Mood Disorder depresi dan mania keperawatan jiwa

download Mood Disorder depresi dan mania keperawatan jiwa

of 35

description

Mood Disorder depresi dan mania keperawatan jiwa

Transcript of Mood Disorder depresi dan mania keperawatan jiwa

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAlam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruh seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Menurut Stuart (2006), alam perasaan adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehifupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh sindroma depresif sebagian atau total dan ditandai engan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari.Gangguan alam perasaan depresi dapat disebabkan karena ketidakseimbangan elektrolit yaitu, natrium dan kalium di dalam neuron (gibbsons, 1960) di kutip dari Townsend, M.C 1995). Neurotransmitter yang ada di system syaraf pusat dan perifer juga memiliki implikasi pada psikiatrik. Transmisi monoamin seperti neropinefrin, dopamine dan serotonin berimplikasi pada etiologi gangguan emosi tertentu seperti gangguan alam perasaan: depresi dan mania. Norepinefrin dan dopamine mempunyai implikasi menurunkan derajat depresi dan meningkatkan derajat mania sedangkan serotonin memiliki implikasi menurunkan kadar depresi (Suliswati, 2005).Dari penjelasan di atas penting untuk kita ketahui mengenai terjadinya mania oleh karena mania memiliki psikopatologi yang tidak jauh berbeda dengan depresi, sehingga berdasarkan uraian-uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan (mania) untuk menunjang pembelajaran pada sistem neurobehavior II yang akan berguna dalam melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah1. Apakah definisi dari Gangguan Alam Perasaan?2. Apa saja faktor predisposisi Gangguan Alam Perasaan?3. Apa saja faktor presipitasi Gangguan Alam Perasaan?4. Apa saja faktor pencetus Gangguan Alam Perasaan?5. Apa saja tanda dan gejala Gangguan Alam Perasaan?6. Bagaimana proses terjadinya masalah Gangguan Alam Perasaan?7. Bagaimana mekanisme koping terhadap Gangguan Alam Perasaan ?8. Apa saja penatalaksanaan klien dengan Gangguan Alam Perasaan?9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Alam Perasaan?

1.3 TujuanTujuan Umum:Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada pasien gangguan alam perasaanTujuan Khusus 1. Mengetahui definisi dari gangguan alam perasaan2. Mengetahui faktor predisposisi gangguan alam perasaan3. Mengetahui faktor presipitasi gangguan alam perasan4. Mengetahui faktor pencetus gangguan alam perasaan5. Mengetahui tanda dan gejala gangguan alam perasaan6. Menjelaskan proses terjadinya masalah gangguan alam perasaan7. Mengetahui respon fisiologis dan psikologis terhadap gangguan alam perasaan8. Menjelaskan mekanisme koping terhadap gangguan alam perasaan9. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan gangguan alam perasaan10. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan alam perasaan

1.4 Manfaata. Dapat digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa dalam praktik memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan alam perasaan di klinik.b. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan pada masyarakat dengan tujuan menekan peningkatan jumlah pasien dengan gangguan alam perasaan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiGangguan mood (alam perasaan) juga dikenal sebagai gangguan afektif adalah perubahan pervasif emosi individu, yang ditandai dengan depresi atau mania. Gangguan mood mengganggu kehidupan individu. Individu akan diliputi kesedihan jangka panjang dan drastis, agitasi, atau elasi disertai keraguan terhadap diri sendiri, rasa bersalah, dan marah yang akan mengubah aktivitas hidupnya, terutama aktivitas yang melibatkan harga diri, pekerjaan dan hubungan.Gangguan mood merupakan disfungsi neurobiologi yang menimbulkan perubahan respons emosional. Sekitar 25% penduduk akan mengalami beberapa tingkat gangguan mood sepanjang hidupnya. Individu yang mengalami gangguan mood akan melakukan fungsi dalam batas realitas, kecuali 9% populasi ini yang menjadi psikotik serta memiliki pikiran dan tindakan yang mengalami disorganisasi dan tidak lazim ketika berada pada tahap akut gangguan mood. Pada individu yang mencari bantuan di lingkungan perawatan primer, depresi lebih sering terjadi daripada hipertensi (montano, 1994)Mania merupakan peningkatan mood yang abnormal. Kondisi ketika individu sangat energetik, memerlukan sedikit tidur, istirahat atau makan, memiliki rasa berlebihan mengenai kepentingan diri, harga diri tinggi, penilaian yang buruk, peningkatan libido, sosialisasinya meluas, perhatian mudah teralih, dan mudah tersinggung. Perilaku sangat bersemangat pada manisa seringkali bentuk aktivitas yang diarahkan pada banyak tujuan, mencari kesenangan dan perilaku risiko tinggi.Hipomania adalah suatu kondisi mood yang meluap-luap atau iritabel yang sama dengan mania, tetapi perilaku tersebut memiliki derajat yang lebih rendah daripada mania. Fase hipomania berlangsung minimal empat hari, dengan tiga atau lebih gejala berikut: a) Grandiositas : kurang tidur dan bicara basa-basib) Logorea : pikiran yang saling berlomba atau flight of ideasc) Mudah terdistraksid) Agitasi psikomotore) Perilaku risiko tinggi serta perilaku tidak bijaksana(DSM-IV-TR, 2000)Gangguan depresif ada tiga yaitu mayor, distimia, dan yang tidak tergolongkan. 1. Episode depresif major Menurut DSM IV TR suatu gangguan depresif mayor merupakan satu atau lebih episode depresif berat tanpa adanya riwayat episode manik, campuran, atau hipomanik. Berikut kriteria depresif major:a) Terdapat lima atau lebih simtom yang ada selama periode 2 minggu dan terlihat adanya perubahan dari fungsi sebelumnya paling sedikit satu simtom lainnya, yaitu:a. Mood depresif hampir sepanjang hari, seperti yang ditunjukkan baik oleh laporan subjektif (misalnya merasa sedih atau kosong) maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya tampak sedih atau menangis). Catatan: Pada anak-anak dan remaja, dapat berupa mood yang iritabel b. Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan baik oleh keterangan subjektif maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain).c. Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang melakukan diet atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan lebih dari 50% dalam satu bulan) atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari. Catatan: Pada anak anak, pertimbangkan kegagalan mencapai pertambahan berat badan yang diharapkan.d. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.e. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh orang lain, tidak semata-mata perasaan subjektif dari kegelisahan atau menjadi lamban).f. Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari.g. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai (yang mungkin bersifat waham) hampir setiap hari (tidak semata-mata mencela diri sendiri atau perasaan bersalah karena sakit).h. Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari (baik oleh keterangan subkjetif maupun yang teramati oleh orang lain). 9) Pikiran tentang kematian yang berulang (bukan hanya rasa takut akan kematian), ide bunuh diri yang berulang tanpa suatu rencana spesifik, atau suatu usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.b) Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria untuk episode campuran. c) Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. d) Gejala-gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya hipotiroidisme).e) Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita, yaitu setelah kehilangan orang yang dicintai, gejala-gejalanya menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh hendaya fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.

2. Episode depresif distimiaDepresif distimia merupakan gangguan depresiyang kronis. Gangguan mood tingkat rendah selama kriteria pada episode depresi mayor tidak ditemukan. Individu yang didiagnosis mengalami gangguan distimia apabilamengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua) tahun. Dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut individuini mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 (dua) dari gejala di bawah ini:1. Nafsu makan yang buruk atau berlebihan2. Insomnia atau hipersomnia3. Sedikit tenaga atau kelelahan4. Harga diri yang rendah5. Sulit berkonsentrasi atau kesulitan dalam membuat suatu keputusanGejala distimia berkembang perlahan, seringkali tidak dikenali oleh pasien dan tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Gejala menetap untuk waktu minimum 2 tahun (median 5 tahun). Tidak ada episode depresif major selama2 tahun pertama gejala muncul. Gejala yang dialami lebih ringandaripada depresif majornamun dengan waktu yang lebih lama.(Damayanti, 2012)

3. Episode depresif yang tidak tergolongkanDepresi yang tidak dapat dispesifikasikan adalah depresi yang memiliki gejala yang tidak ditemui pada kriteria gangguan depresi utama. Depresi tipe ini ditandai beberapa kondisi seperti depresi minor dan depresi kambuhan yang berlangsung tidak lama, masih dalam penelitan untuk masuk dalam klasifikasi diagnosis dimasa yang akan datang. Berikut contoh gangguan depresif tidak tergolongkan:a) Gangguan disforik premenstrual: pada kebanyakan siklus menstruasi yang sudah berlangsung selama satu tahun, gejala biasanya terjadi pasa minggu akhir fase lutheal dan membaik beberapa hari dari waktu menstruasib) Gangguan depresi minor: episode terjadi selama 2 minggu dari gejala depresi tetapi lebih sedikit dari 5 kategori untuk depresif majorc) Gangguan depresi singkat berulang: episode depresi yang berlangsung 2 hari sampai 2 minggu, paling tidak satu kali dalam satu bulan dalam waktu 12 bulan dan tidak berhubungan dengan siklus menstruasid) Gangguan depresi post psikotik skizofrenia : pada episode depresi mayor yang terjadi saat fase skizofrenia residuale) Episode depresi mayor ikutan : gangguan waham, gangguan psikotik yang tidak tergolongkan, atau fase aktif skizofrenia. Keadaan dimana dokter sudah menyimpulkan adalah depresi yang terjadi tetapi tidak secara primer karena suatu kondisi medis atau karena zat.(Lam & Mok, tth)Prognosis Depresi 1. Episode depresi yang tidak ditangani dengan baik dapat berlangsung selama 6-24 bulan sebelum penyakitnya menunjukkan tanda-tanda kemajuan yang berarti. 2. 50-60% individu yang mengalami satu kali episode depresi akan mengalami episode depresi lainnya. Setelah episode kedua, ada 70% kemungkinan untuk rekurensi. Prognosis Mania Psikoterapi tidak bermanfaat selama tahap mania akut karena rentang perhatian individu singkat dan dapat diperoleh sedikit daya tilik selama percepatan aktivitas psikomotor berlangsung.

2.1.1 Klasifikasi Gangguan Alam PerasaanGangguan Alam Perasaan dibagi enjadi dua kategori utama, yaitu:1) Gangguan unipolar mencakup depresi mayor dan gangguan distimia. Selama gangguan ini individu akan memperlihatkan kesedihan, agitasi dan kemarahan karena satu perubahan mood yang ekstrem akibat depresi2) Gangguan bipolar (maniak-depresif) yaitu kondisi ketika siklus mood individu berada diantara mania dan depresi yang ekstrem disertai periode normal antara masing-masing yang ekstrem, yakni antara depresi dan keadaan normal atau antara mania dan keadaan normal. Gangguan bipolar sesuai dengan sifat dan tingkat keparahan gejala ada bipolar I, II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang tidak tergolongkan.a. Bipolar I (BP I) atau tipe gangguan I. Menurut DSM IV, episode khas manik atau episode campuran dengan depresif mayor atau episode sub-depresif. Diagnosis biasanya ditegakkan selama episode manic, gangguan BP I juga ditandai episode campuran yaitu kombinasi sesuatu yang digairahkan dengan depresi.b. Bipolar II ( BP II ) episode depresi berat dan bersiklus. Klien menunjukkan depresi yang bersiklus ke normal dan minimal mengalami satu episode hipomanik. Keadaan depresi yang paling menonjol, akan tetapi hipomanik mungkin berbahaya dan mempengaruhi fungsi keseluruhan sistem tubuh. Gangguan BP II didefinisikan oleh terjadinya satu atau beberapa episode hipomanik. Gangguan ini lebih satu atau lebih mengalami episode depresi khas.c. Bipolar III (BP III). Episode depresi dengan riwayat keluarga episode manik atau depresi dan manik yang telah diinduksi secara farmakologis, yaitu hypomanik dihasilkan akibat beberapa zat atau obat. Jenis gangguan tidak tercantum dalam salah satu sistem klasifikasi standar ( ICD 10 DSM IV ) . Tipe bipolar gangguan III konsisten dengan tipe unipolar eter ( berulang depresi ) dengan riwayat keluarga gangguan bipolar , atau dengan jenis hypomania atau mania disebabkan oleh antidepresan. d. Siklotimia. Tipe ini merupakan bentuk ringan gangguan bipolar yang tidak memenuhi kriteria gangguan bipolar I atau II. Individu mengalami episode hipomanik dan episode depresi ringan selama dua tahun atau lebih. (DSM-IV-TR, 2000). Menurut DelBello et al. (2000) melaporkan bahwa individu dengan kepribadian siklotimia menunjukkan banyak perilaku merusak-hidup, seperti penyalahgunaan zat dan ketidakmampuan untuk mempertahankan hubungan atau pekerjaan. Individu ini mengalami pergantian siklus antara mania sedang dan depresi sedang dan tidak terlihat sakit secara khusus. Gangguan ini lebih sulit didiagnosis dan dapat diobati dengan pemberian dosis litium yang lebih rendah.e. Gangguan bipolar yang tidak tergolongkan. Individu mengalami siklus mania ringan dan depresi ringan. Siklus terebut bergantian dengan cepat, terjadi berhari-hari, tetapi tidak berbulan-bulan. (DSM-IV-TR, 2000).

2.2 Faktor Predisposisi1. Faktor GenetikMengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan pada kembar monozigote dari dizigote.2. Teori Agresi Berbalik pada Diri SendiriMengemukakan bahwa depresi diakibatkan dari perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Diawali dengan proses kehilanga terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang tidak mampu mengekspresikan kemarahan marah pada diri sendiri.3. Teori KehilanganBerhubungan dengan faktor perkembangan : misalnya kehilangn orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatsi kehilangan.4. Teori KepribadianMengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania.5. Teori KognitifMengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.6. Teori Belajar KetidakberdayaanMengemukakan bahwa depresi dilmulai dari kehilangan kendali diri, lalu menjdi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemidian individu timbul dengan keyakinan akan ketidakmampuam mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif.7. Model PrilakuMengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian positif selama berinteraksi dengan lingkungan.8. Model BiologisMengemukakan bahwa depresi terjadi prubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.

2.3 Faktor PrestipitasiAda empat sumber utama stressor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan:a. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolisis terdapat pada konsep kehilangan, persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting.b. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempengaruhi masalah-masalah individu saat ini dan kemampuan menyelesaikan masalah.c. Ketegangan peran memengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita.d. Perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik (seperti infeksi, neoplasma, ketidakseimbangan metabolik) dapat mencetuskan gangguan alam perasaan. Bermacam-macam obat anthipertensi dan penyalahgunaan zat adiktif adalah faktor pencetus yang lazim. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai dengan depresi. Depresi yang dialami oleh lansia biasanya bersifat kompleks karena untuk meneggakan diagnosisnya sering melibatkan evaluasi kerusakan otak organik dan depresi klinis. (Stuart, Gail W, 2006 : 210)2.4 Faktor PencetusStresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan:1. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.2. Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah.3. Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi, terutama pada wanita.4. Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung social, menambah stress individu.5. Ketidak seimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam perasaan. Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif. Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan sering disertai depresi. Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai kerusakan organic dan gejala depresi secara klinik.2.5 Tanda Dan GejalaDepresi adalah suatu bentuk gangguan kejiwaan dalam alam perasaan. Berdasarkan DSM IV (diagnosis and statisticalmanual of mental disorders IV), disebut sebagai depresi berat bila ditemukan 5 dari gejala-gejala ini: mood depresi hampir sepanjang hari, insomnia atau hipersomnia, hilang minat dan rasa senang secara nyata dalam aktivitas normal, berat badan menurun atau bertambah, agitasi atau retardasi psikomotor, kelelahan atau tidak punya tenaga, sulit konsentrasi, rasa tidak berguna atau rasa bersalah yang berlebihan, pikiran berulang tentang kematian, percobaan/ide bunuh diri dan gejala-gejala ini bukanlah akibat dari tindakan medis atau karena pengaruh zat kimia.Berdasarkan ICA 10 (International Classification of diseases 10), gangguan depresi ada 3 gejala utama yaitu: mood terdepresi, hilang minat dan semangat, hilang tenaga dan mudah lelah, disertai gejala lain yaitu: konsentrasi dan harga diri yang menurun, perasaan bersalah, pesimis memandang masa depan, ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, pola tidur berubah, dan nafsu makan berkurang.Rentang respon yang bisa terjadi pada pasien dengan gangguan alam perasaan antara lain:1. Reaksi Emosi Adaptif Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif:a. Respon emosi yang responsifKeadaan individu yang terbuka mau mempengaruhi dan menyadari perasaannya sendiri dapat beradaptasi dengan dunia internal dan eksternal.b. Reaksi kehilangan yang wajarReaksi yang dialami setiap orang mempengaruhi keadaannya seperti :- Bersedih Berhenti kegiatan seharihari Takut pada diri sendiri. Berlangsung tidak lama.2. Reaksi Emosi MaladaptifMerupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan respon ini dapat dibagi 2 tingkatan yaitu :a. SupresiTahap individu menyangkal perasaannya dan awal respon maladaptif menekan atau menginternalisasi aspek perasaan terhadap lingkungan.b. Reaksi kehilangan yang memanjangSupresi memanjang mengganggu fungsi kehidupan individu Gejala : bermusuhan, sedih terlebih, rendah diri.c. Mania/ DepresiGangguan alam perasaan kesal dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat dan menetap pada individu yang bersangkutan.

2.6 Proses Terjadinya Masalaha. Teori Biologis1) GenetikFaktor genetik dianggap memenuhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan (Stuart, Gail W, 2006 : 207). Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan bahwa terdapat dukungan keterlibatan hereditas dalam penyakit depresi.(Townsed, mary C, 1998 : 181).Penelitian genetik melibatkan transmisi depresi unipolar pada kerabat tingkat pertama, yang memiliki resiko dua kali lipat pada populasi umum (DSM-IV-TR,2000). Kembar monozigot yang dibesarkan secara terpisah memiliki insiden komorditas 54% lebih besar dan kembar dizigot memiliki insiden 24% lebih besar. Hal ini memperlihatkan faktor keturunan lebih penting dari pada lingkungan tempat individu tersebut dibesarkan (Kelsoe, 2000 dalam Sheila L. Videbeck, 2008 : 389).2) BiokimiaModel biologis menjelaskan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, disregulasi neurotransmitter, dan variasi periodic dalam irama biologis (Stuart, Gail W, 2006 : 208).Neurokimia mempengaruhi focus neurotransmiter (pembawa pesan kimiawi) pada serotonin dan norepinefrin sebagai amina biogenic yang utama yang terlibat dalam gangguan mood. Serotonin (5-HT) memiliki banyak peran dalam perilaku seperti mood, aktivitas, keagresifan dan iritabilitas, kognisi, nyeri, bioritme, dan proses neuroendokrin (yakni hormon pertumbuhan, kadar kortisol, dan kadar prolaktin abnormal pada keadaan depresi). Defisit serotonin, prekursornya triptofan, atau metabolic serotonin (5HIAA) yang ditemukan dalam darah atau cairan serebrospinal yang terjadi pada individu yang depresi (Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Pemindai tomografi emisi positron memperlihatkan penurunan metabolisme pada korteks prefrontal, yang dapat meningkatkan depresi (Tecott, 2000, dalam Sheila L. Videbeck, 2008 : 390). Kadar norepinefrin dapat berkurang pada depresi dan meningkat pada mania (Keltner et al., 1997 dalam Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Katekolamin ini memberi energy ke tubuh untuk bergerak selama stress dan memhambat kindling. Kindling merupakan proses aktivitas kejang di area otak tertentu yang awalnya distimulasi dengan mencapai ambang efek kumulatif stress, jumlah impuls listrik yang rendah, atau zat-zat kimia seperti kokain, yang mensensitisasi sel saraf dan jaras. Jaras yang sangat tersensitisasi ini berespons dengan tidak lagi memerlukan stimulus untuk menginduksi aktivitas kejang, yang kini terjadi secara spontan. Teori mengatakan kindling dapat menyebabkan siklus gangguan mood dan adiksi (Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Antikonvulsan menghambat kindling; hal ini dapat menjelaskan keefektifan antikonvulsan dalam terapi gangguan bipolar (Tecott, 2000 dalam Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Ketidakteraturan asetilkolin dan dopamine juga diteliti dalam hubungannya dengan gangguan mood. Mood, tidur, fungsi neuroendokrin, dan pola elektroensefalografik diubah oleh obat-obat kelinergik. Oleh karena itu, asetilkolin tampak terlibat dalam depresi dan mania. Masalah neurotransmitter mungkin tidak sesederhana kurangnya produksi atau deplesi akibat penggunaan yang berlebihan selama stress (Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Perubahan sensivitas dan jumlah reseptor dievaluasi untuk mengetahui perannya dalam gangguan mood (Tecott, 2000 dalam Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan dalam penyakit depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam perubahan natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbons, 1990 dalam Townsed, mary C, 1998 : 181).Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik amin norepinefrin, dopamine, dan serotonin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami defisiensi dalam individu dengan penyakit depresif (Janowsky et al, 1988 dalam Townsed, mary C, 1998 ; 182).3)NeuroendokrinFluktuasi hormonal sedang diteliti dalam hubungannya dengan depresi. Gangguan mood dialami juga pada individu dengan gangguan endokrin, antara lain gangguan tiroid, adrenal, paratiroid, dan hipofisis. Perubahan hormone pascapartum menyebabkan depresi yang serius. Sindrom pramenstruasi mencakup gejala-gejala depresi disertai gejala fisik berupa retensi air dan pembengkakan payudara (Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Aksis hipotalamus, hipofisis dan adrenokortikal yaitu kadar kortisol meningkat pada banyak individu yang depresi. Pada pemeriksaan supresi deksametason (dexamethasone suppression test, DST), suatu dosis deksametason menekan kadar kortisol akhir sore pada individu yang tidak mengalami depresi, tetapi tidak menekan kadar kortisol pada banyak individu yang depresi (Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Akan tetapi pemeriksaan ini tidak digunakan sebagai patokan untuk depresi karena hasilnya dapat dipengaruhi oleh obat-obatan dan penyakit serta hasilnya abnormal hanya pada sekitar 50% individu yang depresi (Hyman & Nestler, 1993 dalam Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Aksis hipotalamus, hipofisis, dan tiroid yaitu produksi oleh hipotalamus factor pelepas tiroid menstimulasi hipofisis anterior untuk melepaskan hormone penstimulasi tiroid, yang member sinyal kepada kelenjar tiroid untuk bekerja. Kurang lebih seperempat individu depresi mengalami penurunan respons hormone penstimulasi tiroid terhadap suatu dosis factor pelepas tiroid (Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Baik kondisi hipotiroid maupun hipertiroid berhubungan dengan gangguan mood (Charney & Weissman, 1988; Hyman & Nestler, 1993 dalam Sheila L. Videbeck, 2008 : 390)

b. Teori Psikososial1) Teori PsikodinamikFreud (1917) mengajukan hipotesis bahwa depresi bermula dari kemarahan yang tidak terkendali akibat pengabaian pada masa bayi karena ibu meninggal, terpisah secara emosional, atau kealpaan yang lain. Kehilangan objek yang dicintai ini menimbulkan rasa yang tidak aman, kehampaan, kesedihan, dan kemarahan. Kehilangan ini terjadi pada tahap oral perkembangan, ketika bayi yang penuh ketergantungan belum memiliki konsepsi tentang individuasi dari orang tua. Saat menjadi dewasa, individu yang berduka kembali ke tahap oral dan mengintroyeksikan kemarahan mereka tentang pengabaian atau konflik yang tidak selesai pada objek yang hilang menjadi kemarahan terhadap diri mereka sendiri. Introyeksi adalah suatu mekanisme pertahanan yang tidak disadari ketika individu menginternalisasikan sudut pandang dan nilai-nilai objek yang dicintai, dengan mengintegrasikan sudut pandang dan nilai-nilai tersebut ke dalam identitas dan sistem keyakinannya sendiri. Ego dikuasai oleh superego yang berorientasi pada hukuman. Hal ini mengakibatkan rigiditas (kekakuan), disertai tujuan yang berorientasi pada peraturan yang tidak realistis dan tidak dapat dicapai, yang menetapkan tahap kegagalan (Sheila L. Videbeck, 2008 : 392).2)PsikoanalisaTeori ini melibatkan suatu ketidakpuasan dalam hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif (Klein, 1934 dalam Townsed, mary C, 1998 : 182).Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan sebagai suatu kehilangan. Respons berduka belum terpecahkan, dan kemarahan dan permusuhan ditujukan kepada diri sendiri. Ego tetap lemah, sementara superego meluas menjadi menghukum (Townsed, mary C, 1998 : 182).3)KognitifTeori Aaron back tentang penyebab depresi berkaitan dengan pikiran negatif komprehensif individu yang depresi. Mereka memandang diri sendiri, dunia, dan masa depan mereka dalam bentuk kegagalan yang menyimpang, dengan secara berulang menginterprestasikan pengalaman sebagai hal yang sulit dan membebani serta menginterprestasikan diri mereka sendiri sebagai orang yang tidak konsekuen dan tidak kompoten (Sheila L. Videbeck, 2008 : 390).Model kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri sendiri, dunia, dan masa depan diri sendiri (Stuart, Gail W, 2006 : 208).Ahli teori-teori ini yakin bahwa penyakit depresif terjadi sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif (Beck et al, 1979 dalam Townsed, mary C, 1998 : 182).Kelainan proses pikir membantu perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi merupakan ketidakadekuatan dan ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan merupakan suatu kepesimisan keputusasaan (Townsed, mary C, 1998 : 182).4)Teori pembelajaranTeori ini mengemukakan bahwa penyakit depresif dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang control atau situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan ini muncul dari pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan kegagalan (baik yang dirasakan atau yang nyata). Setelah sejumlah kegagalan , individu merasa tidak berdaya untuk berhasil dalam usaha-usaha yang keras dan oleh karena itu berhenti mencoba. Pembelajaran ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu presisposisi untuk penyakit depresif (Seligman, 1973 dalam Townsed, mary C, 1998 : 182).5)Teori kehilangan objekTeori kehilangan objek merujuk kepada perpisahan traumatic individu dengan benda yang sangat berarti (Stuart, Gail W, 2006 : 207). Teori ini menyatakan bahwa penyakit depresif terjadi jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak olh orang terdekat selama 6 bulan pertama kehidupan. Proses iaktan diputuskan dan anak menarik diri dari orang lain dan lingkungan (Bowlby, 1973 dalam Townsed, mary C, 1998 : 182).6)Teori Sosial / LingkunganLingkungan seperti hubungan keluarga yang ambivalen, abusive, mengandung penolakan atau ketergantungan yang tinggi dapat meningkatkan gangguan mood (DSM-IV-TR, 2000 dalam Sheila L. Videbeck, 2008 : 393).Kehilangan hubungan atau peran hidup yang penting dapat menyebabkan depresi. Isolasi sosial dan keuangan yang sangat terbatas dikaitkan dengan depresi yang dialami warga negara berusia lanjut (Boys & Nihart, 1998 dalam Sheila L. Videbeck, 2008 : 393).2.7 Mekanisme KopingPerilaku yang berhubungan dengan mania bervariasi.Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi, Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi, Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi,hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.Depresi,yaitu perasaan berduka yang belum terselesaikan,mekanisme koping yang digunakan adalah represi,supresi,denial dan disosiasi.Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

2.8 Penatalaksanaan1. Pengobatan Gangguan Bipolar dapat menggunakan Stabilisator Mood (Litium, Valproat, Lamotrigin), Antipsikotika Atipik (Risperidon, Olanzapin, Quetiapin, Aripripazol), Antidepresan.2. Pemberian obat-obatan dilakukan dibawah pengawasan dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater).3. Intervensi Psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive behavioral therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagai bentuk terapi psikologi atau psikososial lainnya.4. Terapi Keluargaa. Kaji fungsi keluarga, pola komuniaksi, peran yang diharapkan, koping keluarga dan stressor.b. Ajarkan anggota keluarga tentang keterampilan komunikasi, penyelesaian masalah, pengelaan stress dan ekspresikan perasaan yang asertif.5. Terapi Kelompoka. Ajarkan klien tentang cara menjalin dan mempertahankan hubungan interpersonal.6. Terapi Individuala. Eksplorasi perasaan kehilangan, fasilitasi proses berduka.b. Diskusikan perasaan bersalah, harapan yang tidak realistisc. Dorong ungkapkan rasa frustasi, marah dan putus asad. Kaji masalah fisiologis yang diperburuk akibat depresi

2.9 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Alam PerasaanA. PengkajianFaktor predisposisi1. Faktor genetik, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.2. Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri.3. Teori kehilangan, berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis denagn orang yang sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.4. Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat gangguan perkembangan terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak harapan.5. Model belajar ketidakberdayaan, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupannya sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.6. Model perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan.7. Model biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.Faktor presipitasiAda lima stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan:1. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.2. Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah3. Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi, terutama pada wanita.4. Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung social, menambah stress individu.5. Ketidak seimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam perasaan. Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif. Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan sering disertai depresi. Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai kerusakan organic dan gejala depresi secara klinik.Mekanisme kopingMekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang hebat. Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi, mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.a. PerilakuPerilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi.Data subyektif depresi1) Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.2) Sering mengemukakan keluhan somatik.3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup.4) Merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.Data obyektif depresi1) Gerakan tubuh yang terhambat2) Tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot3) Ekspresi wajah murung,4) Gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret. Kadang-kadang dapat terjadi stupor.5) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong,6) Konsentrasi terganggu,7) Tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility)8) Mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.

Masalah KeperawatanMasalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional adalah1. Ketidakberdayaan2. Berduka disfungsional3. Keputusasaan4. Resiko tinggi terhadap cedera5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh6. Defisit perawatan diri7. Gangguan pola tidur8. Resiko mencedrai diri

Pohon Masalah

EffectCore ProblemEtiologiETIOLOGICORE PROBLEMEFECT

Diagnosa KeperawatanResiko tinggi mencedrai diri berhubungan dengan harga diri rendah, koping individu tidak efektif.Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan selera makan.PerencanaanNoTujuan Umum:Setelah tindakan perawatan diterapkan, klien dapat berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima oleh lingkungan.

Tujuan KhususRasionalisasiTindakan

1

Klien terlindungi dari dari upaya mencederai diri sendiri atau bunuh diri.Klien dengan gangguan alam perasaan berat berada dalam resiko tinggi untuk melakukan bunuh diriRawat klien dirumah sakit bila ada resiko bunuh diri yang tinggi

2Klien mampu mengembangkan diriPerubahan lingkungan dapat melindungi klien, mengurangi stress dan memberikan sumber pengembangan baruSecara terus menerus evaluasi klien terhadap kemungkinan melakukan bunuh diriBantu klien untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya.

3Klien mampu membina hubungan terapeutik dengan perawat .Klien depresi biasanya enggan terlibat dalam hubungan terapeutik. Diperlukan cara agar klien dapat menerima dan bertahan dalam hubungan terapeutik.Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empatiMawas diri dan dapat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya rasa marah, frustasi dan empat)

4Klien mampumengenali dan mengekspresikan emosinyaKlien depresi mempunyai kesul;itan dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaannya.Tunjukkan respon emosinal dan menerima klienGunakan kemampuan berkomunikasi.Berikan respon empati dengan berfokus pada perasaan bukan pada kenyataan yang terjadi.Mengaku kesedihan klien dan berikan harapanBantu klien untuk mengekspresikan perasaannya.Bantu klien untuk mengekspresikan perasaan marahnya dengan tepatBantu klien untuk menurunkan tingkat kecemasannya :1.Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif.2.Beri waktu untuk klien berespon.3.Beri perawatan individu sebagai manusia layaknya.

5Klien mampu memodifikasi pola kognitif yang negatifMemodifi memodifikasi pola kognitif yang negatif akan membantu meningkatkan pengendalian diri,tingkah laku dan perubahan harga diriDiskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkannya.Identifikasi pemikiran yang negatif dan Bantu untuk menurunkannya melalui interupsi atau substitusi.Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.Evaluasi ketepatan persepsi klien, logika dan kesimpulan yang dibuat klien.Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasionalBantu klien untuk dapat merubah tujuan yang tidak realistis ketujuan yang realistis.Kurangi tujuan-tujuan yang tidak mungkin dicapai.Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya.Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi.

6Klien mampu untuk aktif mencapai tujuan yang realistikPenampilan prilaku yang baik akan mengurangi/menghilangkan perasaan tak berdaya dan putus asa.Beri tanggung jawab untuk melakukan terapi tindakan yang terorientasi.Beri dorongan kepada klien untuk melakukan kegiatan secara teratur atau beri kebebasan melakukan kegiatan sehingga energi kliendapat disalurkan.Persiapkan program yang dapat dilakukan dengan baik.Tetapkan tujuan yang realistis, relevan dengan kebutuhan klien dan minatnya serta difokuskan pada kegiatan yang positif.Fokuskan kegiatan pada saat ini, bukan kegiatan pada masa lalu atau masa datingBeri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilannya bagusPertahankan penampilan atau kegiatan jika mungkin.Buat jadwal exercise fisik dalam rencana keperawatan.

7Klien mampu untuk melakukan hubungan interpersonalSosialisasi akan mengurangi kesempatan untuk menarik diri dan akan meningkatkan harga diri, melalui pemanfaatan dari dukungan lingkunagn yang tepat dan menerima.Kaji kemampuan klien untuk bersosialisasi dan dukungan yang diperlukan serta minat klienDiskusikan sumber social yang ada dan dapat digunaka.Tunjukkan kemampuan bersosialisi yang efektif.Gunakan role play dalam melakukan interaksi social.Beri umpan balik dan pujian terhadap kemampuan klien dalam melakukan hubungan interpersonal yang efektif.Beri dorongan kepada klien untuk meningkatkan hubungan sosialnya dalam lingkungan yang lebih luas.Beri dorongan dengan penuh kekeluargaan terhadap respon emosional klien yang adaptif.Beri dukungan dan libatkan dalam terapi keluarga dan terapi kelompok jika diperlukan.

8Klien mampu meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.Perawatan fisik dan terapi somatic diperlukan untuk mengatasi perubahan fisik yang terjadi karena gangguan alam perasaanLengkapi pengkajian tentang kesehatan fisiologi klien.Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri terutam kebutuhan nutrisi, dan kebersihan diri.Anjurkan klien untuk dapat melakukan pemenuhan kebutuhan perawatan diri secara mandiri jika memungkinkan.Berikan terapi pengobatan.

Evaluasia. Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.b. Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali.c. Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.d. Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi sepenuhnya.e. Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.f. Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.g. Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.

BAB IIISTUDY CASE

Ny Z adalah seorang orang tua mempunyai satu anak berumur 40 tahun dia dibawah ke rumah sakit jiwa harapan jaya dikarenakan keluarga Ny Z khawatir dengan keadaanya yang sering melakukan tindakan yang memprihatinkan seperti sering menyendiri, sering memukul-mukul diri sendiri, tidak mau bersosialisasi, dan kadang-kadang menangis sendiri tanpa sebab, hal ini terjadi semenjak Ny Z kehilangan suaminya yang mengakibatkan dirinya sendiri yang menanggung semua penafkahan keluarga lalu keadaan ini diperparah dengan meninggalnya satu-satunya anak Tn Z, 2 bulan yang lalu disebabkan karena kecelakaan, Hal ini sangat berdampak pada kepribadian Ny Z. Keadaan fisik Ny Z normal, tidak ada keluhan fisik,Ny Z juga tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.3.1 PengkajianNama : Ny ZUmur : 40 thnAlamat : jl. PlemahanAgama : islamKelamin : LakiPendidikan : SMAAlasan masuk: Klien dibawa saudaranya ke RS dikarenakan klien suka menyendiri jarang bersosialisasi, suka memukul dirinya sendiri dan terkadang menangis dengan sendirinyaRiwayat Kesehatan : Beberapa tahun yang lalu Suami korban meninggal yang mengakibatkan klien menanggung semua beban kelurga hal ini diperburuk dengan meninggalnya satu satunya putra yang menemani dirinya dikarenakan kecelakaan, klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnyaPemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik klien normal, tidak ada keluhan fisik sama sekali.

PsikososialGenogram

Klien dibesarkan oleh kedua orang tuanya dengan kasih sayang, klien berumur 40 thn sekarang klien hidup sendiri dikarenakan isteri dan anak laki pasien meninggal yang akhirnya membuat dirinya tinggal sendirian setlah suami dan anak klien meninggal. MK :koping individu tidak efektifa. Konsep Diri Gambaran Klien :klien mengatakan merasa tubuhnya kecil, kulitnya kasar, tidak halus seperti suster.Identitas : klien mengatakan sudah tidak sekolah dan tidak kerja apa-apa, saya lulus SMA dan punya ijazah. Peran :klien mengatakan saya tidak bekerja. Ideal diri: bila saya pulang saya mau buat sulaman strimin di rumah saya bikin terus. Harga diri : sejak klien sakit, merasa dirinya dijauhi keluarga dan teman-temannya. Masalah Keperawatan: gangguan konsep diri : harga diri rendah kronisb. Hubungan socialOrang yang berarti : Ibunyac. Spiritual1) Nilai dan keyakinanKlien beragama islam dan percaya bahwa Tuhan ada.2) Kegiatan ibadah Klien mengatakan selama di rumah sakit tidak pernah beribadah.Masalah keperawatan : ada permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual, tidak dapat konsentrasi dalam setiap ibadah shalat.Status Mentala. PenampilanPenampilan klien sehari-hari rapi ,mandi pagi sore, rambut disisir, berpakaian sesuai, gigi bersih,kuku pendek.Masalah keperawatan :-b. Pembicaraan Klien bicara jelas sesuai topik pembicaraan tetapi agak lambat, sulit memulai pembicaraan, menjawab pertanyaan dengan singkat.Masalah keperawatan: tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kerusakan kemunikasi verbal.c. Aktivitas MotorikKlien tampak lesu,gelisah dan sering duduk menyendiri.Masalah Keperawatan : isolasi sosial dan menarik dirid. Alam perasaan Pandangan kosong, berdiam diri,sedih serta putus asa.e. AfekEkpresi wajah datar, klien kadang lemahMasalah keperawatan: isolasi sosial: menarik dirif. Interaksi selama wawancaraSaat interaksi sering menunduk kepala dan menjawab pertanyaan dengan singkatMasalah keperawatan :isolasi sosial: menarik diri

NoDataMasalah

1DS : Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya, tidak berharga, tidak ada harapan setelah ditinggal suami dan anak satu-satunya

DO:-Klien tampak sedih-Klien tampak menangisGangguan alam perasaan : koping individu maladaptive

2DS:Klien mengatakan ingin memukul diri sendiri jiwa ingat suami dan anak-anaknya

Klien mengatakan bila ingat suami dan anaknya lebih banyak sendiri dan marah-marah

DO : Klien tampak gelisahKlien tampak memukul diri sendiriKlien tampak tidak bisa mengontrol impulsResiko menciderai diri sendiri : depresi

3.2 Pohon Masalah

3.3 Diagnosa Keperawatan1. Gangguan alam perasaan: koping individu maladaptive2. Resiko menciderai diri sendiri : depresi

No.Dx KeperawatanTujuanKriteria Hasil IntervensiRasional

1.Gangguan alam perasaan :depresi berhubungan dengan kopin individu maladaptiveTUM: Klien tidak terjadi gangguan alam perasaan : depresi

TUK (1):Dapat membina hubungan saling percaya

TUK (2) : Klien dapat menggunakan koping adaptifKlien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat

Klien mampu menggunakan koping adaptif yang baik1.1 Bina hubungan saling percayaa. Sapa klien dengan ramah, ucapkan dengan sopan, ciptakan suasanaTenang dan santai. b. Terima klien apa adanyac. Pertahankan kontak mata saat berhubungand. Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada kliene. Jujur dan menepati janjif. Perhatikan kebutuhan klien

1.2 Tanyakan kepada klien tentang perasaan saat inia. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan.b. Tanyakan kepada pasien cara yang bisa dilakukan mengatasi perasaan sedih atau menyakitkan.c. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan.d. Bersama klien mencari berbagai alternative koping.e. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima.f. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih.g. Anjurkan pasien untuk mencoba alternative lain dalam menyelesaikan masalah.Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik

Memberikan hal-hal yang adaptif yang dapat digunakan oleh klien bila ada masalah.

2.Risiko menciderai diri berhubungan dengan depresiTUM:Klien tidak menciderai diri sendiri

TUK: (1)Klien terlindung dari perilaku menciderai diri

TUK: (2)Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepatKlien menunjukkan tidak ada tanda-tanda untuk menciderai diri dengan tanda: tenang

Klien minum obat secara tepat dan benar

a. Pantau dengan seksama risiko bunuh diri atau melukai diri

b. Jauhkan dan simpan alat-alat yang digunakan oleh pasien untuk menciderai dirinya di tempat yang aman dan terkunci

c. Jauhkan alat-alat yang membahayakan pasien

d. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh petugas

a. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi. Efek samping minum obat)b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara dan waktu)c. Anjurkan membicarakan efek samping yang dihasilkand. Beri reinforcement (+) bila menggunakan obat dengan benarMemantau secara seksama dapat mengetahui lebih dini tanda-tanda ingin menciderai diri.

Dapat menghindari keinginan pasien untuk melukai diri.

Mempermudah perawat mengawasi pasien

Minum obat secara benar dapat membantu penyembuhan pasien.

BAB IVPENUTUP

4.1. KesimpulanDari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang.Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrome depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi yang di sebabkan oleh karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah per tama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.

4.2. SaranMahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan segala tindakan dalam menangani masalah keperawatan khususnya dalam menangani kasus gangguan alam perasaan. Sehingga memberikan nilai positif yaitu sebagai perawat profesional yang memberikan perawatan secara berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 47.2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31492/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 20 April 2014 pukul 13.15 WIB3. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth edition. Text Revision. Washington DC:2000: hal. 356.4. Keliat B.A. 2005. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC5. Sumber : A.Tomb, David. 2004. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC hal 49-506. Keliat, B.A. (2005). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Leveno, Kenneth J. 2009. 7. Obstetri Williams Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta : EGC Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

34