Money&I Vol 27

39
ISSN: 2087-5975 www.money-and-i.com Vol. 27 Mar - Apr 2012 Tony Eddy : “Properti bukan hanya soal lokasi, tapi cash flow Hermawan Kartajaya : Belajar Komunitisasi dan Storytelling ala Harley-Davidson

description

Money&I Vol 27

Transcript of Money&I Vol 27

Page 1: Money&I Vol 27

1Vol. 27 Mar - Apr 2012

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

Vol. 27 Mar - Apr 2012

Marketing To Emerging Middle Class

Inilah segmen baru yang dihuni para upstart , berbagai korporasi raksasa dan asing berlomba untuk memikat

mereka, jangan sampai tertinggal. Kenali behavior trend mereka untuk memenangkan kelas menengah

Tony Eddy :“Properti bukan hanya soal

lokasi, tapi cash flow

Hermawan Kartajaya :Belajar Komunitisasi dan

Storytelling ala Harley-Davidson

Page 2: Money&I Vol 27

32 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Page 3: Money&I Vol 27

54 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

PUBLISHERAlex P. Chandra

MARKETING COMMUNICATION

I Putu Agus Ariawan

PUBLIC RELATIONWahyu Sari Pande

EDITOR IN CHIEFArif Rahman

CONTRIBUTORSAlex P. Chandra • Hermawan Kartajaya • Pribadi BudionoI Made Wenten B. • Suzanna Chandra • Hary Susanto

MANAGING SUPPORTAnton HPT

CONTENT EDITORKinan Setya

DESIGNHendrikus Toby

MARKETINGAan

CIRCULATIONLodji Hartawan

PHOTOGRAPHYIvan Faderlan

Supported By :

Alamat Redaksi:PT. BPR SRI ARTHA LESTARIJl. Teuku Umar 110 DenpasarT. (0361) 246706 F. (0361) 246705

E. [email protected] [email protected] Sales & Marketing for AdvertisementT. 0361 7843244www.money-and-i.com

MANAGEMENT

EDITORIAL

contents

Send your letter to PT BPR Sri Artha Lestari, Jl. Teuku Umar 110 Denpasar or mail to M&I Magazine [email protected]

22Special FeatureHow To Get Into Middle Class Market

10 Outlook Kapitalisasi Pasar Modern

12 Road To Wealth Kendaraan Investasi

14 Lestari First Villa Ametis 16 Growth Strategies Slow In Fast Out

18 Note From the Guru Storytelling ala Harley-Davidson

20 Front of Mind Jack Dorsey 44 Smart Family Invest di Property, Tapi yang Mana?

47 Book Review Reviving Unsuccessfull Business

48 Literature Midas Touch

50 Gallery Polaroid 300 Instant Camera

52 Info Properti Investasi Villa dengan tujuan

Holiday Rental

56 Special Report Arisan Lestari

64 Insight Energi Positif, Energi Negatif

66 Community Omed-omedan 68 Socialita Dessy Fridhayanthi 70 Sneak Peak Hugo

72 Note From a Friend Toko Modern

Money & I Vol 27

Mar-Apr 2012

4 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Page 4: Money&I Vol 27

76 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

FROM THE EDITORARIF RAHMAN

Semua ini terjadi karena munculnya para kompetitor yang cerdik, perusahaan-perusahaan kecil yang

berani, yang memahami karakter pasar dan melakukan hegemoni. Mereka bergerak gerilya, militan dan inten. Enggan menjadi follower dan muncul sebagai penantang dengan produk-produk kreatif, yang rupanya sanggup mencuri perhatian pasar, digemari dan menjadi trend, dan ketika hal tersebut naik kepermukaan, korporasi raksasa tersebut terkejut, terlambat memahami pasar dan akhirnya terpinggirkan ketika para customer meninggalkan mereka.

Hal ini terjadi karena era keterbukaan informasi yang demikian pesat, para praktisi menyebut bahwa pasar saat ini kian horisontal. The world is flat. Dan ini memicu munculnya behavior baru dari customer, sikap dan perilaku yang sangat berbeda jauh dengan masa lalu, yang menyebabkan buku-buku pe-

masaran lama menjadi usang dan tidak layak pakai. Bayangkan, saat ini nyaris tidak ada customer yang loyal, mereka memiliki uang namun peka dengan harga, cerewet dan kerap komplain jika fitur dari produk yang dicarinya dibawah ekspektasi. Jargon-jargon tua menjadi murahan, iklan dan penetrasi pasar lewat promosi above the line tidak efektif, customer membeli produk ka-rena direkomendasikan oleh kawannya atau melihatnya di sosial media. Inilah pasar yang saat ini dikategorikan middle strata, masyarakat yang muncul karena pertumbuhan ekonomi yang membaik, teralkulturasi dengan budaya iptek yang sarat informasi. Terlambat memahami mereka, bisa jadi bencana bagi bisnis Anda, karena saat ini jumlah middle class diperkirakan sudah mencapai setengah dari populasi masyarakat Indonesia.

Inilah pasar potensial, dan tengah men-jadi incaran begitu banyak produsen

khususnya dari luar negeri. Sangat disayangkan, jika kemudian kita yang lokal, gagal menangkap peluang dan kesempatan di pasar kelas menengah tersebut, kenali siapa mereka, behavior trend, lifestyle dan apa yang mereka bu-tuhkan dari sebuah produk, bagaimana strategi pemasarannya dan menang dipasar kompetisi yang dinamis. Itulah sebabnya, if you are not one step a head, you are two steps behind. Liputannya kami sajikan di rubrik special feature.

Di edisi kali ini kami juga menyajikan special report dari gelaran even arisan Lestari yang digelar 16 Maret lalu di Sec-tor Bar, dan bayangkan apa yang terjadi jika para ibu itu berkumpul? Ramai dan seru, mulai yang dari salsa sampai dengan voucher berhadiah ke Si-ngapura tersaji di acara tersebut. Arisan yang diselingi dengan seminar “Building Wealth Through Bali Property” tersebut menghadirkan pula Tony Eddy selaku property consultant yang sudah malang melintang di bisnis condotel. Kami dari redaksi sempat mewawancarai beliau, simak pendapatnya tentang peluang dan tantangan di bisnis property di Bali.

Jika Anda merasa sajian diatas kurang, kami masih memiliki beragam sajian lainnya yang menarik. Dan itu bisa kami wujudkan karena mulai volume 26 spe-cial edition bulan lalu, Money & I hadir secara reguler dengan jumlah 76 hala-man, jauh lebih tebal dengan beragam sajian yang lebih informatif. Kami pun berbenah dan berupaya menjadi media terbaik yang sanggup menyampaikan pesan-pesan dan informasi terbaru dari dunia kewirausahaan, keuangan maupun investasi. Semoga langkah perubahan ini membawa kepuasan bagi Anda para pembaca, enjoyed.

Jabat Erat,Arif Rahman

If you are not one step a head, you are two steps behind

Diperkirakan, 90% perusahaan yang ada saat ini, akan hilang dalam kurun waktu 10 tahun kedepan. Dan jika Anda perhatikan, dalam 5 bulan terakhir kita menyaksikan bagaimana runtuhnya raja-raja bisnis lama yang dulu pernah perkasa, bahkan diprediksi masih akan banyak lagi perusahaan-perusahaan besar yang tengah mapan akan tumbang, diakuisisi pihak lain atau memang pailit.

Page 5: Money&I Vol 27

98 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

“Real Estate is no more about .. location.. location ..location, but cash flow ..cashflow.. cash flow” Tony Eddy – Marketing and Investment Consultant

“Sampai saat sekarang kita telah memiliki enam presiden, Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarno Putri dan Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak zaman Orde Baru sampai zaman Reformasi ini semua presiden (kecuali BJ Habibie) pernah menaikkan harga BBM Bersubsidi” Jero Wacik – Mentri ESDM

“ Mimpi dan kepercayaan menjadi kompas sekaligus bara api yang terus menyemangati aksi untuk menghasilkan karya-karya fenomenal. Dengan aksi, sebuah mimpi akan bisa menemukan kebermanfaatannya bagi orang banyak.”Yuswohady - Pemerhati Pemasaran

“Marilah kita tinggalkan kebiasaan untuk mengeluhkan kesulitan hidup - yang sebetulnya juga dialami oleh semua orang, dan berfokus menjadikan diri kita mampu mengatasi kesulitan hidup.”Mario Teguh – Motivator

“Anda bisa mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi Anda tidak bisa memimpin orang lain tanpa mencintai mereka.”Merry Riana - Financial Consultant

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”. Tung Desem Waringin - Motivator

Page 6: Money&I Vol 27

1110 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

OUTLOOK OUTLOOK

Pertumbuhan toserba mini tersebut, dari tahun ke tahun semakin banyak di kota Denpasar, baik yang berbentuk jaringan maupun yang dimiliki oleh

perseorangan. Alhasil, pasar tradisional dan minimarket saling berebut pasar. Namun berbagai keunggulan yang dimiliki oleh minimart modern secara berangsur telah mengalihkan pola belanja customer, para pembeli mulai banyak mencari kebutuhan sehari-hari ke minimarket, karena dirasa lebih nyaman dan bersih dibandingkan dengan pasar tradisional.

Itu sebabnya saat ini pemerintah kota telah meluncurkan program revitalisasi atau modernisasi pasar tradisional sejak tahun 2010. Tujuannya tentu untuk meningkatkan minat masyarakat agar memilih berbelanja di pasar tradisional.

Pasar tradisional yang selama ini kita kenal sebagai basis perdagangan keseharian masyarakat, terus tergempur dengan tumbuhnya minimarket yang seakan tidak terkendali.

Dalam paket modernisasi ini, pemerintah meningkatkan kenyamanan berbelanja dengan pengaturan zonasi yang jelas, serta membuat pasar lebih bersih. Hingga tahun 2012 ini, pemerintah kota telah melakukan revitalisasi terhadap 5 pasar, diantaranya pasar Sindhu Sanur, Renon, Sidakarya, Sudakarya, Sudamertha, serta pasar Agung. Dana yang digelontorkan oleh pemerintah pusat maupun kota juga cukup besar, untuk revitalisasi pasar Agung, menurut Dewa Gede Rai, Kasubag Humas Kota Denpasar, menghabiskan biaya hingga Rp 7,5 miliar.

Keseriusan pemerintah kota akan ekonomi kerakyatan, khususnya untuk para pedagang pasar yang terdapat di 39 pasar tradisional di Denpasar, ditujukan agar mereka dapat bersaing dengan 395 mini market yang sekarang eksis. Dewa juga menyatakan ada 3 pasar lagi yang tahun ini akan mengalami moderninasi, salah satunya adalah pasar Panjer. “Kita mengharapkan melalui revitalisasi dan modernisasi ini, ekonomi kerakyatan yang dicanangkan oleh bapak Walikota dapat terlaksana dengan baik,” ungkapnya.

Perbedaan besar antara mini market dengan para pedagang yang ada di pasar tradisional terletak pada sisi pelayanan, selama ini pelayanan yang ada di toko-toko modern lebih ramah, maka dari itu, moderninasi pasar bukan hanya mengenai fisik bangunan pasar, namun juga tentang mentalitas pedagang, agar mereka dapat memberikan pelayanan yang terbaik sehingga para pelanggan merasa nyaman dan dapat berbelanja kembali ke pasar. “Kita juga melatih para pedagang agar lebih ramah terhadap para membeli, agar pelayanannya tidak kalah dengan toko modern,”tambahnya.

Pemerintah kota yang serius akan melakukan proteksi dan mengembangkan ekonomi kerakyatan agar para pedagang kecil dapat bersaing diera global, juga telah menerbitkan peraturan walikota no 118/45/495/HK/2011

RevitalisasiPasar

ModernTransformasi Agar Tetap Kompetitif

tentang petunjuk pelaksaan penataan dan pembinaan toko modern di kota Denpasar. Perwali ini juga menetapkan agar tidak diterbitkannya izin bagi pendirian toko modern hingga batas waktu yang belum ditentukan, karena selama ini pengeluaran izin dirasa sangat mudah, sehingga pemerintah merasa perlu untuk mengatur regulasi tentang toko modern, dan tidak menggerus keberadaan pasar tradisional.

Pasar tradisional sebenarnya memiliki keunggulan dimana dalam proses transaksi dengan mekanisme tawar-menawar harga, sehingga pembeli dan pedagang memperoleh harga yang saling memuaskan, dan tentunya lebih murah. Namun apakah keunggulan itu dapat membendung keberadaan toko modern yang dari awal memiliki tempat yang nyaman, pelayanan yang ramah serta waktu operasional yang hampir 24 jam? Ini semua kembali kepada setiap orang sebagai pembeli, namun ekonomi yang berbasis kerakyatan selama ini telah menjadi landasan ekonomi bangsa ini, dan telah terbukti merupakan asas ekonomi yang menguntungkan bagi bangsa yang sangat majemuk dan besar seperti Indonesia.

Page 7: Money&I Vol 27

1312 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Kendaraan Investasi

Saya belajar mengenai compounding interest kurang lebih 8 tahun yang lalu. Sebelumnya sudah tahu sih mengenai konsep bunga

berbunga. Cuma tidak menyadari how powerful the concept is.

Ketika itu saya di BPR Lestari membuat produk SIKAYA.

SIKAYA adalah produk yang mengadopsi the power of compounding interest. Sebuah produk tabungan, yang pemilik tabungannya mengangsur menabungnya (installment saving). Setiap bulan tanpa putus selama jangka waktu tertentu. Jangka waktunya kalau bisa selama mungkin, sepanjang mungkin. Lebih lama lebih baik hasilnya.

Saya sendiri membuka 5 rekening SIKAYA. Atas nama saya, istri dan 3 anak saya. Setiap bulan sejak 2003 saya mulai mencicil menabungnya, 500 ribu setiap bulan untuk masing-masing rekening. Menabungnya dipotong dari gaji saya. Jadi hampir tidak pernah terlewat setiap bulannya.

Beberapa tahun kemudian karena income saya bertambah, saya naikkan cicilannya menjadi 1 juta. Dan beberapa tahun yang lalu seiring dengan naiknya income saya, cicilannya menjadi 2 juta sebulan.

Akhir tahun lalu, saya iseng menjumlahkan saldo kelima rekening itu. Hasilnya lumayan, 1,2 Milyar.

1,2 Milyar dalam kurun 8 tahun, dari cicilan

tabungan yang kalau saya tidak lakukan juga akan habis dikonsumsi.

Tapi sayang, produk SIKAYA tidak berhasil-berhasil amat. Produk yang menurut saya sangat baik dan bermanfaat bagi siapa saja yang concern dengan masa depan, yang ingin pensiunnya kaya, yang ingin wealth, ternyata tidak begitu berhasil.

Ternyata sebagian terbesar masyarakat kita berpikirnya jangka pendek.

Di-lain pihak JUMBO tabungan yang baru saya launch tahun ini, yang memberikan hadiah, sukses besar. Ternyata sebagian terbesar masyarakat kita inginnya instant.

Produk kredit yang mencicil barang-barang konsumsi, motor, mobil, handphone, panci, sukses besar. Kartu kredit sukses besar. Ternyata sebagian terbesar inginnya belanja. Sebagian terbesar masyarakat inginnya gaya, bukan kaya.

Wealth is how much we accumulate, bukannya how much we spend.

Anak saya, Samantha protes ketika saya bilang begitu. Dia bilang, buat apa uangnya dikumpulin terus, kalau bukannya buat belanja. Hmm, she got the point. Saya bilang, uangnya sebagian ada yang dibelanjakan, sebagian ada yang diakumulasikan. Jadi dibagi-bagi, tidak semuanya dibelanjakan.

Nah nanti kalau akumulasi tabungannya sudah cukup banyak, bisa digunakan buat investasi yang lain. Investasi-nya nanti memberikan passive income. Sehingga suatu ketika lebih banyak uangnya yang bekerja buat kita daripada kita yang bekerja mencari-cari uang.

Sampai disini, I lost her. Dia mulai kebingungan. Oke, no worry girl, next time when you’re older. Sekarang terima aja dulu ya…

Bapak/Ibu sekalian, dalam membangun wealth, kata kuncinya adalah investasi dan akumulasi.

Tanpa investasi tidak akan tercipta wealth. Kita tidak mungkin panen kalau tidak menanam.

Ada beberapa kendaraan investasi yang bisa kita pilih. Menabung di bank dalam bentuk SIKAYA dan deposito adalah salah satunya. Investasi di bank ini yang paling sederhana, dan bisa dilakukan oleh semua orang. Hasilnya-pun enggak jelek-jelek amat. Saya bisa mengumpulkan 1 Milyar lebih dalam 8 tahun.

Membeli surat berharga (stock and bond) boleh juga. Waktu kuliah dulu (1992), 20 tahun yang lalu, saya sempat membeli saham INCO. Saya tidak tahu saham apa itu, cuma ikut-ikutan aja. Belinya cuma 100 saham, kalau tidak salah 900 ribu waktu itu belinya. Ketika BEJ menetapkan bahwa perdagangan saham minimal lot-nya adalah 500 saham, saham INCO saya itu jadinya tidak bisa diperjual belikan.

Kemarin ini dengan dibantu Pak Pande, agent saya di Panin Sekuritas, ternyata 100 saham INCO saya itu, setelah stock split berkali-kali, sekarang menjadi 4000 saham. Nilainya 14 juta-an. Lumayan juga ya. Kalau waktu itu belinya 100 juta sekarang sudah 1,5 Milyar.

ROAD TO WEALTHALEX P. CHANDRA

Membangun bisnis adalah pilihan investasi favorit saya. Hasilnya lebih cepat, namun tingkat kesulitannya berbeda. BPR Lestari didirikan 12 tahun yang lalu dengan modal pertama 500 juta. Dan sempat ditambah modalnya menjadi 4 Milyar. Kini modalnya sudah 60 Milyar. Dan tahun 2012 ini, diharapkan equitynya mencapai 100 Milyar. Value-nya mungkin 3 kali atau 3,5 kali lipat dari itu.

Properti adalah pilihan investasi favorit saya kedua. Properti lebih stabil dan tak kalah menguntungkan. Properti juga adalah investasi yang bisa leveraged. Namun berinvestasi di property juga membutuhkan keahlian tersendiri.

Emas dan Logam mulia tidak memberikan cash flow namun harganya terapresiasi. Jadi investasi di emas dan logam mulia, buat saya adalah pertahanan terhadap inflasi. Keunggulan emas adalah ia likuid.Masing-masing kendaraan investasi di atas karakteristiknya berbeda-beda. Menabung di bank paling mudah dilakukan, resikonya kecil, namun returnnya tidak seberapa. Membangun bisnis jika berhasil memberikan return yang paling besar, namun sangat dinamis dan tingkat kesulitannya tinggi. Properti lebih stabil namun tidak likuid. Emas, likuid namun tidak memberikan cash-flow.

Pilih satu atau pilih dua. Jika mampu pilih keempatnya. Ini yang saya sebut sebagai power investing. Berinvestasi di empat kendaraan investasi, dan bisa bermanuver di antaranya.

Kata kunci kedua adalah akumulasi. Diperlukan waktu agar segala sesuatunya tumbuh. Tidak ada yang instant. Biarkan waktu menjadi teman kita yang membuat investasi kita bertumbuh.Dan satu lagi, harus ada yang di-reinvestasikan, sehingga nilai investasi kita bertambah besar, dan tanpa kita sadari suatu hari nanti menggulung bagai bola salju dan tak bisa kita hentikan lagi.

Jadi, ingin kaya atau ingin gaya?

Kalau saya, kaya dulu baru bergaya.

“Wealth is how much you accumulate, not how much

you spend”

Page 8: Money&I Vol 27

1514 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Selama ini Bali telah menjadi tujuan wisata dunia, tidak hanya orang yang hendak berlibur namun juga bagi mereka yang

menikmati bulan madu. Tidak ayal jumlah hunian hotel terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun berbeda dengan turis kebanyakan, bagi anda yang lebih mencari kenyaman dan privasi tentu akan memilih tinggal di villa, yang tentu diharapkan mendapatkan pelayanan yang nyaman. Beberapa villa telah tumbuh sangat mengesankan di Bali, karena fasilitas dan pelayanan yang terbaik, salah satunya adalah Ametis Villa.

Ametis Villa adalah kompleks villa yang mengedepakan konsep home alike, yakni villa yang dapat anda rasakan kenyamanan serta service-nya namun juga ramah seperti dirumah. Menurut I Nyoman Alit Sumberdana selaku Financial

LESTARI FIRST

Controller Ametis Villa, hal ini agar para tamu lebih merasa betah tinggal di Bali,” jadi misalnya kalau ditempat lain breakfast hingga jam 10, disini breakfast dapat kapan saja, sehingga para tamu dapat merasakan disini seperti rumah”.

Nama Ametis sendiri diambil dari nama sebuah batu yang sering digunakan sebagai perhiasan yang berwarna ungu muda, karena sang pemilik merupakan pengusaha jewelry, sehingga nama-nama villanya pun juga identik dengan dengan nama-nama batu mulia seperti Ruby dan Opal.

Villa yang dibuka pada Maret 2011 ini juga mendapatkan peringkat satu villa terbaik dikawasan Canggu hanya dalam waktu 4 bulan setelah pembukaan menurut situs Trip Advisor. Hal ini tentu didasari oleh fasilitas yang wahid serta pelayanan yang mengedepankan kepentingan para costumer. Alit juga menyatakan bahwa selama ini pelayanan mereka berbeda dengan villa-villa yang ada. Pihaknya mengedepankan one on one butler service, yakni setiap pengunjung yang menginap di villa ini langsung ditangani oleh satu asisten khusus sehingga mereka dapat berlibur dengan nyaman, “kalau di Ametis kita mempunyai one on one butler service, misalkan tamu yang datang ke Bali tidak

memiliki teman ia dapat diteman oleh karyawan kita, entah dia mau bersepeda ataupun hendak jalan-jalan, asisten tersebut akan mengantarkan para tamu kita”.

Bahkan tidak hanya itu, bagi setiap tamu yang datang service juga termasuk penyediaan alat transport mobil. ”Tamu kita dapat menggunakan mobil yang telah kita sediakan disini, sehingga tidak perlu lagi memanggil taksi untuk keperluan jalan-jalan mereka”.

Villa yang bargaya natural minimalis ini juga memiliki 14 bangunan villa didalam lahan 1 Ha, yang dibagi dalam beberapa kelas yakni Premier, Imperial, serta Grand villa.

Special bagi para tamu yang ingin berlibur bersama keluarga mereka, dan menggunakan fasilitas Grand Villa, pihak Ametis menyedikan mobil khusus yang dapat anda gunakan selama 24 jam. Villa yang hanya berjarak 300 meter dari pantai Batu Bolong Canggu ini juga menyediakan tempat massage, bernama Ruby Spa. Dengan keunggulan semua bahan yang digunakan masih segar sehingga setiap tamu dapat menikmati pijatan dengan bahan-bahan yang natural. “kita sediakan bahannya fresh,

Ametis Villa

sehingga bagi tamu yang hendak massage harus reservasi dulu agar kita dapat meyediakan bahan-bahannya, karena kita harus mengolahnya terlebih dahulu” terangnya. Selama ini tamu yang datang untuk bermalam disini mayoritas berasal dari Asia timur, seperti Jepang, Korea, serta juga berasal dari Australia.

Fasilitas yang diberikan Ametis juga tidak lepas dari para staff mereka yang professional dalam memberikan pelayanan, umumnya para staff ini merupakan profesional muda di industri pariwisata. Saat berada disana saya melihat pasangan dari Jepang yang usai bersepeda ditemani oleh asisten Ametis, langsung ditawari untuk minum air dingin. Terlihat simple memang, namun hal ini sangat menyentuh sang tamu, pasangan ini dengan gembiranya menyambut pernyataan tersebut. Sebuah service detail dapat mereka berikan kepada setiap tamu.

Page 9: Money&I Vol 27

1716 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Agustus kemarin tim Manajemen BPR Lestari pergi ke Bangkok. Sorry, acara ini bukan studi banding ya, ini acara meeting. Walaupun meeting-nya cuma 2 jam, dan sisanya jalan-jalan sama shopping. Salah satu acara yang membuat meeting di Bangkok kemarin terkesan adalah kita sempat merasakan sirkuit gokart di sana. 15 orang tim manajemen Lestari turun lintasan, dan kita bal-apan. Sementara 14 tim manajemen yang tidak ikut lomba gokart, mereka membuat acara lomba sendiri. Mereka lomba shopping.

Serta ada sisa 3 orang yang tidak punya cukup kekuatan untuk ikut lomba shopping dan tidak me-miliki cukup urat nyali untuk ikut balapan, mereka tidak mau kalah. Mereka bikin lomba sendiri, lom-banya adalah photography dengan tema racing.

Saya harus berterima kasih kepada ketiga peserta lomba photography ini, tanpa mereka kita tidak bakal punya foto bagus sewaktu lomba gokart. Saya bersyukur mereka tidak memiliki cukup keberanian. Karena mereka gak ikut lomba, saya punya photo panning bagus. Walaupun kalau orang lihat photo itu, mereka tidak akan berpikir kalau yang di photo itu adalah saya. La wong pakai helm, mana keliatan wajahnya.

SLOW INFAST OUTBeban jiwa raga yang dihabiskan untuk mengurus satu karyawan yang salah rekrut, mungkin setara dengan 5

sampai dengan 10 karyawan yang baik.

Sepertinya tidak perlu menceritakan hasil lomba shopping. Karena sudah bisa ditebak dengan mudah bahwa semua peserta mendapat hadiah lomba berupa tas kresek, dengan isi tas kresek berupa kaos dan gantungan kunci :).

Tapi di lomba gokart, hasilnya ternyata tidak terdu-ga. Peserta tercepat teratas justru dari top mana-jemen BPR Lestari. Yang mengagetkan adalah, kelompok tercepat kedua adalah cewek-cewek. Serta yang paling menyedihkan adalah para pem-balap pria masuk kelompok pembalap lambat.

Terjadilah keributan habis lomba, para pria lambat asal selamat ini menuntut pertandingan ulang. Argumen mereka, waktu lomba tadi mereka bukan kalah beneran. Mereka sengaja mengalah. Katanya sih, kebiasaan di rumah terbawa ke sirkuit. Kalau di rumah sih, katanya mereka lebih sering mengalah. Walaupun saya tahu, kalau dirumah mereka bukan mengalah, tapi memang kalah beneran.Kemudian disepakati urusan balapan ini akan dilanjutkan nanti kalau sudah pulang. Kita bikin turnamen gokart, lokasi di sirkuit Speed Rally GWK. Itulah sebabnya kenapa karyawan di BPR Lestari saat ini memiliki turnamen gokart. Tentu saja karena kali ini ada hadiahnya, maka saya pun mulai belajar teori balap. Belajarnya lewat Google.

GROWTH STRATEGIESI MADE WENTEN B.Kabid Support & Operation BPR Lestari

Slow In Fast OutTeori pertama balapan adalah teknik cornering. Ternyata cornering yang baik itu berbeda dengan yang dibayangkan. Sebelumnya saya menikung (cornering) dengan cara ngerem sejadi-jadinya di titik yang paling dekat dengan tikungan. Lalu ke-mudian baru mulai injak gas sekeras-kerasnya. Hasil dari menikung dengan cara seperti itu kadang melebar, karena masuk tikungan terlalu cepat. Kadang melintir, karena nginjek rem terlalu keras saat mobil menikung. Kalau tidak melintir atau melebar, maka bisa dipastikan hasilnya nyungsep di grapple.

Walaupun terlihat keren, menikung dengan cara seperti ini ternyata tidak bagus, tidak efektif dan tidak lebih lambat.

Cornering yang bagus itu menurut google ternyata masuk tikungan dengan posisi mobil lurus. Ngerem lebih awal, dan jangan menginjak rem keras-keras, smooth saja. Serta mulai menginjak gas secara bertahap sejak pertengahan tikungan (apex), tambahkan gas dan usahakan tetap di racing line. Selama menikung, gunakan radius maksimum dari lintasan. Cornering seperti ini dinamakan Slow In Fast Out.

Menikung dengan cara seperti ini, walaupun tidak keren ternyata sangat efektif, kita bisa melahap tikungan dengan lebih cepat. Hasil nunas raos (meminta petunjuk) ke Mbah Google, ternyata mendatangkan manfaat yang bagus. Diklasemen sementara saya masih diposisi puncak dengan poin tertinggi.

Hire Slow Fire FastTernyata, teori Slow In Fast Out di racing mirip dengan teori di HRD. Di dunia HRD ada teori Hire

Slow Fire Fast. Maksud dari hire slow fire fast adalah kita jangan terburu-buru dan grasa-grusu merekrut karyawan. Lakukan proses seleksi dengan seksama dan hati-hati, walaupun kita dalam posisi sangat-sangat membutuhkan.

Saking hati-hatinya, Jim Collins menyarankan kalau Anda ragu-ragu untuk merekrut atau tidak pada saat seleksi karyawan baru, maka ambil keputusan tidak, dan kemudian cari lagi!

Pagi ini saya melihat status salah satu teman yang kerja di BPR lain. Statusnya tentang betapa susah-nya dia ngurus karyawan baru. Sudah malas, susah diajarin dan semangatnya tidak ada. Comment saya di facebook dia : “Hire Slow Fast Out”.

Kalau kita ternyata salah rekrut, maka secepatnya kita harus mencarikan jalan keluar. Kalau tidak, maka karyawan yang salah rekrut ini akan meng-habiskan banyak resources.

Semakin lama kita menahan karyawan yang salah rekrut ini, maka beban akan semakin berat. Karena karyawan yang salah rekrut akan :• Memerlukan waktu lebih banyak untuk memberi-kan pelatihan• Memerlukan energi yang lebih untuk memotivasi• Memerlukan perhatian yang lebih banyak untuk monitoring• Dan jerih payah serta emosi yang tidak sedikit untuk memperbaiki kerusakan yang mungkin akan timbul dari karyawan yang salah seleksi ini.

Beban jiwa raga yang dihabiskan untuk mengurus satu karyawan yang salah rekrut, mungkin setara dengan 5 sampai dengan 10 karyawan yang baik. Jadi, Slow In Fast Out or Hire Slow Fire Fast.

Page 10: Money&I Vol 27

1918 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

NOTE FROM THE GURUHERMAWAN KARTAJAYAAsia’s Leading Marketing Strategiest & CEO of Markplus Inc

Ingat Harley-Davidson (HD), ingatan kita—mungkin – jatuh pada film Wild Hog. Film yang diproduksi pada tahun 2007 dan dibintangi

John Travolta, Tim Allen, Martin Lawrence, dan William H. Macy ini mengisahkan empat laki-laki yang tergila-gila dengan motor gede ini dan mengadakan petualangan jarak jauh dengan meninggalkan segala rutinitas mereka—termasuk pasangan masing-masing, bertemu dan berkonflik dengan geng Harley lainnya, dan sebagainya.

Film dengan kemasan komedi itu begitu memukau dan menghibur. Orang yang pernah nonton film ini, pasti selalu teringat dengan figur Harley-Davidson dan kisah-kisah unik nan lucunya. Meski di dalam film itu, John Travolta cs adalah karakter utamanya, tapi sebenarnya cerita utama adalah tentang Harley-Davidson. Ya, Harley-Davidson memang tidak sekadar sepeda motor dengan

beragam onderdilnya. Lebih dari itu, di luar film, Harley-Davidson adalah sebuah cerita—cerita dari generasi ke generasi. Tidak disangkal pula, Harley-Davidson mendapat tempat di hati masyarakat lantaran proses storytelling tersebut. Tidak ketinggalan, setiap orang yang memiliki motor gede ini dipastikan mempunyai cerita tersendiri.

Dalam perbincangan dengan Marketeers, President Director Mabua Harley-Davidson Indonesia Djonnie Rahmat menandaskan Harley-Davidson telah menjadi “agama” bagi para pemakainya. Motor dengan bodi bongsor ini senantiasa dipuja-puja oleh para pemakainya.

“Harley-Davidson bukan sekadar motor berbobot 400 kilogram. HD bukan pula sekadar motor yang memudahkan Anda untuk bepergian ke satu tempat. Ia pun bukan sekadar motor gagah yang

menjadi alat gagah-gagahan bagi pemiliknya. Harley adalah “agama” yang dipuja oleh para pemiliknya,” kata dia.

Selanjutnya, Djonie mengatakan Harley-Davidson besar karena proses komunitasasi dan sekaligus brand story dari Harley-Davidson. Cerita-cerita dalam komunitas, sambung dia, telah memunculkan rekomendasi kepada orang lain. Sementara, orang menaiki Harley-Davidson bukan karena kebutuhan fungsional melainkan karena psikologis dan gaya hidup.

Pernyataan Djonnie Rahmat tidaklah berlebihan. Pasalnya, memang seperti itulah yang terjadi. Sekali lagi, bagi Djonnie, HD ibarat agama yang senantiasa dipuja-puja dalam kehidupan. Aktivitas kehidupan mereka sangat sukar dilepaskan dari motor gede tersebut. Saking cintanya (baca: maniak), banyak pemilik maupun pecinta Harley mentato tubuhnya dengan logo kebesaran HD.

Djonny juga bercerita tentang bagaimana pertama kali ia jatuh cinta dengan motor berbadan bongsor tersebut. Ia mengaku Harley-Davidson sudah hadir di hatinya bukan sejak ia menjabat sebagai Presiden Direktur PT Mabua Harley-Davidson. “Saya pun termasuk di antara para pemuja Harley-Davidson. Sekadar info saja, kehidupan saya dengan HD tidak dimulai saat saya menjadi Presiden Direktur. Saya telah lama jatuh cinta dengan motor ini. Sejak duduk di bangku SMP, saya bahkan telah mencoba mengendarai HD,” kata dia sambil mengenang masa lalu.

Jatuh cintanya pada motor HD, aku Djonnie, berawal karena melihat pamannya mempunyai satu unit HD. Dia melihat motor ini lain dari motor kebanyakan. Selain berbadan besar, juga tampil macho. Apalagi motor ini juga menambah kesan macho pada si pengendaranya. “Saya sering meminta untuk diajari mengendarainya. Saya pun sering ikut paman melakukan touring ke beberapa daerah. Dari titik inilah, kehidupan saya selanjutnya tidak dapat dilepaskan dari motor bongsor itu,” imbuh Djonnie.

Soal macho dan tidak macho memang terkait dengan persepsi orang. Demikian juga yang dikatakan oleh Djonnie Rahmat. Tapi, Djonnie menandaskan Harley-Davidson mempunyai

karakter unik di mata pemiliknya—tak seperti motor lain yang memiliki karakter seragam di mata masyarakat. Sementara, Harley-Davidson justru dipersepsikan secara berbeda-beda. Ibarat sebuah teks dalam ilmu bahasa, Harley-Davidson adalah sebuah entitas yang multitafsir. “Tiap pemilik mempunyai persepsi dan sensasi tersendiri atas karakter Harley-Davidson yang dimilikinya. Sebab itu, berkembang adagium If I have to explain Harley-Davidson, You would not understand,” kata Djonnie.

Karakter unik seperti ini, sambung Djonnie, yang kemudian membuat HD dicintai dan dipuja layaknya sebuah agama. Setiap pemilik merasa sangat bangga menunggangi HD di jalan raya. “Mereka pun dengan bangga bercuap-cuap tentang HD miliknya ke setiap orang. Karena itu, secara tidak sadar mereka menjadi “pendeta” yang mendakwahkan HD kepada masyarakat,” kata dia.Belajar dari HD ini, saya menekankan bahwa sebuah merek akan mendapat tempat di hati pelanggannya apabila mampu masuk dalam komunitas pelanggannya. Tentu, di dalam komunitas tersebut, merek berkomunikasi secara horisontal dengan bercerita, bukan membombardir mereka dengan aneka promosi dan paksaan membeli. Ini eranya New Wave Marketing!

Belajar Komunitisasi dan

Storytelling ala Harley-Davidson

“Tiap pemilik mempunyai persepsi dan sensasi tersendiri atas karakter Harley-Davidson yang dimilikinya. Sebab itu, berkembang adagium If I have to explain Harley-Davidson, You would not understand,”

Page 11: Money&I Vol 27

2120 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

FRONT OF MINDFRONT OF MIND

Bayangkan, dalam 5-10 tahun lagi kita bisa berbelanja gorengan di pinggir jalan dengan membayar lewat kartu kredit, atau membeli bakso yang lewat dengan kartu

debit bahkan ibu rumah tangga bisa membeli minyak tanah atau tabung gas di warung terdekat hanya dengan membawa “kartu gesek”. Apa yang kira-kira akan terjadi, revolusi pola transaksi! Akan banyak bank yang mengajak kerjasama para pedagang kecil kaki lima tersebut, memberikan mereka komisi dan layanan lebih, warung-warung akan memasang banner menerima pembayaran kredit, bahkan tukang bakso tidak perlu lagi menghitung uang hasil penjualannya selama satu hari, cukup dengan gesek rekening tabungannya maka akan terlihat saldonya yang bertambah. Dalam 5-10 tahun kedepan, hal ini sangat mungkin terjadi, sebagaimana di prediksi nantinya uang kartal hanya akan ada di bank saja sebagai simbol, dunia akan mengenal uang digital sebagai

alat transaksi utama mereka. Dan saat ini, indikasi tersebut sudah mulai terlihat ketika Jack Dorsey mulai memperkenalkan apa yang disebutnya dengan Square Up.

Jack Dorsey memang orang yang pandai dalam bidang IT, ia telah menunjukan minatnya dibidang ini sejak usia 13 tahun. Saat itu ia telah berhasil membuat software opensource yang ditujukan untuk distribusi barang, dan hingga kini software itu masih dipergunakan untuk beberapa taksi. Saat mendirikan Twitter, bersama Christopher Isaac Stone dan Evan Williams, Dorsey memiliki ide sederhana untuk mengubah cara berkomunikasi secara sosial. Ide tersebut akhirnya berubah menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai Twitter.

Setelah kuliah di University of Missouri dan di New York, Dorsey pindah ke California. Pada saat itu, pesan instan benar-benar mulai digemari pasar, dengan AOL Instant Messenger menjadi layanan yang sangat populer. Dorsey melihat hal ini dan bertanya-tanya, apakah dapat menggabungkan ide-ide awalnya untuk menyediakan layanan pengiriman pesan status. “Bagaimana jika Anda dapat berbagi status dengan semua teman-teman Anda dengan lebih mudah, sehingga mereka tahu apa yang Anda lakukan. Tapi, Anda tidak harus menulis seluruh blog entry atau Live Journal entry?,” ujar Dorsey seperti dikutip AFP. Ide ini, yang akhirnya melahirkan Twitter.

Perkembangannya pun luar biasa, bahkan pemberitaan tentang beberapa selebriti dunia di publish lebih dulu di media ini. Twitter juga ditengarai sebagai salah satu revolusi dibeberapa negara timur

tengah. Keberadaannya yang fenomenal digunakan oleh banyak perusahaan untuk merilis produk ataupun menerima masukan dari para konsumen mereka. Di Indonesia, Twitter termasuk salah satu media sosial dengan pengguna nomer tiga terbesar di dunia, tercatat 6,2 juta pengguna dengan akses setiap 16 menit setiap harinya. Rata-rata penggunanya nge-tweet setiap 15 detik, sebuah aktivitas sosial dunia maya yang demikian inten. Layanan microblogging ini bahkan digunakan portal berita besar seperti detik.com, kompas.com serta tempo.co untuk memposting berita-berita terbaru mereka. Jack Dorsey sendiri pernah keluar dari Twitter ketika terjadi konflik, namun di tahun 2011 ia kembali lagi dan menjabat sebagai Chairman Twitter.

Namun bukan Twitter yang melambungkan nama Jack Dorsey dan menjadikan pria ini dikategorikan sebagai orang jenius oleh majalah Fortune, namun sebagai CEO Square. Sebuah perusahaan yang bergerak dipembiayaan transaksi online. Ternyata startup yang didirikan pria yang lahir November 19, 1976 ini memberikan kemudahan transaksi pembayaran, terutama bagi kalangan pedagang besar maupun pedagang kecil. Dalam iklannya, pedagang bunga atau hotdog dipinggir jalan, dapat menerima pembayaran kartu kredit atau debit dengan mengunakan pembaca magnetik square yang disambungkannya kedalam smartphone mereka. Kemudahan ini yang membuat startup ini tumbuh dengan pesat di Amerika. Setiap orang yang bertransaksi juga dapat melihat tempat yang telah sempat mereka kunjungi di website Square Up.

Jack mendatangkan alternatif pembayaran transaksi online selain paypal yang selama ini mendominasi. Layanan ini cukup fenomenal di Amerika, tahun 2009 lalu saat pertama kali didirikan, telah berhasil melakukan transaksi sebesar US$3

juta, dan tahun ini diperkirakan transaksi yang terjadi akan mencapai US$ 30 juta. Pertumbuhan square tidak lepas dari peran serta Jack, walau ia menjabat kembali di Twitter, namun ia masih menyempatkan waktu 8 jam sehari untuk Square Up. Tahun ini Square mendapat suntikan dana sebesar US$ 100 juta, hal ini membuat nilai dari perusahaan pembiayaan Square bernilai US$ 1 miliar.

Dengan kesederhanaan ide, keberanian mimpi dan konvergensi tren teknologi yang beragam membuat Square menjadi pendatang baru yang cukup diperhitungkan. Inilah proses ide kreatif yang mencetuskan produk inovatif. Kedepan, Square tidak hanya beroperasi di Amerika Utara saja sebagai basis mereka, namun sangat mungkin melakukan ekspansi ke benua lain termasuk Asia. So, dalam 5-10 tahun mendatang, pedagang nasi Jinggo, pedagang canang bahkan tukang tambal ban sekalipun, dapat bertransaksi online dengan mudah antar pedagang dan pembeli hanya lewat perangkat smartphone dan.. bisa kredit lagi.

Konvergensi tren teknologi, kartu kredit bisa buat beli

nasi Jinggo!

JackDorsey

Page 12: Money&I Vol 27

2322 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Tahun 2010 lalu, diperkirakan 56,5% penduduk Indonesia masuk dalam kategori kelas menengah. Inilah kelompok lapisan

masyarakat yang diyakini akan menjadi motor penggerak perekonomian suatu negara. Dari berbagai riset termasuk yang dilakukan oleh Bank Dunia maupun Asean Development Bank menunjukkan bahwa pola konsumsi baru kelas menengah dan pemikiran mereka yang lebih progresif menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk Indonesia saat ini. Jika beracuan pada definisi bank dunia, maka yang berada dalam kategori kelas menengah adalah mereka yang berada diatas garis kemiskinan negaranya. Itu artinya setiap orang di setiap negara memiliki kualifikasi tersendiri. Kelas menengah di Indonesia mungkin tidak berada pada stage yang sama dengan kelas menengah di Singapura. Sementara definisi yang lebih terukur

versi Asean Development Bank menyebutkan bahwa kelas menengah adalah mereka yang memiliki pendapatan harian sebesar $ 2 - $20 per hari.

Dengan definisi tersebut, menurut ADB antara 2002-2008 terdapat sejumlah 102 juta orang Indonesia atau 46% dari jumlah penduduk yang berhasil naik kelas, bergabung menjadi kelas menengah. Jumlah ini merupakan ke 3 terbesar didunia setelah China yang meningkat sejumlah 817 juta dan India 274 juta. Sepanjang tahun 2008 rata-rata konsumsi para kelas menengah baru ini [upstart] berkisar antara US$2-US$8. Pada tahun 2010 lalu, dari 230 juta populasi diperkirakan 56,5% masuk dalam kategori kelas menengah. Hebatnya, 19% dari jumlah ini hasil kenaikan dari tahun 2003 dimana saat itu kelas menengah hanya berjumlah 37,7% saja.

HOW TO GETInto The Middle Class Market

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Note : Per capita expenditure per day is adjusted to the 2005 purchasing power parity terms.Source: World Bank, March 2011, based on Susenas.

Source: ADB based on BPS

Dengan pendapatan domestik bruto Indonesia yang mencapai lebih dari US$ 70 miliar atau rata-rata per kapita penduduk Indonesia memiliki income US$ 3600 pada tahun 2011 lalu, maka pergerakan pasar konsumen akan bergolak dengan kencang. Sampai dengan tahun 2009 lalu berdasar data dari BPS maka tingkat expenditure masyarakat kelas menengahnya mengalami kenaikan pesat jika dibandingkan dengan periode 10 tahun sebelumnya, khususnya untuk daerah perkotaan yang juga di isi oleh kelompok urban. Sementara pedesaan mengalami penurunan yang disinyalir masyarakatnya berpindah ke kota.

Namun demikian, pasar daerah dalam waktu kedepan akan sangat prospektif. Menurut penelitian dari Standard Chartered Global Research, diramalkan dalam waktu 20 tahun kedepan, pulau Jawa akan mulai ditinggalkan penduduknya. Tahun 2011, 58% penduduk Indonesia ada di pula Jawa, yang luasnya hanya 7% dari luas darat Indonesia. Ditahun 2020, diperkirakan akan menurun menjadi 55,8% dan 53,9% pada 2030. Ini terjadi karena adanya perbaikan infrastruktur dan kemajuan perekonomian daerah, belum lagi dengan banyaknya potensi yang belum termanfaatkan didaerah.

Itulah sebabnya mengapa di perkotaan wajah para middle classnya menunjukkan karakter urban lifestyle, yang kemudian bertemu dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan transportasi, yang berkontribusi pada terbentuknya ”peta dunia” baru, lifestyle, karakter hingga pola konsumsi. Masyarakat yang naik kelas dengan pendapatan perkapita yang meningkat, bertemu dengan kemajuan teknologi, inilah yang melahirkan sebuah komunitas gaya hidup dalam era baru yang memiliki aturan–aturan berbeda. Inilah yang kemudian menyebabkan mengapa saat ini, nyaris

tidak ada konsumen yang loyal, mereka kerap berganti-ganti produk. Sebagian besar dari mereka membeli sebuah produk karena informasi dari orang lainnya, atau word by mouth, dimana teknik pemasaran ini 20 tahun lalu tidak memberikan dampak besar. Pada era dulu, iklan lewat media cetak dan elektronik mempunyai peran besar untuk menggiring persepsi konsumen. Namun saat ini, hal itu tidak mutlak berlaku. Semuanya berubah sebuah keteraturan baru tersebut, melahirkan banyak perbedaan, mematikan bisnis-bisnis lama yang tangguh dan memunculkan penantang-penantang baru yang berani.

Jika Anda seorang business owner, praktisi pemasaran atau decision maker executive. Maka Anda wajib untuk menyadari hal ini, memahaminya dan mengambil kesempatan untuk bertahan dan mengenali strategi tepat untuk membesarkan skala usaha Anda. Inilah era dengan berbagai peluang, dan juga tantangan yang sama besarnya. Ulasan dalam rubrik special feature kali ini, mencoba memetakan fakta-fakta dan trend perubahan yang tengah terjadi dengan pesat selama satu dekade terakhir. Mulai dari keluarnya Indonesia dari krisis moneter, pergolakan politik dan aplikasi demokrasi, naiknya income percapita masyarakat Indonesia bahkan mampu masuk dalam G20 sampai dengan boomingnya social network yang kompilasi kesemuanya melahirkan ideologi baru dan jargon-jargon yang sangat berbeda.

Landscape bisnis berubah dan pasar bergerak dinamis, bahkan bergugurannya raksasa-raksasa bisnis karena dampak perubahan tersebut. Diperkirakan 90% dari perusahaan-perusahaan yang eksis sekarang akan hilang dalam waktu 10 tahun kedepan. Pastikan bukan perusahaan Anda salah satunya.

Page 13: Money&I Vol 27

2524 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

mereka yang sudah menikah akan memulai untuk lebih serius bekerja dan produktif. Ciri yang bisa dilihat dari sebuah negara dimana penduduknya produktif adalah bertumbuhnya bisnis ritel dan shopping mall karena permintaan yang meningkat. Termasuk rumah sewaan, seperti rumah kos yang akan mendapatkan pasar khusus dari mereka yang baru menikah.

Membeli rumah, baru dilakukan oleh kebanyakan dari mereka yang berusia 31 tahun, dan mencapai peak nya di usia 37-42 tahun, itulah sebabnya mengapa KPR atau mortgage tertinggi terjadi. Setelah rumah, baru kemudian orang akan membeli mobil, usia pembelian mobil biasanya terjadi pada usia 45-49 tahun, dinegara dengan jumlah penduduk yang sebagian besar berusia tersebut, maka industri otomotif akan booming. Secara umum, maka usia puncak spending yakni berkisar antara 45-50 tahun. Sekarang, mari kita bandingkan teori demografis tersebut dengan data BPS yang berkaitan dengan usia masyarakat di Indonesia. Saat ini jumlah penduduk usia 20-24 tahun berjumlah 21.146,3 ribu orang dan inflasi relatif tinggi terjadi di akhir tahun 2010 lalu.Secara demografis, tingkat kelahiran penduduk

di suatu negara dapat menjadi indikator masa depan secara berkala dari negara tersebut.

Acuannya sederhana, jika masyarakat berusia dikisaran 20-21 tahun, maka inflasi dinegara tersebut tinggi, karena penduduk yang baru memulai kerja belum produktif sehingga tidak memberikan hasil atau output maksimal, sementara perusahaan atau tempat penduduk bekerja justru mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melatih karyawan. Indikator kedua adalah usia rata-rata seseorang menikah, yang tolak ukurnya di angka 26 tahun, jika suatu negara mencapai jumlah penduduk yang tinggi dikisaran angka ini, maka tingkat produktifitas akan tinggi, karena kebanyakan dari

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

The Rising PopulationShare of Middle Strata

Sour

ce: A

sian D

evelo

pmen

t Ban

k, Se

ptem

ber 2

010

Foto: www.mediakit.com

Walaupun banyak praktisi yang berpendapat bahwa faktor inflasi yang terjadi di Indonesia karena hal-hal lainnya, namun dibandingkan dengan negara lain tingkat inflasi Indonesia masih salah satu yang tertinggi.

Kemudian usia masyarakat antara 25-29 tahun, yang merupakan usia seseorang menikah, maka di Indonesia terdapat sejumlah 20.734,3 ribu orang yang berusia pada angka tersebut. Ini juga merupakan jumlah tertinggi ketiga dari berbagai kelompok usia masyarakat di Indonesia, dan dilihat dari ciri negara yang memiliki banyak masyarakat dengan rentang usia seperti ini, maka sektor retail akan muncul dimana banyak shoping mall, mini market, hypermarket dan lainnya tumbuh sebagai simbol. Terutama yang digalang oleh perusahaan waralaba. Saat ini hal tersebut nyata terjadi di Indonesia. Demikian pula dengan rumah sewa atau kos-kosan yang terus bertambah selama beberapa tahun terakhir. Setali tiga uang dengan otomotif, penjualan sepeda motor dan mobil diperkirakan akan memasuki masa emasnya di era ini.

Perkembangan bisnis retail sendiri cukup pesat selama beberapa tahun terakhir, mulai tahun 2005 mampu membukukan omzet sekitar Rp 42 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 58 triliun pada tahun 2007, dan tahun 2008 mencapai Rp 67 triliun. Tahun 2009 mencapai Rp 80 triliun dan tahun 2010 lalu jumlahnya sudah mencapai 2.524.111 [2,5 juta] store units, nomer 2 yang terbesar di seluruh dunia setelah India.

Hasil survei Nielsen ini juga menyebutkan dari jumlah yang besar tersebut, berlokasi dipulau Jawa 57%, di Sumatera 22% dan 21% sisanya dipulau-pulau lain. Sementara di bidang otomotif, penjualan mobil dan motor ditahun 2010 yang mencetak rekor penjualan lokal tertinggi melebihi yang pernah diraih diperiode tahun 2008.

Penduduk Kelompok Umur

(ribu), 2010

Age Group 2010

0 - 4 21 571 ,5

5 - 9 20 522 ,5

10 - 14 20 396 ,1

15 - 19 21 098 ,7

20 - 24 21 146 ,3

25 - 29 20 734 ,3

30 - 34 19 878 ,2

35 - 39 18 364 ,9

40 - 44 16 507 ,7

45 - 49 14 415 ,1

50 - 54 11 897 ,3

55 - 59 9 073 ,8

60 - 64 6 480 ,2

65 - 69 4 584 ,1

70 - 74 3 566 ,2

75+ 3 944 ,5

Jumlah/Total 234 181 ,4

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia

per Provinsi, BPS

Page 14: Money&I Vol 27

2726 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Data penjualan sepeda motor dari AISI [Asosiasi Industri Motor Sepeda Motor Indonesia] mencapai 6.881.893 selama penjualan 11 bulan –belum termasuk Desember- yang diprediksi akan menembus penjualan 7.300.000 unit. Ini merupakan penjualan dengan rekor tertinggi yang belum pernah diraih sebelumnya, bahkan hanya dengan penjualan selama 11 bulan sudah melewati rekor penjualan selama setahun yang tertinggi pernah terjadi ditahun 2008. Dan AISI memprediksi ditahun 2012 ini penjualan sepeda motor akan menembus angka 9,5 juta unit.

Kemudian masyarakat yang berusia 31 tahun, range-nya 30-34 di Indonesia terdapat sejumlah 19.878,2 [ribu] orang. Jumlah ini memang tidak sebanyak kelompok usia lainnya, namun tetap saja tinggi sehingga mampu menggerek sektor

properti yang terus tumbuh. Bahkan diprediksi di tahun 2011 akan memasuki masa bulan madu bagi bisnis properti. Peak-nya memang diprediksi akan tercapai pada usia antara 37-44 tahun atau jika diambil range yang lebih panjang antara jumlah penduduk berusia 30-44 tahun sebagai rentang usia masyarakat yang memiliki kencenderungan membeli rumah atau berbisnis di properti maka terdapat 54.750,8 [ribu] orang, jumlah ini hampir mencapai seperempat dari penduduk di Indonesia, bayangkan ada 54 juta orang.

Sementara pertumbuhan sektor retail mall dan pusat perbelanjaan sekitar 5%. Dalam perhitungan dari PSA dengan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2011 minimal 6,3% dan suku bunga acuan [BI rate] stabil 6,5% maka hal ini akan membuat persaingan di KPR menggeliat sehingga sanggup

menekan suku bunga, jika itu terjadi maka pasar hunian seharga Rp 100 juta ke atas tidak akan jadi masalah, apalagi dengan townhouse dengan harga Rp 500 juta ke atas yang tidak memerlukan sentuhan kebijakan pemerintah.

Hal ini sudah terlihat ditahun 2011 lalu, dimana penjualan property sudah melebihi target awal pertumbuhan 15%. Untuk rumah sederhana oleh REI [real estate Indonesia] sudah menembus 100.000 unit selama 3 tahun terakhir. Hal ini sangat signifikan dengan penambahan jumlah developer atau pengembang yang terdaftar di REI saat ini sudah mencapai 2.678 anggota, padahal sebelumnya hanya dibawah 2.000 anggota. Namun tetap saja peluang pertumbuhan properti masih sangat terbuka mengingat kemampuan supply para pengembang dan permintaan pasar yang masih timpang.

Setelah kebutuhan rumah terpenuhi, baru kemudian orang akan membeli mobil, usia pembelian mobil biasanya terjadi pada usia 45-49 tahun, di Indonesia terdapat 14.415,1 [ribu] orang. Jumlah ini memang tidak sebanyak kelompok usia yang lain, namun tetap saja besar. Melihat data penjualan mobil yang setali tiga uang dengan penjualan sepeda motor ditahun 2010. Disebutkan dalam data hingga November dari Gaikindo [gabungan industri kendaraan bermotor] menyebutkan untuk penjualan mobil sudah mencapai 694.649 unit dan diprediksi akan menembus 750.000 jika dihitung dengan data penjualan Desember dan

penjualan yang hanya selama 11 bulan juga telah melampui rekor tahun 2008 lalu. Serta diperkirakan pada tahun 2011 kemarin penjualan mobil sudah menembus 1 juta unit.

Inilah yang menunjukkan bahwa peta pasar masyarakat kita telah berubah orientasi secara bertahap, dan ini terjadi karena adanya kenaikan pendapatan di level masyarakatnya. Pertumbuhan domestik yang besar di negara berkembang yang dipimpin Indonesia, sebagai salah satu yang paling kuat patut diapresiasi, karena berhasil memimpin perekonomian dunia yang saat ini tengah beralih dari fase pasca krisis bergerak perlahan menuju pertumbuhan kuat. Dan lebih dari separo pertumbuhan global berasal dari negara berkembang. Pertumbuhan negara berkembang akan terus melampaui negara berpenghasilan tinggi. Indonesia yang tumbuh 5,9% pada tahun 2010, meningkat menjadi 6,2% ditahun 2011 dan diprediksi akan meningkat lagi menjadi 6,5% ditahun 2012.

Jika kita melihat proyeksi kedepan, maka Indonesia punya potensi sosial yang sangat hebat, bayangkan anak usia dibawah 14 tahun sejumlah lebih dari 60 juta jiwa, lima tahun kedepan akan hadir kelompok usia 10-14 tahun saat ini yang akan masuk kedunia kerja dan produktif, jumlahnya mencapai 20 396,1 [ribu] orang, 10 -15 tahun lagi malah ada sejumlah hampir 42 juta orang yang akan muncul. Itu berarti ditahun 2020-2030 potensi jumlah sumber daya manusia Indonesia sangat luar biasa. Jika 10% penduduk Indonesia makmur, itu artinya lebih dari 20 juta jiwa berada dalam kategori mapan. Inilah pasar middle class yang sangat memikat.

Jika 10% penduduk Indonesia makmur,

itu artinya lebih dari 20 juta jiwa berada

dalam kategori mapan. Semua naik level

menuju Indonesia yang sejahtera.

Illustrasi: www.tipsbelanjaonline.com

Page 15: Money&I Vol 27

2928 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Kenaikan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia itulah yang kemudian menunjukkan satu deskripsi baru tentang pasar Indonesia,

ada yang bilang saat ini masyarakat kita diwakili dengan 4 M yakni, middle, mobile, magnum, macchiatos. Kelompok masyarakat sekarang yang didominasi oleh kalangan middle class, orang-orang yang berpenghasilan baik, mampu memenuhi kebutuhan hidupnya akan kebutuhan primer dan mulai berorientasi pada produk-produk konsumtif. Mereka rela membeli secangkir kopi macchiatos seharga Rp 30 ribu dikedai-kedai Starbuck, dan “camilan” nya pun Magnum ice cream dan Mobile dengan gadget yang tetap online. Itu sebabnya mengapa Starbucks tidak pernah sepi, mall senantiasa penuh dan mereka sebagian besar diisi oleh kelompok middle class.

Inilah dampak sosial dari angka pendapatan perkapita US$ 3.500 yang dicapai Indonesia saat ini, walaupun didaerah perkotaan sebenarnya pro ratanya sudah tercapai sejak beberapa tahun sebelumnya. Ketika income per capita tersebut juga

dicapai oleh masyarakat marginal, maka didaerah perkotaan diperkirakan pro rata nya bisa diatas US$ 3.500. Ini artinya pertumbuhan terjadi disemua strata. Dari yang miskin menjadi menengah bawah, dari yang menangah bawah menjadi menengah tengah, yang tengah ke atas dan yang memang kelompok atas yang notabene kaya menjadi semakin kaya. Pergerakan ekonomi ini memang memberikan dampak peningkatan taraf hidup secara serentak disemua sektor dan semua lapisan.

Dengan kantong yang semakin tebal, maka tingkat keinginan akan kebutuhan mereka pun menjadi berbeda. Jika kita sandingkan dengan teori Maslow, maka tingkat kebutuhan dibagi dalam lima tingkat kebutuhan manusia, yakni kebutuhan fisik, keamanan dan keselamatan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang mendesak menjadi prioritas dan berhenti saat terpenuhi dan beralih ketingkat yang lebih tinggi. Apa yang dituliskan oleh Maslow menunjukkan bahwa sifat manusia yang paling dasar adalah terpenuhinya kebutuhan utama, mulai dari pangan, sandang

dan papan [kebutuhan fisik]. Setelah hal tersebut terpenuhi, maka yang berikutnya adalah keamanan dan keselamatan, diatas kedua kebutuhan dasar tadi, maka pemenuhannya adalah sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.

Kelompok middle class terdiri, dari 3 lapisan, yakni bottom middle class, middle-middle class dan top middle class. Di kelompok kelas menengah ini, maka sebagian besar dari mereka termasuk kelompok masyarakat yang sudah terpenuhi kebutuhan primernya seperti pangan dan sandang. Namun di lapisan bottom middle class mulai melirik pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, seperti tempat tinggal yang biasanya baru dapat terpenuhi lewat kontrakan atau rumah kos. Sementara di level middle-middle class, kebutuhan akan tempat tinggal sudah teratasi sekalipun mungkin lewat program KPR bank, dan mereka sudah mulai berpikir ke arah sosial, baik keluarga, kelompok kerja dan komunitas-komunitas lainnya. Baru dikelompok Top Midde Class, masyarakatnya sudah mulai membutuhkan pemenuhan akan ego,

prestasi, status dan achievement.

Di tingkatan kelas menengah, masyarakatnya mulai memperhitungkan pola hidup yang nyaman, aman dan terpenuhinya kebutuhan sosial. Jika dilihat pada pendekatan pemenuhan sektor kebutuhan manusia yang lebih detil dan rinci, maka aktivitas pemenuhan kebutuhannya pun akan menunjukkan orientasi yang berbeda-beda disetiap level kelas menengah. Dikelompok masyarakat kelas menengah, cenderung telah terpenuhi kebutuhan fisiknya, bahkan tingkat keamanan & keselamatannya serta kehidupan sosial yang lebih baik. Mereka punya kelompok masyarakat untuk bersosialisasi di cafe-cafe atau tempat rekreatif lainnya, dan memenuhi kebutuhan life style mereka. Namun di tingkatan bottom class maka yang terpenting adalah kebutuhan fisiknya. Kebutuhan untuk makan, minum, pakaian dan tempat tinggal sebagai kebutuhan primer yang harus mereka miliki.

What Middle

Class Want?

Kelompok middle class terdiri, dari 3 lapisan, yakni bottom middle class, middle-middle

class dan top middle class.

Page 16: Money&I Vol 27

3130 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Dari gambaran tingkat kebutuhan tersebut, maka kita bisa memetakan strata atau stage kelompok middle class ke dalam 3 kategori,

yakni Kelas menengah bawah, kelas menengah tengah dan kelas menengah atas. Masing-masing berbeda karakternya.

Kelas menengah bawahKelas menengah bawah merupakan kalangan upstarts, yang baru saja naik kelas. Mereka masih lebih fungsional, mementingkan hubungan personal dan masih memegang kultur daerah. Mereka masih meraba-raba gaya hidup di level yang baru ini. Satu hal yang pasti mereka memiliki uang untuk dibelanjakan. Bahkan tidak sedikit yang berpenghasilan melebihi executive dikantoran. Katakan saja seorang tukang bangunan, saat ini

Middle Class Behavior Trend

jasa mereka per hari setidaknya dibanderol dengan harga Rp 60.000 – 120.000. Seandainya saja mereka bekerja sesuai dengan jadwal pegawai kantoran, maka sebulan tidak kurang dari Rp. 1,5 -2 juta bisa mereka kantongi. Hal ini dapat tercermin dari banyaknya pedagang asongan, kaki lima, pemulung bahkan office boy yang memiliki smartphone.

Mereka terkoneksi dengan orang lain, membelanjakan hasil kerjanya dalam bentuk pulsa tanpa berpikir dua kali. Membeli pakaian di mall-mall, tidak lagi kepasar-pasar tradisional. Makan siang pun, mereka lebih suka di warung-warung terdekat proyek mereka, daripada harus repot-repot membawa ”rantang” dari rumah. Kelompok ini juga masih cenderung loyal pada sebuah produk, dan tidak terlalu cerewet dan suka komplain. Namun kelompok kelas ini suka bertanya, mencari sesuatu yang belum mereka miliki atau pahami, mereka penasaran dan mencoba. Kelompok ini masih gemar mencari-cari dan konsumtif karenanya, itulah yang menjadikan kelompok kelas ini tidak terlalu peka terhadap harga. Selama mereka mampu membelinya, tanpa berpikir panjang mereka akan memutuskan untuk membeli.

Kecenderungan lainnya adalah pada hal teknologi, kelompok upstart, sudah mulai mengeksplorasi gadget atau perangkat elektronik yang canggih. Sekalipun mungkin bukan perangkat dengan

merek terbaik, namun setidaknya memiliki fungsi yang sama. Mereka mulai belajar agar dapat terkoneksi, menggunakan social network dan buat akun email. Membuka Youtube dan download MP3. Mereka beradaptasi dengan penghasilan mereka yang semakin baik.

Kelas menengah tengahBerbeda halnya dengan kelompok kelas menangah tengah, mereka cenderung lebih teliti. Sekalipun beberapa diantaranya memiliki penghasilan sebesar masyarakat menengah bawah, tapi mereka sudah lama berada pada level gaya hidup menengah tengah, dan mapan berada dilevel ini. Mereka value conscious, memahami dengan baik akan nilai produk, mereka orang-orang yang berani melakukan komplain jika produk yang dicarinya tidak sesuai harapan, bawel dan cerewet namun masih loyal jika sudah merasa nyaman pada sebuah produk dan kemudian men-sharing-kan produk tersebut ke publik, lewat teman atau sosial media. Ketelitian membuat kalangan menengah tengah ini peka terhadap harga, dan rela menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk mencari produk yang sama dengan harga yang lebih murah bahkan untuk Rp. 1.000 sekalipun. Masih ingat kasus antrean Blackberry beberapa waktu lalu, yang

memakan korban sampai dengan kepolisian harus membubarkan antrian, yup seperti itulah gambaran kelompok kelas menengah tengah.

Namun sebaliknya, jika mereka kecewa pada sebuah produk, maka mereka pun dengan mudahnya menyampaikan kekecewaannya tersebut ke publik, itu sebabnya mengapa belakangan UU ITE diberlakukan, yang awal muaranya dari kebebasan masyarakat menyampaikan pikirannya lewat internet yang dapat dilakukan dengan mudah.

Kelas menengah atasJika dikelas menengah bawah

dan tengah memiliki perbedaan yang tidak banyak, bahkan dari income pun tidak jauh berbeda. Maka dikelas menengah atas menunjukkan perbedaan yang besar. Mereka sudah masuk kelompok hampir kaya. Distage ini, mereka memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap seluruh fitur produk baik barang atau jasa. Itu sebabnya mereka sangat teliti dan cenderung mengikuti dengan baik perkembangan ter-update, jika Blackberry mengeluarkan seri terbarunya, maka kelompok inilah yang pertama kali memilikinya.

Mereka umumnya sudah memiliki rumah atau setidaknya mobil sekalipun dengan status kepemilikan lewat kredit. Bertransaksi pun dengan credit card, mereka sudah menjadikan technology as a lifestyle. Mereka membutuhkan kenyamanan yang tinggi, suka berlibur dan traveling ke berbagai tempat, sekalipun dengan hotel-hotel kelas bintang 3, bahkan keluar negeri sudah bukan hal yang aneh. Makan di restauran mewah bersama keluarga dan merayakan hal-hal kecil sebagai party ditempat-tempat yang bergengsi. Mereka sudah nyaris masuk dalam kelompok kaya, dengan gaya hidup yang tidak ubahnya kalangan atas. Hanya jumlah penghasilan saja yang menjadikan kelompok ini masih masuk dalam stage kelas menengah.

Page 17: Money&I Vol 27

3332 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Dari tiga stage middle class tersebut, Masing-masing stage menunjukkan karakter yang berbeda-beda, namun demikian secara

keseluruhan ada beberapa behavior trend yang linier. Secara umum maka pemetaan behavior mereka adalah sebagai berikut :

Konsumtif Satu hal yang pasti, baik middle class bawah, tengah ataupun atas adalah masyarakat yang sangat konsumtif. Namun demikian mereka cenderung berorientasi pada produk-produk yang memberikan tawaran discount atau potongan harga. Survey online Nielsen pada bulan November 2011 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi ketiga dari 56 negara dalam daftar customer confidence index. Posisi ini dibawah India dan Saudi Arabia, namun diatas Singapura, China dan AS. Terdapat 86% responden yang memiliki rasa percaya diri tinggi terhadap kemampuan untuk berbelanja, dan menyatakan bahwa keuangan mereka akan berada pada kondisi yang baik atau sangat baik selama 12 bulan kedepan. Sikap konsumtif inilah yang menjadikan pasar domestik kita mengalami dinamika yang luar biasa selama beberapa tahun terakhir dan memancing capital inflow. Investasi dari luar negeri yang beramai-ramai berebut masuk ke pasar Indonesia yang gemuk, berkantong tebal dan hebatnya, mereka tengah bingung mau menghabiskan dananya dimana.

Fastest and Easiest AvailableBehavior mereka yang kedua adalah instant character, middle class merupakan kelompok masyarakat yang umumnya pekerja keras, sehingga mampu mencapai tingkat penghasilan yang mumpuni untuk menaikkan gaya hidup mereka. Kelas menengah bawah, umumnya berprofesi ganda. Mereka menjadi satpam di pagi hari dan menjadi ojek dimalam hari. Atau dilevel menengah tengah yang memiliki usaha sampingan seperti counter penjualan pulsa dirumah kontrakan mereka. Dengan durasi kerja yang demikian padat,

maka mereka mulai melakukan skala prioritas, alternatifnya pada hal-hal yang instan. Mereka tidak lagi mencuci pakaian sendiri atau memasak, mereka memutuskan menggunakan jasa laundry service atau membeli makanan diluar. Mereka berbelanja di modern store terdekat bahkan terkadang hanya lewat katalog saja. Kalangan menengah atas sudah mulai bertransaksi dengan e-mobile, memiliki akun Paypal atau credit card dan bertransaksi di e-commerce. Mereka orang-orang yag kekurangan waktu, mereka membutuhkan akses pada hal-hal yang instan, kecepatan dan kemudahan dalam memperolehnya, itu juga alasannya mengapa produk bundling laku keras dipasaran. Konsumen yang super sibuk, time constraint, bahkan tidur pun dianggap wasting time oleh kebanyakan mereka.

Technology as a tools, technology as a lifestyle. Kebutuhan akan hal yang instan itulah yang kemudian mengkonversi segala aktivitas riil mereka kedalam bentuk digital. Jumlah netizen di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 50 juta orang - meningkat 17% tiap tahun, dan agar lebih cepat dan lebih mudah dalam pemenuhan kebutuhan, maka jadilah perangkat teknologi bukan sebatas hardware, namun juga bagian dari gaya hidup. Mulai dari mencari berita secara online, belanja online, bayar listrik online dengan mobile banking. Tahun 2011 lalu, jumlah sim card yang beredar diatas 246 juta, diatas jumlah penduduk Indonesia. Tumbuh 30% dari tahun sebelumnya, dan diperkirakan 30% atau sejumlah 70 juta pengguna telepon seluler menggunakan layanan data dan tersambung dengan internet. Serta beberapa operator seluler memperoleh 17-18% pendapatannya dari layanan data. Jika di negara-negara maju sebagian besar masyarakatnya terkoneksi lewat PC, maka di Indonesia hal tersebut terjadi lewat smartphone. Itu sebabnya penjualan smartphone tahun 2011 lalu di estimasi mencapai 6,68 juta unit atau bertumbuh sebesar 84% dari tahun 2010.

Untuk tipe tablet sendiri diperkirakan terjual sekitar 3,5 juta unit tahun 2012. Hal inilah yang menjadi boaster sosial media. Per Februari 2011, Kaskus memiliki 2,67 juta anggota terdaftar dengan unique visitor 24 juta. Sementara untuk Facebook, terdapat 40,8 juta akun di Indonesia yang menjadikan negara ini sebagai pengakses Facebook kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Di Twitter, Indonesia berada di nomer 3 dengan jumlah pengguna 6,2 juta

setelah Jepang dan India. Mark Zuckerberg sendiri memperkirakan pengguna online akan meningkat 2 kali lipat setiap tahunnya. Jeremy Bentham seorang filsuf dari Inggris menyatakan bahwa manusia merasakan bahagia jika orang lain memperhatikan kegiatannya. Itulah yang menjadikan di Indonesia terdapat 1.293.131 tweet per hari atau 15 tweet tiap detik. Tidak hanya itu, lebih dari 90% warga internet di Indonesia menggunakan situs photo sharing. Inilah gaya hidup baru para middle class.

Hardworker to get a Multi Source IncomeDi kelompok middle class, adalah orang-orang yang “dituntut” untuk adaptif pada gaya hidup sesuai trend. Teknologi dan akses instan, dimana kedua hal ini tidak murah. Sebagian middle class mungkin sudah memiliki sumber pendapatan yang solid, dan mereka mulai berpikir bagaimana jumlah pendapatan yang mereka miliki agar kembali dalam bentuk modal dan diputar untuk mendapatkan sejumlah keuntungan. Namun middle class yang belum mencapai pemenuhan kebutuhan sesuai dengan tuntutan saat ini dengan pendapatan mereka, jadilah mereka membutuhkan sumber penghasilan lain.

Secara keseluruhan kelompok middle class ini adalah orang-orang yang pada akhirnya menjadi hardworker, bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang mampu meng cover gaya hidup mereka. Yang kelompok bottom middle class, yang mungkin berprofesi sebagai sopir, tukang bangunan, office boy atau satpam, memberdayakan pasangan mereka [istri atau suami] untuk turut

bekerja dan menghasilkan, kalaupun tidak, mereka membuka sumber pendapatan baru dalam bentuk usaha-usaha informal. Siang hari berprofesi sebagai satpam, sore hari membuka usaha bakmie di lahan-lahan parkir yang dapat mereka sewa dengan tarif murah per bulannya. Atau menjadi ojek, pencari bunga dan banyak sumber penghasilan lainnya yang mulai dilakukan.

Di kelas menengah tengah, dengan jumlah gaji yang lebih baik, berprofesi sebagai eksekutif kantoran, mulai memikirkan usaha berbasis franchise atau waralaba, yang sistemnya lebih sederhana dan mereka tidak harus turun tangan langsung dalam operasionalnya. Sementara di top middle class, mereka umumnya sudah loncat kuadran, tidak lagi sebagai pekerja kantoran, namun pengusaha yang keuntungan usahanya masih mencukupi untuk investasi di instrumen-instrumen keuangan.

Preparation [Investment & Softskills conscious]Itulah sebabnya, khususnya di level menengah tengah ke atas, sebagian dari kelompok middle class ini mulai menyadari akan pentingnya investasi atau persiapan hari depan. Mereka berasuransi, membeli properti atau emas, bermain saham atau indeks. Di level menengah bawah biasanya baru menyadari akan pentingnya peningkatan kompetensi diri, mereka ikut seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan yang mampu menunjang softskills, kalaupun mulai menanamkan kembali uangnya, biasanya di bisnis yang minim modal dan minim resiko, usaha informal atau MLM bisa jadi pilihan tepat.

Middle Class Profile

Page 18: Money&I Vol 27

3534 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Tahun 2005 lalu, Nielsen melakukan riset, sebuah survei berkaitan dengan faktor apa saja yang dipertimbangkan customer saat

ini dalam memilih tempat belanja. Hasilnya mudah ditebak, di urutan 5 besar diisi oleh Convenient, Low price, Have what I want in stock, Good service & Good product. Survei yang sama kemudian dilakukan setelah 5 tahun dimana pada tahun 2010 ternyata ada pergerseran yang fundamental.

Pada urutan pertama yang menjadi faktor terpenting orang memilih tempat belanja adalah tempat yang paling mudah bagi customer untuk mendapatkan produk yang dicarinya, kemudian low price dan good value for money tetap diposisi kedua dan ketiga sementara convenience turun ke peringkat 5.

Yang mengejutkan adalah diperingkat 4 dimana ternyata customer sangat terpengaruh oleh attactive & interisting promotion. Satu faktor yang dulunya belum banyak mempengaruhi. Ini

artinya potongan harga dan hal sejenis menjadi pertimbangan. Ditingkat yang lebih bawah maka konsumen sangat berharap bisa mendapatkan semua barang yang diinginkannya dalam satu tempat, itu sebabnya Anda harus memiliki stok produk dengan varian yang lengkap. Di peringkat 9 adalah brand, itu sebabnya retail berbasis franchise memiliki keunggulan disini. Display produk yang rapi menjadi alasan ke 10 bagi customer untuk memilih tempat belanja.

Faktor-faktor inilah yang menjadi nilai tambah bagi modern store sehingga mampu menang dalam persaingan. Perhatikan apa saja yang berubah dari behavior customer hanya dengan jarak 5 tahun saja [bandingkan hasil survey tahun 2005 dengan tahun 2010, selain yang kami berikan petunjuk secara langsung, masih banyak perubahan poin yang berubah posisi skala prioritas customer].

Dengan karakter kelas menengah yang membutuhkan kecepatan pelayanan dan

Lean, Simply & Easly Reach

pemenuhan kebutuhan, kegiatan aktivitas yang padat menjadikan mereka selalu kekurangan waktu dan akhirnya menjadikan kelompok pasar ini lebih praktis dalam memutuskan dalam melakukan pembelian. Mereka cenderung berbelanja di tempat paling mudah diakses. Itu sebabnya mengapa pada hasil survei Nielsen diatas menunjukkan fakta tersebut. Inilah yang kemudian mematikan supermarket dan pasar tradisional dan menumbuh suburkan gerai-gerai kecil yang tersebar di banyak tempat.

Masyarakat dulu masih memiliki waktu untuk berbelanja, saat ini tidak lagi, jika mereka memutuskan untuk melakukan pembelanjaan dalam jumlah besar, mereka memilih Hypermart, tempat dimana mereka juga berekreasi, bukan sebatas belanja. Hypermart memberikan layanan one stop shopping. Namun jika untuk kebutuhan instan, maka minimart menjadi pilihannya. Dan itu pula alasannya mengapa saat ini tempat usaha yang convenience sangat digemari pasar, tempat yang

nyaman menumbuhkan kepercayaan customer bahwa mereka akan mendapatkan produk yang berkualitas.

Kelompok middle class juga sangat sensitif dengan harga, itu terlihat dari low price for most item menjadi faktor kedua customer melakukan pembelian. Namun middle class juga sangat peka terhadap kualitas, mereka sangat mudah menggerutu jika produk yang dibeli ternyata dibawah ekspektasi mereka.

Ini menyebabkan pilihan para pebisnis kian terbatas, bagaimana menawarkan produk berkualitas dengan harga murah. Pilihannya cuma satu, lakukan efisiensi diluar ongkos produksi. Itulah yang saat ini tengah dilakukan banyak perusahaan. Memaksimalkan kinerja karyawan, memutus saluran distribusi yang terlalu panjang dan menggunakan media iklan yang lebih murah namun efektif. Ini akan menekan cost tanpa harus menawarkan produk murah yang murahan. Lean, Simply & Easly Reach.

Sumber: Survey Nielsen

Page 19: Money&I Vol 27

3736 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Pernahkah Anda melihat iklan via twitter dari Ernest Prakasa, stand up comedian yang memiliki ribuan follower tersebut sempat

menyita perhatian beberapa waktu lalu, karena gagal memancing kesan para followernya. Ada 135 orang yang memilih dislike dan hanya 3 orang yang menyukai iklan tersebut. Atau iklan salah satu operator selluler yang menunjukkan bagaimana sebuah warung yang sepi dan jauh dari wilayah bisnis namun kemudian ramai dikunjungi gara-gara salah satu customer-nya memuji tempat tersebut via sosial media, yang kemudian dibaca banyak orang yang penasaran dan akhirnya berbondong-bondong datang. Ini memang skenario iklan, namun diambil dari kisah nyata, dimana saat ini banyak sekali produk atau tempat usaha yang dikunjungi

Promosi Cara Baruoleh customer, dimana mereka mengetahui keberadaan produk tersebut dari internet.

Esensi dari proses marketing diatas adalah peran sosial media atau internet yang saat ini demikian kuat. Kabarnya, seseorang yang memiliki ribuan follower akan dibayar sejuta oleh produsen, per sekali tweet untuk memuji produk yang dipasarkan produsen tersebut. Twitter, Facebook, Youtube dan media sosial lainnya menjadi wadah promosi yang memberikan efek luar biasa, persis seperti cerita warung diatas.

Hal ini diperkuat dengan hasil survei Nielsen yang menemukan bahwa tingkat kepercayaan konsumen kepada berbagai media advertising

Bahkan di Amerika, hal ini sudah membangkrutkan banyak rak-sasa media karena mengalami penurunan pendapatan iklan. Asosiasi surat kabar di Amerika Serikat mengumumkan omzet iklannya turun 7,3% di 2011 menjadi US$ 23,94 miliar. Dalam enam tahun berturut-turut omzet iklan koran terus menurun. Selain koran, bisnis iklan cetak juga mengalami penurunan 9,2% di 2011 menjadi US$ 20,69 miliar. Angka ini berbanding terbalik dengan bisnis iklan online yang omzetnya justru meningkat 6,8% menjadi US$ 3,25 miliar.

Bisnis iklan koran sendiri sebenarnya sudah mengalami penurunan sejak 2006, dan penurunan tertajam pada 2009 sebesar 27,2%. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan pendapatan iklan, akibat sirkulasi yang turun dan juga migrasi pembaca kepada berita ‘gratis’ secara online. Ini pula yang menjadikan banyak media cetak yang mulai beralih ke platform website. Segera lakukan perubahan, pahami gaya beriklan cara baru ini yang jauh lebih murah dan mudah untuk memenangkan kelas menengah.

Tingkat Kepercayaan Konsumen kepada Berbagai Media Advertising

Sumber : Nielsen Global Online Consumer Survey, April 2009

Foto : www.cognizantmedia.com

Bisnis iklan koran sebenarnya sudah mengalami penurunan karena migrasi pembaca kepada berita

‘gratis’ secara online.

Pahami gaya beriklan cara baru yang jauh lebih murah dan mudah untuk memenangkan kelas menengah.

mengalami perubahan pesat, saat ini 90% tingkat kepercayaan konsumen justru pada rekomendasi orang-orang yang mereka kenal, kemudian 70% dari website atau opini customer lewat media online, yang sebagian besar dilakukan via sosial media atau forum-forum seperti kaskus. Ditingkat keempat 69% tingkat kepercayaan pada editorial comment, atau pendapat media pada sebuah produk yang dipublish. Dan 64% dari brand sponsorship, seperti acara-acara olah raga, seminar bisnis, konser musik atau event lainnya.

Baru diurutan selanjutnya menunjukkan tingkat kepercayaan kepada media advertising terlihat dari “jalur lama” yang saat ini kian ditinggalkan yakni TV, koran, majalah dan radio.

Page 20: Money&I Vol 27

3938 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Kenaikan kelas masyarakat ini, bukan hanya sebatas terlihat dari sisi customer, namun juga terdapat para produsen atau

perusahaan yang juga mengalami kenaikan kelas level usaha mereka. Itu sebabnya, Anda harus menyadari potensi persaingan disegmen kelas menengah yang saat ini menjadi incaran pasar bagi kompetitor. Pesaing dapat dikategorikan dalam 3 kelompok, yang pertama adalah upstarts, yakni merek kelas bawah yang mau naik kelas. Kedua possessors, yakni merek yang sudah lama berada di kelas menengah dan ketiga progressive, yakni merek yang ingin memperluas pasar melalui kelas menengah.

Upstarts Perry T, pemilik gerai yang kerap disebut raja FO [fashion store] mengatakan bahwa usaha yang paling diwaspadainya bukanlah dari perusahaan-perusahaan besar, melainkan justru dari butik butik FO kecil, alasannya sederhana, karena kebanyakan dari usaha tersebut ditangani langsung oleh owner-nya sehingga mampu memberikan perlawanan dalam hal merebut pasar. Perusahaan-perusahaan kecil dengan struktur organisasi yang ramping, cost yang rendah namun dengan produk yang

Competitors in Middle Market

berkualitas mampu menawarkan harga yang relatif lebih murah, dan umumnya ditangani langsung oleh pemiliknya, sehingga ketika terjadi perubahan trend pasar, mereka yang paling dulu melakukan perubahan dan penyesuaian, sehingga lebih dulu memenangkan pasar. Inilah karakter merek-merek upstarts, kecil dan taktis. Mampu melakukan berbagai “manuver” marketing yang menyita perhatian pasar dan mengalihkan konsumen ke unit bisnis mereka sebagai pesaing. Gerakan mereka independen dengan semangat kebebasan yang digandrungi kalangan kelas menengah muda. Anda harus menjadikan pesaing seperti ini sebagai lawan utama yang harus diwaspadai.

Didalamnya kebanyakan terdiri dari orang-orang kreatif dengan talenta multitasking, pekerja keras dan siap berjibaku dengan waktu, sekalipun harus bergerak dengan modal terbatas. Kalangan merek upstarts selama beberapa tahun terakhir ini telah menyita banyak perhatian karena inovasi mereka yang seolah tanpa batas. Dulu kita lihat gebrakan upstarts diwakili oleh Dagadu Jogja, baju kaos yang diminati dan menggoyang merek-merek baju kaos mapan seperti C59. Sekarang kita lihat kripik pedas Maicih yang mampu menjual 100 ribu bungkus per pekan hanya dari industri rumahan, ini menggoyang merek-merek mapan dari perusahaan besar yang juga memproduksi snack.

Selain Maichih, sebelumnya telah muncul Kebab Turki, jaringan Coffee Toffee, bahkan di jagat media ada Detik.com yang fenomenal tersebut, dan mampu menggeser merek-merek koran besar yang mengalami penurunan oplah dan membawa mereka untuk ikut bersaing di media online. Di industri pariwisata dan transportasi ada AirAsia, dengan budget hotel mereka Tune, yang akhirnya ditiru oleh perusahaan-perusahaan besar untuk melakukan hal yang sama, Grup Harris membangun Pop Hotel dan Aston Internasional dengan Fave Hotelnya, yang menyasar segmen pasar yang sama. Dimerek-merek upstarts, demikian dinamis dan ketat.

Possesors Sementara merek possesors, adalah perusahaan yang sudah lama berada pada zona pasar middle class, mereka memang sedari awal telah nyaman dengan segmen tersebut, yang mereka lakukan biasanya bersikap defend terhadap upstarts atau pun perusahaan besar yang mencari ceruk di pasar mereka. Kebanyakan dari mereka melakukan strategi plagiat atau general, namun mereka memiliki keunggulan dengan pemahaman peta pasar yang lebih baik. Mereka umumnya telah membangun relationship dengan customer dan mendapatkan sedikit dari loyalitas mereka. Kelompok ini terlihat pada perusahaan waralaba internasional seperti Dunkin Donut, KFC atau McD. Mereka mempertahankan kelas pasar mereka dan berupaya menambah gerai untuk menumbuhkan omzet perusahaan. Sementara merek lokal seperti Wong Solo dan Iga bakar misalkan, masih berusaha bertahan dari himpitan pesaing-pesaing baru yang tangguh. Namun tidak sedikit pula yang akhirnya gagal. Kelas supermarket misalkan, yang akhirnya mulai ditinggalkan pasar. Gerai supermarket Tiara Dewata misalkan yang kian berkurang atau Supermarket Hero yang akhirnya pelan-pelan diganti oleh Giant Hypermart [Merek Malaysia yang masih satu grup dengan Hero].

Progressive Jika dulu perusahaan besar kerap hadir dengan berbagai kekurangan yang biasanya menjadi ceruk untuk direbut usaha kecil, namun saat ini justru sebaiknya, dimana banyak perusahaan besar yang justru mencari ceruk dipasar kelas yang lebih bawah yakni kelas menengah. Mereka membangun konsep

komunitas, gerakan dengan “isu” nasionalisme dan mencoba membangun persepsi kelas menengah akan trend baru gaya mereka. Jargon seperti “kalo nggak pake merek X nggak gaul”, menjadi hal yang biasa. Namun tantangan mereka adalah merek mainstream yang mereka miliki biasanya tidak mudah diterima pasar yang menyukai eksluvifitas, alhasil banyak dari perusahaan tersebut yang membentuk merek-merek baru yang mewakili spirit kelas menengah. Aston Hotel misalkan yang memperkenalkan Fave Hotel atau Harris yang memperkenalkan Pop hotel sebagai upstarts.

Beberapa perusahaan besar yang saat ini “mengincar” kelas menengah adalah Honda dan Yamaha, persaingan kedua merek otomotif besar tersebut saling berebut pasar. Dulu Honda penguasa 60% market share sepeda motor, belakangan tidak lagi, mereka hanya jago di kelas bebek, sementara sport dipegang Yamaha. Namun peta terus berubah seiring dengan diluncurkannya produk-produk baru yang lebih variatif. Lainnya kita bisa lihat dari persaingan operator celluler yang melakukan perang harga. Di Perbankan ada BCA yang memperkenalkan tahapan xpresi untuk nasabah dibawah 25 tahun, yang memberikan kemudahan ala anak muda seperti tanpa buku tabungan, model kartu yang catchy, dan akses langsung ke internet banking. Di gadget, Samsung melakukan gebrakan dengan mengeluarkan notebook seri 9 yang mencari target pasar perempuan. Atau 4Fingers Crispy Chicken, jaringan resto asal Korea ini berusaha menyasar segmen urban dengan membawa nuansa khas gaya hidup perkotaan Amerika untuk segmen anak-anak muda Indonesia.

Foto: www.republika.co.id

Foto: www.belanjaonline.com

Foto: www.belanjaonline.com

Page 21: Money&I Vol 27

4140 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Saat ini internet sangat berbeda dengan 15 tahun lalu dimana saat itu internet sangat rumit dengan berbagai bahasa program,

namun sejak teknologi Web 2.0 ditemukan, maka evolusi bisnis di dalam industri komputer terjadi dan menjadikan internet sebagai platform. Di web 2.0 Anda bisa mengakses hal-hal yang saat ini menjadi trend seperti Facebook,Youtube, Friendster, Twitter dan website jejaring sosial lainnya dengan mudah bahkan tanpa harus memahami bahasa program apapun. Inilah yang menjadikan internet sebagai lifestyle dan menggeser beberapa fungsi pemasaran era konvensional dengan akses cepat saat ini. Hasil riset dari Markplus Insight menunjukkan bahwa pertumbuhan penggunaan Internet di Indonesia terus meningkat. Jika di tahun 2010 lalu rata-rata penetrasi penggunaan Internet di kota urban Indonesia masih 30-35 persen, di

Ekspansi ke JalurOnline

Internet melahirkan C to C transaksi, yakni pemasaran langsung dari customer ke customer.

tahun 2011 ini angkanya sudah di kisaran 40-45 persen. Angka pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia masih didominasi oleh anak muda dari kelompok umur 15-30 tahun. Dimasing-masing kota yang disurvei, sekitar 50% - 80 % dari pengguna Internet merupakan kaum muda, dan juga memberikan indikasi bahwa rata-rata pengguna Internet di Indonesia mengakses melalui smartphone dan notebook. Diperkirakan ada 29 juta mobile Internet user di Indonesia, dan

angka ini meningkat hampir 100 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 16 juta orang, inilah para midddle class.

Internet melahirkan C to C transaksi, yakni pemasaran langsung dari customer ke customer. Middle class adalah customer yang sangat mengandalkan internet sebagai sarana komunikasinya. Penggunaan internet menghasilkan ekonomi berbiaya rendah dan memungkinkan menjual produk dengan harga lebih murah, harga yang disukai kelas menengah. Itu sebabnya banyak unit usaha yang saat ini mulai menggunakan internet untuk melakukan pemesanan barang secara online daripada secara manual yang cost-nya lebih besar. Pemasaran lewat internet sering diilustrasikan sebagai upaya ekspansi secara online. Ibarat membuka outlet namun dalam dunia maya. Ekspansi seperti ini jelas berbeda dengan membuka cabang dalam dunia nyata.

Menyadari hal ini, berbagai perusahaan besar juga akhirnya turut terlibat dalam strategi

pasar online tersebut. Grup Djarum misalkan yang mengembangkan www.blibli.com, dan juga bekerjasama dengan situs forum paling fenomenal di tanah air Kaskus. Sementara Telkom lewat Plasa.com sudah melakukan rekonstruksi platform e-commerce mereka yang kabarnya hingga menggandeng Gmarket dari Korea. Gramedia mengintegrasikan Gramediahop dan Gramediaonline. Demikian pula dengan MNC Grup yang menggandeng Rakuten asal Jepang, atau Chairul Tanjung lewat Trans grup yang membeli Detik.com.

Startup lokal yang telah meramaikan pasar online ini juga tidak sedikit, mulai dari Toko Bagus, Krazy Market, Kemana.com, Tokopedia, Gantibaju.com, lapar.com, Bhinneka.com, Dealkeren.com atau Disdus.com yang saat ini juga sudah dibeli oleh investor asing. Itu sebabnya, jika saat ini perusahaan yang Anda miliki masih belum bergerak ke strategi online, dalam waktu kedepan akan kehilangan begitu banyak pasar potensial dari middle class, yang katanya terlahir sudah membawa mouse ditangan kanannya.

Jika saat ini perusahaan yang Anda miliki masih

belum bergerak ke strategi online, dalam waktu

kedepan akan kehilangan begitu banyak pasar

potensial dari middle class.

Foto: www.yingke.eu

Page 22: Money&I Vol 27

4342 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL FEATURE SPECIAL FEATURE

Dulu masyarakat mengenal binatu, jasa cuci pakaian yang dapat dipanggil kerumah, saat ini beralih ke laundry service yang modern

dan lebih murah. Demikian pula dengan losmen melati yang perlahan justru menjadi layanan kos bulanan, dan konsep hotel melati sendiri mulai tergantikan dengan guest house atau homestay yang diminati kalangan wisatawan. Sementara di

sektor ritel konsep franchise begitu menggurita dengan modern service, dan tidak sedikit jasa cuci film yang tidak mau beradaptasi pada perubahan digital justru kehilangan pasar dan hilang.

Demikian pula dengan produk, perbedaan era telah melahirkan berbagai produk yang lebih spesifik, sehingga core suatu unit bisnis bisa demikian

variatif, kalau dulu ada toko pakaian yang menjual segala jenis barang, saat ini justru kian spesifik, ada factory outlet untuk produk-produk branded harga murah, distro yang eksklusif karena diproduksi dengan jumlah terbatas atau bahkan galeri khusus pakaian batik atau kebaya.

Belum lagi dengan usaha-usaha jenis baru yang masih berkaitan dengan spesialisasi diatas, saat ini ada toko khusus penjualan mur dan baut, bayangkan hanya menjual mur dan baut saja, kalau dulu kita hendak mencari kedua produk itu maka toko bangunan adalah tempatnya, kini sudah berdiri sendiri, dan nyatanya sekalipun yang dijual hanya mur dan baut saja, pemilik usahanya mendapatkan keuntungan yang besar setiap bulannya. Dibeberapa kota lain juga sudah mulai ada toko khusus penjual kaos kaki dan tangan saja, yang dulunya biasa didapatkan di toko-toko pakaian.

Bahkan telah ada bisnis-bisnis baru yang muncul baik karena teknologi yang bergeser atau kebutuhan dan gaya hidup yang berubah, misalkan

jasa kurir antar kota, gerai fastfood modern dan ini melengkapi jenis bisnis yang sudah mulai trend selama dekade terakhir seperti Fitness Centre, Jasa cuci motor dan mobil, toko penjualan khusus boneka dan aksesoris, pet shop dan banyak lainnya.

Untuk melihat kemana trend akan bergerak pada dasarnya mudah saja, tolak ukurnya adalah apa yang terjadi dinegara-negara maju, karena disanalah kiblat bisnis dan trend centre, jika saat ini di luar negeri internet bisa diakses dimana saja dengan gratis, maka cepat atau lambat hal itu akan terjadi di Indonesia, dan saat ini indikasinya telah terlihat bahwa hal itu akan terjadi. Di bisnis ritel, saat ini diluar negeri hampir tidak ada lagi pasar tradisional, demikian pula dengan Indonesia yang setiap harinya kehilangan konsumen dipasar dan toko toko klontong tradisional. Contoh lain adalah laundry, di luar negeri, yang ada adalah penyewaan mesin-mesin cuci dengan pembayaran lewat koin, nantinya di Indonesia bukan tidak mungkin itu akan terjadi, karena sekali lagi, trend kita mengacu pada apa yang kerap terjadi dinegara-negara maju.

Kemajuan teknologi baik transportasi maupun informasi, terlebih dengan adanya revolusi web dan naiknya pendapatan perkapita masyarakat. Menjadikan landscape bisnis mengalami perubahan drastis dan melahirkan trend-trend baru. Hal ini yang mengharuskan perusahaan agar adaptif dengan berbagai perubahan tersebut. Dua puluh tahun lalu wartel menjadi salah satu bisnis yang paling diminati, apalagi saat regulasi jarak dihapuskan, wartel bermunculan dimana-mana, perkembangan handphone dan kian murahnya tarif akhirnya mengubur wartel. Demikian pula dengan warnet yang kehilangan pasarnya selama beberapa tahun terakhir sejak internet include dalam smartphone. Itu sebabnya mengapa beberapa praktisi memprediksi dalam 10 tahun kedepan 90% perusahaan yang eksis saat ini akan kehilangan pasarnya, ini dampak dari karakter middle class yang cerewet dan tidak loyal. Produk yang ditinggalkan pasar akan tersisih ke daerah marginal sebelum akhirnya benar-benar hilang. Mari kita lihat bagaimana trend tersebut terdapat pada fase tahun yang berbeda:

Trend Business To Middle Class Market

Foto: www.xpressiremaja.com

Page 23: Money&I Vol 27

4544 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Esensi terpenting dari Properti sebagai asset adalah Cash Flow yang dihasilkan dari properti tersebut, namun kebanyakan orang

salah persepsi bahwa properti hanya masalah lokasi, demikian disampaikan oleh Tony Eddy dari Cassablanca Properti pada acara Arisan Lestari di Bulan Maret 2012. Dalam acara tersebut, sejumlah lebih dari 200 peserta arisan dan undangan , yang notabene hampir 100% wanita, berkumpul dalam acara arisan Lestari yang lumayan heboh.

Saya bilang heboh, karena di sore hari bolong, community dancers, Salsa dan Line Dancer, memenuhi dance floor yang dipasang ditengah “hall” area. Tidak sedikit para undangan yang ikut bergoyang mengikuti dentaman musik, mulai yang dari luwes mengikuti gerak dan tari, ada yang free style, dan ada yang tertatih-tatih dan harus dituntun seperti anak kecil yang belajar berjalan. Tetapi yang pasti, semuanya happy. Great job buat organizer.

CASH FLOW, CHARACTER AND LOCATIONKalau kita kembali lagi berbicara masalah aset. Definisi dari asset adalah sesuatu yang menghasilkan income atau cash flow. Jadi, rumah yang anda tinggali, tidaklah selalu dikategorikan

sebagai asset. Rumah yang kita tinggali dapat juga dikategorikan sebagai aset misalnya pada saat kita butuh dana untuk modal berbisnis, kita bisa agunkan rumah tersebut untuk mendapatkan kredit dari bank. Saya kategorikan ini , rumah sebagai aset.

Tapi pada saat, misalnya hutang KPR kita atas rumah tersebut masih besar, dan sebagian besar income kita hanya cukup untuk membayar cicilan KPR nya, maka saya sebut bahwa rumah tersebut masih merupakan kewajiban.Tentu saja, dengan berjalannya waktu, harga rumah tersebut diharapkan naik sehingga porsi hutang terhadap nilai rumah menjadi lebih kecil.

Sejalan dengan waktu, asumsi rumah tersebut didaerah yang maju, maka perlahan rumah tersebut akan bergeser dari liabilities menjadi asset. Ini yang kita mau, properti sebagai Asset.

Begitu seringnya kita mendengar konsep investasi di properti. Ada yang menawarkan condotel, strata hotel, strata apartment, rumah, ruko, villa, managed villa, tanah dan lain sebagainya. Bagi sebagian besar orang, kadang semuanya ini begitu membingungkan, sehingga memilih untuk tidak

mau tahu saja. Emang gue pikirin, begitu kira-kira terjemahannya. Mengutip apa yang dikatakan oleh pembicara pada acara arisan tersebut; Condotel biasanya terdiri dari one, two or three bedroom dengan fasilitas living, dining dan kitchen. Sedangkan strata hotel adalah “hotel room” yang di strata-kan.

Anyway, apapun pilihan investasi tersebut, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan kalau kita mau memiliki property investment sebagai asset.

Pertama; CASH FLOWApakah ada cash flow yang dihasilkan dari jenis properti tersebut?

Membeli tanah kosong tidaklah akan memberikan cash flow, kecuali tanah tersebut disewakan. Mereka yang invest di tanah, biasanya “mengharapkan” bahwa dalam beberapa waktu harga tanah akan naik dan investor menikmati “capital gain” pada saat menjual tanah tersebut. Saya hampir tidak pernah membeli tanah, tanpa tahu mau diapakan tanah tersebut. Bagi saya, membeli tanah hanya dengan harapan harga naik, adalah “on the gambling side”.

Investasi pada tanah biasanya “tidaklah” disenangi oleh bank, karena tidak ada cash flow yang dihasilkan oleh tanah tersebut. Oleh karena itu, Bank hampir tidak mau membiayai pembelian tanah. Untuk investor yang perlu financing dari bank, investasi pada tanah menjadi tidaklah menarik.

Investasi pada condotel, strata hotel, managed villa, managed serviced apartment menjadi pilihan yang menarik. Dengan small investment, individual investor secara collective menjadi owner dari suatu complex condotel, hotel, villas dan apartment.

Tuh kan, jadi mau punya hotel atau managed villa “tidaklah” mustahil bagi small to medium investor.

Dengan karakteristiknya masing-masing, jenis investasi ini menjadi sangat menarik bagi investor-investor kecil menengah. Small deposit, financing dari Bank dan professional management untuk memastikan bahwa properti tersebut dipasarkan dan menghasilkan cash flow.

Secara individual, small to medium investor tidak akan mampu (tidak efisien) membayar profesional untuk menjalankan “commercial side” dari properti nya. Tetapi secara kolektif memiliki properti yang di-managed secara profesional menjadi hal yang “affordable (bisa dimiliki)”.

Satu hal yang perlu disadari bahwa sebagaimana bisnis, “hanya” pada saat kita menjalankannya secara profesional dan efisien, maka properti tersebut akan menghasilkan income atau cash flow yang bagus. Great news untuk yang ingin investasi di properti, bahwa collective management itu banyak ditawarkan.

Kedua : CHARACTER ; Siapa Developernya dan Siapa Managementnya?Seringkali saya mendengar kejadian investor “pemula” kehilangan deposit dan sebagian dari cicilan pembayarannya karena kegagalan developer pada saat membangun. Kadang “kita terbuai” dengan sesuatu yang ditawarkan dan dijanjikan, sampai lupa “nge-check” siapa sih yang ngasih janji, apa sih yang dijanjikan, apakah wajar dan masuk akal yang dijanjikan tersebut.

Tentu saja, siapa developer, siapa pendukung dibelakang developer, pengalaman dan siapa managementnya menjadi due diligence, bagi calon investor sebelum menentukan membeli properti. Tanya saja kalau tidak kenal. Sekarang begitu banyak informasi yang tersedia di internet dan media.

Perlu dicermati bahwa pada saat membeli condotel atau strata hotel, time share hotel atau resort, investor hanya “memiliki hak strata” dari

SMART FAMILYSUZANA CHANDRAManaging Director - Lestari Living

“Ada Condotel, Strata Hotel, Apartment, Villa, Managed Villa, Tanah, Ruko, Rukan, Residential, Townhouses, Time share .. dan

list ini bisa saya teruskan sampai kita sama-sama pusing.Terus Invest di property yang mana? Kok pilihannya banyak

sekali, melebihi pilihan bermacam daging atau lauk yang dijajakan dipasar?”

INVEST DI PROPERTY,TAPI YANG MANA?

“Small to medium investor tidak akan mampu (tidak efisien) membayar profesional untuk menjalankan “commercial side” dari properti nya. Tetapi secara kolektif memiliki properti yang di-managed secara profesional menjadi hal yang “affordable”.

Page 24: Money&I Vol 27

4746 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012* Syarat dan ketentuan berlaku

THE RICHEST MAN IN BABYLON

BOOK REVIEW

Oleh James Allen

Tema semua karya James Allen adalah setiap diri kita punya kekuatan untuk membentuk karakter pribadi kita dan menciptakan kebahagiaan kita sendiri. Kondisi kehidupan kita erat terkait dengan kondisi rohani kita. Allen mendorong pembacanya untuk berpikir positif, karena dengan demikian akan menuntun mereka mengambil tindakan positif pula.

Dua dari sembilan belas karya Allen dihimpun dalam buku ini. As a Man Thinketh adalah buku Allen yang paling terkenal. Dengan gaya inspiratif yang mudah dibaca, karya pendek ini menyajikan sebuah formula untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan langkah-langkah praktis untuk memulainya.

Sementara, From Poverty to Power merupakan refleksi mendalam mengenai tema pengembangan diri. Filosofinya adalah tak ada dari kita yang ditakdirkan untuk memiliki kehidupan yang kita jalani sekarang ini, dan bahwa kita punya kekuatan yang tersembunyi di dalam diri kita untuk mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik.

Oleh George S. Clason

Berjuta-juta orang sangat akrab dengan tulisan George S. Clason dan mendapat inspirasi mendalam dari buku yang kini menjadi karya klasik ini. Kiat sukses yang ia kemas dalam bentuk cerita yang menarik ini telah disebarluaskan oleh berbagai institusi keuangan seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, serta para pengusaha yang mengalami sendiri betapa berharganya butir-butir mutiara yang terkandung dalam kisah kuno ini.

Buku the Rich Man in The Babylon menuturkan berbagai tips dan trik yang dipaparkan secara naratif, sehingga mudah dicerna dan relatif ringan untuk sebuah tulisan bergenre bisnis.

Bila setia mempraktikkan anjurannya, Anda akan tercengang menyaksikan betapa masalah keuangan Anda sirna dan kekayaan Anda menjadi berlipat ganda. Selesai membacanya, Anda akan bersyukur telah menemukan buku ini, dan Anda pun tak sabar untuk merekomendasikannya kepada teman, kolega, dan orang-orang tercinta.

REVIVING UNSUCCESFULL BUSINESS

AS MAN THINKETH

Gramedia Duta Plaza telp 0361.221026Gramedia Nikita Gatsu telp. 0361.416551

Diskon 20% di Gramedia Duta Plaza untuk Serial Detective Conan & Detective Conan Digest

Dapatkan kupon undian berhadiah langsung setiap pembelian 2 buah buku dan tambahan 1 buku GRATIS untuk pembelian 3 buah buku* (khusus buku terbitan Solusi Distribusi)

1 - 30 April 2012

unit tersebut. Sedangkan tanah dan fasilitas umum tidaklah menjadi hak milik dari pembeli unit. Jadi sangat “crucial” untuk mengetahui siapakah developer-nya. Just in case mereka gagal bangun.

Berbeda dengan investasi di Villa, Rumah, Townhouses, Ruko, dimana biasanya ada hak milik ataupun “leasehold” atas tanah dimana properti tersebut dibangun. Karena “characteristic “ ini maka nilai investasi pada jenis properti ini biasanya jauh lebih besar.

Kembali lagi, professional management atas properti ini sangatlah penting untuk menghasilkan cash flow. Hanya properti yang di-manage dengan profesional, akan memberikan Cash Flow yang bagus. Ini sama saja dengan bisnis. Professional Management is a MUST.

Ketiga : LOCATION, dimana LokasinyaLokasi juga merupakan salah satu esensi yang penting dalam memilih properti untuk investasi. Saya menegaskan “salah satu” faktor penting. Kadang orang sering lupa, asal lokasi bagus, pasti properti bagus.

Diseputar Denpasar saja, kita bisa melihat beberapa properti yang berada di lokasi yang bagus, tetapi “gagal” berfungsi sebagai investasi yang menghasilkan cash flow, karena

kemungkinan besar type properti tersebut tidak sesuai untuk lokasinya, developer-nya tidak berpengalaman atau juga mungkin pengelolanya yang gagal.

Misalnya, didirikannya villa yang biasanya identik dengan lokasi cantik, agak sepi dan private, didaerah commercial. Selain villa tersebut menjadi mahal (karena daerah commercial biasanya tanahnya sudah mahal), dan bisnis villa tersebut kemungkinan besar gagal menarik pengunjung. Boutique hotel mungkin menjadi pilihan yang lebih menarik daripada villa untuk lokasi tersebut.

Contoh lain adalah beberapa proyek condotel yang gagal di daerah Kuta. Lokasi sudah bagus, konsep sudah ok, sayangnya developer-nya gagal membangun.

Yes, ada banyak faktor yang harus diperhitungkan, tetapi ini tidak berbeda dengan hal-hal lain dalam hidup ini. Yang penting, jangan membabi buta dan jangan “serakah” – sehingga hanya yang untungnya saja dilihat, tanpa memperhitungkan Kemungkinan gagal-. Saya selalu ingat pesan mentor saya, kegagalan adalah biaya dari kehidupan, asal kita tidak mati gara-gara kegagalan tersebut”.

Moral of the story adalah, jangan biarkan kebingungan atau ketidaktahuan menjadikan Anda berhenti mencoba, atau mencoba dengan ketidaktahuan, get educated, cari informasi, tanya orang-orang yang sudah berpengalaman, and take action.

Bagi saya pribadi, Investasi di Properti adalah my favorite way to build wealth. Selamat belajar dan berinvestasi.

Oleh Arif Rahman

“Si A, sudah nggak buka bengkelnya, dan si B juga sudah tutup resto nya, dan si ini dan itu juga sudah tidak lagi menjalankan counter HP nya, pada pindah bikin usaha lain”.

Inilah topik yang sering kali kita dengar! Saking seringnya hingga menjadi hal yang biasa. Bahkan untuk beberapa orang bisa berkali-kali ganti usaha, hampir tidak ada yang mampu bertahan lebih dari 2 tahun. Mulai dari mini market yang tidak sanggup bersaing dengan modern market, warnet yang ditinggal trend, bimbingan belajar yang kehilangan siswanya, hingga beberapa usaha franchise bahkan kos-kosan yang dijual oleh pemiliknya.

Apa yang terjadi dan mengapa mereka melepas atau menutup bisnisnya? Rekayasa ulang cara berpikir kita untuk memahami secara rinci mengenai sektor keuangan, keuntungan, pemasaran, penetapan harga dan banyak pendekatan lainnya untuk merencanakan perusahaan yang sustuin, berkelanjutan dan membelokkan arah bisnis yang tengah terjerembab kembali tumbuh, dinamis dan berkembang.

“kegagalan adalah biaya dari kehidupan, asal kita tidak mati gara-gara kegagalan tersebut”.

Page 25: Money&I Vol 27

4948 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

datang dengan sendirinya. Momen ini sudah dialami oleh semua orang yang dikatagorikan sebagai orang yang sukses. Kebanyakan di antara mereka memulai dari titik yang sangat sederhana, nyaris tanpa sarana pembantu selain keinginan kuat untuk mencapai target yang pasti. Amatilah orang-orang yang berjalan dengan tujuan yang pasti, dimanapun Anda bertemu dengan mereka, Anda akan terkesan melihat betapa mudahnya mereka menarik kerja sama yang bersahabat dari orang lain dan memperoleh segala yang mereka cari. Menetapkan tujuan yang pasti merupakan Sentuhan Midas.

Prinsip penting untuk mencapai kesuksesan dalam segala perjalanan kehidupan dan dalam segala pekerjaan adalah kesedian “berbuat lebih”. Artinya, melakukan pekerjaan lebih banyak dan lebih baik dibandingkan tugas yang dibayarkan, dengan sikap mental yang positif. Jika seseorang hanya melakukan pekerjaan sebatas tugasnya untuk mendapatkan upah, maka ia hanya akan mendapatkan bayaran sebatas yang menjadi haknya. Keistimewaan kebiasaan berbuat lebih sudah jelas dan bisa dipahami. Kebiasaan ini membuat orang memiliki kesan baik terhadap kita. Sudah tentu, berbuat lebih itu tidak sia-sia, karena setiap kali seseorang melakukannya, ia membuat orang lain berutang budi padanya.

Orang yang dikategorikan sukses, hampir semuanya menerapkan kebiasaan lebih. Mereka mengawali pekerjaan 2 jam lebih dulu dibandingkan yang lain dan mengakhiri 2 jam lebih lama dengan yang lainnya. Mereka melakukannya bukan untuk mencari uang namun semata-mata untuk mempersiapkan diri untuk menyambut kesuksesan. Jika kita bekerja bukan karena uang, dan melakukan secara senang, maka secara otomatis uang akan mengikutinya. Orang-orang sukses telah membuktikannya. Kebiasaan berbuat lebih merupakan Sentuhan Midas.

Saat Sentuhan Midas sudah bekerja dalam kehidupan, maka apapun yang kita sentuh akan menjadi emas dan kita akan mengatakan, “Jika tiba saatnya kekayaan itu datang, dia akan datang dengan begitu mudahnya, dan berlimpah ruah sampai orang heran dan bertanya-tanya, dimana mereka bersembunyi selama ini”. Selamat membaca, semoga terinspirasi.

Bahwa sembilan puluh delapan (98) dari tiap seratus (100) orang menjalani hidup begitu saja, tanpa pemahaman akan apapun. Bahkan

mendekati satu tujuan yang pasti pun tidak. Tidak mengherankan hanya sedikit saja orang yang menjadi sukses.

Sungguh mengesankan jika kita menyadari bahwa semua orang besar di semua bidang baik seniman, politikus, penyanyi, teknologi maupun pengusaha, di era sekarang maupun periode-periode lampau, mengerahkan kemampuan mereka di bawah tujuan utama yang pasti. Fakta bahwa mereka yang digolongkan gagal ternyata tidak memiliki tujuan semacam itu. Mereka berputar-putar, seperti kapal tanpa kemudi, selalu kembali ke titik awal dengan tangan hampa.

Hanya sedikit karyawan yang bisa mencapai puncak kariernya, apakah dapat menjadi seorang manager atau Kepala Cabang, atau Direktur seperti Emir Satar CEO Garuda.

Hanya sedikit pegawai yang menduduki Kepala Dinas di Kabupaten atau Propinsi, sebagai Bupati, Walikota, Gubernur atau seorang Menteri.

Hanya sedikit pengusahaan yang begitu berhasil mengembangkan bisnisnya seperti Chairul Tanjung, Sandiago Uno atau Dahlan Iskan.

LITERATURE

Hanya sedikit penyanyi yang sukses seperti Agnes Monica, Krisdayanti, Slank dengan bayaran yang sangat mahal.

Hanya sedikit olahragawan yang berhasil seperti Christian Ronaldo, Lionel Messi, Fernando Alonso atau David Beckham dengan nilai kontrak yang sangat besar.Orang yang berada di puncak keberhasilan jumlahnya tidak banyak, sebagian besar mereka biasa-biasa saja.

Seorang karyawan tidak akan berhasil mencapai puncak kariernya, karena sering gonta-ganti pekerjaan seperti 2 tahun bekerja di hotel, kemudian pindah di travel, kemudian pindah pekerjaan di Bank. Demikian seorang pengusaha tidak akan pernah menjadi seorang pengusaha besar jika selalu berganti-ganti bidang usaha, sebentar usaha jual pulsa, sebentar laundry, sebentar bengkel sebentar rumah makan. Apakah diantara kita termasuk golongan ini? Kalau ya, bisa dipastikan hidup kita akan biasa-biasa dan bisa dikatakan sulit untuk berhasil.

Sebagian orang yang “gagal” pada mulanya memiliki tujuan utama yang pasti. Tetapi, mereka lupa akan tujuan itu ketika kekalahan temporer atau tantangan besar menghadang. Mereka angkat tangan dan menyerah lantaran tidak mengenal falsafah kesuksesan, dan mereka tidak sadar bahwa kekalahan temporer itu hanyalah ujian yang akan

terbukti membawa hikmah, jika mereka tidak menganggapnya sebagai harga mati. Tidak mengherankan banyak orang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya atau berganti bidang usaha jika usaha yang ditekuni mengalami kesulitan.

Bagaimana Caranya untuk menjadi bagian yang kecil, yang disebut dengan Berhasil?

Seperti ungkapan bahwa hidup dimulai pada usia 40 tahun. Artinya keberhasilan seseorang apakah itu seorang karyawan, politikus, dokter, notaris, pengusaha mulai bersinar kariernya di usia 40 tahun. Apakah semua orang yang usianya 40 tahun akan berhasil. Tidak!!!

Orang-orang yang membentuk karakterlah yang mempunyai benih-benih sukses. Menjadi sukses itu seperti menjadi master. Menjadi seorang master itu adalah orang yang melatih dirinya secara terus menerus dan secara fokus disatu bidang. Kalau ingin menjadi seorang politikius yang ulung, berarti harus berlatih secara fokus dan tekun di Partai Politik. Kalau ingin menjadi seorang Bankers yang berhasil, harus berlatih secara fokus dan tekun di profesinya. Kalau ingin menjadi seorang Pengusaha yang sukses, harus berlatih secara fokus dan tekun dibidang yang digeluti. Intinya tidak berpindah dari satu profesi ke profesi yang lain sampai berhasil. Untuk menjadi seorang ahli atau master, memerlukan latihan minimal 10.000 jam tanpa putus.

Kalau kita bekerja secara fokus dibidang yang sama selama 3 jam sd 4 jam sehari, untuk menjadi master atau ahli diperlukan waktu 10 - 15 tahun. Di televisi, sering ada acara realty show pencarian bakat baru seperti AFI di Indosiar, Indonesian Idol di RCTI, IMB di Trans TV, Indonesia Got Talent. Mereka yang menjadi juaranya, kariernya biasa-biasa saja. Mereka dilatih secara instan dan belum mencapai apa yang disebut Master. Membentuk karakter dengan menjadi seorang master atau ahli merupakan sentuhan Midas.

Menetapkan tujuan utama yang pasti, putuskanlah sekarang, apa yang Anda inginkan dari kehidupan ini. Putuskan kemana tujuan Anda dan bagaimana Anda akan sampai di sana. Lalu mulailah dari tempat Anda berdiri Sekarang. Ambil langkah awal untuk mencapai target dengan sarana apapun yang ada saat ini. Akan Anda saksikan, setelah Anda memulai langkah, sarana-sarana yang lain dan yang lebih baik akan

LITERATUREPRIBADI BUDIONODirektur BPR Lestari

Donald J. Trump dan Robert T. KiyosakiMengapa sejumlah orang bisa berhasil, sementara kebanyakan lainnya tidak?

Page 26: Money&I Vol 27

5150 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

GALLERY

Entah apa yang ada dibenak Polaroid, ditengah persaingan gadget yang demikian kompetitif dan perubahan deras teknologi

informasi, ternyata Polaraid tidak serta merta ikut latah dengan trend produk yang ada. Dan tetap konsisten merilis produk berbasis analog sekalipun dengan packaging yang lebih modern. Dua puluh tahun tahun lalu kamera Polaroid layaknya Nikon atau Blackberry saat ini, alat jepret yang dapat langsung mencetak foto dari kameranya dan hal tersebut merupakan salah satu fitur tercanggih dalam bidang teknologi. Tren kamera yang sempat ditinggalkan karena adanya DSLR ini, kembali dihadirkan lewat seri Polaroid 300 Instant Analog. Kamera ini mampu mencetak dengan baik dan langsung dapat melihat hasil jepretan dalam bentuk foto, dan ukurannya pun minimalis, hanya seukuran dompet.

Kamera yang sepertinya ditujukan untuk segmen khusus ini, dilengkapi dengan empat scene mode yang membantu menangkap gambar dengan baik yakni indoor, cloudy, fine conditions, bright sun serta terdapat fitur autoflash untuk digunakan dalam kondisi cahaya rendah. Shutter speednya hanya 1/60 detik dan dilengkapi dengan manual exposure compensation dan ISO 800.

Dengan dimensi kamera hanya 11.5cm x 7cm x 12cm, mampu memproduksi sepuluh lembar film Polaroid. Dan terdapat tali untuk pergelangan tangan sehingga aman untuk aktifitas yang dinamis.

Dan diwaktu yang hampir bersamaan, Polaroid juga merilis perangkat printer portabel yang dapat dioperasikan tanpa PC. Polaroid GL10 Instant Mobile Printer yang merupakan bagian dari label baru Polaroid yang menggandeng bintang pop terkenal Lady Gaga sebagai duta promosinya. Fitur ini sangat memudahkan dalam mencetak foto-foto digital langsung dari penyimpanan pada hard drive dan perangkat portable lainnya. Ukurannya mini, dan dapat dibawa kemana-mana dengan mudah. Hasil photo yang dihasilkan berukuran 3 × 4 dengan kualitas yang cukup baik. Mampu mencetak dalam waktu kurang dari satu menit dengan teknologi Zero Ink dan tahan air. Ini mungkin cocok untuk tukang photo keliling dengan tawaran service membuat pas photo.

Polaroid 300 Instant Analog & GL10 Instant Mobile Printer

GL10 Instant Mobile Printer.Dapat mencetak foto digital langsung dari media penyimpanan seperti hard drive dan perangkat portable lainnya.

Gaet Lady Gaga.Polaroid menggandeng bintang pop terkenal Lady Gaga sebagai

duta promosinya.

Majalah Money & I adalah merupakan media komunikasi

bisnis yang mengupas isu entrepreneurship, ide bisnis,

perencanaan keuangan dan juga investasi. Kami pun dapat

menjadi sarana komunikasi bisnis untuk produk Anda.

Put Your Ads in M&I Magazine• Terbit reguler setiap bulan

• Dibaca oleh executive & business owner

• Dicetak lebih dari 1500 eks setiap edisi

• Memiliki lebih dari 70 lokasi distribusi

• Lebih dari 1000 eksemplar didistribusikan

langsung ke nasabah BPR Lestari First.

• Didistribusikan kepada berbagai publik

seminar atau even yang digelar oleh

PT BPR LestariMarketing for Advertisement

Anton : 0361 7856001www.money-and-i.com

We are the best foryour Advertisement Solution

M&I Magazine Point DistributionLestari Teuku UmarJl. Teuku Umar 110 Denpasar

Lestari ThamrinJl. Thamrin No. 31 Denpasar

Lestari GatsuJl. Gatot Subroto No. 356

Lestari RenonJl. Letda Tantular No. 1 Blok A 16

Lestari MelatiJl. Melati No. 69 Denpasar

Lestari TohpatiJl. Wr Supratman No. 311

Lestari Sanur Jl. By Pass Ngurah Rai

Auto Bridal 1 Jl. Sunset Road

Auto Bridal 2 Jl Sudirman

Orange BakeryJl. Teuku Umar

Salon New MelatiJl. Badak Agung

Joger Kuta

Warung SubakJl. Astasura

CNIPertokoan Kuta Galleria

Krisna KutaJl. Sunset Road

Krisna Denpasar 1Jl. Nusa Kambangan

Krisna Denpasar 2Jl. Nusa Indah

Krisna TubanTuban

Gramedia Duta PlazaJl. Dewi Sartika

Gramedia NikitaJl. Gatot Subroto Timur

Apotik AnugrahJl. Pattimura

Kopi Bali HouseJl. By Pass Ngurah Rai

Hotel Aston DenpasarJl. Gatot Subroto Tengah

Pop Harris HotelJl. Teuku Umar

Fave HotelJl. Teuku Umar

Cempaka Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Mandiri Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Padma Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Page 27: Money&I Vol 27

5352 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

INFO PROPERTYINFO PROPERTY

Berkali-kali komentar seperti itu dilontarkan pada saat diskusi mengenai “Kluster Villa yang dikelola sebagai holiday rental. Saya suka tersenyum sendiri kalau mengingat semua pembicaraan tersebut.

Iya juga ya, Villanya dibeli, tapi kok ya mau tinggal di Villanya musti booking dulu, trus mau décor sendiri, lha ya gak boleh, mau sekali-sekali datang membersihkan kebunnya, nggak bisa juga, mau berenang di swimming pool-nya, ya nggak boleh juga. Sebenernya punya siapa villa ini?

MAU RETURN ON EQUITY ATAU RETURN ON EGO?Mungkin saya harus putar balik konsep ini, untuk villa dengan sertifikat Hak Milik yang kemudian dioperasikan oleh managemen pengelola sebagai Holiday rental, sebenarnya yang dijual adalah “Business” penyewaan Villa dengan Villa (Property) bersertifikat Hak Milik sebagai ASET-nya.Kalau yang dijual adalah bisnisnya, maka seluruh aspek bisnis yang diterapkan didalamnya, akan sama persis seperti aspek bisnis yang dilakukan di bisnis lainnya. Adanya SOP (Standard Operating Procedure), adanya system, adanya target, ada Human resources-nya, ada marketing-nya dan ada managemen-nya.

Bedakan dengan membeli “villa” sebagai property saja. Tanpa ada “real bisnis” melekat ke villa tersebut, tentu saja “pemilik” setiap saat dapat datang dan tinggal di villa tersebut. Mau milih

warna decor, ya terserah pemilik, mau dipasang pagar setinggi langit, ya juga urusan pemiliknya. Adanya kebocoran, kebersihan menjadi tanggung jawab pemilik juga. Tipe-tipe villa seperti ini, kadang-kadang bisa disewakan sebagai rented villa. Tetapi karena “tidak” dilakukan secara “proper bisnis” maka ya kadang disewa, kadang kosong, dan kemungkinan besar kosongnya lebih banyak dari isinya. Belum lagi kondisi villa yang tidak terlalu terawat, karena untuk memiliki full staff yang me”maintain” tentu saja dibutuhkan biaya. Jadi, kalau kita balik lagi ke “laptop”, bedakan antara investasi di Villa dengan kepemilikan Villa sebagai tempat peristirahatan (maklum ada romantisme dengan memiliki villa sebagai tempat peristirahatan, kayaknya “gimanaaaa gitu….kereen). Jangan dicampur adukan. Beda penanganannya dan beda hasilnya juga. Musti milih, mau Return on Equity (ini didapat dari bisnis) atau mau Return on Ego (biasanya something to do dengan prestige)

KAMPOENG VILLA, KEROBOKAN – Your Passive Income GeneratorKampoeng Villa Kerobokan , adalah sebuah Kluster 12 villas yang didesain sebagai “kendaraan

investasi” untuk menghasilkan income yang pasif. Yang dimaksudkan dengan “passive income” adalah income yang datang atau dihasilkan tanpa si pemilik “bekerja” di business tersebut, dimana income yang didapatkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan atas investasi itu.

Kampoeng Villa Kerobokan, memang ditujukan untuk mereka, small to medium size investor, yang mau berinvestasi dan menikmati ‘booming’ property market di daerah tersebut. Bedakan dengan investasi di Condotel, dimana kepemilikan hanya terbatas pada “strata title” dari condotel tersebut.

Di Kampoeng Villa, ada 2 kombinasi potensi yang ditujukan untuk mendapatkan return, yang pertama adalah dari Cash Flow (yang berasal dari bisnis penyewaan villa sebagai holiday rental villa) dan Capital Gain (yang berasal dari nilai Villa tersebut yang meningkat karena adanya kenaikan harga tanah atau properties didaerah tersebut). Jadi ada cash flow dari bisnis dan ada capital gain dari apresiasi nilai villa.

Kampoeng Villa akan memiliki full team yang bertugas untuk menjalankan bisnisnya sebagai bisnis sewa menyewa villa. Mulai dari merawat villa, berkebun, membersihkan, ganti sprei, cuci piring, ganti kran yang bocor, cat ulang, ganti furniture, pokoknya semua maintenance dari villa. Kemudian ada full team yang melakukan marketing dan advertising untuk mendatangkan tamu-tamu ke villa tersebut dan melayani tamu supaya mereka betah dan balik lagi sambil membawa teman-temannya yang lain.

Jadi, sebagai investor, atau pemilik dari salah satu (atau salah dua) dari Kampoeng Villa tugasnya adalah nge-check laporan periodik yang diberikan oleh pihak pengelola, dan nge-check berapa income yang ditransfer dari investasi di Kampoeng Villa tersebut.

Dengan adanya minimum return garansi selama 3 tahun pertama, akan memudahkan para investor untuk menghitung seberapa besar kemungkinan “subsidi” yang masih harus dilakukan (kalau harus subsidi). Demikian juga dengan adanya garansi buy back (Developer memberikan garansi sebagai stand by buyer) mulai tahun ke 5 dengan garansi 125% dari harga beli sampai 220% dari harga beli pada tahun ke 10. Hal ini memberikan “peace of mind” bagi investor tentang investasinya. Asyik khan?

Mengenai Capital Gain dari apresiasi harga atau nilai property, sebagai background saja, tanah sekitar area Kerobokan Umalas tersebut harganya naik 100% dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Sebidang tanah dilokasi sekitar, nilainya 13 kali lipat dibandingkan 10 tahun yang lalu (ini pengalaman pribadi yaaa).

Silahkan check www.kampoengvilla.com, kirim sms ke 081916268868 ; atau kunjungi kantor pemasaran kami Lestari Living di Jl. Dewi Sri 100A untuk melihat maket dan mendapatkan informasi lebih lanjut.

Note : Pada saat ini, hanya tersisa 1 unit villa saja yang masih tersedia untuk dijual.

‘Duuh…, kok beli Villanya dengan sertifikat Hak Milik”, tapi kok ya ndak bisa tinggal disana sesuka

hati, ndak bisa pilih furniture sendiri, ndak bisa pasang pagar semaunya, ndak bisa membersihkan villa sendiri, ndak…..ndak…ndak….. management

diurus dan diatur oleh pihak pengelola, kok ya kayak bukan Hak Milik ya?”

Trus kapan saya boleh “ngatur” villa saya sendiri?

INVESTASI VILLA DENGAN TUJUAN

HOLIDAY RENTAL

Page 28: Money&I Vol 27

5554 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Page 29: Money&I Vol 27

5756 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Meriah, ramai dan healthy, itulah suasana yang terlihat dari even Arisan Lestari para ibu yang dihelat oleh BPR Lestari tanggal 16 Maret 2012 kemarin, berlangsung di Sector Bar dengan view lapangan Golf

dikawasan Inna Hotel Sanur menyajikan kemeriahan, karena berbagai kegiatan disuguhkan sepanjang sore yang asri tersebut, salah satunya

pameran produk-produk yang digemari wanita. Healthy, karena diselingi dengan salsa dance, dan ramai karena para undangannya adalah para ibu.

Itu sebabnya arisan ini juga menjadi mediasi networking.

Acara semakin lengkap ketika ditutup dengan Supermom seminar series, yang menghadirkan Tony Eddy sebagai pembicara. Dan sepanjang

seminar, berbagai hadiah dibagikan kepeserta arisan, mulai dari tas Gucci, voucher menginap di Ametis Villa sampai dengan tiket pesawat

ke Singapura melengkapi kemeriahan arisan yang nantinya akan digelar secara berkala tersebut.

Meriah, ramai dan healthy, itulah suasana yang terlihat dari even Arisan Lestari para ibu yang dihelat oleh BPR Lestari tanggal 16 Maret 2012 kemarin, berlangsung di Sector Bar dengan view lapangan Golf

dikawasan Inna Hotel Sanur menyajikan kemeriahan, karena berbagai kegiatan disuguhkan sepanjang sore yang asri tersebut, salah satunya

pameran produk-produk yang digemari wanita. Healthy, karena diselingi dengan salsa dance, dan ramai karena para undangannya adalah para ibu.

Itu sebabnya arisan ini juga menjadi mediasi networking.

Acara semakin lengkap ketika ditutup dengan Supermom seminar series, yang menghadirkan Tony Eddy sebagai pembicara. Dan sepanjang

seminar, berbagai hadiah dibagikan kepeserta arisan, mulai dari tas Gucci, voucher menginap di Ametis Villa sampai dengan tiket pesawat

ke Singapura melengkapi kemeriahan arisan yang nantinya akan digelar secara berkala tersebut.

Meriah, ramai dan healthy, itulah suasana yang terlihat dari even Arisan Lestari para ibu yang dihelat oleh BPR Lestari tanggal 16 Maret 2012 kemarin, berlangsung di Sector Bar dengan view lapangan Golf

dikawasan Inna Hotel Sanur menyajikan kemeriahan, karena berbagai kegiatan disuguhkan sepanjang sore yang asri tersebut, salah satunya

pameran produk-produk yang digemari wanita. Healthy, karena diselingi dengan salsa dance, dan ramai karena para undangannya adalah para ibu.

Itu sebabnya arisan ini juga menjadi mediasi networking.

Acara semakin lengkap ketika ditutup dengan Supermom seminar series, yang menghadirkan Tony Eddy sebagai pembicara. Dan sepanjang

seminar, berbagai hadiah dibagikan kepeserta arisan, mulai dari tas Gucci, voucher menginap di Ametis Villa sampai dengan tiket pesawat

ke Singapura melengkapi kemeriahan arisan yang nantinya akan digelar secara berkala tersebut.

Meriah, ramai dan healthy, itulah suasana yang terlihat dari even Arisan Lestari para ibu yang dihelat oleh BPR Lestari tanggal 16 Maret 2012 kemarin, berlangsung di Sector Bar dengan view lapangan Golf

dikawasan Inna Hotel Sanur menyajikan kemeriahan, karena berbagai kegiatan disuguhkan sepanjang sore yang asri tersebut, salah satunya

pameran produk-produk yang digemari wanita. Healthy, karena diselingi dengan salsa dance, dan ramai karena para undangannya adalah para ibu.

Itu sebabnya arisan ini juga menjadi mediasi networking.

Acara semakin lengkap ketika ditutup dengan Supermom seminar series, yang menghadirkan Tony Eddy sebagai pembicara. Dan sepanjang

seminar, berbagai hadiah dibagikan kepeserta arisan, mulai dari tas Gucci, voucher menginap di Ametis Villa sampai dengan tiket pesawat

ke Singapura melengkapi kemeriahan arisan yang nantinya akan digelar secara berkala tersebut.

"Salsa, Villa, Tas GucciSampai Tiket ke Singapura”

Arisan Lestari

Page 30: Money&I Vol 27

5958 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL REPORTSPECIAL REPORT

Saat ini, banyak orang yang mulai mempertimbangkan untuk investasi di properti,

namun sayangnya tidak banyak yang menyadari dengan baik dan menghitung secara rinci bagaimana berinvestasi di aset tetap tersebut. Karena alih-alih untung, properti yang berupa aset tersebut bisa jadi liabilities yang merugikan. Inilah yang disampaikan oleh Tony Eddy dari Tony Eddy & Associates

(TEA), marketing and investment consulting company.

Saat ini properti memang menjadi pilihan investasi yang dinilai paling aman dan menggiurkan, terlebih ketika investasi ini dikelola dengan baik, maka bisa menjadi aset yang paling menguntungkan. Andrew Carnagie misalkan yang menyebut 90% dari milliarder di dunia berinvestasi

di properti. Sementara Donald Trump menilai bahwa property merupakan bisnis yang solid, tangible, cantik dan artistik. Itu sebabnya tidak berlebihan untuk menyebut bahwa property is keystone of wealth.

Tony Eddy juga menekankan, bahwa di bisnis property, lokasi saja tidaklah cukup, banyak apartemen yang bagus di Jakarta namun harganya tidak

mengalami kenaikan setelah sekian lama. Itu sebabnya mengapa real estate is no more about location, but cash flow.

Lalu mengapa Bali Property?

Saat ini Bali sudah menjadi destinasi internasional dengan kunjungan wisatawan yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Selama 7 tahun terakhir berhasil memboyong berbagai penghargaan. Sementara disatu sisi persediaan tanah di Bali terbatas, namun permintaannya terus meningkat. Namun demikian, ternyata bisnis properti di Bali tetap saja ada

yang gagal berkembang, Tony menilai hal ini terjadi karena baik tanah, rumah, ruko, apartemen, villa, condotel atau strata hotel banyak yang unmanaged atau tidak terkelola dengan baik. Padahal, dengan pengelolaan yang tepat, maka property bisa menjadi aset yang sangat potensial.

Tony menekankan bahwa faktor penting memilih property adalah dengan melihat track record developer nya, kualitas bangunan, lokasi dan konsep, legalitas dan periode balik modalnya. Tony sendiri saat ini bersama dengan Alex P

Chandra direktur utama BPR Lestari tengah dalam proyek pembangunan hunian eksklusif Summerville, executive residence at Jimbaran. Nama Summerville dipilih karena di Bali, the whole day is summer day. Yang menarik, hunian ini hanya berjumlah 25 unit dimana lokasinya hanya 2 menit dari Four Season dan 4 menit dari Ritz Carlton. Dan saat ini, dekat lokasi tersebut tengah dibuat proyek pemerintah Bali International Park. Itu sebabnya Summerville menjadi hunian yang memiliki nilai strategis tinggi, dan memberikan ROI 10% per tahun.

“Building Wealth Through Bali Property”SUPERMOM SEMINAR SERIES

Page 31: Money&I Vol 27

6160 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL REPORTSPECIAL REPORT

Dalam sepuluh tahun terakhir, perkembangan property di Bali melaju sangat pesat, dan bahkan saat ini harga tanah untuk pembangunan dinilai tidak wajar, bagaimana Anda melihat hal ini?

Sebenarnya, Bali itu bersaingnya tidak hanya dengan kawasan lokal, namun juga dengan luar negeri, karena Bali itu sudah menjadi international destination, tempat tujuan wisata internasional, jadi orang yang ke Bali itu menjadikan ini sebagai standar mereka. Sementara mereka sendiri datang dari manca negara dimana harga tanah ditempat mereka sangat mahal. Yang dari Hongkong, Jepang bahkan New York, semuanya mahal. Itu sebabnya ketika mereka ke Bali, mereka melihat harga tanah di Bali murah banget, nah mereka itu yang membuat harga property di Bali naik terus.

Jadi yang dibilang tidak wajar itu, kalau orang lokal beli tanah disini, tapi kalau bule yang melihat itu justru kemurahan. Dan ini ada plus dan minusnya juga, jangka pendek orang Bali happy, tapi jangka panjang, kalau Anda tidak siap-siap dari sekarang, dan tidak punya property, anak istri atau cucumu nanti akan susahnya setengah mati, karena harganya menjadi sangat mahal.

Tapi dalam pendekatan investasi, kalau yang naiknya cepat, umumnya turunnya juga cepat, apakah ada kemungkinan harga tanah mengalami

paradox harga dan turun?

Property khususnya tanah, berbeda dengan saham, kalau naik turunnya saham itu tergantung dari performers-nya company, bergantung juga dengan rumor yang berkembang, bisa naik-turun karena banyak faktor. Kalau di Properti tidak, apalagi di Bali. Coba perhatikan perkembangan property di Bali, walau kena bom Bali dua kali, tidak pernah anjlok. Harganya tetap naik, sekalipun

melambat hanya berhenti saja, tapi kemudian naik lagi.

Apa penyebabnya?

Property di Bali itu supply-nya terbatas, orang Bali cenderung tidak mau menjual tanah mereka, tapi orang yang datang ke Bali rebutan, tiap tahun mengalami kenaikan. Kunjungan wisata setiap tahun naik 10 persen. Karena bule suka ke Bali, mungkin suka pantainya, masyarakatnya, pemandangannya bagus, hotelnya bagus, dan mereka yang tinggal dilayani dengan ramah, itu yang membuat betah. Dan selama tujuh tahun terakhir Bali menerima penghargaan secara berturut-turut. Para wisatawan terus berdatangan tiap tahun, ini membuat kesempatan orang untuk membuka hotel, dan bangunan seperti Hotel membutuhkan tanah, tapi orang Bali tidak mau menjual tanahnya, sehingga membuat persediannya sedikit. Disisi lain, di Bali tidak boleh mendirikan bangunan melebihi lima lantai, jadi mau tidak mau, harga tanah terus mengalami kenaikan, dan untuk memiliki tanah di Bali susahnya setengah mati. Jadi ini ibarat wanita cantik di kampung cuma satu, jadi rebutan sehingga harganya menjadi mahal.

Apakah ada indikasi bahwa kenaikan ini akan terus?

Tanah tidak bisa diproduksi lagi, tapi jumlah orang bertambah, dan ada kelahiran terus, jadi

Perkembangan property khu-susnya di Bali selama beberapa

tahun mengalami pertumbuhan pesat, dan hal ini mulai disadari

sebagai salah satu instrumen investasi yang paling aman dan

menguntungkan. Dan bukan hanya pada sektor perumahan, namun saat ini secara bertahap produk properti yang diperke-

nalkan di Bali kian beragam, mu-lai dari guest house, home stay,

villa, apartemen sampai dengan condotel. Melihat perkemban-

gan ini, redaksi M&I Arif Rah-man dan Anton HPT mendapat

kesempatan berbincang den-gan Tony Eddy, marketing and

investment consultant dari Tony Eddy & Associates.

Sebelumnya, Tony Eddy telah terlibat dalam berbagai mega

proyek yang sebagian besar berlokasi dan juga berkantor di

Jakarta. Namun saat ini mulai mengembangkan beberapa proyek prestisius di Bali dan

berkantor di Jalan Sunset Road. Salah satu proyeknya saat

ini bersama Alex P Chandra, yakni sebuah hunian eksklusif

bernama Summerville. Bagaimana pendapatnya

soal perkembangan property khususnya di Bali dan apa saja

proyek yang saat ini tengah dikembangkannya? Berikut wawancara kami disela-sela

acara Arisan Lestari di Sector Bar kawasan Inna Hotel pada 16

Maret lalu.

Tony EddyInterview with

“Tanah di Bali, ibarat

wanita cantik di kampung

cuma satu, jadi rebutan

sehingga mahal”

Page 32: Money&I Vol 27

6362 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

SPECIAL REPORT

tidak mungkin harga tanah itu seperti saham yang naik turun, tapi harganya akan lebih stabil. Berarti prospek property khususnya di Bali masih bagus?

Bali itu masih ok, selama tidak ada isu kerusuhan, tidak ada isu bom, semua masih tetap bagus. Karena satu-satunya pulau pariwisata internasional itu ya cuma Bali, karena tempat lain itu belum ada yang siap, baik itu infrastrukturnya atau orangnya yang juga belum siap. Kalau di Bali yang datang itu kan tamu mancanegara, sehingga yang mereka bawa itu dolar, kalau diluar Bali, tamunya masih bawa rupiah saja. Jadi selama Bali aman dan dijaga dengan baik, properti masih ok.

Namun pemerintah pernah menginstruksikan untuk penghentian pembangunan

hotel, karena saat ini sudah kelebihan supply kamar hotel, menurut Anda bagaimana?

Ibarat orang menjual nasi campur Bali, yang jualan itu ada dimana-manakan? Sekarang itu tergantung property apa yang dibangun, kalau pasarnya jelas, ditata dengan baik, pelayanannya bagus, customer akan ok. Hotel yang akan rontok itu, kerena tidak dikelola dengan baik, tapi kalau Anda bangun hotel dan punya konsep, itu tidak akan terus berjalan.

Banyak hotel yang beralih fungsi menjadi rumah kost, dan banyak juga yang mulai berjatuhan, bagaimana Anda melihatnya?Saat mereka berjatuhan, itu justru menjadi kesempatan kita untuk take over, kita poles lagi menjadi hotel yang bagus. Itu malah menjadi kesempatan

bagi kita, bukan malah menjadi ancaman.

Saat ini konsep apartemen belum banyak di Bali, kalaupun ada konsepnya kecil dan sederhana menyerupai kost, tidak seperti di Jakarta atau Surabaya dimana apartemen itu tersedia di banyak tempat. Untuk Bali, kira-kira prospek kedepannya akan seperti apa?

Fungsi apartemen itu ada dua, pertama orang beli apartemen agar lebih murah dari rumah, dan yang kedua mereka ingin mewah. Kalau di Bali, dilihat dulu ada tidak kebutuhan orang lokalnya untuk tinggal di apartemen, pemerintahnya juga belum tentu happy, karena belum dijinkan membuat apartemen di Bali. Padahal kedepan, ini akan menjadi kebutuhan pokok, karena harga tanah akan semakin

mahal, kalau setiap orang Bali harus beli tanah yang mahal, belum tentu mereka sanggup. Sehingga kalau mau yang lebih murah, mereka harus beli rumah yang numpuk seperti konsep apartemen. Jadi itu agar lebih murah, dan juga harus dekat dengan fasilitas publik, terminal bus, sekolah, sehingga tidak banyak menghabiskan bensin, lebih irit.

Lalu proyek apa yang saat ini tengah dikerjakan di Bali?

Saya project marketing, dan membantu para developer, dan kebetulan saya dan pak Alex saat ini sedang menjalankan dua project, yang pertama Summerville, yakni hunian ekslusif untuk kalangan top eksekutif yang membutuhkan tempat tinggal di Bali, lokasinya di dekat Ayana. Dan juga ada project Jimbaran Teras, itu juga proyek bersama dengan Lestari Living, jadi saya, pak Alex dan Lestari Living. Yang ini konsepnya lebih besar, kita

akan bikin mall, hunian, serta office dikawasan Jimbaran. Dan Summerville merupakan proyek awal yang sedang kita garap.

Summerville?

Kita beri nama Summerville karena di Bali, every day is Summer Day, jadi kita beri nama Summerville. Dan ini tersedia cuma 25 unit saja. Untuk tahap awal kita meluncurkan 6 unit dulu, dan kemarin sudah laku 1 unit dari seorang teman di Surabaya, jadi tinggal 5 unit yang siap dipasarkan saat ini.

Jadi Summerville bukan sebatas hunian biasa layaknya rumah tinggal?

Summerville ini agak unik, karena kita siapkan untuk para eksekutif, misalkan untuk konsultan, lawyer atau eksekutif yang memerlukan ruangan pribadi yang luas, ruang privasi yang luas, jadi kita design untuk itu. Yang tinggal akan banyak para top eksekutif dari Jakarta

atau kota-kota besar lain, mereka para banker, lawyer atau arsitek, yang perlu tempat tenang, bisa membaca dan kerja dengan nyaman, sekalian dia rekreasi, dan ini cuma 25 unit.

Lalu proyek Jimbaran Teras, konsepnya seperti apa?

Yang proyek kedua itu, konsepnya dalam satu kawasan namun dengan fasilitas lengkap, ada mall, huniannya dan juga office. Dan kualitasnya bagus, disana nantinya orang dapat membeli sayur yang langsung bisa dimasak disitu, makan disitu. Kita mencari segmentasi ke mereka yang menginginkan gaya hidup sehat, sehingga sayur mayurnya tanpa pestisida, organik, sehingga orang akan merasa nyaman.

Terima kasih banyak atas waktunya, sukses untuk semua proyeknya.

Okay.

• S-1 (Bachelor) Degree in Computer Engineering from Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia, 1990.• MSc. in Real Estate & Urban Economics, from University of Wisconsin - Madison, USA, 1996.• MBA in Finance, Investment, and Banking, from University of Wisconsin-Madison, USA, 1996.• More than 13 years in real estate project marketing consulting business, covering Jakarta and Bali market.• Two years as Real Estate Credit & Risk Manager with Citibank, Jakarta.• Two years as Management Consultant with Andersen Consulting, Jakarta.• Business and Banking Software Consultant at PT. Multipolar Corporation, Jakarta.• Member of NAR (National Association of Realtors), USA.• Member of CIPS (Certified International Property Specialist), USA.• Member of WREAA (Wisconsin Real Estate Alumni Association)• Vice President of AREBI (Asosiasi Real Estate Broker Indonesia)• Awarded as The Most Reputable Real Estate Agent by Property & Bank Magazine, in 2006.

Ir. Tony Eddy, MBA, MSc - President Director &Lead Project Marketing Advisor

Page 33: Money&I Vol 27

6564 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

INSIGHTYuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen Indonesia Marketing Association

Tanggal 29 Maret lalu, Jakarta, Medan, Yogya, Makasar, dan puluhan kota lain di seantero Nusantara panas oleh demo BBM. Saya khusuk mengikuti menit demi

menit aksi mahasiswa membela rakyat melalui layar beberapa stasiun TV nasional. Saya gonta-ganti channel untuk memburu peristiwa-peristiwa demo BBM paling gres.Tentunya, seperti 240 juta rakyat Indonesia yang lain, momen-momen mendebarkan yang paling saya tunggu adalah Sidang Paripurna untuk mengambil keputusan kenaikan BBM. Drama Sidang Paripurna kenaikan BBM akhirnya bisa saya saksikan lepas Magrib, setelah beberapa stasiun TV menayangkannya live dari gedung DPR.

Energi NegatifMenonton tayangan layar kaca, saya sedih luar biasa, sambil mengelus dada: “Ooow begini ini ya wakil rakyat kita kalau sedang rapat”. Terus-terang baru kali ini saya tahu detil isi dan suasana sidang para wakil rakyat yang super terhormat. Terus-terang saya shock luar biasa melihat suasana rapat yang lebih pantas saya lihat di terminal Pulogadung, ketimbang di gedung DPR yang terhormat. Bagaimana tidak shock, di rapat yang sangat keramat itu saya melihat tidak ada yang namanya sopan-santun rapat; tidak ada etika bermusyawarah, tak ada tenggang-rasa antar peserta, learderless alias seolah tidak ada pemimpin sidang, sehingga kondisinya chaotic, kacau balau, sama sekali jauh dari substansi sidang yang diharapkan 240 juta rakyat Indonesia. Peserta sidang terlihat kekanak-kanakan. Saya tak melihat ada wisdom dan kearifan sosok wakil rakyat di ruangan itu. Saya tidak melihat ada nurani di ruangan maha terhormat itu.

Bagaimana nggak chaos, ketika pimpinan sidang bicara, sekitar sembilan hingga sepuluh peserta secara bersamaan ngoceh ngelantur sampai saya susah menangkap apa isi omongan pemimpin sidang. Pemimpin sidang dilecehkan oleh peserta seperti tak ada harganya sama sekali. Sambil mengelus dada saya berpikir, “Lha wong debat di warung

kopi saja tidak sekrodit, sekacau, dan seblunder ini”. Semua peserta saling berebut untuk bisa bicara, tak bisa dipotong dan dihentikan. Masing-masing mau menangnya sendiri. Siapa yang omongannya paling keras (“ala preman”), ia yang menguasai diskusi. Saya tak habis pikir, bagaimana mungkin nasib 240 juta orang ditentukan oleh forum macam ini.

Celakanya, (ini yang membuat saya makin mules) di tengah serius-seriusnya peserta berdebat untuk membela nasib 240 juta rakyat, kok masih sempat-sempatnya ada peserta yang gojeg di depan mikropon menyanyi lagunya mbah Surip: “Tak gendhong, kemana-mana”. Begitu pula ketika ada fraksi yang memutuskan untuk walk-out karena merasa aspirasinya tak didengar oleh pimpinan sidang, yang terjadi seluruh peserta justru girang menyorakinya, bukannya menyesalkan karena dengan begitu aspirasi rakyat terkebiri. Sungguh kekanak-kanakan. Sungguh memalukan

Di tengah keterlimbungan itulah saya berpikir bahwa saya sedang menonton sinetron. Sinetron yang sarat dengan intrik, penuh dengan sandiwara, pekat diwarnai konflik dan perebutan kepentingan, sarat dengan pembonsaian akal sehat. Tapi akhirnya saya sadar apa yang saya tonton itu nyata. Sebuah kenyataan yang memalukan. Serta-merta saya pun kemudian berdoa, semoga CNN atau BBC tidak ikut-ikutan menyuplik tayangan itu untuk “diekspor” ke seluruh dunia.

Energi PositifDi tengah keterkaparan yang kian meradang, jari-jemari saya masih menari-nari di ujung remote control.

Secepat kilat saya menemukan channel acara konser musik rock dini hari yang menampilkan selingan obrolan dengan Harry Van Yogya. Belum 2 menit mendengarkan tuturan inpiratif dari sosok satu ini, tak tahu kenapa otak saya mendadak terang.

Harry (45) adalah tukang becak di Jl Prawirotaman, Yogyakarta yang menggunakan Friendster (dulu), Facebook, Twitter, bahkan blog di Multiply untuk menarik konsumen dari seantero jagat. Narik becak kemanapun ia selalu membawa laptop untuk bisa stay connect dengan dunia maya. Ia seorang blogger yang aktif mempromosikan Yogyakarta sekaligus menarik konsumen menggunakan jasanya. Untuk membangun loyalitas pelanggan, ia melakukan conversation dan engagement dengan menggunakan Facebok (facebook.com/harryvanyogya) dan Twitter (#FF @harryvanyogya). “Kalau malam, Twitter ramai banget. Saya sibuk balas mention satu persatu,” ujarnya.

Harry pernah kuliah di jurusan Matematika Universitas Sanata Dharma,

tapi kemudian kandas karena bapaknya yang tukang becak tak sanggup membiayai. Karena itu ia kemudian banting setir menjadi tukang becak seperti ayahnya. Sampai kini Harry sudah menekuni profesi ini selama lebih dari 20 tahun dengan penuh keikhlasan, kejujuran, dan kebanggaan.

Berbekal kemauan belajar yang luar biasa, Harry menjadi sosok tukang becak yang luar biasa. Ia menguasai dua bahasa, Inggris dan Belanda, karena itu ia konfiden menawarakan jasa ke seluruh dunia dengan menggunakan media sosial. Tak hanya itu, melalui jagat maya ia juga menjadi ambasador bagi pariwisata Yogya.

Walaupun kini dia sudah menjadi selebriti karena sudah nongol puluhan kali di acara TV dan halaman koran-majalah, tapi Harry tetap bersahaja, “Profesi utama saya tetap tukang becak. Saya nggak mau seperti Briptu Norman,” ujarnya polos.Inspirasi, keteladanan, kearifan, kreativitas dan langkah out of the box Harry Van Yogya mengembalikan optmisme saya mengenai negeri ini, setelah beberapa jam sebelumnya luluh-lantak oleh ulah dan perilaku kanak-kanak para wakil rakyat. Harry Van Yogya, si tukang becak hebat, memberi saya suntikan energi positif yang luar biasa.

Untung ada Harry Van Yogya. Di tengah runyam dan karut-marutnya negeri ini, kita masih beruntung karena punya orang-orang nyentrik dan luar biasa seperti tukang becak hebat ini. Kalau saya jadi orang yang ikut rapat paripurna BBM, saya malu sama mas Harry!

ENERGI POSITIF ENERGI NEGATIF

Harry Van JogjaBukan tukang becak biasa, menekuni profesinya selama 20 tahun, terima call order lewat social media dan menjadi ambosador pariwisata Jogja

Sidang Paripurna DPR RIRicuh ketika hendak memutuskan opsi perubahan pasal berkenaan

dengan kenaikan harga BBM

http

://w

ww

.riau

pos.c

o.id

poeticpicture.wordpress.com

Courtesy Yuswohady

Page 34: Money&I Vol 27

6766 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

COMMUNITYCOMMUNITY

Sore yang terlihat cerah di seputaran Denpasar kala tradisi unik khas masyarakat Sesetan setelah Nyepi, yakni “Omed-omedan” berlangsung. Acara

yang diyakini sebagai sebuah upacara sakral terkait sesuhunan Pura Banjar setempat ini sudah berlangsung secara berkala setiap tahunnya oleh warga banjar Kaja yang diberi title Sesetan Haritage Omed-Omedan 2012. Masyarakat pun tumpah ruah dijalanan untuk yang menyaksikan acara ini, apalagi pada tahun ini, tradisi tersebut bertepatan dengan Ngembak Geni, sehari setelah Nyepi, dikala Denpasar masih lengang akan aktifitas.

Acara dengan materi utama berciuman masal ini mengumpulkan para muda-mudi dalam dua kelompok, yakni pria dan wanita. Kedua kelompok ini lalu berhadapan dan membentuk satu barisan pada masing-masing sisi. Masing-masing kelompok menyiapkan wakilnya 1 orang yang akan diarak di depan untuk saling berciuman.

Saat para tetua Banjar Kaja memberikan aba-aba “mulai”,

kedua barisan akan saling bertemu dengan mendorong para wakil mereka dan saling berciuman dihadapan ratusan orang yang datang untuk menonton acara yang langsung satu tahun sekali ini. Untuk mendinginkan kedua belah pihak, para tetua telah menyiapkan air untuk mengguyur para muda-mudi tersebut.

Tahun ini, tradisi tersebut berlangsung sedikit berbeda, bila tahun-tahun sebelumnya hanya terdapat satu wakil dari kubu pria dan wanita. Tahun ini terdapat dua wakil dari masing-masing pihak. Para pemuda yang melakukan aksi ini juga mendapat kesan yang berbeda-beda, ada yang merasa malu, ada yang merasa takut, atau gugup saat terpilih untuk melakukan aksi omed-omedan ini. Tradisi ini cukup banyak menyedot minat bukan hanya para warga Denpasar, namun juga menarik minat wisatawan mancanegara.

Semarak Tradisi Pasca Nyepi

Sesetan Heritage

Omed-Omedan

Menurut Bendesa Pekraman Sesetan I Wayan Meganadha, atraksi budaya Omed-omedan ini merupakan warisan yang sudah dilakukan oleh masyarakat Banjar Kaja secara turun temurun dan telah ada jauh sebelum jaman penjajahan. “Sebagai generasi muda kami ingin terus melestarikan dan mengemas kegiatan ini secara lebih modern dalam bentuk Sesetan Heritage Omed-omedan Festival 2012 . Dengan kegiatan ini, kami ingin memberikan makna yang lebih dalam terhadap suatu kegiatan budaya dan tidak hanya sekedar hura-hura, “ ungkapnya. Tambahnya, omed-omedan adalah kehendak Sesuhunan yang berstana di Pura Banjar dengan harapan dapat terus dilaksanakan, sebagai penghormatan kepada para leluhur.

Tradisi omed-omedan yang berasal dari bahasa Bali “omed” yang berarti tarik, telah ada sejak abad-17. Kala itu Banjar Kaja menghapuskan tradisi omed-omedan saat Nyepi, namun anehnya saat tidak dilaksanakan tradisi ini, justru terjadi pertarungan dua ekor babi yang asal muasalnya tidak diketahui siapa pemiliknya. Tetua setempat mencari tahu apa gerangan yang

sebenarnya terjadi melalui jalan spiritual dengan melaksanakan Puja Wali di Banjar setempat. Saat itu para tetua mendapatkan bahwa omed-omedan ini adalah kehendak Sesuhunan yang berstana di Pura Banjar dengan harapan dapat terus dilaksanakan.

Selain bentuk bakti terhadap para leluhur, omed-omedan juga dirasa sebagai sarana meningkatkan rasa kesetiakawanan dan solidaritas antarwarga khususnya para pemuda dan pemudi. Jika tertarik untuk menyaksikan, acara ini dapat anda nikmati tahun depan, tepat satu hari setelah hari raya Nyepi di wilayah Banjar Kaja, Sesetan Denpasar.

Sumber foto: www.kaskus.us

Sumber foto: www.flickr.com

Page 35: Money&I Vol 27

6968 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Buah jatuh, tak jauh dari pohonnya, rasanya pepatah ini sungguh melekat dalam perjalanan karir Putu Dessy Fridayanthi,

besar dan tumbuh dikeluarga yang berprofesi sebagai penyiar, membuat wanita yang akrab disapa Ecy ini turut terjun kedunia tersebut. Ditemui oleh reporter Anton Hpt di kantor Santy Sastra Production, Ecy menceritakan pengalaman karirnya dan bagaimana dirinya mencapai apa yang sudah diraih saat ini.

Awalnya, Ecy hanya menemani ibunya, penyiar senior Santy Sastra yang saat ini lebih sering menjadi mentor, bersiaran diradio lokal di Bali, Ecy kemudian tertarik dan mencoba untuk magang ditempat yang sama dimana ibunya berkarir. Langkah ini menjadi pilihan yang ternyata tepat, pasalnya ia kini telah menjadi salah satu Master of Ceremony (MC) serta presenter yang di perhitungkan di tanah dewata. Mentoring yang baik dari sang ibu serta kemauannya menerima masukan dan terus belajar membuatnya tetap

SOCIALITASOCIALITA

DESSYFRIDAYANTHI

Tetap eksis ditengah

munculnya para presenter

muda.

eksis, bahkan hingga saat ini. Padahal, industri entertainment umumnya mementingkan pendatang baru, tapi nyatanya, pengalaman dan kematangannya menjadikan wanita pemenang lomba presenter Bali TV ini tetap saja dicari.

Wanita tamatan Teknik Sipil ini mengawali karirnya sebagai penyair sejak kelas 3 SMA, kala itu ia mendapat tantangan untuk memegang program acara radio yang ditujukan bagi professional muda, talkshow yang topiknya bisnis. Awalnya Ecy kesulitan, namun seiring waktu hal tersebut justru menjadi pengalaman berharga baginya, dan belajar mengkondisikan dirinya berbicara sesuai dengan lawan bicaranya, sehingga tidak kaku dan terkesan selenge’an.”Kita bicara dengan tata bahasa yang (patut bagi) seumuran mereka, sehingga tidak lepas kontrol” ungkapnya.

Dunia presenter radio ternyata sungguh menjadi tempat yang ia sukai, mulai profilnya masuk ke majalah sekolah yang ada di Bali, serta perlahan-

lahan ia mulai banyak penawaran untuk menjadi presenter serta MC.

Sebuah pertanyaan mengelitik kemudian muncul, mengapa Ecy memilih kuliah di teknik sipil? Kenapa tidak berkuliah dibidang ilmu yang sejalan dengan profesinya ini seperti broadcast? Menurutnya, ia pernah hendak kuliah di sastra Inggis maupun ilmu Komunikasi, namun karena kemampuan dibidang IPA sangat menonjol, akhirnya ia berkuliah di teknik sipil, “Di SMA kan saya masuk kelas IPA, sehingga mungkin basisnya kurang kuat di ilmu sosial, sehingga saya dapatnya di teknik saat itu”. Walaupun saat ini ia tidak menerapkan ilmunya selama kuliah, namun menurutnya bekal selama kuliah di teknik itu sangat membantunya di kehidupan nyata saat ini, karena kerasnya teknik saat itu membuat ia menjadi pribadi yang kuat.

Hal lain yang berani dilakukan saat karirnya sedang menanjak, adalah keputusan untuk menikah muda, ia yakin bahwa menikah tidak akan membuat karirnya jatuh, dan hal ini terbukti. Selepas menikah, ia tetap mendapat banyak job bahkan sebagai bintang iklan, baik iklan layanan masyarakat maupun produk, serta membawakan acara tidak hanya di Bali, namun juga di daerah-daerah lain. Ecy menyatakan ada beberapa hal yang membuat dia dapat tetap eksis di dunia presenter, ia menyatakan bahwa keluarga sangat berperan bagi karirnya, dukungan dari suami serta mertua yang pengertian sangat membantu aktifitasnya. Selain itu, rasa ingin belajar dan meningkatkan kualitas membuatnya dapat bertahan. “Saya ikut kursus bahasa Inggris, sehingga saat ada event internasional saya dapat berbicara dengan baik, saya juga ikut les vokal karena kadang saat kita ngeMC, dituntut

untuk membawakan 1 atau 2 buah lagu. Ini bentuk peningkatan kualitas yang saya lakukan” terangnya. Sehingga saat kita berusaha dengan sebaik mungkin dengan pasrah dan ikhlas, pintu rezeki akan dibukakan oleh Tuhan.

Saat ini, Ecy dan teamnya tengah mempersiapkan peluncuran radio streaming. Ecy melihat kedepan radio yang memanfaatkan jaringan internet ini akan menjadi kebutuhan para pendengar radio, “Sekarangkan untuk menbuat radio (AM/FM) ijinnya sulit, sehingga ini menjadi opsi yang bagus kedepannya, apalagi era internet seakan tidak terbendung keberadaannya” jelasnya dengan perangai yang sangat optimis.

Saat ini ada sebuah cita-cita yang ingin dicapai oleh pengajar mata kuliah pewawancara di IKIP PGRI Bali ini, yakni menjadi seorang pembicara dibidang MC dan presenter. “Saya ingin berbagi pengalaman saya sebagai seorang presenter dan MC selama ini, dan karena saya juga sangat mengidolakan James Gwee, maka saya ingin menjadi pembicara untuk mereka yang ingin belajar MC dan presenter” pugkasnya menutup pembicaraan kami disore yang cerah itu.

“Saya ingin berbagi pengalaman saya sebagai seorang presenter dan MC selama ini,..”

Page 36: Money&I Vol 27

7170 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

HugoBy. Hary Susanto | www.movienthusiast.com

Hanya 12 menit yang dibutuhkan, melalui opening scene nya yang megah dan cantik itu, Hugo langsung memikat dengan pergerakan kamera liarnya, mengajak kita terbang menembus butir-butir salju dan uap, atap bangunan, mesin-mesin jam, memasuki keramaian stasiun Gare du Nord hingga kemudian mengajak kita bertemu dengan mata biru Hugo. Dalam hati, dengan kualitas teknis sinematik sekeren itu saya tahu ini akan menjadi pengalaman menonton karya Martin Scorsese yang berbeda, belum lagi kisahnya sendiri diangkat dari novel hebat, The Invention of Hugo Cabret milik penulis amerika Brian Selznick yang kemudian tiap lembar halamannya berhasil digubah penulis naskah John Logan yang juga sebelumnya pernah bekerja dengan Scorsese dalam The Aviator menjadi sebuah cerita adaptasi yang luar biasa.

Awalnya, mungkin Hugo terlihat terlalu childist dengan kisah bocah 12 tahun yang setengah mati berusaha memperbaiki robot ayahnya dan dikejar-kejar penjaga stasiun yang kejam, tapi apa yang terjadi setelah itu adalah cerita luar biasa.

Hugo bisa jadi bukti kecintaan seorang Scorsese pada dunia film, dalam kasus ini ia sudah dengan luar biasa mengerjakan pekerjaan rumahnya guna mendedikasikan Hugo buat ilusionis dan juga pionir film Perancis Georges Méliès yang terkenal dengan karya-karya legendarisnya macam A Trip to the Moon (1902) dan The Impossible Voyage (1904), apalagi jika sebelumnya anda pernah melihat klip sebuah roket menghantam bulan yang berwajah maka secara tidak langsung ada sudah sedikit mengenal Méliès. Bagian ini menjadi bagian terbaik dari Hugo. Kisah anak-anak diawal seakan-akan lenyap digantikan dengan kehangatan sejarah tentang lahirnya film dan bagaimana pertama kali manusia mewujudkan mimpi-mimpi liar mereka yang sanggup membuat kita turut tersenyum sembari meratapi bahwa tidak terlalu banyak dari kita yang mau mengingat kembali bagaimana asal muasal keajaiban visual itu bermula. Coba lihat reaksi para penonton ketika menonton film pertama, Arrival Of A Train At La Ciotat dari Lumière bersaudara yang juga menginspirasi Méliès untuk memulai membuat film-film hebat, sungguh tidak ada tandingannya.

Hugo adalah debut Scorsese dalam dunia 3D, dan untuk seorang sutradara veteran yang baru pertama kali menangani teknologi ini, Scorsese sudah

Paris, 1931, ada seorang bocah yatim piatu 12 tahun, Hugo

Cabret (Asa Butterfield) namanya. Paska kematian ayahnya (Jude

Law) Hugo tinggal bersama Claude Cabret (Ray Winstone),

pamannya yang pemabuk di stasiun kereta api Gare du Nord

dan mengajarinya untuk merawat jam-jam disana sebelum akhirnya

ia pergi, meninggalkan bocah malang itu seorang diri. Hugo

punya keinginan besar, yaitu memperbaiki automaton rusak

warisan ayahnya karena ia percaya sang ayah memberikan

wejangan terakhir untuknya melalui robot itu. Jadi dalam

usahnya untuk menghidupkan kembali boneka besi itu Hugo

sering mencuri onderdil dari toko mainan milik pria tua bernama

Papa George (Ben Kingsley), sembari menghindari kejaran Gustav (Sacha Baron Cohen)

sang pengawas stasiun. Hugo juga menjalin persahabatan

dengan Isabelle (Chloë Grace Moretz) cucu Papa George yang kemudian membantunya untuk

mengungkap misteri dibalik automaton rusak itu, tapi apa

yang mereka temukan sungguh mengejutkan.

Paris, 1931, ada seorang bocah yatim piatu 12 tahun, Hugo

Cabret (Asa Butterfield) namanya. Paska kematian ayahnya (Jude

Law) Hugo tinggal bersama Claude Cabret (Ray Winstone),

pamannya yang pemabuk di stasiun kereta api Gare du Nord

dan mengajarinya untuk merawat jam-jam disana sebelum akhirnya

ia pergi, meninggalkan bocah malang itu seorang diri. Hugo

punya keinginan besar, yaitu memperbaiki automaton rusak

warisan ayahnya karena ia percaya sang ayah memberikan

wejangan terakhir untuknya melalui robot itu. Jadi dalam

usahnya untuk menghidupkan kembali boneka besi itu Hugo

sering mencuri onderdil dari toko mainan milik pria tua bernama

Papa George (Ben Kingsley), sembari menghindari kejaran Gustav (Sacha Baron Cohen)

sang pengawas stasiun. Hugo juga menjalin persahabatan

dengan Isabelle (Chloë Grace Moretz) cucu Papa George yang kemudian membantunya untuk

mengungkap misteri dibalik automaton rusak itu, tapi apa

yang mereka temukan sungguh mengejutkan.

Paris, 1931, ada seorang bocah yatim piatu 12 tahun, Hugo

Cabret (Asa Butterfield) namanya. Paska kematian ayahnya (Jude

Law) Hugo tinggal bersama Claude Cabret (Ray Winstone),

pamannya yang pemabuk di stasiun kereta api Gare du Nord

dan mengajarinya untuk merawat jam-jam disana sebelum akhirnya

ia pergi, meninggalkan bocah malang itu seorang diri. Hugo

punya keinginan besar, yaitu memperbaiki automaton rusak

warisan ayahnya karena ia percaya sang ayah memberikan

wejangan terakhir untuknya melalui robot itu. Jadi dalam

usahnya untuk menghidupkan kembali boneka besi itu Hugo

sering mencuri onderdil dari toko mainan milik pria tua bernama

Papa George (Ben Kingsley), sembari menghindari kejaran Gustav (Sacha Baron Cohen)

sang pengawas stasiun. Hugo juga menjalin persahabatan

dengan Isabelle (Chloë Grace Moretz) cucu Papa George yang kemudian membantunya untuk

mengungkap misteri dibalik automaton rusak itu, tapi apa

yang mereka temukan sungguh mengejutkan.

SNEAK PEAK SNEAK PEAK

Georges Méliès - ” If you’ve ever wondered where your dreams come from, you look around… this is where they’re made.”

mampu menghadirkannya dengan sangat baik. Gambar-gambarnya terlihat luar biasa dan hebatnya, tidak terkesan terlalu berlebihan karena semuanya mampu menyatu dengan bagaimana sutradara berambut putih ini men-direct nya, termasuk pergerakan kamera yang dinamis dan juga dukungan efek CGI yang menjadikan dunia Hugo begitu mempesona sama mempesonanya ketika ia menampilkan bagaimana Méliès dalam wujud Beng Kingsley yang luar biasa itu dan sang istri, Jeanne (Helen McCrory) membuat film-filmnya dengan penuh semangat dan keceriaan sebelum akhirnya mereka dilupakan.

Mungkin beberapa sub plotnya tidak bekerja terlalu baik, ambil contoh kisah inspektur Gustav dan Lisette (Emily Mortimer) wanita penjual bunga atau dua lansia yang sedang kasmaran, bahkan tidak ada petualangan yang kelewat hebat di sini seperti yang diharapkan Isabelle, kecuali anda menganggap masuk bioskop dan menonton Safety Last!-nya Harold Lloyd tanpa izin itu adalah sebuah petualangan luar biasa. Tapi bagaimanapun secara keseluruhan Hugo sudah bekerja dengan sangat baik, ceritanya berkembang hebat seiring berjalannya waktu, mengharukan, menghenyakan dan juga punya hati yang besar. Scorsese tahu benar bagaimana menunjukan kecintaannya pada film, dunia yang sudah membesarkannya selama ini dengan sebuah sajian drama keluarga paling berkesan tahun lalu.

Sumber foto: www.imdb.com

Page 37: Money&I Vol 27

7372 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

“Saya ini membangun toko mulai tahun 1970-an, dengan berjualan di atas meja. Karena kanan kiri saya banyak toko modern, maka saya berusaha memperbaiki toko biar tidak sepi. Tapi sekarang kok malah disamakan dengan toko modern. Hendak dilarang. Ini tidak adil namanya” (Radar Bali)

Saya membaca keluhan seorang pedagang, Pak IGN Putra, di Radar Bali beberapa waktu yang lalu. Tokonya yang susah payah dibangun dari lapak menjadi toko yang modern kini hendak dilarang,

seiring dengan menjamurnya toko-toko chain retail.

Tidak adil namanya, kata Pak IGN Putra. Saya pikir saya harus setuju dengan Pak Putra. Tidak adil namanya. Mengapa yang maju dan modern, dihukum. Sementara yang tidak kompetitif diberikan insentif. Ini error in thinking.

Toko-toko modern, seperti Indomaret, Alfamart, Circle-K ditenggarai mengambil porsi warung-warung tradisional. Akibatnya warung-warung

NOTE FROM A FRIENDALEX P. CHANDRA

tadi protes dan kemudian karena protesnya keras, pemerintah meng-adopsi protesnya. Melarang toko-toko modern !

Coba kita analogikan kasusnya dengan hotel-hotel tua di Legian sana. Karena hotel-hotel yang baru dibangun ternyata lebih bersih, lebih bagus service-nya, mereka akan lebih mendapatkan banyak tamu. Akibatnya hotel-hotel tua yang tidak bisa bersaing kemudian semakin kehilangan market dan semakin merugi. Apakah kemudian pendirian hotel baru yang dilarang?

Saya pernah berbelanja di pasar Badung. Ibu-ibu yang menjualnya galak-galak, tidak ramah, no service. Jalannya becek, parkirnya susah dan

jauh. Kalau kemudian saya memilih berbelanja di supermarket, yang salah siapa ? Masa supermarketnya disalahin?

Namun alasan melarang toko modern adalah, para pedagang tradisional itu kan kalah dari sisi permodalan. Enggak mengerti bisnis modern. Tidak mengenal yang namanya service. Kalau dibiarkan bersaing dengan pemodal besar, pasti kalahnya. Kalau tidak diproteksi, nanti mati. Kalau pro-rakyat, maka yang modern-lah yang harus dilarang, supaya melindungi rakyat kecil.Namun kalau diproteksi terus-terusan, tidak maju nanti. Dan seperti argumentasi saya diatas, masa yang maju dan berprestasi dihukum, yang tidak maju dan tidak berprestasi malah dilindungi dan diberikan insentif. Tidak adil namanya.

Seharusnya, yang tradisional diberdayakan. Tidak perlu dimodern-kan. Namun diberdayakan. Pasar dan warung tradisional mempunyai banyak kelebihan untuk bisa bersaing. Overhead Cost-nya tidak terlalu besar, jadi pasti bisa bersaing dari sisi harga. Pelayanannya seharusnya bisa lebih personal. Gerakan-nya bisa lebih lincah. Tawar menawar masih memungkinkan sehingga menciptakan seni berbelanja tersendiri.

Pemerintah bisa memperdayakan para pedagang tradisional ini dengan memberikan pelatihan, motivasi, dan sebagainya. Namun para pedagang-nyapun harus disadarkan, kalau tidak berubah bisnisnya akan tidak bisa bersaing dan bangkrut.

Seharusnya, yang tradisional diberdayakan, bukan yang modern dilarang-larang.

Seharusnya,

yang tradisional

diberdayakan. Tidak

perlu dimodernkan.

Namun diberdayakan.

TOKO MODERN

Mengapa yang maju dan modern, dihukum. Sementara yang tidak kompetitif diberikan insentif. Ini error in thinking.

Page 38: Money&I Vol 27

7574 Vol. 27 Mar - Apr 2012 Vol. 27 Mar - Apr 2012

Page 39: Money&I Vol 27

76 Vol. 27 Mar - Apr 2012