN ----------------------------------------------------------- xv
KAMUS MICRO --------------------------------------------------------------------- xvi
PREFACE BAB 1 -------------------------------------------------------------------- 1
BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------- 2
A. Catatan Pembuka ----------------------------------------------------------- 2
B. Peta Pendidikan Tinggi Hukum -------------------------------------------- 5
C. Tuntutan Terhadap Pendidikan Tinggi Hukum -------------------------- 13
D. Anatomi Buku --------------------------------------------------------------- 20
PREFACE BAB II ------------------------------------------------------------------- 24
BAB II PENDIDIKAN HUKUM PROGRESIF ---------------------------------- 25
A. Catatan Pembuka ------------------------------------------------------------ 25
B. Mengenal Pendidikan Progresif -------------------------------------------- 26
1. Filsafat Pendidikan Progresif ---------------------------------------- 26
2. Teori Pengalaman Sebagai Sebuah Pijakan ------------------------ 29
C. Hukum Progresif Sebuah Gerbang Humanisme Hukum ---------------- 34
D. Titik Padu Pemikiran Pendidikan Progresif dan Hukum Progresif ---- 43
E. Konteks dan Konten Moot Court: Sebuah Model Pendidikan
Hukum Progresif------------------------------------------------------------- 50
xii
PREFACE BAB III ------------------------------------------------------------------ 58
BAB III MOOT COURT DAN IMPLEMENTASI MEMBUMIKAN
PENGALAMAN ANALISIS KASUS --------------------------------------------- 59
1. Peta Pikiran ------------------------------------------------------------ 60
2. Catatan TS (Tulis Susun) -------------------------------------------- 67
3. Jembatan Pertanyaan ------------------------------------------------- 71
PREFACE BAB IV ------------------------------------------------------------------ 77
BAB IV MOOT COURT DAN IMPLEMENTASI MEMBUMIKAN
PENGALAMAN RISET HUKUM ------------------------------------------------ 78
PREFACE BAB V ------------------------------------------------------------------- 98
BAB V MOOT COURT DAN IMPLEMENTASI MEMBUMIKAN
PENGALAMAN MENYUSUSN LEGAL MEMORANDUM ----------------- 99
PREFACE BAB VI ------------------------------------------------------------------ 128
BAB VI MOOT COURT DAN IMPLEMENTASI MEMBUMIKAN
PENGALAMAN PRAKTIK HUKUM (ROLE PLAYING) --------------------- 129
PREFACE BAB VII ----------------------------------------------------------------- 204
BAB VII PENUTUP ----------------------------------------------------------------- 205
A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------------- 205
B. Implikasi --------------------------------------------------------------------- 207
1. Implikasi Teoritis ----------------------------------------------------- 207
2. Implikasi Praktis ------------------------------------------------------ 208
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 210
GLOSARIUM ------------------------------------------------------------------------ 217
INDEKS ------------------------------------------------------------------------------- 224
LAMPIRAN -------------------------------------------------------------------------- 226
BIODATA PENULIS ---------------------------------------------------------------- 246
xiii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Cara Pandang Atas Hukum -------------------------------------------- 4
Gambar 2. Skematik Pendidikan Tinggi Hukum dalam
Lintasan Sejarah ------------------------------------------------------- 7
Gambar 3. Ilustrasi Rangkaian Pengalaman Pembelajaran Progesif ----------- 33
Gambar 4. Skematik Aras Pendidikan Hukum dalam Bidimensi --------------- 40
Gambar 5. Dewi Keadilan dalam Dua Versi -------------------------------------- 47
Gambar 6. Skematik Permodelan Pendidikan Hukum Progresif ---------------- 50
Gambar 7. Konteks dan Konten Moot court -------------------------------------- 54
Gambar 8. Contoh Ilustrasi Peta Pikiran Kasus Posisi --------------------------- 65
Gambar 9. Format Catatan Tulis Susun (TS)-------------------------------------- 69
Gambar 10.Ilustrasi Suasana Sidang Kasus Rahadi Ramelan
(Kesaksian B.J. Habibie Melalui Teleconference) ---------------- 94
Gambar 11. Illustrasi Teknik Videophone Dua Arah ---------------------------- 96
Gambar 12. Skematik Konten Legal Memorandum ------------------------------ 102
Gambar 13. Indikator adanya Kesalahan ------------------------------------------ 109
Gambar 14. Indikator Kemampuan Bertanggungjawab -------------------------- 113
Gambar 15. Skematik Pendekatan Hukum Materiil ------------------------------ 115
Gambar 16. Skematik Pendekatan Hukum Formil ------------------------------- 119
Gambar 17. Hilangnya Kewenangan Dewan Kehormatan
Profesi Advokat Terhadap Status Legal Service Fee ------------ 121
Gambar 18. Illustrasi Suasana Persidangan Semu -------------------------------- 129
Gambar 19. Skematik Proses Pemeriksaan Perkara Pidana --------------------- 130
Gambar 20. Skematik Perbandingan Alur Persidangan Pidana ---------------- 131
Gambar 21. Ilustrasi Posisi Majelis Hakim --------------------------------------- 134
Gambar 22. Skematik Rancangan Perangkat Simulasi Teleconference -------- 201
Gambar 23. Software Xnote Stopwatch ------------------------------------------- 201
xiv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Daftar Pertanyaan Bedah Kasus ------------------------------------------ 72
Tabel 2. Perkembangan Problematik Hukum Barkait Kekinian
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) ------------- 80
Tabel 3. Rincian Kelengkapan Berkas Legal Memorandum
Moot Court ----------------------------------------------------------------- 99
Tabel 4. Contoh Kasus Legal Memorandum -------------------------------------- 103
Tabel 5. Singkronisasi Ketiadaan Unsur Kesalahan dalam
Tugas Advokasi Profesi Advokat---------------------------------------- 110
Tabel 6. Inovasi Penyelenggaraan Moot Court ----------------------------------- 199
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.06.UM.01.06 Tahun 1983 Tentang Tata Tertib Persidangan dan Tata Ruang Sidang ------------------------------------------------------------------------- 226 Lampiran 2. Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.07.UM.01.06 Tahun 1983 Tentang Pakaian, Atribut Pejabat Peradilan dan Penasihat Hukum ---------------------------------------------------------------- 232
xv
DAFTAR SINGKATAN
ALSA : Asian Law Students Assosiation BAP : Berita Acara Pemeriksaan BB : Barang Bukti BW : burgerlijk wetboek CTR : Cash Transaction Report (Laporan atas Transaksi Keuangan Tunai) FIU : Financial Intellegence Unit HAM : Hak Asasi Manusia HPH : Hak Pengelolaan Hutan Jo. : Juncto JPU : Jaksa Penuntut Umum KPN : Ketua Pengadilan Negeri KUHAP : Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHPdt : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata LIH : Laboratorium Ilmu Hukum LPP : Lembaga Pengembangan Pendidikan LSM/NGO : Lembaga Swadaya Masyarakat /
Non Governmental Organization NCCts : Non Cooperative Countries and Territories (Negara dan Wilayah Teritori yang tidak Kooperatif) PH : Penasihat Hukum PHK : Pemutusan Hubungan Kerja PJK : Penyedia Jasa Keuangan PPATK : Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah PSHK : Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia Rendak : Rencana Dakwaan Rentut : Rencana Tuntutan Pidana SCI : Scientific Crime Investigation SKS : Sistem Kredit Semester SPDP : Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Stb. : Staatblat (Lembaran Negara) STR : Suspectcius Transaction Report
(Laporan atas Transaksi Keuangan Mencurigakan) UNS : Universitas Sebelas Maret VER : Visum et Repertum
xvi
KAMUS MICRO
Ajeg : tetap, seperti keadaan semula Anasir : unsur yang berpengaruh Anomali : keanehan, keadaan yang tidak normal Candra : deskripsi, gambaran, lukisan Curai : keterangan sejelas-jelasnya, uraian segamblang mungkin Determinasi : tekanan, tumpuan harapan, tuntutan keinginan Dialektika : percakapan, komunikasi dua arah Diametral : bertolak belakang, berkebalikan, berseberangan Diskursus : diskusi, percakapan timbal-balik, perbincangan dua arah Ejawantah : manifestasi, pewujudan, implementasi Gamblang : jelas, terang-benerang Imun : kebal Jalinkelindan : keterhubungan, kumparan relasi Kerumpilan : kompleksitas tinggi, banyak kesulitan Mangkus : efektif, berhasilguna, manjur, mujarab Masiv : intensiv, padat berisi Medio : pertengahan Menukil : mengutip tulisan orang lain Nawalanet : surat menyurat melalui dunia maya/intemet Neko-neko : bermacam-macam, beraneka ragam Otokritik : masukan, koreksi Paparan : uraian Pendulum : anak timbangan Pertingkahan : perbedaan pendapat Pinda : revisi, perbaikan kesalahan Piranti : instrumen, alat Puak : kelompok Radic : akar, dasar, fundamental Rampai : berbagai macam, bermacam jenis Rampat : padat Rigid : kaku Rona : warna Sangkil : efisien, berdayaguna, tepat guna Sejatinya : sebenamya, sesungguhnya Sembari : senyampang, sambil, selagi Semburat : pancaran, letupan Serendipity : temuan tanpa kesengajaan Sinyalemen : pertanda, rambu-rambu peringatan Skeleton : kerangka Spekulasi : peluang, mengandung kemungkinan Vakum : kedap, ruang hampa